Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nyoman Dantes
NIP. 19499101019775031003
Oleh
Komang Hari Santhi Dewi
NIM. 1229021007
Om Swastiastu,
Atas Karunia Tuhan Yang Maha Esa (TYME), akhirnya penulis mampu
Akhir Semester (UAS) pada Mata Kuliah Disain dan Analisis Eksperimen berupa
Vee Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Komputer Dan
besarnya kepada Prof. Dr. Nyoman Dantes, selaku dosen pengampu yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan proposal tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal tesis yang telah penulis susun
jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
terciptanya karya tulis yang lebih baik. Akhir kata penulis menyampaikan terima
kasih .
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
C.1.4 Tinjauan Tentang Gaya Kognitif ...................................................... 48
C.1.4.1 Gaya Kognitif Field Independent ........................................ 51
C.1.4.2 Gaya Kognitif Field Dependent ........................................... 53
C.1.4.3 Perbandingan Individu Field Independent dengan Individu
Field Dependent .................................................................... 55
C.1.5 Tinjauan Hasil Belajar ...................................................................... 58
C.1.5.1 Hakekat Hasil Belajar .......................................................... 58
C.1.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........................... 61
C.1.5.3 Penilaian Hasil Belajar ......................................................... 64
C.2 Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................. 66
C.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 67
C.3.1 Perbedaan Hasil Belajar KKPI Antara Siswa yang Mengikuti
Pendekatan Pembelajaran Heuristik Vee Berbasis Asesmen
Kinerja dengan Siswa yang Mengikuti Pendekatan pembelajaran
Konvensional.................................................................................. 67
C.3.2 Pengaruh interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gaya
Kognitif Terhadap Hasil Belajar KKPI .......................................... 70
C.3.3 Perbedaan Hasil Belajar KKPI Antara Siswa yang Mengikuti
Pendekatan Pembelajaran Heuristik Vee Berbasis Asesmen
Kinerja Dengan Siswa yang Mengikuti Pendekatan Pembelajaran
Konvensional, Untuk Siswa yang Memiliki Gaya Kognitif Field
Independent .................................................................................... 72
C.3.4 Perbedaan Hasil Belajar KKPI Antara Siswa yang Mengikuti
Pendekatan Pembelajaran Heuristik Vee Berbasis Asesmen
Kinerja Dengan Siswa yang Mengikuti Pendekatan Pembelajaran
Konvensional, Untuk Siswa yang Memiliki Gaya Kognitif Field
Dependent ...................................................................................... 74
C.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 76
D. METODE PENELITIAN .................................................................................. 77
D.1 Rancangan Penelitian ................................................................................. 77
D.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 79
D.2.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 79
iii
D.2.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 80
D.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 84
D.3.1 Identifikasi Variabel ......................................................................... 84
D.3.2 Definisi Variabel .............................................................................. 85
D.3.2.1 Definisi Konsep ................................................................... 85
D.3.2.2 Definisi Operasional ............................................................ 87
D.4 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ............................................................. 89
D.4.1 Tahap Persiapan Eksperimen ........................................................... 90
D.4.2 Tahap Pelaksanaan Eksperimen ....................................................... 91
D.4.3 Tahap Akhir Eksperimen ................................................................. 92
D.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................... 94
D.5.1 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 94
D.5.2 Instrumen Penelitian......................................................................... 95
D.5.2.1 Tes Gaya Kognitif................................................................ 95
D.5.2.2 Tes Hasil Belajar KKPI ....................................................... 96
D.5.2.3 Tes Unjuk Kerja................................................................. 109
D.6 Metode Analisis Data ............................................................................... 111
D.6.1 Uji Persyaratan Analisis ................................................................. 111
D.6.2 Uji Hipotesis Penelitian.................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
A. JUDUL PENELITIAN
B. PENDAHULUAN
menuju kematangan dan kedewasaan rohani dan jasmani sehingga peserta didik
dapat menjadi manusia yang benar-benar, baik dari aspek kecerdasan, emosional,
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan hal tersebut tujuan
Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri maju, tangguh cerdas, keratif,
1
sehat jasmani dan rohani. Apabila tujuan pendidikan ini dapat tercapai, maka
penyempurnaan kurikulum yang terbaru dan masih dikembangkan sampai saat ini
yaitu kurikulum 2013. Namun kenyataannya hasil belajar siswa masih terkesan
Ujian Nasional yang diberitakan oleh media cetak atapun elektronik. Kadis
Disdikpora Provinsi Bali di salah satu jumpa pers terkait tingkat kelulusan siswa
Dari 26,246 peserta UN SMA tahun ini, 26,233 lulus dan hanya 13 siswa
yang tidak lulus. Siswa tidak lulus paling banyak dari program IPS, yakni 10
orang. Sementara tiga siswa lain yang tak lulus, dua berasal dari program
IPA dan satu dari program Bahasa. Dari 9 kabupaten/kota di Bali, siswa
yang terbanyak tidak lulus berasal dari Kabupaten Buleleng, yakni 6 siswa.
Selebihnya, 2 siswa tak lulus dari Jembrana, 2 dari Badung, 1 dari Bangli, 1
dari Denpasar, dan 1 dari Tabanan. (Sumber: http://regional.kompas.com
/read/2013/05/24/06430944/13.Siswa.Tak.Lulus..Bali.Catatkan.Kelulusan.U
N.SMA.99.95.Persen)
2
Walaupun tingkat kelulusan mencapai 99,95% pada tahun ini, namun
hendaknya perlu dikaji kembali berbagai masalah terkait tentang kualitas hasil
belajar siswa, mengingat dari 13 siswa SMA/SMK yang dinyatakan tidak lulus di
provinsi Bali, siswa yang terbanyak tidak lulus berasal dari Kabupaten Buleleng,
yakni 6 siswa. Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
kualitas hasil belajar adalah proses pembelajaran di kelas, baik dari segi kesiapan
guru dalam mengelola kelas saat menyampaikan materi, maupun ditinjau dari
Secara umum mutu pendidikan kejuruan dikatakan baik dan berhasil jika
kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui proses pendidikan berguna bagi
perkembangan diri mereka untuk hari kedepanya, yaitu ketika mereka memasuki
alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak bisa diserap di lapangan kerja
karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Oleh karena itu, guru sebagai tonggak pelaksanaan pembelajaran di sekolah perlu
Sekolah.
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) KKPI merupakan salah satu mata
Pendidikan (KTSP). Adapun tujuan umum mata pelajaran KKPI agar generasi
mengupayakan agar setiap insan anak bangsa melek informasi. Mata pelajaran
3
KKPI, menuntut siswa untuk mampu berkreasi, mengembangkan sikap insiatif,
perkembangan yang baru. Oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan
informasi.
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar KKPI
dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam umpaya
digunakan guru pada pelajaran KKPI selama ini khususnya di SMK Negeri 2
pembelajaran masih rendah yang ditandai oleh guru masih mendominasi dalam
jawab, informasi, konsep, memberi contoh soal) tanpa adanya pembaharuan yang
ditemukan selama ini di SMK Negeri 2 Seririt yaitu pertama, karakteristik siswa:
untuk mengatasi masalah belajarnya masih rendah, apabila siswa diberikan suatu
4
terkadang sulit untuk memecahkanya sendiri karena siswa terbiasa dibimbing dan
yang mereka peroleh. Kedua, belum optimalnya kemampuan KKPI siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Seririt, ditinjau dari belum optimalnya hasil belajar kognitif dan
psikomotor. Hal ini dapat diketahui dari hasil ulangan umum siswa kelas XI
semester II tahun ajaran 2011/2012 yang masih dibawah nilai KKM (Kriteria
yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Hal ini terlihat dalam
demonstrasi dalam menyampaikan materi dari awal sampai akhir jam pelajaran
dan siswa jarang diarahkan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang
5
sebagai penyajian sejumlah data dan siswa diminta untuk mengolah informasi dan
dikembangkan oleh Gowin sejak tahun 1977 sebagai suatu pendekatan untuk
konsep antara apa yang mereka miliki atau ketahui dengan pengetahuan baru yang
juga memiliki nilai psikologis sebab pendekatan pembelajaran Heuristik Vee tidak
hanya mendorong belajar secara bermakna, tetapi juga membantu peserta didik
6
sangat mendukung penguasaan fakta dan hubungan. Oleh karena itu pendekatan
pembelajaran Heuristik Vee juga dipandang sebagai alat kognitif, strategi kognitif
informal atau petunjuk praktis yang dapat digunakan untuk mengubah pemecahan
Dalam pendekatan pembelajaran Heuristik Vee gagasan yang telah ada pada siswa
kreatif, inovatif dan belajarnya lebih bermakna untuk meningkatkan hasil belajar
diperhatikan oleh guru demi kemajuan hasil belajar adalah teknik asesmen yang
digunakan dalam menilai keterampilan seorang siswa dalam hal ini keterampilan
7
bagaimana yang telah dipelajari siswa. Asesmen kinerja mensyarakatkan siswa
tersebut mencapai suatu target belajar. Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci
berupa rubrik. Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-
keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia memproses dan
memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk atau diterimanya. Oleh karena
itu, kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran tidak dapat diabaikan.
Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan
cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, mupun kebiasaan
yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Gaya kognitif
dapat dbedakan menjadi gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field
8
sedangkan karakteristik siswa yang tidak terpengaruh lingkungan dinamakan gaya
Informasi (KKPI) Ditinjau Dari Gaya Kognitif pada siswa kelas XI SMK Negeri 2
Seririt.
antara lain: (1) Guru kurang menerapkan pendekatan pembelajaran inovatif dalam
Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), (4) Siswa terbiasa dibimbing dan
hubungan sangatlah kurang, (5) guru jarang melakukan penilaian berbasis kinerja
(KKPI).
9
Dalam pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi
pencapaian pemahaman materi ajar yang lebih bermakna. Oleh karena itu,
dimulai dari awal hingga akhir, menjadi salah satu pilihan esensial dalam
fokus masalah atau akar permasalahan yang urgen untuk dikaji dalam upaya
yang dikaitkan dengan tinjauan gaya kognitif siswa. Prinsip dari pendekatan
peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan para
pakar tentang dimensi gaya kognitif menurut Woolfolk (dalam Candiasa, 2003)
10
(FD), global perseptual merasakan beban yang berat sukar memproses, mudah
psikologis dapat diperbaiki melalui situasi yang bervariasi. Individu pada kategori
mengerjakan tugas secara tidak berurutan dan merasa efisien bekerja sendiri.
Heuristik Vee, sebagai bahan kajian dalam penelitian yang berjudul, " Pengaruh
gejala atau fenomena yang berkaitan tentang kualitas hasil belajar siswa dalam
11
sebab itu, penelitian ini menganalisis tentang pengelolaan pembelajaran dengan
ditinjau dari gaya kognitif siswa. Analisis pada penelitian ini dibatasi pada analisis
pada faktor internal siswa yang berupa gaya kognitif. Gaya kognitif yang
dimaksud individu yang memiliki gaya kognitif Field Independent dan gaya
kinerja. Faktor internal lainnya, seperti kesehatan, bakat, minat, kecemasan dll
dilakukan dengan memberikan tes berupa tes obyektif dan unjuk kerja kepada
siswa diakhir penelitian (postest). Dalam penelitian ini hanya dicari ada perbedaan
hasil belajar apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan
kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent. Disamping itu juga
apakah pendekatan pembelajaran Heuristik Vee cocok untuk gaya kognitif field
12
independent dan gaya kognitif field dependent atau hanya cocok pada salah satu
Negeri 2 Seririt?
3. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, apakah terdapat
4. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, apakah terdapat
13
(KKPI) antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran Heuristik Vee
Negeri 2 Seririt
Negeri 2 Seririt, pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
14
mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Seririt, pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
2. Bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan
guru komputer.
3. Bagi praktisi pendidikan, hasil penelitian ini digunakan sebagai landasan dalam
Ditinjau dari aspek praktis, manfaat penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
15
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang
2. Bagi guru hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) di. Selain itu hasil
sesuai gaya kognitif siswa, asesmen dalam pembelajaram dan juga materi
kehidupan umat manusia maupun dalam konteks kehidupan semua makhluk hidup
yang ada di bumi, agar kehidupan mereka dapat tetap berlangsung. Belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkunganya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah dengan
16
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
Pengertian belajar sangat luas dan tidak hanya terjadi dalam ruang kelas
sengaja ataupun tidak sengaja, seperti yang dikatakan oleh Hamalik (2009:37)
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
bukunya bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
itu Sardiman (2010: 20) menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu perubahan
yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar”. Selain itu tokoh pendidikan dan psikologi, B.F Skinner dalam Syaiful
Sagala (2010:14) menjelaskan bahwa, “belajar adalah suatu proses adaptasi atau
memahami segala suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi
17
baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responya menurun”. Lain halnya
dengan Trianto (2010:16), “proses belajar terjadi melalui banyak cara baik
disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju
pada suatu perubahan pada diri pembelajar”. Perubahan yang dimaksud Trianto
belajarnya.
(perilaku) baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor dari belum tahu
menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi
lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat
bagi lingkungan maupun individu itu sendiri dengan cara diberi stimulus baik
secara langsung ataupun melalui lingkungan tempat ia belajar. Selain itu, belajar
tidak hanya mengingat sejumlah fakta-fakta atau teori-teori yang tercantum dalam
buku pelajaran tetapi lebih luas daripada itu, yaitu dalam proses pembelajaran
harus bermakna bagi peserta didik dan orang yang belajar tersebut, proses belajar
terjadi selama manusia hidup di bumi ini dari mulai lahir sampai meninggal.
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Apabila
dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses
18
proses belajar pada siswa”. Oleh karena itu pembelajaran sebagai suatu proses
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru tau
pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Kegitan pembelajaran
bukan sekedaar kegiatan mengajar (pengajran) yang mengabaikan kegiatan
belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengejaran dan melaksanakan prosedur
mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi kegiatan
pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola
pembelajaran yang bervariasi.
proses pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan siswa atau peserta didik.
Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam menyususn rencana
model pembelajaran harus dikuasai oleh guru dan tentu saja disesuaikan dengan
materi pelajarannya. Menurut Isjoni (2011: 14), pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa”. Sedangkan menurut Santrock
19
permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh
melalui pengalaman”.
pada perilkau totalitas dari siswa/peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas
totalitas dan profesional dari seorang guru, instruktur, tutor, dan sebutan tenaga
kependidikan lainya dari segi terjadinya belajar pada diri siswa. Hakikat
pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru selaku pendidik dan
belajar dilakukan oleh peserta didik sistematis dan sistemik, yang bersifat
interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber
20
luar kelas, dihindari guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi
yang ditentukan.
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
21
berpusat pada guru (teacher centered approach). Sebagaimana dijelaskan oleh
cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan
keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian
kegitan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugas-tugas khusus
pembelajaran.
22
C.1.2.1 Pendekatan Pembelajaran Heuritik Vee
ilmu pengetahuan.
Kata Heuristik Vee Berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti
adalah fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu
dari orang lain adalah dorongan yang terdapat pada setiap manusia. Istilah
karena itu, pengertian heuristic juga sangat dekat dengan pengertian penemuan
(discovery).
1197 sebagai suatu pendekatan untuk membantu siswa dalam memahami struktur
23
menggunakan prosedur-prosedur penemuan dalam proses pembelajaran yang
Kejadian/Objek
Gambar Diagram Vee diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada bagian
kiri Diagram Vee adalah sisi konseptual dan bagian kanan adalah sisi metodologi.
Pada sisi konseptual (sebelah kiri “V”) berisi teori-teori, prinsip-prinsip, dan
alam perlu dibuktikan kebenarannya dengan mengamati suatu objek atau pristiwa-
pristiwa (bagian bawah “V”) melalui suatu percobaan. Pada sisi metodelogi (sisi
kanan “V”) berisi catatan-catatan yang harus dibuat, trasformasi, serta klaim
konsep dan catatan yang dibuat sesuai. Pada bagian atas “V” diletakan pertanyaan
(Suastra, 2009).
24
Menurut Novak & Gowin (dalam Wibawa, 2009:18) pengkonstruksian
melalui lima buah pertanyaan yaitu: (1) apakah fokus pertanyaan? (2) apakah
pertanyaan pokok apakah yang diklaim? (5) nilai apakah yang diklaim?
yang berbeda akan memfokuskan kita pada beberapa aspek yang berbeda
praktis, bimbingan atau saran yang paling lepas untuk menyelesaikan masalah.
bimbingan atau saran yang digunakan dalam memecahkan masalh tidak, baik
Syaiful Sagala, 2009:81), prinsip pendekatan heuristik adalah (1) aktivitas siswa
menjadi fokus perhatian utama dalam belajar, (2) berpikir logis adalah cara yang
paling utama dalam menemukan sesuatu, (3) proses mengetahui dari suatu yang
sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelakaran yang
paling rasional dalam pelajran di sekolah, (4) pengalaman yang penuh tujuan
adalah tonggak dari usaha pembelajaran siswa kearah belajar berbuat, selama ia
berpikir dan belajar mandiri. Dengan prinsip ini menunjukan bahwa penekatan
25
pembelajaran heuristic dapat mendorong siswa bersikap berani untuk berpikir
perbedaan.
dan mengaktifkan siswa terhadap materi belajar yang dikuasai dan dimiliki.
sehingga dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan
26
b. Model Heuristik Vee membantu peserta didik menemukan konsep antara apa
yang mereka miliki atau ketahui dengan pengetahuan baru yang berusaha
c. Model Heuristik Vee juga memiliki nilai psikologis sebab model Heuristik Vee
tidak hanya mendorong belajar secara bermakna, tetapi juga membantu peseta
Selain terdapat kelebihan dari model ini, Heuristik Vee tentu memiliki
kelemahan yaitu.
a. Memerlukan biaya yang cukup untuk penerapan model ini, karena tidak semua
b. Bagi siswa yang kurang mampu mengikuti pembelajaran di sekolah akan sulit
secara maksimal.
berikut.
27
Tabel C.1 Sintaks Model Pembelajaran Heuristik Vee
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap 1 a. Menyampaikan, SK, KD, tujuan pembelajaran, a. Siswa mencermati SK, KD dan indikator
Orientasi motivasi siswa dan memberikan apersepsi. yang disampaikan guru,kemudian siswa
menganalisa tujuan pembelajaran yang harus
dicapai
b. Guru memusatkan perhatian peserta didik dengan b. Siswa memusatkan perhatian pada
menyebutkan beberapa fenomena dalam pembelajaran. Menyimak informasi yang
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan diberikan dan mempersiapkan buku-buku
topik yang akan dipelajari sumber yang berkaitan dengan informasi yang
diberikan.
Tahap 2 Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan Siswa menyampaikan gagasan yang dimilikinya
Pengungkapan Gagasan gagasan konseptual yang dimilkinya dengan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
Peserta didik memberikan pertanyaan-pertanyaan yang ada guru
kaitanya dengan kehidupan sehari-hari
Tahap 3 Guru mengajukan permasalahan yang berkaitan Menyimak penyampaian guru terkait materi yang
Pengungkapan dengan materi pelajaran akan dipelajari
permasalahan/ fokus
pertanyaan
Tahap 4 a. Untuk mengkonstruksi pengetahuan baru peserta a. Mendengarkan apa yang disampaikan oleh
Pengkonstruksian didik diminta melakukan praktikum sesuai lembar guru, menyiapkan diri untuk melaksanakan
pengetahuan baru kerja yang dibagikan. Guru Menyampaikan kegiatan paktikum serta merencanakan sumber
28
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
langkah-langkah dan ketentuan yang akan serta sarana belajar yang dapat mendukung
dilakukan dalam kegiatan praktikum kegiatan belajar.
(implementasi).
b. Mengamati kinerja siswa selama melakukan b. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh
praktikum dan memberikan bimbingan guru.
seperlunya. Guru meminta siswa menuangkannya
konsep pemikiranya sesuai tugas yang diberikan
dalam diagram Vee
Tahap 5 a. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan siswa yang a. Siswa melakukan diskusi (menyampaikan
Evaluasi benar sesuai dengan materi yang dipelajari dan permasalahan yang ditemukan selama
pengkonstruksian pengetahuan yang baru, peserta praktikum),
didik diminta melakukan tanya jawab (diskusi)
yang dipandu oleh guru. Guru mencatat ide-ide
pokok dan mendiskusikan jawaban peserta didik
yang salah. Dengan demikian peserta didik dapat
melihat ketidak sesuaian gagasan yang dimiliki
sebelumnya dan kemudian mengubahnya
(merekonstruksi).
b. Mengajak siswa mencermati kembali dan b. Mencermati kembali dan merenungkan
merenungkan kesalahan, kekurangan dan kesalahan, kekurangan serta kesulitan yang
kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan dialami dalam menyelesaikan masalah serta
29
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
masalah, mengarahkan siswa pada konsep-konsep mengadakan pembenahan terhadap kesalahan
yang benar dan kekurangannya.
c. Membimbing siswa untuk menyimpulkan c. Menyimpulkan pembelajaran dan
pembelajaran. mengumpulkan pekerjaan yang telah
dikerjakan.
d. Memberikan tugas rumah kepada siswa d. Mencatat tugas yang diberikan guru
30
C.1.2.2 Pembelajaran dengan Pendekatan Konvensional
informasi konsep dan prinsip, latihan-latihan, soal-soal, dan tes. Ciri pembelajaran
ini adalah: (1) dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta
didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan pendidik, (2)
bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar yang tidak
informasi yang tuntas dan gamblang dari guru, (3) pembelajaran tidak dilakukan
laboratorium.
Keunggulan dari model pembelajaran yang terpusat pada guru adalah: (1)
bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas, (2) dapat diikuti oleh peserta
didik dalam jumlah besar, (3) pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai
dengan alokasi waktu yang telah disediakan, (4) target materi relatif mudah
dicapai. Sedangkan kelemahan yang terjadi adalah: (1) sangat
membosankan karena mengurangi motivasi dan kreativitas siswa, (2)
keberhasilan perubahan sikap dan prilaku peserta didik relativ sulit untuk
diukur, (3) kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah
relativ rendah karena pendidik sering hanya mengejar target waktu untuk
menghabiskan target materi pembelajaran, pembelajaran kebanyakan
menggunakan ceramah dan tanya jawab (Sudjana, 2001: 39 - 40).
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Selain itu pendekatan
31
soal-soal lebih banyak menekankan pada penguasaan penerapan rumus-rumus
adalah kegiatan pembelajaran terpusat pada guru (teacher oriented) dimulai dari
penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan soal-soal sampai
pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan dimengerti oleh siswa.
32
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
yang disajikan untuk apersepsi disajikan
maupun dinamik sebagai intrumental input. Interaksi antara guru dan siswa
asesmen. Asesmen yang baik adalah asesmen yang tepat untuk mengukur
33
indikator pencapain dan dengan cara apa pembelajaran dilakukan. Kegiatan
Kegiatan ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru. Keempat
kegiatan pokok ini merupakan sebuah kesatuan yang padu, yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.
Salah satu pengertian asesmen menurut Jihad dan Haris (2008) adalah
belum dapat menilai hasil dan proses belajar. Dengan demikian guru perlu
untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis
34
tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
sistematis dalam mengumpulkan informasi atau data seorang anak. Dalam konteks
dihadapi siswa saat itu, sebagai han untuk menentukan apa yang sesungguhnya
menemukan dan menetapkan di mana le tak masalah yang dihadapi serta apa yang
guru akan dapat menyusun program intervensi yang bersifat realistis sesuai
penelusuran produk dan proses, artinya hasil-hasil kerja yang ditunjukan dalam
proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu
ini senada dengan pengertian yang menyatakan asesmen kinerja adalah penilaian
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjaddi, terhadap untuk kerja, tingkah
35
kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti: praktek di
Harris, 2008:99). Hal ini sejalan dengan pengertian yang menyatakan bahwa
meliputi proses dan hasil belajar seperti unjuk kerja, hasil belajar dan interaksi
lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Respon siswa tersebut dapat
diperoleh guru dalam konteks asesmen formal atau informal atau dapat diamati
selama pengajaran di kelas atau seting di luar pembelajaran. Meminta siswa untuk
demonstrasi.
Terdapat 3 komponen utama dalam asesmen kinerja yaitu tugas kinerja atau
(skoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik standar tugas,
deskripsi tugas dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performance adalah suatu
deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga yaitu: (1)
36
holistik skoring, pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum
aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performance dan (3) primary traits
skoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur domain dari suatu
performance. Penilaian kinerja yang dilakukan itu tidak terlepas dari keterbukaan
Alasan dari penggunaan asesmen kinerja didasari atas empat asumsi pokok
yaitu (1) asesmen kinerja disasarkan partisipasi aktif siswa, (2) tugas-tugas yang
diberikan atau dikerjakan siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
siswa, tetapi untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri dan (4) dengan
mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan digunakan untuk mengukur dan
menilai keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan secara terbuka dan aktif
37
Alasan lain asesmen kinerja digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini
Dalam konteks ini yang dimaksud tes baku adalh tes-tes yang secara tradisional
38
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa asesmen
tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah
permasalahan yang diberikan dan hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari
Karakteristik utama dari asesmen kinerja tidak hanya mengukur hasil belajar
siswa (achievment), tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas
asesmen kinerja dalah (1) dapat mengetahui hasil belajar yang kompleks dan
(paper and pencil test), (2) menyajikan suatu evaluasi yang lebih hakiki, langsung
lisan maupun fisik dapat diukur dengan asesmen kinerja, (3) menyajikan motivasi
belajar yang tinggi bagi peserta didik dengan tujuan-tujuan yang jelas dan
Dalam asesmen kinerja ada proses dialog antara guru dan peserta didik.
39
didik. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik merupakanfaktor yang
didik dalam perumusan tujuan belajar, peserta didik akan lebih tau apa yang
seharusnya dilakukan sehingga dengan cara seperti ini motivasi belajar peserta
didik akan tinggi dan pembelajaran menjadi lebih berarti. (4) Mendorong aplikasi
pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata. (5) Asesmen kinerja lebih
menekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, bukan pada apa
yang diketahui oleh peserta didik. Unjuk kerja yang ditunjukan oleh peserta didik
dapat ditekankan pada kehidupan nyata, (6) Dapat dijadikan informasi sebagai
tidak bisa disusun dengan waktu tergesa-gesa. Apabila disusun dengan waktu
yang singkat akan menghasilkan suatu perangkat pengaksesan yang tidak handal
dan tidak mencapai sasaran tujuan yang dikehendaki, (2) Asesmen dan
reliabilitas yang rendah. Seperti telah dijelaskan bahwa asesmen kinerja berbeda
dengan tes konvensional yang dapat diakses dengan angka, sedangkan asesmen
Subyektifitas bisa diminimalkan dengan cara guru harus membuat kriteria yang
jelas dan eksplisit dalam membuat asesmen, (3) Frekuensi melakukan evaluasi
secara individu harus lebih daripada dalam kelompok. Asesmen kinerja lebih
40
membutuhkan banyak waktu bahkan biaya yang cukup besar, sehingga apabila
diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetensi, (2)
kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan diakses dalam kinerja tersebut,
semua dapat diamati dan (5) kemampuan yang akan diakses diurutkan
Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh peserta
didik, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang peserta didik.
dalam bentuk yaitu: (1) Group performace assessment, yaitu tugas-tugas yang
41
assessment, yaitu tugas-tugas (unjuk kerja) yang harus dikerjakan oleh siswa
secara mandiri,
diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain. (1)
kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan
tugas, (4) Mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan peserta didik yang harus dapat diamati atau karakteristik
produk yang dihasilkan , (5) Mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang akan dapat diamati, (6) Jika ada, memeriksa kembali dan
Selain hal-hal di atas yang perlu diperhatikan juga seperti yang dinyatakan
oleh Winters (dalam Asmawi, 2001) adalah setiap tugas harus memenuhi : (1)
dapat diselesaikan, (2) memotivasi belajar siswa, (3) sesuai dengan tingkat
yang diberikan dapat mencapai apa yang akan dinilai. Hal-hal yang perlu
42
1. Langkah- langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga mudah diamati.
diamati.
perkembangan siswa. Asesmen ini dipandang sebagai bagian integral dari proses
tujuan pendidikan secara utuh dengan standar yang tinggi. Dengan asesmen
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Muslich, 2008:95). Lebih jauh
penting, (2) tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan, (3) usahakan
kemampuan yang akan dinilai dapat diminati dan tidak terlalu banyak, (4) urutkan
43
eviden atau bukti pencapaian siswa dalam mata pelajaran tertentu. Kegunaan
Kinerja
pembelajaran Heuristik Vee dengan asesmen kinerja disajikan pada Tabel C.4
berikut ini.
44
Tabel C.4 Sintaks Pendekatan Pembelajaran Heuristik Vee Dengan Asesmen Kinerja
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap 1 a. Menyampaikan, SK, KD, tujuan pembelajaran, a. Siswa mencermati SK, KD dan
Orientasi motivasi siswa dan memberikan apersepsi. indikator yang disampaikan
b. Guru memusatkan perhatian peserta didik dengan guru,kemudian siswa menganalisa
menyebutkan beberapa fenomena dalam tujuan pembelajaran yang harus
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan dicapai
topik yang akan dipelajari b. Siswa memusatkan perhatian pada
pembelajaran. Menyimak informasi
yang diberikan dan mempersiapkan
buku-buku sumber yang berkaitan
dengan informasi yang diberikan.
Tahap 2 Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan Siswa menyampaikan gagasan yang
Pengungkapan Gagasan Peserta gagasan konseptual yang dimilkinya dengan dimilikinya dan menjawab pertanyaan
didik memberikan pertanyaan-pertanyaan yang ada yang diberikan oleh guru
kaitanya dengan kehidupan sehari-hari
Tahap 3 Guru mengajukan permasalahan yang berkaitan Menyimak penyampaian guru terkait
Pengungkapan permasalahan/ fokus dengan materi pelajaran materi yang akan dipelajari
pertanyaan
Tahap 4 a. Untuk mengkonstruksi pengetahuan baru peserta a. Mendengarkan apa yang disampaikan
Pengkonstruksian pengetahuan baru didik diminta melakukan praktikum sesuai lembar oleh guru, menyiapkan diri untuk
kerja yang dibagikan. Guru Menyampaikan melaksanakan kegiatan paktikum
45
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
langkah-langkah dan ketentuan yang akan serta merencanakan sumber serta
dilakukan dalam kegiatan praktikum sarana belajar yang dapat mendukung
(implementasi). kegiatan belajar.
b. Mengamati kinerja siswa selama melakukan b. Tugas-tugas kinerja yang dilakukan
praktikum dan memberikan bimbingan siswa selama proses pembelajaran
seperlunya. Guru meminta siswa menuangkannya adalah :
konsep pemikiranya sesuai tugas yang diberikan Melakukan pratikum aspek-aspek
dalam diagram Vee kinerja yang dinilai adalah ketepatan
waktu pelaksanaan tugas, ketekunan
keaktifan berpendapat, menghargai
pendapat.
Tahap 5 1. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan siswa yang a. Siswa melakukan diskusi
Evaluasi benar sesuai dengan materi yang dipelajari dan (menyampaikan permasalahan yang
pengkonstruksian pengetahuan yang baru, peserta ditemukan selama praktikum). Aspek-
didik diminta melakukan tanya jawab (diskusi) aspek kinerja yang dinilai adalah
yang dipandu oleh guru. Guru mencatat ide-ide ketekunan berdiskusi, kerjasama
pokok dan mendiskusikan jawaban peserta didik kelompok (jika tugas berkelompok),
yang salah. Dengan demikian peserta didik dapat keaktifan berpendapat, menghargai
46
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
melihat ketidak sesuaian gagasan yang dimiliki pendapat, dan ketepatan waktu
sebelumnya dan kemudian mengubahnya penyelesaian tugas
(merekonstruksi).
2. Mengajak siswa mencermati kembali dan b. Mencermati kembali dan
merenungkan kesalahan, kekurangan dan merenungkan kesalahan, kekurangan
kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan serta kesulitan yang dialami dalam
masalah, mengarahkan siswa pada konsep-konsep menyelesaikan masalah serta
yang benar mengadakan pembenahan terhadap
kesalahan dan kekurangannya.
3. Membimbing siswa untuk menyimpulkan c. Menyimpulkan pembelajaran dan
pembelajaran. mengumpulkan pekerjaan yang telah
dikerjakan .
4. Memberikan tugas rumah kepada siswa d. Mencatat tugas yang diberikan guru
47
C.1.4 Tinjauan Tentang Gaya Kognitif
pasti berbeda-beda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, ada pula yang sangat
lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menepuh cara berbeda untuk bisa
menjelaskan bahwa tidak semua orang mempunyai gaya belajar yang sama.
Termasuk apabila mereka bersekolah di sekolah yang sama atau bahkan duduk di
dan kapasitas kerja memori (Danili dan Reid, 2006). Selain itu, Kogan (Danili dan
Reid, 2006) menyatakan ada perbedaan karakteristik siswa dalam hal gaya
faktor tersebut menunjukan bahwa siswa memilki gaya kognitif yang berbeda,
pada cara orang memperoleh informasi dan memakai strategi untuk merespon
suatu stimulus dari luar. Disebut sebagai gaya kognitif dan tidak sebagai
48
cognitive styles merujuk pada cara seseorang memproses informasi dan
merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara
mencerminkan individu itu di dalam proses pembelajaran (Lin dan Chen, 2008).
variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat
dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar
belajar tertentu.
49
pengertian bahwa gaya kognitif adalah suatu cara yang disukainya oleh individu
bersifat konsisten dan berlangsung lama. Salah satu dimensi gaya kognitif yang
independent dan field dependent. Gaya kognitif field dependent dan field
kesesuaian antara kedua gaya kognitif field independent dan field dependent.
Merujuk pada urian tentang gaya kognitif tersebut, dapat diketahui bahwa
gaya kognitif dapat dipandang sebagai satu variabel dalam pembelajaran. Dalam
kognitif tersebut sifatnya given dan dapat berpengaruh pada hasil belajar mereka.
Dalam hal ini, siswa yang memiliki gaya kognitif tertentu memerlukan strategi
50
C.1.4.1 Gaya Kognitif Field Independent
objek yang sudah terorganisir; (3) cenderung kurang sensitif, dingin, menjaga
jarak dengan orang lain, dan individualistis; (4) memilih profesi yang bisa
dilakukan secara individu dengan materi yang lebih abstrak atau memerlukan teori
dan analisis; (5) cenderung mendefinisikan tujuan sendiri, dan (6) cenderung
penguatan instrinsik.
independent yaitu (1) lebih menyukai terlibat dalam situasi dimana ada resiko
gagal, (2) faktor kunci yang memotivasi individu ini adalah kepuasan interinstik
dari keberhasilan itu sendiri, bukan pada ganjaran eksterinsik, seperti uang atau
prestise. Individu yang memiliki field independent akan bekerja keras agar
berhasil, (3) cenderung membuat pilihan atau tindakan yang realistis, dalam
51
mempunyai perspektif waktu yang jauh kedepan, (6) tidak selalu menunjukan
menggunakan persepsi yang dimilikinya sendiri dan lebih analitis. Lebih lanjut
sekitarnya lebih mudah”. Individu field independent lebih tertarik pada desain
konseptual. Selain itu, individu yang bergaya field independent mampu berdiri
lebih senang bekerja secara mandiri, jarang melakukan interaksi dengan guru,
52
membuat siswa yang bergaya field independent sering menemui kesulitan untuk
memungkinkan merespon lebih baik dan lebih independen dalam mencapai tujuan
sendiri.
cenderung untuk berpikir global; 2) cenderung menerima struktur yang sudah ada,
cenderung bekerja dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan
eksternal.
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung memilih belajar
ganjaran atau penguatan yang bersifat eksterinstik. Untuk siswa dengan gaya
kognitif field dependent ini guru perlu merancang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Mereka akan bekerja jika ada tuntutan guru dan
53
Karakteristik individu field dependent dalam belajar diuraikan oleh
orientasi sosial, sehingga tampak lebih bijaksana, perasa, penuh perhatian, ramah,
dan mengesankan individu yang lain, 4) cenderung mengikuti tujuan yang sudah
keterampilan sosial.
(2003) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif field dependent
menerima sesuatu secara global dan mengalami kesulitan dalam memisahkan diri
bipolar yaitu memiliki dua kutub, namun tidak menunjukkan adanya keunggulan
salah satu kutub terhadap kutub yang lainnya. Masing-masing kutub cenderung
memiliki nilai positif pada situasi tertentu, atau sebaliknya cenderung memiliki
54
sifatnya harus mendapatkan bimbingan. Hal ini karena siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent tidak begitu rela untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam
dan tidak mau menanggung resiko. Selain itu siswa yang memiliki gaya kognitif
memiliki gaya kognitif field dependent adalah individu yang cenderung berpikir
tujuan yang sudah ada, serta mengutamakan motivasi dan penguatan eksternal.
petunjuk guru.
Dependent
dibandingkan mereka yang field dependent. Siswa yang dengan field dependent
55
Implikasi gaya kognitif berdasarkan perbedaan psikologis pada siswa dalam
Sedangkan menurut Garner dan Guild (dalam Chu, 2008), hasil kajiannya
Field Independent dan Field Dependent yang dapat dilihat pada Tabel C.5 berikut
ini:
Tabel C.5 Perbedaan Karakteristik Siswa dengan Gaya Kognitif Field Depndent
(FD) dan Field Indepdent (FI)
Siswa dengan Gaya Siswa dengan Gaya
No Karakteristik Kognitif Field Depndent Kognitif Field Indepndent
(FD) (FI)
1 Cara menerima Penerima secara global Penerima secara analitis
informasi
2 Cara Memehami secara global Memehami secara
memahami struktur yang diberikan artikulasi struktur yang
struktir diberikan atau
informasi pemabatasan
3 Cara membuat Membuat perbedaan Membuat perbedaan kosep
perbedaan umum yang luas diantara tertentu dan sedikit
konsep dan konsep-konsep dan tumpang tindih (overlap)
keterkaitannya melihat hubungannya
4 Orientasi dan Orientasi sosial. Oreintasi sosial.
kecenderungan Cenderung diperngaruhi Cenderung kurang mencari
siswa oleh teman-temannya masukan dari temanya
5 Kebutuhan Belajar materi dengan Belajar materi sosial jika
konten materi konten sosial menunjukan diperlukan
56
Siswa dengan Gaya Siswa dengan Gaya
No Karakteristik Kognitif Field Depndent Kognitif Field Indepndent
(FD) (FI)
yang dipelajari hasil terbaik
6 Ketertarikan Materi yang baik aladah Tertarik pad konsep-
dalam materi yang relevan konsep baru untuk
mempelajari dengan pengalamannya kepentinganya sendiri
suatu materi
7 Cara Memerlukan bantuan luar Tujuan dapat dicapai
penguatan diri dan penguatan untuk sendiri dengan penguatan
mencapai tujuan diri
8 Cara mengatur Memerlukan Bisa dengan situasi
kondisi pengorganisasian strukutur sendiri
9 Pengaruh Lebih dipengaruhi oleh Kurang terpengaruh oleh
kritikan kritikan kritikan
10 Metode dan Pasif, menggunakan Aktif, menggunakan
cara belajar pendekatan monoton pendekatan pengetesan
yang cocok (ekspositori) untuk hipotesis (discovery,
mencapai konsep. inkuiri, ekperimen) dalam
Memperhatikan petunjuk pencapaian konsep.
awal yang menonjol diluar Memperhatikan contoh
relevansi awal diluar konsep penting
11 Cara emotivasi Termotivasi secara Termotivasi secara
diri ekterinsik interinsik
12 Daya tarik dan Lebih menaruh perhatian Lebih berminat pada
minat dalam pada hubungan sosial bidang sains dan
belajar matematika
13 Cara menulis Cenderung mencatat Cenderung akan memilih
dan memahami seluruh isi materi, tanpa bagian-bagian yang amat
informasi memilah mana bagian penting dari isi materi
yang penting dan kurang untuk dicatat.
penting
(Ardana, 2010)
57
yang kurang menonjol, sulit memberikan struktur informasi yang ambigu, sulit
sbeelumnya, sulit mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa Field
Independent cenderung mampu melihat bagian bayangan yang terpisah dari suatu
bentuk, dapat memisahkan bagian yang relevan dari bagian yang tidak relevan
pada satu bentuk, meneydiakan struktur informasi yang terpisah dari informasi
yang disajikan, menyusun kembali informasi yang diberikan dari suatu konteks
ingatan.
Menurut Oemar Hamalik (2009) “hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Sedangkan
Syaiful dan Aswan (2006: 107) menyatakan “setiap proses Belajar selalu
menghasilkan hasil belajar”. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana
prestasi (hasil ) belajar yang dicapai. Sejalan dengan Syaiful dan Aswan hasil
belajar menurut Nana (2008: 2), adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah
hal yang sama juga diungkapkan oleh Suprijono (2010: 7) hasil belajar adalah
“perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
manusia saja”.
58
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom revisi (Taksonomi Anderson dan
Krathwohl) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah
antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Pada ranah kognitif dibagi menjadi dua
dan dimensi proses kognitif (cognitive process dimension). Perspektif dua dimensi
1. Ranah Kognitif
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
3. Ranah Psikomotor
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
59
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotor.
dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap, dan nilai-nilai
tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains. Nomor empat dari hasil belajar gagne
motorik.
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa yang dibagi
dalam empat tahap, yaitu tahap sensori motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2
tahun), tahap pra operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional kongkret
(7/8 samapai 12/14 tahun) dan tahap operasional formal (4 tahun atau lebih).
60
Dalam proses pembelajaran, guru harus memperhatikan tahap perkembnagn
siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat
terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006:
dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan
faktor yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”. Keduanya
(1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.
a. Faktor lingkungan social, seperti para guru, sifat para guru, staf
61
b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar,
letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode,
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut
Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005: 19) menyebutkan 7 hambatan-hambatan yang
2. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak.
memanjakan anak.
4. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
5. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan
6. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan
7. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak
(dalam Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal:
62
1. Faktor Internal
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
b. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
2. Faktor Eksternal
tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari
yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk
bernafas lega.
63
C.1.5.3 Penilaian Hasil Belajar
nilai suatu objek (Masidjo,1995). Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga
suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat
bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang
dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian
adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar
untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah
laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai
dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi
nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana
perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan
64
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya
dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak
siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses
pembelajaran.
dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian
hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk
65
C.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang
daripaada algoritmatik dengan melihat gaya kognitif dari mahasiswa IKIP Negeri
Singaraja.
belajar metamtika ditinjau dari bakat numerik pada siswa SMP 3 Denpasar
KKPI ditinjau dari gaya berpikir pada siswa SMK menunjukan bahwa (1) siswa
pembelajaran algoritmik tidak berpengaruh nyata terhadap hasil belajar KKPI, (2)
hasil belajar KKPI untuk siswa yang memiliki gaya berpikir divergen lebih baik
dari siswa dengan gaya berpikir konvergen dan (3) tidak ada pengaruh interaksi
yang signifikan anatar pendekatan pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar KKPI.
komputer ditinjau dari gaya berpikir menyatakan bahwa penerapan alur heuristik
66
dan algoritmatik dapat memberikan pegaruh yang besar terhadap kemampuan
pemrograman komputer.
Statistika antara pebelajar yang belajar dengan gaya kognitif field independence
dan field dependence (F=21,438; p=0,000), (3) tidak ada pengaruh interaksi antara
67
keterampilan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) siswa selama proses
harus “ditelan” oleh peserta didik, yang wajib diingat dan dihafal. Guru dalam
atau keterampilan dimiliki langkah demi langkah agar siswa dapat memahami
materi yang diajarkan Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek
yang pasif sehingga gagasan yang dimiliki siswa menjadi tidak berkembang dan
peserta didik menemukan konsep antara apa yang mereka miliki atau ketahui
dan pengelolaan informasi. Disamping itu, model Heuristik Vee juga memiliki
nilai psikologis, sebab model pembelajaran Heuristik Vee tidak hanya mendorong
68
Pada model pembelajaran Heurstik Vee, guru lebih menekankan gagasan-
menggunakan diagram Vee. Di dalam diagram Vee peserta didik dibantu dalam
reflektif.
dalam bentuk yaitu: (1) Group performace assessment, yaitu tugas-tugas yang
assessment, yaitu tugas-tugas (unjuk kerja) yang harus dikerjakan oleh siswa
secara mandiri. Dalam asesmen kinerja pencapaian hasil belajar yang dapat diraih
berbagai konteks pemecahan masalah dan (3) kecakapan dalam berbagai jenis
ketrampilan komonikasi, visual, karya seni dan lain-lain (4) hasil karya siswa dan
(5) berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai, minat dan motivasi, hal ini
dengan tujuan pembelaajaran dan singkat pembelajaraan anak. Hal tersebut dapat
69
Dengan demikian diduga bahwa terdapat perbedaan hasil belajar KKPI
konvensional.
yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar itu sesuai dengan
karakter gaya kognitif siswa maka informasi atau pesan yang dingin disampaikan
antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent.
70
Mengacu dari pandangan para pakar tentang dimensi gaya kognitif menurut
gaya kognitif dapat dipandang sebagai satu variabel dalam pembelajaran. Dalam
kognitif tersebut sifatnya given dan dapat berpengaruh pada hasil belajar mereka.
Dalam hal ini, siswa yang memiliki gaya kognitif tertentu memerlukan strategi
71
diduga bahwa terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
hubungan sosial penting bagi mereka dan mereka bekerja dengan baik dalam
kemampuan analitik yang kuat dan lebih banyak memantau pemrosesan informasi
antara lain: (1) lebih tertarik pada materi yang terkait pada matematika dan ilmu
lebih tertarik pada penguatan internal, (4) cenderung belajar dengan motivasi
materi yaitu menganalisis materi yang sudah terorganisir atau membuat struktur
materi dengan caranya sendiri bila materi kurang terorganisir, (6) cenderung
belajar lebih cepat bila petunjung peting tidak relevan dengan konsep yang sedang
sesuai dengan keperluan serta mampu menganalisis ciri-ciri dan dimensi informasi
72
dan kemudian menyusun secara konseptual. Dalam pembelajaran mereka lebih
senang bekerja secara mandiri, jarang melakukan interaksi dengan guru lebih suka
kesempatan kepada individu field independent untuk bisa berhasi lebih baik.
gaya kognitif field independent. Melalui pendekatan Heuristik Vee, siswa yang
yang memiliki gaya kognitif field independent akan berbeda jika dilihat
Dari uraian di tersebut diduga bahwa pada siswa yang memiliki sikap field
73
pendekatan pembelajaran Heuristik Vee berbasis asesmen kinerja dengan siswa
Dalam situasi sosial orang yang Field Dependent umumnya lebih tertarik
mengamati kerangka situasi sosial, tertarik pada proses pesan-pesan verbal dengan
feeling dan bersikap. Pada situasi sosial tertentu orang Field Dependent cenderung
lebih bersikap baik, antara lain bisa bersifat hangat, mudah bergaul, ramah,
responsif, selalu ingin tahu lebih banyak, jika di bandingkan dengan orang Field
memilih belajar dalam kelompok dan sesering mungkin berinteraksi dengan guru,
gaya kognitif field dependent ini guru perlu merancang apa yang harus dilakukan
pembelajaran. Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent akan sulit untuk
mengungkap gagasan karena siswa dengan gaya kognitif field dependent akan
bekerja kalau ada tuntunan guru dan motivasi yang tinggi berupa pujian dan
74
dorongan. Berbeda dengan individu yang memiliki kognitif field independent,
kegagalan dengan memilih tugas-tugas yang mudah yang sifatnya harus mendapat
bimbingan. Hal ini karena siswa yang memilki gaya kognitif field dependent tidak
belajar yang dihadapinya, karena takut akan kegagalan dan tidak mau
menanggung resiko. Selain itu siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
maupun lingkungan hidupnya. Oleh karena itu siswa dengan gaya kognitif field
dependent lebih tepat mengikuti pelajaran dengan bimbingan kerja yang diberikan
karena siswa hanya meniru apa yang diperagakan atau dicontohkan guru secara
berurutan.
kognitif field independent karena siswa tidak perlu mengungkap gagasan terkait
apa yang dilakukan guru, siswa dituntun langkah demi langkah dan guru
Dari uraian tersebut diduga bahwa pada siswa yang memiliki sikap field
75
C.4 Hipotesis Penelitian
3. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif independent field, terdapat perbedaan
4. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif dependent field, terdapat perbedaan
76
D. METODE PENELITIAN
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali.
individu dapat menjadi subyek secara bersamaan dalam dua faktor yang berbeda,
yang setiap fokusnya terdiri atas beberapa level”. Selain itu penggunaan desain
analisis faktorial 2x 2 pada penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa dua
variabel mempunyai pengaruh terhadap variabel lain dan adanya interaksi dari
kedua variabel mempunyai pengaruh terhadap variabel lain dan adanya interaksi
Dalam rancangan penelitian ini skor yang digunakan untuk mengetahui hasil
belajar KKPI siswa kelas XI adalah skor posttes saja yang dilakukan pada akhir
Tabel D.1 Desain dan Rancangan Analisis Penelitian dengan Faktorial 2x2
Pendekatan Pembelajaran
(A)
Heuristik Vee Konvensional
(A1) (A2)
Gaya Kognitif (B)
77
Keterangan :
(kelompok kontrol)
dependent.
78
Pemilihan metode ini disesuaikan dengan data yang diharapkan, yaitu
(KKPI) sebagai akibat perlakuan yang diberikan. Variabel terikat dalam penelitian
Sebagai variabel moderator adalah gaya kognitif, yang dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu gaya kognitif field independent (B1) dan gaya kognitif field
independent (B2).
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
karakteristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga.
Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja”.
generalisasi yang terdiri atas sejumlah kasus, objek atau subjek yang mempunyai
79
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Seririt
dan Pengelolaan Informasi (KKPI). Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Seririt tahun
ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas MM.1, MM.2, TKJ.1,
TKJ.2, AKT.1 dan AKT.2 dengan jumlah siswa sebanyak 204 siswa. Adapun
sebaran anggota populasi dalam tiap kelas dapat dilihat pada Tabel D.2 di bawah
ini.
Keterangan:
AKT : Akuntasi
MM : Multimedia
80
(Koyan, 2012:30). Sedangkan menurut menurut Sugiyono (2010:81), “sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Hal ini juga
dipertegas oleh pendapat Riduwan (2006:65) yang menyatakan bahwa, ” sampel yang
baik adalah sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya atau dapat diakatakan sampel yang representatif”. Mengacu
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi dan merupakan
penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah
teknik random sampling (kelas yang dirandom), satu kelompok sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelompok kontrol. Adapun tahapan yang dilalui dalam
menentukan sampel penelitian adalah (1) menganalisis enam kelas kelas untuk
dalam penelitian ini, dilakukan uji rata-rata nilai mata pelajaran Keterampilan
Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) yang diperoleh dari nilai ulangan
tengah semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang diperoleh. Adapun rumus
81
X Y
t
2
SD x2 SD y
Nx Ny
Keterangan:
X : rata-rata nilai tes potensi akademik kelas pertama
Y : rata-rata nilai tes potensi akademik kelas kedua
SD x : simpangan baku nilai tes potensial akademik kelas pertama
Kriteria pengujian: jika ttabel< thitung< ttabel pada derajat kebebasan n1+n2-2
dan taraf signifikan 0,025, maka kedua kelas dinyatakan setara. Uji kesetaraan
dilakukan terhadap enam kelas yaitu kelas MM.1, MM.2, TKJ.1, TKJ.2, AKT.1
dan AKT.2. Selanjutnya dipilih enam kelas secara random dari enam kelas yang
Setelah pengundian selesai maka akan diperoleh dua kelas yang mendapat
pembelajaran Heuristik Vee dan dua kelas sebagai kelompok kontrol yang
yaitu kelompok siswa yang memiliki gaya berpikir field independent dan
kelompok siswa yang memiliki gaya berpikir field dependent. Dalam menentukan
siswa yang termasuk berpikir gaya berpikir field independent dan gaya berpikir
field dependent digunakan skor tes gaya berpikir kemudian diranking. Sebanyak
82
27 % kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok siswa yang memiliki gaya
pertimbangan bahwa presentasi ini paling baik digunakan untuk membedakan dua
masing-masing 27% kelompok atas dan kelompok bawah juga didasarkan pada
pendapat Guilford (1954) yang memilah kelompok ekstrim sebesar 27%. Individu
yang memiliki skor gaya berpikir disekitar rata-rata tidak disertakan sebagai
tersebut termasuk memiliki gaya berpikir field independent dan memiliki gaya
kelompok yang memiliki gaya kognitif field dependent dilakukan berdasarkan pada
kognitif individu mengarah pada salah satu kutub dan (2) kecenderungan gaya
kognitif individu mengarah pada salah satu kutub, dan (3) individu yang memiliki
gaya kognitif field independent cenderung memiliki skor GEFT yang lebih tinggi
daripada individu yang memiliki gaya kognitif filed dependent. Populasi yang
memiliki gaya kognitif skor GEFT di sekitar rata-rata tidak diambil sebagai
bahwa pemilihan gaya kognitif siswa berdasarkan skor gaya kongnitif yaitu siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki skor gaya kognitif lebih
83
tinggi daripada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent bukan berarti
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih baik daripada siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent. Gaya kognitif field independent dan
field dependent adalah bersifat bipolar dimana gaya gaya kognitif field
independent dan field dependent memiliki dua kutub yang tidak menunjukan
keunggulan antara satu kutub dengan kutub lainnya. Berbeda dengan kecakapan
(ability) yang bersifat unipolar dengan rentangan nol sampai nilai maksimum
tertentu, dimana siswa memilki kemampuan lebih tinggi akan lebih baik daripada
sebagai berikut;
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah faktor yang diobservasi dan diukur
84
Widiartini). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
3. Variabel Moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif (B) yang terbagi
menjadi dua yaitu: gaya kognitif Field Independent (B1) dan gaya kognitif
1. Pendekatan Pembelajaran
informasi konsep dan prinsip, latihan soal dam tes. Orientasi dari
85
2. Asesmen Kinerja
bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana
permasalahan yang diberikan dan hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil
4. Gaya Kognitif
sebagai kajian dalam penelitian ini adalah gaya kognitig field independent dan
merespon lebih baik, dan lebih independent. Siswa dengan kognitif ‘field-
86
dependent’ lebih memungkinkan mencapai tujuan dengan motivasi intrinsik,
1. Pendekatan Pembelajaran
beberapa tahap yaitu (1) tahap orientasi, yaitu memusatkan perhatian peserta
yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari, (2) tahap pengungkapan
87
pertanyaan, (4) tahap pengkonstruksian pengetahuan baru dan (5) tahap
evaluasi.
digunakan guru dalam membahas suatu pokok bahasan yang telah biasa
2. Asesmen Kinerja
dengan pengamatan kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik
ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, (3) kemampuan-
kemampuan yang akan dinilai diurutkan sesuai dengan urutan yang akan
diamati.
88
Berdasarkan skor yang diperoleh nilai kinerja dikatagorikan menjadi lima yaitu
: sangat kurang (skor 20-35), kurang (skor 36-50), cukup (skor 51-65), baik
3. Gaya Kognitif
menggunakan tes GEFT (Group Embedded Figure Test) yang terdiri dari
sederhana yang dikenali maka skor yang diperoleh semakin tinggi, sehingga
Sedangkan apabila bentuk sederhana yang bisa dikenai semakin sedikit maka
Hasil belajar KKPI dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tes hasil
belajar KKPI ranah kognitif dengan tes pilihan ganda atau obyekti dan tes hasil
belajar KKPI ranah psikomotor dengan tes unjuk kerja (penilaian kinerja)
89
D.4.1 Tahap Persiapan Eksperimen
berikut.
mengajar di kelas, selain itu peneliti melakukan diskusi intensif dengan guru
kelas XI SMK Negeri 2 Seririt. Peneliti memberi arahan dan petunjuk teknis
direncanakan.
kontrol
3. Peneliti menentukan kelas dari populasi yang tersedia dengan cara teknik
dilakukan uji kesetaraan antar kelas. Kemudian kelas sampel yang setara
diambil dan diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
90
4. Memberikan tes GEFT (Group Embedded Figure Test) kepada sampel
penelitian untuk membedakan gaya kognitif siswa yaitu siswa memiliki gaya
kognitif independent field dan siswa yang memiliki gaya kognitif independent
field.
dosen pembimbing.
reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran butir dan keefektifan pengecoh tes
pada siswa diluar kelas sampel. Dan melakukan validasi instrumen gaya
kognitif.
pertemuan. Satu kali pertemuan yang dimaksud adalah 2 jam pelajaran atau 2
x 45 menit.
dilakukan diskusi dengan guru pengajar baik untuk kelas eksperimen maupun
91
dengan skenario pembelajaran. Pada akhir setiap kegiatan pembelajaran selalu
dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Setelah data hasil belajar terkumpul,
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu Uji Normalitas dan Uji
analisis untuk kemudian diolah dengan analisis statistik ANAVA dua jalur lalu
penelitian (tesis).
Gambar D.1
92
Menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian
Analisis Data
Analisis Data
Menyusun Laporan Penelitian
\
Analisis Data
Gambar D.1 Prosedur Penelitian
93
D.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi: (1) gaya kognitif, dan (2) hasil belajar siswa pada mata
Untuk mengetahui gaya kognitif siswa dilakukan tes gaya kognitif yaitu
dengan GEFT (Group Embedded Figure Test). Untuk pengumpulan data hasil
belajar ini digunakan metode tes. Tes hasil belajar yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif dan psikomotor. Bentuk tes hasil
belajar dibedakan menjadi dua yaitu tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice
Item Test) untuk menilai ranah kognitif dan tes unjuk kerja dengan rubrik
penialaian untuk menilai ranah psikomotor. Secara ringkas teknik dan instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
94
D.5.2 Instrumen Penelitian
hasil belajar KKPI untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif dan
psikomotr siswa dan tes gaya kognitif untuk membedakan siswa yang memiliki
Gaya kognitif memiliki dua kutub yaitu gaya kognitif field independent dan
gaya kognitif field dependent. Tes yang digunakan untuk menentukan jenis gaya
kognitif siswa adalah Group Embedded Figure Test (GEFT). GEFT merupakan
tes gaya kognitif yang yang diterjemahkan oleh Degeng. GEFT sudah digunakan
untuk memilah gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent
antara lain Candiasa dikembangkan leh Philip K. Oltman, Evelyn Raskin dan
kognitif terhadap kemampuan memprogram komputer, Lu & Suen (dalam Liu &
Ginther, 1999) dalam penelitian unjuk kerja, serta Adam & McLeod, 1978 (dalam
Liu & Ginther, 1999) dalam penelitian tentang pengaruh gaya kognitif dalam
formatif dan gaya kognitif terhadap hasil belajar IPA di SD dan Widiana (2010)
gaya kognitif terhadap pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis
95
bentuk-bentuk sederhana tersebut dari bentuk-bentuk sederhana tersebut dari
sederhana yang bisa dikenali semakin kecil skor yang diperoleh, sehingga siswa
tersebut dikategorikan memiliki gaya kognitif field dependent. Tes ini diberikan
Konsepsi tes hasil belajar KKPI dalam penelitian ini adalah abstraksi
instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar KKPI
pada ranah kognitif dan psikomotor. Arikunto (2008) menyatakan tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keseluruhan. Untuk ranah kognitif, pada penilitian ini tes yang digunakan adalah
a. Tes pilihan ganda dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak,
dengan objektif.
96
c. Mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban, karena pilihan
dan e). Setiap item di beri skor 1 (satu) bila siswa menjawab dengan benar, dan
siswa yang menjawab salah akan diberi skor 0 (nol). Untuk tes psikomotor, rubrik
keterampilan dari materi yang diajarkan. Dalam penyusunan tes hasil belajar, ada
Suatu tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang
terkandung dalam butir-butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi yang
telah dipelajari siswa. Sebaliknya, suatu tes dikatakan kurang baik bila tes tersebut
hanya memuat sebagian kecil materi yang diajarkan oleh guru. Untuk
menghindari hal tersebut dan untuk mendapatkan tes yang representative maka
97
perlu dilakukan analisis rasional, artinya dengan melakukan analisis berdasarkan
pikiran logika tentang materi-materi yang akan dicapai. Analisis rasional tersebut
dituangkan dalam bentuk kisi-kisi tes yang berisi pokok uji yang termuat dalam
tes menurut (dalam Citra 2008). Berikut ini disajikan kisi-kisi tes hasil belajar
98
Tabel D.4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif
99
Kompetensi Dasar Indikator No Butir Jenjang Kemampuan Jumlah
Soal Butir Soal
C1 C2 C3 C4
17 √
18 √
1.1.5 Melakukan perinah-perinah editing sederhana, 19 √ 5
seperti: mengetik huruf/kata/kalimat, memformat 20 √
huruf/font, text aligment, numbering, bullet, 21 √
menyelipkan slide, memasukan picture, diagram, 22 √
text box, movie and sound, chart, object 23 √
diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan.
1.1.6 Mengatur slide seperti: slide layot, slide design, 24 √
color animation schemes. Costume animation, slide 25 √
transition, sesuai kebutuhan. 26 √ 5
27 √
28 √
1.1.7 Mencetak file presentasi dalam bentuk 29 √ 5
slide/drawing, outline, handout, notes sesuai 30 √
dengan kebutuhan. 31 √
32 √
33 √
1.1.8 Mencetak file presentasi sesuai dengan parameter 34 √ 5
pencetakan seperti: seluruh halaman, halaman 35 √
tertentu saja, halaman yang sedang diedit, urutan 36 √
percetakan 37 √
38 √
100
Kompetensi Dasar Indikator No Butir Jenjang Kemampuan Jumlah
Soal Butir Soal
C1 C2 C3 C4
101
3. Validasi Instrumen Hasil Belajar KKPI
a. Validitas Isi
validitas isi tes hasil belajar KKPI akan digunakan teknik dari Gregory. Hasil
penilaian dari dua orang pakar (ahli) berdasarkan ke dalam tabulasi silang
D
VI/VK = (Gregory, dalam Candiasa, 2011)
A BC D
Keterangan:
penilai
102
Butir tes yang kurang relevan akan dibuang, jika keterwakilan butir tes
sudah memadai secara proporsional materi atau sub materi yang sudah
diajarkan. Butir tes yang kurang relevan akan diganti apabila butir tes tersebut
belum mewakili secara proporsional pada materi atau sub materi yang
diajarkan.
Untuk tes gaya kognitif siswa peneliti tidak melakukan validitas isi (uji
pakar) karena gaya kognitif merupkan tes baku yang dikembangkan leh Philip
terhadap skor total, atau dengan kata lain, sebuah item mempunyai kesejajaran
dengan skor total. Kesejajaran antara validitas item dengan skor total dapat
Untuk menghitung validitas butir tes hasil belajar KKPI, maka tes
yang benar (skor 1) dan jumlah jawaban yang salah (skor 0) pada setiap butir
tes dapat ditentukan. Untuk mencari validitas butir soal menggunakan teknik
M p Mt p
pbi (Candiasa, 2011:32)
St q
Keterangan:
103
Mp : Rerata sekor total dari subyek yang menjawab betul butir yang dicari
validitasnya
(q= 1-p)
Kriteria yang digunakan adalah: pada taraf signifikansi 0,05, jika pbi >
rpbi (tabel),, butir soal dinyatakan valid, sedangkan jika pbi < rpbi (tabel), butir soal
ketepatan/ keajegan alat pengukur tersebut dalam menilai apa yang diinginkan,
artinya kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif
sama.
Trial, yakni penentuan reliabilitas tes lebih tepat apabila dilakukan secara
yang paling banyak digunakan dan sering ditemui dalam proses penelitian
evaluasi adalah Kuder Ricardson (K-R). Ada dua macam formula Kuder
Ricardson, yaitu KR20 dan KR21. KR20 dipakai apabila item tes
menggunakan dua pilihan jawaban misalnya betul dan salah (B-S). Sedangkan
104
pilihan ganda misalnya pilihan ganda empat jawaban, tiga jawaban dan
berikut:
n St ² - pq
r1.1 (Candiasa, 2011: 53)
n 1 St²
Keterangan
n : Banyaknya butir
2011), dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan seperti pada Tabel 3.9
sebagai berikut.
105
d. Daya Beda Butir Tes Hasil Belajar KKPI
peserta tes yang tergolong mampu dengan peserta tes yang tergolong tidak
mampu. Butir tes yang baik harus mampu membedakan peserta tes yang
dua bagian, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas
umum, kelompok atas dan kelompok bawah ditentukan berdsarkan skor total
denan rentang 10-33 persen. Apabila persen skor berdistribusi normal, maka 27
persen skor tertinggi dan 27 kelompok bawah. Apabila distribusi skor total
lebih datar (landai) daripada kurva normal, maka persentase yang diambil lebih
Indeks daya beda butir dinyatakan dengan “d” dan dihitung dengan
U L
d , yang mana:
N
U : banyak peserta tes pada kelompok atas yang menjawab dengan benar.
L : banyak peserta tes pada kelompok bawah yang menjawab dengan benar
106
Indeks daya beda butir berkisar dari -1,0 sampai +1,0. Apabila indeks
daya beda butir bernilai negatif, maka butir tersebut digugurkan atau direvisi.
Adapun kriteria batasan indek daya beda butir soal adalah sebagai berikut.
sebagai proporsi peserta tes menjawab butir tersebut dengan benar. Indeks
kesukaran butir akan bervariasi 0 sampai dengan 1. Butir tes dengan indeks
kesukaran 0,2 lebih sukar daripada butir tes yang memiliki indeks kesukaran
0,70 karena lebih sedikit peserta tes yang menjawab benar butir tes tersebut.
Butir tes dengan indeks kesukaran 0,00 merupakan butir tes yang amat sukar
karena tidak satupun peserta tes yang mampu menjawab butir tes tersebut
dengan benar. Sebaliknya, butir tes dengan indeks kesukaran 1,0 merupakan
butir tes yang amat mudah karena semua peserta tes menjawab benar butir
tesebut.
107
2011). Rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf kesukaran butir tes
obyektif hasil belajar TIK pada uji coba tes yang telah dilakukan terhadap 31
B
I
N
Keterangan:
Adapun kriteria batasan indek kesukaran butir tes adalah sebagai berikut.
perbedaan kemampuan peserta tes. Apabila butir tes tidak memenuhi kriteria ,
maka hanya ada dua pilihan untuk butir tersebut yakni direvisi atau
digugurkan.
yang dilakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih yiap alternatif
jawaban pada masing-masing butir. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila
108
pengecoh tersebut dipilih oleh paling sedikit 5 % dari peserta tes (Candiasa,
2011).
menghitung indeks kesukaran dan daya beda dalam analisis butir juga perlu di
ketahui apakah distraktor atau pengecoh yang di sediakan tepat atau tidak
benar. Apakah semua pilihan yang disediakan dipilih semua karena dianggap
betul, jawaban terkumpul pada pilihan tertentu atau pilihan yang sama sekali
tentukan hal-hal sebagai berikut : (1). Berapa jumlah subjek yang menjawab
betul; (2). Distraktor mana yang terlalu jelas atau menyolok sehingga sangat
sedikit yang terkecoh untuk memilihnya; (3). Distraktor mana yang justru
terkecoh; (4). Distraktor mana yang dapat menarik bagi subjek kelompok
rendah, tetapi tidak cukup menarik bagi subjek dari kelompok tinggi. Pengecoh
Tes unjuk kerja dalam penelitian ini digunakan untuk menilai ranah
psikomotor yang akan diberikan berupa contoh kasus yang terkait dengan
dari 10 unjuk kerja, dimana penilian disarakan atas ketercapaian kriteria tertentu.
Unjuk kerja tersebut juga mengikuti jenjang Taksonomi Bloom yang meliputi
109
Tes tersebut akan dikerjakan/dipraktekkan oleh masing-masing siswa pada
instrument tes hasil belajar KKPI ranah psikomotor, peneliti mencari masukan
Adapun rubrik penilaian kinerja pada mata pelajaran KKPI adalah sebagai
berikut.
komponen unjuk kerja, sehingga mempermudah guru dalam memberikan skor 10-
9, 8-6, 5-3, dan 2-1. Sedangkan hasil unjuk kerja didapat dari jumlah bobot
110
D.6 Metode Analisis Data
analisis varians dua jalur (ANAVA 2X2). Sebelum uji hipotesis dilakukan,
diperlukan uji persyaratan menggunakan analisis varians yaitu Uji Normalitas dan
dipersyaratkan oleh uji statistik yang digunakan sudah terpenuhi atau tidak, maka
data harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok yang
dibandingkan harus homogen. Oleh sebab itu maka uji persyaratan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian
kelompok atau lebih, yang mana datanya berupa frekuensi. Uji hipotesis untuk
Rumus yang digunakan dalam uji normalitas pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
k
Oi Ei
2
2
hit
i Ei
(Candiasa, 2011)
111
Keterangan:
Oi : frekuensi observasi
Ei : frekuensi harapan
Bila X2hit < X2tabel maka sebaran data setiap kelompok adalah normal,
sebaliknya jika X2hit > X2tabel , maka sebaran data setiap kelompok dinyatakan
tidak normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap delapan kelompok yaitu:
112
dan Pengelolaan Informasi (KKPI) dengan pendekatan Heuristik Vee
independent
dependent.
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama
sebagai berikut:
113
X 2 (ln 10) B ni 1log Si2 (Candiasa, 2010)
2
S gab
n 1S
i
2
1
n 1
1
B log S gab
2
ni 1
Keterangan :
db : derajat kebebasan
s : standar deviasi
2
Kreteria pengujian: varians homogen jika X hit X tabel
2
pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan k-1.
penelitian ini adalah teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur. Dasar
penggunaan teknik ANAVA ini adalah variansi total semua subyek dalam suatu
eksperimen dapat dianalisis menjadi dua sumber yaitu varians antar kelompok dan
Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) antara dua kelompok dengan dua
114
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran Heuristik Vee berbasis
field dan dependent field). Selain itu dilakukan pula pengujian terhadap pengaruh
berikut:
X 2
JK Tot X Tot
2 Tot
( X A ) 2 ( X tot ) 2
JKantar A = -
nA N
( X B ) 2 ( X tot ) 2
JK antar B = -
nB N
( X AB ) 2 ( X T ot ) 2
JKinter AB = ∑ - - JKantar A – JKantar B
n AB N
( X interAB ) 2
JKdal = ∑Xtot 2
-∑ atau
nAB
115
2. Menghitung Derajat Kebebasan (db)
d. dbdal = N – ( I x J )
e. dbTot = N – 1
JK antarA
RJK A
db A
JK antarB
RJK B
dbB
JK int erAB
RJK AB
dbAB
JK dal
RJK dal
dbdal
4. Menghitung Harga F
RJK A
a. FA
RJK D
RJK B
b. FB
RJK D
116
RJK AB
c. FAB
RJK D
RJK AB
Interaksi AB JKinterAB = ( I – 1 )( J – 1 ) RJK AB
JK AB FAB
dbAB RJK D
JK D
Dalam JKdal N–(IxJ) RJK D
dbD
(Koyan, 2012)
Kriteria pengujian adalah jika F hit > F tabel (dbantarA/dbdal)(0,05) maka ada
perbedaan antar kelompok. Sedangkan untuk menguji antar sel digunakan uji
perbedaan antar kelompok yaitu uji lanjutan dengan uji Tukey. Uji Tukey
117
Y B Y K
Q (Candiasa, 2010)
RKK D
n
Keterangan :
Q : Nilai Tukey
1. Hipotesis 1 :
Ho : A1 A2
H1 : A1 A2
2. Hipotesis 2 :
Ho : INT. A x B = 0
H1 : INT. A x B ≠ 0
3. Hipotesis 3 :
Ho : A1B1 A2 B1
H1 : A1B1 A2 B1
4. Hipotesis 4 :
Ho : A1B 2 A2 B 2
H1 : A1B 2 A2 B 2
118
Keterangan :
eksperimen).
µB1 : Skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent.
µB2 : Skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent.
119
µA2B2 : Skor rata-rata kelompok siswa yang pembelajaran Keterampilan
120
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R..1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and
Bacon.
Bunda, P. 2003. Pengaruh Evaluasi Formatif dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil
Belajar IPA. Jurnal Edukasi.4(1).31-38.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasanudin, Muhammad. 2013. 13 Siswa Tak Lulus, Bali Catatkan Kelulusan UN SMA
99,95 Persen. http://regional.kompas.com/read/2013/05/24/06430944/13.
Siswa.Tak.Lulus..Bali.Catatkan.Kelulusan.UN.SMA.99.95.Persen.
Diunduh Tanggal 9 Juni 2013.
Lamda. H.A. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Gaya
Kognitif Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA.Jurnal Ilmu
Pendidikan 13 (2).122-128
Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah. 2010. Asesmen Bahasa Yang Bermakna.
Orasi. Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Pendidikan Ganesha, Tanggal 20 November 2010 di Singaraja.
O'Malley, J. Michael, and Lorraine Valdez Pierce. 1996. Authentic Assessment for
English Language Learning: Practical Approaches for Teachers. New
York: Addison-Wesley Publishing,
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SILABUS
1
Materi Alokasi Waktu
Kompetensi Dasar Indikator Karakter Bangsa Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran TM PS PI
sesuai dengan parameter file presentasi
pencetakan seperti: seluruh dengan memadukan
halaman, halaman tertentu slide layout, slide
saja, halaman yang sedang design, color
diedit, urutan percetakan animation, animation
9. Menguasai perintah- schemes, costume,
perintah dasar pencetakan animation, slide
seperti: page setup, printer transition.
setup, print preview dan 7. Memberikan header
diseting sesuai kebutuhan and footer pada slide
10. Mempresentasikan file presentasi
presentasi (slide show) 8. Menjelaskan cara
melalui komputer dan LCD. mencetak file
11. Memindahkan slide dengan presentasi dalam
operasi navigasi bentuk
slide/drawing,
outline, hand out,
notes.
9. Mencetak file
presentasi dengan
memperhatikan
pengaturan
2
Materi Alokasi Waktu
Kompetensi Dasar Indikator Karakter Bangsa Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran TM PS PI
slide/drawing
outline, hand out,
notes dengan
mensetting color
gray scale, black and
white serta
menyertakan page
name, date, time
10. Melakukan
presentasi dengan
menggunakan LCD
11. Mengoperasikan
navigasi pada slide
presentasi
Keterangan:
TM : Tatap Muka
PS : Praktik di Sekolah (2 jam praktik di sekolah setara dengan 1 jam tatap muka)
PI : Praktek di Industri (4 jam praktik di Du/Di setara dengan 1 jam tatap muka)
3
Lampiran 02 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
A. Standar Kompetensi
Mengoperasikan software presentasi
B. Kompetensi Dasar
Mengoperasikan softaware tingkat novice and intermediate
C. Indikator
1. Menjelaskan fungsi software presentasi
2. Menjalankan software presentasi melalui menu dan shortcut atau icon.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan fungsi software presentasi
2. Siswa mampu menjalankan software presentasi melalui menu dan shortcut
atau icon.
E. Materi Pelajaran
1. Menjelaskan fungsi software presentasi
2. Menjelaskan langkah-langkah membuka dan menutup software presentasi
dengan benar.
3. Mempraktikan langkah-langkah membuka dan menutup software
presentasi dengan benar.
F. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran Heuritik Vee Berbasis Asesmen Kinerja
G. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
1 Orientasi 1. Membuka pelajaran dengan salam 5 Menit
2. Memeriksa kehadiran peserta didik,
dengan menanamkan disiplin
3. Guru menjelaskan SK dan KD dari materi
pembelajaran yang akan disampaikan
4. Guru menyampaikan fenomena yang
berkaitan dengan sistem operasi yang
terinstal di komputer dalam kehidupan
sehari-hari, Contoh aplikasi pengolah
presentasi
2 Pengungkapan 1. Guru Meminta siswa menemukan konsep, 15 Menit
Gagasan Siswa prinsip yang telah diketahui berkaitan
dengan aplikasi pengolah presentasi untuk
mengembangkan kemampuan komunikatif
siswa.
2. Guru mencatat dalam dokumen presentasi
powerpoint. Guru tidak membenarkan atau
menyalahkan siswa. Siswa diminta
mengamati aplikasi pengolah presentasi
pada komputer masing-masing dan
mencoba mengoperasikan.
3 Pengungkapan Guru mengajukan permasalahan berkaitan 10 Menit
permasalahan/ dengan sistem operasi dalam bentuk
fokus pertanyaan:
pertanyaan a. Apakah fungsi Aplikasi pengolah
presentasi seperti Power Point (Microsoft
Office), Presentation (Star Office) ,
Impress (Open Office)?
b. Apa kelebihan aplikasi pengolah presentasi
microsoft office powerpoint dengan
1
No Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
aplikasi pengolah presentasi lain?
4 Pengkontruksian Untuk mengoperasikan kebenaran suatu 40 Menit
Pengetahuan konsep, teori. Siswa diminta mempraktekan
Baru langkah-langkah membuka dan menutup
Microsoft Office Power Point serta
menjalankan perintah-perintah Microsoft
Office Power Point dengan benar. Aspek-
aspek kinerja yang dinilai adalah ketepatan
waktu pelaksanaan tugas, ketekunan keaktifan
berpendapat, menghargai pendapat. Siswa
diarahkan untuk membuat kesimpulan/
generalisasi dalam bentuk laporan. Guru
melakukan penilaian menggunakan rubrik
kinerja.
5 Evaluasi 1. Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa yang 20 Menit
benar sesuai dengan materi yang dipelajari
dan pengkonstruksian pengetahuan yang
baru, peserta didik diminta melakukan
tanya jawab (diskusi) yang dipandu oleh
guru. Guru mencatat ide-ide pokok dan
mendiskusikan jawaban peserta didik yang
salah. Dengan demikian peserta didik
dapat melihat ketidak sesuaian gagasan
yang dimiliki sebelumnya dan kemudian
mengubahnya (merekonstruksi).
2. Mengajak siswa mencermati kembali dan
merenungkan kesalahan, kekurangan dan
kesulitan yang dialami dalam
menyelesaikan masalah, mengarahkan
siswa pada konsep-konsep yang benar
3. Membimbing siswa untuk menyimpulkan
2
No Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
pembelajaran.
4. Memberikan tugas rumah kepada siswa.
3
Lampiran 03 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
A. Standar Kompetensi
Mengoperasikan software presentasi
B. Kompetensi Dasar
Mengoperasikan softaware tingkat novice and intermediate
C. Indikator
3. Menjelaskan fungsi software presentasi
4. Menjalankan software presentasi melalui menu dan shortcut atau icon.
D. Tujuan Pembelajaran
3. Siswa mampu menjelaskan fungsi software presentasi
4. Siswa mampu menjalankan software presentasi melalui menu dan shortcut
atau icon.
E. Materi Pelajaran
1. Menjelaskan fungsi software presentasi
2. Menjelaskan langkah-langkah membuka dan menutup software presentasi
dengan benar.
3. Mempraktikan langkah-langkah membuka dan menutup software
presentasi dengan benar.
F. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran Konvensional
4
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan 1. Membuka pelajaran dengan 1. Membalas salam guru
Awal salam
(10 Menit) 2. Memeriksa kehadiran peserta 2. Menanggapi pertanyaan
didik, dengan menanamkan guru
disiplin
3. Guru menjelaskan SK dan KD 3. Memperhatikan dengan
dari materi pembelajaran yang cermat apa yang
akan disampaikan disampaikan guru
4. Menyampaikan tujuan 4. Memperhatikan dengan
pembelajaran. seksma apa yang
disampaikan guru
Kegiatan Eksplorasi:
Inti (65 1. Mengajukan pertanyaan untuk 1. Menjawab pertanyaan
Menit) mengetahui pengetahuan awal guru.
siswa terkait materi yang akan
di bahas
2. Guru menjelaskan fungsi 2. Mendengarkan dengan
Aplikasi pengolah presentasi dengan cermata materi
yang disampaikan guru
3. Guru mendemontrasikan cara 3. mencermati apa yang
menjalankan Aplikasi disampaikan oleh guru
pengolah presentasi yaitu dan berusaha
Microsoft Office mengerjakan tugas dalam
batas waktu yang
disediakan.
Elaborasi:
1. Memberikan 1. Mendengarkan dan
permasalahan/tugas mencermati apa yang
disampaikan oleh guru
dan berusaha mengerjakan
tugas dalam batas waktu
yang disediakan
2. Siswa mengerjakan tugas 2. Mendengarkan dan
dengan bimbingan guru. bertanya jika ada tugas
yang belum jelas.
5
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Konfirmasi:
1. Meluruskan apabila ada 1. Mendengarkan penguatan
konsep yang salah yang disampaikan guru
serta mengkoreksi hasil
tugas
Penutup 1. Guru memberikan informasi 1. Siswa mendengarkan
(15 menit) mengenai rencana informasi
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
2. Guru memberikan tugas 2. Siswa mencatat tugas yang
dirumah untuk pertemuan diberikan oleh guru
berikutnya
3. Mengucapkan salam penutup 3. Membalas salam guru
6
Indikator Pencapaian
No Pencapaian Instrumen
Kompetensi Teknik Bentuk
Penilaian Instrumen
Microsoft Office
Powerpoint melalui menu
dan shortcut atau icon
dengan benar! (point: 50)