MGMPS IPA
SMPN 1 WONOAYU
Oleh
S I M A H,S.Pd.
NIP.196112221983012002
A. Latar Belakang
Eksistensi dan kiprah forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam meningkatkan mutu pembelajaran telah
dirasakan oleh sebagian besar guru di negara kita. Munculnya kegiatan MGMPS dirancang
untuk mendukung peningkatan kemampuan professional guru di sekolah sehingga
berdampak terhadap penjaminan mutu pendidikan di kabupaten/ kota yang berpengaruh
positif terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan nasional. Berbagai kegiatan
yang dilakukan di MGMPS seperti penyiapan silabus implementatif, RPP, pembuatan
bahan ajar, metode, penilaian proses dan hasil belajar, lembar kerja dan pengembangan alat
peraga serta penelitian tindakan kelas diharapkan mampu mendukung terwujudnya
pembelajaran yang bermutu.
Intensitas kegiatan forum MGMPS ini akan tergantung pada tingkat kepedulian dan
komitmen berbagai unsur terkait pada tataran individu maupun manajemen pada sekolah
dan Dinas Pendidikan di daerah yang bersangkutan. Secara makro, pengalaman empirik
menunjukkan bahwa intensitas kegiatan MGMPS ini masih kurang optimal. Masalah yang
dihadapi antara lain:
1. Manajemen MGMPS kurang berfungsi secara optimal.
2. Program program pemberdayaan kurang menggigit dan kurang signifikan.
3. Dana pendukung kurang proporsional.
4. Rendahnya dukungan asosiasi profesi.
Dalam kontek ini guru perlu didorong secara terus menrus untuk senantiasa
meningkatkan profesionalismenya. Keberadaan forum MGMPS dipandang sangat strategis
untuk meningkatkan mutu kesiapan guru dalam pembelajaran. Jalur pemberdayaan bottom
up pada era otonomi, reformasi dan tranformasi pendidikan national yang berpangkal dari
kebutuhan lapangan melalui forum ini diyakini akan lebih bermakna, tidak hanya bagi
guru, melainkan juga bagi siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.
B. Tujuan
Kegitan MGMPS IPA SMP Kabupaten Sidoarjo bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kompetensi guru melalui aktifitas MGMPS di SMPN 1 Wonoayu.
2. Pembuatan Alat peraga.
3. Pengenalan kurikulum 2013.
4. Memecahkan masalah masalah pembelajaran yang dihadapi dan saling berbagi
pengalaman.
5. Memetakan jalan untuk menghindari narkoba.
6. Sebagai sarana sosialisai UU No. 5 Tahun 2013 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
C. Sasaran
Sasaran dari pelakanaan kegiatan MGMPS ini adalah guru-guru mata pelajaran IPA di
SMPN 1 Wonoayu.
D. Hasil yang Diharapkan
1. Meningkatnya aktifitas peserta MGMPS di SMPN 1 Wonoayu.
2. Terselenggaranya kegiatan MGMPS secara berkala dan berkesinambungan di SMPN
1 Wonoayu.
3. Meningkatnya kinerja guru guru IPA di sekolah masing masing.
4. Meningkatnya kompetensi professional guru.
5. Terwujudnya sekoah bebas narkoba.
E. Manfaat
1. Terbukanya peluang bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran yang menyenangkan,
bermakna dan bermutu.
2. Terbukanya peluang bagi guru guru IPA untuk meningkatkan kompetensi sesuai
dengan standar nasional pendidikan melalui berbagai kegiatan MGMP.
3. Memberikan kesempatan bagi sekolah untuk memiliki guru yang kompeten,
professional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sesuai standar
nasional pendidikan.
4. Membuka kesempatan bagi MGMPS untuk memberdayakan guru-guru di sekolah.
5. Membuka kesempatan bagi pemerintah kabupaten/kota dan dinas pendidikan memiliki
guru guru yang professional sehingga mutu pendidikan akan meningkat.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
A. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar guru mampu melaksanakan tugas mengajar di dalam kelas sesuai
dengan tuntutan dan karakteristik Kurikulum 2013 edisi revisi yang meliputi kompetensi
proses pembelajaran Kurikulum 2013.
C. Tindak Lanjut
Untuk menindaklanjuti hasil kegiatan tersebut di atas, guru telah dapat merancang skenario
pembelajaran yang berdasarkan Pendekatan Saintifik, serta dapat memotivasi peserta didik
dalam proses pembelajaran agar memiliki rasa ingin tahu dan setelah itu akan muncul kegiatan
menanya sampai akhirnya peserta didik dapat mengumpulkan data, mengasosiasi dan
mengomunikasikan hasil kerja kelompok mereka dengan cara presentasi di depan kelas
sehingga model pembelajaran akan berpusat pada peserta didik bukan model pembelajaran
teacher center.
D. Penutup
Dengan adanya kegiatan kolektif guru yang membahas tentang pendekatan saintifik ini
diharapkan guru sudah dapat menguasai kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran yang
terdapat pada Kurikulum 2013. Semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat dan dapat
merubah paradigma lama dalam proses pembelajaran sehingga generasi emas 2045 dapat
tercapai.
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia, misi dan orientasi
Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan tujuan khusus agar peserta
didik memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di
masa mendatang, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Kompetensi yang dimaksud
yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki
keterampilan atau kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan
penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Gambar 1. Dimensi Kompetensi
Ilmu Pengetahuan Alam atau sains adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun,
dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini berawal dari sifat dasar
manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian ditindaklanjuti
dengan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan yang paling sederhana namun akurat
dan konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam. Penyelidikan ini
dilakukan dengan mengintegrasikan kerja ilmiah dan keselamatan kerja yang meliputi
kegiatan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan,
mengumpulkan data, menganalisis, akhirnya menyimpulkan dan memberikan rekomendasi,
serta melaporkan hasil percobaan secara lisan maupun tulisan.
Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan lanjutan yang lebih rinci, lebih
rumit, dan memerlukan upaya yang lebih keras untuk menyelidikinya. Kegiatan penyelidikan
ini memerlukan teknologi yang sesuai, yang umumnya berupa teknologi terkini yang ada. Di
lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada akhirnya dihasilkan teknologi yang lebih baru.
Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan Alam sangat layak sebagai waha na untuk penumbuhan
dan penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terus-menerus pada diri peserta
didik pada berbagai jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang
meliputi kerja ilmiah, makhluk hidup dan proses kehidupan, zat dan sifatnya, energi dan
perubahannya, bumi dan antariksa, serta keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat, peserta didik dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah
dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar
penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya
tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan
kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide,
desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari
oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable); bermakna (meaningfull);
dan bermanfaat untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan
kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-
keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar,
materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam
silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran
tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai
model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan
silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses
pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.
Dimensi Pengetahuan terdiri atas 3 yaitu;
1. Pengetahuan faktual berisi konvensi (kesepakatan) dari elemen-elemen dasar berupa istilah
atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar pembicaraan dalam suatu bidang disiplin ilmu
atau mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl,D. 2001). Pengetahuan faktual meliputi aspek-
aspek pengetahuan istilah, pengetahuan khusus dan elemen-elemennya berkenaan dengan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan sebagainya
Sebagai contoh dari pengetahuan faktual adalah sebagai berikut:
Pengetahuan tentang:
1. Langit, bumi, dan matahari;
2. Fakta-fakta mengenai kebudayaan dan pranata sosial;
3. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan jurnal;
4. Simbol-simbol dalam peta;
5. Matahari yang mengeluarkan sinar panas;
6. Fakta-fakta yang penting dalam bidang kesehatan;
7. Desa dan kota;
8. Bentuk lukisan yang dipamerkan.
2. Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau bukan contoh,
juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek.
Pengetahuan konseptual meliputi prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus yang
saling berkaitan dan terstruktur dengan baik (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan dasar
dan umum, pengetahuan teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang:
1. Teori evolusi dan rotasi bumi;
2. Macam-macam hubungan interaksi dan sistem sosial;
3. Struktur kalimat yang benar dan bagian-bagiannya;
4. Fungsi peta dalam geografi;
5. Hukum-hukum fisika dasar;
6. Makanan sehat;
7. Prinsip-prinsip pemerintahan desa;
3. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana urutan langkah-langkah
dalam melakukan sesuatu.
Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan dari umum ke khusus dan algoritma,
pengetahuan metode dan teknik khusus dan pengetahuan kriteria untuk menentukan
penggunaan prosedur yang tepat (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
Contoh pengetahuan procedural antara lain sebagai berikut:
Pengetahuan tentang:
1. Prosedur pemanfaatan panas matahari sebagai sumber tenaga;
2. Prosedur pendirian organisasi sosial;
3. Mengartikan kata yang didasarkan pada analisis struktur
4. kalimat;
5. Langkah-langkah pembuatan gambar peta;
6. Langkah-langkah pengukuran tegangan listrik;
7. Pola makan yang baik dan sehat;
8. Tata cara pemilihan kepala desa;
D. Tindak Lanjut
Peserta kegiatan dapat menganalisis dimensi pengetahuan
E. Penutup
Dengan adanya dimensi pengetahuan, maka pendidik dapat menyajikan konsep agar dapat
lebih menarik dan sesuai dengan konsep mata pelajaran, sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam menyampaikan konsep, dan dengan mengetahui karakteristik peserta didik, maka akan
tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan aktif.
D. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan oleh peserta adalah menelaah silabus yang terdapat pada
Permendikbud No 22 Tahun 2016.
E. Penutup
Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pendidik dan dengan telah dikemanbangkannya
RPP Mata Pelajaran IPA oleh Kemendikbud, dapat membantu pendidik untuk menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan baik.
Di kalangan peserta didik telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik (Betha, 2004). Hal ini disebabkan
kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari IPA dengan senang hati, banyak siswa
merasa terpaksa untuk belajar IPA. Lemahnya motivasi belajar IPA karena kurangnya
pemahaman tentang hakikat, kemanfaatan, keindahan dan lapangan kerja yang dapat
dihasilkan dari belajar IPA. Agar belajar IPA terasa lebih menyenangkan, maka manfaat
belajar IPA perlu dipahami. Untuk menghadapi halangan atau kesulitan apapun ketika sedang
belajar IPA motivasi belajar menjadi modal pertama.
Pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika siswa terlibat aktif dalam mengamati,
memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang ada di lingkungan sekitar. Dalam
proses tersebut siswa dilatih untuk memiliki kemampuan observasi dan eksperimen yang lebih
ditekankan pada melatih kemampuan berpikir dan kerja ilmiah. Selain itu siswa dilatih
melakukan percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di
laboratorium maupun di alam sekitar peserta didik. Dengan didukung kemampuan matematis
yang dimiliki, peserta didik dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar
yang taat asas, serta kemampuan berpikir dan bernalar ini dilaihkan melalui pengelolaan data
yang akurat, yang kebenarannya tidak diragukan lagi (Depdiknas, 2006).
Sebagai penunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang menyenangkan perlu
disediakan alat peraga yang memadai. penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai: untuk
meletakkan dasar-dasar yang nyata dalam berfikir, mengurangi terjadinya verbalisme,
memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk belajar, meletakkan dasar
perkembangan belajar agar hasil belajar bertambah mantap, memberikan pengalaman yang
nyata untuk dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap peserta didik,
menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, membantu tumbuhnya
pemikiran dan berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan pengalaman yang tidak
mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman
belajar yang lebih sempurna (Soelarko, 1995).
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan
tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif, merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar,
tujuan dan isi pelajaran, untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta
didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru, serta diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar (Sudjana, 2002).
D. Tindak Lanjut
Peserta kegiatan dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan ruang laboratorium IPA
dan menggunakan alat – alat praktik
E. Penutup
Dengan adanya pemantapan penggunaan alat lab IPA ini diharapkan guru /peserta aktif
menggunakan ruang laboratorium IPA sebagai sumber belajar
Demikian laporan kegiatan MGMPS IPA ini kami sampaikan, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Media Pembelajaran
Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung
dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Kata media pembelajaran
berasal dari bahasa latin ”medius” yang secara harfiah berarti ”tengah”, perantara atau
pengantar. Dalam bahasa Arab, media perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.20 Association
for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala
bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education
Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Suprapto dkk, menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah suatu alat pembantu secara efektif yang dapat digunakan
oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian kali ini peneliti lebih
cenderung menggunakan definisi media pembelajaran dari Oemar Hamalik dengan alasan
bahwa cakupannya lebih luas, tidak hanya dibatasi sebagai alat tetapi juga teknik dan metode
sehingga dapat mencakup definisi dari para ahli pendidikan lainnya.
Media dalam perspektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam
ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara
langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Dengan
keterbatasan yang dimiliki, manusia seringkali kurang mampu menangkap dan
menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah terekam dalam
ingatannya. Untuk menjembatani proses internalisasi belajar mengajar yang demikian,
diperlukan media pendidikan yang
memperjelas dan mempermudah peserta didik dalam menangkap pesan-pesan
pendidikan yang disampaikan. Oleh karena itu, semakin banyak peserta didik
disuguhkan dengan berbagai media dan sarana prasarana yang mendukung, maka
semakin besar kemungkinan nilai-nilai pendidikan mampu diserap dan dicernanya.
Kemajuan ICT, proses ini dimungkinkan dengan menyediakan sarana pembelajaran
online melalui internet dan media elektronik. Konsep pembelajaran berbasis ICT
seperti ini lebih dikenal dengan e-learning. E-Learning atau electronic learning kini
semakin merupakan salah satu
cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di
negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda
beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang
menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-Learning memang merupakan
suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk
menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata
ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan
‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika.
D. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan tentang pembuatan media power point berbasis animasi agar guru
dapat menyajikan pembelajaran yang menarik bagi siswa.
E. Penutup
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan power point berbasis animasi dapat
menarik pembelajaran bagi siswa.
Dan semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pendidik khususnya dan untuk dunia
pendidikan pada umumnya.
Demikian laporan kegiatan MGMPS IPA ini kami sampaikan, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
D. Tindak Lanjut Yang Akan Atau Telah Dilaksanakan Oleh Guru Peserta Kegiatan
Tersebut
Peserta dapat membuat soal berdasarkan kisi – kisi Standar Kelulusan
E. Penutup
Semoga kegiatan ini mempunyai pengaruh positif terhadap suasana pembelajaran di kelas
serta dapat meningkatkan hasil proses pembelajaran.
Demikian laporan kegiatan MGMPS IPA ini kami sampaikan, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
A. Kesimpulan
Kegiatan MGMPS IPA sangat berarti dan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi
guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar. Dengan adanya semangat dan kemauan
yang baik, kegiatan MGMPS dapat juga berjalan dengan baik.
B. Rekomendasi
Semoga kegiatan MGMPS tetap berlanjut sehingga kegiatan MGMPS ini dapat digunakan
sebagai wadah untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme guru agar tetap eksis dan
semakin berkembang lagi.