Anda di halaman 1dari 209

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT

KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN


BAHAN AJAR MATEMATIKA

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat


Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:
RAHMAT WASTIO WICAKSONO
NIM: 150384202060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2019
ii
iii
iv
MOTTO

‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬
َّ ‫من‬
ِ ‫الر ْح‬
َّ ِ‫ِب ْس ِم هللا‬

ًِْ‫مْريْ َواحْ ل ُ ْل ُع ْقدَ ًة ِمنْ ل َِسا ِنًْ ٌَ ْف َقه ُْو َق ْول‬َ َ ًِْ‫َربِّ ا ْش َرحْ ل‬
ِ ‫ص ْد ِر َو ٌَسِّرْ لًِْ أ‬
“Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku”
(Q.S. Thaha: 25-28)

َ ‫ َوأَنا َسعْ ٌَ ُه َس ْو‬. ‫ان إِ اَّل َما َس َعى‬


. ‫ف ٌ َُرى‬ َ ٌَ‫َوأَنْ ل‬
ِ ْ ‫ْس ل‬
ِ ‫ِْل ْن َس‬
. ‫ُث ام ٌُجْ َزاهُ ْال َج َزا َء ْاْلَ ْو َفى‬
“Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”
(Q.S. An-Najm: 38-41)

‫إِنا َم َع ْالعُسْ ِر ٌُسْ رً ا‬


“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al-Insyiroh:5)

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah ‫ سبحانه وتعالى‬yang telah memberikan keberkahan

serta kesempatan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. Dengan

penuh rasa syukur, skripsi ini dipersembahkan untuk:

 Kedua orangtua tercinta, Bapak Harianto dan Ibu Suharni yang telah ikhlas

mendidik, membimbing, berjuang untuk pendidikanku, memberikan kasih

sayang dan rasa cinta yang tak terhingga, memberikan motivasi, dukungan,

serta do‟a yang selalu dicurahkan dalam setiap langkahku dalam

menyelesaikan pendidikan dan saudara-saudaraku, yang selalu mendo‟akan

serta melatih rasa sabar dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

 Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika khususnya Bapak dan

Ibu Dosen Pembimbing dan Penguji, serta validator yang berperan penting

dalam kesuksesan penyusunan skripsi ini.

 Almamater tercinta, rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang Angkatan ke-3 Tahun 2015.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah ‫ سبحانه وتعالى‬yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam penulis

sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad yang telah menuntun manusia

dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti

yang dirasakan saat ini.

Atas izin Allah ‫ سبحانه وتعالى‬skripsi ini yang berjudul “Eksplorasi

Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber

Penyusunan Bahan Ajar Matematika” dapat diselesaikan dengan baik guna untuk

menyelesaikan tugas akhir selaku mahasiswa dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Prodi Pendidikan Matematika pada Program Strata Satu di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang,

Provinsi Kepulauan Riau.

Proposal ini diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

derajat Sarjana Pendidikan (S.Pd.).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah

banyak mendapat bimbingan maupun tunjuk ajar dari berbagai pihak sehingga

vii
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis menyadari

perlunya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc., selaku Rektor Universitas Maritim

Raja Ali Haji Tanjungpinang;

2. Bapak Dr. H. Abdul Malik, M.Pd., selaku Dekan I Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang;

3. Ibu Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar

serta teliti dalam memberikan arahan, bimbingan, serta meluangkan waktu

untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini;

4. Ibu Dra. Linda Rosmery Tambunan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar serta teliti dalam memberikan arahan, bimbingan, serta

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini,

sekaligus sebagai validator instrumen yang digunakan dalam penelitian

skripsi ini;

5. Bapak Febrian, S.Pd., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan

Matematika sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan arahan

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi;

6. Bapak Sukma Adi Perdana, S.Si., M.Sc., selaku Penasehat Akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

7. seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang

telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini;

viii
8. Bapak Harianto dan Ibu Suharni selaku kedua orangtua penulis yang

senantiasa memberikan dukungan serta dengan ikhlas mendo‟akan penulis

demi suksesnya penyusunan skripsi ini;

9. Atok Rahmad dan Bapak Zul Rozali yang bersedia meluangkan waktu untuk

menjadi narasumber dalam penelitian skripsi ini;

10. saudari Marina Afriyanty sebagai dokumenter dalam kegiatan penelitian

skripsi dan rekan grup etnomatematika yang telah memberikan masukan pada

penulisan skripsi ini; dan

11. seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, khususnya Riski Wahyuni, S.Pd., Riski Arta Ananda, Yudi

Purnama Aji, M. Teguh Dwi Kusuma, Anggraeni Syahfitri, Nielda Junika dan

Ismy Kurniati yang telah memberikan semangat kepada penulis hingga akhir

penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang

membangun agar dapat dijadikan pedoman bagi penulis maupun pembaca di masa

yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam dunia Pendidikan

pada umumnya serta Instansi terkait.

Tanjungpinang, Juli 2019

Penulis,

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
ABSTRAK ........................................................................................................ xvii
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis .................................................................. 6
2. Manfaat Praktis .................................................................... 6
F. Definisi Operasional ..................................................................... 7
1. Eksplorasi ............................................................................. 7
2. Etnomatematika ................................................................... 7
3. Seni Pencak Silat .................................................................. 7
4. Bahan Ajar ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Landasan Teori ............................................................................ 8
1. Eksplorasi ............................................................................. 8
2. Etnomatematika .................................................................... 8

x
xi

3. Seni Pencak Silat ................................................................ 12


4. Bahan Ajar .......................................................................... 17
B. Penelitian Relevan ..................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 24
C. Prosedur Penelitian .................................................................... 24
D. Subjek Penelitian ....................................................................... 28
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 29
1. Instrumen yang Digunakan ................................................ 29
2. Pengembangan Instrumen Pendukung ............................... 31
F. Data dan Sumber Data ............................................................... 32
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 33
I. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 35
J. Perancangan Bahan Ajar Hasil Eksplorasi Etnomatematika pada
Seni Pencak Silat ....................................................................... 36
K. Rekapitulasi Data ...................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 38
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38
1. Hasil Wawancara ................................................................. 38
2. Hasil Obsevasi dan Dokumentasi ....................................... 41
a. Gerakan Pukulan Tangan ........................................... 44
b. Pola Langkah .............................................................. 51
3. Hasil Triangulasi Teknik Pengumpulan Data .................... 57
4. Analisis Data ...................................................................... 63
a. Analisis Domain ......................................................... 63
b. Analisis Taksonomi .................................................... 64
c. Analisis Komponensial .............................................. 64
d. Analisis Tema Budaya ............................................... 65
1. Analisis Tema Budaya pada Domain
xii

Menentukan Lokasi ........................................... 65


2. Analisis Tema Budaya pada Domain
Bermain .............................................................. 74
5. Rekapitulasi Hasil Analisis Data ........................................ 80
6. Analisis Konsep Matematika .............................................. 81
7. Analisis Kurikulum ............................................................ 82
8. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi
Etnomatematika pada Seni Pencak Silat Kepulauan
Riau .................................................................................... 96
B. Pembahasan ............................................................................... 99
1. Temuan Etnomatematika pada Domain Menentukan
Lokasi ............................................................................... 100
2. Temuan Etnomatematika pada Domain Bermain ............ 101
3. Perancangan Bahan Ajar .................................................. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 105
A. Kesimpulan .............................................................................. 105
B. Implikasi .................................................................................. 106
C. Saran ........................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 108
LAMPIRAN ..................................................................................................... 110
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


2.1 Delapan Arah Penjuru Mata Angin ..................................................... 15
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................... 23
3.1 Prosedur Penelitian .............................................................................. 28
3.2 Triangulasi Teknik .............................................................................. 32
4.1 Tahap Awal Gerakan Tujuh Hang Tuah ............................................. 42
4.2 Tahap Awal Gerakan Hang Jebat ........................................................ 43
4.3 Tangkisan ............................................................................................ 44
4.4 Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam .................................................. 44
4.5 Tangkisan Memasukkan Pukulan ........................................................ 45
4.6 Menangkis Pukulan ............................................................................. 46
4.7 Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan ................................................ 46
4.8 Mematikan Pukulan ............................................................................. 47
4.9 Menapiskan Pukulan ........................................................................... 47
4.10 Mematikan Pukulan Tendangan Kaki ................................................. 48
4.11 Membunuh Pukulan ............................................................................ 48
4.12 Bertuntunan Pukulan Tiga Kali ........................................................... 49
4.13 Mencakupkan Pukulan ........................................................................ 50
4.14 Melakukan Pukulan ............................................................................. 50
4.15 Melaksanakan ...................................................................................... 51
4.16 Representasi Pola Langkah I ............................................................... 52
4.17 Representasi Pola Langkah II .............................................................. 53
4.18 Representasi Pola Langkah III ............................................................ 54
4.19 Representasi Pola Langkah IV ............................................................ 55
4.20 Representasi Pola Langkah V .............................................................. 56
4.21 Representasi Pola Langkah VI ............................................................ 56
4.22 Representasi Pola Langkah VII ........................................................... 57
4.23 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah I .................................. 65
4.24 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah II ................................. 66
4.25 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah III ................................ 68

xiii
xiv

4.26 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah IV ................................ 69


4.27 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah V ................................. 71
4.28 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VI ................................ 72
4.29 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VII .............................. 73
4.30 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Awal Hang Jebat ................. 74
4.31 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan ............................ 75
4.32 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Mengelak
Pukulan Dalam .................................................................................... 75
4.33 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Memasukkan
Pukulan ................................................................................................ 76
4.34 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Menangkis Pukulan ............ 77
4.35 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Membunuh Pukulan ............ 78
4.36 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Mencakupkan Pukulan ........ 78
4.37 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melakukan Pukulan ............ 79
4.38 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melaksanakan ..................... 80
4.39 Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ....................................... 98
4.40 Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ............................................. 99
4.41 Konsep Sudut pada Posisi Gerak Tangan dan Kaki .......................... 102
4.42 Konsep Hubungan antar Garis pada Posisi Gerak Tangan ................ 102
4.43 Konsep Transformasi Geometri pada Posisi Gerak Tangan ............. 103
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


3.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian ................................................... 31
3.2 Rekapitulasi Data ............................................................................... 37
4.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data .............................................. 58
4.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Data ........................................................ 81
4.3 Konsep Bangun Datar dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013 ................................................................................. 83
4.4 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar ........ 85
4.5 Konsep Sudut dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum
2013 .................................................................................................... 86
4.6 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Sudut ..................... 88
4.7 Konsep Hubungan antar Garis dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013 ................................................................................. 91
4.8 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Hubungan antar
Garis ................................................................................................... 92
4.9 Konsep Transformasi Geometri dalam Acuan Kompetensi Dasar
(KD) Kurikulum 2013 ........................................................................ 94
4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Transformasi
Geometri ............................................................................................. 95
4.11 Kompetensi Dasar untuk Perancangan LKPD ................................... 97

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman


1. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 112
2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak
Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar
Matematika ....................................................................................... 114
3. Pedoman Wawancara ....................................................................... 115
4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator .................................. 117
5. Lembar Observasi ............................................................................. 119
6. Validasi Lembar Observasi dari Validator ....................................... 120
7. Biodata Narasumber ......................................................................... 122
8. Hasil Wawancara .............................................................................. 123
9. Hasil Observasi ................................................................................. 132
10. Dokumen Kurikulum 2013 ............................................................... 148
11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................... 174
12. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Materi Sudut ......................... 175
13. Biodata Penulis ................................................................................. 187

xvi
ABSTRAK

Wicaksono, Rahmat W. 2019. Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat


Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika.
Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pembimbing I: Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Si., Pembimbing II: Dra. Linda
Rosmery Tambunan., M.Si.

Kata Kunci: Etnomatematika, Seni Pencak Silat Kepulauan Riau, bahan


ajar matematika.

Terbatasnya penggunaan bahan ajar yang diangkat dari budaya daerah


merupakan suatu hal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan, terutama
pada pembelajaran matematika. Hal tersebut menjadi alasan dilakukannya
penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan etnomatematika yang
ditemukan pada seni pencak silat kemudian menjadikannya sebagai sumber
penyusunan bahan ajar matematika berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Penelitian ini berjenis etnografi dengan pendekatan kualitatif. Data
diperoleh dari triangulasi teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, teknik
wawancara, dan dokumentasi kepada informan Atok Rahmad. Instrumen utama
pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan instrumen pendukung yaitu
lembar observasi dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Terdapat dua aktivitas matematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau,
yaitu aktivitas menentukan langkah dan aktivitas bermain dalam peragaan seni
pencak silat. 2) Diperoleh temuan etnomatematika yaitu konsep bangun datar,
konsep sudut, konsep hubungan antar garis dan konsep transformasi geometri. 3)
Satu buah LKPD berhasil dirancang, yaitu untuk materi Sudut dalam konteks
budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau.

xvii
ABSTRACT

Wicaksono, Rahmat W. 2019. Ethnomatematic Exploration of the Art of Riau


Archipelago Martial Arts as a Source for Preparation of Mathematics
Teaching Materials. Essay. Tanjungpinang: Department of Mathematics
Education, Teacher Training and Education Faculty, Raja Ali Haji Maritime
University. Advisor: Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Sc., Co-advisor: Dra. Linda
Rosmery Tambunan., M.Sc.

Keywords: Ethnomatematics, The Art of Riau Archipelago Martial Arts,


mathematics teaching material.
The limited use of teaching materials that are raised from regional culture is
something that must be developed in the world of education, especially in
mathematics learning. This is the reason for this study which aims to describe
ethnomatematics found in the art of pencak silat and then making it a source for
the preparation of mathematics teaching materials in the form of Student
Worksheets (LKPD).
This research is ethnographic type with a qualitative approach. Data
obtained from triangulation of data collection techniques, namely by observation,
interview techniques, and documentation to Atok Rahmad informants. The main
instrument in this study was the researchers themselves with supporting
instruments namely observation sheets and interview guidelines. The results
showed that: 1) There were two mathematical activities in the art of Riau
Archipelago Martial Arts, namely the activity of determining steps and playing
activities in the demonstration of martial arts. 2) Obtained ethnomatematics
findings, namely the concept of two dimentional figure, the concept of angles, the
concept of relations between lines and the concept of transformation of geometry.
3) One LKPD was successfully designed, namely for The Angles‟s material of the
cultural context of the Art of Riau Archipelago Martial Arts.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga yang menyumbang medali

emas terbanyak untuk Indonesia pada perhelatan Asian Games 2018 yang

dilaksanakan pada 18 Agustus hingga 2 September 2018 di Indonesia. Pencak

silat merupakan salah satu budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang

pertama kali di dataran Melayu pada zaman kerajaan di Indonesia (dahulunya

Nusantara). Tanjungpinang sebagai salah satu daerah dataran Melayu juga telah

banyak berkembang perguruan pencak silat, beberapa di antaranya adalah

perguruan pencak silat yang tumbuh dan berkembang di Tanjungpinang, seperti

Seni Beladiri Ketrampilan Tangan (SENDIKAP) dan Sendeng Cekak.

Menurut Suhartono (2011:1) menjelaskan bahwa pencak silat dikenal pula

sebagai budaya beladiri khas Indonesia yang di dalamnya terdapat 4 aspek

pembinaan yang bernilai sangat tinggi, yakni aspek mental spiritual, seni, bela diri

dan olahraga. Pencak silat sangat mengedepankan kaidah dan keindahan gerakan

yang merupakan bagian dari aspek seni. Gerakan seni tersebut juga sangat

memperhatikan arah, cara melangkah, posisi, dan bentuk/pola langkah yang

dilakukan, sehingga terciptalah gerakan yang ideal dan memiliki keindahan seni.

Dalam hal ini, pesilat dituntut untuk memahami bagaimana gerakan dalam silat

yang baik, memperkokoh sikap kuda-kuda, menjaga konsistensi dan

keseimbangan dalam bergerak dan lain sebagainya. Di sinilah letak pengetahuan

1
2

pesilat dipergunakan dimana pengetahuan ini sendiri tentunya didapat dengan

memahami dan mempelajari secara berkala dan terus-menerus.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jelas bahwa pencak silat merupakan

warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai kesenian sekaligus pengetahuan

dan pembelajaran. Pembelajaran di sini bukan sekedar untuk mengukur

kemampuan mental dan fisik pesilat, namun juga menjadikan pesilat lebih dekat

dengan kehidupan dan lingkungan dimana mereka berada. Senada dengan fungsi

pembelajaran secara umum di sekolah, dimana bukan sekedar mengukur

kemampuan peserta didik namun juga untuk menambah wawasan agar dapat

mengimplementasikannya dalam kehidupan.

Beranjak dari hal di atas, kehidupan manusia saat ini sangat erat kaitannya

terhadap pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Matematika adalah

sebuah ilmu pasti yang terbentuk berdasarkan akal yang berhubungan dengan

benda-benda serta pikiran yang abstrak, yang dapat dipelajari dalam berbagai

aspek (Afriyanty, 2019:32). Namun justru hal sebaliknya yang terjadi,

pembelajaran matematika dianggap suatu pembelajaran yang mutlak dan tidak ada

kaitannya dengan segala aspek yang ada di lingkungan.

D‟Ambrosio adalah salah satu tokoh pendidikan matematika yang menolak

pembelajaran matematika seperti itu. D‟Ambrossio pertama kali memperkenalkan

istilah etnomatematika pada tahun 1985, dimana D‟Ambrosio dalam Desmawati

(2018:10) menyatakan, “Academic mathematics, that is the mathematics which is

taught and learned in the schools. In contras to this,we call ethnomathemetics the

mathematics which is practiced among identifiable cultural groups, children of


3

certain age bracket, professional classes, and so on,”. (Pembelajaran matematika

ialah matematika yang diajarkan di sekolah. Berlawanan dengan ini, kami

menyebut etnomatematika yakni matematika yang dipraktikkan di antara

kelompok budaya, anak dengan usia tertentu, kelas profesional dan sebagainya)

Melalui pemikiran D‟Ambrosio tersebut, pembelajaran matematika telah

berkembang secara optimal dengan tetap menjaga warisan kebudayaan

masyarakat setempat, khususnya yang terjalin dari ikatan adat-istiadat. Kemudian

muncul studi dalam pendidikan matematika tersebut yang dinamakan dengan

study ethnomathematics dengan harapan bahwa peradaban manusia akan

berkembang dan melahirkan peradaban yang lebih indah, adil dan bermartabat

terhadap budaya, adat dan agama. D‟Ambrosio dalam Desmawati (2018:11-12)

menerangkan salah satu tujuan dari etnomatematika adalah untuk mengetahui

bahwa ada cara-cara yang berbeda dalam matematika dengan pertimbangan

pengetahuan matematika bidang akademik yang kemudian dikembangkan oleh

berbagai sektor masyarakat serta dipertimbangkan terhadap modus yang berbeda,

dimana budaya yang berbeda mendiskusikan praktik matematika yang mereka

gunakan (pengelompokan, menghitung, mengukur, merancang bangun, alat

bermain dan lain sebagainya).

Meninjau pemikiran D‟Ambrosio mengenai etnomatematika, di dalam

pencak silat bisa ditemukan banyak hal yang memiliki keterkaitan dengan

pembelajaran matematika. Misalnya dalam gerakan tangan pesilat, pada saat

tangan pesilat tampak bersilangan maka akan tampak konsep matematika seperti

sudut dan dua garis yang berpotongan/bersilangan. Hal tersebut dapat


4

diimplementasikan pada pembelajaran matematika sebagai sumber penyusunan

bahan ajar guna menarik minat peserta didik dalam belajar matematika.

Menurut pendapat Rohmah (2016:4), bahan ajar merupakan salah satu

media pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran,

yaitu sebagai acuan bagi peserta didik dan guru untuk meningkatkan efektivitas

pembelajaran. Dengan menggunakan bahan ajar sebagai pendamping buku paket,

dapat diasumsikan bahwa peserta didik bisa lebih memahami pembelajaran yang

disampaikan. Dan tujuan lain diantaranya adalah agar peserta didik lebih tertarik

untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika, serta peserta didik nantinya

tidak lagi menganggap matematika itu sulit dan membosankan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai

praktik matematis yang terdapat dalam seni pencak silat. Penelitian ini belum

pernah dilakukan oleh peneliti lainnya, sehingga penelitian ini dapat dianggap

sebagai penelitian pertama atau pembuka dalam kaitan seni pencak silat dan

pembelajaran matematika. Judul yang akan diangkat oleh peneliti adalah

“Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai

Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang,

penelitian ini difokuskan hanya untuk menjawab permasalahan yang berkaitan

dengan:
5

1. Eksplorasi etnomatematika yang terdapat pada gerakan seni pencak silat

yaitu gerakan seni Hang Jebat yang diperagakan oleh pesilat perguruan silat

Sendeng Cekak;

2. Pendeskripsian hasil eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat

Kepulauan Riau terbatas pada pola langkah gerakan, posisi tangan serta

posisi kaki dalam peragaan seni pencak silat; dan

3. Penyusunan bahan ajar matematika berupa Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) berdasarkan hasil eksplorasi etnomatematika pada gerakan seni

pencak silat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana etnomatematika pada gerakan seni pencak silat yang

berkembang di Kepulauan Riau?

2. Bagaimana perancangan bahan ajar matematika berdasarkan hasil eksplorasi

etnomatematika pada gerakan seni pencak silat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari

penelitian ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan etnomatematika pada gerakan seni pencak silat yang

berkembang di Kepulauan Riau; dan

2. Mendeskripsikan perancangan bahan ajar matematika berdasarkan hasil

eksplorasi etnomatematika pada gerakan seni pencak silat.


6

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi/pengetahuan kepada dunia pendidikan bahwa

keterkaitan pembelajaran materi pelajaran umum seperti matematika tidak hanya

terpaku pada pengetahuan saintek atau pengetahuan umum saja, namun dapat juga

dikaitkan dengan pembelajaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari seperti

dalam olahraga pencak silat.

2. Manfaat Praktis

2.1 Manfaat bagi Guru

Apabila setelah penelitian ini dilakukan terbukti bahwa benar adanya

praktik-praktik matematis pada gerakan seni pencak silat, maka guru dapat

mengaitkan temuan tersebut sebagai bahan ajar dalam pembelajaran.

2.2 Manfaat bagi Peserta Didik

Akan merubah pemikiran peserta didik dari yang sebelumnya menyebutkan

matematika itu membosankan menjadi matematika itu menyenangkan. Karena

jika guru dapat menggunakan bahan ajar yang didalamnya terdapat contoh soal

yang lebih inovatif seperti gerakan seni pencak silat, tentu saja peserta didik yang

menjalani proses pembelajaran tersebut akan termotivasi untuk lebih bersemangat

serta giat belajar.

2.3 Manfaat bagi Peneliti


7

Sebagai pengetahuan baru bagi peneliti agar lebih memahami dan

mendalami peran serta manfaat pembelajaran konsep matematika dalam

etnomatematika pada pencak silat khususnya dalam gerakan seni.

2.4 Manfaat bagi Masyarakat

Sebagai pengetahuan tambahan bahwasanya gerakan seni pencak silat yang

sedang berkembang pesat di lingkungan setempat tidak hanya memiliki

keindahan, tetapi juga terselip aspek-aspek matematis didalamnya.

F. Definisi Operasional

1. Eksplorasi

Eksplorasi dalam penelitian ini adalah menjelajahi dan mencari tahu

mengenai Pencak Silat untuk memperoleh pengetahuan baru berupa praktik

matematis dalam gerakan seni pencak silat tersebut.

2. Etnomatematika

Etnomatematika dalam penelitian ini didefinisikan sebagai praktik

matematis yang ditemukan dalam seni pencak silat. Etnomatematika yang akan

lebih dalam dibahas disini adalah mengenai gerakan seni pencak silat.

3. Seni Pencak Silat

Pencak silat pada hakikatnya adalah substansi dan sarana pendidikan untuk

membentuk karakter dan kepribadian seseorang, dimana pembentukan karakter

juga berlaku pada pendidikan umum di sekolah. Dalam seni pencak silat terdapat

sikap, kuda-kuda, pola/langkah dan gerakan yang akan menjadi fokus penelitian

ini.
8

4. Bahan Ajar

Bahan ajar dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

yang berisikan materi pelajaran yang didesain sedemikian rupa untuk mencapai

tujuan dari pembelajaran tersebut. Konten dalam Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) tersebut merupakan hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Eksplorasi

Dalam Kamus Bahas Indonesia, eksplorasi diartikan sebagai penjelajahan

lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan

terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu. Sedangkan menurut

Purwadi dalam Desmawati (2018:10) menyatakan bahwa eksplorasi adalah suatu

aktivitas yang dilakukan dengan menggali infromasi atau alternatif yang

sebanyak-banyaknya untuk hal yang berkaitan dengan kepentigan masa

mendatang. Meninjau dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

eksplorasi dalam penenlitian ini adalah kegiatan mencari dan menggali informasi

dari sumber-sumber tertentu untuk memperoleh suatu pengetahuan baru dari

budaya yang berkembang dalam masyrakat.

2. Etnomatematika

Menurut Nuh (2016:226-227) etnomatematika secara bahasa terdiri dari tiga

kata yaitu “etno” yang berarti sesuatu yang sangat luas mengacu pada konteks

sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol. Kata

selanjutnya adalah “mathema” yang berarti menjelaskan, mengetahui, memahami,

dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi,

menyimpulkan dan pemodelan. Kata yang terakhir adalah “tik” berasal dari techne

yang bermakna teknik. Menurut D‟Ambrosio dalam Nuh (2016:227)

etnomatematika secara istilah diartikan sebagai “The mathematics which is

8
9

practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe societies,

labour groups, children of certain age brackets and professional classes”

(Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti

masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia

tertentu dan kelas profesional).

D‟Ambrosio dalam Atmidasari (2017:25) menyatakan bahwa

ethnomathematics atau etnomatematika diistilahkan sebagai matematika yang

dipraktekkan oleh kelompok budaya seperti kelompok perkotaan, pedesaan,

kelompok buruh, anak-anak dari kelompok uisa tertentu, atau adat masyarakat.

D‟Ambrosio juga mengungkapkan bahwa etnomatematika melengkapi guru dan

siswa dalam pembelajaran matematika sekolah formal dalam memberikan makna

kontekstual yang relevan. Program dari etnomatematika ini memiliki tujuan untuk

memahami strategi matematika yang digunakan untuk mengamati,

membandingkan, mengklarifikasikan, mengukur dan menyimpulkan suatu

perkembangan manusia dalam lingkungan alam dan sosial budaya yang berbeda.

Meninjau dari definisi etnomatematika sebelumnya, maka peneliti

simpulkan bahwa istilah etnomatematika digunakan untuk mengekspresikan

hubungan antara budaya dan matematika. Etnomatematika terbentuk atas

kebiasaan yang sering dilakukan kemudian bercampur dengan tradisi lingkungan

setempat dalam bentuk praktik-praktik matematis. Seperti halnya pada seni

pencak silat yang merupakan salah satu budaya Indonesia, dimana hampir setiap

daerah memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam membangun dan


10

mengembangkan seni pencak silat sesuai dengan tradisi daerahnya masing-

masing.

D‟Ambrosio telah mendefinisikan beberapa domain atau aktivitas

matematika dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya aktivitas mengelompokkan,

berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang,

menentukan lokasi, permainan, menjelaskan, dan sebagainya. Beberapa domain

(aktivitas) tersebut dijelaskan oleh Sirate (2011:125) sebagai berikut:

1. Aktivitas Membilang

Aktivitas membilang berkaitan dengan bentuk pertanyaan “berapa banyak”.

Unsur pembentuk aktivitas membilang dapat menggunakan media batu, daun, atau

bahan alam lainnya secara tradisional. Selain itu aktivitas membilang juga dapat

dibentuk dengan gerakan atau pukulan. Aktivitas membilang umumnya

menunjukkan aktivitas penggunaan dan pemahaman bilangan ganjil dan genap

serta lainnya.

2. Aktivitas Mengukur

Aktivitas mengukur berkaitan dengan bentuk pertanyaan “berapa”. Pada

etnomatematika sering ditemukan alat ukur tradisional berupa potongan bambu

dan ranting pohon. Selain itu masyarakat tradisional juga menggunakan tangannya

sebagai alat ukur paling praktis dan efektif. Selain menggunakan tangan juga

dapat menggunakan penggaris sebagai alat ukur baku.

3. Aktivitas Menentukan Lokasi

Beberapa konsep dasar geometri diawali dengan menentukan lokasi yang

digunakan untuk menentukan perubahan gerakan, atau menentukan perpindahan


11

dari satu titik ke titik lain. Dimana nantinya antara perpindahan tersebut dapat

membentuk pola berupa bidang geometri. Pada penelitian yang akan dilakukan,

aktivitas menentukan lokasi akan dilihat dari perpindahan gerakan kaki pesilat.

4. Aktivitas Membuat Rancang Bangun

Kegiatan membuat rancang bangun telah diterapkan oleh semua jenis

budaya yang ada. Jika kegiatan menentukan letak berhubungan dengan posisi dan

orientasi, maka kegiatan merancang bangun berhubungan dengan semua alat

perkakas yang digunakan untuk keperluan merancang suatu bangun atau

merancang suatu alat.

5. Aktivitas Bermain

Aktivitas bermain dalam etnomatematika adalah kegiatan yang

menyenangkan dengan alur yang mempunyai pola tertentu dengan ada atau

tidaknya penggunaan alat dan bahan yang menunjukkan keterkaitannya dengan

matematika. Contoh dari aktivitas bermain disini berupa penggunaan alat pencak

silat seperti golok atau toya (bambu) atau bentuk gerakan tangan dari pesilat.

Sehingga keterkaitannya dalam matematika dapat dilihat pada pola dan arah

gerakan.

6. Aktivitas Menjelaskan

Membuat penjelasan merupakan kegiatan yang mengasah pemahaman

manusia yang berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya

yang berkenaan dengan kepekaan seseorang dalam membaca situasi alam. Dalam

matematika, membuat penjelasan berkaitan dengan bentuk pertanyaan “mengapa”

bentuk geometri itu sama atau simetri, mengapa keberhasilan yang satu
12

merupakan kunci keberhasilan yang lain, dan hal-hal lainnya yang berkaitan

dengan hukum matematika. Dalam menjawab pertanyaan ini digunakan

simbolisasi berupa bukti nyata.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penting bagi peneliti untuk

memahami domain atau aktivitas etnomatematika sebagai penentu fokus dalam

penelitian.

3. Seni Pencak Silat

Pencak silat merupakan sistem beladiri yang telah diwariskan oleh nenek

moyang sebagai salah satu budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, dibina dan

dikembangkan. Kriswanto (2015:13) mengungkapkan istilah pencak silat di

beberapa daerah sebagai berikut.

a. Sumatera Barat dengan istilah Silek dan Gayuang.

b. Di pesisir timur Sumatera Barat hingga Malaysia dengan istilah Bersilat.

c. Jawa Barat dengan istilah Maempok dan Penca.

d. Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur dengan istilah Pencak.

e. Madura dan Pulau Bawean dengan istilah Encak.

f. Bali dengan istilah Mancak atau Encak.

g. Kabupaten Dompu dan NTB dengan istilah Mpaa Sila.

Secara bahasa, pencak silat terdiri dari dua kata, yaitu pencak dan silat.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pencak adalah rangkaian langkah-langkah,

gerakan tangan dan kaki dengan berbagai macam kombinasi, sedangkan silat

adalah olahraga (permainan) yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan

membela diri, baik dengan menggunakan senjata maupun tidak. Pencak silat juga
13

merupakan seni beladiri, sehingga dalam pencak silat terdapat unsur keindahan

dan tindakan atau gerakan.

Menurut guru pencak silat Bawean, Abdus Syukur dalam Mulyana

(2013:85) menyatakan sebagai berikut:

“Pencak adalah gerakan langkah keindahan, keindahan dengan menghindar,


yang disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan, sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri
menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di
depan umum,”.

PB IPSI beserta BAKIN dalam Mulyana (2013:86) mendefinisikan bahwa

pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela,

mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) dan integritasnya (manunggal)

terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai kesadaran hidup guna

meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Belajar pencak

silat sama halnya seperti belajar ilmu kehidupan, terus berkembang mengikuti

zaman tanpa menghilangkan identitas kebudayaan aslinya.

Senada dengan definisi pencak silat di atas, penelitian ini mengambil unsur

seni pencak silat yang merupakan salah satu aspek penting dalam pencak silat.

Seni yang dimaksud adalah gerakan yang digunakan dalam pencak silat, mulai

dari sikap, kuda-kuda, teknik serangan tangan dan kaki dan teknik belaan atau

tangkisan. Menurut Mulyana (2013:111) sikap dan gerak dalam pencak silat

merupakan pedoman dalam melakukan keterampilan teknik dan jurus pencak

silat, dimana sikap dan gerak ini sesuai dengan aliran atau perguruan pencak silat

yang ada di zaman sekarang. Pada zaman dahulu, teknik dan jurus pencak silat

diciptakan berdasarkan hasil pengamatan pada lingkungan sekitar, sehingga


14

membentuk pola gerak yang mirip dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya dari

haril mengamati gerak-gerik binatang, seperti jurus harimau, jurus burung

merpati, jurus kera dan lain sebagainya.

Menurut Kriswanto (2015:31), Lubis dan Wardoyo (2014:18) dan Mulyana

(2013:111), keterampilan teknik dalam peragaan seni pencak silat diterangkan

dalam beberapa istilah yang digunakan secara standar oleh IPSI dan berlaku

secara nasional. Keterampilan teknik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sikap dalam pencak silat

Sikap dalam pencak silat merupakan gerakan awalan dalam memperagakan

seni pencak silat. Sikap dalam pencak silat meliputi sikap tegak, sikap duduk,

sikap penghormatan dan sikap pasang.

b. Kuda-kuda

Kuda-kuda merupakan posisi kaki tertentu yang dijadikan dasar tumpuan

untuk melakukan sikap, gerak serangan atau belaan. Secara khusus, kuda-kuda

dalam pencak silat terbagi atas beberapa jenis, yakni kuda-kuda depan, kuda-kuda

belakang, kuda-kuda samping, kuda-kuda tengah dan kuda-kuda silang.

c. Gerak langkah

Gerak langkah dalam pencak silat merupakan gerak kaki dalam pemindahan

atau perubahan posisi untuk melakukan serangan atau belaan terhadap lawan.

Dalam pelaksanaannya, gerak langkah selalu disertai dengan sikap tubuh dan

gerak tangan. Pembentukan gerak langkah meliputi unsur-unsur berikut.


15

1) Arah

Gambar 2.1 Delapan Arah Penjuru Mata Angin

Arah sangat diperlukan dalam pembentukan gerakan. Arah yang harus

dipahami dan diperhatikan adalah delapan arah penjuru mata angin. Delapan

penjuru mata angin adalah sikap atau pola langkah silat yang membentuk delapan

penjuru dengan satu titik tumpu di tengah. Dalam penerapannya pada saat

hitungan 1 dan 8 yang menjadi tumpuan atau kaki yang tetap posisinya bisa

menggunakan kaki kiri atau kanan. Kemudian hitungan 2 sampai 4 yang menjadi

tumpuan atau kaki yang tetap posisinya adalah kaki kiri dengan posisi badan

menghadap kaki tumpu, sebaliknya pada hitungan ke 6 sampai 8 kaki tumpu

diganti menjadi kaki kanan dan posisi badan menghadap kaki tumpu, kuda-kuda

yang digunakan bebas dan tetap memperhatikan kaidah.

Menurut Mulyana (2013:116) berdasarkan arahnya, gerak langkah terbagi

menjadi 8 yaitu:

a) gerak langkah ke depan;

b) gerak langkah serong kanan depan;

c) gerak langkah ke kanan;

d) gerak langkah serong kanan belakang;

e) gerak langkah ke belakang;


16

f) gerak langkah serong kiri belakang;

g) gerak langkah ke kiri;

h) gerak langkah serong kiri depan;

Dari arah gerak langkah, maka langkah dapat dilakukan dengan posisi

segaris, tegak lurus dan serong. Kemudian jika gerak langkah dilanjutkan dengan

gerak langkah lainnya, akan menghasilkan pola langkah tertentu (Kriswanto,

2015:26 dan Mulyana, 2013:116) yakni pola langkah lurus, pola langkah zig-zag,

segitiga, ladam/tapal kuda dan langkah membentuk huruf S.

2) Geseran

Geseran merupakan cara langkah berpindah posisi dengan menggeser salah

satu kaki namun ujung jari kaki atau tumit masih menyentuh lantai.

3) Lompatan dan loncatan

Lompatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki dan kaki lainnya bertolak

melompat, kemudian kaki yang menjadi tumpuan menyusul melompat. Saat

mendarat atau meletakkan kaki di tempat yang dituju, antara kaki satu dan lainnya

mendarat satu persatu. Sebaliknya, loncatan dilakukan dengan tumpuan kedua

kaki, saat bertolak dan mendarat dengan kedua kaki secara bersamaan.

4) Angkatan

Angkatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki, kaki lainnya diangkat dan

diletakkan di arah tertentu dalam melangkahkan kaki.

5) Ingsutan (Seseran)

Ingsutan atau seseran merupakan cara berpindah dengan mengingsut atau

menyeser kaki, dimana cara ini dilakukan dengan menggeser kedua kaki tanpa
17

mengangkat telapak kaki dari lantai dengan gerakan tumit/telapak kaki ke luar

atau ke dalam dan dapat pula dilakukan dengan gerakan tumit/telapak kaki sejajar

atau searah.

6) Putaran

Putaran merupakan cara perpindahan posisi kaki dengan memutar kaki ke

arah luar, lalu meletakkannya di depan kaki tumpuan dengan letak telapak kaki

keluar.

d. Serangan

Menurut Mulyana (2013:118) serangan adalah teknik untuk merebut

inisiatif lawan atau membuat lawan tidak dapat melakukan serangan atau belaan

dan semuanya dilakukan secara taktis atau terorganisir. Ditinjau dari komponen

alat penyerang dan lintasannya, serangan dibedakan menjadi beberapa tahap,

yaitu:

1) pukulan;

2) sikutan;

3) tendangan;

4) lututan;

5) tangkapan;

6) kuncian;

7) jatuhan (guntingan dan sapuan); dan

8) belaan.

4. Bahan Ajar
18

Secara bahasa, bahan ajar terdiri dari dua kata yakni bahan dan ajar. Dalam

Kamus Bahasa Indonesia, bahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu seperti untuk pedoman atau

pegangan untuk mengajar atau memberi ceramah, sedangkan ajar adalah petunjuk

yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Rohmah (2016:4)

menyatakan bahwasanya bahan ajar sebagai salah satu media pembelajaran

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai acuan bagi

peserta didik dan guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala pedoman yang dapat

dipergunakan untuk meningkatkan keefektivan dalam proses pembelajaran.

Menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

(2008), bahan ajar paling tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. petunjuk belajar (petunjuk guru/siswa);

2. kompetensi yang akan dicapai;

3. konten atau isi materi pembelajaran;

4. informasi pendukung;

5. latihan-latihan;

6. petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK);

7. evaluasi; dan

8. respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.

Bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk menarik

minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika, sehingga

diharapkan peserta didik akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.


19

Pentingnya mempergunakan bahan ajar secara optimal mempengaruhi keefektifan

proses belajar yang juga ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam

memanfaatkan bahan ajar yang tersedia.

Amri dalam Fikri (2018:47) menjelaskan bahwa jenis bahan ajar harus

disesuaikan dengan kurikulum kemudian dibuat ke dalam bentuk rancangan

pembelajaran. Adapun jenis bahan ajar adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar berbasis visual, yakni bahan ajar cetak seperti hand out,

buku, modul, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) serta bahan ajar

non cetak yakni model/maket.

2. Bahan ajar berbasis audio, seperti kaset dan radio.

3. Bahan ajar berbasis audio visual, seperti video/film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif, seperti Computer Assisted Instruction

(CIA) dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan diperlukan untuk menjamin orisinalitas penelitian yang

akan dilakukan. Penelitian relevan ini dapat berupa hasil skripsi ataupun artikel

yang hampir serupa. Penelitian relevan pertama yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Riana Desmawati dalam laporan skripsinya dengan judul Eksplorasi

Etnomatematika Pada Gerakan Tari Tradisional Sigeh Penguten Lampung, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat aktivitas etnomatematika pada gerak

tari sigeh penguten Lampung berupa aktivitas menghitung dan konsep geometri

(Desmawati, 2018:124). Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian ini

adalah terletak pada jenis penelitian, bidang yang diteliti dan teknik analisis
20

datanya. Peneliti terdahulu menggunakan jenis penelitian lapangan dan bidang

yang diteliti adalah gerakan tari, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis

penelitian etnografi dan bidang yang diteliti adalah gerakan seni pencak silat yang

belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, oleh karena itu perlu

dilakukannya penelitian yang baru. Kemiripan penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yakni jenis

penelitian kualitatif.

Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Bakhrul Ulum, Mega Teguh Budiarto, Rooselyana Ekawati dalam Prosiding SI

MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islam) Vol.1, No.1,

Juni 2017, Hal. 70-78 deengan judul Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi

Geometri Untuk Sekolah Dasar Pada Motif Batik Pasedahan Suropati. Dapat

disimpulkan bahwa konsep geometri untuk sekolah dasar yang ada pada motif

batik Pasedahan Suropati adalah konsep titik, garis lurus, garis lengkung, garis

zig-zag, garis tinggi, garis sejajar, sudut, segitiga, persegipanjang, oval, dan

simetri lipat. Dengan demikian, motif batik Pasedahan Suropati yang memiliki

konsep geometri untuk sekolah dasar, tentunya dapat digunakan dalam

pembelajaran geometri seperti pada pengenalan garis, pengenalan sudut, dan

pengenalan bangun datar sederhana (Ulum, Budiarto, & Ekawati, 2017:70).

Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

terletak pada bidang yang diteliti dan jenjang pendidikan. Peneliti terdahulu

meneliti motif batik Pasedahan untuk jenjang sekolah dasar, sedangkan penelitian

ini akan mengeksplor etnomatematika pada seni pencak silat yang kemudian
21

hasilnya akan digunakan sebagai sumber penyusunan bahan ajar matematika tanpa

menetapkan jenjangnya terlebih dahulu. Kesamaan pada peneliti terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan teknik analisis

data yang mengacu pada rancangan Spradley.

Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti

Nurhikmah dalam laporan skripsinya dengan judul Eksplorasi Etnomatematika

Pada Ragam Corak Ukiran Khas Melayu Kepulauan Riau Dan Keterkaitannya

Terhadap Konsep Matematika Sekolah Pada Kurikulum 2013, hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa terdapat konsep matematika sekolah dalm kurikulum 2013

pada ragam corak ukiran khas Melayu Kepulauan Riau yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran matematika di sekolah yaitu bangun datar dan bangun ruang,

pecahan, perbandingan, kongruenan, simetri dan transformasi geometri

(Nurhikmah, 2019:84). Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian ini

adalah terletak pada bidang yang diteliti. Peneliti terdahulu meneliti pada bidang

corak ukiran khas Melayu sedangkan penelitian ini akan meneliti gerakan seni

pencak silat. Kemiripan peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan yakni pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian etnografi.

Adanya keberagaman hasil yang diperoleh dalam penelitian etnomatematika

dalam jenis kesenian memperkuat ketertarikan peneliti untuk melakukan

penelitian tentang eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat dan

implementasinya pada pembelajaran matematika sekolah. Dengan demikian

penelitian-penelitian terdahulu di atas akan menjadi acuan pada penelitian ini.


22

C. Kerangka Berpikir

Keanekaragaman budaya di Indonesia, termasuk di setiap daerah khususnya

di Kepulauan Riau tentunya sudah menjadi hal wajar bagi masyarakat setempat.

Keanekaragaman tersebut telah banyak diadaptasi menjadi kesenian, permainan

rakyat hingga dalam bidang olahraga, seperti pencak silat. Dalam hal ini, pencak

silat termasuk salah satu olahraga yang digemari oleh masyarakat, terutama anak-

anak dalam masa pendidikan sekolah dan sudah menjadi salah satu ekstrakulikuler

yang diminati oleh peserta didik. Dengan begitu, seyogyanya dari hal tersebut

pendidik dapat mengambil manfaat yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran.

Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran yang dilakukan masih hanya

sebatas teori dan latihan-latihan yang sering membuat jenuh. Ini disebabkan

terbatasnya bahan ajar dari sumber-sumber lain pada pembelajaran, terutama

dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu diperlukan adaptasi dari sumber

lainnya, seperti dari seni pencak silat untuk menarik minat belajar peserta didik.

Berdasarkan alasan di atas, peneliti tertarik untuk menjadikan seni pencak

silat sebagai subjek penelitian. Peneliti mencari tahu segala hal mengenai pencak

silat melalui sumber terpercaya, sehingga terpilihnya perguruan Sendeng Cekak

sebagai subjek dalam penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan eksplorasi

terhadap seni pencak silat untuk menemukan praktik matematis yang terdapat di

dalamnya, sehingga diperoleh hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat


23

dari perguruan Sendeng Cekak, kemudian peneliti merancang lembar kerja peserta

didik (LKPD).

Berdasarkan paparan di atas, kerangka berpikir disusun sebagai berikut:

Seni pencak silat di Kota Tanjungpinang

Pencak silat termasuk salah satu Terbatasnya bahan ajar yang


kebudayaan yang mencakup kesenian diangkat dari budaya daerah,
khususnya dalam pembelajaran
dan olahraga yang terus berkembang
matematika
di seluruh Indonesia

Melakukan eksplorasi etnomatematika pada seni


pencak silat

Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD) sebagai


implementasi pembelajaran matematika berdasarkan hasil eksplorasi
etnomatematika seni pencak silat di Kota Tanjungpinang.

Adanya hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat dan


implementasinya sebagai bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian etnografi. Pendekatan kualitatif dipilih oleh peneliti karena

peneliti akan mendeskripsikan proses hingga hasil penelitian dalam bentuk kata-

kata dan gambar. Jenis penelitian etnografi dipilih oleh peneliti bertujuan untuk

mengamati dan menguraikan suatu budaya dalam masyarakat secara keseluruhan.

Creswell (2012:462) mendefinisikan etnografi merupakan prosedur

penelitian kualitatif untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-

unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku, kepercayaan, dan

bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu. Secara keseluruhan pendekatan

dan jenis penelitian ini dipilih karena penelitian mengenai seni Pencak Silat ini

membutuhkan pendeskripsian dalam kata-kata dan gambar serta penyusunan data

yang secara terus-menerus berdasarkan hasil pengamatan terhadap budaya dan

lingkungan masyarakat dalam hal seni Pencak Silat..

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni hingga Juli 2019 di rumah guru

besar perguruan Sendeng Cekak, yaitu di Jalan Sei Jang. Penelitian ini akan

dilakukan menyesuaikan dengan izin dari guru besar perguruan Sendeng Cekak.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah suatu rancangan perencanaan yang terperinci dan

spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisa dan menginterpretasikan data

24
25

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Untuk mencapai tujuan

penelitian, maka peneliti menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian

sebagai berikut:

1. Menentukan situasi sosial berupa narasumber/informan dan memilih

aktivitas dan narasumber/informan yang akan diteliti. Informan yang

dipilih adalah pesilat dari perguruan Sendeng Cekak dengan aktivitas yang

akan diteliti yakni gerakan seni pencak silatnya.

2. Mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang

digunakan untuk mengetahui apa saja yang harus diamati dan hal-hal yang

ingin diketahui oleh peneliti.

3. Melakukan pengambilan data terhadap informan melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah jenis wawancara semiterstruktur, yaitu peneliti melakukan

wawancara dengan pedoman wawancara tetapi akan ada kemungkinan

pertanyaan dalam wawancara tersebut berkembang. Sedangkan pada

teknik observasi dan dokumentasi dilakukan dengan cara mengamati

secara langsung serta mengambil gambar tentang gerakan seni yang

diperagakan. Kemudian, berdasarkan ketiga teknik tersebut peneliti

membuat catatan lapangan yang berupa catatan berisi semua hal-hal

penting yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, baik itu diperoleh dari

informan berupa hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi.

4. Melakukan analisis domain berdasarkan data yang diperoleh, baik melalui

wawancara, observasi maupun dokumentasi yang. Dalam analisis domain,


26

dilakukan reduksi data agar mempermudah peneliti untuk memilah data

yang berhubungan dengan penelitian dan menemukan aktivitas/domain

etnomatematika.

5. Melakukan pengambilan data kembali melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Pengambilan data ini bertujuan untuk memfokuskan

penelitian dan mempersempit aspek yang diteliti sesuai domain yang telah

ditetapkan.

6. Melakukan analisis taksonomi untuk mendapatkan lebih rinci mengenai

data yang sudah ditetapkan domainnya.

7. Melakukan analisis komponesial, di mana hasil dari analisis taksonomi

dibantu dengan hasil dari pengambilan data sebelumnya untuk menggali

ciri-ciri yang lebih spesifik dari apa yang diteliti.

8. Melakukan analisis tema budaya terhadap komponen yang telah ditetapkan

pada analisis komponesial untuk memperoleh temuan etnomatematika.

9. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh yang bersifat

sementara sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.

10. Uji keabsahan data dilakukan untuk memastikan temuan yang diperoleh

valid yang ditandai dengan tidak adanya perbedaan antara yang dilaporkan

oleh peneliti dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam penelitian.

11. Memperoleh temuan etnomatematika pada seni pencak silat yang sesuai

dengan rumusan yang telah ditetapkan peneliti.


27

12. Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)

berdasarkan temuan etnomatematika pada seni pencak silat sebagai

implementasinya pada pembelajaran matematika

Berdasarkan narasi di atas, prosedur penelitian tersebut digambarkan

sebagai berikut:

Menentukan informan dan memilih aktivitas etnomatematika

Mempersiapkan pedoman wawancara dan observasi

Melakukan pengambilan data terhadap informan dengan


teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta
membuat catatan lapangan

Melakukan analisis domain

Melakukan pengambilan data kembali terhadap informan


dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi,
serta membuat catatan lapangan

Melakukan analisis taksonomi

Melakukan analisis komponensial

Analisis Tema Budaya

Penarikan kesimpulan sementara


28

Uji keabsahan data

Memperoleh temuan etnomatematika pada seni pencak silat

Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD) berdasarkan


temuan etnomatematika pada seni pencak silat

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


D. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah pesilat di perguruan Sendeng Cekak

Tanjungpinang. Perguruan Sendeng Cekak merupakan salah satu perguruan

dibawah naungan IPSI Provinsi Kepulauan Riau dan salah satu perguruan silat

asli Kepulauan Riau. Subjek penelitian diambil menggunakan teknik Snowball

Sampling. Menurut Lestari (2015:111) bahwasanya Snowball Sampling adalah

teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil, kemudian membesar. Dalam

penelitian ini, Snowball Sampling dilakukan dengan cara meminta pertimbangan

informan sebelumnya kepada siapa selanjutnya yang sekiranya akan mendapatkan

informasi yang lebih mendetail.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah menghubungi informan yakni

Bapak Alfan Syah Putra, salah seorang pesilat dari perguruan Sendeng Cekak

guna memperlancar komunikasi sebelum dan saat penelitian berlangsung. Namun

karena ada beberapa hal tak terduga, informan menyarankan untuk langsung

melaksanakan penelitian kepada guru besar perguruan Sendeng Cekak, Bapak

Rahmad, yang sebelumnya sudah dikonfirmasi terlebih dahulu oleh informan.

Selanjutnya pada saat penelitian, peneliti menetapkan Bapak Rahmad sebagai


29

informan utama. Kemudian informan utama menyarankan dalam mempergakan

seni silat Sendeng Cekak, beliau akan dibantu oleh Bapak Zul Rozali sebagai

informan pembantu.

E. Instrumen Penelitian

A. Instrumen yang Digunakan

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data mengenai

suatu variabel atau subjek yang diteliti. Arikunto (2013:162) mendefinisikan

bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan terbagi atas 2

yaitu:

1. Instrumen Utama

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Human

instrument (Peneliti). Menurut Atmidasari (2017:47) human instrument ialah

instrumen yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana peneliti dapat

memahami gejala yang ditelitinya yang tidak ditentukan oleh daftar pertanyaan

atau kuesioner yang telah dirancangnya, namun ditentukan oleh kemampuannya

memahami gejala yang diamatinya. Sebagai instumen utama, peneliti berperan

dalam menetapkan fokus dan batasan dalam penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menafsirkan serta membuat

kesimpulan atas hasil temuan dan pemahaman peneliti sendiri dalam

penelitiannya.
30

2. Instrumen Pendukung

Instrumen pendukung digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

pelaksanaan penelitian. Instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi aktivitas yang akan diamati selama proses

pengumpulan data yakni gerakan seni pencak silat yang diperagakan pesilat.

Dalam proses observasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa video recorder.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan

kepada nasumber selaku pemberi informasi. Dalam proses wawancara, peneliti

menggunakan alat bantu berupa:

1. Lembar catatan wawancara yang berisi hasil wawancara antara peneliti

dan informan.

2. Voice dan video recorder digunakan sebagai alat perekam dalam proses

wawancara.

c. Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini berupa pedoman kurikulum 2013 yang berisi

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenjang pendidikan, mulai
31

dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Atas. Dokumen lainnya yang digunakan yaitu buku paket matematika sekolah.

B. Pengembangan Instrumen Pendukung

Untuk menguji kelayakan instrumen yang telah dirancang oleh peneliti,

dilakukan validasi melalui pendapat ahli. Instrumen yang dirancang pada

penelitian ini dianggap layak untuk digunakan apabila telah memenuhi validitas

isi. Untuk itu, validasi dilakukan oleh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika

yaitu Ibu Dra. Linda Rosmery Tambunan, M.Si. Validasi instrumen dilakukan

pada 19 Mei 2019. Hasil dari validasi yang dilakukan direkapitulasi sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian


Kriteria
Instrumen yang
Elemen yang Divalidasi
Divalidasi LD LDR TLD
Pedoman Wawancara 1. Kecukupan atau kelengkapan aspek- √
aspek pedoman wawancara
2. Istilah yang digunakan tepat dan √
mudah dipahami
3. Kejelasan pertanyaan √
4. Pertanyaan sesuai dengan tujuan
untuk mengidentifikasi adanya praktik √
matematis
Lembar Observasi 1. Kejelasan Pedoman Pengisian √
2. Kecukupan atau kelengkapan aspek- √
aspek lembar observasi
3. Istilah yang digunakan tepat dan √
mudah dipahami
4. Keseuaian lembar observasi dengan √
tujuan penelitian
5. Kepraktisan Pengisian √
32

Berdasarkan Tabel 3.1, hasil validasi untuk instrumen pendukung berupa

pedoman wawancara oleh validator dinyatakan layak digunakan tanpa revisi.

Untuk instrumen pendukung berupa lembar observasi, validator menyatakan dapat

digunakan layak digunakan dengan revisi dan disarankan untuk memberikan

gambar dan langkah-langkah pada saat mengisi lembar observasi. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen pendukung berupa pedoman

wawancara dan lembar observasi layak digunakan untuk penelitian.

Disamping instrumen pendukung, peneliti sebagai instrumen utama

berperan penuh atas pengumpulan data di lapangan. Validitas peneliti juga diukur

melalui masukan secara lisan dan pertanyaan yang diberikan oleh validator yang

bersifat mempersiapkan dan meguji pemahaman peneliti atas objek penelitian agar

tercapainya tujuan penelitian.

F. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif yang berasal dari pendeskripsian

informan-informan dan gambar yang diambil di lapangan. Data diperoleh dari 2

jenis sumber data yaitu; 1) informan, yaitu guru besar dan pesilat Sendeng Cekak,

dan 2) pengamatan, dimana peneliti mengamati setiap peristiwa yang terjadi

berupa gerakan seni yang dilakukan pesilat dibantu oleh informan-informan. Data

dalam penelitian ini bersifat kualitatif karena berasal dari informan-informan yang

mendeskripsikan dan mencontohkannya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Triangulasi Teknik

Observasi Wawancara Dokumentasi


33

Narasumber yang sama

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik


Berdasarkan gambar di atas, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah triangulasi teknik, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi pada narasumber yang sama. Pada saat observasi, peneliti melihat

secara langsung bagaimana pesilat memperagakan gerakan seni pencak silat dan

peneliti mengamati bentuk, arah dan pola dari gerakan seni tersebut. Kemudian

peneliti melakukan wawancara berupa tanya jawab terhadap informan dan tidak

menutup kemungkinan adanya informan lain yang dapat dilibatkan dalam proses

wawancara ini. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang sudah

diperoleh, baik dari studi literatur maupun data yang diperoleh pada saat

penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dan Biklen dalam Atmidasari (2017:50)

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi sesuatu yang dapat diolah,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola dan apa yang penting untuk

dipelajari. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada rancangan

Spradley. Menurut Sugiyono (2014:99) dan Sanapiah dalam Sarwono (2006:240)

teknik analisis data dalam penelitian kualitatif untuk etnografi terdiri dari analisis

domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya.


34

Masing-masing tahapan analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Analisis Domain

Analisis domain adalah upaya peneliti dalam mencari gambaran umum dan

menyeluruh tentang data untuk menjawab fokus penelitian (Nurhikmah, 2019:36).

Dalam analisis domain, peneliti akan melakukan analisis kecil yang berhubungan

dengan penelitian dan menemukan beberapa domain/aktivitas etnomatematika

yang akan dijadikan pusat penelitian. Adapun domain ditetapkan oleh peneliti

adalah domain/aktivitas menentukan lokasi dan bermain. Karena dalam seni

pencak silat ini sangat berpotensial memiliki unsur-unsur tersebut.

2. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi merupakan tahapan untuk menjabarkan domain-domain

yang telah dipilih menjadi lebih rinci untuk mendapatkan struktur internalnya.

Dari domain/aktivitas yang telah ditentukan peneliti yaitu domain/aktivitas

mendesain, mengukur, bermain, dan menghitung, peneliti akan menjabarkan lebih

terfokus. Nantinya setelah penelitian dilaksanakan, peneliti dapat mengetahui

secara rinci setiap gerakan seni pencak silat yang diteliti.

3. Analisis Komponensial

Setelah melakukan analisis taksonomi, dilakukan analisis komponensial

yang bertujuan untuk mengorganisasikan data yang memiliki perbedaan.

Berdasarkan pengumpulan data, maka hasil pada analisis taksonomi akan

berkembang menjadi komponen-komponen yang lebih spesifik.

4. Analisis Tema Budaya


35

Analisis tema budaya merupakan tahapan akhir dalam proses analisis data.

Berdasarkan komponen-komponen yang telah ditetapkan pada analisis

komponensial, diperoleh hasil penelitian berupa temuan budaya (temuan

etnomatematika).

Keempat tahapan dalam analisis data di atas juga melalui proses reduksi

data. Karena pada setiap tahapan analisis data, data yang diolah semakin

mengerucut dengan membuang data yang tidak diperlukan. Setelah proses reduksi

data, maka dilakukan penyajian data untuk dilanjutkan ke tahapan analisis data

berikutnya.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan agar data yang

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengecekan ini meupakan hal yang

sangat penting karena setiap pnelitian memiliki sifat dimana kebenaran itu tidak

selalu benar. Dalam pengecekan keabsahan data terdapat 4 kriteria agar data yang

diperoleh tidak cacat atau invalid yaitu kepercayaan (credibility), kebergantungan

(depenbality), keteralihan (transferability), dan kepastian (confirmability).

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pengujian

kredibilitas data. Adapun pengecekan keabsahan data yang akan peneliti lakukan

adalah sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan, yang bertujuan agar data yang diperoleh lebih

lengkap, proses mendapatkan data tersebut tidak terburu-buru, dan dapat

menjalin keakraban dengan guru besar Sendeng Cekak serta siapa saja yang

terlibat di dalamnya;
36

2. Peningkatan ketekunan, maksudnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terlaksana secara rutin, sehingga peneliti benar-benar mengerti seluk-

beluk gerakan seni pencak silat itu sendiri baik dari sikap, kuda-kuda, bentuk

atau pola langkah, hingga cara melakukan gerakan seni pencak silat tersebut;

3. Triangulasi terbagi menjadi 2, yaitu:

a) sumber, peneliti mengecek diantara informan terpilih apakah memiliki

pendapat yang sama atau berbeda terkait pertanyaan yang diajukan; dan

b) teknik pengumpulan, sekiranya teknik yang digunakan untuk mendapatkan

data/informasi yang berbeda dari setiap subjek/informan.

J. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi Etnomatematika pada

Seni Pencak Silat

Penelitian ini akan menghasilkan bahan ajar yang dirancang berdasarkan

hasil eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat. Tahapan penyusunan

rancangan bahan ajar tersebut akan melalui serangkaian tahap sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi konsep-konsep yang ditemukan dari hasil eksplorasi

etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau.

2. Menganalisis kurikulum yakni Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan

konsep-konsep yang ditemukan dari hasil eksplorasi etnomatematika

pada seni pencak silat Kepulauan Riau.

3. Menentukan jenis materi pembelajaran sesuai hasil analisis kurikulum.

4. Memilih bahan ajar dan melakukan perancangan berdasarkan bahan ajar

yang dipilih.

K. Rekapitulasi Data
37

Rekapitulasi data adalah ringkasan dari data yang terdapat pada penelitian

ini. Dimana, data yang akan diperoleh adalah etnomatematika atau praktik

matematis yang terdapat pada seni pencak silat. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Jenis data yang diperoleh

tersebut adalah data kualitatif karena data dideskripsikan dengan uraian serta

gambar. Teknik dalam mengumpulkan data berupa teknik observasi, teknik

wawancara, dan teknik dokumentasi. Instrumen penelitian yaitu peneliti sebagai

instrumen utama, yang berperan dalam seluruh kegiatan pengumpulan data, serta

instrumen pendukung berupa pedoman wawancara dan dokumentasi. Selama

pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dilakukan analisis yaitu analisis

domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya.

Kemudian dilakukan pengecekan keabsahan data yaitu dengan melakukan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, dan triangulasi untuk

memastikan data yang diperoleh sudah valid dan dapat dilakukan penulisan

laporan penelitian. Berikut merupakan rekapitulasi data pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Data

Pendekatan Teknik Pengecekan


Jenis Instrume Teknik
Data dan Jenis Pengumpu Keabsahan
Data n Analisis Data
Penelitian lan Data Data
Etnomate Pendekatan: Kualitatif  Peneliti  Observasi,  Analisis  Perpanjangan
matika kualitatif sendiri  Wawancara, domain, pengamatan
Seni  Pedoman dan  Analisis  Peningkatan
Pencak wawancara  Dokumenta taksonomi, ketekunan, dan
Silat
Jenis  Lembar si  Analisis  Triangulasi
penelitian: observasi komponesial,
etnografi  Dokume dan
n  Analisis tema
budaya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

wawancara. Dengan teknik ini, wawancara dilakukan pertama kali pada 26 Juni

2019 bertempat di rumah guru besar sekaligus pendiri perguruan silat Sendeng

Cekak. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara kedua pada 1 Juli 2019 dan

ketiga pada 4 Juli 2019. Selama wawancara dilakukan, peneliti menggunakan

voice recorder sebagai alat bantu dan pedoman wawancara sebagai panduan

pertanyaan yang akan ditanyakan, serta kamera handphone sebagai alat bantu

dokumentasi. Setelah selesai dilakukan wawancara, peneliti mengetik rapi naskah

wawancara yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

Informasi pertama yang diperoleh peneliti adalah tentang sejarah mengenai

perkembangan silat di wilayah Melayu, khususnya Kepulauan Riau. Informan

menjelaskan bahwa silat telah berkembang sejak zaman kerajaan di daerah

Melayu. Permulaan silat di wilayah Melayu merupakan silat yang diajarkan turun

temurun oleh dua Datuk Laksmana di Kerajaan Melayu Malaka, yakni Datuk

Laksmana Hang Tuah dan Datuk Laksmana Hang Jebat. Kemudian diturunkan

hingga daerah Bintan (dahulu Tanjungpinang dan Bintan masih satu daerah)

kepada Datuk Laksamana Andak. Silat ini mulai terkenal pada saat huru-hara

menghadapi lanun di lautan Daek pada abad ke 17.

38
39

Sendeng adalah silat khas Bintan. Adanya penambahan Cekak setelah

informan belajar silat Cekak kepada orang Bugis. Untuk daerah Kepulauan Riau

lainnya, ada silat Kuntau yang berada di daerah Senayang, Daek. Awal mula silat

Sendeng ini dari seorang perempuan bernama Wak Nun yang belajar silat hingga

ke Malaka. Karena diturunkan dari seorang perempuan, maka menjadi kode etik

atau alternatif Ibu dari silat Sendeng, dimana kode etik atau alternatif yang ada di

Kepulauan Riau adalah Bapak dan Ibu. Kode etik atau alternatif ini berdasarkan

apa yang dijaga, kemaluan atau dada atas dan ini berlaku secara turun temurun.

Seni dalam silat Sendeng ini memiliki kekhasan tersendiri. Silat Sendeng ini

adalah salah satu dari lima saudara persilatan di daerah Kepulauan Riau, Sendeng

adalah pusaka Bintan, Kuntau pusaka Daek, Alian pusaka China, Cekak pusaka

Bugis, dan Temian pusaka Pulau Tujuh. Sejarah silat Temian ini awalnya dari

Sriwijaya dan Kulun, Sriwijaya ini belajar silat hingga ke semenanjung Malaysia,

jadi orangnya agak-agak keangkuhan. Sementara adiknya Kulun belajar di tempat

tinggalnya dan diajar oleh Datuk Gayung. Silat Temian ini bisa mengenai orang

atau lawan dari jauh, tidak perlu dekat, jadi ada ilmu ma‟rifatnya, selendang

empat puluh empat, pancung mayu dan sebagainya. Kalau silat Sendeng ini hanya

berasaskan dua kalimat syahadat, jadi tak luput dari pepatah „Di mana bumi

dipijak, di situ langit dijunjung‟. Itulah mengenai silat di Kepulauan Riau, masing-

masing punya tradisi, wadah, pendirian, kelebihannya tersendiri.

Selanjutnya mengenai perguruan silat Sendeng Cekak sendiri, telah berdiri

sejak 2003 dan berbadan hukum sejak tahun 2013 di bawah naungan IPSI Kota

Tanjungpinang. Secara umum, pesilat Sendeng Cekak diajarkan seni silat yang
40

juga berlaku secara nasional seperti seni silat tunggal baku dan seni wiraloka serta

teknik gerak tangan dan kaki lainnya. Dan secara khusus, pesilat juga diajarkan

seni silat yang diajarkan turun temurun dari nenek moyang yang sekarang masih

diajarkan di perguruan silat Sendeng Cekak. Dalam Sendeng terdapat dua belas

gerakan yang diturunkan sejak datuk zaman dahulu yang berhubungan dengan

dunia dan akhirat karena gerakan tersebut dilandasi dengan dua kalimat syahadat.

Seiring perkembangan zaman, gerakan yang dua belas tersebut berganti

menjadi tiga belas gerakan sama halnya dengan tiga belas rukun shalat (dalam

Islam), karena gerakan silat juga berlandaskan spiritual. Gerakan seni Sendeng

Cekak terbagi menjadi langkah empat yang pertama, langkah lima yang ke dua,

langkah tujuh yang ke tiga, langkah sembilan yang ke empat, yang terakhir

langkah dua belas atau tiga belas gerakan.

Dalam gerakan seni Sendeng terdapat tiga puluh lima gerakan pukulan yang

terbagi menjadi mematikan langkah, memotongkan langkah, membunuh lapiskan,

dan memasuk bunuhkan pukulan. Untuk gerakan tendangan, tidak berbeda jauh

dengan yang diajarkan dalam seni silat nasional, namun dalam seni silat Sendeng

tidak mempergunakan kaki karena dianggap sedikit kurang sopan dan gerakan

tendangan hanya dipergunakan untuk membela diri saja.

Gerakan dalam seni pencak silat Sendeng Cekak jika dilihat secara langsung

maka akan tampak bahwa mayoritas gerakannya ada pada gerakan tangan pesilat,

karena penggunaan gerakan kaki (tendangan) dalam seni silat Sendeng Cekak

dianggap kurang sopan. Gerakan tangan yang telah diperagakan oleh informan

pada gerakan seni Hang Jebat dan Hang Tuah terbagi atas tiga belas gerakan yakni
41

tangkisan bermakna satu, kedua tangkisnya mengelak pukulan dalam, ketiga

tangkisan memasukkan pukulan, keempat menangkis pukulan, kelima tangkisan

adalh maut bagi pukulan, keenam mematikan pukulan, ketujuh menapiskan

pukulan, kedelapan mematika pukulan tendangan kaki, kesembilan membunuh

pukulan, kesepuluh bertuntunan pukulan tiga kali (bawah, tengah perut dan

tenggorokan), kesebelas mencakupkan pukulan apapun, kedua belas melakukan

pukulan, dan ketiga belas yang melaksakan.

Gerakan Hang Jebat dapat dikatakan sebagai gerakan dua belas dan gerakan

Hang Tuah dikatakan sebagai gerakan sembilan. Untuk gerakan pukulan Hang

Tuah sangat sakral untuk disebutkan karena gerakannya merupakan gerakan dari

dua puluh empat malaikat yang merupakan pukulan terakhirnya dan dinamakan

pukulan malaikat sebagai kunci dari seluruh silat. Pukulan dua puluh empat

malaikat dapat diibaratkan seperti apabila terkena dada maka dada akan hancur,

bila terkena bumi maka bumi akan retak dan bila terkena langit maka langit akan

terbelah. Dalam sejarah, pukulan ini hanya digunakan untuk melawan Portugis

pada masa penjajahan dulu. Namun pukulan ini bukan digunakan untuk

membunuh sesuai dengan etika dalam belajar pencak silat, dimana pukulan ini

dipelajari bukan untuk membunuh karena yang menentukan hidup matinya

seseorang adalah Allah.

2. Hasil Observasi dan Dokumentasi

Data yang diperoleh berdasarkan teknik observasi dan dokumentasi sejalan

dengan data yang diperoleh berdasarkan teknik wawancara. Data ini dihasilkan

dari pengamatan peneliti secara langsung serta penjelasan detail dari informan.
42

Selama observasi dan dokumentasi dilakukan, peneliti menggunakan voice

recorder dan video recorder sebagai alat bantu dan lembar obeservasi sebagai

panduan aktivitas yang harus diamati. Setelah selesai melakukan observasi

disertai dokumentasi, peneliti menyusun hasil observasi dan dokumentasi yang

dapat dilihat pada Lampiran 9.

Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati gerakan seni silat khas

Sendeng Cekak. Gerakan seni silat diperagakan oleh dua pesilat, Bapak Rahmad

dan Bapak Zul Rozali. Bapak Zul Rozali memperagakan gerakan sembilan dari

gerakan Hang Tuah dan Bapak Rahmad memperagakan seni silat gerakan Hang

Jebat. Di bawah ini adalah contoh dari gerakan Hang Tuah.

(a) (b)

Gambar 4.1 Tahap Awal Gerakan Tujuh Hang Tuah (a) Sikap Tegak dan (b)
Kuda-kuda Samping

Gerakan pada Gambar 4.1 adalah bentuk peragaan dari seni gerakan Hang

Tuah yang biasa diperagakan untuk pertunjukan dalam suatu acara. Seni silat

Hang Tuah atau biasa disebut Gerakan Tujuh, merupakan turunan seni silat dari

Datuk Laksamana Hang Tuah. Gerakan awal pada gerak Hang Tuah adalah sikap

tegak dengan posisi badan berdiri tegak, kedua tangan terbuka di samping badan,
43

tumit rapat dan kaki bagian depan terbuka membentuk huruf „V‟ (a). Kemudian

pesilat menggunakan sikap pasang dengan kuda-kuda samping kiri dengan kaki

kiri ditekuk sebagai tumpuan dengan tangan kanan terbuka lebar ke serong kanan

bawah dan tangan kiri berada di daerah atas dada kanan, gerakan ini mengandung

arti kode etik ibu (b).

Selanjutnya contoh dari gerakan Hang Jebat.

(a) (b) (c)

Gambar 4.2 Tahap Awal Gerakan Hang Jebat (a) Sikap Duduk, (b) Sikap
Penghormatan, dan (c) Kuda-kuda Depan

Gerakan pada Gambar 4.2 adalah bentuk peragaan dari seni gerakan Hang

Jebat yang biasa diperagakan untuk menyambut tamu penting pada suatu acara.

Seni silat Hang Jebat atau biasa disebut Gerakan Dua Belas, merupakan turunan

seni silat dari Datuk Laksamana Hang Jebat. Gerakan awal pada gerak Hang Jebat

adalah sikap duduk dengan kedua tangan memberi salam penghormatan di depan

wajah (a), kemudian berjalan ke depan dengan sikap penghormatan (b).

Selanjutnya pesilat menggunakan sikap pasang dengan kuda-kuda depan dengan

kaki kiri sebagai tumpuan dengan tangan kanan terbuka lebar ke atas dan tangan

kiri berada di pinggang kiri, gerakan ini mengandung arti kode etik ayah (c).
44

Berdasarkan gerakan awal yang dicontohkan, peneliti melakukan

pengamatan lebih lanjut pada gerakan pukulan tangan dan pola langkah gerakan

Hang Jebat yang dipaparkan sebagai berikut.

a. Gerakan Pukulan Tangan

1. Tangkisan

(a) (b) (c)

Gambar 4.3 Tangkisan

Gambar di atas adalah gerakan tangkisan. Pesilat menggunakan kuda-kuda

samping kiri dengan tangan kanan ditekuk di depan dada untuk menghalau

pukulan yang akan diberikan (a). Kemudian tangan kanan pesilat bergerak ke

bawah (b), lalu menangkis pukulan yang masuk menuju ke samping kanan (c).

2. Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam

(a) (b) (c)


Gambar 4.4 Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam
45

Gambar di atas adalah gerakan tangkisan mengelak pukulan. Pesilat

menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan tangan kanan seperti menghalau

pukulan yang akan masuk ke tubuh depan (a). Selanjutnya pesilat memindahkan

posisi kaki kanan ke belakang dan menggunakan kuda-kuda depan dengan tangan

kiri menangkis pukulan selanjutnya (b). Kemudian tangan kanan pesilat menahan

pukulan ke arah bawah (c).

3. Tangkisan Memasukkan Pukulan

(a) (b) (c)

Gambar 4.5 Tangkisan Memasukkan Pukulan

Ketiga gambar di atas merupakan rangkaian gerakan tangkisan memasukkan

pukulan. Gambar di atas terlihat gerakan tangan kanan yang seakan-akan menahan

pukulan (a), lalu tangan kanan mendorong maju pukulan tersebut dan tangan kiri

naik menangkis ke arah atas pukulan tersebut (b), kemudian memasukkan pukulan

pada lawan yang telah ditangkis pukulannya (c).

4. Menangkis Pukulan

Gambar berikut merupakan gerakan menangkis pukulan, dimana tangkisan

terhadap pukulan dilakukan dengan mengarahkan tangan kanan dari bawah untuk

menangkis (a) dan mementalkan ke atas pukulan yang dilakukan (b).


46

(a) (b)

Gambar 4.6 Menangkis Pukulan

5. Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan

Gambar di bawah adalah gerakan tangkisan maut bagi pukulan, dimana

gerakan ini terdiri dari pukulan yang ditangkis menggunakan tangan kiri,

sedangkan tangan kanan sudah siap untuk melaksanakan gerakan selanjutnya.

Gambar 4.7 Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan

6. Mematikan Pukulan

Gambar selanjutnya merupakan gerakan mematikan pukulan. Gerakan ini

merupakan kelanjutan dari gerakan tangkisan maut bagi pukulan, pesilat saat
47

menahan pukulan dengan tangan kiri kemudian menjepitnya dengan tangan kanan

yang bergerak dari bawah ke atas.

Gambar 4.8 Mematikan Pukulan

7. Menapiskan Pukulan

(a) (b)

Gambar 4.9 Menapiskan Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan menapiskan atau menepis pukulan yang

masuk ke arah tubuh. Persiapan menapiskan pukulan dengan menyilangkan

tangan di depan dada dengan tangan kanan di arah kiri bawah dan tangan kiri

berada di dekat bahu kanan atas (a). Ketika pukulan hampir mengenai tubuh,
48

tangan kanan segera bergerak membuka ke atas (b) sehingga pukulan dapat

ditepis.

8. Mematikan Pukulan Tendangan Kaki

(a) (b)

Gambar 4.10 Mematikan Pukulan Tendangan Kaki

Gerakan di atas adalah gerakan mematikan pukulan tendangan kaki.

Gerakan ini didahului dengan menahan tendangan kaki dari bawah menggunakan

tangan kanan dan memperberat tangan kanan dengan tangan kiri yang disilangkan

di atasnya (a). Selanjutnya, tangan kiri mengibas atau menepiskan tendangan kaki

yang sudah ditahan (b).

9. Membunuh Pukulan

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.11 Membunuh Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan membunuh pukulan, dimana pesilat

menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan gerakan memotong pukulan


49

lawan yang mengarah ke dada. Dimulai dari tangan kanan yang ditekuk di atas

tangan kiri yang mendekati siku kanan (a). Lalu tangan kanan digerakkan ke arah

kiri bawah sedangkan tangan kiri bergerak mendekati bahu kanan dengan gerakan

sedikit berputar menghadap ke kiri (b dan c). Selanjutnya pesilat memotong

pukulan tersebut seakan menggunting pukulan tersebut dengan menggerakkan

tangan kiri ke arah kiri bawah dan tangan kanan ke arah kanan atas (d).

10. Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah, Tengah Perut Dan Tenggorokan)

(a) (b) (c)

Gambar 4.12 Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah, Tengah Perut/Dada Dan
Tenggorokan)

Gerakan ini dimulai dengan menahan serangan atas menggunakan tangan

kanan dan memasukkan pukulan bawah dengan tangan kiri menuju arah kemaluan

(a). Selanjutnya, menahan serangan kaki menggunakan tangan kanan dan

memasukkan pukulan menggunakan tangan kiri menuju pertengahan antara perut

dan dada atau ulu hati (b). Kemudian mengarahkan pukulan ke arah tenggorokan

menggunakan kanan (c).

11. Mencakupkan Pukulan

Gambar berikut merupakan gerakan mencakupkan pukulan. Maksud dari

mencakupkan pukulan ialah persiapan untuk melakukan pukulan terakhir.


50

Gerakan ini dimulai dengan menahan gerakan yang mendekat menggunakan

tangan kanan yang lurus terbuka sejajar bahu dengan tangan kiri lurus menghadap

bawah (a). Kemudian dilanjutkan gerakan awalan untuk melakukan pukulan

disertai menepis tendangan kaki menggunakan tangan kanan (b).

(a) (b)

Gambar 4.13 Mencakupkan Pukulan

12. Melakukan Pukulan

Gambar 4.14 Melakukan Pukulan

Gambar di atas merupakan kelanjutan dari gerakan mencakupkan pukulan.

Gerakan tersebut ialah melakukan pukulan yang sebelumnya telah dipersiapkan.

Gerakan melakukan pukulan menggunakan sikap pasang kuda-kuda depan dengan


51

kaki kanan sebagai tumpuan sedangkan kaki kiri berada selurus dibelakang kaki

kanan dan tangan kiri ditekuk serong depan atas untuk melakukan pukulan.

13. Melaksanakan

Gambar 4.15 Melaksanakan

Melaksanakan pukulan seperti gambar di atas merupakan rangkaian terakhir

dalam seni Hang Jebat. Gerakan ini dilakukan menggunakan tangan kanan dengan

telapak tangan terbuka lebar mengarah ke dada dan menggunakan kuda-kuda

depan dengan kaki kiri menjadi tumpuan di depan dan kaki kanan selurus

dibelakang kaki kiri.

b. Pola Langkah

Selanjutnya diperoleh adanya pola langkah pada gerakan Hang Jebat

berdasarkan pengamatan di lapangan saat peragaan gerakan Hang Jebat dan

dibantu menggunakan video recorder. Berdasarkan hasil amatan, maka peneliti

mendapati dalam pola langkah adanya pola langkah kaki serta arah gerak tubuh.

Untuk mempermudah pembagian pola langkah gerakan Hang Jebat tersebut,

peneliti mencoba membagi dan menginterpretasika pola langkah pada gerakan

Hang Jebat ke dalam gambar menjadi enam bagian yang setiap bagian pola
52

langkahnya merupakan pola langkah yang saling menyambung. Pembagian pola

langkah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pola Langkah I

1
2

3
4

Gambar 4.16 Representasi Pola Langkah I

Gambar di atas merupakan pola langkah awalan atau pembuka gerakan,

dimana pola langkah ini merupakan gerak salam penghormatan. Gerakan ini

dimulai dengan duduk awalan penghormatan, dimana kaki kanan pesilat

mengarah ke serong kanan depan dan kaki kiri diduduki mengarah ke serong kiri

depan. Kemudian pesilat berdiri dan bergerak lurus ke depan dengan kaki kiri ke

depan dan memiringkannya ke serong kiri (1), diikuti kaki kanan pesilat

melangkah maju lurus ke depan (2), dan melaksanakan sikap duduk penghormatan

kembali. Selanjutnya pesilat berdiri kembali dan melangkah lurus ke depan

dimulai dari kaki kiri diikuti kaki kanan, kedua kaki ini sejajar menghadap depan,

namun kaki kanan sedikit lebih maju dibanding kaki kiri (3 dan 4).
53

2. Pola Langkah II

Pola langkah ke dua, dimulai dengan melangkahkan kaki kanan pesilat ke

belakang dengan arah kaki kanan menghadap ke kanan dan tetap mempertahankan

arah tubuh ke depan mengikuti arah kaki kiri sebagai tumpuan (1). Kemudian

dilanjutkan dengan melangkahkan kaki kiri ke belakang dengan arah kaki kiri

tetap menghadap ke depan (2). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan ke

arah serong kanan belakang (3), selurus dengan kaki kiri yang sudah bergeser 90º

berlawanan jarum jam dari kedudukan sebelumnya dengan arah tubuh ke kiri (3a).

Kemudian arah tubuh berputar 180º ke kanan bersamaan dengan seseran kaki

kanan dan kaki kiri searah jarum jam sebesar 90º (3b).

1
3a

3b

Gambar 4.17 Representasi Pola Langkah II


54

3. Pola Langkah III

1
1

2 4

Gambar 4.18 Representasi Pola Langkah III

Pola langkah ke tiga diawali dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kanan,

lalu pesilat melangkahkan kaki kirinya ke kanan mendekati kaki kanan, kemudian

melangkah kembali ke depan bersamaan dengan kaki kanan melangkah ke arah

belakang dan arah tubuh menghadap ke depan (1). Selanjutnya kaki kanan pesilat

maju mendekati kaki kiri, lalu melangkah ke kanan menjauhi kaki kiri dengan

arah tubuh menghadap ke kiri (2). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan

maju (3), lalu kaki kiri melangkah mundur dan arah tubuh berputar 90º

menghadap ke depan (4).

4. Pola Langkah IV

Pola langkah ke empat ini, pesilat memajukan kaki kirinya ke depan dan

kaki kanan yang telah berputar ke kanan 90º (1). Kemudian kaki kanan melangkah

ke serong kanan depan selurus dengan kaki kiri dengan tetap mempertahankan

arah posisi kaki ke kanan (2) dengan arah gerak tubuh ke kanan (2a), lalu berputar

180º ke kiri (2b) diikuti dengan perputaran kaki kanan dan kaki kiri berlawan
55

jarum jam sebesar 90º. Selanjutnya kaki kanan pesilat melangkah ke serong kiri

depan (3) selurus dengan kaki kiri yag melangkah ke belakang (4) dengan arah

tubuh ke depan.

2 1 2b

4
2a
3

Gambar 4.19 Representasi Pola Langkah IV

5. Pola Langkah V

Pola langkah ke lima ini, dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke

depan dengan gerakan kaki kiri pesilat melangkah ke serong kiri depan bersamaan

berputarnya arah kaki ke kanan diikuti gerak tubuh pesilat menghadap ke kanan

(1). Lalu kaki kiri kembali melangkah maju (2) dengan arah posisi kaki tetap
56

menghadap ke depan. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki kanannya ke serong

kanan selurus dengan posisi kaki kiri yang berada di depan (3).

3
1

Gambar 4.20 Representasi Pola Langkah V

6. Pola Langkah VI

1 3

Gambar 4.21 Representasi Pola Langkah VI

Pola langkah ke enam dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke

depan, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke kiri belakang menghadap ke kiri diikuti

perputaran kaki kanan sebesar 90° berlawanan jarum jam, dan juga gerakan tubuh

berputar 90° menghadap ke kiri (1). Kemudian kaki kanan melangkah maju

terbuka bagian dalamnya (2). Selanjutnya pesilat melangkahkan maju kaki kiri

dengan posisi kaki menghadap depan bersamaan dengan kaki kanan yang berputar

90° searah jarum jam (3), diikuti gerakan tubuh berputar 180°.
57

7. Pola Langkah VII

Gambar 4.22 Representasi Pola Langkah VII

Pola langkah ke tujuh ini adalah langkah akhir dari gerakan Hang Jebat.

Langkah ini dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kiri, lalu kaki kiri

pesilat melangkah ke depan selurus dengan kaki kanan dan posisi tubuh berputar

90° ke kiri (1). Kemudian kaki kiri pesilat melangkah ke belakang (2) dengan arah

serong kanan, dan berakhir dengan sikap duduk bersila dengan tangan bertangkup

di depan dada sebagai penghormatan penutup.

3. Hasil Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dalam pengecekan

keabsahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Sebelumnya peneliti telah

melakukan pengambilan data dengan tiga teknik pengumpulan data, yaitu teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari ketiga teknik pengumpulan data

tersebut, peneliti mengelompokkan hasil yang diperoleh menjadi 2 bagian, yaitu

gabungan hasil yang diperoleh dengan teknik observasi dan dokumentasi, dan

hasil yang diperoleh dengan teknik hasil wawancara. Berikut ini disajikan tabel
58

yang berisi triangulasi teknik pengumpulan data untuk mencocokkan data yang

diperoleh dengan ketiga teknik pengumpulan data tersebut.

Tabel 4.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


1. Dalam seni silat Sendeng Cekak, terdapat Diberikan gambaran
dua jenis gerakan yakni gerakan Hang mengenai gerakan awalan
Tuah dan gerakan Hang Jebat. seni silat Sendeng Cekak
yang terbagi atas dua jenis,
yakni:
1. Gerakan Hang Tuah dimulai dengan 1. Gerakan Hang Tuah
sikap berdiri tegak dengan kedua tangan di
samping kaki, dilanjutkan dengan gerakan
menggunakan sikap pasang dengan kuda-
kuda samping kiri dengan kaki kiri ditekuk
sebagai tumpuan dengan tangan kanan
terbuka lebar ke serong kanan bawah dan
tangan kiri berada di daerah atas dada
kanan, gerakan ini mengandung arti kode
etik ibu.

2. Gerakan Hang Jebat dimulai dengan 2. Gerakan Hang Jebat


sikap duduk dengan kedua telapak tangan
dirapatkan di depan wajah sejauh satu ibu
jari. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan
melangkah ke depan untuk menjabat tamu
kehormatan. Gerakan selanjutnya ialah
sikap pasang dengan kuda-kuda depan
dengan kaki kiri sebagai tumpuan dengan
tangan kanan terbuka lebar ke atas dan
tangan kiri berada di pinggang kiri,
gerakan ini mengandung arti kode etik
ayah.

Pada gerakan Hang Jebat terdiri dari


gerakan pukulan dan pola langkah.
Gerakan pukulan terdiri dari 13 macam
gerakan, yaitu tangkisan, tangkisan
mengelak pukulan dalam, tangkisan
memasukkan pukulan, menangkis pukulan,
tangkisan adalah maut bagi pukulan,
tangkisan memasukkan pukulan,
menangkis pukulan, tangkisan adalah maut
59

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


bagi pukulan, mematikan pukulan, 1. Tangkisan
menapiskan pukulan, memasukkan
pukulan tendangan kaki, membunuh
pukulan, bertuntunan pukulan tiga
kali (bawah, tengah perut, dan
tenggorokan), mencakupkan
pukulan, melakukan pukulan,
melaksanakan.

1. Pada gerakan tangkisan, tangan


kanan ditekuk di depan dada,
kemudia mengayunkan tangan 2. Tangkisan mengelak pukulan
kanan ke bawah selanjutnya ke arah dalam
atas untuk menangkis pukulan yang
mengarah ke dada ke samping
kanan.

2. Pada gerakan tangkisan mengelak


pukulan, pesilat menggunakan kuda-
kuda samping kanan dan kuda-kuda
depan.

3. Pada gerakan tangkisan 3. Tangkisan memasukkan


memasukkan pukulan, pesilat pukulan
menggunakan kuda-kuda depan.

4. Pada gerakan menangkis pukulan, 4. Menangkis pukulan


terhadap pukulan yang dilakukan
dengan mengarahkan tangan kanan
dari bawah untuk menangkis dan
mementalkan pukulan.
60

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


5. Pada gerakan tangkisan maut 5. Tangkisan adalah maut bagi
bagi pukulan, terdiri dari pukulan
pukulan menangkis pukulan atas
dan pukulan bawah.

6. Pada gerakan mematikan 6. Mematikan pukulan


pukulan, dilakukan dengan
menahan pukulan menggunakan
tangan kiri kemudian
menjepitnya dengan tangan
kanan yang bergerak dari bawah
ke atas

7. Pada gerakan menapiskan 7. Menapiskan pukulan


pukulan, dilakukan dengan
menyilangkan tangan di depan
dada dengan tangan kanan di
arah kiri bawah dan tangan kiri
berada di dekat bahu kanan atas.

8. Pada gerakan mematikan 8. Mematikan pukulan tendangan kaki


pukulan tendangan kaki,
didahului dengan menahan
tendangan kaki dari bawah
menggunakan tangan kanan dan
memperberat tangan kanan
dengan tangan kiri yang
disilangkan di atasnya

9. Pada gerakan membunuh 9. Membunuh pukulan


pukulan, pesilat menggunakan
kuda-kuda samping kanan
dengan gerakan memotong
pukulan lawan yang mengarah
ke dada
61

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


10. Pada gerakan bertuntunan 10. Bertuntunan pukulan tiga kali
pukulan tiga kali, dimulai
dengan menahan serangan atas
menggunakan tangan kanan dan
memasukkan pukulan bawah
dengan tangan kiri menuju arah
kemaluan

11. Gerakan mencakupkan 11. Mencakupkan pukulan


pukulan ialah persiapan untuk
melakukan pukulan terakhir

12. Gerakan melakukan pukulan 12. Melakukan pukulan


merupakan kelanjutan dari
gerakan mencakupkan pukulan

13. Melaksanakan pukulan 13. Melaksanakan


merupakan rangkaian terakhir
dalam seni Hang Jebat

2. Pola langkah pada gerakan Hang 1. Pola langkah I


Jebat terdiri dari pola langkah
kaki serta arah gerak tubuh.
1 3
1. Pola langkah I merupakan
sikap penghormatan.
2 4
62

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


2. 2. Pola langkah II, dimulai 2. Pola langkah II
dengan melangkahkan kaki
kanan pesilat ke belakang 3b 3a
dengan tetap mempertahakan
arah tubuh ke depan. Lalu
melangkahkan kaki kiri ke 3
belakang. Kemudian pesilat 2
melangkahkan kaki kanan ke
arah belakang kanan 1

3. Pola langkah III, diawali dari 3. Pola langkah III


posisi tubuh pesilat menghadap
ke kanan, lalu pesilat 1
melangkahkan kaki kirinya ke 1
kanan mendekati kaki kanan, 4
2
kemudian melangkah kembali
ke depan bersamaan dengan kaki
kanan melangkah ke arah
belakang dan arah tubuh 3
menghadap ke depan.

4. Pola langkah IV, pesilat 4. Pola langkah IV


memajukan kaki kirinya sedikit
melebar, kemudian kaki kanan
maju dan melebar sedikit dan 2 1 2b
diikuti kaki kiri bergerak
mundur, lalu kaki kanan pesilat 4
melangkah ke depan. 2a
3

5. Pola langkah V, dimulai dari 5. Pola langkah V


posisi tubuh pesilat menghadap
ke depan dengan gerakan kaki
kiri pesilat melangkah ke kiri 3
1
diikuti gerak tubuh pesilat
menghadap ke kanan, lalu
pesilat melangkahkan kaki
kanannya ke belakang sehingga 2
posisi kaki kiri berada di depan
63

No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi


6. Pola langkah VI, dimulai dari 6. Pola langkah VI
posisi tubuh pesilat menghadap
ke depan, lalu kaki kiri pesilat 3
melangkah ke kiri belakang 1
diikuti perputaran kaki kanan 2
dan tubuh juga berputar.

7. Pola langkah VII adalah 7. Pola langkah VII


langkah akhir dari gerakan Hang
Jebat, dimulai dari posisi tubuh
pesilat menghadap ke kiri, lalu 2
kaki kiri pesilat melangkah ke
depan selurus dengan kaki kanan
dan posisi tubuh berputar.
1

4. Analisis Data

Hasil penelitian berupa hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

dipaparkan diperoleh dengan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari data yang dikelompokkan pada

tabel triangulasi teknik pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data

sebagai tahapan berikutnya. Tahapan analisis data dipaparkan sebagai berikut.

a. Analisis Domain

Tahap pertama dalam analisis data yakni analisis domain. Berdasarkan hasil

penelitian serta berlandaskan teori tentang domain pada Etnomatematika, peneliti

menemukan dua domain Etnomatematika pada Seni Pencak Silat, yaitu:

1) Domain Menentukan Lokasi. Domain atau aktivitas menentukan lokasi

yang ditemukan pada penelitian ini berupa pola langkah gerakan pesilat dari satu

titik ke titik lain.


64

2) Domain Bermain. Domain atau aktivitas bermain yang ditemukan pada

penelitian ini berupa gerakan pukulan pada peragaan seni silat.

b. Analisis Taksonomi

Tahapan selanjutnya dalam analisis data adalah analisis taksonomi.

Berdasarkan domain yang telah ditentukan, peneliti dapat menentukan taksonomi

atau tingkatan yang sesuai dengan domain menentukan lokasi dan bermain, yaitu:

1) Pada aktivitas menentukan lokasi, diperoleh hasil analisis taksonomi

yaitu pada gerakan seni silat, terdapat pola langkah yang dapat diamati sesuai

dengan aktivitas menentukan lokasi. Pola langkah yang dimaksud adalah

pergerakan langkah kaki pesilat.

2) Pada aktivitas bermain, diperoleh hasil analisis taksonomi pada gerakan

pukulan yaitu gerakan pukulan tangan dan gerakan kaki pada peragaan seni

pencak silat.

c. Analisis Komponensial

Tahapan berikutnya dalam analisis data adalah analisis komponensial.

Berdasarkan hasil analisis taksonomi, peneliti menentukan komponen yang sesuai

dengan taksonomi pada domain menentukan lokasi dan bermain. Hasil analisis

komponensial diperinci sebagai berikut:

1) Pada aktivitas menentukan lokasi, diperoleh hasil analisis

komponensial yaitu adanya perpindahan gerakan membentuk pola langkah

tertentu pada gerakan seni silat

2) Pada aktivitas bermain, diperoleh hasil analisis komponensial berupa

posisi gerak pukulan tangan dan posisi gerak kaki pada peragaan seni silat yaitu:
65

d. Analisis Tema Budaya

Tahapan terakhir dalam analisis data adalah analisis tema budaya. Analisis

tema budaya dilakukan dengan menetapkan konsep matematika yang ditemukan

pada domain menentukan lokasi dan bermain. Pada tahapan ini, diberikan

gambaran mengenai temuat Etnomatematika terhadap konsep matematika yang

ditemukan.

1. Analisis Tema Budaya pada Domain Menentukan Lokasi

Menentukan lokasi merupakan aktivitas awal yang diperhatikan dalam

penelitian seni pencak silat Sendeng Cekak. Komponen yang ditetapkan pada

domain menentukan lokasi adalah perpindahan gerakan. Perpindahan gerakan ini

membentuk pola langkah tertentu yang diambil berdasarkan peragaan gerakan

Hang Jebat. Temuan etnomatematika yang diperoleh dipaparkan sebagai berikut.

1 3

2 4

Temuan Etnomatematika

a b c

Gambar 4.23 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah I

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah I dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah I ini,


66

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah.

Pertama pada saat posisi pesilat berdiri dari sikap duduk penghormatan,

kedua kaki pesilat dalam keadaan serong ke arah kiri dan kanan depan dengan

kaki kanan lebih sedikit di depan dari kaki kiri, apabila ditarik sebuah garis dari

tumit kaki kanan menuju ke tumit kaki kiri maka akan menghasilkan dua buah

garis yang saling bersilangan dan tegak lurus dikarenakan kedua kaki yang saling

serong berlawanan arah sehingga menghasilkan sudut 90° atau tegak lurus (a).

Kedua, saat kaki kiri diangkat untuk melangkah ke depan dengan tetap mengarah

ke serong kiri depan dan kaki kanan melangkah ke depan dengan arah kaki ke

depan, apabila ditarik masing-masing garis dari ke dua tumit kaki maka pada

pertemuan ke dua garis tersebut ditemukan menghasilkan dua buah garis yang

saling bersilangan (b). Ketiga, pada saat kedua kaki melangkah ke depan, diawali

kaki kiri dan diikuti kaki kanan dengan arah kedua kaki menghadap ke depan,

maka akan tampak seperti dua buah garis yang saling sejajar.

3b 3a
d b
c
3
2
Temuan a
1
Etnomatematika

Gambar 4.24 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah II


67

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah II dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah II ini,

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah, geseran atau perpindahan posisi kaki dengan

menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh

lantai, dan ingsutan/seseran atau menggeser kedua kaki tanpa mengangkat dari

lantai.

Pertama tampak kaki kiri melangkah ke belakang selurus dengan kaki kanan

dan kaki kanan tetap menghadap ke arah kanan, jika ditarik garis dari kaki kanan

ke arah jalur perpindahan kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika

seperti dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (a). Kedua, kaki

kanan berpindah posisi serong kanan belakang selurus kaki kiri dan menghadap ke

depan bersamaan disertai pergeseran kaki kiri yang sebelumnya menghadap ke

depan berubah menghadap ke kiri sebesar 90° dengan tubuh menghadap ke kiri

dan apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri ke arah kaki kanan akan tampak

berupa dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (b). Ketiga,

sebelumnya dilihat pada perpindahan kaki kanan ke serong kanan belakang dan

menghadap ke depan serta posisi kaki kiri menghadap ke depan, jika diberikan

garis yang menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan

tampak membentuk pola langkah segitiga (c). Keempat, selanjutnya dari

interpretasi posisi 3a dimana arah tubuh pesilat menghadap ke kiri pada gambar

pola langkah II, kemudian arah tubuh pesilat berotasi 180° searah perputaran
68

jarum jam dan posisi kedua kaki menyeser 90° sesuai arah jarum jam pada

interpretasi posisi 3b. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan ke arah kaki

kiri akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah

garis yang tegak lurus (d).

1 Temuan a
1 Etnomatematika
2 4 c
b

Gambar 4.25 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah III

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah III dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah III ini,

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah, dan geseran atau perpindahan posisi kaki dengan

menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh

lantai.

Pertama, kaki kiri melangkah ke depan selurus dengan kaki kanan

dibelakang, apabila ditarik garis lurus ke belakang menuju kaki kanan yang

menghadap ke kanan maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep

matematika dua buah garis yang bersilangan dan saling tegak lurus (a). Kedua,

kaki kanan pesilat melangkah mendekati kaki kiri lalu bergerak ke kanan dan
69

menghadap arah depan dan kaki kiri pesilat yang bergeser sebesar 90° ke arah kiri

disertai rotasi arah tubuh ke kiri. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri

menuju kaki kanan maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep

matematika dua buah garis yang bersilangan dan saling tegak lurus (b). Ketiga,

kaki kanan pesilat melangkah maju dengan tetap mempertahankan arah kaki ke

depan diikuti kaki kiri yang melangkah maju menuju kaki kanan lalu bergerak ke

belakang selurus dengan kaki kanan disertai perputaran tubuh pesilat ke arah

depan. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan menuju kaki kiri maka akan

tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah garis yang

bersilangan dan saling tegak lurus (c).

a
1 2b
2 c
e
4 b d
f
2a Temuan
3
Etnomatematika

Gambar 4.26 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah IV

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah IV dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah IV ini,

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah, geseran atau perpindahan posisi kaki dengan

menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh
70

lantai, dan ingsutan/seseran atau menggeser kedua kaki tanpa mengangkat dari

lantai.

Pertama, kaki kiri melangkah ke depan dan kaki kanan tetap pada posisi

sebelumnya yang menghadap ke kanan, apabila ditarik garis lurus ke belakang

dari kaki kiri menuju kaki kanan maka akan tampak temuan etnomatematika

berupa konsep matematika dua buah garis yang tegak lurus (a). Kemudian kaki

kanan melangkah serong kanan depan dengan tetap mempertahankan arah kaki

menghadap ke kanan, apabila ditarik garis lurus ke belakang dari kaki kanan

menuju kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep

matematika dua buah garis saling bersilangan dan tegak lurus (b). Sebelumnya,

dilihat pada perpindahan kaki kanan ke serong depan kanan dan menghadap ke

kanan serta posisi kaki kiri menghadap ke depan, jika diberikan garis yang

menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan tampak temuan

etnomatematika berupa konsep matematika bangun datar segitiga (c).

Selanjutnya dari interpretasi posisi 2a dimana arah tubuh pesilat menghadap

ke kanan, kemudian arah tubuh pesilat berotasi 180° berlawanan arah perputaran

jarum jam dan posisi kedua kaki yang berseseran 90° menghadap ke kiri sesuai

interpretasi posisi 2b. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan ke arah kaki

kiri akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah

garis yang tegak lurus (d). Kemudian kaki kanan pesilat melangkah serong kiri

depan dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan dan kaki kiri

melangkah sedikit mundur. Apabila ditarik garis lurus ke belakang dari kaki

kanan menuju kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep
71

matematika dua buah garis yang tegak lurus (e). Sebelumnya, dilihat pada

perpindahan kaki kanan ke serong kiri depan dan menghadap ke depan serta posisi

kaki kiri menghadap ke kiri sebelum berpindah posisi, jika diberikan garis yang

menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan tampak temuan

etnomatematika berupa konsep matematika bangun datar segitiga (f).

3
1 b
Temuan
Etnomatematika a
2

Gambar 4.27 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah V

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah V dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah V ini,

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah.

Pertama, kaki kiri pesilat melangkah serong ke kanan dan menghadap ke

arah depan diikuti perputaran kaki kanan menghadap ke kanan dengan arah tubuh

juga menghadap ke kanan. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki kiri maju

dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan. Apabila melihat

posisi kaki kiri sebelum dan setelah berpindah serta garis lurus yang ditarik ke

belakang dan ke depan dari arah kaki kanan, akan tampak seperti pola gerak

ladam atau tapal kuda dan bila dihubungkan dengan garis arah gerak kaki kiri
72

maka akan ditemukan temuan etnomatematika berupa konsep matematika bangun

datar persegi panjang (a). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan serong ke

kanan, yang apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri menuju kaki kanan tersebut

akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah garis

yang saling tegak lurus (b).

3 a c
1 b
Temuan
2 Etnomatematika

Gambar 4.28 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VI

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah VI dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah VI ini,

terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau

mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki

lainnya dalam melangkah, dan geseran atau perpindahan posisi kaki dengan

menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh

lantai.

Pertama, kaki kiri pesilat melangkah ke belakang selurus dengan kaki kanan

dan menghadap ke arah kiri diikuti perputaran kaki kanan menghadap ke depan

dengan arah tubuh menghadap ke kiri. Jika ditarik garis dari masing-masing kaki,

akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua garis yang

saling bersilangan dan tegak lurus (a). Kemudian, pesilat melangkahkan kaki
73

kanan maju dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan.

Apabila melihat posisi kaki kanan sebelum dan setelah berpindah serta garis lurus

yang ditarik ke belakang dan ke depan dari arah kaki kaki kiri, akan tampak pola

gerak menyerupai bentuk ladam atau tapal kuda dan bila dihubungkan dengan

garis arah gerak kaki kanan maka akan ditemukan temuan etnomatematika berupa

konsep matematika bangun datar persegi panjang (b). Selanjutnya pesilat

melangkahkan kaki kirinya maju dengan arah kaki menghadap ke depan dan kaki

kanan berputar 90° dari arah depan menghadap ke kanan. Apabila ditarik garis

lurus dari masing-masing kaki, akan tampak temuan etnomatematika berupa

konsep matematika dua garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (c).

2
b
Temuan
Etnomatematika a

Gambar 4.29 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VII

Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah VII dari gerakan Hang Jebat,

peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah VII

ini, terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan

atau mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada

kaki lainnya dalam melangkah.

Pertama, pesilat terlihat melangkahkan kaki kiri ke serong kanan depan

dengan tetap menghadap ke arah depan. Apabila diberi garis dari tumit kaki kiri
74

lurus kebelakang melewati kaki kanan, maka akan muncul temuan

etnomatematika berupa konsep dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak

lurus (a). Kemudian kaki kiri kembali melangkah lurus ke belakang dengan arah

kaki serong ke kanan. Apabila diberi sebuah garis mengikuti arah kaki kiri hingga

ke kaki kanan akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika

dua buah garis yang saling bersilangan (b).

2. Analisis Tema Budaya pada Domain Bermain

Dalam silat Sendeng, dalam memperagakan seni selain menggunakan alat

berupa keris, juga menggunakan tangan kosong. Pada domain bermain, komponen

yang ditentukan berdasarkan gerakan pukulan adalah posisi tangan dan posisi

kaki. Pada komponen ini, diperoleh temuan etnomatematika yang dipaparkan

sebagai berikut.

Gambar di bawah merupakan gerakan awal Hang Jebat. Pertama adalah

sikap duduk penghormatan, dimana posisi kedua jari-jari tangan saling menempel

dengan posisi kedua siku tangan berjarak sejauh satu lengan tangan bagian bawah.

Dari sikap duduk penghormatan tersebut terdapat temuan etnomatematika pada

posisi kedua tangan yang membentuk sudut dan apabila diberi garis bantu di

antara kedua siku maka akan menghasilkan sebuah bangun datar segiitiga.

Selanjutnya, ketika berjabat tangan pada saat posisi tangan kanan terjulur ke

depan dan tangan kiri menyentuk siku tangan kanan, terdapat konsep matematika

hubungan antar garis yang saling tegak lurus.


75

Gambar 4.30 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Awal Hang Jebat

Gambar 4.31 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan

Gambar di atas merupakan salah satu gerakan pukulan tangan yakni gerakan

tangkisan dengan posisi tangan kanan ditekuk di depan dada dengan siku luar

menghadap ke bawah dan menggunakan sikap pasang dengan tumpuan pada kaki

kiri. Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil

analisis tema budaya pada posisi tangan yang membentuk seperti huruf „V‟

sehingga terdapat konsep sudut.

Gambar 4.32 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Mengelak


Pukulan Dalam
76

Gambar di atas merupakan gerakan tangkisan mengelak pukulan dalam

dengan menggunakan sikap kuda-kuda depan tumpuan pada kaki kiri.

Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis

tema budaya pada rangkaian gerak tangkisan mengelak pukulan yaitu pertama

posisi tangan tangan yang diangkat sejajar bahu dan ditekuk ke arah atas yang

membentuk siku-siku sehingga didapat temuan etnomatematika berupa konsep

matematika sudut. Kedua, pada saat tangkisan dengan posisi tangan kanan

mengarah ke bawah dan tangan kiri ditekuk mengarah ke siku kanan, apabila

diberikan garis dari dari tangan kiri ke arah siku kanan, akan muncul konsep dua

bauh garis yang saling bersilangan dan tegak lurus.

diperbesar
diperbesar

Gambar 4.33 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan


Memasukkan Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan tangkisan memasukkan pukulan.

Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis


77

tema budaya yakni yang pertama pada posisi tangan dan kaki berupa konsep

matematika sudut pada saat tangan kanan ditekuk ke arah atas dengan siku

mengarah ke bawah dan konsep bangun datar segiempat yang terlihat pada posisi

sikap kuda-kuda yang digunakan dimana kaki kiri di depan sedikit ditekuk dan

kaki kanan selurus dibelakang kaki kiri, apabila posisi kaki tersebut diberikan

garis dan antara telapak kaki kiri dan kanan diberika garis tambahan maka akan

terbentuk sebuah bangun datar segiempat tak beraturan.

Kedua, pada gerak menangkis menggunakan kedua tangan yang saling

bersilangan dan membentuk sebuah sudut. Lalu jika diperhatikan, kedua posisi

tangan ini letaknya sama sehingga tampak seperti pencerminan. Ketiga setelah

gerakan menangkis dilanjutkan dengan memasukkan pukulan dengan posisi

tangan kanan lurus memukul arah perut dan tangan kiri ditekuk ke atas untuk

menangkis jika ada pukulan selanjutnya. Posisi kedua tangan ini membentuk dua

buah garis yang saling tegak lurus.

Gambar 4.34 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Menangkis Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan menangkis pukulan. Berdasarkan

gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
78

yakni pertama pada posisi kaki dimana kaki kanan berada di depan dan selurus

dengan kaki kiri yang apabila dilihat dari semping tampak seperti membentuk

buah sudut dan kedua pada posisi tangan kanan yang menangkis pukulan ke arah

atas, posisi tangan setelah menangkis pukulan tersebut tampak membentuk sebuah

sudut.

Gambar 4.35 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Membunuh Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan membunuh pukulan. Berdasarkan

gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya

yakni pertama pada sikap kuda-kuda samping di mana posisi tangan kanan terulur

ke depan namun ditekuk sedikit, ditemukan konsep matematika sudut.

Selanjutnya, masih kelanjutan dari gerak sebelumnya di mana tangan kanan

mengarah ke serong kiri bawah dan bersilangan dengan tangan kiri yang

mengarah ke kanan atas, dapat ditemukan konsep dua buah garis yang saling

bersilangan.
79

Gambar 4.36 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Mencakupkan Pukulan

Gambar 4.36 merupakan gerakan mencakupkan pukulan. Berdasarkan

gambar tersebut, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya

pada gerak menahan pukulan sebelum mencakupkan pukulan di mana posisi

tangan kanan yang terentang lurus ke depan dan posisi tangan kanan dengan

bagian tubuh kanan membentuk konsep matematika sudut. Kemudian pada gerak

mencakupkan pukulan, di mana posisi kaki menggunakan kuda-kuda depan

dengan posisi tangan kiri yang akan mencakupkan pukulan. Posisi kuda-kuda

dengan tumpuan kaki kanan yang ditekuk sehingga membentuk konsep

matematika sudut.

Gambar 4.37 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melakukan Pukulan

Gambar di atas merupakan gerakan melakukan pukulan. Berdasarkan

gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
80

pada posisi tangan yang ditekuk sedikit ke arah depan untuk melakukan pukulan

ke bagian dada. Posisi tangan kanan untuk melakukan pukulan membentuk sudut,

sehingga ditemukan konsep matematika sudut pada posisi tangan kanan tersebut.

Kemudian pada kuda-kuda depan yang masih belum berpindah posisi dari gerakan

sebelumnya, terdapat temuan etnomatematika berupa konsep matematika sudut.

Gambar 4.38 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melaksanakan

Gambar di atas merupakan gerakan melaksanakan. Berdasarkan gambar di

atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya pada posisi

sikap kuda-kuda yang digunakan dimana kaki kiri di depan sedikit ditekuk dan

kaki kanan selurus dibelakang kaki kiri, apabila posisi kaki tersebut diberikan

garis dan antara telapak kaki kiri dan kanan diberika garis tambahan maka akan

terbentuk sebuah bangun datar segiempat tak beraturan. Kemudian posisi tangan

kanan yang ditekuk mengarah ke depan membentuk sudut sehingga tampat

temuan etnomatematik berupa konsep sudut.

5. Rekapitulasi Hasil Analisis Data


81

Rekapitulasi hasil analisis data merupakan ringkasan dari data yang telah

melalui proses analisis data dengan empat tahapan, yaitu analisis domain, analisis

taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya. Hasil tersebut berupa

temuan Etnomatematika atau praktik matematis yang terdapat pada seni pencak

silat yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Data

Analisis Analisis Analisis Analisis Tema


Domain Taksonomi Komponensial Budaya
Menentukan Pada gerakan seni Adanya  Konsep hubungan
lokasi silat, terdapat pola perpindahan antar garis yaitu
langkah berupa gerakan garis berpotongan,
perpindahan posisi membentuk pola garis bersilangan,
kaki dan arah langkah tertentu garis sejajar, dan
tubuh pesilat pada gerakan seni garis tegak lurus
silat  Konsep bangun datar
yaitu segitiga dan
segiempat
 Konsep transformasi
geometri yaitu rotasi
dan translasi
Bermain Pada gerakan seni  Adanya posisi  Konsep hubungan
silat, terdapat gerak kaki pada antar garis yaitu
gerakan pukulan peragaan seni garis berpotongan
berupa gerakan silat. dan garis bersilangan
pukulan tangan dan  Adanya posisi  Konsep sudut
gerakan pukulan gerak tangan  Konsep bangun datar
kaki pada peragaan pada peragaan yaitu segitiga dan
seni silat seni silat. segiempat,
 Konsep transformasi
geometri yaitu
refleksi

6. Analisis Konsep Matematika


82

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang diperoleh dengan tiga teknik

pengumpulan data yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, diperoleh

beberapa konsep matematika yang terdapat pada seni pencak silat Kepulauan Riau

melalui perguruan Sendeng Cekak. Adapun konsep-konsep matematika yang

diperoleh dari hasil analisis data adalah sebagai berikut:

a. Konsep bangun datar berbentuk segitiga, persegi panjang dan segiempat yang

dapat diamati pada posisi gerak tangan dan kaki dan pada perpindahan pola

langkah melalui penggambaran pola.

b. Konsep sudut berupa sudut lancip, siku-siku dan tumpul yang dapat diamati

pada posisi gerak tangan dan kaki pesilat.

c. Konsep hubungan antar garis berupa dua garis yang sejajar, saling

berpotongan dan bersilangan yang dapat diamati pada pola langkah dan posisi

gerak ke dua tangan atau ke dua kaki pesilat.

d. Konsep transformasi geometri berupa translasi, refleksi dan rotasi pada pola

langkah, posisi tubuh dan gerak tangan pesilat.

7. Analisis Kurikulum

Peneliti telah melakukan penelitian terkait eksplorasi Etnomatematika pada

Seni Pencak Silat Kepulauan Riau, yaitu pada Pencak Silat Sendeng Cekak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil dengan menggunakan tiga

teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Kemudian telah dilakukan analisis dengan teknik analisis data berupa analisis

domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya serta

analisis konsep matematika yang telah dijelaskan pada hasil penelitian.


83

Selanjutnya, peneliti melakukan analisis kurikulum dengan menelaah konsep

matematika yang ditemukan dan memetakann Kompetensi Dasar (KD) yag terkait

dengan konsep yang ditemukan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan acuan

berupa dokumen Kurikulum 2013 yang berisi Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut ini dipaparkan

konsep matematika yang terdapat pada seni pencak silat sebagai berikut:

a. Konsep Bangun Datar

Konsep bangun datar pada seni pencak silat gerakan Hang Jebat terdapat

pada bentuk pola langkah, posisi gerak tangan dan kaki. Konsep bangun datar

pada pola langkah ini bersifat abstraktif, yang hanya bisa dilihat bisa dilakukan

representasi terhadap pola langkah tersebut. Sedangkan pada posisi gerak tangan

dan kaki, akan terlihat melalui ciri-ciri dari bangun datar yang terbentuk.

Dalam mempelajari konsep ini, peserta didik dituntut untuk dapat

menemukan aplikasi dari konsep bangun datar. Hal ini menuntut siswa untuk

lebih aktif dan terampil dalam proses pembelajaran dengan cara kontekstual.

Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep bangun datar dipelajari

sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 4.3 Konsep Bangun Datar dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013
Kelas I
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
84

3.6 Mengenal bangun ruang dan 4.6 Mengelompokkan bangun ruang


bangun datar dengan dan bangun datar berdasarkan sifat
menggunakan berbagai benda tertentu dengan menggunakan
konkret berbagai benda konkret

Kelas II
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.9 Menjelaskan bangun datar dan 4.9 Mengklasifikasi bangun datar dan
bangun ruang berdasarkan bangun ruang berdasarkan ciri-
ciri-cirinya cirinya

Kelas III
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menjelaskan dan 4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
menentukan keliling bangun masalah yang berkaitan dengan
datar keliling bangun datar

3.12 Menganalisis berbagai 4.12 Mengelompokkan berbagai


bangun datar berdasarkan bangun datar berdasarkan sifat-
sifat-sifat yang dimiliki sifat yang dimiliki

Kelas IV
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.9 Menjelaskan dan menentukan 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan


keliling dan luas persegi, dengan keliling dan luas persegi,
persegi panjang, dan segitiga persegi panjang, dan segitiga
serta hubungan pangkat dua termasuk melibatkan pangkat dua
dengan akar pangkat dua dengan akar pangkat dua

Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.11 Mengaitkan rumus keliling 4.11 Menyelesaikan masalah
dan luas untuk berbagai kontekstual yang berkaitan
jenis segiempat (persegi, dengan luas dan keliling
persegi panjang, belah segiempat (persegi, persegi
ketupat, jajargenjang, panjang, belah ketupat,
trapesium, dan layang- jajargenjang, trapesium, dan
layang) dan segitiga layang-layang) dan segitiga

Kelas IX
85

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
kesebangunan dan berkaitan dengan kesebangunan
kekongruenan antar bangun dan kekongruenan antar bangun
datar datar

Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi

bangun datar di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil

eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.4 di bawah ini

merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi

Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.

Tabel 4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar

Gerakan Seni Temuan


Kompetensi Dasa Kelas
Pencak Silat Etnomatematika
Pola Langkah II Pola gerakan di 3.11 Mengaitkan VII
samping menunjukkan rumus keliling
adanya sebuah konsep dan luas untuk
c
bangun datar segitiga berbagai jenis
(c) yang muncul dengan segiempat
menghubungkan arah (persegi, persegi
perpindahan kaki dan
panjang, belah
posisi kaki.
ketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang-layang)
86

Pola Langkah V Pola gerakan di dan segitiga


samping menunjukkan 4.11
adanya konsep bangun Menyelesaikan
a
datar persegi panjang (a masalah
dan b) yang muncul kontekstual
Pola Langkah VI
dengan yang berkaitan
menghubungkan arah dengan luas dan
penpindahan kaki, keliling
b posisi kaki dibantu segiempat
denga adanya garis (persegi, persegi
bantu. panjang, belah
ketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang-layang)
Gerakan awal Hang Kedua jari tangan
Jebat saling menyentuh di dan segitiga
depan wajah dengan
lengan tangan yang
terangkat, kemudian
diberi garis bantu yang
menghubungkan kedua
siku, maka terbentuklah
bangun datar segitiga.

Gerakan Seni Temuan Kompetensi Dasar Kelas


Pencak Silat Etnomatematika
87

Tangkisan Gerakan di samping VII


banyak ditemukan
dalam bentuk sikap
kuda-kuda. Kaki yang
yang berada di depan di
tekuk sehingga tampak
membentuk sudut
tumpul, kaki yang
berada selurus di
belakang kaki kiri, jika
diberikan garis-haris
penghubung maka
membentuk sebuah
bangun datar segi
empat tak beraturan.

b. Konsep Sudut

Konsep sudut pada seni pencak silat gerakan Hang terdapat pada posisi

gerak tangan dan kaki. Dalam mempelajari konsep ini, peserta didik dituntut

untuk dapat menyelesaikan konsep sudut dengan menggunakan contoh

kontekstual. Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep sudut

dipelajari sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 4.5 Konsep Sudut dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)


Kurikulum 2013
Kelas III
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.11 Menjelaskan sudut, jenis 4.11 Mengidentifikasi jenis sudut


sudut (sudut siku-siku, sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan
lancip, dan sudut tumpul), sudut tumpul), dan satuan
dan satuan pengukuran tidak pengukuran tidak baku
baku

Kelas IV
88

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.12 Menjelaskan dan 4.12 Mengukur sudut pada bangun


menentukan ukuran sudut datar dalam satuan baku dengan
pada bangun datar dalam menggunakan busur derajat
satuan baku dengan
menggunakan busur derajat
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.10 Menganalisis hubungan 4.10 Menyelesaikan masalah yang


antar sudut sebagai akibat berkaitan dengan hubungan antar
dari dua garis sejajar yang sudut sebagai akibat dari dua
dipotong oleh garis garis sejajar yang dipotong oleh
transversal garis transversal
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.10 Menganalisis hubungan 4.10 Menyelesaikan masalah yang


antar sudut sebagai akibat berkaitan dengan hubungan antar
dari dua garis sejajar yang sudut sebagai akibat dari dua
dipotong oleh garis garis sejajar yang dipotong oleh
transversal garis transversal
Kelas VIII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.7 Menjelaskan sudut pusat, 4.7 Menyelesaikan masalah yang


sudut keliling, panjang berkaitan dengan sudut pusat,
busur, dan luas juring sudut keliling, panjang busur, dan
lingkaran, serta luas juring lingkaran, serta
hubungannya hubungannya
Kelas X
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.8 Menggeneralisasi rasio 4.8 Menyelesaikan masalah


trigonometri untuk sudut- kontekstual yang berkaitan
sudut di berbagai kuadran dengan rasio trigonometri sudut-
dan sudut-sudut berelasi sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi

Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi

sudut di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil eksplorasi seni
89

pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.6 di bawah ini

merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi

Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.

Tebl 4.6 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar

Gerakan Seni Temuan


Kompetensi Dasar Kelas
Pencak Silat Etnomatematika
Gerakan awal Hang Kedua jari tangan 3.11 Menjelaskan III
Jebat saling menyentuh di sudut, jenis
depan wajah dengan sudut (sudut
lengan tangan yang siku-siku, sudut
terangkat membentuk lancip, dan sudut
sudut tumpul. tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku

4.11 Mengidentifikasi
Gerakan awal Hang Tangan kiri ditekuk ke jenis sudut
Tuah arah bahu kanan, bagian (sudut siku-siku,
siku dalam tangan kiri sudut lancip, dan
yang ditekuk tersebut sudut tumpul),
membentuk sudut dan satuan
lancip dan tangan kanan pengukuran
terentang lurus
tidak baku
membentuk sudut lurus.

Gerakan Seni Pencak Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas


Silat
90

Gerakan awal Hang Gerakan ini 3.11 Menjelaskan III


Jebat menggambarkan sudut, jenis
pemberian salam, dimana sudut (sudut
tangan kanan terentang siku-siku,
lurus ke depan dan sudut lancip,
tangan kiri menyentuh dan sudut
siku dalam tangan kanan tumpul), dan
sehingga membentuk satuan
sudut siku-siku. pengukuran
tidak baku

4.11 Mengidentifi
kasi jenis
Tangkisan Mengelak Tangan kanan ditekuk ke sudut (sudut
Pukulan Dalam atas dengan lengan atas siku-siku,
diangkat setinggi bahu sudut lancip,
dan lengan bawah dan sudut
ditekuk sehingga tumpul), dan
membentuk sudut siku- satuan
siku. pengukuran
tidak baku

Tangan kiri ditekuk


mengarah ke serong
kanan depan dan
membentuk sudut lancip.

Tangkisan Tangan kanan ditekuk


Memasukkan Pukulan dengan siku berada di
samping dada dan
membentuk sudut lancip.
91

Gerakan Seni Pencak Temuan Kompetensi Dasar Kelas


Silat Etnomatematika

Menangkis Pukulan Tangan kanan ditekuk 3.11 Menjelaskan III


di depan dada sudut, jenis
mengarah ke atas dan sudut (sudut
membentuk sudut siku-siku,
tumpul. sudut lancip,
dan sudut
tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku
Mencakupkan Tangan kanan 4.11
Pukulan merentang ke samping Mengidentifika
kanan, antara si jenis sudut
rentangan tangan dan (sudut siku-
tubuh bagian kanan siku, sudut
membentuk sudut lancip, dan
tumpul. sudut tumpul),
dan satuan
pengukuran
tidak baku

Posisi kaki
menggambarkan posisi
kuda-kuda samping
dengan posisi kaki
kanan ditekuk dan
membentuk sudut
tumpul.

c. Hubungan antar Garis

Konsep geometri hubungan antar garis pada seni pencak silat gerakan Hang

terdapat pada pola langkah, posisi gerak tangan dan kaki. Dalam mempelajari

konsep ini, peserta didik dituntut untuk dapat menyelesaikan konsep hubungan

antar garis dengan menggunakan contoh kontekstual. Berdasarkan panduan


92

Dokumen Kurikulum 2013, konsep sudut dipelajari sesuai dengan acuan

Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 4.7 Konsep Hubungan antar Garis dalam Acuan


Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013
Kelas IV
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.10 Menjelaskan hubungan 4.10 Mengidentifikasi hubungan antar


antar garis (sejajar, garis (sejajar, berpotongan,
berpotongan, berhimpit) berhimpit) menggunakan model
menggunakan model konkret
konkret
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.10 Menganalisis hubungan 4.10 Menyelesaikan masalah yang


antar sudut sebagai akibat berkaitan dengan hubungan antar
dari dua garis sejajar yang sudut sebagai akibat dari dua
dipotong oleh garis garis sejajar yang dipotong oleh
transversal garis transversal

Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep

hubungan antar garis di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil

eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.8 di bawah ini

merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi

Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.


93

Tabel 4.8 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Hubungan antar Garis

Gerakan Seni
Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Pencak Silat
Pola Langkah Pada pola langkah di 3.10 Menjelaskan IV
samping terdapat beberapa hubungan
a
konsep hubungan antar garis. antar garis
a. Kaki kanan diberikan (sejajar,
garis bantu ke kaki kiri berpotongan,
dan membentuk dua garis berhimpit)
yang berpotongan dan menggunakan
tegak lurus. model konkret
b b. Kaki kanan dan kaki kiri
masing-masing diberikan 4.10 Menyelesaikan
garis bantu hingga masalah yang
keduanya memotong dan berkaitan
membentuk dua garis dengan
yang berpotongan. hubungan
c c. Kaki kanan dan kaki kiri antar sudut
menghadap arah yang
sebagai akibat
sama maka membentuk
dari dua garis
dua garis yang sejajar.
sejajar yang
Gerakan Hang Tuah Tangan kanan terentang dipotong oleh
purus ke kanan bawah dan garis
tangan kiri ditekuk ke arah transversal
bahu kanan, sehingga
membentuk dua buah garis
yang saling berpotongan dan
tegak lurus.

Gerakan Hang Jebat Gerakan ini menggambarkan


pemberian salam, dimana
tangan kanan terentang lurus
ke depan dan tangan kiri
menyentuh siku tangan kanan
sehingga membentuk dua
garis yang saling
berpotongan.
94

Gerakan Seni Pencak


Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Silat
Tangkisan Mengelak Apabila ditarik sebuah 3.10 Menjelaskan IV
Pukulan Dalam garis dari tangan kiri lurus hubungan
menuju tangan tangan, antar garis
maka akan membentuk (sejajar,
dua buah garis yang berpotongan,
saling berpotongan. berhimpit)
menggunakan
model konkret

4.10 Menyelesaikan
masalah yang
Tangkisan Tangan kanan lurus ke berkaitan
Memasukkan Pukulan depan dan tangan ditekuk dengan
di depan dada ke arah hubungan
atas, apabila dari masing- antar sudut
masing tangan diberikan sebagai akibat
garis bantu, maka akan dari dua garis
membentuk dua buah sejajar yang
garis yang saling dipotong oleh
bersilangan. garis
transversal

Membunuh Pukulan Tangan kiri ditekuk


serong kanan ke atas dan
tangan kanan lurus ke
arah serong kiri bawah,
letak kedua posisi tangan
ini membentuk dua buah
garis yang saling
bersilangan.

d. Konsep Transformasi Geometri

Konsep transformasi geometri pada seni pencak silat gerakan Hang terdapat

pada pola langkah dan posisi gerak tangan. Dalam mempelajari konsep ini, peserta
95

didik dituntut untuk dapat menyelesaikan konsep sudut dengan menggunakan

contoh kontekstual. Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep

sudut dipelajari sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 4.9 Konsep Transformasi Geometri dalam Acuan Kompetensi Dasar


(KD) Kurikulum 2013
Kelas IX

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.5 Menjelaskan transformasi 4.5 Menyelesaikan masalah


geometri (refleksi, translasi, kontekstual yang berkaitan dengan
rotasi, dan dilatasi) yang transformasi geometri (refleksi,
dihubungkan dengan masalah translasi, rotasi, dan dilatasi)
kontekstual

Kelas XI

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.5 Menganalisis dan 4.5 Menyelesaikan masalah yang


membandingkan transformasi berkaitan dengan matriks
dan komposisi transformasi transformasi geometri (translasi,
dengan menggunakan matriks refleksi, dilatasi, dan rotasi)

Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi

bangun datar di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil

eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.10 di bawah

ini merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi

Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.


96

Tabel 4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Transformasi Geometri

Gerakan Seni Pencak Temuan


Kompetensi Dasar Kelas
Silat Etnomatematika
Pola Langkah II Potongan pola langkah 4.5 Menyelesaikan XI
II pada gambar di masalah yang
d a samping menunjukkan berkaitan
perputaran arah dan dengan
posisi kedua kaki matriks
sebesar 90° searah jarum transformasi
jam, dimana muncul
geometri
konsep rotasi.
(translasi,
c
Kembali pada potongan refleksi,
pola langkah II seperti dilatasi, dan
gambar di samping, rotasi)
dimana terjadi
pergeseran (translasi)
dimana kaki kiri yang
awalnya di depan
bergeser ke belakang
dengan tetap
mempertahankan arah
kaki ke depan.
Kemudian mengikuti
pergerakan kaki kanan
yang berpindah posisi,
kaki kiri melakukan
rotasi dengan sebesar
90° menghadap ke kiri.

Gerakan awal Hang Tuah Sikap berdiri pada awal


gerakan Hang Tuah
menujukkan posisi
badan yang tegap, kedua
tangan masing-masing
berada di kanan-kiri
paha dan kaki tebuka
selebar segenggaman
tangan. Bila
diperhatikan posisi
tubuh yang seimbang
antara kanan dan kiri, ini
menunjukkan adanya
konsep refleksi.
97

Gerakan Seni
Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Pencak Silat
Tangkisan Posisi gerak kedua tangan 4.5 Menyelesaikan XI
Memasukkan jika dilihat dari samping masalah yang
Pukulan menunjukkan adanya berkaitan dengan
konsep refleksi. matriks
transformasi
geometri
(translasi,
refleksi, dilatasi,
dan rotasi)

8. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi Etnomatematika

pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau

Sebelumnya telah dibahas analisis kurikulum berdasarkan hasil temuan

konsep matematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau. Selanjutnya,

dilakukan perancangan bahan ajar yang dirancang berdasarkan hasil eksplorasi

etnomatematika dan temuan konsep matematika pada seni pencak silat serta

beracuan Kompetensi Dasar yang sesuai pada paparan analisis kurikulum

sebelumnya. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perancangan Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini berbasis visual yakni

Lembar Kerja Peserta Sidik (LKPD) untuk mendukung pembelajaran guna

memperdalam pengetahuan peserta didik mengenai suatu pokok pembahasan.

Selanjutnya penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengikuti acuan

yang tercantum dalam Depdiknas.


98

b. Pemilihan Kompetensi Dasar (KD) untuk Perancangan LKPD

Pada pembahasan tentang keterkaitan hasil eksplorasi etnomatematika pada

seni pencak silat Kepulauan Riau terhadap konsep matematika, bersamaan itu

telah dilakukan analisis kurikulum sebagai tahapan dalam perancangan Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD). Adapun Kompetensi Dasar (KD) yang dijadikan

dasar dalam pembuatan LKPD dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Kompetensi Dasar untuk Perancangan LKPD


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kelas
3.11 Menjelaskan sudut, 1. Menentukan jenis-jenis III
jenis sudut (sudut siku- sudut
siku, sudut lancip, dan 2. Membuat jenis sudut
sudut tumpul), dan satuan lancip, siku-siku dan tumpul
pengukuran tidak baku
4.11 Mengidentifikasi jenis
sudut (sudut siku-siku,
sudut lancip, dan sudut
tumpul), dan satuan
pengukuran tidak baku

c. Penyusunan Peta Kebutuhan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Pada tahapan ini, setiap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang

dihasilkan untuk beberapa kompetensi dasar tiap-tiap konsep yang ditemukan.

Sehingga, prioritas perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ditentukan

berdasarkan jenjang pendidikannya. Karena keterbatasan penelitian, peneliti akan

merancang 1 buah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk materi Sudut.

d. Penentuan Judul Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Judul yang ditentukan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang

dirancang adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Materi Sudut Kelas III

Semester 2.
99

e. Hasil Rancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Berdasarkan tahapan perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di

atas, berikut ini dipaparkan secara ringkas mengenai komponen-komponen yang

termuat dalam rancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD):

1. Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Cover LKPD berisi judul dari LKPD itu sendiri yakni “Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) Dalam Konteks Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau

Materi Sudut Kelas III Semester 2”. Kemudian di bawahnya terletak kolom isian

untuk nama siswa dan kelas.

Gambar 4.39 Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

2. Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


100

Gambar 4.40 Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Pada bagian isi dari Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) memuat kata

pengantar, daftar isi, KD, indikator, peta konsep, materi, contoh, latihan dan daftar

pustaka. Selain itu, dalam materi juga terdapat aktivitas mengamati,

mengumpulkan informasi dan menalar.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dari triangulasi teknik pengumpulan data,

peneliti melakukan analisis data berupa analisis domain, analisis taksonomi,

analisis komponensial dan analisis tema budaya. Dari hasil penelitian, peneliti

mendapatkan bahwa pada seni pencak silat Kepulauan Riau dalam gerakan Hang

Jebat terdapat dua domain atau aktivitas matematika yaitu aktivitas menentukan
101

lokasi dan aktivitas bermain. Berikut ini akan dibahas mengenai masing-masing

temuan etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau berdasarkan

domainnya.

1. Temuan Etnomatematika pada Domain Menentukan Lokasi

Pada peragaan gerakan Hang Jebat ditemukan pola langkah gerak pesilat

yang berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Pola langkah ini diikuti dengan

posisi gerak tangan pesilat yang memeragakan jenis-jenis pukulan yang telah

dipaparkan pada bagian hasil penelitian. Untuk memudahkan dalam melihat pola

langkah pesilat, langkah pesilat direpresentasikan ke dalam bentuk tapak kaki

disertai dengan arah geraknya pada gambar 4.16 hingga gambar 4.22 di halaman

50 hingga halaman 55.

Kemudian pada tahapan analisis domain, didapat bahwa pola langkah

gerakan Hang Jebat ini terdapat perpindahan gerak dari satu titik ke titik lainnya

yang membentuk dasar konsep geometri sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh

Sirate (2011:125) mengenai aktivitas menentukan lokasi. Selanjutnya pada

analisis taksonomi, didapat bahwa pada domain menentukan lokasi adanya

pergerakan langkah kaki pesilat di mana adanya pola langkah yang dapat diamati

sesuai dengan aktivitas menentukan lokasi. Selanjutnya pada analisis

komponensial dari domain menentukan lokasi ini diperoleh adanya perpindahan

gerakan yang membentuk pola langkah tertentu. Dan pada analisisi tema budaya,

ditemukan pada pola langkah adanya unsur-unsur arah gerak dan gerak langkah

seperti geseran, angkatan dan ingsutan atau seseran yang membentuk konsep

matematika hubungan antar garis, bangun datar dan transformasi geometri.


102

2. Temuan Etnomatematika pada Domain Bermain

Pada peragaan gerakan Hang Jebat ditemukan posisi gerak tangan dan kaki

pesilat yang tampak membentuk pola atau lintasan tertentu. Posisi tangan dan kaki

ini dapat dilihat ketika pesilat memeragakan jenis-jenis pukulan yang telah

dipaparkan pada bagian hasil penelitian. Untuk memudahkan dalam pembahasan

ini, gerak tangan dan kaki pada peragaan seni pencak silat dapat dilihat pada

gambar 4.3 hingga gambar 4.15 di halaman 42 hingga halaman 49.

Pada tahapan analisis domain, didapat bahwa posisi gerak tangan dan kaki

pada gerakan Hang Jebat ini terdapat pola atau lintasan tertentu yang dibentuk

oleh satu tangan/kaki aupun kedua tangan/kaki. Hal ini sesuai dengan kriteria dari

aktivitas bermain yakni kegiatan dengan alur yang mempunyai pola tertentu

dengan penggunaan alat atau tanpa alat (tangan dan kaki) yang menunjukkan

keterkaitannya dengan matematika sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sirate

(2011:125) mengenai aktivitas bermain. Selanjutnya pada analisis taksonomi,

didapat bahwa pada domain bermain adanya gerakan tangan dan gerakan kaki

yang dapat diamati sesuai dengan aktivitas bermain. Selanjutnya pada analisis

komponensial dari domain bermain ini diperoleh adanya posisi gerak pukulan

tangan dan posisi gerak kaki ada peragaan seni silat. Dan pada analisisi tema

budaya, ditemukan pada posisi gerak tangan dan posisi kaki yang membentuk

konsep matematika berupa sudut, bangun datar, hubungan antar garis dan

transformasi geometri.
103

Gambar 4.41 Konsep Sudut pada Posisi Gerak Tangan dan Kaki

Gambar 4.41 di atas merupakan temuan konsep sudut, dapat ditemukan

pada pola gerak tangan dan kaki dilihat dari posisi satu tangan atau kaki. Untuk

temuan konsep hubungan antar garis, dapat ditemukan pada pola gerak tangan dan

kaki dilihat dari posisi satu tangan atau kaki. Seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.42 Konsep Hubungan antar Garis pada Posisi Gerak Tangan

Untuk temuan konsep transformasi, dapat ditemukan pada pola gerak tangan

dan tubuh pesilat seperti pada gambar 4.43.


104

(b)
(a)

Gambar 4.43 Konsep Transformasi Geometri pada Posisi Gerak Tangan

3. Perancangan Bahan Ajar

Dalam pemilihan bahan ajar yang akan dirancang, ada dua hal yang menjadi

pertimbangan peneliti untuk memilih bahan ajar jenis apa yang tepat untuk

dirancang. Pertama, konsep yang ditemukan tidak mencakup seluruh konteks

dalam satu materi melainkan hanya pada topik tertentu dan untuk menyesuaikan

temuan konsep matematika dengan pilihan bahan ajar yang dapat dirancang

dengan minimal satu Kompetensi Dasar (KD), mengingat minimnya topik yang

dapat dibahas. Kedua, untuk mempermudah peserta didik memahami suatu

materri yang diberikan dan melatih keaktifan serta kemandirian peserta didik

dalam pembelajaran. Dengan demikian, peneliti menetapkan bahan ajar yang akan

dirancang berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Selanjutnya penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengikuti

acuan yang tercantum dalam Depdiknas. Adapun tahap-tahap penyusunan Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) yang menjadi acuan peneliti menurut Wanto

(2017:15) adalah sebagai berikut:


105

1) Analisis Kurikulum

2) Penyusunan Peta Kebutuhan LKPD

3) Penentuan Judul LKPD

4) Tahap-tahap Penulisan LKPD

a) Perumusan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

b) Penyusunan Peta Kebutuhan LKPD

c) Perancangan struktur LKPD

d) Penyusunan materi

Setelah dilakukan analisis kurikulum terhadap tiap konsep matametika yang

ditemukan dari hasil eksplorasi pada seni pencak silat Kepulauan Riau, peneliti

memilih satu konsep yang dijadikan sumber acuan dala penyusunan LKPD.

Konsep yang diambil ialah materi sudut untuk kelas III Sekolah Dasar dengan

menggunakan KD 3.11 dan KD 4.11 sesuai acuan Kurikulum 2013.

Perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini tidak melalui proses

validasi dan uji coba. Mengingat proses eksplorasi etnomatematika yang cukup

panjang, sehingga kendala yang ditemukan adalah keterbatasan waktu yang

dimiliki oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti hanya berupaya untuk

merumuskan dan merancang Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berdasarkan

hasil eksplorasi etnomatematika yang dilakukan. sesuai dengan tahapan dasar

penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan pada hasil dan pembahasan dari eksplorasi

etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau yang diperoleh dengan

teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa pada

gerakan seni pencak silat terdapat dua aktivitas atau domain matematika yaitu

aktivitas menentukan lokasi dan aktivitas bermain. Aktivitas menentukan lokasi

muncul pada saat pergerakan atau perpindahan langkah kaki pesilat dalam

memperagakan seni pencak silat dan aktivitas bermain muncul pada posisi gerak

tangan dan kaki pesilat. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh

bahwa konsep matematika pada seni pecak silat untuk aktivitas menentukan lokasi

yaitu konsep bangun bangun datar, konsep sudut, konsep hubungan antar garis

dan konsep transformasi geometri (translasi dan rotasi), dan untuk aktivitas

bermain ditemukan konsep matematika yaitu konsep sudut, konsep hubungan

antar garis dan konsep transformasi geometri (refleksi).

Berdasarkan konsep matematika yang ditemukan pada kedua domain

tersebut, peneliti memilih satu konsep yang dijadikan sebagai sumber penyusunan

bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Setelah melakukan

analisis kurikulum berdasarkan konsep matematika yang ditemukan, LKPD yang

dihasilkan yaitu satu buah LKPD dalam konteks budaya seni pencak silat

Kepulauan Riau dengan memuat dua Kompetensi Dasar (KD), yaitu konsep

materi sudut untuk kelas 3 Sekolah Dasar dengan menggunakan KD 3.11

106
107

menjelaskan sudut, jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul),

dan satuan pengukuran tidak baku dan KD 4.11 mengidentifikasi jenis sudut

(sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul), dan satuan pengukuran tidak

baku. Tahap akhir perancangan LKPD terdiri dari perancangan cover dan isi

LKPD, dimana cover LKPD memuat judul LKPD, jenjang pendidikan, identitas

peserta didik dan menggunakan background dengan konsep seni pencak silat.

Untuk isi LKPD memuat komponen-komponen seperti KD dan indikator, contoh

materi dan latihan yang mengacu pada konteks budaya seni pencak silat

Kepulauan Riau, serta aktivitas mengamati, mengumpulkan informasi dan

menalar.

B. Implikasi

Implikasi dari eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan

Riau adalah dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika

yang bervariasi dan inovatif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa

sekaligus untuk mengenal budaya sekitar dalam ruang lingkup matematika.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dirincikan, maka peneliti memberikan saran

kepada pendidik, masyarakat luas, serta peneliti selanjutnya. Adapun saran yang

diberikan yaitu:

1. Para guru dapat memanfaatkan hasil eksplorasi etnomatematika seni

pencak silat Kepulauan Riau ke dalam pembelajaran matematika berbasis

kontekstual.
108

2. Masyarakat perlu mengenal seni pencak silat sebagai produk budaya

dengan nilai seni yang tinggi dan juga juga terdapat nilai matematis di dalamnya.

3. Bagi para peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian ini, dapat

memanfaatkan hasil penelitian ini serta dapat menggali lebih dalam lagi konsep

matematika yang terdapat pada budaya-budaya lain baik di dalam maupun di luar

Kepulauan Riau serta dapat melanjutkan penelitian ini guna meningkatkan

kualitas dari Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sudah dan akan dirancang

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanty, M., & Izzati, N. (2019). Eksplorasi etnomatematika pada corak alat
musik kesenian marawis sebagai sumber belajar matematika. Jurnal
Gantang, 4 No.1.

Atmidasari, S. (2017). Kajian Etnomatematika Pembagian Harta Waris pada


Masyarakat Lampunf Ditinjau dari Perspektif Adat. Skripsi. Pendidikan
Matematika Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Creswell, J. W. (2012). Educational research: planning, conducting, and


evaluating quantitative and quailtative research. New Jersey: Person
Education, Inc.

Desmawati, R. (2018). Eksplorasi Etnomatematika pada Gerak Tari Tradisional


Sigeh Pengunten Lampung. Skripsi. Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Fikri, Z. (2018). Pengembangan LKS Berbasis Etnomatematika Dengan


Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Hamzanwadi, Lombok Timur, Nusa Tenggara
Barat.

Kriswanto, E. S. (2015). Pencak silat. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Lubis, Johansyah, & Wardoyo, Hendro. (2014). Pencak silat edisi kedua. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian pendidikan matematika.


Bandung: Refika Aditama.

Mulyana. (2013). Pendidikan pencak silat. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuh, Z. M., & Dardiri. (2016). Etnomatematika dalam sistem pembilangan pada
masyarakat melayu riau. Kutubkhanah Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol.19 No.2, 220–238.

Nurhikmah, S. (2019). Eksplorasi Etnomatematika pada Ragam Corak Ukiran


Khas Melayu Kepulauan Riau dan Keterkaitannya terhadap Konsep
Matematika Sekolah pada Kurikulum 2013. Skripsi. Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Rohmah, N. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Buku Fabel


Berkarakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Materi Bangun

109
Datar Kelas IV A SD Islam As-Salam Malang. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Malang, Malang.

Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualittatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sirate, S. F. S. (2011). Studi kualitatif tentang aktivitas etnomatematika dalam


kehidupan masyarakat tolaki. Lentera Pendidikan, 14 No. 2, 123–136.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,


dan rnd. Bandung: Alfabetha.

Suhartono. (2011). Buku pelajaran pencak silat nusantara: program beladiri


praktis. Jakarta: Keluarga Pencak Silat Nusantara.

Suwarsono. (2015). Etnomatematika (Ethnomathematics). Program S2 Pendidikan


Matematika, Universitas Sanata Dharma. Diambil dari
https://docplayer.info/storage/60/44943780/1553145982/ZbChwTAAHaim
HMcm29D6RQ/44943780.pdf

TIM. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional,


Jakarta.

Ulum, B., Budiarto, M. T., & Ekawati, R. (2017). Etnomatematika pasuruan:


eksplorasi geometri untuk sekolah dasar pada motif batik pasedahan
suropati. Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan
Nilai Islami), 1, No.1, 70–78. Diambil dari http://conference.uin-
malang.ac.id/index.php/SIMANIS

Wanto, S. (2017). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Materi


Segiempat dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) di SMP Negeri 2 Muara Sugihan. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah.
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian


2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat
Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika
3. Pedoman Wawancara
4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator
5. Lembar Observasi
6. Validasi Lembar Observasi dari Validator
7. Biodata Narasumber
8. Hasil Wawancara
9. Hasil Observasi
10. Dokumen Kurikulum 2013
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMA/MA
11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
12. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
13. Biodata Penulis

111
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

112
113
Lampiran 2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar
Matematika

2018 2019
No Kegiatan Agst Sep Okt Februari Maret April Mei Juni Juli
3 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1-4 2 3 4 5 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penulisan dan Bimbingan Proposal
3 Pengesahan Proposal Pembimbing
4 Penyelesaian Berkas Seminar Proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal Penelitian
7 Penyusunan instrumen pendukung
8 Pelaksanaan Penelitian
9 Penulisan hasil penelitian + analisis data
10 Bimbingan Skripsi
11 Daftar Sidang
12 Sidang Skripsi

114
Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT


KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN
BAHAN AJAR MATEMATIKA

Sasaran : 1. Pesilat Perguruan Silat Sendeng Cekak


2. Pelatih Perguruan Silat Sendeng Cekak

Jenis Wawancara : Wawancara semiterstruktur (pertanyaan dalam


penelitian dapat berkembang sesuai situasi dan
kondisi)

Alat-alat Wawancara : Buku catatan, perekam, dan kamera

Tujuan Wawancara :
1. Untuk memperoleh informasi tentang praktik matematis yang terdapat pada
Seni Pencak Silat
2. Pertanyaan mengacu kepada 2 domain yang mungkin muncul dari setiap
pertanyan berbeda-beda, yaitu:
a. Menentukan lokasi, dan
b. Bermain

Tahapan Pertanyaan :
Pertanyaan dalam wawancara terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat Sendeng Cekak
b. Jenis dan cara melakukan gerakan seni Pencak Silat

Pertanyaan Wawancara
a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat Sendeng
Cekak
1. Bagaimana sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia?
2. Kapan Perguruan Silat Sendeng Cekak dibentuk? (tempat, tanggal)

115
3. Siapa pelopor dalam pembentukan Perguruan Silat Sendeng Cekak?
4. Apakah terdapat perbedaan atau ciri khas Perguruan Silat Sendeng Cekak
yang membedakannya dengan perguruan silat lainnya?

b. Jenis dan Cara Melakukan Gerakan Seni Pencak Silat


1. Apa saja teknik dasar dalam pencak silat? (tendangan/tangkisan/pukulan)
2. Apakah setiap teknik tersebut memiliki jenis berbeda? Jika ya, apa saja
jenis-jenis gerakan dalam teknik dasar tersebut?
3. Bagaimana cara melakukan tendangan/tangkisan/pukulan dalam pencak
silat?
4. Apakah ada aturan tertentu dalam melakukan gerakan tersebut?

116
Lampiran 4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator

117
118
Lampiran 5. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER
PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATEMATIKA

Petunjuk :
1. Isilah kolom hasil pengamatan sesuai dengan proses yang akan diamati pada tahapan aktivitas Kesenian Marawis
2. Isilah kolom domain yang sesuai dengan kriteria hasil pengamatan dan jelaskan aspek-aspeknya

Tahapan Aktivitas Seni Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul


Hasil Pengamatan
Pencak Silat Menentukan Lokasi Bermain
a) Sikap awal
b) Kuda-kuda
c) Tendangan
Gerakan Seni Pencak d) Tangkisan
Silat
e) Pukulan
f) Bentuk/pola langkah

g) Penggunaan alat/senjata

119
Lampiran 6. Validasi Lembar Observasi dari Validator

120
121
Lampiran 7. Biodata Narasumber

BIODATA NARASUMBER

Nama : Rahmad bin Ahmad

Tempat & Tgl Lahir : Selat Bintan, 1941

Alamat : Perumahan Taman Sari

Riwayat Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)

Pengalaman Organisasi : 1. Pendiri Perguruan Silat Sendeng Cekak


Tanjungpinang
2. Ketua dan Guru Besar Perguruan Silat
Sendeng Cekak
3. Dewan Pendekar IPSI
4. Dewan Terhormat IPSI
5. Dewan Pakar IPSI
6. Dewan Seni Budaya Silat IPSI

122
Lampiran 8.

HASIL WAWANCARA NARASUMBER (N1)

Narasumber : Tok Rahmad

Kode Subjek N1 :

Profesi : Guru Besar Silat

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Juni 2019, Senin, 2 Juli 2019, Kamis,


Pelaksanaan 4 Juli 2019

Pertanyaan Wawancara

a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat


Sendeng Cekak
P : “Kapan dan dimana latihan silat Sendeng Cekak dilakukan, tok?”

N1 : “Untuk latihannya di lapangan volley di depan gereja. Sekarang kite di


dalam rapat umum kemarin organisasi perguruan Sendeng Cekak itu
sudah berbadan hukum, pada tahun ini sudah berdiri selama 4 tahun atau 5
tahun, dan bapak yang melatih anak-anak sebanyak 47 orang. Jadi setiap
berlatih itu hari Sabtu, habis Ashar jam 4 lah sudah hadir cuman anak-
anak itu kadang-kadang menunggulahkan. Jadi hari Sabtu sama hari
Minggu. Kalau Minggu ni, sore petang, kan anak-anak jalan silahkan jadi
tidak mengganggukan hari liburnya. Nah keduanye hari Selasa malam
Rabu. Jadi 1 minggu 3 kali aja. Belajarnya silat tradisional pertama, kedua
silat nasional. Jadi ini kami punya (menunjuk piala disebelahnya) tahun
2013 mendapat juara II umum.”

P : “Berarti latihannya 3 hari ya tok? Sabtu, Minggu sama Selasa?”

N1 : “Iya, Selasa sore.”

P : “Atok kira-kira tau nggak sejarah lahirnya pencak silat di Indonesia?”

123
N1 : “Kalau seluruhnya saye tidak tau, cuma kalau di sekitar Riau, itu silat tu
ade 5 jenis. Betul-betul nama silat. Tapi di IPSI Kota Tanjungpinang ada
32 perguruan, namanya saya pun heran. Saya bilang daerah
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau ini silat itu hanya 5 titik, itupun
hanya sebagian sebagian. Sejarahnya di sini Sendeng, berarti yang
dikatakan Sendeng Cekak ini, saya belajar sama orang kota Bugis, dulu.
Terus yang adenye silat Kuntau, itu daerah Senayang, Daek. Daek tu apa
kata kami orang Bintan. Nah silat Kuntau dari Daek, ada juga satu itu dari
kite orang Bintan juga, silat Sendeng inilah dari Bintan asli. Dari datuk-
datuk saye yaitu datuk saye tapi yang paling tua sekali Datuk Jamhur,
yang kedue Datuk Penaung, yang ketige datuk saye, guru besar Wak Nun
waktu zaman dulu belajar, orang perempuan. Jadi lepas itu, orang laki-laki
lime bersaudaraan, Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Kasturi.
Nah lime ini adalah keturunan daripade panglime-panglime, hulubalang-
hulubalang dan orang-orang pendekar. Ini sejarah ya yang saye cerite.
Pergilah ke Gunung Ledang mengambil keputusan yang terakhir. Jadi di
Gunung Ledang tu, habis tamat turun ke bawah adelah huru-hare di
Melake. Sampailah jadi Hang Tuah, Hang Jebat ini diangkat menjadi
Datuk Laksmane. Kalau di Bintan ini hanya satu nak, Datuk Laksmane
yaitu Datuk Laksmane Andak, tidak ade due tige, tapi kalau di Malaysia
atau di Malake ada Datuk Hang Tuah dengan Datuk Hang Jebat diangkat
oleh Sultan Melake. Ke due di Kota Tinggi orang kami juge Datuk Hang
Lekir itu kan. Ke empat, di dekat Miri, namanya Datuk apa itu ya. Jadi di
situ diangkat empat di Malaysia. Jadi murid yang pertame itu kami orang
perempuan. Sendeng ini ada due alternatif, kode-kodenya bapak dan ibu.
Jadi kalau Sendeng kami ini di Bintan jagenya susu yang dijage. Tapi
kalau di Daek itu jagenya kemaluan. Itu ada kodenye. Jadi kalau kami
pergi ke Daek tu walaupun cucu cicit ntah-ntah bukan-bukan ntah ape-ape
lagi sampai sekarang ini hah itulah tadi. Jadi tau ini sejarahnye orang dari
Bintan dengan Daek, karena gunung itu ibu nah Daek itu gunungnya

124
gunung Daek itu bapak. Itu ade kisah-kisahnye. Jadi yang banyak
sejarahnya ini Hang Tuah, kalau Datuk Laksmane Andak ini hanya
sejarah di Bangke saje sampai mengamankan lanun-lanun di huru-hare
lanun di lautan dari Daek sane sampai ke sini, itu zaman tahun 17. Nah
bukan tahun 1917, tapi abad ke 17, akhir zaman Nabi Muhammad
timbullah abad ke 17 sampai abad ke 19. Kadang orang pikir eh baru abad
ke 17 ini, tue Penyengat, Penyengat tu abad yang ke 6. Abad ke 6 abad
yang sekarang dari 19 sampai ke 6 kan. Jadi waktu Penyengat ini kerajaan
dia waktu Portugis, Belande, Jepang sampailah habis mase. Maka itu di
Bintan ini tidak ada museumnya, hanya ade makam-makam saje. Dekat
Bukit Batu, Penau itu sebelah kanan bukit itu makam orang-orang zaman
dulu nak, itu yang tempat bersejarah. Tapi di Bintan ini banyak nak,
tempat yang bersejarah, Datuk Laksmane itu Datuk Laksmane dah banyak
tapi orang dari luar, tapi kami itu betul-betul anak pribumi orang Bintan
karena ade silsilahnya, silsilah tu turun temurun. Asal-usul, tempat
tinggal, lahir, nenek moyang, noyang ke noyang nak atok ke atok
sampailah kite sekarang ini.”

P : “Terus tok saya mau nanya, perguruan Sendeng Cekak ini dibentuknya
kapan, awal mulai berdirinya tahun berapa?”

N1 : “Tahun 2003 di Kota Tanjungpinang. Tapi kalau atok belajar Sendeng, ini
umur atok 14 tahun sampai 18 tahun. Jadi, sampai gunung tiga sampai ke
sumur kering ada lembing 7 batang di situ, atok belawan sama guru di
situ. Terus saya jatuh di tepi tapi saye tak ape-ape, ingat aje kate guru
jangan lupe, asal lupe pasti luke. Itulah kisah-kisahnya, jadi 2 alternatif, di
gunung kita sekali, bikin lobang bermain dengan guru saye, pas saye jatuh
saye menyerah tidak ada luke tidak apa-apa, sehat. Yang terakhir saya
tidak mampu, kalau ngambil yang terakhir, Sendeng ini papandake nak.
Papandake tu wafat, kita diwafatkan ini hidup-hidup, terus nanti Jumat ini
ditanam, Jumat depan kita bangkit, bangkit sendiri, tapi melawan Munkar

125
Nakir die. Kan melawan malaikat namanya, masya allah, atok tak mampu.
Biarlah, biar aje kena sepak guru. Guru kami itu, guru arwah Raje Ahmad,
raje tapi udah wafat dia. Mekarnya Sendeng ini dari Wak Nun, dari datuk
saye, Wak Nun Belajar, sampailah pada cicit dan ntah-ntahnye. Itu lama
nak.”

P : “Berarti tok, pelopor berdirinya Sendeng Cekak itu atok sendiri kan?”

N1 : “Iya, saye sendiri sampai sekarang.”

P : “Lalu tok, ada yang yang membedakan perguruan Sendeng Cekak ini
dengan perguruan yang lainnya?”

N1 : “Beda, masalah Sendeng Cekak ini kalau adat die tidak boleh musing
belakang. Contoh saya lagi silat ini (dipraktikkan oleh informan, gaya
Hang Jebat dan gaya Hang Tuah). Itu gerakannya sampai selesai, jadi
tidak boleh sembarangan. Dulu, zaman kerajaan dulu, itu dibunuh oleh
hulubalang nak. Kate panglima “bunuh, bunuh tu hulubalang, kurang ajar,
silat apa itu.”

P : “Berarti tok, seninya itu ada tersendiri ya?”

N1 : “Iya, ada tersendiri. Tak sama dengan orang, orang salah dah buka
syuhsyuhsyuh (gerakan mengusir), kayak belok ape belok ape pun tak ada
yang tau. Bapak selaku guru besar, awak bawa saye tau itu cemmane die
ya kan, tau saya soalnya sudah mahir kan. Jadi daerah kite ini hanya lime
saudara, Sendeng pusake Bintan, Kuntau pusake Daek, Alian pusake
Chine, terus ini Cekak pusake Bugis, Kemian itu dari orang Pulau Tujuh,
Tujuh Kepulauan Kemian ini. Silat Kemian ini name yang pertame itu
Sriwijaya dengan Kulun. Jadi Sriwijaya ini dia belajar sampai ke
Semenanjung Malaysia, dia belajar. Nah itu sejarah ya, sejarah silat
Kemian ini, orangnya agak keangkuhan gitu. Silat Kemian ini, die punye

126
sepasang alternatif. Adik die ini belajar hanye di tempat nenek, yang
mengajarnye guru itu Datuk Gayung. Balik abang die, singkat aja ini
ceritenye, kalau bapak nak cerite panjang ceritenye, singkat aja ceritenye.
Baliklah Sriwijaya ini ke tempat dia lahir ke Kulun, namanya Kulun
adeknya namanya Kulun. Jadi kate die, “Bang, ape hasilnya abang pergi
mencari ilmu sampai Semenanjung Malaysia? Sampai jumpa dengan
Datuk Gayung,”. Itu sejarah ya. Terus, abang die jawab “Oh, aku dek,
tangan ini tak boleh jejak ke orang, pasti mati,”, hah itu kate Sriwijaya.
“Bang, cakap tuh tak usah angkuh sangat. Kite ini manusie, tak ada hak
kita, membunuh, same-same manusie, sama-sama ummat-Ku anda
ummat-Ku kata Allah, tak ada hak kita membunuh ummat Allah itu, yang
ada boleh membunuh hanya Allah, kite tidak boleh”. “Eh engkau nih
dapat belajar darimana?”, “Saya hanya mengetahui,”. Nah keduenye
terakhir cerite, ditanye ke abangnya, “Bang, ini ada due alternatif, abnag
pilih hak Allah kukembalikan kepada Allah atau abng pilih aku berlindung
disebalikmu Ya Allah, yang mane bang pilih?” “Aku pilih hak aku lah
kukembalikan kepada Allah,”. Adik die jawab Kulun ni, “Bang, abng tu
tak ade hak mengembalikan hak Allah, Allah yang ngambil kite, aku pilih
ini bang,”. “Hah kau tuh, kalau tak percaye yuk (mengajak bertanding),”.
“Tak usah bang, abang kalah dengan aku,” kata adiknya ini kan, “abang
tak bise, tak bise bergerak dengan aku,”. Nah tanding die nak, baru nak
bergerak aja syut dah kene kat sini (menunjuk perut bagian kanan), tujuan
die tadi ke sinilah, sekitar sini dari sini ke kiri dari kiri ke ulu hati,
sampailah tak bernafas abangnye, tak gerak kena tak gerak kene. Nah jadi
silat ini memang luar biase, yang satu abangnye tangan tak boleh kene ade
semua pade die, ma‟rifat ade, selendang empat puluh empat ade, pancung
mayu ade, pancung ma‟rifat ade, giri jantung ade, bersejari ade, semue ade
pade pesilat Kemian ini. Kalau kita hanye berlindung disebalik darri dua
kalimat syahadat. Nah itu kalau kami, sejarah kami dari dua kalimat
syahadat sampailah kite terakhir saye ntah adalagi. Jadi tal luput dari bumi
dipijak langit dijunjung itulah ibu kite selalu, jalan terus membangkitkan.

127
Hah itulah tadi tradisi-tradisi kite, masing-masing punya wadah, masing-
masing punya pendirian, masing-masing punye kebolehan-kebolehan. Itu
sejarah, jadi kalau kite hidup tidak boleh menanggalkan sejarah. Betul
kate Jokowi tu, sejarah jangan ditinggali. Silat adalah yang
membangkitkan sejarah, membangkitkan bendera merah putih, abad yang
ke berape sekarang ini, jadi kalau kite ikut itu abad yang ke 18 lalu 19 20,
baru bangkit kite orang silat bersejarah tu. Mendirikan silat itu dari sejarah
Bung Karno sampai ke zaman kite sekarang ni, jadi silat itu menang silat
tu menang silat karena silat bukan karena kepandaian, kepandaian sudah
ade kite tuntut ilmu masing-masing. Kalau sudah tebiat masing-masing,
kite belajar silat itu, baik jahat itu urusan pribadi masing-masing, baik ade
jahatpun ade, dua alternatif sepasang-sepasang, ade laki ade perempuan,
ada yang jahat ade yang baik. Zaman dulu hingga zaman sekarang inilah
petueh yang diberikan oleh ibu bapak kite nenek noyang noyang kite
zaman dulu tuh nah sepasang-sepasang, Allah pun memberi kite sepasang-
sepasang, jadi sampai pade kite sekarang nih. Telinge sepsang, mata
sepasang, hidung sepasang, mulut sepasang atas bawah langit dan bumi
(sambil menunjuk bibir atas dan bawah), tang sepasang kanan dan kiri,
bahu sepasang kanan dan kiri, ini tak pernah berkecamuk nih tak pernah
kelahi. Pernah tak awak tengok die berkelahi, ini tang kanan dan kiri tak
pernah kelahi nak, itu sejarah, sejarah Allah itu, yang suke kelahi ini
mulut. Mulut berbeda dengan hati, hati ini kadang-kadang ada nggak turut
ya kan, mengataken tabiat manusie ini kan ada gerak dari hati ade gerakan
dari bibir, yang nam jahannam ini dari bibir bukan dari hati. Jadi kate silat
kami, yang diajarkan keturunan kami ini orang Bintan, tige alternatif. Satu
yang sabar, kedue menjaga marwah, ketige amanah. Siapapun kite amanah
kepade bapak kite, siapapun guru kite, amanah sama guru. Lari ke marwah
tabiatnye tabiat kite, karena seluruh umat Islam seluruh umat Allah,
seluruh umat Adam ade 1000 tabiatnye. Nah atok ini bukan berbesar bual,
tapi bercerite pada anak, jagalah baik-baik ini marwah kite sampai
membawa ke akhirat ini, bukan dunie aja nak, langkah ade artinye,

128
mengayun tangan ade artinye, bersilat ade artinye. Tetap kite di belakang
Allah ini bersilat, tidak ade kite di depan. Bukan silat sembarang silat,
silat ade kebatinan. Bukan tempat sembarang tempat, tempat ade di
belakangan.”

P : “Mengenai gerakan dalam seninya tok, gerakan dalam seninya itu punya
nama-namanya nggak tok?”

N1 : “Punye, itu kalau Sendeng 12 gerakan. 12 gerakan itu kite ambil dari
awal, gerakan itu ada diberikan oleh datuk-datuk zaman dulu, bersambit
dengan di dunie dan akhirat. Itu karena die menjalankan gerakan itu
daripade dua kalimat syahadat. Jadi jatuhnye dengan kite yang membawa
tu ade 13 gerakan, sama dengan shalat, kite shalat membawa rukun 13,
gerakan 13. Jadi gerakan silat same dengan shalat. Jadi 12 gerakan,
dengan kite yang membawa jadi 13. Nama gerakannya, langkah 4
pertama, langkah 5 yang kedua, langkah 7 yang ketige, langkah 9 yang
keempat, akhir yang terakhir langkah 12 langkah 13. Tidak sembarang-
sembarangan. Jadi kalau masalah pukul, 35 gerakan. Mematikan langkah,
mamsukkan langkah, membunuh lapiskan, memasuk bunuh pukulan, itu
Sendeng. Mana pun gerak, kalau orang karate, saya tak elak pukulan itu.”

P : “Kan kalau tadi gerakan tangannya tok, kalau gerakan kakinya ada tidak
ya tok?”

N1 : “Gerakan kaki, itu pukulan kaki pukulan orang kurang ajar namanye. Jadi
kalau pukulan kai itu nak (dicontohkan oleh informan).”

P : “Berarti tidak jauh beda dengan silat nasioanl ya tok?”

N1 : “Iya, kalau silat nasional biase tak ada seninya, hanya gerakan. (Informan
masuk ke ruang kamarnya lalu membawa sebuah keris yang biasa

129
digunakan dalam memperagakan seni Sendeng). Ini keris zaman dulu.”

P : “Ada namanya tok keris itu?”

N1 : “Keris ini hanya untuk membela diri saja, membunuh tidak boleh.
Kemanapun lari bisa dielak, kemanapun tikam bisa dibuang. (Ketika
membuka keris tersebut, suara informan terdengar pelan karena sedikit
menangis dan sesenggukan).”

b. Jenis gerakan dalam seni pencak silat Sendeng Cekak

P : “Mau nanya lagi tok, itu gerakan silatnya punya makna tidak tok
masing-masingnya?

N1 : “Ada.”

P : “Seperti ini tok, kami sudah membagi-bagi gerakannya sesuai yang


kemarin diperagakan.”

N1 : “Jadi gini, (informan melihat foto yang sudah disusun peneliti) ini
gerakannya yang ke dua belas. Tangkisan bermakna satu, kedua
tangkisnya mengelak pukulan dalam, ketiga tangkisan memasukkan
pukulan, keempat menangkis pukulan, kelima tangkisan adalah maut
bagi pukulan, keenam mematikan pukulan, ketujuh menapiskan pukulan,
kedelapan mematikan pukulan tendangan kaki, kesembilan membunuh
pukulan, kesepuluh bertuntunan pukulan tiga kali bawah, satu pukulan
itu tiga kali kan, jadi bawah, tengah perut, tenggorok, kesebelas
mencakupkan pukulan apapun, kedua belas melalukan pukulan, ketiga
belas yang melaksanakan. Apa yang nak buat, maut ke tidak ke, itu
urusan kita dengan Allah. Ya nak ya, itu sajalah keputusannya.”

P : “Ini berarti yang Hang Jebat ya tok? Kalau yang Hang Tuah tok?”

130
N1 : “Sama.”

P : “Berarti tok, ini untuk yang dipentaskan menyambung ya tok? Hang


Tuah, Hang Jebat.”

N1 : “Ini kan yang silat ke dua belas, ini silat yang terakhir. Iya menyambung.
Hang Tuah bukan gerakan tujuh ya nak, tapi sembilan.”

P : “Jadi gerakannya namanya seperti tadi ya tok, untuk Hang Tuah tok?”

N1 : “Jadi kalau untuk mencakupkan semue daripade Hang Tuah tu tak bise
nak. Hang Tuah tak bisa disebut. Hang Tuah tu adalah gerakan daripade
24 malaikat. Itu pukulan terakhir die. Setelah bikin gerakan dua belas,
yang dikatakan malaikat itu ialah kunci seluruh silat, kunci gerakan
seluruh silat. (Informan mengepalkan telapak tangan kanannya) Inilah
pukulan terakhir namanye, dibuang kene tak dibuangpun kene. Yang
menentukan tu bukan saye, hanya Allah. Saye tidak berani itu
membunuh umat, tidak ade hak saye membunuh itu hak Allah. Jadi saye
tidak boleh memutuskan, tidak boleh mengatakan kalau kene tangan aku
ini mati kau, bukan begitu bukan. Saye tak berani, karena bukan hak kita
membunuh, umpamanye awak lah, dan atok ni tak tau ape yang nak
terjadi ni. Itulah gune dua kalimat syahadat, bukan kite yang menentukan
melainkan Allah. Kami orang Bintan nak, kalau die betul nak mati ya die
tidak akan mundur setapakpun dari lawan yang telah menyerangnye.
Sampai Portugis sana, Hang Tuah tu, tak pernah die terlengges satupun
manusie yang bise melukai die. Untuk pukulan 24 malaikat itu, kene
dade dade hancur, kene bumi bumi retak, kene langit langit belah.”

P : “Jadi untuk gerakan itu sama ya tok?”

N1 : “Sama, cuma lebih afdol lagi itu Hang Tuah karena Hang Tuah waktu
salam yang terakhir dengan guru die beda sama Hang Jebat. Kalau Hang

131
Jebat ni die hanya bise mengelakkan, tidak bisa membunuh. Tapi kalau
dah kesah, die bise membunuh satu kampung. Itulah silat ni, silat ni tidak
sembarangan, kalau silat-silat aje itu tak apa-apa.”

132
Lampiran 9. Hasil Observasi

LEMBAR OBSERVASI

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT KEPULAUAN RIAU


SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATEMATIKA

Petunjuk :
1. Isilah kolom hasil pengamatan sesuai dengan proses yang akan diamati pada tahapan aktivitas Seni Pencak Silat
2. Isilah kolom domain yang sesuai dengan kriteria hasil pengamatan dan jelaskan aspek-aspeknya
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Tahapan Awal 1. Sikap Tegak Pada tahap awal gerakan Hang Tuah, dimulai dengan
Gerakan Hang sikap tegak pesilat di mana ke dua kaki pesilat berada
Tuah pada posisi yang berdekatan dan terbuka membentuk
sudut 45º. Ke dua tangan pesilat berada di samping sejajar
lurus ke bawah.

133
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Tahapan Awal 2. Kuda-kuda Samping Dinamakan kuda-kuda samping, karena bagian kaki yang ditekuk
Gerakan Hang adalah bagian kaki berada di samping kiri atau pun kanan. Pada
Tuah gerakan kuda-kuda depan ini, apabila diperhatikan pada gerakan
kaki pesilat akan menunjukkan kedua kaki yang bila ditarik garis
lurus ke kanan dari kaki kiri akan menyentuh ujung tumit kaki
kanan dan membentuk sudut 90º. Lalu pola kedua kaki pesilat
pesilat terbentuk sebuah kesatuan bangun datar dari trapesium dan
segitiga. Pada pola gerak tangan pesilat, tangan kanan terentang
lurus ke bawah dan tangan kiri ditekuk melewati sedikit bahu
kanan. Gerak kedua tangan tersebut menyerupai dua garis yang
saling berpotongan dan tegak lurus dan akan membentuk bangun
datar segitiga jika diberikan garis bantu dari ujung jari tangan
kanan ke siku luar tangan kiri.
Tahap awal 1. Sikap Duduk Awal Pada gambar sikap duduk awal tersebut, dapat terlihat gerakan
gerakan Hang memberi salam dengan ujung jari ke dua tanga di depan wajah.
Jebat Kedua lengan terbuka dengan ketinggian yang sama, jika dilhat
dari jari tangan hingga ke siku maka akan tampak kedua tangan
seperti membentuk bangun datar segitiga dengan menambahkan
garis bantu yang menhubungkan kedua siku tangan.

134
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
Tahapan Awal 2. Sikap Penghormatan Arah kedua kaki pada gambar tersebut menunjukkan bahwa
Gerakan Hang kaki kiri dan kanan sejajar dan menghadap arah yang sama.
Jebat Selanjutnya melihat pada kedua tangan pesilat, dimana tangan
kiri menyentuh siku dalam tangan kanan yang terentang lurus
ke depan. Gerak kedua tangan tersebut menyerupai dua garis
. yang saling tegak lurus dan akan membentuk bangun datar
segitiga jika diberikan garis bantu dari ujung jari tangan
kanan ke siku luar tangan kiri.

3. Kuda-kuda Depan Dinamakan kuda-kuda depan, karena bagian kaki yang


ditekuk adalah bagian kaki yang berada di depan. Pada
gerakan kuda-kuda depan ini, apabila diperhatikan pada
gerakan kaki pesilat akan menunjukkan kedua kaki yang bila
ditarik garis lurus ke belakang dari kaki kiri akan menyentuh
ujung tumit kaki kanan dan membentuk sudut 90º. Lalu pola
kedua kaki pesilat pesilat terbentuk sebuah kesatuan bangun
datar dari trapesium dan segitiga.

135
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
Gerakan Pukulan 1. Tangkisan Gerakan di samping adalah tangkisan. Tangan kanan pesilat
Tangan Hang
terbuka lebar dan tangan kiri ditekuk sebesar membentuk
Jebat
sudut siku-siku. Selanjutnya gerak kaki pesilat dengan kaki
kiri di depan yang sedikit ditekuk dan kaki kanan lurus
berada di belakang, jika diberikan garis yang mengitari ruas
kaki dan antara kedua telapak kaki diberikan garis bantu,
maka akan tampak seperti sebuah bangun datar segiempat
tak beraturan.
2. Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam Gambar di samping adalah dua gerakan tangkisan mengelak
pukulan dalam. Gerakan pertama menunjukkan gerak lengan
bawah tangan kiri yang ditekuk ke atas dan lengan bawah
tangan kanan yang lurus ke bawah sedikit masuk ke kiri,
maka posisi ke dua lengan bawah tangan ini sejajar.
Selanjutnya tangan kiri pesilat ditekuk mengarah ke siku
kanan dengan tangan kanan lurus mengarah ke serong kiri
bawah. Jika diberikan garis dari tangan kiri melewati siku
kanan, maka akan tampak seperti dua buah garis yang saling
berpotongan.

136
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
3. Tangkisan Memasukkan Pukulan Ketiga gambar di samping merupakan rangkaian gerakan
tangkisan memasukkan pukulan. Pesilat menggunakan kuda-kuda
depan. Gambar di samping terlihat gerakan tangan kanan yang
seakan-akan menahan pukulan. Bentuk tangan kanan yang ditekuk
di depan dada ke arah atas tampak membentuk sudut. Lalu tangan
kanan mendorong maju pukulan tersebut dan tangan kiri naik
menangkis ke arah atas pukulan tersebut, sehingga tampak
membentuk sudut. Kemudian memasukkan pukulan pada lawan
yang telah ditangkis pukulannya dengan tangan kanan lurus
memasukkan pukulan dan tangan kiri ditekuk ke atas, apabila
tangan tersebut dianggap sebagai garis tampak membentuk dua
garis yang saling tegak lurus.

137
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
4. Menangkis Pukulan Gambar di samping merupakan gerakan menangkis pukulan,
dimana tangkisan terhadap pukulan dilakukan dengan
mengarahkan tangan kanan dari bawah untuk menangkis dan
mementalkan ke atas pukulan yang dilakukan. Gerak kaki pesilat
yang bersilangan tampak membentuk sebuah sudut. Kemudian
gerak tangan pesilat ditekuk di depan ke arah atas sehingga
tampak membentuk sebuh sudut.

5. Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan Gambar di samping adalah gerakan tangkisan maut bagi pukulan,
dimana gerakan ini terdiri dari pukulan yang ditangkis
menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan sudah siap
untuk melaksanakan gerakan selanjutnya. Gerak tangan kanan
yang ditekuk sedikit dan tangan kiri yanng juga ditekuk pesilat
tampak membentuk sebuah sudut.

138
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
6. Mematikan Pukulan Gambar di samping merupakan gerakan mematikan pukulan.
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan tangkisan maut
bagi pukulan, pesilat saat menahan pukulan dengan tangan kiri
kemudian menjepitnya dengan tangan kanan yang bergerak dari
bawah ke atas tampak bersilangan sehingga membentuk sebuah
sudut.

7. Menapiskan Pukulan Gambar di samping merupakan gerakan menapiskan atau menepis


pukulan yang masuk ke arah tubuh. Persiapan menapiskan pukulan
dengan menyilangkan tangan di depan dada dengan tangan kanan
di arah kiri bawah dan tangan kiri berada di dekat bahu kanan atas.
Ketika pukulan hampir mengenai tubuh, tangan kanan segera
bergerak membuka ke atas untuk menepis pukulan.

139
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
8. Mematikan Pukulan Tendangan Kaki Gambar di samping adalah gerakan mematikan pukulan tendangan
kaki. Gerakan ini didahului dengan menahan tendangan kaki dari
bawah menggunakan tangan kanan dan memperberat tangan kanan
dengan tangan kiri yang disilangkan di atasnya. Selanjutnya,
tangan kiri bergerak lurus ke serong kiri bawah untukmengibas
atau menepiskan tendangan kaki yang sudah ditahan dan tangan
kanan ditekuk ke bahu kiri sehingga tampak seperti dua garis yang
saling berpotongan.

9. Membunuh Pukulan Gambar di samping merupakan gerakan membunuh pukulan,


dimana pesilat menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan
gerakan memotong pukulan lawan yang mengarah ke dada.
Dimulai dari tangan kanan yang ditekuk membentuk sudut dengan
tangan kiri mendekati siku kanan. Lalu tangan kanan digerakkan
ke arah kiri bawah sedangkan tangan kiri bergerak bersilangan
mendekati bahu kanan.

140
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
9. Membunuh Pukulan (sambungan) Selanjutnya saat pukulan mendekati dada, pesilat memotong
pukulan tersebut seakan menggunting pukulan tersebut dengan
menggerakkan tangan kiri ke arah kiri bawah dan tangan kanan
melebar ke kanan.

10. Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah, Gerakan ini dimulai dengan menahan serangan atas menggunakan
Tengah Perut, Tenggorokan) tangan kanan dan memasukkan pukulan bawah dengan tangan kiri
menuju arah kemaluan. Selanjutnya, menahan serangan kaki
menggunakan tangan kanan dan memasukkan pukulan
menggunakan tangan kiri yang sebelumnya ditekuk sebagai
awalan pukulan menuju pertengahan antara perut dan dada atau
ulu hati. Kemudian mengarahkan pukulan ke arah tenggorokan
menggunakan kanan.

141
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan Menentukan
Bermain
Pencak Silat Lokasi
11. Mencakupkan Pukulan Gambar berikut merupakan gerakan mencakupkan pukulan.
Maksud dari mencakupkan pukulan ialah persiapan untuk
melakukan pukulan terakhir. Gerakan ini dimulai dengan menahan
gerakan yang mendekat menggunakan tangan kanan yang lurus
terbuka sejajar bahu dengan tangan kiri lurus menghadap bawah.
Kemudian dilanjutkan gerakan awalan untuk melakukan pukulan
disertai tangan kanan yang diletakkan di samping lutut kanan
setelah menepis tendangan kaki lawan.

12. Melakukan Pukulan Gambar di samping merupakan kelanjutan dari gerakan


mencakupkan pukulan. Gerakan tersebut ialah melakukan pukulan
yang sebelumnya telah dipersiapkan. Gerakan melakukan pukulan
menggunakan tangan kiri yang ditekuk membentuk sudut. Posisi
kaki kiri berada lurus di depan kaki kanan dengan posisi kaki kiri
yang ditekuk ke depan.

142
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Pencak Silat Menentukan
Bermain
Lokasi

13. Melaksanakan Melaksanakan pukulan seperti gambar di samping merupakan


rangkaian terakhir dalam seni Hang Jebat. Gerakan ini dilakukan
menggunakan tangan kanan dengan telapak tangan terbuka lebar
mengarah ke dada dan menggunakan kuda-kuda depan seperti
pada gambar di samping.

143
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Pola langkah Pola Langkah I Gambar di samping merupakan pola langkah awalan atau pembuka
gerakan Hang gerakan, dimana pola langkah ini merupakan sikap penghormatan.
Jebat
Gerakan ini dimulai dengan duduk awalan penghormatan.
1 3
Kemudian pesilat berdiri dan melangkahkan kaki kiri ke depan dan
memiringkannya ke kiri sehingga tampak antara kaki kiri dan
2 4
kanan apabila ditarik sebuah garis akan membentuk sudut 90º (1).
Lalu kaki kanan pesilat melangkah maju lurus ke depan dengan
kemiringan sudut ±45º dari kaki kiri (2), dan melaksanakan sikap
duduk penghormatan kembali. Selanjutnya pesilat berdiri kembali
dan melangkahkan kaki kiri ke depan diikuti dengan kaki kanan,
kedua kaki ini sejajar menghadap depan, namun kaki kanan sedikit
lebih maju dibanding kaki kiri (3 dan 4).

144
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Pola Langkah II Pola langkah ke dua, dimulai dengan melangkahkan kaki kanan
pesilat ke belakang dengan tetap mempertahakan arah tubuh ke
3’2 3’1 depan, sudut yang terbentuk antara kaki kanan dan kaki kiri
sebesar 90º (1), dilanjutkan dengan melangkahkan kaki kiri ke
3 belakang dan juga membentuk sudut 90º (2). Kemudian pesilat
2
melangkahkan kaki kanan ke arah belakang kanan (3), segaris
1
dengan kaki kiri yang sudah berputar 90º berlawanan jarum jam
dari kedudukan sebelumnya dan membentuk sudut 90º antara kaki
kanan dan kaki kiri dengan arah tubuh ke kiri (3‟1). Kemudian
arah tubuh berputar 180º bersamaan dengan berputarnya kaki
kanan dan kaki kiri searah jarum jam sebesar 90º (3‟2).

145
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Pola Langkah III Pola langkah ke tiga diawali dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kanan,
lalu pesilat melangkahkan kaki kirinya ke kanan mendekati kaki kanan,
1
1 kemudian melangkah kembali ke depan bersamaan dengan kaki kanan

2 4 melangkah ke arah belakang dan arah tubuh menghadap ke depan (1).


Selanjutnya kaki kanan pesilat maju mendekati kaki kiri, lalu melangkah ke
kanan menjauhi kaki kiri dengan arah tubuh menghadap ke kiri (2).
3
Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan maju (3), lalu kaki kiri
melangkah mundur dan arah tubuh berputar 90º menghadap ke depan (4).
Pola Langkah IV Pola langkah ke empat ini, pesilat memajukan kaki kirinya sedikit melebar
namun tetap membentuk sudut 90º bila ditarik garis dari kaki kiri dan kaki

1 kanan yang telah berputar ke kanan 90º (1). Kemudian kaki kanan maju dan
2 2’2
melebar sedikit dan diikuti kaki kiri bergerak mundur (2), kedua arah kaki
4
ini membentuk sudut 90º (2‟1) dengan arah gerak tubuh ke kanan, lalu
2’1
3 berputar 180 º ke kiri (2‟2) diikuti dengan perputaran kaki kanan dan kaki
kiri berlawan jarum jam sebesar 90º. Selanjutnya kaki kanan pesilat
melangkah ke depan (3) diikuti kaki kiri melangkah ke belakang (4) yang
jika dihubungkan dengan garis bantu akan membentuk sudut 90º dengan
arah tubuh ke depan.

146
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Pola Langkah V Pola langkah ke lima ini, dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan dengan gerakan kaki kiri pesilat melangkah ke serong kiri depan

3 bersamaan berputarnya arah kaki ke kanan diikuti gerak tubuh pesilat


1
menghadap ke kanan (1). Lalu kaki kiri kembali melangkah maju (2)
dengan posisi terbuka sebesar 90º. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki
2 kanannya ke belakang sehingga posisi kaki kiri berada di depan (3) dan
kembali membentuk sudut 90º.

Pola Langkah VI Pola langkah ke enam dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke kiri belakang diikuti perputaran
3 kaki kanan sebesar 90° berlawanan jarum jam, dan juga gerakan tubuh
1
berputar 90° menghadap ke kiri (1). Kemudian kaki kanan melangkah
2
maju terbuka bagian dalamnya (2) dengan posisi kaki kanan dan kaki kiri
membentuk sudut 90°. Selanjutnya pesilat melangkahkan maju kaki kiri
dengan posisi kaki menghadap depan bersamaan dengan kaki kanan yang
berputar 90° searah jarum jam (3), diikuti gerakan tubuh berputar 180°.

147
Tahapan Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Aktivitas Seni Hasil Pengamatan
Menentukan Lokasi Bermain
Pencak Silat
Pola Langkah VII Pola langkah ke tujuh ini adalah langkah akhir dari gerakan
Hang Jebat. Langkah ini dimulai dari posisi tubuh pesilat
menghadap ke kiri, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke
2 depan selurus dengan kaki kanan dan posisi tubuh berputar
90° ke kiri (1). Posisi kaki kanan dan kaki kiri membentuk
sudut 90°. Kemudian kaki kiri pesilat melangkah ke
1 belakang (2) dengan kemiringan 45° dari kaki kanan, dan
berakhir dengan sikap duduk bersila dengan tangan
bertangkup di depan dada sebagai penghormatan penutup.

148
Lampiran 10.

DOKUMEN KURIKULUM 2013

KOMPETENSI INTI
&
KOMPETENSI DASAR

Sekolah Dasar (SD)/


Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Sekolah Menengah Pertama (SMP)/


Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Sekolah Menengah Atas (SMA)/


Madrasah Aliyah (MA)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2013

149
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap


spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menerima, menjalankan, dan


menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap
Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

KELAS: I

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dalam bahasa yang jelas dan logis,
(mendengar, melihat, membaca) dalam karya yang estetis, dalam
dan menanya berdasarkan rasa gerakan yang mencerminkan anak
ingin tahu tentang dirinya, sehat, dan dalam tindakan yang
makhluk ciptaan Tuhan dan mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda beriman dan berakhlak mulia
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah

150
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan makna bilangan 4.1 Menyajikan bilangan cacah
cacah sampai dengan 99 sampai dengan 99 yang
sebagai banyak anggota suatu bersesuaian dengan banyak
kumpulan objek anggota suatu kumpulan objek
yang disajikan
3.2 Menjelaskan bilangan sampai 4.2 Menuliskan lambang bilangan
dua angka dan nilai tempat sampai dua angka yang
penyusun lambang bilangan menyatakan banyak anggota suatu
menggunakan kumpulan benda kumpulan objek dengan ide nilai
konkret serta cara membacanya tempat
3.3 Membandingkan dua bilangan 4.3 Mengurutkan bilangan- bilangan
sampai dua angka dengan sampai dua angka dari bilangan
menggunakan kumpulan terkecil ke bilangan terbesar atau
benda-benda konkret sebaliknya dengan menggunakan
kumpulan benda-benda konkret
3.4 Menjelaskan dan melakukan 4.4 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan kehidupan sehari-hari yang
bilangan yang melibatkan berkaitan dengan penjumlahan
bilangan cacah sampai dengan dan pengurangan bilangan yang
99 dalam kehidupan sehari-hari melibatkan bilangan cacah sampai
serta mengaitkan penjumlahan dengan 99
dan pengurangan
3.5 Mengenal pola bilangan yang 4.5 Memprediksi dan membuat pola
berkaitan dengan kumpulan bilangan yang berkaitan dengan
benda/gambar/gerakan atau kumpulan benda/gambar/gerakan
lainnya atau lainnya
3.6 Mengenal bangun ruang dan 4.6 Mengelompokkan bangun ruang
bangun datar dengan dan bangun datar berdasarkan
menggunakan berbagai benda sifat tertentu dengan
konkret menggunakan berbagai benda
konkret
3.7 Mengidentifikasi bangun datar 4.7 Menyusun bangun-bangun datar
yang dapat disusun membentuk untuk membentuk pola
pola pengubinan pengubinan
3.8 Mengenal dan menentukan 4.8 Melakukan pengukuran panjang
panjang dan berat dengan dan berat dalam satuan tidak baku
satuan tidak baku dengan menggunakan
menggunakan benda/situasi benda/situasi konkret
konkret
3.9 Membandingkan panjang, 4.9 Mengurutkan benda/kejadian/
berat, lamanya waktu, dan suhu keadaan berdasarkan panjang,
menggunakan benda/situasi berat, lamanya waktu, dan suhu
konkret

151
KELAS: II

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dalam bahasa yang jelas dan logis,
(mendengar, melihat, membaca) dalam karya yang estetis, dalam
dan menanya berdasarkan rasa gerakan yang mencerminkan anak
ingin tahu tentang dirinya, sehat, dan dalam tindakan yang
makhluk ciptaan Tuhan dan mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda beriman dan berakhlak mulia
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan makna bilangan 4.1 Membaca dan menyajikan
cacah dan menentukan bilangan cacah dan lambangnya
lambangnya berdasarkan nilai berdasarkan nilai tempat dengan
tempat dengan menggunakan menggunakan model konkret
model konkret serta cara
membacanya
3.2 Membandingkan dua bilangan 4.2 Mengurutkan bilangan- bilangan
cacah dari bilangan terkecil ke bilangan
terbesar atau sebaliknya
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan penjumlahan dan pengurangan
bilangan yang melibatkan bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan bilangan cacah sampai dengan
999 dalam kehidupan sehari- 999 dalam kehidupan sehari-hari
hari serta mengaitkan serta mengaitkan penjumlahan
penjumlahan dan pengurangan dan pengurangan
3.4 Menjelaskan perkalian dan 4.4 Menyelesaikan masalah perkalian
pembagian yang melibatkan dan pembagian yang melibatkan
bilangan cacah dengan hasil bilangan cacah dengan hasil kali
kali sampai dengan 100 dalam sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian dan mengaitkan perkalian dan
pembagian pembagian

152
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan nilai dan 4.5 Mengurutkan nilai mata uang
kesetaraan pecahan mata serta mendemonstrasikan
uang berbagai kesetaraan pecahan
mata uang
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Melakukan pengukuran panjang
panjang (termasuk jarak), (termasuk jarak), berat, dan
berat, dan waktu dalam waktu dalam satuan baku, yang
satuan baku, yang berkaitan berkaitan dengan kehidupan
dengan kehidupan sehari-hari sehari-hari
3.7 Menjelaskan pecahan ⁄ , ⁄ 4.7 Menyajikan pecahan ⁄ , ⁄ ,
, dan ⁄ menggunakan benda- dan ⁄ yang bersesuaian dengan
benda konkret dalam bagian dari keseluruhan suatu
kehidupan sehari-hari benda konkret dalam kehidupan
sehari-hari
3.8 Menjelaskan ruas garis 4.8 Mengidentifikasi ruas garis
dengan menggunakan model dengan menggunakan model
konkret bangun datar dan konkret bangun datar dan
bangun ruang bangun ruang
3.9 Menjelaskan bangun datar 4.9 Mengklasifikasi bangun datar
dan bangun ruang dan bangun ruang berdasarkan
berdasarkan ciri-cirinya ciri-cirinya
3.10 Menjelaskan pola barisan 3.10 Memprediksi pola barisan
bangun datar dan bangun bangun datar dan bangun ruang
ruang

153
KELAS: III

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dalam bahasa yang jelas dan logis,
(mendengar, melihat, membaca) dalam karya yang estetis, dalam
dan menanya berdasarkan rasa gerakan yang mencerminkan anak
ingin tahu tentang dirinya, sehat, dan dalam tindakan yang
makhluk ciptaan Tuhan dan mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda beriman dan berakhlak mulia
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi 4.1 Menyelesaikan masalah yang
hitung pada bilangan cacah melibatkan penggunaan sifat-sifat
operasi hitung pada bilangan
cacah
3.2 Menjelaskan bilangan cacah 4.2 Menggunakan bilangan cacah dan
dan pecahan sederhana (seperti pecahan sederhana (seperti ⁄ ,
⁄ , ⁄ , dan ⁄ ) yang disajikan ⁄ , dan ⁄ ) yang disajikan pada
pada garis bilangan garis bilangan
3.3 Menyatakan suatu bilangan 4.3 Menilai apakah suatu bilangan
sebagai jumlah, selisih, hasil dapat dinyatakan sebagai jumlah,
kali, atau hasil bagi dua selisih, hasil kali, atau hasil bagi
bilangan cacah dua bilangan cacah
3.4 Menggeneralisasi ide pecahan 4.4 Menyajikan pecahan sebagai
sebagai bagian dari bagian dari keseluruhan
keseluruhan menggunakan menggunakan benda-benda
benda-benda konkret konkret
3.5 Menjelaskan dan melakukan 4.5 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan penjumlahan dan pengurangan
pecahan berpenyebut sama pecahan berpenyebut sama
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
lama waktu suatu kejadian berkaitan lama waktu suatu
berlangsung kejadian berlangsung

154
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Mendeskripsikan dan 4.7 Menyelesaikan masalah yang
menentukan hubungan antar berkaitan dengan hubungan
satuan baku untuk panjang, antar satuan baku untuk panjang,
berat, dan waktu yang berat, dan waktu yang umumnya
umumnya digunakan dalam digunakan dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari sehari-hari
3.8 Menjelaskan dan menentukan 4.8 Menyelesaikan masalah luas dan
luas dan volume dalam satuan volume dalam satuan tidak baku
tidak baku dengan dengan menggunakan benda
menggunakan benda konkret konkret
3.9 Menjelaskan simetri lipat dan 4.9 Mengidentifikasi simetri lipat
simetri putar pada bangun dan simetri putar pada bangun
datar menggunakan benda datar menggunakan benda
konkret konkret
3.10 Menjelaskan dan menentukan 4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
keliling bangun datar masalah yang berkaitan dengan
keliling bangun datar
3.11 Menjelaskan sudut, jenis 4.11 Mengidentifikasi jenis sudut
sudut (sudut siku-siku, sudut (sudut siku-siku, sudut lancip,
lancip, dan sudut tumpul), dan sudut tumpul), dan satuan
dan satuan pengukuran tidak pengukuran tidak baku
baku
3.12 Menganalisis berbagai 4.12 Mengelompokkan berbagai
bangun datar berdasarkan bangun datar berdasarkan sifat-
sifat-sifat yang dimiliki sifat yang dimiliki
3.13 Menjelaskan data berkaitan 4.13 Menyajikan data berkaitan
dengan diri peserta didik dengan diri peserta didik yang
yang disajikan dalam diagram disajikan dalam diagram gambar
gambar

155
KELAS: IV

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan dalam bahasa yang jelas dan logis,
menanya berdasarkan rasa ingin dalam karya yang estetis, dalam
tahu tentang dirinya, makhluk gerakan yang mencerminkan anak
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, sehat, dan dalam tindakan yang
dan benda-benda yang mencerminkan perilaku anak
dijumpainya di rumah, di beriman dan berakhlak mulia
sekolah, dan tempat bermain

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan 4.1 Mengidentifikasi pecahan-
senilai dengan gambar dan pecahan senilai dengan gambar
model konkret dan model konkret
3.2 Menjelaskan berbagai bentuk 4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk
pecahan (biasa, campuran, pecahan (biasa, campuran,
desimal, dan persen) dan desimal, dan persen) dan
hubungan di antaranya hubungan di antaranya
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah
penaksiran dari jumlah, selisih, penaksiran dari jumlah, selisih,
hasil kali, dan hasil bagi dua hasil kali, dan hasil bagi dua
bilangan cacah maupun bilangan cacah maupun pecahan
pecahan dan desimal dan desimal
3.4 Menjelaskan faktor dan 4.4 Mengidentifikasi faktor dan
kelipatan suatu bilangan kelipatan suatu bilangan
3.5 Menjelaskan bilangan prima 4.5 Mengidentifikasi bilangan prima
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
faktor persekutuan, faktor berkaitan dengan faktor
persekutuan terbesar (FPB), persekutuan, faktor persekutuan
kelipatan persekutuan, dan terbesar (FPB), kelipatan
kelipatan persekutuan terkecil persekutuan, dan kelipatan
(KPK) dari dua bilangan persekutuan terkecil (KPK) dari
berkaitan dengan kehidupan dua bilangan berkaitan dengan
sehari-hari kehidupan sehari-hari
3.7 Menjelaskan dan melakukan 4.7 Menyelesaikan masalah
pembulatan hasil pengukuran pembulatan hasil pengukuran
panjang dan berat ke satuan panjang dan berat ke satuan
terdekat terdekat

156
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis sifat-sifat 4.8 Mengidentifikasi sifat-sifat
segibanyak beraturan dan segibanyak beraturan dan
segibanyak tidak beraturan segibanyak tidak beraturan
3.9 Menjelaskan dan menentukan 4.9 Menyelesaikan masalah
keliling dan luas persegi, berkaitan dengan keliling dan
persegi panjang, dan segitiga luas persegi, persegi panjang,
serta hubungan pangkat dua dan segitiga termasuk
dengan akar pangkat dua melibatkan pangkat dua dengan
akar pangkat dua
3.10 Menjelaskan hubungan antar 4.10 Mengidentifikasi hubungan
garis (sejajar, berpotongan, antar garis (sejajar, berpotongan,
berhimpit) menggunakan berhimpit) menggunakan model
model konkret konkret
3.11 Menjelaskan data diri peserta 4.11 Mengumpulkan data diri peserta
didik dan lingkungannya didik dan lingkungannya yang
yang disajikan dalam bentuk menyajikan dalam bentuk
diagram batang diagram batang
3.12 Menjelaskan dan menentukan 4.12 Mengukur sudut pada bangun
ukuran sudut pada bangun datar dalam satuan baku dengan
datar dalam satuan baku menggunakan busur derajat
dengan menggunakan busur
derajat
3.13 Menjelaskan data berkaitan 4.13 Menyajikan data berkaitan
dengan diri peserta didik dengan diri peserta didik yang
yang disajikan dalam diagram disajikan dalam diagram gambar
gambar

157
KELAS: V

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan dalam bahasa yang jelas dan logis,
menanya berdasarkan rasa ingin dalam karya yang estetis, dalam
tahu tentang dirinya, makhluk gerakan yang mencerminkan anak
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, sehat, dan dalam tindakan yang
dan benda-benda yang mencerminkan perilaku anak
dijumpainya di rumah, di beriman dan berakhlak mulia
sekolah, dan tempat bermain

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan dan melakukan 4.1 Menyelesaikan masalah yang
penjumlahan dan pengurangan berkaitan dengan penjumlahan
dua pecahan dengan penyebut dan pengurangan dua pecahan
berbeda dengan penyebut berbeda
3.2 Menjelaskan dan melakukan 4.2 Menyelesaikan masalah yang
perkalian dan pembagian berkaitan dengan perkalian dan
pecahan dan desimal pembagian pecahan dan desimal
3.3 Menjelaskan perbandingan dua 4.3 Menyelesaikan masalah yang
besaran yang berbeda berkaitan dengan perbandingan
(kecepatan sebagai dua besaran yang berbeda
perbandingan jarak dengan (kecepatan, debit)
waktu, debit sebagai
perbandingan volume dan
waktu)
3.4 Menjelaskan skala melalui 4.4 Menyelesaikan masalah yang
denah berkaitan dengan skala pada
denah
3.5 Menjelaskan dan menentukan 4.5 Menyelesaikan masalah yang
volume bangun ruang dengan berkaitan dengan volume bangun
menggunakan satuan volume ruang dengan menggunakan
(seperti kubus satuan) serta satuan volume (seperti kubus
hubungan pangkat tiga dengan satuan) melibatkan pangkat tiga
akar pangkat tiga dengan akar pangkat tiga
3.6 Menjelaskan dan menemukan 4.6 Membuat jaring-jaring bangun
jaring-jaring bangun ruang ruang sederhana (kubus dan
sederhana (kubus dan balok) balok)

158
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Menjelaskan data yang 4.7 Menganalisis data yang berkaitan
berkaitan dengan diri peserta dengan diri peserta didik atau
didik atau lingkungan sekitar lingkungan sekitar serta cara
serta cara pengumpulannya pengumpulannya
3.8 Menjelaskan penyajian data 4.8 Mengorganisasikan dan
yang berkaitan dengan diri menyajikan data yang berkaitan
peserta didik dan dengan diri peserta didik dan
membandingkan dengan data membandingkan dengan data dari
dari lingkungan sekitar dalam lingkungan sekitar dalam bentuk
bentuk daftar, tabel, diagram daftar, tabel, diagram gambar
gambar (piktogram), diagram (piktogram), diagram batang, atau
batang, atau diagram garis diagram garis

159
KELAS: VI

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati, dalam bahasa yang jelas dan logis,
menanya, dan mencoba dalam karya yang estetis, dalam
berdasarkan rasa ingin tahu gerakan yang mencerminkan anak
tentang dirinya, makhluk ciptaan sehat, dan dalam tindakan yang
Tuhan dan kegiatannya, dan mencerminkan perilaku anak
benda-benda yang dijumpainya beriman dan berakhlak mulia
di rumah, di sekolah, dan tempat
bermain

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan bilangan bulat 4.1 Menggunakan konsep bilangan
negatif (termasuk bulat negatif (termasuk
menggunakan garis bilangan) menggunakan garis bilangan)
untuk menyatakan situasi sehari-
hari
3.2 Menjelaskan dan melakukan 4.2 Menyelesaikan masalah yang
operasi penjumlahan, berkaitan dengan operasi
pengurangan, perkalian dan penjumlahan, pengurangan,
pembagian yang melibatkan perkalian dan pembagian yang
bilangan bulat negatif melibatkan bilangan bulat negatif
dalam kehidupan sehari-hari
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah yang
operasi hitung campuran yang berkaitan dengan operasi hitung
melibatkan bilangan cacah, campuran yang melibatkan
pecahan, dan/atau desimal bilangan cacah, pecahan, dan/atau
dalam berbagai bentuk sesuai desimal dalam berbagai bentuk
urutan operasi sesuai urutan operasi
3.4 Menjelaskan titik pusat, jari- 4.4 Mengidentifikasi titik pusat, jari-
jari, diameter, busur, tali busur, jari, diameter, busur, tali busur,
tembereng, dan juring tembereng, dan juring
3.5 Menjelaskan taksiran keliling 4.5 Menaksir keliling dan luas
dan luas lingkaran lingkaran serta menggunakannnya
untuk menyelesaikan masalah

160
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 Membandingkan prisma, 4.6 Mengidentifikasi prisma, tabung,
tabung, limas, kerucut, dan limas, kerucut, dan bola
bola
3.7 Menjelaskan bangun ruang 4.7 Mengidentifikasi bangun ruang
yang merupakan gabungan dari yang merupakan gabungan dari
beberapa bangun ruang, serta beberapa bangun ruang, serta luas
luas permukaan dan permukaan dan volumenya
volumenya
3.8 Menjelaskan dan 4.8 Menyelesaikan masalah yang
membandingkan modus, berkaitan dengan modus, median,
median, dan mean dari data dan mean dari data tunggal untuk
tunggal untuk menentukan menentukan nilai mana yang
nilai mana yang paling tepat paling tepat mewakili data
mewakili data

161
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap


spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghargai dan menghayati


ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran,
gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan
dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

KELAS: VII

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji
(faktual, konseptual, dan dalam ranah konkret
prosedural) berdasarkan rasa (menggunakan, mengurai,
ingin tahunya tentang ilmu merangkai, memodifikasi, dan
pengetahuan, teknologi, seni, membuat) dan ranah abstrak
budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung,
kejadian tampak mata menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori

162
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan dan menentukan 4.1 Menyelesaikan masalah yang
urutan pada bilangan bulat berkaitan dengan urutan beberapa
(positif dan negatif) dan bilangan bulat dan pecahan
pecahan (biasa, campuran, (biasa, campuran, desimal,
desimal, persen) persen)
3.2 Menjelaskan dan melakukan 4.2 Menyelesaikan masalah yang
operasi hitung bilangan bulat berkaitan dengan operasi hitung
dan pecahan dengan bilangan bulat dan pecahan
memanfaatkan berbagai sifat
operasi
3.3 Menjelaskan dan menentukan 4.3 Menyelesaikan masalah yang
representasi bilangan dalam berkaitan dengan bilangan dalam
bentuk bilangan berpangkat bentuk bilangan berpangkat bulat
bulat positif dan negatif positif dan negatif
3.4 Menjelaskan himpunan, 4.4 Menyelesaikan masalah
himpunan bagian, himpunan kontekstual yang berkaitan
semesta, himpunan kosong, dengan himpunan, himpunan
komplemen himpunan, dan bagian, himpunan semesta,
melakukan operasi biner pada himpunan kosong, komplemen
himpunan menggunakan himpunan, dan operasi biner pada
masalah kontekstual himpunan
3.5 Menjelaskan bentuk aljabar 4.5 Menyelesaikan masalah yang
dan melakukan operasi pada berkaitan dengan bentuk aljabar
bentuk aljabar (penjumlahan, dan operasi pada bentuk aljabar
pengurahan, perkalian, dan
pembagian)
3.6 Menjelaskan persamaan dan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
pertidaksamaan linear satu berkaitan dengan persamaan dan
variabel dan penyelesaiannya pertidaksamaan linear satu
variabel
3.7 Menjelaskan rasio dua besaran 4.7 Menyelesaikan masalah yang
(satuannya sama dan berbeda) berkaitan dengan rasio dua
besaran (satuannya sama dan
berbeda)
3.8 Membedakan perbandingan 4.8 Menyelesaikan masalah yang
senilai dan berbalik nilai berkaitan dengan perbandingan
dengan menggunakan tabel senilai dan berbalik nilai
data, grafik, dan persamaan

163
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.9 Mengenal dan menganalisis 4.9 Menyelesaikan masalah yang
berbagai situasi terkait berkaitan dengan aritmetika
aritmetika sosial (penjualan, sosial (penjualan, pembelian,
pembelian, potongan, potongan, keuntungan, kerugian,
keuntungan, kerugian, bunga bunga tunggal, persentase,
tunggal, persentase, bruto, bruto, neto, tara)
neto, tara)
3.10 Menganalisis hubungan antar 4.10 Menyelesaikan masalah yang
sudut sebagai akibat dari dua berkaitan dengan hubungan
garis sejajar yang dipotong antar sudut sebagai akibat dari
oleh garis transversal dua garis sejajar yang dipotong
oleh garis transversal
3.11 Mengaitkan rumus keliling 4.11 Menyelesaikan masalah
dan luas untuk berbagai jenis kontekstual yang berkaitan
segiempat (persegi, persegi dengan luas kan keliling
panjang, belah ketupat, segiempat (persegi, persegi
jajargenjang, trapesium, dan panjang, belah ketupat,
layang-layang) dan segitiga jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga
3.12 Menganalisis hubungan 4.12 Menyajikan dan menafsirkan
antara data dengan cara data dalam bentuk tabel,
penyajiannya (tabel, diagram diagram garis, diagram batang,
garis, diagram batang, dan dan diagram lingkaran
diagram lingkaran)

164
KELAS: VIII

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji
(faktual, konseptual, dan dalam ranah konkret
prosedural) berdasarkan rasa (menggunakan, mengurai,
ingin tahunya tentang ilmu merangkai, memodifikasi, dan
pengetahuan, teknologi, seni, membuat) dan ranah abstrak
budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung,
kejadian tampak mata menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Membuat generalisasi dari pola 4.1 Menyelesaikan masalah yang
pada barisan bilangan dan berkaitan dengan pola pada
barisan konfigurasi objek barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek
3.2 Menjelaskan kedudukan titik 4.2 Menyelesaikan masalah yang
dalam bidang koordinat berkaitan dengan kedudukan titik
Kartesius yang dihubungkan dalam bidang koordinat Kartesius
dengan masalah kontekstual
3.3 Mendeskripsikan dan 4.3 Menyelesaikan masalah yang
menyatakan relasi dan fungsi berkaitan dengan relasi dan fungsi
dengan menggunakan berbagai dengan menggunakan berbagai
representasi (kata-kata, tabel, representasi
grafik, diagram, dan
persamaan)
3.4 Menganalisis fungsi linear 4.4 Menyelesaikan masalah
(sebagai persamaan garis lurus) kontekstual yang berkaitan
dan menginterpretasikan dengan fungsi linear sebagai
grafiknya yang dihubungkan persamaan garis lurus
dengan masalah kontekstual
3.5 Menjelaskan sistem persamaan 4.5 Menyelesaikan masalah yang
linear dua variabel dan berkaitan dengan sistem
penyelesaiannya yang persamaan linear dua variabel
dihubungkan dengan masalah
kontekstual

165
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan dan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
membuktikan teorema berkaitan dengan teorema
Pythagoras dan tripel Pythagoras dan tripel Pythagoras
Pythagoras
3.7 Menjelaskan sudut pusat, 4.7 Menyelesaikan masalah yang
sudut keliling, panjang busur, berkaitan dengan sudut pusat,
dan luas juring lingkaran, sudut keliling, panjang busur,
serta hubungannya dan luas juring lingkaran, serta
hubungannya
3.8 Menjelaskan garis singgung 4.8 Menyelesaikan masalah yang
persekutuan luar dan berkaitan dengan garis singgung
persekutuan dalam dua persekutuan luar dan
lingkaran dan cara persekutuan dalam dua
melukisnya lingkaran
3.9 Membedakan dan 4.9 Menyelesaikan masalah yang
menentukan luas permukaan berkaitan dengan luas
dan volume bangun ruang sisi permukaan dan volume bangun
datar (kubus, balok, prisma, ruang sisi datar (kubus, balok,
dan limas) prisma, dan limas), serta
gabungannya
3.10 Menganalisis data 4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
berdasarkan distribusi data, masalah yang berkaitan dengan
nilai rata-rata, median, distribusi data, nilai rata-rata,
modus, dan sebaran data median, modus, dan sebaran
untuk mengambil keputusan, data untuk mengambil
dan membuat prediksi keputusan, dan membuat
prediksi
3.11 Menjelaskan peluang empirik 4.11 Menyelesaikan masalah yang
dan teoritik suatu kejadian berkaitan dengan peluang
dari suatu percobaan empirik dan teoritik suatu
kejadian dari suatu percobaan

166
KELAS: IX

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji
(faktual, konseptual, dan dalam ranah konkret
prosedural) berdasarkan rasa (menggunakan, mengurai,
ingin tahunya tentang ilmu merangkai, memodifikasi, dan
pengetahuan, teknologi, seni, membuat) dan ranah abstrak
budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung,
kejadian tampak mata menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan dan melakukan 4.1 Menyelesaikan masalah yang
operasi bilangan berpangkat berkaitan dengan sifat-sifat
bilangan rasional dan bentuk operasi bilangan berpangkat bulat
akar, serta sifat-sifatnya dan bentuk akar
3.2 Menjelaskan persamaan 4.2 Menyelesaikan masalah yang
kuadrat dan karakteristiknya berkaitan dengan persamaan
berdasarkan akar-akarnya serta kuadrat
cara penyelesaiannya
3.3 Menjelaskan fungsi kuadrat 4.3 Menyajikan fungsi kuadrat
dengan menggunakan tabel, dengan menggunakan tabel,
persamaan, dan grafik persamaan, dan grafik
3.4 Menjelaskan hubungan anrara 4.4 Menyajikan dan menyelesaikan
koefisien dan diskriminan masalah kontekstual dengan
fungsi kuadrat dengan menggunakan sifat-sifat fungsi
grafiknya kuadrat
3.5 Menjelaskan transformasi 4.5 Menyelesaikan masalah
geometri (refleksi, translasi, kontekstual yang berkaitan
rotasi, dan dilatasi) yang dengan transformasi geometri
dihubungkan dengan masalah (refleksi, translasi, rotasi, dan
kontekstual dilatasi)
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
kesebangunan dan berkaitan dengan kesebangunan
kekongruenan antar bangun dan kekongruenan antar bangun
datar datar

167
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Membuat generalisasi luas 4.7 Menyelesaikan masalah
permukaan dan volume kontekstual yang berkaitan
berbagai bangun ruang sisi dengan luas permukaan dan
lengkung (tabung, kerucut, volume berbagai bangun ruang
dan bola) sisi lengkung (tabung, kerucut,
dan bola), serta gabungan
beberapa bangun ruang sisi
lengkung

168
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika

SMA/MA/SMK/MAK

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap


spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghargai dan mengamalkan


ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

169
KELAS: X

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan dalam ranah konkret dan ranah
faktual, konseptual, dan abstrak terkait dengan
prosedural berdasarkan rasa pengembangan yang dipelajari di
ingin tahunya tentang ilmu sekolah secara mandiri, dan mampu
pengetahuan, teknologi, seni, menggunakan metoda sesuai
budaya, dan humaniora dengan kaidah keilmuan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Mengintepretasi persamaan 4.1 Menyelesaikan masalah yang
dan pertidaksamaan nilai berkaitan dengan persamaan dan
mutlak dari bentuk linear satu pertidaksamaan nilai mutlak dari
variabel dengan persamaan dan bentuk linear satu variabel
pertidaksamaan linear Aljabar
lainnya
3.2 Menjelaskan dan menentukan 4.2 Menyelesaikan masalah yang
penyelesaian pertidaksamaan berkaitan dengan pertidaksamaan
rasional dan irasional satu rasional dan irasional satu
variabel variabel
3.3 Menyusun sistem persamaan 4.3 Menyelesaikan masalah
linear tiga variabel dari kontekstual yang berkaitan
masalah kontekstual dengan persamaan linear tiga
variabel
3.4 Menjelaskan dan menentukan 4.4 Menyajikan dan menyelesaikan
penyelesaian sistem masalah yang berkaitan dengan
pertidaksamaan dua variabel sistem pertidaksamaan dua
(linear-kuadrat dan kuadrat- variabel (linear-kuadrat dan
kuadrat) kuadrat-kuadrat)

170
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan dan menentukan 4.5 Menganalisa karakteristik
fungsi (terutama fungsi masing-masing grafik (titik
linear, fungsi kuadrat, dan potong dengan sumbu, titik
fungsi irasional) secara puncak, asimtot) dan perubahan
formal yang meliputi notasi, grafik fungsinya akibat
daerah asal, daerah hasil, dan transformasi , ,
ekspresi simbolik, serta dsb
sketsa grafiknya
3.6 Menjelaskan operasi 4.6 Menyelesaikan masalah yang
komposisi pada fungsi dan berkaitan dengan operasi
operasi invers pada fungsi komposisi dan operasi invers
invers serta sifat-sifatnya suatu fungsi
serta menentukan
eksistensinya
3.7 Menjelaskan rasio 4.7 Menyelesaikan masalah
trigonometri (sinus, cosinus, kontekstual yang berkaitan
tangen, cosecan, secan, dan dengan rasio trigonometri
cotangen) pada segitiga siku- (sinus, cosinus, tangen, cosecan,
siku secan, dan cotangen) pada
segitiga siku-siku
3.8 Menggeneralisasi rasio 4.8 Menyelesaikan masalah
trigonometri untuk sudut- kontekstual yang berkaitan
sudut di berbagai kuadran dan dengan rasio trigonometri sudut-
sudut-sudut berelasi sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi
3.9 Menjelaskan aturan sinus dan 4.9 Menyelesaikan masalah yang
cosinus berkaitan dengan aturan sinus
dan cosinus
3.10 Menjelaskan fungsi 4.10 Menganalisa perubahan grafik
trigonometri dengan fungsi trigonometri akibat
menggunakan lingkaran perubahan pada konstanta pada
satuan fungsi

171
KELAS: XI

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan dalam ranah konkret dan ranah
faktual, konseptual, prosedural, abstrak terkait dengan
dan metakognitif berdasarkan pengembangan yang dipelajari di
rasa ingin tahunya tentang ilmu sekolah secara mandiri, dan mampu
pengetahuan, teknologi, seni, menggunakan metoda sesuai
budaya, dan humaniora dengan kaidah keilmuan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Menjelaskan metode 4.1 Menggunakan metode
pembuktian pernyataan pembuktian induksi matematika
matematika berupa barisan, untuk menguji pernyataan
ketidaksamaan, keterbagian, matematis berupa barisan,
dengan induksi matematika ketidaksamaan, keterbagian
3.2 Menjelaskan program linear 4.2 Menyelesaikan masalah
dua variabel dan metode kontekstual yang berkaitan
penyelesaiannya dengan dengan program linear dua
menggunakan masalah variabel
kontekstual
3.3 Menjelaskan matriks dan 4.3 Menyelesaikan masalah
kesamaan matriks dengan kontekstual yang berkaitan
menggunakan masalah dengan matriks dan operasinya
kontekstual dan melakukan
operasi pada matriks yang
meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian skalar,
dan perkalian, serta transpose

172
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.4 Menganalisis sifat-sifat 4.4 Menyelesaikan masalah yang
determinan dan invers berkaitan dengan determinan
matriks berordo 2x2 dan 3x3 dan invers matriks berordo 2x2
dan 3x3
3.5 Menganalisis dan 4.5 Menyelesaikan masalah yang
membandingkan transformasi berkaitan dengan matriks
dan komposisi transformasi transformasi geometri (translasi,
dengan menggunakan matriks refleksi, dilatasi, dan rotasi)
3.6 Menggeneralisasi pola 4.6 Menggunakan pola barisan
bilangan dan jumlah pada aritmetika atau geometri untuk
barisan Aritmetika dan menyajikan dan menyelesaikan
Geometri masalah kontekstual (termasuk
pertumbuhan, peluruhan, bunga
majemuk, dan anuitas)
3.7 Menjelaskan limit fungsi 4.7 Menyelesaikan masalah yang
aljabar (fungsi polinom dan berkaitan dengan limit fungsi
fungsi rasional) secara intuitif aljabar
dan sifat-sifatnya, serta
menentukan eksistensinya
3.8 Menjelaskan sifat-sifat 4.8 Menyelesaikan masalah yang
turunan fungsi aljabar dan berkaitan dengan turunan fungsi
menentukan turunan fungsi aljabar
aljabar menggunakan definisi
atau sifat-sifat turunan fungsi
3.9 Menganalisis keterkaitannya 4.9 Menggunakan turunan pertama
turunan pertama fungsi fungsi untuk menentukan titik
dengan nilai maksimum, nilai maksimum, titik minimum, dan
minimum, dan selang selang kemonotonan fungsi,
kemonotonan fungsi, serta serta kemiringan garis singgung
kemiringan garis singgung kurva, persamaan garis
kurva singgung, dan garis normal
kurva berkaitan dengan masalah
kontekstual
3.10 Mendeskripsikan integral tak 4.10 Menyelesaikan masalah yang
tentu (anti turunan) fungsi berkaitan dengan integral tak
aljabar dan menganalisis tentu (anti turunan) fungsi
sifat-sifatnya berdasarkan aljabar
sifat-sifat turunan fungsi

173
KELAS: XII

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai


berikut ini:

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis dan mengevaluasi dalam ranah konkret dan ranah
pengetahuan faktual, konseptual, abstrak terkait dengan
prosedural, dan metakognitif pengembangan yang dipelajari di
berdasarkan rasa ingin tahunya sekolah secara mandiri, dan
tentang ilmu pengetahuan, mampu menggunakan metoda
teknologi, seni, budaya, dan sesuai kaidah keilmuan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


3.1 Mendeskripsikan jarak dalam 4.1 Menentukan jarak dalam ruang
ruang (antar titik, titik ke garis, (antar titik, titik ke garis, dan titik
dan titik ke bidang) ke bidang)
3.2 Menentukan dan menganalisis 4.2 Menyelesaikan masalah yang
ukuran pemusatan dan berkaitan dengan penyajian data
penyebaran data yang hasil pengukuran dan pencacahan
disajikan dalam bentuk tabel dalam bentuk tabel distribusi
distribusi frekuensi dan frekuensi dan histogram
histogram
3.3 Menganalisis aturan 4.3 Menyelesaikan masalah
pencacahan (aturan kontekstual yang berkaitan
penjumlahan, aturan perkalian, dengan kaidah pencacahan (aturan
permutasi, dan kombinasi) penjumlahan, aturan perkalian,
melalui masalah kontekstual permutasi, dan kombinasi)
3.4 Mendeskripsikan dan 4.4 Menyelesaikan masalah yang
menentukan peluang kejadian berkaitan dengan peluang
majemuk (peluang kejadian- kejadian majemuk (peluang
kejadian saling bebas, saling kejadian-kejadian saling bebas,
lepas, dan kejadian bersyarat) saling lepas, dan kejadian
dari suatu percobaan acak bersyarat)

174
Lampiran 11.
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Proses wawancara ke-1 Proses wawancara ke-1

Informan memegang keris yang Proses wawancara ke-2


biasa dipakai dalam peragaan silat

Foto kedua informan Berfoto bersama informan

175
176
NAMA KELAS
....................... ...............
...
Peneliti mengucapkan puji syukur kepada Allah ‫ﷻ‬. yang telah memberikan

rahmat, dan karunia-Nya sehingga Lembar Kerja Peserta Didik dalam Konteks
Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan terbaik, Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. sebagai motivator dalam menuntut ilmu di jalan Allah ‫ﷻ‬.

Lembar Kerja Peserta Didik merupakan lembaran berisi petunjuk, langkah-


langkah dan tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai. Lembar Kerja Peserta Didik dalam Konteks
Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau materi Sudut merupakan lembar kerja
yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan cara
menemukan jawahan dari permasalahan yang diberikan. Lembar Kerja Peserta Didik
ini dirancang dengan melibatkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual)
agar peserta didik dapat memahami dengan mudah. Adapun penyajian Lembar Kerja
Peserta Didik ini dimulai dengan pemaparan materi secara singkat dilengkapi
dengan aktivitas dan soal-soal dalam Konteks Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan
Riau.
Penulis menyadari bahwa perancangan Lembar Kerja Peserta Didik ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca demi penyempurnaan Lembar Kerja Peserta
Didik ini. Atas perhatian dan kerja samanya, penulis ucapkan terima kasih.

Penyusun,

SUDUT
2
Bagian I. Sudut

Narasi Tokoh Matematika

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

Petunjuk Belajar

Pengertian

Peta Konsep

Bagian II. Mengenal dan Mengidentifikasi


Jenis Sudut

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Ayo Berlatih

DAFTAR PUSTAKA

3
SUDUT
BAGIAN I. SUDUT

Tokoh Matematika

Ecluides (325-265 SM) adalah seorang


matematikawan muslim. Namanya mungkin kurang
terkenal, namun beliau mendapatkan julukan
“Bapak Geometri”, karena menemukan konsep teori
bilangan dan geometri. Alat-alat temua Ecluides
antara lain mistar dan jangka untuk pengukuran
sudut yang dipakai hingga sekarang.

Kompetensi Dasar

3.11 Menjelaskan sudut, jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut
tumpul), dan satuan pengukuran tidak baku

4.11 Mengidentifikasi jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut
tumpul), dan satuan pengukuran tidak baku

Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menentukan jenis-jenis sudut


2. Membuat jenis sudut lancip, siku-siku dan tumpul

Petunjuk Belajar

1. Bacalah tujuan pembelajaran yang terdapat pada LKPD


2. Amati setiap bagian yang dipaparkan pada LKPD
3. Tuliskan jawaban pada titik-titik yang disediakan dengan baik dan
benar
4. Bertanyalah pada guru jika menemui kesulitan

SUDUT
PETA KONSEP

Sudut
Siku-siku

Sudut Sudut
SUDUT
Tumpul Lancip

Sudut
Lurus

SUDUT 5
BAGIAN II. MENGENAL DAN
MENGIDENTIFIKASI JENIS SUDUT

DEFINISI

Tahukah
kamu apa
itu sudut? Sudut terbentuk dari dua buah garis
yang bertemu di titik pangkal yang
saling berimpit. Selain itu sudut juga
diartikan sebagai ruang antara dua
garis lurus yang saling berpotongan.

AYO MENGAMATI

Ayo gerakkan tubuhmu. Berdiri dengan sikap tegak, kedua kaki dilebarkan.
Tekuk kedua tanganmu di depan dadamu, lalu luruskan tanganmu ke
samping secara perlahan. Kemudian tekuk tanganmu kembali dan lakukan
secara berulang-ulang seperti pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Gerakan Menekuk Tangan

Perhatikan kedua tanganmu, bagaimana bentuk kedua tanganmu saat ditekuk


hingga saat meluruskan tanganmu? Apakah ada ruang di antara tangan dan
dadamu?

SUDUT
6
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT

MENGUMPULKAN INFORMASI

Selanjutnya, mari kita mengenali jenis-jenis sudut. Perhatikan gambar


berikut!

Sudut Lurus Sudut Tumpul

Sudut Lancip Sudut Siku-siku

Gambar 2. Jenis-jenis Sudut

Nah, setelah mengetahui jenis-jenis sudut, coba kembali gerakan menekuk


tangan pada gambar 1. Apakah kamu sudah mendapatkan gambaran
mengenai jenis sudut? Coba jelaskan dimana letak setiap sudut di atas pada
gerakan menekuk tangan sebelumnya pada kotak di bawah ini.

Pada gerakan menekuk tangan, saat tangan ______________ di depan

dada terlihat membentuk sudut _________ . Lalu ketika tangan terbuka

dengan tekukan menyerupai huruf ___ terlihat membentuk sudut

_________ . Kemudian tangan terbuka sedikit melebar maka akan

membentuk sudut _________ . Dan terakhir, saat tangan terbuka lurus

7
di samping tubuh, akan terlihat membentuk sudut _________.

SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT

AYO BERLATIH

1. Tentukan jenis dari sudut di bawah ini!

a. b. c.

.................... .................... ....................


d. e. f.

.................... .................... ....................


2. Hubungkanlah titik-titik acak pada kotak di bawah ini, sehingga membentuk
sudut. Titik yang sudah terhubung, tidak dapat dihubungkan kembali. Lalu
hitunglah berapa banyak sudut yang dapat terbentuk! (1 jenis sudut terdiri dari 3
titik)

 Sudut Siku-siku : ...... buah  Sudut Tumpul : ...... buah


 Sudut Lancip : ...... buah  Sudut Lurus : ...... buah

SUDUT
8
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT

Tahukah Kamu?

Pencak Silat adalah olahraga seni dan beladiri asli Indonesia. Pencak Silat
telah ada sejak zaman kerajaan. Hampir setiap daerah di Indonesia
mempunyai seni silatnya masing-masing. Apakah kamu pernah melihat
gerakan seni pencak silat?

AYO MENGAMATI

Sering kita jumpai benda di sekitar kita dengan mempunyai sudut yang
bermacam-macam. Misalnya pada bangunan, permainan, peralatan rumah,
hingga gerak tubuh kita seperti pada contoh sebelumnya. Selanjutnya
perhatikan gambar di bawah ini.

(a) (b) (c)


Gambar 3. Gerakan Seni Pencak Silat

Ketiga gambar di atas merupakan potongan gerakan dari seni pencak silat
Sendeng Cekak yang berasal dari Kepulauan Riau. Gerakan di atas terbagi
atas dua jenis yakni gerakan Hang Jebat (a dan b) dan gerakan Hang Tuah
(c). Apakah ada seni pencak silat dari daerah asalmu?

SUDUT
9
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT

MENGUMPULKAN INFORMASI

Dari gambar gerakan seni pencak silat pada halaman sebelumnya, kita dapat
menemukan beberapa konsep sudut. Perhatikan lebih jelas pada gambar di
bawah ini.

C C
A A

B B

O O

Q Q

P R P R

Pada gambar di atas, kita bisa menggambarkan garis pada bagian tubuh yang
memuat bentuk sudut. Pada posisi tangan kanan, kita dapat menggambarkan
sebuah sudut dan memberinya nama sudut ABC dengan letak sudut pada titik
B, sudut ini berjenis sudut tumpul.

Kemudian jika kita melihat posisi kaki kiri dan kanan, bila kita
menggambarkan garis untuk setiap bagian kaki dan memberikan garis bantu
yang menghubungkan kedua telapak kaki kemudian memberikan nama titik-
titik pertemuan dua garis. Maka kita akan mendapatkan beberapa buah sudut,
yakni sudut POQ dengan letak sudut di titik O dan berjenis sudut tumpul.
Lalu sudut OQR dengan letak sudut di titik Q dan berjenis sudut tumpul.
Untuk penambahan garis bantu dari titik P ke titik R, maka kita akan
menemukan jenis sudut lancip pada sudut OPR dengan letak sudut di titik P
dan sudut siku-siku pada sudut PRQ dengan letak sudut di titik P.

SUDUT

10
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT

MENALAR

Dari contoh penggambaran sudut pada gambar sebelumnya, sudahkah kamu


mengetahui dimanakah letak sudut pada ke dua gerakan seni pencak silat
lainnya?

Tuliskan jawabanmu dan gambarkan letak sudutnya seperti contoh


sebelumnya pada kotak isian di bawah ini.

11
SUDUT
Hari, Agus Budhi Juli, dkk. 2010. Penjasorkes Untuk SD/MI Kelas III. Jakarta:
Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010

Suharjana, Agus. 2018. Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD.


Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika

12
SUDUT
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Rahmat Wastio Wicaksono

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tgl Lahir : Tanjungpinang, 16 Januari 1997

Agama : Islam

Nama Ayah : Harianto

Nama Ibu : Suharni

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

No. HP : 085693665436

Email : rahmatwastiowicaksono@gmail.com

Alamat Domisili : Jalan Kijang Lama Gg. Putri Bangun Sari I No. 7 RT
003/RW 005, Kelurahan Melayu Kota Piring,
Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang

Pendidikan dimulai dari SD Negeri 005 Tanjungpinang Timur pada tahun


2002-2008, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Tanjungpinang pada tahun
2008-2011, dan selanjutnya ke Madrasah Aliyah Darunnajah 2 Cipining pada
tahun 2012-2015.

Pada tahun 2015, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas


Maritim Raja Ali Haji dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai tugas akhir untuk mencapai
derajat Sarjana Pendidikan (S.Pd.), penulis berhasil mempertahankan skripsi
berjudul “Eksplorasi Etnomatematika pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau
sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika”.

187

Anda mungkin juga menyukai