Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

“MATEMATIKA SEKOLAH: Matematika Informal, Abstrak-Konkret-Abstrak,


Number Sense dan Simbol Sense, Matematika untuk Semua”

DISUSUN OLEH :

MAHMIDATUL FITRI
NIM. 1610248080

DOSEN PENGAMPU :

Dr. NAHOR MURANI HUTAPEA, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2017
PENDAHULUAN

Matematika yang di ajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

disebut matematika sekolah. Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah

ialah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan

atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Pada makalah ini membahas Bab X yaitu “Matematika Sekolah” tentang

Matematika Informal, Abstrak-Konkret-Abstrak, Number Sense dan Simbol

sense, dan juga Matematika untuk Semua.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ........................................................................................... iii
PEMBAHASAN .............................................................................................
A. Pendidikan Informal ............................................................................. 1
B. Matematika Informal ............................................................................ 2
C. Abstrak-Konkret Abstrak .................................................................... 2
D. Number Sense dan Simbol Sense ......................................................... 5
E. Matematika Untuk Semua .................................................................... 8
PENUTUP .......................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

Daftra Pertanyaan dan Jawaban ....................................................................... 12


PEMBAHASAN

BAB X. MATEMATIKA SEKOLAH

A. Pendidikan Informal

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat menarik untuk


dibahas, karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Adapun tujuan pendidikan adalah mengarahkan agar kehidupan
manusia menjadi lebih baik, lebih bermakna, lebih bermartabat dan lebih
beradab.1

Pendidikan dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu jalur pendidikan


formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Makna dari jalur
pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah sedangkan
pendidikan non-formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah tetapi
masih jelas terstruktur.2

Tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan


Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat disebut jalur pendidikan formal. Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Bimbingan Belajar, dll dapat disebut jalur
pendidikan non-formal

Berbeda dengan pendidikan formal dan pendidikan non-formal,


pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, di dalam keluarga, dalam pekerjaan atau
pengalaman sehari-hari.3 Pendidikan informal, sama sekali tidak terorganisasi
secara struktural, tidak terdapat penjejangan kronologis, lebih merupakan hasil
pengalaman belajar individual-mandiri, dan pendidikannya tidak terjadi di dalam
“medan interaksi belajar mengajar buatan” sebagaimana pada pendekatan formal

1
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana. hlm. 45
2
R. Soedjadi.2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini dan
Harapan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
3
Joesoef, Sulaiman.dkk. 1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV. Usaha Nasional. Hlm. 45
dan non formal.4 Dari pendapat tersebut, pendidikan informal dapat disimpulkan
sebagai pendidikan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dan tidak
terorganisasi secara struktur.

B. Matematika Informal
Matematika adalah pelajaran yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-
hari. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu menghadirkan konsep
matematika seperti menghitung, membagi, menjumlahkan, dan mengurangi.
Hal yang serupa dengan istilah pendidikan informal, juga terdapat pada
makna istilah matematika “informal”. Matematika informal analog dengan
berbicara spontan anak. Jika berbicara merupakan fondasi anak untuk membaca,
maka matematika informal merupakan fondasi untuk matematika tertulis di
sekolah.
Berdasarkan pengertian pendidikan informal yang telah dibahas
sebelumnya, maka matematika informal dapat di artikan sebagai matematika
yang diperoleh anak dari belajar mandiri-individual nya di kehidupan sehari-hari
dan tidak terorganisasi secara struktur. Pengatahuan matematika informal anak
tidak diajarkan secara langsung, namun secara substansial dibangun oleh anak.
Pengetahuan anak ini relatif sangat bermanfaat sebagai dasar untuk belajar
di sekolah.5 Misalnya pengetahuan matematika yang diperoleh anak di taman
kanak-kanak tidak mengikuti struktur matematika yang ada di sekolah dasar
maupun jenis sekolah yang lain. Anak TK yang bermain dengan menggolongkan
benda besar dan benda kecil, membedakan warna merah dan bukan merah, berarti
anak tersebut telah mengawali kemampuan klasifikasi. Dalam pendidikan
informal syarat untuk melakukan klasifikasi itu dapat dibuat atau ditemukan
sendiri oleh anak atau memang disiapkan dan disampaikan melaui suruhan guru.

C. Abstrak – Konkret - Abstrak


Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselengarakan oleh
guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan

4
Faisal, Sanapiah.1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. hlm. 49-41
5
National Council of Teachers of Mathematics.1989 ( dalam Supyani Prabawanto. Bandung: UPI)
keterampilan matematika. Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah
abstrak.6 Dalam bahasa Indonesia ‘abstrak’ diartikan sebagai sesuatu yang tak
berwujud atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah
sesuatu yang abstrak, tidak berwujud dalam bentuk konkret atau nyata,hanya
dapat dibayangkan dalam pikiran saja.
Kajian dasar dari objek (pokok pembicaraan) matematika itu adalah
abstrak. Akan tetapi, sebagian ahli mengatakan bahwa objek matematika itu
konkret. Anggapan ini tidak salah, karena dalam menyempurnakan pemahaman
mengenainya (terutama memahami yang abstrak) harus diawali dengan hal-hal
yang konkret. Akibatnya, ketajaman pengertian terhadap hal yang abstrak tersebut
dapat tercapai, yakni dapat menangkap sebuah pengertian sebagai suatu konsep
yang abstrak. Karena sifatnya yang demikian ini, objek matematika itu berkenaan
dengan pikiran atau mental.
R Soedjadi (2000) mengemukakan dalam matematika objek-objek dasar
yang sering dipelajari dalam matematika meliputi beberapa hal, yakni (1) fakta,
(2) konsep, (3) Operasi ataupun relasi, dan (4) prinsip7. Dari objek dasar itulah
dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
Pertama, dijelaskan bahwa fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang
diungkap dengan simbol tertentu. Misalnya, simbol “13” secara umum dipahami
sebagai bilangan “tiga belas”, begitu juga dengan fakta-fakta yang lain, yang
terdapat dalam matematika. Simbolisme dalam matematika tidak tersusun dengan
sendirinya, akan tetapi merupakan buah pikir bahwa tiap bahasa yang mewakili
fakta matematika haruslah syarat makna, sehingga mudah untuk dipahami dan
berlaku secara umum.
Kedua, Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Misalnya, “segi
empat” merupakan suatu konsep. Dengan konsep ini, dapat dibedakan mana

6
Saragih&Suhermi.2006.Strategi Pembelajaran Matematika.Pekanbaru:Insan Cendikia.hlm 7
7
R. Soedjadi.2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini dan
Harapan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. hlm 13-19.
contoh yang merupakan segi empat dengan yang bukan termasuk sebagai segi
empat.
Ketiga, Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan
pengerjaan matematika yang lain. Misalnya, penjumlahan, perpangkatan,
gabungan, irisan. Pada umumnya, operasi dalam matematika merupakan aturan
khusus atau relasi khusus dalam memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih
elemen yang diketahui.
Keempat, Prinsip, yaitu pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu
hubungan antara beberapa konsep. Pernyataan itu dapat menyatakan sifat-sifat
suatu konsep, atau hukum-hukum atau teorema atau dalil yang berlaku dalam
konsep itu. Dapat juga dikatakan, bahwa prinsip ini bisa juga berupa aksioma,
atau teorema. Misalnya, teorema tentang Pythagoras, atau sifat-sifat dalam operasi
penjumalahan dan pengurangan.
Menurut Piaget (2008), anak SD umumnya berada pada periode operasi
konkret. Periode ini disebut operasi konkret sebab berpikir logikanya berdasarkan
pada manipulasi fisik objek-objek konkret. Artinya, untuk berpikir abstrak masih
membutuhkan bantuan memanipulasi objek-objek konkret atau pengalaman-
pengalaman yang langsung dialaminya. Misalnya untuk memahami suatu konsep
matematika, anak memerlukan bantuan memanipulasi benda-benda konkret yang
relefan sebagai pengalaman langsung. Contoh untuk memahami konsep
penjumlahan bilangan cacah 3 + 2 anak perlu mengalami menggabungkan
kelompok 3 benda dengan kelompok 2 benda menjadi kelompok baru 3 + 2 = 5
Pemanfaatan bentuk-bentuk konkret dalam pembelajaran akan sangat
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat
abstrak. Ketepatan penggunaan dan jenis benda konkret yang digunakan akan
semakin memudahkan proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Sehingga
hasil belajar dapat mencapai titik yang optimal dalam waktu yang tepat pula. Oleh
karena itu, diperlukan suatu benda-benda konkret yang sudah baku dan teruji
efektif agar proses pembelajaran menjadi lebih terarah sesuai dengan perencanaan
yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu
disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit
menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika
adalah abstark, tetapi masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit agar
siswa mampu memahami konsep dan prinsip. Suatu konsep diangkat melalui
manipulasi dan observasi terhadap obyek konkrit, kemudian dilakukan proses
abstraksi dan idealisasi.
Jadi dalam proses pembelajaran matematika peranan media/alat peraga
sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip. Heinich., et al.
mengemukakan “adaptation of media and specially designed mean can contribute
enormously to effective instructional …”. Hal tersebut mengandung maksud
bahwa media yang sesuai dan dirancang khusus akan dapat memberikan
dukungan yang sangat besar terhadap efektifitas pembelajaran. Dengan demikian,
dalam proses pembelajaran matematika hendaknya diakhiri dengan kemampuan
siswa dalam melakukan abstraksi sehingga abstrak – konkret – abstrak dapat
menjadi tugas penting bagi guru matematika.
D. Number Sense dan Symbol Sense
Salah satu hal yang membuat matematika ‘terkenal’ dan juga mungkin
ditakuti oleh banyak orang adalah HITUNG. Ya, tentu saja matematika banyak
berkaitan dengan hitung menghitung tapi matematika bukan hanya tentang ilmu
berhitung tapi juga ilmu logika, mengukur dan lain-lain.
Number sense berhubungan dengan rasa intuitisi, seperti halnya
kemampuan untuk menyelesaikan soal dengan fleksibel dengan disertai alasan
yang masuk akal. Kemampuan ini meliputi, perkiraan, mengetahui ukuran
bilangan,mampu memodelkan suatu soal ke dalam bentuk model matematika dan
mampu menyelesaikan soal dengan alasan yang tepat.
Number sense mengacu pada pemahaman seseorang tentang bilangan
dengan kemampuan pemahaman yang fleksibel untuk memecahkan masalah
matematika dan mampu menggunakan strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika yang rumit
Menurut Saleh (2009) bahwa ada lima karakter number sense yang
berkaitan erat dengan bilangan. Kelima karakter itu adalah:8
1) Number Meaning (pengertian bilangan) adalah memberikan beberapa konsep
dasar mengenai bilangan. Mulai dari pengertian bilangan, sejarah bilangan, jenis
bilangan sampai sifat-sifat bilangan.
2) Number Relationships (hubungan antar bilangan), artinya, Number sense
menjelaskan hubungan satu bilangan terhadap bilangan lainnya. Misalnya, 144
adalah kuadrat 12, dan 36 adalah setengah dari 72 dan lain sebagainya.
3) Number Magnitude (besaran bilangan), artinya, memberikan pandangan
bahwa bilangan merupakan suatu besaran. Artinya, bilangan merupakan sesuatu
yang dapat diukur atau dihitung.
4) Number Operation (perhitungan bilangan), artinya, menjelaskan berbagai
perhitungan matematika. Mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, perpangkatan, sampai pemfaktoran bilangan.
5) Number Referents (referensi bilangan), artinya, number sense menjelaskan
berbagai referensi yang dimiliki oleh suatu bilangan tertentu. Misalnya,
keistimewaan bilangan nol, sifat identitas dari bilangan 1 dan sebagainya.
Jadi, number sense ialah pemahaman seseorang dalam mengolah bilangan
dengan berbagai macam strategi, yang memacu kreatifitas siswa tanpa harus
mengacu pada algoritme. Number sense seseorang menunjukkan kemampuan
orang tersebut dalam bersentuhan dengan bilangan. Orang yang memiliki number
sense yang tinggi akan sangat peka dengan hal-hal yang berbau bilangan. Orang
yang memiliki number sense yang tinggi cenderung memiliki kepercayaan diri
yang tinggi pula dalam mempelajari matematika. Karena itu, penting bagi anak
kita agar mereka memiliki number sense yang tinggi.
Selain itu, dalam matematika sering digunakan simbol-simbol yang umum
dikenal oleh matematikawan. Sering kali pengertian simbol ini tidak dijelaskan,
karena dianggap maknanya telah diketahui. Hal ini kadang menyulitkan bagi
mereka yang awam. Simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain
(things that stand for other things) sebagai penunjukan pada benda tersebut.

8
Saleh,Andri.2009.Number Sense Belajar Matematika Selezat Coklat.Jakarta: Transmedia,hlm 28.
Simbol juga merupakan tanda yang digunakan untuk melambangkan bilangan
dalam matematika.9 Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang
menjadi obyek matematika.
Bilangan-bilangan misalnya dipandang sebagai sifat-sifat structural yang
paling sederhanan dari benda-benda. Dengan simbolisme abstrak yang dilepaskan
dari sesuatuarti tertentu dan hanya menunjukkan bentuknya saja. Simbol dan
lambang memperoleh fungsi khususnya dari kesepakatan bersama, misalkan ada
beberapa jumlah benda, tanpa ada bilangan maka kita tidak bisa mengetahui
berapa buah benda tesebut,sehingga dengan kesepakatan maka ditemukanlah
bilangan-bilangan tersebut dengan simbol angka bilangan masing-masing.
Anggap saja jumlah benda tersebut adalah lima buah sehingga simbol atau
lambangnya dituliskan adalah 5, begitu juga seterusnya. Maka, lima dapat
dilambangkan menggunakan angka Hindu-Arab dengan 5 (sistem angka berbasis
10), maupun mengunakan angka Romawi dengan simbol V. Simbol 5 dan V yang
digunakan untuk melambangkan bilangan lima disebut sebagai angka.
Penekanan matematika di tingkat SD adalah number sense sedangkan
penekanana matematika di tingkat SMP adalah symbol sense.10 Penggunaan
beberapa symbol untuk variable merupakan langkah peralihan dari aritmetika ke
aljabar. Simbol-simbol dan istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau
konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam
matematika, maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan
dikomunikasikan.
Kesepakatan atau konvensi merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma (postulat: pernyataan pangkal
yang tidak perlu dibuktikan) dan konsep primitif (pengertian pangkal yang tidak
perlu didefinisikan, undefiened term). Di dalam matematika banyak sekali simbol
baik yang berupa huruf Latin, huruf Yunani maupun simbol-simbol khusus
lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang
biasa disebut model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,

9
Didi,Haryono.2014.Filsafat Matematika.Bandung:Alfabeta.hlm 68
10
R. Soedjadi.2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini
dan Harapan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu, ada pula model matematika yang
berupa gambar (pictoroid) seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun
diagram.
E. Matematika untuk Semua
Menurut Fathani (2009) bahwa matematika sebagai seni yang kreatif,
yaitu penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-
pola yang kreatif dan menakjubkan, matematika sering pula disebut sebagai
11
seni, khususnya seni berfikir yang kreatif. Selain itu, matematika juga
memiliki unsur estetika, baik visual maupun intuisional. Mereka yang
berminat kepada matematika seringkali menjumpai suatu aspek estetika
tertentu di banyak matematika. Banyak matematikawan berbicara
tentang keanggunan matematika, estetika yang tersirat, dan keindahan dari
dalamnya. Kesederhanaan dan keumumannya dihargai. Terdapat keindahan di
dalam kesederhanaan dan keanggunan bukti yang diberikan, semisal
bukti Euclid yakni bahwa terdapat tak-terhingga banyaknyabilangan prima, dan
di dalam metode numerik yang anggun bahwa perhitungan laju,
yakni transformasi Fourier cepat. G. H. Hardy di dalam A Mathematician's
Apology mengungkapkan keyakinan bahwa penganggapan estetika ini, di
dalamnya sendiri, cukup untuk mendukung pengkajian matematika murni.
Dalam hal ini matematika tidak terlalu sukar untuk diketahui semua
orang. Akan tetapi, agar dapat mengerti atau lebih memahami dan menguasai
matematika seterusnya diperlukan kemampuan atau bakat tertentu. Indonesia
telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun di tahun 1993. Hal tersebut tentunya
ikut menentukan sebatas manakah matematika yang perlu dan dapat dikuasai
oleh semua orang. Matematika untuk semua orang sekurang-kurangnya harus
merupakan materi pokok dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Salah satu perangkat kriteria penentuan materi matematika untuk semua orang
antara lain memuat: materi yang amat mendasar, nilai praktis, nilai penataan
nalar, dan nilai didik. Matematika untuk semua orang atau matematika untuk

11
Abdul Halim Fathani, 2009.Matematika Hakikat & Logika,Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. hlm.23-
24.
umum merupakan keharusan menjadi materi pokok di pendidikan dasar
sebagai realisasi wajib belajar. Sementara itu, di tingkat pendidikan menengah
(SMU) tujuan pendidikan adalah mempersiapkan siswa untuk mampu
mengikuti pendidikan tinggi dan aneka ragam pendidikan tinggi yang
memerlukan matematika sehingga matematika di SMU sudah sangat perlu
lebih terarah dan mengurangi atau bahkan meniadakan sama sekali materi
matematika untuk semua orang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perlu dipkirkan kembali
pemisahan materi pelajaran matematika menjadi matematika umum yaitu
matematika yang diperuntukkan semua orang (minimal untuk wajib belajar 9
tahun) dan matematika khusus yaitu matematika yang secara khusus ditetapkan
sesuai dengan penjurusann yang dimungkinkan.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Matematika informal dapat di artikan sebagai matematika yang
diperoleh anak dari belajar mandiri-individual nya di kehidupan sehari-hari dan
tidak terorganisasi secara struktur.
Pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan
kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian
meskipun obyek pembelajaran matematika adalah abstark, tetapi masih diperlukan
pengalaman melalui obyek konkrit agar siswa mampu memahami konsep dan
prinsip.
Matematika untuk semua orang sekurang-kurangnya harus merupakan
materi pokok dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Salah satu
perangkat kriteria penentuan materi matematika untuk semua orang antara lain
memuat: materi yang amat mendasar, nilai praktis, nilai penataan nalar, dan nilai
didik.
B. Saran
Demi kelengkapan dan perbaikan pembahasan pada makalah ini,
diharapkan para pembaca agar membaca referensi atau sumber lain sehingga
kedepannya makalah ini lebih menjadi bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani, 2009.Matematika Hakikat & Logika, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Didi,Haryono. 2014.Filsafat Matematika, Bandung:Alfabeta.

Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional.

Joesoef, Sulaiman.dkk. 1981. Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya: CV. Usaha


Nasional

R.Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan


Masa Kini dan Harapan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Dikti Departemen
Pendidikan Nasional.

Saleh,Andri. 2009, Number Sense Belajar Matematika Selezat Coklat, Jakarta:


Transmedia.

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Kencana.

Saragih&Suhermi. 2006. Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru:Insan


Cendikia.
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Dari : Putri Aulia


Pertanyaan : Apa pengaruh matematika informal terhadap matematika sekolah.
Jawaban :
“ Menurut NCTL (dalam Supyani Prabawanto, Bandumg: UPI)
Pengetahuan informal anak ini relatif sangat bermanfaat sebagai dasar untuk
belajar di sekolah. Misalnya pengetahuan matematika informal yang diperoleh
anak di taman kanak-kanak tidak mengikuti struktur matematika yang ada di
sekolah dasar maupun jenis sekolah yang lain. Anak TK yang bermain dengan
menggolongkan benda besar dan benda kecil, membedakan warna merah dan
bukan merah, berarti anak tersebut telah mengawali kemampuan klasifikasi”

2. Dari : Melva Yola


Pertanyaan : Apa maksud karakter number sense referensi bilangan ?
Jawaban :
“ Menurut Saleh (2009) artinya, number sense menjelaskan berbagai referensi
yang dimiliki oleh suatu bilangan tertentu. Misalnya, keistimewaan bilangan
nol, sifat identitas dari bilangan 1 dan sebagainya.

3. Dari : Lina Apriliyani


Pertanyaan : Apakah metematika informal bisa masuk ke setiap jenjang
pendidikan?
Jawaban :
Sebagaimana yang dikemukan Sulaiman joesoef, Berbeda dengan pendidikan
formal dan pendidikan non-formal, pendidikan informal adalah pendidikan
yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, di dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari.
Artinya pendidikan formal jelas sangat berpengaruh terhadap pendidikan
seseorang dan jelas masuk ke setiap jenjang pendidikan.
4. Dari : Tika Susanti
Pertanyaan : Jika ada kumpulan orang tua yang belajar disuatu daerah, maka
kasus tersebut termasuk pendidikan frmal, non formal atau
informal??
Jawaban :
Pendidikan non formal karena, seperti yang dijelaskan bahwa pendidikan non
formal tidak dilakukan di jalur formal naman terstruktur yaitu di sengaja di
adakan dan punya jadwal. Sejalan dengan pendapat R. Soedjadi yang
mengatakan pendidikan non-formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di
luar sekolah tetapi masih jelas terstruktur.

5. Dari : Fadriati Ningsih


Pertanyaan : Jelaskan kembali tentang Number Sense
Jawaban :
Number sense ialah pemahaman seseorang dalam mengolah bilangan dengan
berbagai macam strategi, yang memacu kreatifitas siswa tanpa harus mengacu
pada algoritme. Number sense seseorang menunjukkan kemampuan orang
tersebut dalam bersentuhan dengan bilangan. Orang yang memiliki number
sense yang tinggi akan sangat peka dengan hal-hal yang berbau bilangan.
Orang yang memiliki number sense yang tinggi cenderung memiliki
kepercayaan diri yang tinggi pula dalam mempelajari matematika. Karena itu,
penting bagi anak kita agar mereka memiliki number sense yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai