Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PASUNDAN
======================================
Jl. Sumatera no. 41 Bandung

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2022/2023

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PRODI/SMT : Magister Pendidikan Matematika
DOSEN : Dr. ACHMAD MUDRIKAH, M. Pd.
: Dr. NENDEN MUTIARASARI, M. Pd.
WAKTU : 90 MENIT
SIFAT UJIAN : OPEN BOOK

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : YEMIMA PURWATI


NPM : 228060012

1. Dalam belajar dan mengajar matematika, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik
kita harus memahami bahwa untuk menyampaikan “konsep baru” diperlukan
komunikasi. Jelaskan!
 Menurut pendapat saya, setiap hal yang baru merupakan sebuah hal yang berbeda
dari biasanya. Menurut KBBI makna kata baru memiliki beberapa arti, antara lain:
- Belum pernah ada (dilihat) sebelumnya. Contoh: Tidak jauh dari dusun itu
terdapat sebuah pabrik baru.
- Belum pernah didengar (ada) sebelumnya. Contoh: Saya baru mendengar kabar
tentang acara tersebut.
- Belum lama selesai (dibuat, dilakukan, dan sebagainya). Contoh: Film baru itu
sangat bagus.
- Timbul lagi; muncul lagi. Contoh: Penyakit itu baru saja kambuh.
- Paling baru; terakhir; mutakhir. Contoh: Mobil baru itu dilengkapi dengan
teknologi terbaru.
- Mengganti dengan yang baru; memodernkan. Contoh: Perusahaan itu akan
membaru sistem kerjanya.
Dengan demikian, kata "baru" memiliki beberapa arti yang berbeda tergantung pada
konteks penggunaannya. Begitu pula dengan konsep baru, artinya konsep yang
berbeda dari sebelumnya, konsep yang belum pernah didengar.
Komunikasi memiliki peran yang penting dalam menyampaikan konsep baru dalam
pembelajaran matematika di kelas. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
komunikasi diperlukan:
a. Memfasilitasi pemahaman: Komunikasi memungkinkan guru untuk
menyampaikan konsep matematika dengan jelas dan efektif kepada siswa.
Melalui komunikasi yang baik, guru dapat mengklarifikasi konsep yang
kompleks, memberikan contoh yang relevan, dan menjelaskan langkah-langkah
atau strategi yang diperlukan untuk memahami materi matematika.
b. Mendorong diskusi dan pertukaran ide: Komunikasi memungkinkan siswa
untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, berbagi pemikiran, dan bertukar ide
dengan teman sekelas. Dalam konteks pembelajaran matematika, diskusi dan
pertukaran ide dapat membantu siswa memperdalam pemahaman mereka,
melihat konsep dari sudut pandang yang berbeda, dan memperoleh wawasan
baru.
c. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis: Melalui komunikasi, siswa
diajak untuk mengemukakan argumen, mempertanyakan, dan
mempertimbangkan berbagai pendekatan atau solusi dalam pemecahan masalah
matematika. Proses ini dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa, seperti kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan.
d. Membantu membangun pengetahuan matematika: Komunikasi matematika
memungkinkan siswa untuk mengartikulasikan pemahaman mereka tentang
konsep matematika. Dengan berbicara atau menulis tentang matematika, siswa
dapat mengorganisir dan mengklarifikasi pemikiran mereka sendiri, serta
memperkuat dan memperdalam pemahaman mereka terhadap materi.
e. Meningkatkan keterlibatan dan motivasi: Komunikasi yang interaktif dan
berarti dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dan memotivasi mereka untuk belajar. Melalui interaksi dengan guru dan teman
sekelas, siswa merasa didengar, dihargai, dan terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Dengan demikian, komunikasi dalam menyampaikan konsep baru dalam
pembelajaran matematika di kelas memiliki peran penting dalam memfasilitasi
pemahaman, mendorong diskusi dan pertukaran ide, mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, membangun pengetahuan matematika, serta meningkatkan
keterlibatan dan motivasi siswa.
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang “Skema” secara umum dalam psikologi
pembelajaran dan dan pembelajaran matematika, kemudian berikan suatu contoh yang
terkait dengan skema tersebut.
 Skema dalam psikologi pembelajaran dan pembelajaran matematika merujuk pada
struktur mental atau konsep yang tersusun secara terstruktur dan memiliki fungsi
serta makna. Skema digunakan untuk memahami, mempersepsi, dan berfikir
tentang dunia sekitar. Dalam konteks pembelajaran matematika, skema kognitif
siswa dapat mempengaruhi cara mereka memahami dan menyelesaikan masalah
matematika.
Contoh terkait dengan skema dalam pembelajaran matematika adalah skema
pemahaman konsep bilangan. Skema ini mencakup pemahaman tentang bilangan,
termasuk bilangan bulat, pecahan, desimal, dan lainnya. Siswa yang memiliki
skema pemahaman konsep bilangan yang kuat akan lebih mudah memahami
operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Mereka juga dapat menghubungkan konsep-konsep matematika yang berbeda dan
menerapkan strategi yang tepat dalam memecahkan masalah matematika.
Misalnya, seorang siswa dengan skema pemahaman konsep bilangan yang kuat
dapat dengan mudah mengenali bahwa + = 1, karena mereka telah

memahami konsep pecahan dan operasi penjumlahan. Mereka juga dapat


menghubungkan konsep pecahan dengan desimal dan persentase, sehingga dapat
mengubah menjadi 0,5 atau 50%.

Dalam hal ini, skema pemahaman konsep bilangan memainkan peran penting
dalam memahami dan menerapkan konsep matematika. Skema ini membantu
siswa dalam mengorganisir dan menghubungkan informasi matematika yang
mereka pelajari, sehingga mempermudah pemahaman dan penerapan konsep-
konsep tersebut dalam situasi yang berbeda.
3. Ketika seorang siswa diminta menjawab “berapa hasil dari 16 x 25?” maka jawaban
yang diberikan dapat saja merupakan contoh dari penggunaan kecerdasan intuitif.
Sementara ketika selesai menjawab dengan benar kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan; “Bagaimana cara anda mendapatkan jawaban tersebut?”, maka siswa
sedang melakukan kecerdasan Reflektif.
a. Jelaskan makna kecerdasan intuitif dan kecerdasan reflektif berdasarkan contoh di
atas!
 Kecerdasan intuitif dan reflektif dapat memiliki pengaruh dalam cara seseorang
menjawab pertanyaan matematika seperti 16 x 25. Kecerdasan intuitif merujuk pada
kemampuan seseorang untuk memahami dan menyelesaikan masalah dengan cepat
dan tanpa perlu melalui proses berpikir yang panjang. Seseorang dengan kecerdasan
intuitif yang kuat dapat dengan mudah mengenali pola dan hubungan dalam
masalah matematika, sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan
akurat. Sementara itu, kecerdasan reflektif merujuk pada kemampuan seseorang
untuk memproses informasi secara mendalam dan sistematis. Seseorang dengan
kecerdasan reflektif yang kuat cenderung memerlukan waktu lebih lama untuk
memahami dan menyelesaikan masalah matematika, karena mereka cenderung
memproses informasi secara lebih mendalam dan sistematis. Dalam konteks
menjawab pertanyaan matematika seperti 16 x 25, seseorang dengan kecerdasan
intuitif yang kuat mungkin dapat dengan mudah mengenali bahwa jawabannya
adalah 400, karena mereka dapat dengan cepat mengalikan dua angka bulat tanpa
perlu melalui proses berpikir yang panjang. Sementara itu, seseorang dengan
kecerdasan reflektif yang kuat mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk
memproses informasi dan menyelesaikan masalah matematika tersebut. Namun,
perlu dicatat bahwa kecerdasan intuitif dan reflektif bukanlah kemampuan yang
mutlak atau eksklusif. Seseorang dapat memiliki kedua jenis kecerdasan dalam
tingkat yang berbeda-beda, dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
masalah matematika juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan matematika yang dimiliki.
b. Berikan contoh lain dari pembelajaran matematika terkait penggunaan kecerdasan
intuitif dan reflektif!
 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain dapat memanfaatkan kecerdasan intuitif siswa dalam
memahami konsep matematika. Misalnya, dengan menggunakan permainan
matematika yang menarik dan menyenangkan, siswa dapat dengan mudah
mengenali pola dan hubungan dalam masalah matematika. Selain itu, pendekatan
bermain juga dapat memanfaatkan kecerdasan reflektif siswa dalam memproses
informasi secara mendalam dan sistematis. Misalnya, dengan memberikan waktu
yang cukup bagi siswa untuk memikirkan dan menganalisis solusi dalam permainan
matematika.
 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual dapat memanfaatkan kecerdasan intuitif siswa dalam
memahami konsep matematika dalam konteks yang lebih nyata dan relevan.
Misalnya, dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari, siswa dapat dengan mudah mengenali pola dan hubungan dalam
masalah matematika. Selain itu, pendekatan kontekstual juga dapat memanfaatkan
kecerdasan reflektif siswa dalam memproses informasi secara mendalam dan
sistematis. Misalnya, dengan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk
memikirkan dan menganalisis solusi dalam konteks yang lebih nyata dan relevan.
 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri dapat memanfaatkan kecerdasan intuitif siswa dalam
mengeksplorasi dan menemukan konsep matematika melalui pengalaman langsung.
Misalnya, dengan memberikan tugas-tugas yang menantang dan memerlukan
pemikiran kreatif, siswa dapat dengan mudah mengenali pola dan hubungan dalam
masalah matematika. Selain itu, pendekatan inkuiri juga dapat memanfaatkan
kecerdasan reflektif siswa dalam memproses informasi secara mendalam dan
sistematis. Misalnya, dengan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk
memikirkan dan menganalisis solusi dalam konteks yang lebih luas dan kompleks.

4. Konsep “akar kuadrat” dan “bilangan negatif”, dapat digabungkan untuk membentuk
konsep baru menjadi “Akar kuadrat dari Bilangan Negatif”. Jelaskan contoh ini sebagai
sebuah komunikasi dari konsep-konsep baru.
 Konsep "akar kuadrat" dan "bilangan negatif" dapat digabungkan untuk membentuk
konsep baru menjadi "Akar kuadrat dari Bilangan Negatif". Konsep ini mengacu
pada akar kuadrat dari bilangan negatif, yang dikenal sebagai bilangan imajiner.
Konsep ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Akar kuadrat adalah operasi matematika yang menghasilkan bilangan yang jika
dipangkatkan dengan dua akan menghasilkan bilangan yang dicari. Misalnya,
akar kuadrat dari 25 adalah 5, karena 5 dipangkatkan dengan dua sama dengan
25.
b. Bilangan negatif adalah bilangan yang nilainya kurang dari nol. Misalnya, -5
adalah bilangan negatif.
c. Akar kuadrat dari bilangan negatif tidak dapat dihitung dengan menggunakan
bilangan real, karena tidak ada bilangan real yang jika dipangkatkan dengan dua
akan menghasilkan bilangan negatif.
d. Oleh karena itu, akar kuadrat dari bilangan negatif dikenal sebagai bilangan
imajiner, yang dinyatakan dengan simbol i. Akar kuadrat dari -1, misalnya,
adalah i.
e. Konsep "Akar kuadrat dari Bilangan Negatif" dapat digunakan dalam berbagai
konteks matematika, seperti dalam persamaan kuadrat, fungsi kompleks, dan
lain-lain.
Dalam komunikasi konsep-konsep baru ini, penting untuk menjelaskan dengan
jelas dan tepat tentang konsep akar kuadrat dan bilangan negatif terlebih dahulu,
sebelum menggabungkannya menjadi konsep baru "Akar kuadrat dari Bilangan
Negatif". Selain itu, dapat juga memberikan contoh-contoh yang relevan dan
memungkinkan siswa untuk memahami konsep tersebut dengan lebih baik,
seperti dalam persamaan kuadrat dengan akar-akar negatif atau dalam fungsi
kompleks
5. Jelaskan dan lengkapi dengan contoh relevan terkait dengan Simbol Visual dan Simbol
Verbal!
 Simbol visual dan simbol verbal dalam psikologi pembelajaran matematika
memiliki makna yang berbeda.
a. Simbol Visual:
Simbol visual dalam psikologi pembelajaran matematika merujuk pada representasi
grafis atau gambar yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau konsep
matematika. Simbol visual dapat berupa diagram, grafik, ilustrasi, atau gambar
yang digunakan untuk memvisualisasikan hubungan, pola, atau properti
matematika. Penggunaan simbol visual dapat membantu siswa dalam memahami
dan mengingat konsep matematika dengan cara yang lebih visual dan konkret.
- Contoh: Menggunakan diagram lingkaran untuk memperlihatkan hubungan
antara himpunan dalam teori himpunan matematika. Diagram lingkaran dapat
dengan jelas menunjukkan bagaimana himpunan A dan himpunan B saling
beririsan atau tidak beririsan.
b. Simbol Verbal:
Simbol verbal dalam psikologi pembelajaran matematika merujuk pada
representasi kata-kata atau simbol-simbol tertulis yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau konsep matematika. Simbol verbal dapat berupa
kata-kata, rumus matematika, istilah, atau instruksi tertulis yang digunakan
untuk menjelaskan konsep, langkah-langkah, atau hubungan matematika.
Penggunaan simbol verbal dapat membantu siswa dalam memahami dan
mengkomunikasikan konsep matematika dengan menggunakan bahasa dan
simbol-simbol matematika yang tepat.
- Contoh: Menggunakan rumus luas persegi panjang (P = panjang x lebar) untuk
menghitung luas suatu persegi panjang. Rumus tersebut memberikan instruksi
yang jelas tentang bagaimana menghitung luas dengan menggunakan panjang
dan lebar sebagai input.Dalam psikologi pembelajaran matematika, penggunaan
simbol visual dan simbol verbal memiliki peran penting dalam membantu siswa
memahami, mengingat, dan mengkomunikasikan konsep matematika. Kedua
jenis simbol ini dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika siswa.

Anda mungkin juga menyukai