Anda di halaman 1dari 31

PENELITIAN DAN TEKNIK SAMPLING

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika Pendidikan
yang Dibina Oleh Ibu Vita Ria Mustika, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Bela Yualina Puji Firnadianti (180351619015)
Firdha Cahyaningwulan (180351619039)
Nida Husnayaini (180351619041)
Yazid Al Basthomi (180351619087)

Kelompok 1 / Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “Penelitian dan Teknik Samplimg” ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menajadi makalah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari beberapa pihak sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Statistik Pendidikan yang telah
membimbing dalam menyusun makalah ini.

Malang,01 Februari 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Penelitian...................................................................................... 3
2.2 Tujuan Penelitian dan Peran Statistik dalam Penelitian................................. 3
2.3 Metode Penelitian........................................................................................... 6
2.4 Desain Penelitian............................................................................................ 8
2.5 Jenis Penelitian............................................................................................. 17
2.6 Teknik Sampling...........................................................................................19
2.7 Menentukan Ukuran Sampling..................................................................... 22
BAB III...................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 25
3.2 Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian merupakan kompetensi yang penting yang harus dimiliki oleh
pengawas satuan pendidikan. Karena pekerjaan pengawas itu sendiri adalah
profesi yang menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang terus
menerus sejalan dengan perkembangan pendidikan di lapangan. Semua bidang
pekerjaan akan selalu berhadapan dengan permasalahan yang selalu berkembang,
baik berupa fenomena yang mengundang tanda tanya, maupun kesenjangan antara
yang diharapkan dengan kenyataan sehingga permasalahan tersebut menuntut
jawaban serta solusi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk mendapatkan pengetahuan atau kebenaran sangat diperlukan penelitian
yang merupakan bentuk kegiatan ilmiah. Terdapat dua teori kebenaran
pengetahuan, yakni teori koherensi dan korespondensi. Suatu pernyataan
dikatakan benar apabila sesuai dan tidak berkebalikan dengan pernyataan
sebelumnya merupakan teori koherensi, sedangkan teori korespondensi
merupakan sebuah pernyataan dipandang benar apabila sesuai dengan fakta.
Dimana untuk menemukan kebenaran yang logis dan didukung oleh fakra, harus
dilakukan penelitian terlebih dahulu. Dimana penelitian memiliki pendekatan,
jenis serta metode yang sesuai dengan paradigma keilmuan serta realitas gejala
yang akan dipecahkan.
Sejak dulu statistik telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
secara disadari atau tidak. Informasi yang sering kita dengar seperti rata-rata
pendapatan penduduk, presentase jumlah bayi yang mengalami gizi buruk, jumlah
mahasiswa yang lulus dan tidak lulus dalam satu mata kuliah dapat diperoleh dari
pengolahan data yang menggunakan metode statistik. Dimana peran dari metode
statistik semakin penting. Peran statistika sangat membantu untuk menentukan
keputusan dan kebijakan sehingga permasalahan yang rumit dapat diselesaikan
dengan lebih mudah dengan analisis statistika menggunakan komputer. Statistika
juga banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu baik bidang pendidikan, ilmu

1
alam, sosial, industri maupun bidang ekonimi. Statistik juga sangat membantu
dalam hal penelitian (Mahdiah, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dapat disusun
sebagai berikut
1.2.1 Apa pengertian Penelitian?
1.2.2 Apa tujuan penelitian serta peran statistik dalam penelitian?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan metode Penelitian?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan desain penelitian?
1.2.5 Apa saja jenis penelitian?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan Teknik sampling?
1.2.7 Bagaimana menentukan ukuran sampling?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut
1.3.1 Agar pembaca dapat memahami pengertian penelitian
1.3.2 Agar pembaca dapat memahami tujuan penelitian
1.3.3 Agar pembaca dapat mengetahui metode penelitian
1.3.4 Agar pembaca dapat mengetahui desain penelitian
1.3.5 Agar pembaca dapat mengetahui jenis penelitian
1.3.6 Agar pembaca dapat memahami teknik sampling
1.3.7 Agar pembaca dapat menentukan ukuran sampel.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penelitian
Penelitian ilmiah adalah suatu proses pengumpulan data dan analisis data
yang dilakukan dengan memperhatikan metode ilmiah yaitu sistematis, logis,
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif (Arifin, 2010).
Penelitian tidak harus dilaksanakan di laboratorium, karena pengambilan data dan
analisis data dapat dilakukan dimana saja. Penelitian memiliki ciri-ciri yakni
sebagai berikut:
a) Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi orang dan
waktu
b) Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka
c) Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawab permasalan
yang hendak diteliti (Sukardi, 2012)
Penelitian dapat dilakukan dalam berbagai bidang, salah satunya yakni pada
bidang pendidikan. Penelitian pendidikan secara khusus yakni merupakan metode
yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggung
jawabkan mengenai proses pendidikan (Neolaka, 2014). Penelitian pendidikan
berfokus pada pengembangan pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan.

2.2 Tujuan Penelitian dan Peran Statistik dalam Penelitian


Penelitian merupakan penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap
sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu seperti memeriksa,
menelaah, mempelajari dengan cermat/ sungguh-sungguh sehingga memperoleh
suatu temuan yang berupa kebenaran, jawaban, atau pengembangan ilmu
pengetahuan. Terdapat tiga tujuan umum penelitian yakni:
2.1.1 Tujuan Eksploratif
Penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang
baru dalam bidang tertentu. Melalui penelitian memperoleh ilmu yang betul-betul
baru dan belum pernah diketahui sebelumnya. Contohnya seperti dengan suatu
penelitian yang telah menghasilkan kepimpinan efektif dalam MBS. Contoh

3
lainnya adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode pembelajaran
matematika yang menyenangkan siswa.
2.1.2 Tujuan Verifikatif
Tujuan Verifikatif yakni penelitian yang dilaksanakan untuk menguji
kebenaran suatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Diperoleh data penelitian
yang digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau
ilmu pengetahuan tertentu. Contohnya suatu penelitian dilakukan untuk
membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya
kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji
efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di luar negeri jika
diterapkan di Indonesia.
2.1.3 Tujuan Pengembangan
Penelitian yang dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu
pengetahuan) yang telah ada. Misal penelitian tentang implementasi metode
inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya digunakan dalam pembelajaran
IPA. Contoh lainnya penelitian tentang sistem penjaminan mutu dalam
organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam
organisasi bisnis/perusahaan.
Selain tujuan umum diatas, terdapat tujuan lain dari penelitian. Berikut beberapa
penelitian yang hendak dicapai:
1. Memperoleh informasi baru
Jika dilihat dari aspek peneliti, penelitian biasanya berhubungan dengan
informasi atau data yang masih baru. Meskipun mungkin saja suatu data atau
fakta tersebut telah ada dan berada di suatu tempat dalam waktu lama. Jika
fakta tersebut baru diungkap dan secara sistematis disusun oleh peneliti pada
saat itu, dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut dikatakan data baru.
Contohnya fakta sejarah yang diperoleh di sebuah situs desa Wonoboyo
klaten. Ditemukan beberapa peninggalan peradaban masyarakat kuno berupa
guci, mata uang, batu permata dan bagian bawah suatu bangunan yang
merupakan bangunan kuno. Menurut para ahli arkeologi penemuan tersebut
adalah peninggalan pada zaman Mataram Kuno(Sukardi,2012).

4
2. Untuk menjelaskan dan mengembangkan suatu pengetahuan tertentu.
Peneliti akan mampu menjelaskan fakta penting dan menolak, mendukung
atau mengembangkan teori yang telah ada jika dalam proses penelitiannya
sesuai dengan prosedur dan dilakukan dengan baik.
3. Untuk menerangkan, memprediksi serta mengontrol suatu fenomena sosial
dan alam yang diteliti. Dari rancangan penelitian dan prosedur penelitian
ilmiah yang rinci, peneliti akan dapat menerangkan dengan jelas hubungan
antara variabel yang diteliti dan mampu mendiskripsikan secara sistematis,
logis tentang objek yang diteliti dan akhirnya dapat memprediksi dan
mengkontrol apa yang terjadi diantara variabel yang dikaji.
4. Untuk memberikan rekomendasi teoritis dan rekomendasi praktis. Setiap
penelitian ilmiah diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, memberi wacana baru dan mendorong terjadinya penelitian
lanjutan. Selain itu hasil penelitian ilmiah harus mampu memberi nilai
fungsional bagi aktivitas kehidupan(Arifin,2010).
Statistik memiliki peran sebagai media atau alat analisis data kuantitatif, statistik
juga memiliki peran membantu peneliti dalam berbagai hal seperti berikut:
1. Statistik membantu dalam menentukan sampel, sehingga peneliti dapat
melakukan penelitian secara efisien namun dengan hasil yang tetap akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat kevalidannya.
2. Statistik membantu dalam memaparkan data dalam bentuk angka-angka
atau grafik.
3. Statistik membantu dalam membaca data yang telah terkumpul, sehingga
dapat mengambil keputusan alat analisis statistik yang tepat.
4. Membantu untuk melihat ada/tidaknya hubungan antara variabel yang satu
dengan lainnya.
5. Statistik membantu dalam melihat ada/tidaknya perbedaan antara kelompok
yang satu dengan lain atas objek yang diteliti.
6. Statistik membantu peneliti dalam melakukan prediksi untuk waktu yang
akan datang berdasarkan data yang lalu dan sekarang.
7. Dapat membantu peneliti melakukan interpretasi atau penarikan kesimpulan
atas data yang terkumpul (Mundir, 2013).

5
2.3 Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode penelitian memiliki peran yang sangat
penting. Metode penelitian sebagai petunjuk pelaksanaan suatu penelitian untuk
memperoleh data dan mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan
cara peneliti memperoleh data penelitianya. Metode penelitian juga dideskripsikan
sebagai tata cara bagaimana penelitian akan dilaksanakan atau suatu cara ilmiah
untuk memperoleh data untuk mencapai tujuan penelitian (Emzir 2007) . Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diperlukan dibutuhkan
metode yang relevan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Sugiyono 2016) .
Metode memiliki arti ‘jalan’ atau ‘cara’. Metode penelitian merupakan suatu cara
untuk mengumpulkan data dan analisis. Menurut Raco (2010) terdapat beberapa
jenis metode penelitian dalam dunia penelitian yakni metode kualitatif, metode
kuantitatif, dan gabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif atau yang biasa
disebut mixed method.
Metode penelitian kuantitatif sebaiknya digunakan dalam penelitian yang
bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat, korelasi, evaluasi kegiatan atau
yang sifatnya objektif , terukur dan terbatas. Berdasarkan segi pertanyaan yang
hendak dijawab atau dipahami, metode kuantitatif cocok untuk menjawab
pertanyaan yang diambil dari teori (theory derived question). Sedangkan metode
kualitatif, sebaiknya digunakan untuk pertanyaan yang bertujuan untuk
menemukan teori baru. Selain itu, metode kualitatif juga tepat digunakan untuk
pertanyaan yang sifatnya deskriptif, memberi gambaran suatu masalah, peristiwa,
fakta, dan realita secara luas dan mendalam sehingga menghasilkan konsep baru.
Berdasarkan data yang akan diambil, dalam metode kualitatif data yang
digunakan diambil melalui wawancara, observasi lapangan, atau dokumen yang
ada. Untuk data penelitian berupa survey, testing, eksperimen atau melalui
kuesioner digunakan dalam metode penelitian kuantitatif (Raco 2010).
Penelitian dilakukan dengan sistematis dan hati-hati melalui serangkaian
kegiatan ilmiah yang panjang berdasarkan prosedur yang sesuai dan akurat
sehingga memperoleh hasil penelitian yang dapat diyakini dan dipercaya secara
ilmiah. Dalam (Yusuf 2014) mengemukakan pendapat Nachmias (1981) yang

6
menyatakan bahwa penelitian dimuali dari suatu masalah dan diakhiri dengan
generalisasi. Proses penelitian merupakan suatu siklus (kegiatan berulang) dan
self-correcting yang dimaksud adalah generalisasi tentative diuji secara logika dan
emipiris.

Gambar 2.1 Langkah-langkah Penelitian Menurut Nachmias


Menurut Nachmias, proses penelitian kuantitatif dapat digambarkan seperti
Gambar 2.1 dimana setiap langkah penelitian dapat dikaitkan dengan teori.
Sehingga setiap langkah yang dilakukan sebaiknya memperhatikan latar belakang
teori yang berkaitan dengan langkah tersebut. Sedangkan menurut Bailey (1978)
dalam (Yusuf 2014) menggambarkan langkah penelitian kualitatif seperti pada
gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Langkah-langkah penelitian menurut Bailey

7
Berbeda dengan langkah penelitian yang dikemukakan Nachmias yang selalu
mengaikan teori pada setiap langkah penelitian, Langkah penelitian menuru
Bailey lebih mengarah ke penelitian kualitatif sehingga menemukan sebuah teori.

2.4 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian (Creswell, 2016).
2.5.1 Desain Penelitian Kuantitatif
Penelitian eksperimen diartikan sebagai pendekatan penelitian kuantitatif
yang paling penuh, artinya memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan
sebab akibat. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa metode penelitian ekperimen
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain
penelitian ekperimen ke dalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true
experimental design, dan quasy experimental design.

a. Pre-experimental Design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena


belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Bentuk Pre-Experimental Design ini ada beberapa macam
antara lain:

1. One-Shot Experimental Design

Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan


suatu variabel atas satu kelompok eksperimen terhadap hasil yang
dicapai dengan melakukan treatment diawal kemudian diperoleh
hasil.

“Treatment – Hasil”

8
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok
diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah
sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan
dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

2. One Group Pretest - Postest Experimental Design

Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan


suatu variabel atas satu kelompok eksperimen dengan berdasarkan
pada hasil pretes dengan postes yang desainnya seperti berikut.

“Pretest - Treatment – Postest”

Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan


demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

3. Intact Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk


penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok
kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

b. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-


betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas
internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi.
Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental
terbagi atas:

1. Postest-only Control Group Design

9
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X)
dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol. Anggota kelompok masing-masing
diambil secara random dari sub populasinya, sehingga hasil
eksperimen dapat digeneralisasikan pada populasi eksperimen.
Treatment group:

Treatment group: R1 - X1 - O1

Control group: R2 - X2 - O2

2. Pretest-Postest Control Group Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara


acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan
awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Treatment goup:

Treatment goup: R1 - O1 - X1 - O1

Control group: R2 - O2 - X2 - O2

3. Pretest-Postest Solomon Group Design

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih
secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok
tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari
kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu
keempat kelompok ini diberi posttest.

Treatment group 1 :R1 - O1 - X1 - O2

Control group 1 :R2 - O2 - X2 - O2

Treatment group 2 :R2 - O1 - X1 - O1

Control group 2 :R2 - O2 - X2 - O2

10
4. Counter Balanced Experimental Design

Desain eksperimen ini bertujuan untuk menemukan efek yang


diharapkan dari suatu perlakuan yang berbeda, dua perlakuan atau
lebih terhadap kelompok yang sama, sehingga kelompok-
kelompok eksperimen disamakan prasyarat kemampuan yang
diperlukan yang diukur dengan pretes. Dengan demikian, hasil
yang dikemukakan ada-tidak perbedaan efek ketiga perlakuan
terhadap ketiga kelompok eksperimen dan desain ini dapat
dimodifikasi dengan tujuan penelitian. Hal ini berarti di dalam
desain ini, semua grup menerima semua perlakuan tetapi dalam
urutan yang berbeda dan grup-grup tersebut dilakukan postest
setelah tiap perlakuan dilakukan.

c. Quasy Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true


experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-
experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya,
sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk
eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja
baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam
menentukan kelompok control dalam penelitian, maka dikembangkan
desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantaranya
sebagai berikut:

a. Time Series Experimental Design

11
Menurut Creswell (2012), Equivalent Time Series Design
digunakan ketika seorang peneliti melakukan treatment atau
intervensi dan posttest secara bergantian. Dalam desain ini
kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest
sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila
hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda,
berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat
diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan.
Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja,
sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group


design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini,
baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol
dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan
tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes,
kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c. Conter Balanced Design

Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya


dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara
random.

2.5.2 Desain Penelitian Kualitatif


Desain Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil

12
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisas (Sugiyono,
2013).

Menurut Retna (2009) Standar desain kualitatif terbagi menjadi 5 macam,


diantaranya:
1. Studi Kasus
Studi kasus merupakan suatu populasi, proses, problem, konteks, atau
fenomena dimana parameter dan outcomenya tidak jelas, tidak diketahui,
atau belum pernah dieksplorasi. Dilakukan pada suatu komunitas, populasi
target, atau unit studi yang lain. Contoh: biografi, sejarah lisan atau
riwayat klinis, studi inovasi organisasi, dinamika organisasi, atau
karakteristik dan interaksi manusia dalam organisasi atau sekelompok
orang.
2. Ethnografi
Menurut Creswell (2012) Metode etnografi adalah prosedur
penelitian kualitatif untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan
unsur-unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku,
kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu.
Ethnograsi merupakan suatu populasi, proses, problem, konteks,
atau fenomena dimana parameter dan outcomenya tidak jelas, tidak
diketahui, atau belum pernah dieksplorasi. Menggunakan open-ended in-
depth interview dan observasi, jika ada group discussion harus informal.
Menurut Riduwan (2005), Observasi merupakan teknik pengumpulan data
dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Wawancara
Mendalam (In-depth Interview) adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, untuk
mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam (Riduwan 2005).
Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengadakan Tanya
jawab dengan pihak terkait khususnya Humas Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Dengan mengadakan tanya jawab atau
interview penulis dapat mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan
materi yang dibahas oleh penulis, sehingga penulis mendapatkan informasi

13
langsung berupa data-data yang sebenarnya dan secara mendalam.
Perhatian pada penggunaan konsep budaya untuk mengarahkan penelitian
dan interpretasi data. Selalu memasukkan pertimbangan manusia dan
peristiwa dalam setting naturalnya. Mementingkan “thick discription”.
Contoh:
a. Apa yang terjadi dengan suatu program?
b. Bagaimana perilaku manusianya?
c. Bagaimana mereka menjelaskan tentang dunianya?
d. Apa yang penting untuk mereka?
e. Mengapa mereka mengatakan dan melakukan apa yang
mereka lakukan?
f. Bagaimana gambaran konteks dan structural mempengaruhi
perilaku, pikiran, dan hubungan?
Cresswell (2009) menambahkan bahwa desain ini memiliki tiga
bentuk, yakni:
(a) The Realist Ethnography
Etnografi dilakukan dengan meneliti individu yang dikaji dan
kedudukan peneliti di sini adalah orang ketiga, sehingga penelitian
yang dilakukan bersifat objektif dan tidak meninggalkan kesan bias.
(b) The Case Study
Etnografi dihubungkan dengan studi kasus, walaupun demikian
beberapa hal tentu berbeda dengan metode studi kasus. Studi kasus
umumnya melibatkan individu bukan kelompok. Walaupun
mungkin, hanya menggambarkan aktivitas kelompok dan bukan
mengidentifikasi pola-pola perilaku yang ditunjukkan kelompok.
Selain itu, studi kasus yang dilakukan para etnografer ini untuk
melihat pola yang berkembang sebagai sebuah kelompok yang
berinteraksi dari waktu ke waktu.
(c) The Critical Ethnography
Etnografi juga bisa melihat kelompok yang termarginalkan dalam
masyarakat dengan melakukan advokasi terhadap ketidakadilan
dan dominasi.

14
3. Narrative
Penggunaan metode naratif dalam penelitian bertujuan untuk
menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan dan menceritakan
kehidupan orang-orang dan menulis narasi dari pengalaman individu yang
dimaksud. Oleh sebab itu, desain yang dapat digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan metode naratif ini dengan menggunakan beberapa
pertanyaan seperti yang dikemukakan oleh Cresswell (2009):
(a) Siapa yang menulis atau mencatat cerita?
Menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu
adalah perbedaan mendasar dalam penelitian naratif. Biografi adalah
bentuk studi naratif dimana peneliti menulis dan mencatat pengalaman
orang lain. Naratif otobiografi individu yang menjadi subjek studi yang
menulis laporannya.
(b) Berapa banyak dari suatu kehidupan yang dicatat dan disajikan?
Riwayat hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman
hidup seseorang. Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa
penting dalam kehidupan individu. Dalam pendidikan, studi naratif
secara khusus tidak meliputi laporan dari suatu keseluruhan kehidupan
tetapi malah berfokus pada suatu bagian atau peristiwa tunggal dalam
kehidupan individu.
(c) Siapa yang memberikan cerita?
Faktor ini secara khusus relevan dalam pendidikan, dimana tipe
pendidik atau tenaga pendidik menjadi fokus dalam beberapa studi
naratif. Sebagai contoh, naratif guru merupakan personal account guru
tentang pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif yang lain
berfokus pada siswa di dalam kelas. Beberapa individu yang lain
dalam latar pendidikan dapat memberikan cerita, misalnya tenaga
administrasi, pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan yang
lain.
(d) Apakah suatu pandangan teoritis digunakan?
Suatu pandangan teoretis dalam penelitian naratif adalah pedoman
perspektif atau ideologi yang memberikan kerangka untuk menyokong

15
dan menulis laporan. Pandangan teoretis untuk Amerika latin
menggunakan pandangan “testimonios”, untuk cerita tentang wanita
menggunakan perspektif “feminist”.
(e) Dapatkah bentuk naratif dikombinasikan?
Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti
menulis dan melaporkan tentang partisipan dalam penelitiannya.
Penelitian juga dapat berfokus pada suatu studi pribadi dari seorang
guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu peristiwa dalam kehidupan
seorang guru, misalnya pemecatan guru dari sekolah, menghasilkan
suatu naratif pribadi. Jika individunya seorang wanita, peneliti akan
menggunakan perspektif teoretis “feminist” untuk menguji kekuatan
dan mengontrol masalahnya. Pada akhirnya menghasilkan suatu naratif
dari kombinasi beberapa unsur yang berbeda yaitu gabungan dari
biografi, personal account, cerita guru, dan perspektif “feminist”.
4. Compressed Design: Rapid ethnographis assesment dan Focused
ethnographic
Compressed design merupakan ancangan ethnography yang sudah
dimodifikasi. Pada desain ini karena masalah yang diteliti sudah difahami,
sehingga peneliti harus sudah tahu konteks budaya, dan berbicara bahasa
local. Fokus pada satu aspek budaya saja, misal :
– simptom diare pada bayi, untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan
(bukan untuk penyakit anak secara keseluruhan)
– Hambatan lingkungan dalam produksi padi (bukan hambatan pada
produksi pertanian secara keseluruhan)
Peneliti harus bekerjasama dengan ahli budaya tersebut Pengumpulan data
biasanya memakai interview kelompok, in-depth, dan meminta
pertimbangan informan kunci, dan survey singkat pada kelompok kecil.
Desain ini biasanya digunakan untuk mengembangkan intervensi yg dpt
diterima secara budaya
5. Penelitian Aksi
Pada penelitian aksi, setiap penelitian yang dilakukan dengan
maksud untuk perubahan struktur dan lembaga suatu masyarakat atau

16
kelompok dan sangat sesuai dengan paradigma kritis. Dengan demikian
selalu menyertakan pendapat masyarakat/kelompok yang diteliti.

2.5 Jenis Penelitian


Pembagian jenis-jenis penelitian dapat ditinjau dari beberapa klasifikasi, yakni
sebagai berikut:
2.4.1 Klasifikasi jenis penelitian menurut tujuannya. Pada klasifikasi ini
penelitian dibagi menjadi empat jenis yaitu penelitian dasar, penelitian
terapan, penelitian pengembangan, dan penelitian evaluatif.
a) Penelitian dasar. Merupakan jenis penelitian yang mendalami suatu
bidang dengan tujuan untuk pengembangan atau perluasan suatu ilmu
tertentu. Hasil dari penelitian tersebut mungkin belum bisa dirasakan
manfaatnya secara langsung oleh masyarakat, namun bisa menjadi
sangat berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang.
b) Penelitian terapan. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk
memecahkan permasalahan signifikan yang ada di masyarakat.
Sehingga manfaat dari penelitian ini bisa dirasakan langsung bagi
kepentingan manusia. Dasar dari penelitian ini adalah persoalan atau
masalah yang terjadi di sekeliling.
c) Penelitian pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, dan mevalidasi suatu produk. Jenis penelitian ini
merupakan jembatan antara penelitian dasar dan penelitian terapan
(Sugiyono, 2007).
d) Penelitian evaluatif. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menguji
kelayakan dan menilai manfaat dari suatu kegiatan atau unit tertentu.
Ada dua jenis penelitian evaluatif yakni penelitian tindakan dan
penelitian kebijakan (Sukmadinata, 2007).
2.4.2 Klasifikasi jenis penelitian berdasarkan aspek metode dan pendekatan.
Klasifikasi inilah yang paling umum digunakan ketika menyebutkan jenis-
jenis penelitian.
a) Penelitian deskriptif. Merupakan jenis penelitian yang berusaha untuk
menggambarkan, menjelaskan secara detail, sistematis, dan logis

17
tetang obyek tertentu (Arifin, 2010). Ciri dari penelitian ini yakni
bermaksud untuk mendeskripsikan mengenai suatu kejadian, sehingga
penelitian ini tidak perlu menerangkan keterkaitan, tes hipotesis, dan
menarik implikasi. Penelitian deskriptif ini hanya berusaha
menggambarkan secara jelas terhadap pertanyaan penelitian yang
telah ditentukan sebelum para peneliti terjun ke lapangan (Sukardi,
2012).
b) Penelitian sejarah. Penelitian ini sekilas hampir mirip dengan
penelitian deskriptif, karena sama-sama mendeskripsikan suatu objek
secara detail. Namun perbedaannya yakni penelitian sejarah dilakukan
dengan metode wawancara dengan pelaku sejarah serta analisis
terhadap objek-objek yang berkaitan dengan informasi sejarah yang
ingin diperoleh.
c) Penelitian survei. Penelitian ini tidak terbatas pada satu variabel saja.
Dapat digunakan variabel serta populasi yang beragam. Dengan
begitu, hasil dari penelitian survei dapat digunakan untuk beragam
tujuan misalnya untuk bentuk awal penelitian, dan klasifikasi
terhadap permasalahan yang hendak dipecahkan.
d) Penelitis ex-postfakto. Ciri khas dari penelitian ini adalah variabelnya
sudah terjadi dan tidak diperlukan adanya perlakuan terhadap variabel
yang diteliti. Hipotesis digunakan untuk memecahkan permasalahan
penelitian.
e) Penelitian eksperimen. Terdapat beberapa syarat dalam penelitian ini
yakni adanya kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Hal
tersebut menyebabkan perlu adanya variabel bebas dan kontrol pada
penelitian eksperimen. Selain itu juga terdapat hipotesis yang mana
diuji melalui pengamatan.
f) Penelitian kuasi eksperimen. Kuasi berarti semu, maka penelitian
kuasi eksperimen maksudnya adalah penelitian yang mendekati
eksperimen. Peneitian ini banyak digunakan untuk penelitian dengan
objek manusia misalnya pada bidang ilmu pendidikan. Pada
penelitian kuasi, eksperimen peneliti dapat membagi grup yang ada

18
dengan tanpa membedakan antara kontrol dan grup secara nyata, tetap
mengacu pada bentuk alami yang sudah ada (Sukardi, 2012).
Kalaupun ada perlakuan tertentu, hal tersebut tidak lekas diketahui
oleh objek yang diteliti. Pada penelitian kuasi eksperimen, peneliti
hendaknya berhati-hati dalam menarik hubungan kasual yang terjadi,
karena pada penelitian ini kita tidak dapat mengintril dan
memanipulasi secara bebas.
2.4.3 Klasifikasi penelitian menurut bidang ilmu atau garapan. Variasi bentuk
penelitian juga dapat dilihat dari objek yang diteliti, tergantung dari
keahlian dan bidang yang hendak digunakan sebagai aspek pembeda
(Sukardi, 2012). Pada klasifikasi ini akan digunakan bidang pendidikan
sebagai aspek pembeda.
a) Penelitian kependidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan
meliputi guru, siswa, kurikulum, manajemen pendidikan, sistem
pengajaran, dan sebagainya.
b) Penelitian nonkependidikan. Yakni seluruh penelitian yang tidak
berkaitan dengan pendidikan. Cakupannya sangat luas, contohnya
penelitian ekonomi, sejarah, pertanian, agama, dan sebagainya.

2.6 Teknik Sampling


Teknik sampling adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh sampel
yang representatif, yang dapat menggambarkan populasinya. Terdapat dua teknik
sampling, yang pertama adalah random sampling (probability sampling) dan
nonrandom sampling (nonprobability sampling) (Mahdiyah, 2014). Random
sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Cara yang
dapat digunakan untuk melakukan random sampling misalnya menggunakan
undian, ordinal, dan lain-lain. Terdapat tiga jenis random sampling, yaitu simple
random sampling, stratified random sampling, dan cluster random sampling.
a. Simple Random Sampling
Disebut simple (sederhana) karena pengambilan sampel dilakukan
secara acak tanpa melihat strata dalam suatu populasi. Cara ini dilakukan
jika anggota populasi dianggap homogen. Telnik ini dilakukan untuk

19
mendapatkan sampel langsung pada unit sampel. Jadi, setiap unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk mewakili populasi, teknik ini bisa
digunakan untuk jumlah unit sampling yang tidak terlalu banyak. Misalnya
terdapat jumlah suatu populasi sebanyak 300 dan jumlah sampel yang
diinginkan sebanyak 150, maka langsung saja memilih 150 orang secara
acak untuk menjadi sampel (Mahdiyah, 2014).
b. Stratified Random Sampling
 Proportional Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan jika suatu populasi memiliki anggota
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya
seorang peneliti ingin mengambil sampel sebanyak 150 siswa dari
250 siswa SMP berdasarkan jenis kelamin dan kelasnya, misalnya
pada kelas A terdapat 15 siswa laki-laki, kemudian kelompok kelas
IA dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

Keterangan:
n = jumlah sampel per kelompok secara proporsional
N1 = jumlah sub populasi pada strata tertentu
N = jumlah seluruh populasi
S = jumlah sampel yang diinginkan
t
th
th
Seperti itu perhitungannya dan dilakukan seterusnya sampai
diperoleh 150 anggota sampel (Mundir, 2013).
 Disproportional Random Sampling
Teknik ini digunakan jika jumlah sampel pada suatu
populasi memiliki strata yang kurang proporsional. Misalnya
populasi pegawai dari suatu pabrik mempunyai latar belakang
pendidikan S3 sebanyak 5 orang, S2 6 orang, S1 sebanyak 8 orang,
SMA sebanyak 800 orang, SMP sebanyak 600 orang, maka orang
dari S3, S2, dan S1 akan diambil semua, karena jumlahnya terlalu
kecil daripada kelompok yang lain (Mahdiyah, 2014).

20
c. Cluster Random Sampling
Teknik sampling daerah digunakan jika objek yang akan diteliti
sangat luas. Teknik ini dilakukan melalui dua tahap, tahap yang pertama
yaitu menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang-
orang yang ada di daerah tersebut secara random juga. Contohnya, di
Indonesia terdapat 34 provinsi, kemudian akan diambil sampel sebanyak
15 provinsi, maka pengambilan sampel tersebut dilakukan secara acak.
Namun, pengambilan sampelnya juga perlu menggunakan stratified
random sampling, karena provinsi-provinsi di Indonesia memiliki strata
(Mahdiyah, 2014).
Nonrandom sampling merupakan pengambilan sampel tidak secara acak. Terdapat
enam jenis Nonrandom sampling, yaitu:
a. Sampling Sistematis
Teknik penentuan sampel yang dilakukan berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang sudah diberi nomor urut. Misalnya terdapat
populasi sebanyak 150 orang, kemudian 150 orang tersebut diberi nomor
urut 1 sampai 150, pengambilan bisa menggunakan nomor ganjil saja atau
genap saja, atau kelipatan bilangan tertentu.
b. Sampling Kuota
Teknik penentuan sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu
sampai kuota yang diinginkan. Misalnya penelitian terhadap pegawai
golongan III, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Kemudian
misalnya jumlah sampel yang diinginkan 100 orang, dan jumlah peneliti 4
orang, maka setiap peneliti dapat memilih secara bebas namun sesuai
dengan karakteristik yang telah ditentukan (golongan III) sebanyak 25
orang.
c. Sampling Aksidental
Teknik penentuan sampel yang dilakukan berdasarkan kebetulan, siapa
saja bisa dijadikan sampel oleh peneliti secara kebetulan.
d. Purposive Sampling

21
Teknik penentuan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja.
Misalnya ingin melakukan penelitian tentang kedisiplinan pegawai, maka
sampel yang digunakan yaitu orang-orang yang ahli dalam kepegawaian.
e. Sampel Jenuh (Sensus)
Teknik penentuan sampel yang menggunakan semua anggota populasi
sebagai sampel.
f. Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang awalnya kecil, kemudian sampel tersebut
diminta untuk memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, begitu
seterusnya sampai sampel menjadi banyak (Mahdiyah, 2014).

2.7 Menentukan Ukuran Sampling


Untuk penelitian deskriptif sampelnya sebanyak 10% dari populasi,
kemudian penelitian korelasional paling sedikit 30 elemen populasi, lalu
penelitian perbandingan kausal 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian
eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992). Roscoe (1975)
dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel,
yaitu sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai 500 elemen. Bila sampel
dipecah lagi ke dalam sub sampel yaitu laki-laki atau perempuan, SD/SLTP/SMU,
dsb, maka jumlah minimal sub sampel harus 30. Pada penelitian multivariate
(termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih
besar (10 kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis. Untuk penelitian
eksperimen yang sederhana dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa
antara 10 sampai 20 elemen.
Berikut merupakan beberapa pendapat ahli mengenai ukuran sampel
penelitian.
1. Ukuran sampel dengan teori Slovin (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan ukuran
sampel menggunakan rumus slovin (1960).
Rumus sampel Slovin:

Keterangan:

22
n = besar sampel
N = ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi
e = nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan, umumnya dalam
penelitian, tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau 0,05 (Riduwan, 2005)

2. Ukuran sampel menurut Jacob Cohen (dalam Arikunto, 2010)

R
Keterangan:
N = ukuran sampel
F2 = effect size
u = banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = fungsi power dari u = 0 (Arikunto, 2005)

3. Ukuran sampel menurut formula Cochran, W. G. (1977)


Cochran membagi 2 teknik menentukan sampel berdasarkan data populasi
yang bersifat kontinu dan bersifat kategori.
a. Rumus Cochran untuk data kategori
㌳䁩 䁩

Keterangan:
n = ukuran sampel e = margin error
z = nilai tabel z (tabel distribusi normal) pada tingkat kepercayaan tertentu
p = proporsi kategori dari total seluruh kategori
q = proporsi kategori lain selain p yang juga dituliskan sebagai (1-p)
b. Rumus Cochran untuk data kontinyu

Keterangan:
n = ukuran sampel yang akan dicari
z = nilai z berdasarkan pada alpha tertentu (tabel z)
s = standard deviasi dari populasi
e = margin error (Cochran, 1977)

23
4. Ukuran sampel dengan formula Lemeshow (1990) untuk populasi tidak
diketahui

u 䁩

Keterangan:
n = jumah sampel yang dicari
z = nilai tabel normal dengan alpha tertentu
p = fokus kasus
d = alpha (0,05) atau 5% dari tingkat kepercayaan 95% yang umum digunakan
dalam penlitian-penelitian (Lemeshow, 1990)

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian ilmiah adalah suatu proses pengumpulan data dan analisis data
yang dilakukan dengan memperhatikan metode ilmiah yaitu sistematis, logis,
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif .Penelitian memiliki
ciri-ciri yakni sebagai berikut:
a) Menekankan objektivitas secara universal
b) Menginterpretasi variabel
c) Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawab
permasalan yang hendak diteliti.
Penelitian merupakan penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap
sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu seperti memeriksa,
menelaah, mempelajari dengan cermat/ sungguh-sungguh sehingga memperoleh
suatu temuan yang berupa kebenaran, jawaban, atau pengembangan ilmu
pengetahuan. Terdapat tiga tujuan umum penelitian, yaitu tujuan eksploratif,
tujuan verifikatif, dan tujuan pengembangan. Metode penelitian juga
dideskripsikan sebagai tata cara bagaimana penelitian akan dilaksanakan atau
suatu cara ilmiah untuk memperoleh data untuk mencapai tujuan
penelitian.Metode penelitian kuantitatif sebaiknya digunakan dalam penelitian
yang bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat, korelasi, evaluasi kegiatan
atau yang sifatnya objektif, terukur dan terbatas. Selain itu, metode kualitatif juga
tepat digunakan untuk pertanyaan yang sifatnya deskriptif, memberi gambaran
suatu masalah, peristiwa, fakta, dan realita secara luas dan mendalam sehingga
menghasilkan konsep baru.
Klasifikasi jenis penelitian menurut tujuannya. Pada klasifikasi ini penelitian
dibagi menjadi empat jenis yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian
pengembangan, dan penelitian evaluatif. Klasifikasi jenis penelitian berdasarkan
aspek metode dan pendekatan, yaitu Penelitian deskriptif, penelitian sejarah,
penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, dan penelitian
kuasi eksperimen.Klasifikasi penelitian menurut bidang ilmu atau garapan, yaitu
penelitian kependidikan dan penelitian non kependidikan.

25
Teknik sampling adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh sampel
yang representatif, yang dapat menggambarkan populasinya. Terdapat dua teknik
sampling, yang pertama adalah random sampling (probability sampling) dan
nonrandom sampling (nonprobability sampling). Terdapat tiga jenis random
sampling, yaitu simple random sampling, stratified random sampling, dan cluster
random sampling. Nonrandom sampling merupakan pengambilan sampel tidak
secara acak. Terdapat enam jenis Nonrandom sampling, yaitu sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampel jenuh (sensus),
snowball sampling. Untuk penelitian deskriptif sampelnya sebanyak 10% dari
populasi, kemudian penelitian korelasional paling sedikit 30 elemen populasi, lalu
penelitian perbandingan kausal 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian
eksperimen 15 elemen per kelompok.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Lilin Persada Press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Cochran, W. G. 1977. Sampling Techniques 3rd ed. New York: John Wiley &
Sons
Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, John w. 2009. Research Design: Qualitatif, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Third Edition (Terjemahan) 2013 Research
Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Grafindo.
Gay, L. R. dan Diehl, P. L. 1992. Research Methods for Business and
Management. New York: MacMillan Publishing Company.
Lemeshow, S., Hosmer, DW. Jr., Klar, J., Lwanga, SK., editors. 1990. Adequacy
of Sample Size in Health Studies. Chichester: John Wiley & Sons.
Mahdiah. 2014. Statistik Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mundir. 2013. Statistik Pendidikan Pengantar Analisis Data Untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Cikarang: Grasindo.
Retna, S.P. 2009. Metode dan Desain Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: UGM.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variable Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Roscoe, J. T. 1975. Fundamental Research Statistics for The Behavioural Sciences.
New York: Holt, Reinhart and Winston.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

27
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatis, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, NS. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yusuf, Muri. 2014. METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF,
DAN PENELITIAN GABUNGAN. Jakarta: Kencana.

28

Anda mungkin juga menyukai