MAHASISWA
KONSEP STRUKTUR KOMUNITAS
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat mebuat Lembar Kerja Mahasiswa Elektronik berbasis android
konsep struktur komunitas pada mata kuliah ekologi dengan lancar. Praktikum ekologi
merupakan kegiatan akademik dalam kurikulum program studi ndidikan Biologi. Praktikum
ini diselenggarakan agar mahasiswa menguasai konsep struktur komunitas baik komunitas
tumbuhan maupun hewan dengan kemampuan menguasai cara mendeskripsikan vegetasi
secara ekologis. Lembar Kerja Mahasiswa Elektronik ini dirancang merujuk pada indikator
aspek literasi sains untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum tersebut.
Penulis sangat mengharapkan saran-saran yang membangun untuk perbaikan Lembar Kerja
Mahasiswa Eklektronik berbasis android ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Pekanbaru, September
2021 Penulis
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Mahasiswa yang mengikuti praktikum konsep struktur komunitas harus menaati semua peraturan yang
telah ditetapkan pada tata tertib praktikum yang berlaku selama mengikuti praktikum, agar praktikum
dapat berjalan sesuai dengan harapan.
A. PESIAPAN
B. KEHADIRAN
D. PELAKSANAAN
Berikut ini merupakan tabel kode yang menunjukkan indikator aspek literasi sains
Sub-CPMK7 Mampu menganalisis data hasil pengamatan dilapangan dan melaporkan secara benar.
Mampu mengidentifikasi teknik sampling pengukuran dan analisis data pengamatan di lapangan
Sub-CPMK8
dengan benar
Mampu melakukan pengkajian melalui pengamatan langsung kehidupan organisme secara
Sub-CPMK9
mandiri, disiplin, bermutu bertanggunga jawab dan terukur
Sub-
Mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar ekologi untuk dalam berbagai aspek kehidupan
CPMK10
Bantuk Pembelajaran,
Metode Pembelajaran,
Kemampuan akhir tiap Penilaian
Mg Penugasan Mahasiswa,
tahapan belajar
Ke- [ Estimasi Waktu]
(Sub-CPMK)
Indikator Kriteria & Luring (offline) Daring (online)
Bentuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6,7,8 Mampu mengidentifikasi 1. Menjelaskan arti dan Kriteria : Kuliah: Google meet
teknik sampling batasan komunitas Skala Diskusi (sinkron),
pengukura dan analisis tumbuhan penilaian 1-
data pengamatan di 2. Mendeskripsikan 100
lapangan dengan benar karakteristik komunitas Praktikum:
tumbuhan Analisis Vegetasi
Mampu melakukan 3. Menganalisis tahapan Analisis
pengkajian melalui proses suksesi. arthropoda
pengamatan langsung 4. Menganalisis kaitan Permukaan Tanah
kehidupan organisme faktor lingkungan
secara mandiri, disiplin,
dengan proses suksesi.
bermutu bertanggunga
5. Menjelaskan
jawab dan terukur
karakteristik Komunitas
hewan.
6. Mendeskripsikan prilaku
hewan dalam komunitas
7. Menjelaskan mekanisme
proses energetika
8. Menerapkan metode-
metode spesifik dalam
analisis komunitas
tumbuhan dan hewan
PENDAHULUAN
SURVEI DAN DISKRIPSI KOMUNITAS TUMBUHAN
(ANALISIS VEGETASI)
A. Materi
Komunitas merupakan himpunan berbagai spesies organisme yang hidup dalam suatu bentang ruang
dalam waktu yang bersamaan. Komunitas tumbuhan lazim juga disebut vegetasi, yang berarti kumpulan
tumbuhan yang menutupi permukaan tanah. (Fitra & Fau)
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh
karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisijenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan maupun keadaan penutupan tajuk perlu diukur. Kemudian dalam praktiknya satuan yang akan
diukur adalah suatu tegakan yang konkrit/nyata.
Struktur tumbuhan dapat dipelajari dengan pengambilan data berupa sejumlah sifat-sifat yang terdapat
bersama-sama pada komunitas tersebut, baik yang bersifat analitis maupun sintesis. Sifat-sifat analitis
misalnya frekuensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi atau jumlah yang dapat dikuantitatifkan.
Sifat analitis yang dapat dikualitatifkan antara lain sosiobilitas, vitalitas, periodisitas dan stratifikasi. Sifat-
sifat sintesis antara lain mencakup keberadaan, kehadiran, konstansi, fidelitas yang merupakan komponen-
komponen yang dapat dikomputasikan dari sifat-sifat analitis.
Semua studi vegetasi harus dimulai dengan survey pendahuluan (reconnaisance study) untuk mengenal
keadaan lapangan secara umum. Dalam kegiatan penelitian ekologi tumbuhan dikenal 2 jenis pengukuran
untuk mendapatkan data yang diinginkan, yaitu pengukuran yang bersifat merusak (destructive measure)
dan yang bersifat tidak merusak (non-destructive measure). Agar data dapat dianggap sah (valid) secara
statistik, pengukuran mutlak menggunakan satuan contoh (sampling unit), terutama bagi peneliti yang
mengambil objek hutan dengan cakupan areal sangat luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat
memperoleh informasi atau data lebih cepat dan teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi. Langkah awal
penelitian adalah menentukan metode sampling yang akan digunakan, jumlah, ukuran dan cara peletakan
satuan-satuan unit 14 contoh. Pemilihan metode sampling bergantung kepada penyebaran, morfologi atau
life form, tujuan penelitian, biaya dan tenaga tersedia.
Teknik pengambilan sampling vegetasi pada garis besarnya dibedakan atas metode dengan plot (count-
plot method) dan metode tanpa plot (plotless method). Bentuk unit sampling dapat berupa kuadrat, garis atau
titik. Kuadrat adalah suatu satuan contoh yang dinyatakan dalam satuan kuadrat berbentuk bujur sangkar
(persegi), persegi panjang, lingkaran, atau segitiga. Garis atau jalur adalah kuadrat berbentuk persegi
panjang, dimana panjangnya adalah beberapa kali lebarnya. Kebanyakan survey vegetasi menggunakan unit
sampling kuadrat. Pertimbangan utama dalam menentukan ukuran kuadrat adalah homogenitas vegetasi dan
keadaan morfologi jenis yang diukur. Kuadrat kecil sering lebih efisien dibandingkan kuadrat ukuran besar.
Untuk kepentingan deskripsi vegetasi, ada 3 parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting diukur
dari suatu tipe komunitas tumbuhan, yaitu sebagai berikut
1. Densitas (Kerapatan)
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luas tertentu. Contoh: dalam 10 buah
123
plot ukuran 10×10 m ditemukan 123 individu jenis A. Kerapatan A =
1000 m2
2. Frekuensi (Kekerapan)
Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh (plot) dimana jenis tersebut ditemukan dari
sejumlah petak contoh yang dibuat, atau jumlah hadirnya suatu jenis dalam sejumlah plot yang dikerjakan.
Biasanya kekerapan dinyatakan dalam persentase. Contoh: jenis A muncul dalam 2 plot dari 10 plot yang
dikerjakan.
2
Jadi frekuensi A adalah x100% = 20%
10
3. Dominansi
Dominansi didapatkan dari nilai kelindungan (cover) suatu jenis. Kelindungan adalah proporsi permukaan
tanah yang ditutupi oleh proyeksi 15 tajuk tumbuhan yang dinyatakan dalam satuan persentase.
Kelindungan dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu dengan mengukur Basal Area batang setinggi dada
(diameter breast height atau DBH), atau mengukur luas penutupan tajuk (crown cover). Contoh: jenis A
mempunyai proyeksi tajuk seluas 10 m2 dalam suatu petak contoh 100 m 2, maka dominansi jenis tersebut
adalah
10
x100% = 10%
100
Perhitungan tersebut akan menghasilkan harga mutlak (absolut) yang kemudian diubah menjadi harga relatif
(nisbi). Selanjutnya Nilai Penting (Important Value) penyusun komunitas dapat diranking, dan kita dapat
menilai peranan dan sumbangan (contribution) suatu jenis kepada komunitasnya.
Seperti telah dikemukakan, teknik peletakan plot di lapangan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Metode Jarak, termasuk ke dalamnya Metode Individu Terdekat (Closed Individual Method), Metode
Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Method), Metode Berpasangan Acak (Random Pair Method) dan
Metode Titik Pusat Kuadran (Point-Centered Quartered Method).
b. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method).
c. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method).
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI DENGAN PLOT
(METODE KUADRAT)
A. Tujuan
Menghitung nilai penting jenis dalam suatu tegakan komunitas hutan.
B. Alat
1. Kompas
2. Meteran
3. Pancang (4 buah, masing-masing 50-100 cm)
4. Tali raffia
5. Parang
6. Gunting tanaman
7. Plastik
8. Koran
9. Alat tulis
10. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan
C. Bahan
1. Label
2. Alkohol 70% atau spiritus
D. Demonstrasi Cara Kerja
1. Dengan bantuan kompas tariklah sebuah garis lurus (transek) yang memotong garis vegetasi yang akan
dikaji.
2. Buatlah plot untuk kajian berikut ini.
a. 10×10 m (pohon)
b. 5×5 m (perdu)
c. 2×2 (herba)
3. Inventaris semua jenis tumbuhan yang berada pada plot dan hitunglah jumlah masing-masing jenis.
4. Ukurlah lingkar diameter setinggi dada (DBH) untuk plot pohon.
5. Ukurlah cover untuk plot perdu dan herba.
6. Koleksilah jenis tumbuhan baru yang belum diketahui namanya untuk herbarium guna penelusuran lebih
lanjut.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan (Lampiran 1)
2. Tabel Nilai Frekuensi, Densitas, Dominansi, dan Nilai Penting (Lampiran 2)
A. Tujuan
Mencari nilai penting jenis dominan pada tegakan hutan dengan menggunakan metode Point-Centered
Quartered.
B. Teori
Metode ini paling cocok dipakai untuk vegetasi yang mempunyai penyebaran pohon regular secara relatif.
Banyak peneliti menggunakan metode ini untuk analisis vegetasi hutan karena mempunyai kelebihan antara
lain; praktis, hemat tenaga dan waktu. Garis transek utama diletakkan dari tepi area kajian menuju ke tengah
atau ke arah perubahan gradien lingkungan terpilih. Kemudian garis sub-transek dibuat tegak lurus dengan
transek dengan interval jarak yang sama atau sekehendak. Selanjutnya pada setiap sub-transek diletakkan titik
sampel yang disusun acak atau sistematik untuk penempatan 4 quarter atau kuadran pada setiap titik sampel.
Pada tiap quarter diukur jarak pohon dewasa terdekat dengan titik sampel, serta diameter batang setinggi dada.
C. Alat
1. Kompas
2. Meteran
3. Tali raffia
4. Parang
5. Gunting tanaman
6. Plastik
7. Koran
8. Alat tulis
9. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan
D. Bahan
1. Label
2. Alkohol 70% atau spiritus
Keterangan: yang
ditunjuk oleh panah adalah
pohon terdekat dalam sebuah
kuadran
F. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan (Lampiran 4)
3. Tabel Nilai Frekuensi, Densitas, Dominansi, dan Nilai Penting (Lampiran 5)
II. TUJUAN : Mahasiswa diharapkan mengetahui pengaruh berbagai perlakuan terhadap struktur
komunitas artrhopoda tanah di Kebun Percobaan Biologi FKIP UNRI
III. PENDAHULUAN
Tanah merupakan suatu tubuh alam yang terdiri dari lapisan-lapisan bahan organik, anorganik dan
organisme hidup (Hardjowigeno,1995).
Artrhopoda tanah merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang memainkan peranan cukup penting
dalam pembentukan tanah, pencampuran dari bahan-bahan organik, penghancuran materi tumbuhan dan hewan
yang telah mati kesemuanya akan mempercepat proses pembentukan humus. Borror et al (1992) menyatakan
serangga tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan menambahkan kandungan bahan organiknya.
Prihmantoro (1999) menyatakan pemberian pupuk dapat memperbaiki sruktur tanah, meningkatkan
kondisi kehidupan organisme di dalam tanah yang kemudian akan meningkatkan kualitas lingkungan tanah.
DASAR TEORI
Dipermukaan tanah hidup bebrbagai hewan artopoda yang sering dipandang sebagai komunitas tersendiri.
Hewan hewan ini sering disebut juga makrofauna tanah dan memiliki ukuran yang beragam, mulai ydari yang
hanya sekitar 10 mm hingga 150 mm. dalam ekosistem, Artopoda permukaan tanah memainkan peranan yang
sangat penting dalam proses penguraian seresah, yaitu mulai dari pemindahan, pemotongangan hingga
penguraian secara kimiawi melalui proses pencernaan serta dalam pembentukan struktur tanah.pembuatan
rongga rongga dibawah permukaan tanah, misalnya, akan menigkatkan porositas tanah, mempengaruhi proses
granulasi (pembentukan butiran tanah) dan pada akhirnya konsistensi tanah. Hal-hal ini sangat penting artinya
bagi tumbuhan.
Komunitas Artopoda permukaan tanah sering digunakan sebagai bioindikator keadaan atau perubahan
lingkungan.Dengan melihat perubahan pelimpahan, komposisi spesies keankergaaman spesies Artopoda tanah,
kita dapat mengindikasikan terjadinya perubahan lingkungan, misalnya diakibatkan suatu gangguan.Strukur
komunitas artopoda permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan diatas permukaan dan dibawah
permukaan tanah. Karena ukuran mereka yang relative kecil mereka sangat peka terhadap perubahan iklim
mikro dipermukaan tanah yang bias ditandakan oleh suhu dan kelembaban udara. Mereka biasanya juga sangat
terpengaruhi oleh ada tidaknya serta melimpahnya seresah / benda benda kecil lainnya (misalnya, batu batu)
dipermukaan tanah.Karena sebgaian dari mereka juga hidup dibawah permukaan tanah, mereka sulit
berkembang ditanah tanah yang mengalami kompaksi atau pemadatan.Mereka juga sangat terpengaruh oleh
penggenangan karena penggenangan menyebabkan oksigen dalam sela sela atau rongga rongga dalam tanah
hilang atau sangat berkurang.
Penggunaan Artopoda permukaan tanah menjadi cukup popular dikarenakan cukup mudahnya hewan hewan
ini disamping, yaitu antara lain pitfaal traps atau perangkap yang berupa logam atau mulut gelas yang ditanam
sedemikian rupa sehingga permukaannya rata dengan permukaan tanah. Biasanya gelas ini berisi bahan
pengawet, misalnya alcohol 70 % atau formalin 5-10 % atau larutan lain. Pitfal trap dapat dipasang
TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam kegiatan ini akan dilakukan survei terhadap komunitas artopoda permukaan tanah di dua habitat yang
berbeda, yaitu yang permukaan tanahnya ditumbuhi pepohonan dan yang tidak ditumbuhi pepohonan (hanya
rumput atau semak saja)
CARA KERJA
1. Sediakan bahan bahan berikut ini : alkohol (70%) dan larutan deterjen
2. Sediakan alat alat berikut ini : botol sampel (satu botol selai bersih dan tertutup), gelas plastik (10 buah/
kelompok), tali rafia, meteran tanah atau tongkat pengukur (100cm) dan penggali tanah (cetok)
3. Bawalah alat alat dan bahan tersebut menuju 2 macam habitat yang berbeda (ternaung dan terbuka).
4. Tempatkan 5 gelas secara acak pada masing-masing habitat.
5. Perhatikan bahwa tanah digali terlebih dahulu ketika gelas gelas tersebut diletakkan permukaan benar
benar sama dengan permukaan tanah (gambar 3.1)
Gambar 3.1 Gelas plastik sebagai pitfall trap dan cara pemasangannya
6. Tuangkan sekitar 10 ml alkohol yang dibawa ke masing masing gelas. Lalu beri 3 – 4 tetes larutan
deterjen kedalam gelas yang diberi alcohol.
7. Tinggalkanlah perangkat tersebut selama 24 jam, kemudian kumpulkanlah sampel serangga atau
Artopoda lain yang masuk kedalam perangkap dalam botol. Jangan lupa, beri label kelompok dan jenis
habitat !
8. Periksalah sampel serangga / Artopoda yang diperoleh dilaboratorium ekologi. Gunakan buku referensi
yang disediakn untuk memilah sampel menurut kelas, ordo, dan apabila memungkinkan ketingkat
familia.
9. Kemudian lanjutkan pemilahan sampel dari masing masing ordo menurut morfospesies yang dijumpai.
Morfospesies adalah dasar identifikasi tahap awal yang semata mata berdasarkan cirri ciri morfologis
yang dijumpai.
10. Tabulasikan hasil secara kolektif (untuk seluruh kelompok dalam satu kelas) dengan table berikut :
Morfospesies Habitat I Habitat II Jumlah
1
2
…..
n
11. Hitunglah Indeks Diversitas Spesies untuk masing-masing komunitas (menurut habitat), gunakan
rumus indeks diversitas spesies dari Shamon-Wiener.
s
H’=−∑ ( pi) ln pi
i= I
Dimana pi= total suatu individu yang ditemukan dibagi total seluruh individu.
12. Hitung Indeks Diversitas Spesies (keseluruhan dua habitat atau beta) dengan rumus Indeks Diversitas
Spesies dari Shannon
13. Hitung Indeks Similaritas antara kedua komunitas dengan mengunakan rumus Indek Similaritas
Sorensen sebagai berikut:
Cs = 2j / (a-b)
Dimana , Cs= Kesamaan Komunitas
j = Jumlah spesies yang dijumpai di dua lokasi
a= jumlah spesies di populasi hutan
b= jumlah spesies di populasi bukan hutan
Dimana pi= total suatu individu yang ditemukan dibagi total seluruh individu.
17. Hitung Indeks Diversitas Spesies (keseluruhan dua habitat atau beta) dengan rumus Indeks Diversitas
Spesies dari Shannon-Wiener
18. Hitung Indeks Similaritas ala Sorensen antara kedua komunitas !
Cs = 2j / (a-b)
Cs = Kesamaan Komunitas
Dimana , j = Jumlah spesies yang dijumpai di dua lokasi
a= jumlah spesies di populasi hutan
b= jumlah spesies di populasi bukan hutan