Anda di halaman 1dari 8

The Phylosophy of Mathemathics Education

By : Paul Ernest
BAB II
REKONSEPTUALISASI FILSAFAT MATEMATIKA

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Matematika


Nama Dosen : Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd

Nama : Hayana Mardiyah Harahap


Kelas : 2 – B Pendidikan Matematika
Nim : 8216172012
1. Wilayah Filsafat Matematika
Pertama, ada perbedaan antara pengetahuan sebagai produk akhir yang sebagian
besar di wujudkan dalam bentuk dalil-dalil dengan kegiatan memahami atau
kegiatan mencari pengetahuan.

Kedua, ada perbedaan antara matematika sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri
dan bebas nilai dengan matematika sebagai sesuatu yang berhubungan dan menjadi
bagian yang tidak dapat di pisahkan dari jaringan ilmu pengetahuan manusia.

Ketiga, perbedaan ini memisahkan pandangan matematika sebagai ilmu yang


objektif dan bebas nilai karena hanya terfokus pada logika internalnya sendiri
dengan memandang matematika sebagai bagian yang menyatu dengan budaya
manusia dan oleh karena itu dipengaruhi oleh nilai-nilai manusia seperti halnya
wilayah dan pengetahuan lainnya.
Kriteria Filsafat Matematika yang Ditawarkan

Pengetahuan
matematika hakikat, nilai kebenaran dan asal usul.

Objek
matematika hakikat dan keaslian.

Praktek aktifitas ahli matematika baik di waktu


matematika
sekarang atau di waktu lampau.
2. Pengujian Lebih Jauh Tentang Aliran-Aliran Filsafat
Pengikut aliran logis, formalis dan
A. Aliran Absolutis instusionis adalah pengikut aliran
absolutis.

• Menerima penciptaan dan perubahan


teori-teori aksiomatis (yang
kebenarannya hampir dianggap mutlak).
• Mengakui bahwa keberadaan
B. Aliran Absolutis matematika formal karena intuisi
matematika diperlukan sebagai dasar dari
penciptaan teori.
• Mengakui aktifitas manusia dan
akibatnya dalam penciptaan pengetahuan
dan teori-teori baru.
Platinisme adalah pandangan bahwa
C. Platinisme objek matematika memiliki objektif
yang nyata dalam beberapa wilayah
ideal.

Pandangan pengikut aliran


konvensionalis menyebutkan bahwa
D. Konvensionalisme pengetahuan matematika dan kebenaran
didasarkan pada konvensi (kesepakatan)
linguistik atau lebih jauh kebenaran
logika dan matematika memiliki sifat
analitis, benar karena ada hubungan nilai
dari makna istilah yang digunakan.
Pandangan empiris tentang pengetahuan
matematika (“empirisme naif” untuk
E. Empirisme membedakan dengan “empirisme
kuasi’nya Lakatos) menyebutkan bahwa
kebenaran matematika adalah generalisasi
empirik (pengamatan).

Empirisme kuasi adalah nama yang


Empirisme Kuasi diberikan kepada filsafat matematika
yang dikembangkan oleh Imre Lakatos
(1976,1978). Aliran ini memandang
matematika sebagai apa yang ahli
matematika lakukan dan dengan semua
kekurangan yang melekat pada aktifitas
atau ciptaan manusia.
Kriteria Cukup dan Empirisme Kuasi
Empiris kuasi menawarkan penjelasan tentang sebagian pengetahuan
matematika serta asal usul dan dasar kebenarannya.

Dia menjelaskan kesalahan dalam pengetahuan matematika dan memberikan teori tentang
asal usul pengetahuan matematika. Penjelasan ini mencakup praktek matematika dan
sejarahnya juga. Karena teori Lakatos untuk asal usul matematika memiliki banyak
kesamaan dengan sains. Keberhasilan penerapan matematika dapat disamakan dengan
sains dan teknologi. Memberikan penjelasan tentang matematika terapan akan menjadi
kekuatan terutama untuk menghadapi pengabaian yang ditunjukkan oleh filsafat
matematika lainnya (Korbner 1960).

Anda mungkin juga menyukai