Anda di halaman 1dari 44

LEMBAR KERJA

MAHASISWA
KONSEP STRUKTUR KOMUNITAS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat mebuat Lembar Kerja Mahasiswa Elektronik berbasis android
konsep struktur komunitas pada mata kuliah ekologi dengan lancar. Praktikum ekologi
merupakan kegiatan akademik dalam kurikulum program studi ndidikan Biologi. Praktikum
ini diselenggarakan agar mahasiswa menguasai konsep struktur komunitas baik komunitas
tumbuhan maupun hewan dengan kemampuan menguasai cara mendeskripsikan vegetasi
secara ekologis. Lembar Kerja Mahasiswa Elektronik ini dirancang merujuk pada indikator
aspek literasi sains untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum tersebut.
Penulis sangat mengharapkan saran-saran yang membangun untuk perbaikan Lembar Kerja
Mahasiswa Eklektronik berbasis android ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Pekanbaru, September

2021 Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................................

TATA TERTIB PRAKTIKUM ..........................................................................................................

CAPAIAN PEMBELAJARAN
MATA KULIAH EKOLOGI KONSEP STRUKTUR KOMUNITAS ...........................................

RANCANGAN PEMBELAJARAN ...................................................................................................

PENDAHULUAN ................................................................................................................................

Survei dan Diskripsi Komunitas Tumbuhan ....................................................................................

Teknik sampling Analisis Vegetasi dengan Plot (Metode Kuadrat) .....................................................

Teknik sampling Analisis Vegetasi dengan Plot (Metode Point Centered quartered) .........................

Analisis Arthropoda Permukaan Tanah ...........................................................................................

Analisis Kondisi Terkini Hutan UNRI (Cases Method) ...................................................................


TATA TERTIB PRAKTIKUM

Mahasiswa yang mengikuti praktikum konsep struktur komunitas harus menaati semua peraturan yang
telah ditetapkan pada tata tertib praktikum yang berlaku selama mengikuti praktikum, agar praktikum
dapat berjalan sesuai dengan harapan.
A. PESIAPAN
1. Praktikan mendownload aplikasi LKM Elektronik di android masing-
masing untuk dibawa ke lapangan
2. Praktikan juga dapat mendownload aplikasi di desktop masing-masing,
namun tidak untuk pemakaian di lapangan.
3. Praktikan wajib mengisi absensi sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
4. Praktikan wajib membaca tata tertib sebelum memulai praktikum.
5. Praktikan wajib membaca petunjuk penggunaan LKM Elektronik.
6. Praktikan mencermati materi, video, langkah kerja dan bahan pelajaran
serta tugas yang diunggah melalui aplikasi Adobe Flash Professional CS6
yang telah di download.
7. Jika terjadi kendala praktikan dipersilahkan bertanya pada teman atau
asisten praktikum, namun tidak pada saat test sedang berlansung.

B. KEHADIRAN
1. Praktikan wajib hadir 30 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai.
2. Pelaksanaan praktik lapangan dilakukan fullday, sehingga praktikan diharapkan
agar mempersiapkan segala keperluan pribadi.
3. Praktikan yang berhalangan hadir harus melapor dan membuat surat izin sebelum
kegiatan praktikum dilaksanakan. Bila memungkinkan dapat mengikuti praktik
lapangan susulan sesuai kesepakatan dengan dosen/asisten dosen.

C. PROTOKOL KESEHATAN

1. Praktikan wajib memastikan kondisi kesehatan sebelum ke


lapangan. Kemudian melaporkan secara jujur kondisi kesehatan
jika dilapangan mengalami gangguan kesehatan.
2. Mempersiapkan perlengkapan pribadi, untuk menghindari
pemakaian bersama dengan praktikan lain.
3. Menggunakan masker kesehatan.
4. Mengupayakan untuk tidak menggunakan transportasi umum.
D. PELAKSANAAN

1. Setiap melaksanakan praktikum mahasiswa harus membawa:


a. Android dilengkapi aplikasi LKM elektronik ekologi,
b. Alat tulis untuk pengamatan sementara,
c. Buku penunjang.
2. Mahasiswa mengikuti kuis terkait topik yang akan dipraktikumkan selama 15
menit.
3. Mahasiswa melakukan praktikum di lapangan dengan tersistematis dan teliti.
4. Mahasiswa mengumpulkan hasil pengamatan sementara untuk di
presentasikan dan didiskusikan.
5. Mahasiswa mempresentasikan hasil pengamatan dan mendiskusikannya
untuk dijadikan perbaikan pada laporan.

E. KETENTUAN PENULISAN LAPORAN

Berikut format laporan praktikum:

1. COVER
2. DAFTAR ISI
3. DAFTAR TABEL
4. DAFTAR GAMBAR
A. Judul (sesuai dengan judul pada LKM)
B. Waktu dan Tempat
C. Deskripsi area study
D. Peta Lokasi
E. Kajian Pustaka (merujuk pada teori LKM, 10 sumber, min 10 th terakhir)
PETUNJUK INDIKATOR ASPEK LITERASI SAINS

Berikut ini merupakan tabel kode yang menunjukkan indikator aspek literasi sains

Kode Indikator Aspek Kode Sub-Indikator


Indikato Literasi Sains Sub-Indikator Aspek Literasi Sains
r
A. ASPEK KONTEKS
1 Kesehatan dan penyakit a Pemeliharaan kesehatan, kecelakaan, nutrisi
Tindakan ramah lingkungan, penggunaan, dan
2 Kualitas lingkungan b
pembuangan bahan dan perangkat
Perbatasan ilmu
3 pengetahuan dan c Penguasaan konsep struktur komunitas dan teknologi
teknologi
B. ASPEK KOMPETENSI
Mengingat dan menerapkan pengetahuan sains yang
a
sesuai
Mengidentifikasi, menggunakan, dan menghasilkan
b
Menjelaskan fenomena model dan representasi yang jelas
1
ilmiah c Membuat dan membenarkan prediksi yang sesuai
d Menawarkan hipotesis yang jelas
Menjelaskan potensi pengaplikasian sains bagi
e
masyarakat
Mengidentifikasi pertanyaan yang dieksplorasi dalam
a
studi ilmiah yang diberikan
Membedakan pertanyaan yang mungkin untuk
b
diselidiki secara ilmiah
Mengevaluasi dan Mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan yang
c
2 merancang pertanyaan diberikan secara ilmiah
ilmiah Mengevaluasi cara mengeksplorasi pertanyaan yang
d
diberikan secara ilmiah
Menjelaskan dan mengevaluasi berbagai cara yang
e digunakan para ilmuan untuk memastikan keandalan
data dan objektivitas beserta penjelasan general
3 Menafsirkan data dan a Mengubah data dari satu representasi ke yang lain
bukti secara ilmiah
Menganalisis, menafsirkan data, dan menarik
b kesimpulan yang tepat
Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan dalam teks
c yang berkaitan dengan sains
d Mengevaluasi argumen dan bukti ilmiah dari berbagai
sumber (seperti surat kabar, internet, dan jurnal)
C. ASPEK PENGETAHUAN

a Pengetahuan tentang fakta

b Pengetahuan tentang konsep

1 Konten c Pengetahuan tentang teori

d Pengetahuan tentang hukum

e Pengetahuan tentang prinsip

a Pengetahuan tentang kaitan antara konsep sains

b Pengetahuan cara menyajikan dan membaca data


2 Prosedural Pengetahuan tentang cara ilmuan melakukan
c eksperimen

d Pengetahuan tentang sebab akibat


Pengetahuan tentang fungsi dan manfaat
a digunakannya sesuatu

3 Epistemik b Pengetahuan tentang fungsi praktik sains


Pengetahuan tentang menggunakan alat penyelidikan
c sains
D. ASPEK SIKAP
Rasa ingin tahu: mengajukan pertanyaan,
Minat terhadap ilmu menggunakan berbagai buku sumber dan elektronik,
1 a
pengetahuan perhatian terhadap objek yang diamati.
Peduli lingkungan: membuang sampah pada
2 Kesadaran lingkungan b tempatnya, merapikan alat dan bahan selesai bekerja,
mengetahui masalah lingkungan saat ini.
Percaya diri, Kritis: (Berani mempresentasikan hasil
Menilai pendekatan pengamatan, mampu menjawab pertanyaan dengan
3 ilmiah untuk c bukti, mampu menanggapi secara kritis, melakukan
penyelidikan kegiatan tanpa ragu-ragu.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH EKOLOGI


KONSEP STRUKTUR KOMUNITAS

CPL-PRODI yang dibebankan pada MK


CPL-(S6) Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan
CPL-(S9) Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
CPL-(S12) Mencintai ilmu hayati dan mengamalkan kearifan biologi dalam kehidupan
(Ciri khas Program Studi Pendidikan Biologi)
CPL-(P1) Menguasai konsep-konsep dasar ilmu biologi yang esensial
CPL-(P5) Menguasai Technological, Pedagogical, Content, Knowledge (TPACK) pembelajaran Biologi
CPL-(KU2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur
CPL-(KU7) Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap penyelesaian perkerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di
bawah tanggung jawab
CPL-(KU8) Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah tanggung
jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri
CPL-(KU11) Mampu menerapkan perkembangan ilmu biologi untuk menjadi edupreneur yang berinisiatif,
berani mengambil resiko, kreatif, fleksibel, berpikir kritis, pemecah masalah dan Tangguh.
CPL-(KK1) Mampu menerapkan pendekatan Biomolekuler, Botani, Zoologi, antropologi dan ekologi serta
Kearifan lokal untuk memahami persoalan fundamental kehidupan
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK1 Mampu menerapkan pendekatan ekologi untuk mememahami persoalan fundamental kehidupan
CPMK2 Memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar ilmu Ekologi yang esensial
Memiliki kepribadian yang bertanggungjawab, memiliki komitmen sebagai pendidik, berpikir
CPMK3
terbuka, kritis, inovatif, percaya diri dalam mengemban tugasnya sebagai guru biologi.
Memiliki sikap menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
CPMK4
pendapat atau temuan orisinal orang lain
CPMK5 Menjadi warga yang taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
CPMK6 Mampu bekerja secara mandiri, bermutu dan terukur
Mampu melakukan melakukan evaluasi diri terhadap kelompok kerjanya secara bertanggung
CPMK7 jawab dalam mengelola pembelajaran disekolah

Kemampuan Akhir Tiap Tahapan Belajar (Sub-CPMK)

Sub-CPMK7 Mampu menganalisis data hasil pengamatan dilapangan dan melaporkan secara benar.
Mampu mengidentifikasi teknik sampling pengukuran dan analisis data pengamatan di lapangan
Sub-CPMK8
dengan benar
Mampu melakukan pengkajian melalui pengamatan langsung kehidupan organisme secara
Sub-CPMK9
mandiri, disiplin, bermutu bertanggunga jawab dan terukur
Sub- Mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar ekologi dalam berbagai aspek kehidupan
CPMK10

Rancangan Pembelajaran Pertemuan 6,7 dan 8


Bantuk Pembelajaran,
Metode Pembelajaran,
Kemampuan akhir tiap Penilaian
Mg Penugasan Mahasiswa,
tahapan belajar
Ke- [ Estimasi Waktu]
(Sub-CPMK)
Indikator Kriteria & Luring (offline) Daring (online)
Bentuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6,7,8 Mampu mengidentifikasi 1. Menjelaskan arti dan Kriteria : Kuliah: Google meet
teknik sampling batasan komunitas Skala Diskusi (sinkron),
pengukuran dan tumbuhan penilaian 1-
analisis data 2. Mendeskripsikan 100
pengamatan di karakteristik komunitas Praktikum:
lapangan dengan benar tumbuhan  Analisis Vegetasi
3. Menganalisis tahapan  Analisis
Mampu melakukan proses suksesi. arthropoda
pengkajian melalui 4. Menganalisis kaitan Permukaan Tanah
pengamatan langsung faktor lingkungan
kehidupan organisme
dengan proses suksesi.
secara mandiri, disiplin,
5. Menjelaskan
bermutu bertanggunga
karakteristik Komunitas
jawab dan terukur
hewan.
6. Mendeskripsikan prilaku
hewan dalam komunitas
7. Menjelaskan mekanisme
proses energetika
8. Menerapkan metode-
metode spesifik dalam
analisis komunitas
tumbuhan dan hewan

PENDAHULUAN

Ekologi adalah salah satu bagian yang sangat penting dikaji dalam ilmu biologi, yang
merupakan mata kuliah bidang keahlian di semester 5 pada kurikulum 2020 berbasis
Outcome Based Education (OBE) di Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau yang terdiri dari 4 SKS dengan kode BIO2225.
Ekologi merupakan yang membahas tentang interaksi antar sesama makhluk hidup maupun
dengan lingkungan sekitarnya. Kurikulum OBE sejalan dengan target pembelajaran di abad
21, dimana pembelajaran ekologi harus disesuaikan dengan pesatnya perkembangan sains,
salah satu kunci sukses adalah dengan “melek sains” (science literacy) atau literasi sains.

Pada mata kuliah ekologi, literasi sains dapat dikembangkan dengan kegiatan
praktikum, yaitu dengan mengamati keanekaragaman jenis organisme di alam secara
tersistematis, yang tidak tersebar begitu saja tanpa adanya saling ketergantungan (interaksi).
Hal ini dapat dikaji pada tingkat komunitas, baik tumbuhan ataupun hewan, sehingga konsep
struktur komunitas menjadi kajian yang sangat penting dalam mempelajari ekologi terlebih
dengan adanya Sumber daya yang ada di UNRI yaitu kawasan arboretum. Pemerintah Kota
Pekanbaru menetapkan kampus UNRI sebagai hutan kota sejak tahun 2007, 30 ha masih
dalam tahap perkembangan dan 20 ha sudah dimanfaatkan menjadi arboretum dan jalur hijau.

Menurut Ahmadi, dkk (2016), Arboretum dapat dimanfaatkan sebagai sarana


pendidikan, penelitian, serta pengembangan mengingat minimnya tempat penelitian yang
mengkaji ekosistem hutan. Kemudian Sepriani, dkk (2018), telah melakukan penelitian
tentang keanekaragaman jenis di hutan UNRI, dimana komposisi jenis mamalia baik
penjumpaan secara langsung maupun tidak di Arboretum UNRI, ada 63 individu dari 9 jenis
mamalia, 6 famili dan 5 ordo dan masih banyak komunitas lain yang belum diteliti. Kearifan
lokal yang ada di UNRI serta adanya data penelitian terdahulu, dapat dijadikan acuan untuk
penelitian dan praktikum lapangan di UNRI khususnya mata kuliah ekologi konsep struktur
komunitas.

Kegiatan praktikum, biasanya dilengkapi dengan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)


yang dijadikan sebagai penunjang proses pembelajaran, umumnya berisikan tugas yang
dilengkapi dengan arahan, instruksi dan soal-soal untuk menyelesaikan perintah dan dijadikan
sebagai wadah latihan untuk diselesaikan mahasiswa. Nasution, dkk (2018) menyatakan
bahwa LKM dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar agar mahasiswa mampu
memahami, menerapkan serta mengaplikasikan sasaran dan strategi ilmu Ekologi dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pernyataan diatas butuh adanya inovasi terkait LKM mata
kuliah ekologi.

SURVEI DAN DISKRIPSI KOMUNITAS TUMBUHAN


(ANALISIS VEGETASI) HUTAN UNRI

Wacana

Komunitas merupakan himpunan berbagai spesies organisme yang hidup dalam suatu
bentang ruang dalam waktu yang bersamaan. Komunitas tumbuhan lazim juga disebut
vegetasi, yang berarti kumpulan tumbuhan yang menutupi permukaan tanah. Analisis
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi
masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan maupun keadaan penutupan tajuk perlu diukur. Kemudian dalam praktiknya
satuan yang akan diukur adalah suatu tegakan yang konkrit/nyata. Struktur tumbuhan
dapat dipelajari dengan pengambilan data berupa sejumlah sifat-sifat yang terdapat
bersama-sama pada komunitas tersebut, baik yang bersifat analitis maupun sintesis. Sifat-
sifat analitis misalnya frekuensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi atau jumlah
yang dapat dikuantitatifkan. Sifat analitis yang dapat dikualitatifkan antara lain
sosiobilitas, vitalitas, periodisitas dan stratifikasi. Sifat-sifat sintesis antara lain mencakup
keberadaan, kehadiran, konstansi, fidelitas yang dapat dikomputasikan dari sifat analitis.

Semua studi vegetasi harus dimulai dengan survey pendahuluan (reconnaisance study)
untuk mengenal keadaan lapangan secara umum. Dalam kegiatan penelitian ekologi
tumbuhan dikenal 2 jenis pengukuran untuk mendapatkan data yang diinginkan, yaitu:

1. Pengukuran yang bersifat merusak (destructive measure)


2. Pengukuran bersifat tidak merusak (non-destructive measure).

Agar data dapat dianggap sah (valid) secara statistik, pengukuran mutlak menggunakan
satuan contoh (sampling unit), terutama bagi peneliti yang mengambil objek hutan dengan
cakupan areal sangat luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi
atau data lebih cepat dan teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan
dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi. Langkah awal
penelitian adalah menentukan metode sampling yang akan digunakan, jumlah, ukuran dan
cara peletakan satuan-satuan unit 14 contoh. Pemilihan metode sampling bergantung
kepada penyebaran, morfologi atau life form, tujuan penelitian, biaya dan tenaga tersedia.

Teknik pengambilan sampling vegetasi pada garis besarnya dibedakan atas:

1. Metode dengan plot (count-plot method) dan


2. Metode tanpa plot (plotless method).
Bentuk unit sampling dapat berupa kuadrat, garis atau titik. Kuadrat adalah suatu
satuan contoh yang dinyatakan dalam satuan kuadrat berbentuk bujur sangkar (persegi),
persegi panjang, lingkaran, atau segitiga. Garis atau jalur adalah kuadrat berbentuk persegi
panjang, dimana panjangnya adalah beberapa kali lebarnya. Kebanyakan survey vegetasi
menggunakan unit sampling kuadrat. Pertimbangan utama dalam menentukan ukuran
kuadrat adalah homogenitas vegetasi dan keadaan morfologi jenis yang diukur. Kuadrat
kecil sering lebih efisien dibandingkan kuadrat ukuran besar.

Untuk kepentingan deskripsi vegetasi, ada 3 parameter kuantitatif vegetasi yang sangat
penting diukur dari suatu tipe komunitas tumbuhan, yaitu sebagai berikut

1. Densitas (Kerapatan)
Kerapatan adalah jumlah individu per satuan luas (unit area). Contoh: dalam 10 buah plot

123
ukuran 10×10 m ditemukan 123 individu jenis A. Kerapatan A =
1000 m2
2. Frekuensi (Kekerapan)
Kekerapan adalah jumlah petak contoh (plot) yang ditemukan dari sejumlah petak contoh
yang dibuat, atau jumlah hadirnya suatu jenis dalam sejumlah plot yang dikerjakan.
Biasanya kekerapan dinyatakan dalam persentase. Contoh: jenis A muncul dalam 2 plot
dari 10 plot yang dikerjakan.
2
Jadi frekuensi A adalah x100% = 20%
10
3. Dominansi
Dominansi didapatkan dari nilai kelindungan (cover) suatu jenis. Kelindungan adalah
proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi tajuk tumbuhan yang dinyatakan
dalam satuan persentase. Kelindungan dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu dengan
mengukur Basal Area batang setinggi dada (diameter breast height atau DBH), atau
mengukur luas penutupan tajuk (crown cover).
Contoh: jenis A mempunyai proyeksi tajuk seluas 10 m2 dalam suatu petak contoh 100

10
m2, maka dominansi jenis tersebut adalah x100% = 10%
100

Perhitungan tersebut akan menghasilkan harga mutlak (absolut) yang kemudian diubah
menjadi harga relatif (nisbi). Selanjutnya Nilai Penting (Important Value) penyusun
komunitas dapat diranking, dan kita dapat menilai peranan dan sumbangan (contribution)
suatu jenis kepada komunitas hutan UNRI.

Berikut teknik peletakan plot di lapangan yang biasanya dilakukan.

1. Teknik sampling dengan plot atau kuadrat (quadrat sampling technique)


Teknik sampling ini meripakan teknik survey vegetasi yang paling sering digunakan dalam
semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat bisa berupa petak tunggal atau
ganda. Bentuk petak tergantung pada bentuk morfologi vegetasi dan efisiensi sampling
pola penyebaran. Sedangkan ukuran petak disesuaikan dengan bentuk morfologi jenis dan
distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Beberapa metode dalam teknik sampling
ini adalah metode jalur (transek), metode garis berpetak dan metode kombinasi
2. Teknik sampling tanpa plot (plotless sampling technique)
Teknik sampling ini digunakan untuk mengatasi kesulitan praktisi dalam pembuatan
kuadrat di lapangan. Pada dasarnya teknik ini memanfaatkan pengukuran jarak antar
individu tumbuhan atau jarak dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu
terdekat dengan asumsi individu tumbuhan tersebut tersebar secara acak. Berdasarkan
satuan contoh berupa titik yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau
sistematis terdapat beberapa contoh sampling, yaitu sebagai berikut.
a. Metode Jarak, termasuk ke dalamnya Metode Individu Terdekat (Closed Individual
Method), Metode Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Method), Metode Berpasangan
Acak (Random Pair Method) dan Metode Titik Pusat Kuadran (Point-Centered Quartered
Method).
 Metode Titik Pusat Kuadran (Point-Centered Quartered Method)
Metode ini paling cocok dipakai untuk vegetasi yang mempunyai penyebaran
pohon regular secara relatif. Banyak peneliti menggunakan metode ini untuk analisis
vegetasi hutan karena mempunyai kelebihan antara lain; praktis, hemat tenaga dan
waktu. Garis transek utama diletakkan dari tepi area kajian menuju ke tengah atau ke
arah perubahan gradien lingkungan terpilih. Kemudian garis sub-transek dibuat tegak
lurus dengan transek dengan interval jarak yang sama atau sekehendak. Selanjutnya
pada setiap sub-transek diletakkan titik sampel yang disusun acak atau sistematik
untuk penempatan 4 quarter atau kuadran pada setiap titik sampel. Pada tiap quarter
diukur jarak pohon dewasa terdekat dengan titik sampel, serta diameter batang
setinggi dada.

b. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method).


c. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method).

TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI DENGAN PLOT


(METODE KUADRAT)
Mata Kuliah : Ekologi
Materi Pokok : Konsep Struktur Komunitas
Sub Materi Pokok : Komunitas Tumbuhan
Nama :
Kelas :
Alokasi Waktu :

A. Tujuan

Menghitung nilai penting jenis dalam suatu tegakan komunitas hutan UNRI.

B. Alat dan Bahan

Alat
Koran
Plastik
Bahan
1. Label
Parang
2. Alkohol 70% atau spiritus
Kompas
Meteran
Alat tulis
Tali raffia
Gunting tanaman
Pancang (4 buah, masing-masing 50-100 cm)
Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan

C. Cara Kerja

1. Dengan bantuan kompas tariklah sebuah garis lurus (transek) yang memotong garis vegetasi
yang akan dikaji.
2. Buatlah plot untuk kajian berikut ini.
Gambar 1. Bentuk, ukuran, dan posisi subplot dalam sebuah sampling plot

Gambar 2. Susunan sampling plot pada garis transek

3. Inventaris semua jenis tumbuhan yang berada pada plot dan hitunglah jumlah masing-masing
jenis.
4. Ukurlah lingkar diameter setinggi dada (DBH) untuk plot pohon.
D. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan (Lampiran 1)

2. Tabel Nilai Frekuensi, Densitas, Dominansi, dan Nilai Penting (Lampiran 2)

E. Teknik Analisis Data


Rumus-rumus yang digunakan pada metode kuadrat adalah sebagai berikut.

Frekuensi =
Jumlah Plot hadirnya suatu jenis
Jumlah seluruh plot
Jumlah individu suatu jenis
Densitas =
Luas Area sampel Dimana r = jari-jari lingkaran
penampang lintang
Total Basal Area suatu jenis batang
Dominansi = atau
Luas Area sampel
Cover suatu jenis d = diameter batang pohon
Luas Area sampel 1
Basal Area (BA)= πr2= πd2
4

Luas Area = luas plot x jumlah plot

Kemudian dicari nilai relatif masing-masing parameter vegetasi tersebut dengan rumus sebagai berikut:

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi Relatif =
Total frekuensi seluruh jenis
Densitas suatu jenis
Densitas Relatif =
Total densitas seluruh jenis
x100%
Dominansi suatu jenis
Dominansi Relatif =
Total dominansi seluruh jenis
x100%

Penjumlahan ketiga nilai relative di atas (FR+DR+DoR), akan menghasilkan Nilai Penting
(Important value) masing-masing jenis

TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT


(METODE POINT-CENTERED QUARTERED)
Mata Kuliah : Ekologi
Materi Pokok : Konsep Struktur Komunitas
Sub Materi Pokok : Komunitas Tumbuhan
Nama :
Kelas :
Alokasi Waktu :

A. Tujuan

Mencari nilai penting jenis dominan pada tegakan hutan dengan menggunakan metode
Point-Centered Quartered.

B. Alat dan Bahan

Alat
Koran
Plastik
Bahan
1. Label
Parang
2. Alkohol 70% atau spiritus
Kompas
Meteran
Alat tulis
Tali raffia
Gunting tanaman
Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan

C. Cara Kerja

1. Dengan bantuan kompas, tariklah sebuah garis lurus (transek) yang memotong area yang akan
dikaji.
Keterangan: yang ditunjuk
oleh panah adalah pohon terdekat
dalam sebuah kuadran

1. Tabel Pengamatan (Lampiran 4)

3. Tabel Nilai Frekuensi, Densitas, Dominansi, dan Nilai Penting (Lampiran 5)

E. Teknik Analisis Data


Rumus yang digunakan dalam metode titik sentuh adalah sebagai berikut.

d 1+ d 2+…+ dn Luas Area = jarak titik x jumlah


d =
n titik
D. Hasil Pengamatan LA
Dimana d = rata-rata jarak suatu
Dens. Tot =
jenis dari titik d2

Jumlah individu suatu jenis


dR = x total Dens Tot.
Total individu semua jenis

Dens. Tot .. xdR


Densitas =
100
Dominansi = D x rata-rata D

Jumlah titik hadirnya suatu jenis


Frekeunsi =
jumlah seluruhtitik

Selanjutnya dicari nilai relative masing-masing parameter vegetasi tersebut dengan rumus sebagai berikut.

Densitas suatu jenis


Densitas Relatif =
Total densitas seluruh jenis
x100%
Dominansi suatu jenis
Dominansi Relatif = x100%
Total dominansi seluruh jenis

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi Relatif = x100%
Total frekuensi seluruh jenis

Penjumlahan ketiga nilai relative di atas (FR+DR+DoR),


akan menghasilkan Nilai Penting (Important value) masing-masing jenis

ANALISIS ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH HUTAN UNRI


Wacana
Tanah merupakan suatu tubuh alam yang terdiri dari lapisan-lapisan bahan organik,
anorganik dan organisme hidup dipermukaan tanah hidup terdapat berbagai hewan
arthropoda yang sering dipandang sebagai komunitas tersendiri. Artrhopoda tanah
merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang memainkan peranan cukup penting
dalam pembentukan tanah, pencampuran dari bahan-bahan organik, penghancuran materi
tumbuhan dan hewan yang telah mati kesemuanya akan mempercepat proses pembentukan
humus. Serangga tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan menambahkan
kandungan bahan organiknya. Hewan hewan ini sering disebut juga makrofauna tanah
dan memiliki ukuran yang beragam, mulai dari yang hanya sekitar 10 mm hingga 150 mm.
Komunitas Artopoda permukaan tanah sering digunakan sebagai bioindikator
keadaan atau perubahan lingkungan. Dengan melihat perubahan pelimpahan, komposisi
spesies keanekaragaman spesies Artopoda tanah, kita dapat mengindikasikan terjadinya
perubahan lingkungan, misalnya diakibatkan suatu gangguan. Strukur komunitas artopoda
permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan diatas permukaan dan dibawah
permukaan tanah. Karena ukuran mereka yang relative kecil mereka sangat peka terhadap
perubahan iklim mikro dipermukaan tanah yang biasanya ditandai oleh suhu dan
kelembaban udara.
Mereka biasanya juga sangat terpengaruhi oleh ada tidaknya serta melimpahnya
seresah / benda benda kecil lainnya (misalnya, batu batu) dipermukaan tanah.Karena
sebagian dari mereka juga hidup dibawah permukaan tanah, mereka sulit berkembang
ditanah yang mengalami kompaksi atau pemadatan. Mereka juga sangat terpengaruh oleh
penggenangan karena penggenangan menyebabkan oksigen dalam sela sela atau rongga
rongga dalam tanah hilang atau sangat berkurang.
Penggunaan Arthropoda permukaan tanah menjadi cukup popular dikarenakan
cukup mudahnya hewan hewan ini disamping, yaitu antara lain pitfaal traps atau
perangkap yang berupa logam atau mulut gelas yang ditanam sedemikian rupa sehingga
permukaannya rata dengan permukaan tanah. Biasanya gelas ini berisi bahan pengawet,
misalnya alcohol 70 % atau formalin 5-10 % atau larutan lain. Pitfal trap dapat dipasang

1. Metode perangkap jebak (Pitfall trap)


Metode Perangkap jebak atau lebih dikenal dengan Pitfall trap, digunakan untuk
mengumpulkan hewan yang aktif di permukaan tanah. Ukuran dari perangkap yang
dipasang akan mempengaruhi target hewan yang akan ditangkap, misalnya untuk
inventarisasi hewan Amfibi memerlukan ukuran perangkap yang lebih besar dibandingkan
dengan hewan Arthropoda. Namun target hewan pada kegiatan ini adalah hewan
Arthropoda yang aktif di permukaan tanah. Jumlah individu dan jenis hewan yang
tertangkap pada metode ini sangat bergantung pada lokasi penempatan perangkap, vegetasi
atau ketersediaan pakan di sekitar perangkap, faktor fisika-kimia tanah, dan cuaca.
Berdasarkan prinsipnya, perangkap jebak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
Perankap jebak dengan menggunakan umpan dan tanpa umpan. Perbedaan dari kedua tipe
perangkap ini adalah dari keberadaan umpan yang akan menarik hewan untuk datang.
Tujuan inventarisasi hewan dengan menggunakan metode ini dalam ekologi hewan adalah
menaksir populasi hewan yang aktif di permukaan tanah

ANALISIS ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH


Mata Kuliah : Ekologi
Materi Pokok : Konsep Struktur Komunitas
Sub Materi Pokok : Komunitas Hewan
Nama :
Kelas :
Alokasi Waktu :

A. Tujuan

Mahasiswa diharapkan memahami struktur komunitas artrhopoda permukaan tanah pada dua
habitat yang berbeda (permukaan tanahnya ditumbuhi pepohonan dan yang tidak ditumbuhi
pepohonan atau habitat ternaung dan terbuka).
B. Alat dan Bahan
Alat untuk Penyortiran
1. Lup
2. Pinset C. Cara Kerja
Alat Bahan 3. Cawan petri
Sekop 1. Label 4. Botol koleksi
1. Pengumpulan Data
Gelas plastic 2. Ethanol 70% 5. Stereomikroskop,
Kantong plastic
Inve
Atap seng
Karet gelang
Meteran
Alat tulis
Buku catatan

1. Tentukan habitat yang akan ditaksir kepadatan populasinya (ternaung dan terdedah)
2. Buatlah garis transek sepanjang 200 m.
3. Gali tanah sesuai ukuran gelas plastik sepanjang garis transek dengan interval 10 m
4. Lalu tanaman gelas plastik sampai mulut gelas sejajar dengan permukaan tanah.
5. Masukkan ethanol 70% sebanyak ± 200 ml atau 1/3 dari volume gelas, sebagai larutan
pembunuh dan pengawet pada perangkap.
6. Tutup masing-masing perangkap dengan atap seng.
7. Durasi pemasangan perangkap selama 24 jam
8. Setelah selesai, semua hewan yang terperangkap dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diberi label
9. Proses penyortiran dan identifikasi dilanjutkan di laboratorium.
Pengukuran Faktor Fisis Lingkungan

1. Temperatur tanah
Diukur dengan menggunakan termometer batang yang dimasukkan kedalam tanah sedalam
5cm selama 15 menit, kemudian diangkat dan dicatatat suhu yang ditunjukkan.
2. pH tanah
Diukur dengan menggunakan soil taster atau pH meter, menggunakan pH meter ambil 50
gr setiap tanah cuplikan dicampur dengan akuades. Diaduk sampai rata dan diamkan
selama 24 jam, selanjutnya dilakukan pengukuran dengan pH meter. Pada pengukuran pH
meter dibiarkan sampai tidak bergerak kemudian catat angkanya (Adianto,1993).
3. Kelembaban.
Diukur dengan menggunakan soil taster yang dimasukkan kedalam tanah sedalam 5 cm
dibiarkan sampai tidak bergerak kemudian catat angkanya.

Pengukuran Faktor Fisis Lingkungan

Data tentang vegetasi dan tipe dari habitat pada lokasi pengamatan juga sangat berpengaruh terhadap
kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan yang diamati. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar area
pengamatan dicatat, jika proses identifikasi tidak mungkin dilakukan di lapangan secara lansung, maka
tumbuhan tersebut dikoleksi untuk identifikasi lanjut di laboratorium. Dokumentasi juga dilakukan
pada lokasi pengamatan, hal ini bisa menggambarkan bagaiman tipe habitat pada lokasi pengamatan di
dalam laporan kuliah lapangan.
2. Pengolahan Spesimen

Penyortiran

Pada tahap ini setiap sampel hewan disortir dari setiap material organik yang terbawa pada saat
pengambilan sampel. Penyortiran dilakukan dengan menggunakan cawan petri, stereomikroskop, lup,
botol koleksi dan pinset. Hal penting yang perlu diingat dalam tahapan ini adalah pelabelan, setiap
sampel hewan yang sudah disortir dipindahkan ke dalam botol koleksi dan diberi label.

Pengelompokan morfospesies dan identifikasi

Setiap sampel hewan disortir dari setiap material organik yang terbawa pada saat pengambilan
sampel. Penyortiran dilakukan dengan menggunakan cawan petri, stereomikroskop, lup, botol koleksi
dan pinset. Setiap sampel hewan yang sudah disortir dipindahkan ke dalam botol koleksi dan diberi
label.

Kemudian lanjutkan pemilahan sampel dari masing masing ordo menurut morfospesies yang
dijumpai. Morfospesies adalah dasar identifikasi tahap awal yang semata mata berdasarkan cirri ciri
morfologis yang dijumpai.

Penyimpanan spesimen

Spesimen basah adalah spesieman yang


disimpan di dalam wadah yang berisi larutan
pengawet (ethanol 70%),

Spesimen kering adalah awetan kering dari sampel yang sudah dikoleksi dan
pada umumnya membutuhkan perlakukan khusus tergantung dari jenisnya.
Spesimen kering yang sudah diidentifikasi disimpan pada kotak spesimen
yang didalamnya dimasukkan kapur barus dan silika gel.
D. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan (Lampiran 5)

1. Tabel tabulai analisis arthropoda permukaan tanah (Lampiran


6)

E. Teknik Analisis Data

1. Hitunglah Indeks Diversitas Spesies untuk masing-masing komunitas (menurut habitat), gunakan
rumus indeks diversitas spesies dari Shamon-Wiener.
s
H’=−∑ ( pi) ln pi
i= I

Dimana pi= total suatu individu yang ditemukan dibagi total seluruh individu.
2. Hitung Indeks Diversitas Spesies (keseluruhan dua habitat atau beta) dengan rumus Indeks
Diversitas Spesies dari Shannon.
3. Hitung Indeks Similaritas antara kedua komunitas dengan mengunakan rumus Indek Similaritas
Sorensen sebagai berikut:
Cs = 2j / (a-b)
Dimana : Cs= Kesamaan Komunitas
j = Jumlah spesies yang dijumpai di dua lokasi
a= jumlah spesies di populasi hutan
b= jumlah spesies di populasi bukan hutan

4. Frekuensi Kehadiran
Jumlah unit contoh ditemukan suatu jenis
Frekuensi Kehadiran= x 100 %
Jumlah semuaunit contoh

Berdasatkan frekuensi kehadiran, maka dapat ditentukan konstansi hewan tersebut pada habitat yang
diamati, yaitu:
 Aksidental : jika frekuensi kehadiran 0-25%
 Assesori : jika frekuensi kehadiran 25-50%
 Konstan : jika frekuensi kehadiran 50-75%
 Absolut : jika frekuensi kehadiran 75-100%

ANALISIS KONDISI TERKINI HUTAN UNRI


(Case Method)

Wacana

Universitas Riau (UNRI) adalah perguruan tinggi negeri yang memiliki luas lahan
mencapai 365 hektar (ha). Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan UNRI sebagai hutan kota
pada tahun 2007 dengan luas wilayah keseluruhan 50 ha. 20 ha sudah dikembangkan berupa
arboretum dan jalur hijau, sedangkan sisanya seluas 30 ha baru akan dikembangkan (Ahmadi,
Eka Surya., dkk, 2016). Pesatnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk di
Pekanbaru, menyebabkan kecepatan pengurasan sumber daya alam juga meningkat, maka
diperlukan lahan yang berisi hamparan pepohonan yang dapat meresap polutan kota
Pekanbaru.

Arboretum adalah kebun koleksi pepohonan dengan luasan tertentu berisi berbagai jenis
pohon yang ditanam sedapat mungkin mengikuti habitat aslinya dengan maksud sebagai areal
pelestarian keanekaragaman hayati dan sedikitnya dapat memperbaiki atau menjaga kondisi
iklim disekitar Kota Pekanbaru. Selain itu, arboretum dapat berperan sebagai sarana
pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Keberadaan arboretum saat ini dianggap penting
baik bagi masyarakat Pekanbaru, terutama bagi perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
secara umum yaitu UNRI. Selain itu, keberadaan arboretum saat ini juga dapat dijadikan
sumber penghasilan dengan adanya budidaya tanaman buah-buahan dan juga menjadi areal
rekreasi alami. Arboretum Universitas Riau merupakan salah satu hutan sekunder yang masih
tersisa di kota Pekanbaru. Kehadiran hutan ini merupakan kebutuhan yang sangat penting
tidak hanya bagi manusia melainkan juga bagi komunitas tumbuhan maupun hewan.

Berdasarkan penelitian Napolion, Hongki., dkk (2017), sudah dilakukan penelitian


tentang kondisi arboretum dan lingkungan sekitarnya, masalah yang biasanya terjadi di
kawasan arboretum, serta bagaimana pemahaman pengunjung baik mahasiswa maupun
masyarakat mengenai arboretum. Dengan adanya sumber daya hutan UNRI baik yang telah
menjadi arboretum maupun yang belum hendaknya dilakukan analisis secara mendalam
dengan aksi yang nyata. Penelitian lanjut tentang kondisi terkini hutan UNRI dapat dilakukan
dengan berbagai metode, salah satu yang cocok digunakan untuk mengangkat permasalahan
dan menemukan solusinya adalah dengan metode studi kasus (Case Method).

Case method merupakan salah satu studi kasus dimana mahasiswa berperan sebagai
"protagonis" (pemeran utama) yang berusaha untuk memecahkan kasus, menganalisis kasus
untuk memberi solusi, rekomendasi solusi dengan diskusi kelompok untuk menguji dan
mengembangkan rancangan solusi secara aktif, sedangkan dosen berperan sebagai fasilitator
yang bertugas mengobservasi, memberi pertanyaan, dan mengarahkan diskusi.

Langkah dan Prosedur


1. Pendalaman materi/konsep
2. Penyajian kasus
3. Pembentukan kelompok (jika diperlukan)
4. Pemecahan kasus
a. Pencarian data, informasi, toeri, bahan, alat, resourcces
b. Pengajuan gagasan
c. Diskusi dan validasi
d. Perumusan solusi
e. Penulisan hasil kerja
5. “Presentasi” hasil kerja (kelompok/individu)
6. Diskusi kelas/kelompok
7. Penilaian dan feedback
Tipe kasus
1. Directed case
Sajian skenario dilanjutkan diskusi dengan pertanyaan terarah/tertutup (close-ended) yang
dapat dijawab dari materu oerkuliahan
Penguatan pemahaman konsep, prinsip dan fakta fundamental
2. Dilemma/decision case
Mengadirkan individu, lembaga atau komunitas yang memiliki kasus untuk diselesaikan.
Mahasiswa bisa ditunjukan solusi yang sebenranya seteleh mengerjakan kasus tersebut
Penguatan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

ANALISIS KONDISI TERKINI HUTAN UNRI


(Case Method)

Mata Kuliah : Ekologi


Materi Pokok : Konsep Struktur Komunitas
Sub Materi Pokok : Komunitas Tumbuhan & Hewan
Nama :
Kelas :
Alokasi Waktu :

A. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis permasalahan yang terjadi di lingkungan hutan


UNRI serta memberikan solusi yang tepat.

B. Alat dan Bahan


Alat Umum Alat dan Bahan Tambahan
Kamera (Digital/ Gadged0 Ditambahkan sesuai keperluan
Alat tulis Praktikan dalam menganalisis masalah
Plastik penyimpan objek kajian dan memberi solusi nyata dalam
Kompas menangani masalah yang dianalisis.
Meteran
Tali raffia

C. Cara Kerja

1. Lakukan perjalanan menyusuri hutan UNRI selama 1 jam pelajaran dengan anggota kelompok.
2. Catat hal-hal apa saja yang dapat diangkat menjadi permasalahan hutan UNRI yang telah diamati
3. Kembali ke titik kumpul dan mengumpulkan beberapa masalah yang telah diamati
4. Presentasikan dan diskusikan hasil pengamatan dilapangan dengan anggota kelompok lain yang
didampingi oleh dosen/ asisten dosen.
5. tentukan masalah-masalah apa saja yang akan diambil dan dicarikan solusinya
6. Praktikan diberi tenggat waktu 1 minggu untuk:
 Pengumpulan data (study literatur, wawancara, dll) untuk mendapatkan keterangan terhadap
masalah yang ada dan menemukan solusi yang tepat.
 Melakukan aksi nyata yang sekiranya dapat mengatasi atau mengurangi permasalahan yang
ada.
 Mendokumentasikan setiap tahapa kegiatan, dan mengumpulkannya dalam tabel laporan
praktikum

D. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan (Lampiran 7)

1. Tabel case method analisis kondisi terkini hutan UNRI (Lampiran 8)


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, E. S., Oktorini, Y., & Yoza, D. 2016. Identifikasi daerah jelajah beruk (Macaca
nemestrina linnaeus, 1766) menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis di
kawasan hutan Universitas Riau (Doctoral dissertation, Riau University).
De Silva, E. (Ed). 2014. Cases on Research-Based Teaching Method in Science Education. IGI
Global.
Eugene P. Odum, 1993, Dasar-Dasar Ekologi, Edisi ke-3, Penerjemah Tjahjono Samingan,
Gadjahmada University Press, Yogyakarta
J.C. Emberlin, 1983, Intriduction to Ecology, Macdonald & Evans Ltd., Estover, Plymounth.
Kimball, J.W., 1992, Biologi edisi ke-5 Jilid 3, Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta
Ludwig, A.J and J.F. Reynolds, 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods and
Computing.A Wiley- Interscience Publication. John Wiley & Sons. New
York.Chichester. Brisbane.Toronto. Singapore.
Molles, C.M, 2005. Ecology. Concepts and Applications. Third Edition. Mc Graw Hill
Education.New York.
Napolion, H., Sribudiani, E., & Arlita, T. 2015. Pemahaman pengunjung terhadap arti dan
fungsi Arboretum Universitas Riau (Doctoral dissertation, Riau University).
Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada
Press. Susanto,
Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Tim Dosen Ekologi Hewan, 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. Universitas Riau.
Tim Dosen Ekologi, 2019. Panduan Praktikum Ekologi. Universitas Riau.
Tim Pengajar Ekologi Hewan, 2019. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. Universitas Negeri
Padang.

LAMPIRAN 1
TABEL PENGAMATAN METODE KUADRAT

Hari/ Tanggal :
Kelompok :
Plot ke :

Ukuran Nama Jenis Cover (%)/ DBH Jumlah


Plot
LAMPIRAN 2
TABEL MILAI FREKUENSI, DENSITAS, DOMINANSI, DAN NILAI PENTING
(METODE KUADRAT)

No. Nama Jenis Hadir Keliling DBH (m) Individu BA F FR D DR Do DoR INP
(m)

Total
LAMPIRAN 3
TABEL PENGAMATAN METODE POINT-CENTERED QUARTERED
Hari/ Tanggal :
Kelompok :
Jarak dari
Point Kuadran Nama Jenis Keliling (m) DBH (m)
Titik (m)
I
II
1
III
IV
I
II
2
III
IV
I
II
3
III
IV
I
II
4
III
IV
I
II
5
III
IV
I
II
6
III
IV
I
II
7
III
IV
I
II
8
III
IV
I
II
9
III
IV
I
II
10
III
IV
I
II
11
III
IV
I
II
12
III
IV
I
II
13
III
IV
I
II
14
III
IV
I
II
15
III
IV
I
II
16
III
IV
I
II
17
III
IV
I
II
18
III
IV
I
II
19
III
IV
I
II
20
III
IV
I
II
21
III
IV
I
II
22
III
IV
I
II
23
III
IV
I
II
24
III
IV
I
II
25
III
IV
I
II
26
III
IV
I
II
27
III
IV
I
II
28
III
IV
29 I
II
III
IV
I
II
30
III
IV
LAMPIRAN 4
TABEL NILAI FREKUENSI, DENSITAS, DOMINANSI, DAN NILAI PENTING (METODE POINT-CENTERED QUARTERED)

No. Nama Jenis Individ Hadir Jarak Dens. dR D DR Do DoR F FR INP


u (m) Tot

Total
Rata-rata
LAMPIRAN 5
TABULASI ANALISIS ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH HUTAN UNRI
Hari/ Tanggal :
Kelompok :

No
Morfospesies Habitat I Habitat II Jumlah
.

LAMPIRAN 6
DATA HASIL ANALISIS VEGETASI ARHTROPODA PERMUKAAN TANAH HUTAN UNRI
Hari/ Tanggal
No Indeks Indeks Frekuensi Persentase Konstansi
Morfospesies
. Diversitas Similaritas Kehadiran Konstansi Hewan Hewan

LAMPIRAN 7
TABEL PENGAMATAN KONDISI TERKINI HUTAN UNRI
Hari/ Tanggal :
Kelompok :
No. Dokumentasi Jenis Permasalahan

LAMPIRAN 8
TABEL CASE METHOD ANALISIS KONDISI TERKINI HUTAN UNRI
Hari/ Tanggal :
No Dokumentasi
Permasalahan Solusi
. Sebelum Penanganan Setelah Penanganan

Anda mungkin juga menyukai