Anda di halaman 1dari 14

KONSEPSI BUDAYA DALAM PERSPEKTIF SAINS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar

Oleh:

Risgar Azis

Siti Hadaynayah Salsabila

Arini Alfa

Ernawati

Dosen Pengajar:

Ir. Ahmad Jubaeli

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT ISLAM SADRA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua berupa
kesehatan, ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “Konsepsi Budaya dalam Perspektif Sains”
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda Rasulullah SAW, yang kita nanti-nantikan syafa’atnya
diakhirat nnti.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


Bapak Dosen dan kepada rekan-rekan yang telah memberi dukungan
dalam penyususnan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini. Jika terdapat kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jakarta,19 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
A. Budaya dan Kebudayaan ..............................................................3
1. Definisi Budaya....................................................................3

2. Definisi Kebudayaan............................................................4

B. Konsepsi Budaya dalam Perspektif Sains ....................................5


1. Definisi Sains.......................................................................5

2. Konsepsi Budaya dalam Perspektif Sains...........................7

BAB III PENUTUP ...............................................................................10


A. Kesimpulan.................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang dikaruniai hal-hal luar


biasa yang membedakan dirinya dengan binatang. Secara lahiriah,
manusia merupakan sebangsa binatang karena memiliki banyak
kesamaan dengan binatang.1 Yaitu pada hal-hal keindraan seperti
melihat, mencium, meraba, dan merasakan sesuatu. Namun,
manusia memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan
binatang. Perbedaannya adalah, manusia dikaruniai akal. akal atau
budi merupakan kekayaan manusia yang paling utama, karena dari
sanalah manusia memiliki kemampuan rasionalitas, spiritualitas
atau kekuatan moral. Ide ini sering digunakan sebagai alasan untuk
memisahkan manusia secara total dari semua ciptaan lain dan
membenarkan dominasi manusia atas mereka.2 Ciri-ciri inilah yang
menentukan sifat manusiawi manusia, yang dikenal sebagai
budaya manusia, yang berkaitan dengan dua hal, yaitu sikap dan
kecenderungan.3 Dengan akal budinya manusia mampu
memikirkan, berkarsa, berasa, dan menciptakan hal-hal yang dapat
menunjang hidupnya.

Sains merupakan ilmu pengetahuan empiris yang


menggunakan metode eksperimental. Sains mengkaji hal-hal yang
nampak secara lahiriah, dan kemudian menganalisis hukum-hukum
yang berlaku didaamnya dengan eksperimen. Sedangkan budaya,
merupakan kajian humaniora yang pada dasarnya sangat bertolak
belakang dengan kajian sains yang empiris. Pada makalah ini,

1
Murtadha muthahhari, “Manusia dan Alam Semesta”. Translated by Hartono
Hadikusumo, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997), 1.
2
Ian G. Barbour. “Menemukan Tuhan dalam dalam Sains Kontemporer dan Agama”.
Translated by Fransiskus Burgias M. (Bandung: Mizan, 2005), 279.
3
Murtadha muthahhari, hlm. 1.
penulis akan mengupas bagaimana konsepsi budaya dalam
perspektif sains.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu budaya?


2. Mengapa ada kebudayaan?
3. Apa itu sains?
4. Bagaimana konsepsi budaya dalam perspektif sains?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui makna budaya.


2. Untuk mengetahui makna kebudayaan.
3. Untuk mengetahui makna sains.
4. Untuk mengetahui konsepsi budaya dalam perspektif sains.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Budaya dan Kebudayaan

1. Definisi Budaya

Dalam sudut bahasa Indonesia budaya berasal dari bahasa


Sanksekerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari budi atau
akal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budi adalah alat
batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk
menimbang baik dan buruk. Budaya dapat dipisahkan sebagai
kata majemuk budi dan daya yang berupa cipta, rasa, karsa, dan
karya.
Prof. M. M. Djojodiguno dalam bukunya Asas-Asas Sosiologi
(1958) mengemukakan:
“Kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa
cipta, karsa, dan rasa.
a) Cipta, yaitu kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia
segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi
pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai
ilmu pengetahuan.
b) Karsa, hasil karsa berupa berupa norma-norma
keagamaan/kepercayaan.
c) Rasa, yaitu kerinduan manusia akan keindahan, sehingga
menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan.
Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk
berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan
kesenian.”4

Manusia dikatakan berbudaya ketika ia mampu menggunakan


akal budinya dengan baik (Djoko Widagdho, 2015).5 Akal dan

4
Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2015. hlm. 24.
5
Djoko Widagdho, hlm. 24.
budi manusia adalah kekayaan manusia yang paling utama. Inilah
yan membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akal
budinya manusia mampu memikirkan, berkarsa, berasa, dan
menciptakan hal-hal yang dapat menunjang hidupnya. Akal dan
budi memunculkan tuntutan hidup manusia yang lebih dari
tuntutan hidup makhluk lain, untuk mencapai kebahagiaan.

Kekayaan manusia dan kesempurnaan manusia dibanding


makhluk lainnya dijelaskan dalam Q.S At-Tiin ayat 4

ٍ‫اﻹﻧْﺴﺎنَ ﻓﻲ أَﺣْ ﺴَﻦِ ﺗَﻘْﻮﯾﻢ‬


ِ ْ ‫ﻟَﻘَ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tiin:4)

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan tentang kesempurnaan


manusia dari segi fisik dan akal untuk berfikir yang berbeda dari
mahluk lainnya. Dalam tafsir6 menyebutkan bahwa llah
menegaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan
kondisi fisik, misalnya hanya manusia yang berdiri tegak
sehingga otaknya bebas untuk berfikir ,yang bisa menghasilkan
ilmu pengetahuan, dan tangannya juga bebas bergerak untuk
merealisasikan ilmunya itu, sehingga melahirkan teknologi.
Bentuk manusia adalah yang paling indah dari semua makhluk-
Nya. Dari segi psikis, hanya manusia yang memiliki pikiran dan
perasaan yang sempurna. Tuhan telah menciptakan manusia
dengan segala kesempurnaan Nya, manusia dikaruniai dengan
akal dan fisik yang sempurna, bahkan manusia dijadikan khalifah
di muka bumi oleh Allah swt.

2. Definisi Kebudayaan

6
Tafsir Kementrian Agama RI.
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan
hasil usaha manusia dengan akal dan budinya berupa segenap
sumber jiwa, yakni cipta, rasa, dan karsa untuk memenuhi
kebutuhannya.7 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
kebudayaan adalah hasil dari budaya. Kebudayaan tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Segala sesuatu yang diciptakan
manusia di bumi ini adalah kebudayaan atau hasil budaya,
khususnya mencakup bidang teknik (hasil cipta), seni (hasil rasa),
dan etika (hasil karsa).8 Potensi cipta, karsa, dan rasa mendorong
manusia menciptakan hal-hal baru untuk memenuhi hajat
hidupnya; baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah makhluk yang


selalu menggunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan. Hakikat kebahagiaan manusia cenderung pada hal-
hal yang baik, benar, dan adil, sehingga dapat dikatakan hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran,
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya.9

Manusia yang berakal sadar akan butuhnya ia terhadap


keamanan, sehingga dengan sarana teknik ia mendirikan
bangunan, jembatan, kendaraan, dan sebagainya. Manusia juga
memiliki kesadaran etis, sehingga cenderung menginginkan
kebahagiaan dan ketentraman dalam bermasayarakat. Selain itu,
manusia juga memiliki aspek estetika untuk mengembangkan
keindahan-keindahan yang tertuang pada bidang kesenian.

B. Konsepsi Budaya dalam Perspektif Sains

1. Definisi Sains

Kata Sains berasal dari kata science, scientia, scine, yang


berarti pengetahuan. Kata tersebut memiliki sinonim dengan kata
7
Djoko Widagdho, hlm. 21.
8
Djoko Widagdho, hlm. 21.
9
Djoko Widagdho, hlm. 24.
logos yang artinya ilmu. Menurut Muhammad Taqi Misbah
Yazdi didalam bukunya Philosophical instruction: an Introduction
to contemporary islamic philosophy, ilmu memiliki beberapa
makna teknis, diantaranya:

a. Ilmu adalah keyakinan yang sesuai dengan kenyataan


b. Kedua ilmu adalah himpunan proposisi yang dianggap
berhubungan satu sama lain, meskipun proposisi-proposisi
itu bersifat personal dan tidak spesifik.
c. Ketiga, ilmu adalah himpunan proposi-proposisi hakiki yang
dapat dibuktikan dengan pengalama indrawi, yang mana
ruang lingkup pengetahuan hakiki dan pasti manusia
dipandang hanya terbatas pada hal yang dapat diindrai dan
bersifat empiris.

Makna sains sebagai ilmu oleh para saintis modern dibatasi


hanya pada pengertian yang ketiga, yaitu sesuatu disebut
pengetahuan ketika bersesuaian dengan fakta realitas eksternal
yang dapat dibuktikan dengan data-data indrawi dan pengalaman.
Sains memegang teguh metode ilmiah yang bedasarkan pada
observasi, klasifikasi, pembuktian fakta-fakta dan penyimpulan
sebagai acuan proses pencapaian kebenaran, atau yang disebut
dengan metode empiris. Yang kedua, sains jugamenggunakan
metode rasionalitas yanng mengagungkan pemikiran manusia
yang logis, menurut akal sehat, akal budi atau nalar. 10

Berbeda dengan pengertian sains dalam islam. Sains berasal


dari kata ‘ilm dalam bahasa arab yang berasal dari akar kata
‘alima ya’lamu ‘ilman yang bermakna mengetahui. Oleh karena
itu sains dapat bersifat universal sekaligus partikular. Karena
mnurutnya tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu
rasional atau filsafat, metafisika, duniawi dan ukhrawi, masing-
masing ilmu, sains dan pengetahuan saling terintegrasi.

10
Humaidi, Paradigma Sains Integratif Al-Farabi, Sadra International Institute,
Jakarta, 2015. hlm. 5.
Pengetahuan atau sains dapat diperoleh melalui akal dan
sekaligus melalui wahyu.

Namun, pada pembahasan makalah ini penulis menekankan


sains berdasarkan perspektif sains modern, yaitu, pengetahuan
yang diakui oleh sains hanya semata-mata pengetahuan yang
rasional dan empiris. Menurut para saintis modern, kebenaran
pengetahuan ditentukan oleh rasio dan indra manusia.11

Sains semata-mata membatasi dirinya dengan objek kajian


yang bersifat materialistis (fisik) dan menolak realitas non fisik
termasuk didalamnya moral manusia. Sains menemukan hukum-
hukum dari eksperimemental saintifik (metode eksperimental).
Ahli sains menggunakan beberapa model untuk mendekati
realitas. Ahli sains merupakan perintis metode ilmiah, yang
menggabungkan eksperimentasi dan hukum-hukum dengan suatu
teori dan sebuah model.12

Prinsip dalam sains memberi andil yang cukup besar bagi


tereliminasinya sistem pengetahuan lain dan sistem kebenaran
lain yang berada diluar jangkauan norma-norma ilmiah itu,
seperti metafisika, seni, tradisi, dan lenih-lebih agama. jika ingin
disebut ilmiah, maka semua bidang itu harus mengikuti patok-
patok ilmiah sebagaimana sains.13

2. Budaya dalam Perspektif Sains

Sains adalah hasil pemikiran manusia yang dibarengi oleh


hasrat ingin tahunya terhadap fenomena alam. Sains adalah suatu
proses untuk menghasilkan pengetahuan empirik melalui
pengetahuan fenomena alam. Sains merupakan hasil usaha

11
Humaidi, hlm. 8.
12
Louis Leahy, Jika Sains Mencari Makna, Kanisius, Yogyakarta, 2006. hlm. 16.
13
Mohammad Muslih, Pengaruh Budaya dan Agama terhadap Sains; sebuah Survey
Kritis, Institut Studi Islam Darussalam Gontor, 2010. hlm. 228
manusia untuk memuaskan hasrat ingin tahunya tentang
bagaimana prinsip kerja alam ini, suatu kumpulan pengetahuan
yang terorganisir yang menjelaskan keteraturan di alam dan
penyebab keteraturan tersebut. Sains merupakan aktivitas yang
terus-menerus yang menggambarkan usaha kolektif, penemuan,
dsn kebijaksanaan manusia.14

Budaya adalah cipta, rasa, dan karsa manusia. Maka, apapun


yang lahir dari kegiatan manusia akan menjadi objek budaya,
termasuk sains. Konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori
sains adalah ciptaan akal budi manusia, bukan hanya hasil dari
observasi-observasi saja. Mereka tidak bisa dicapai lewat proses-
proses otomatis saja. Sains eksperimental menjadi mungkin
berkat kreativitas dan kapasitas berargumentasi yang khas bagi
persona manusiawi. Eksperimen-eksperimen perlu diatur dan
diinterpretasikan.15 Dapat dilihat bahwa sains adalah hasil dari
cipta, karsa, dan rasa atau yang disebut dengan budaya.

Budaya dan sains memiliki kaitan yang erat. Karena sains


adalah hasil pemikiran manusia yang dibarengi oleh hasrat ingin
tahunya terhadap fenomena alam. Oleh karena itu lahirlah
berbagai bidang keilmuan dalam sains. Kemajuan ilmu (dalam
kajian ini: sains) akan mempengaruhi budaya dan pola pikir
masyarakat. Misalnya jika kita lihat pada budaya barat yang
cenderung hedonis, materialistis, dan praktis, itu disebabkan
karena berkembangnya sains modern di kalangan mereka, yang
dimana sains ini memisahkan dirinya dari agama dan cenderung
melihat segala sesuatu dengan sudut pandang materialis.

Sains yang menggunakan metode observasi secara empiris,


jika melihat bagaimana ia mengkonsepsikan budaya, maka yang
dikonsepsikan bukanlah budaya sebagaimana budaya itu sendiri,
melainkan hasil dari budaya yaitu kebudayaan. Karena konsepsi
budaya bukanlah hal-hal lahiriah atau yang nampak, melainkan
14
Efta Yudiarsah dkk. Sains dan metode ilmiah. PPT. Universitas Indonesia, 2011.
15
Louis Leahy, hlm. 93.
sebuah konsep yang berasal dari rasa, karsa, dan cipta manusia.
Sains dapat mengkonsepsikan kebudayaan berdasarkan hal-hal
yang terlihat dari kebudayaan, misalnya seperti tingkah laku
masyarakat, teknologi-teknologi, dan lain.

Sains modern tidak ada kaitannya dengan pengetahuan moral


karena pengetahuan moral tidak absah dan tidak bermakna.
Walaupun tujuan pengetahuan menurut cara pandang modern
adalah untuk memperoleh kebahagiaan, tetapi kebahagian
tersebut terbatas pada kebahagiaan material. Pengetahuan atau
sains modern telah kehilangan makna terdalam mengenai
manusia dan tujuan hidup, kaerna manusia tidak lain kecuali
sebagai mesin. 16

16
Humaidi, hlm. 8.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Budaya adalah budi dan daya yang berupa cipta, rasa, karsa,
dan karya. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan,
dan hasil usaha manusia dengan akal dan budinya berupa segenap
sumber jiwa, yakni cipta, rasa, dan karsa untuk memenuhi
kebutuhannya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kebudayaan
adalah hasil dari budaya.

Makna sains sebagai ilmu oleh para saintis modern dibatasi,


yaitu sesuatu disebut pengetahuan ketika bersesuaian dengan fakta
realitas eksternal yang dapat dibuktikan dengan data-data indrawi
dan pengalaman. Sesuatu dikatakan kebenaran ketika bersifat
rasinal dan empirik. Sains yang menggunakan metode observasi
secara empiris, jika melihat bagaimana ia mengkonsepsikan
budaya, maka yang dikonsepsikan bukanlah budaya sebagaimana
budaya itu sendiri, melainkan hasil dari budaya yaitu kebudayaan.
Karena konsepsi budaya bukanlah hal-hal lahiriah atau yang
nampak, melainkan sebuah konsep yang berasal dari rasa, karsa,
dan cipta manusia. Sains dapat mengkonsepsikan kebudayaan
berdasarkan hal-hal yang terlihat dari kebudayaan, misalnya seperti
tingkah laku masyarakat, teknologi-teknologi, dan lain.

B. Saran

Saran untuk penulis selanjutnya adalah mengkaji dan


memfouskan bagaimana sains modern memandang moral manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surah At-Tiin ayat 4.

Barbour, Ian G. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan


Agama. 2005. Penerjemah: Fransiskus Borgras M. Bandung:
Mizan: Hlm.279,280

Humaidi. Paradigma Sains Integratif al- farabi: pendasaran filosofis


bagi relasi Sains, Filsafat, dan Agama. 2015. Jakarta: Sadra
International Institude

Leahy, Louis. Jika Sains Mencari Makna. 2006. Yogyakarta; Kanisius.

Muslih, Mohammad. Pengaruh Budaya dan Agama Terhadap Sains;


sebuah Survey Kritis. 2010. Institut Studi Islam Darussalam
Gontor. Vol. 6, No. 2, Oktober 2010, Jurnal Tsaqafah.

Muthahhari, Murtadha. Manusia dan Alam Semesta. 1997.


Diterjemahkan Ilyas Hasan. Jakarta: PT Lentera Basritama:
Hlm.1

Nairozle, Muhammad Imran. Sains-Teknologi dan Ilmu Agama


Menurut Bahasa Al-Qur’an dan Hadis. 2018. Universiti
Teknologi Malaysia.

Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia.

Widagdho, Djoko, dkk. Ilmu Budaya Dasar. 2015. Jakarta: Bumi


Aksara.

Yudiarsah, Efta, dkk. Sains dan metode ilmiah. Power Point.


Universitas Indonesia. 2011.

Yulianthi. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. 2015. Yogyakarta: CV. Budi
Utama

Anda mungkin juga menyukai