Disusun Oleh :
Kelas : 5F
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA,
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017
A. LATAR BELAKANG
B. MATEMATIKAWAN MUSLIM
Kuadrat dan akar pangkat dua sama dengan bilangan bulat. Sebagai
contoh: satu kuadrat dan akar pangkat dua dari sepuluh memiliki jumlah sama
dengan sepuluh dirham; dapat dikatakan, bilangan apakahyang menjadi basis
kuadrat, ketika ditambah pangkat sepuluh, dijumlahkan menjadi tiga puluh
sembilan?
Solusi adalah: kita membagi dua bilangan dengan akar pangkat dua,
yang menghasilkan lima. Kemudian dikalikan dengan bilangan itu sendiri
sehingga hasilnya adalah dua puluh lima. Dua puluh lima ditambahkan
dengan tiga puluh sembilan: totalnya menjadi enam puluh empat. Sekarang
jadikan bilangan basis akar, sehingga hasilnya menjadi delapan, kurangkan
dengan akar persamaan kuadrat, sisanya sama dengan tiga. Ini merupakan
akar dari bilangan yang dicari, kuadrat bilangan tersebut adalah sembilan.
(Mohaini Mohamed,2004:209)
Dalam notasi modern, persamaannya sebagai berikut:
x 2+10 x=39
x+ 5= 64=8
x=85=3
x 2=9
Ada tujuh hal yang patut diketahui untuk menelaah karya besar al-
Khawarizmi sebagai sumbangan yang cukup berarti bagi khazanah Islam dan
pengembangan sains dan matematika (Rizqon Halal Syah Aji, 2014)
4. Penemuan nilai simbol phi (), nilai ini menyatakan perbandingan keliling
22
sebuah lingkaran yang dipakai sampai saat ini. Nilai phi ditetapkan 7
b b 24 ac
x 12=
2a
Ibn al-Haytham dilahirkan di Basra Irak. Di dunia barat dia lebih dikenal
dengan nama Alhazen. Ia seorang fisikawan muslim terkemuka, ahli
matematika, astronomi, filosofi dan kedokteran. Oleh Schaaf (1978), dia
dijuluki sebagai Bapak Optik Modern. Salah satu kontribusinya dalam bidang
matematika yaitu argumennya yang didasarkan pada pernyataan benar
namum belum terbukti bahwa setiap nilai prima P membagi (P - 1)! + 1. la juga
memberikan metode dan prosedur guna membangun kotak magis dengan
ukuran tertentu. Dalam tulisannya yang diterjemahkan oleh Rashed (1989),
Ibn al-Haytham menganalisis nilai mutlak. La membuktikan bahwa jika
n ( n+1 ) (2 n+1)
12+ 22+3 2+ +n2=
6
2 2
3 3 3 n ( n+1 )
3
1 + 2 + 3 + +n =
4
Bukti 1:
DZB=ZAD + ZDA
Tetapi DBZ=DZB
DBZ=ZAD+ ZDA
Gambar 3
Sisi AD = Sisi DC
AZD dan CBD adalah sama
Bukti 2:
Buat EZ = EB. Hubungkan DZ dan DB sehingga mereka menjadi sama,
Hubungkan AD, AC, dan DC seperti pada gambar 3.
DBC dan DAC dihadapkan pada busur DC
DBA=DAC=DZE
Gambar 3
DBC=DZA
DAB=DCB
Karena DZ = DB
AZD= DBC
Sehingga AZ = BC
Dengan memperpanjang CB,
DBC=EBM
Jadi DBC=DZA
Dikarenakan kecerdasan dan bidang ilmu pengetahuan al-Biruni yang
luas, seorang penulis Barat Kennedy dalam bukunya The Exact Science
berkomentar: "Minatnya yang luas menjadi contoh ilmuwan yang memiliki
kekuatan intelektual, kritis dan toleransi yang hanya dimiliki oleh seseorang
yang cerdas, baik pada masa dahulu maupun sekarang".( Mohaini Mohamed,
2004:214 )
4. Ghiyath al-Din Abu'l Path Umar Ibn Ibrahim al-Khayyami (1048 - 1131 M)
la seorang ahli matematika, astronomi dan penyair yang lebih popular
dengan nama Omar Khayyam. Ada lebih dari 2000 buku yang ditulis oleh
Omar Khayyam. Satu dari kontribusi matematika yang paling penting,
khususnya geometri, adalah risalahnya yang berjudul Fi shark ma ashkala
min musadarat kitab Uqlidis {Concerning the Difficulties of Euclid's Elements).
Dalam buku I risalahnya, Omar mengkritik teori Euclid tentang garis sejajar,
sedangkan dalam buku II dan III, dia menghubungkan dengan teori
perbandingan dan ukuran.
Pada abad ke 18 Jesuit Geometer, Girolamo Saccheri, yang karyanya
dianggap sebagai langkah pertama dalam geometri non-Euclid, mendasarkan
sebagian besar karyanya atas tulisan Nasir al-Din. Nasir al-Din (1201 - 1274)
adalah ahli matematika ternama Persia ternama yang menjadi pengikut dan
komentator Omar. Sehingga Omar dianggap sebagai pelopor bagi Saccheri
dalam meletakkan dasar geometri non-Euclid.
Untuk menunjukkan pengaruh Omar Khayyam atas karya Saccheri,
perbandingan berikut disajikan dalam simbolisme modern, diperpendek tetapi
tidak diubah di beberapa hal yang perlu. ( Mohaini Mohamed, 2004:214-216 )
Proposisi I
Gambar 4
OMAR KHAYYAM BCD= ADC
AC dan BD terhadap AB dan
AC = BD.
Gambarkan BC dan AD, maka
SACCHERI
ACD=BDC . AC = BD dan sudut A dan B
sama
Omar pertama membuktikan
maka ACD=BDC
bahwa
CAB= DBA . Kemudian Saccheri
Menggambarkan AD dan BC
Untuk membuktikan bahwa
dan membuktikan bahwa
ACD=BDC
CAB= DBA
Dia pertama membuktikan
sehingga
bahwa
ACD=BDC
ACB=BDA dan
Jadi kedua metode di atas mempunyai kemiripan.
Proposisi II
Proposisi ke-2 yang diusulkan Omar dan Saccheri adalah sebagai
berikut:
Gambar 5 Gambar 5
empat persegi panjang ABCD, E titik empat persegi panjang ABCD, H titik
tengah AB, dan EZ terhadap AB, tengah CD, dan M titik tengah AB
Buktikan bahwa CZ = DZ dan bahwa Buktikan bahwa HMA=HMB
Gambar 6
Misalkan DC adalas sebuah garis yang diberikan, A adalah titik di luar
garis dan AB tegak lurus terhadap DC. Gambarkan sembarang garis, misal
AE, dari A ke E pada DC.
EBA adalah sudut siku-siku, dan AEB lebih kecil dari sebuah sudut
siku-siku. Karena AB berhadapan dengan sudut yang lebih kecil dari kedua
sudut tersebut, dan AE berhadapan dengan yang lebih besar maka AB lebih
pendek daripada AE. Sehingga, AB merupakan jarak terpendek dari A ke DC.
(Catalan: Pembuktian proposisi ini serupa dengan penggunaan aturan
sinus)
Proposisi 2:
Jika dua garis tegak lurus yang sama dihubungkan ke sebuah garis
(dan memotongnya), dan titik-titik ujungnya digabungkan, maka sudut (atas
bagian dalam) merupakan sudut-sudut yang sama.
Bukti:
Gambar 7
Misalkan AB dan CD adalah dua garis tegak lurus terhadap BD
sedemikian sehingga AB = CD.
Gambarkan garis AD dan CB yang berpotongan di E.
Dalam segitiga ABD dan BCD, AB = CD dan BD merupakan irisannya.
Karena keduanya merupakan segitiga dengan sudut siku-siku, maka mereka
adalah kongruen.
Sehingga,
AD =BC
BAD=BCD
ADB=CBD
Proposisi 3:
Jika dua garis tegak lurus dihubungkan ke sebuah garis (dan
memotongnya), dan titik-titik ujungnya digabungkan, maka sudut (atas bagian
dalam) merupakan siku-siku.
Bukti:
Gambar 8
Hubungkan dua garis tegak lurus yang sama yaitu AB dan CD ke BD
seperti pada proposisi 2.
Jika BAG dan DCA bukan sudut siku-siku, maka keduanya adalah
sudut tumpul atau lancip.
Pengasumsian Sudut Tumpul:
Antara garis AB dan CD, buat sebuah garis tegak lurus AE ke garis DB.
Kemudian, AED adalah sudut bagian luar dari ABE sehingga AED
lebih besar dari ABE.
Antara garis AE dan CD, buat garis tegak lurus EG pada garis BD.
Kemudian, EGC adalah sudut bagian luar dari EAG. Sehingga EGC lebih
besar dari GAE.
Dengan demikian, EGC adalah tumpul.
Antara garis EG dan CD, buat garis tegak lurus GH pada garis AC, dan
selanjutnya maka garis-garis tegak lurus yang melalui titik-titik yang
ditempatkan pada garis AC, membuat sudut yang sama dengan garis BD;
yaitu AB, GE, FH, berturut-turut bertambah panjangnya dan garis tegak lurus
AB lebih pendek dari yang lainnya.
Karena AEB lebih kecil dari ABE sehingga AE > AB.
Dengan cara yang sama, karena AGE lebih kecil dari GAE sehingga
GE AE.
1 1 1
, , dan .
yakni 2 3 9 Jika menggunakan perhitungan langsung masing-
1 2 8
8 ,5 , dan 1
masing mendapat 2 3 9 , tentunya tidak mungkin dalam
perhitungan unta yang dalam keadaan hidup. Ketika itu Ali bin Abi Thalib ra
menyarankan agar mereka menambahkan 1 ekor unta dengan cara
meminjam kepadanya, sehingga jumlah unta sekarang menjadi 18 ekor.
Alhasil mereka mendapatkan angka bulat yakni 18 ekor sehingga mudah
dalam pembagian. Sehingga masing-masing mereka mendapatkan 9 ekor (
1 1 1
2 bagian), 6 ekor ( 3 bagian) dan 2 ekor ( 9 bagian). Sehingga total
yang dibagikan tetap 17 sehingga satu ekor unta milik Ali bin Abi Thalib ra pun
diambilnya kembali.
Peristiwa ini, menunjukan bahwa kemampuan matematika Ali bin Abi
Thalib ra sungguh luar biasa di masanya sehingga cepat tanggap
menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari dengan metode yang kreatif
dan non konvensional. (Rizqon Halal Syah Aji, 2014;166 )
7. Abu al-Wafa
Abu al-Wafa mempunyai nama lengkap Muhamad bin Yahya bin Ismail
bin Al-Abbas Abu al-Wafa al-Buzjani. Abu al-Wafa memperkenalkan konsep
tangen, cotangen, secan cosecan dalam ilmu yang sangat terkenal untuk ilmu
matematika yakni trigonometri. Ia menemukan formula penjumlahan dalam
trigonometri yang terkenal yakni;
sin( A+ B)=sin A . C os B+sin B . cos A
tan A+ tan B
tan (A +B)=
1tan A . tan B
dan
Yang kemudian dari rumus itu al- Wafa mengambil keseimpulan berupa
teorema baru yakni
cos c=cos a . cos b
Lebih dari itu al-Wafa juga menemukan dua buah rumus untuk
setengah sudut dalam perhitungan trigonometri yaitu;
2 sin2 A=1cos A
2 cos 2 A=1+cos A
8. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah (850-923)
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah adalah
tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim
terbesar dan ahli matematika ternama. Al Battani (Bahasa Arab
; nama lengkap: Ab Abdullh
Muhammad ibn Jbir ibn Sinn ar-Raqq al-Harrani as-Sabi al-Battn),
Sedangkan dalam Latin dikenal sebagai Albategnius, Albategni atau
Albatenius.
Al-Battani lahir sekitar 858 di Harran dekat Urfa, di Upper
Mesopotamia, yang sekarang di Turki. Ayahnya adalah seorang pembuat
instrumen ilmiah terkenal. Beberapa sejarawan Barat menyatakan bahwa dia
berasal dari kalangan miskin, seperti budak Arab, namun penulis biografi
tradisional Arab tidak menyebutkan ini. Dia tinggal dan bekerja di Ar-Raqqah,
sebuah kota di utara pusat Suriah dan di Damaskus, yang juga merupakan
tempat wafatnya.
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal
sebagai Bapak trigonometri.
Al-Battani menggunakan prinsip-prinsip trigonometri tersebut saat
melakukan obervasi astronomi di observatorium yang dibangun Khalifah
Makmun Ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah. Pengertian Sinus dan Kosinus
diperkenalkan untuk menggantikan istilah chord atau tali busur yang biasa
digunakan dalam perhitungan astronomi dan geometri dimasa itu. Dalam
bahasa Arab istilah Sinus disebut jaib yang berarti teluk atau garis bengkok.
Sedangkan Kotangen dalam bahasa Arab adalah bayangan lurus atau istiwa
(khatulistiwa) dari Gnomon. Gnomon adalag suatu alat semacam papan yang
digunakan untuk mengukur cahaya matahari setelah dibagi menjadi dua belas
bagian. Menurut Battani, Tangen adalah garis garis bayang-bayang melintang
yang jatuh di permukaan Gnomon. Ia mengukur garis lurus khatulistiwa
melalui pengukuran bayang-bayang yang muncul pada alat Gnomon. Garis
lurus itulah yang dikenal dengan sebutan kotangen, sedangkan garis
melintangnya disebut tangen. Teori tangen dan kotangen inilah yang
kemudian menjadi pilar dasar bagi ilmu trigonometri. ( M. Shoelhi, 2002: 49-
50)
Dalam matematika, Al-Battani menghasilkan sejumlah persamaan
trigonometri:
sin
tan =
cos
sec = 1+tan 2
rumus:
a
sin x=
1+a 2
Kunci aritmatika
Perhitungan 2
Pecahan Desimal
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman
kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang
diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya
besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas
dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal
abad ke-15 di Samarkand.
Segitiga Khayyam
Untuk menandingi kebesaran segitiga Pascal, di Persia dikenal
Segitiga Khayyam dari nama Omar Khayyam. Segitiga Pascal pertama kali
diketahui dari sebuah buku karya Yang Hui yang ditulis pada tahun 1261,
salah seorang ahli matematika Dinasti Sung yang termasyhur
.Namun, sebenarnya segitiga tersebut telah dibahas dalam buku karya
Al Kashi yang disebut dengan Segitiga Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa
ilmu di Cina dan Persia itu sudah tua. Sedangkan segitiga Pascal yang
dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli Aritmatika dari Jerman baru diterbitkan
pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Segitiga Khayyam muncul
terlebih dulu sebelum segitiga Pascal.
10. Sharaf al-Dn al-Muz affar ibn Muhammad ibn al-Muz affar al-Ts(1135 - 1213)
Sharaf al-Dn al-Muz a
ffar ibn Muhammad ibn al-Muz a
ffar al-Ts
(1135-1213) adalah matematikawan dan astronom Islam dari Persia. Sharif al-
Din mengajar berbagai topik matematika, astronomi dan yang terkait, seperti
bilangan, tabel astronomi, dan astrologi.
Tusi lahir di Tus, Iran. Dia mengajarkan berbagai topik matematika
termasuk ilmu angka, tabel astronomi dan astrologi, di Aleppo dan Mosul.
Murid terbaiknya adalah Kamal al-Din bin Yunus. Pada gilirannya Kamal al-Din
bin Yunus melanjutkan untuk mengajar Nasir al-Din al-Tusi, salah satu yang
paling terkenal dari semua ulama periode Islam. Pada saat ini Tusi tampaknya
telah memperoleh reputasi yang luar biasa sebagai guru matematika, untuk
beberapa perjalanan jauh berharap untuk menjadi murid-muridnya.
Al-Tusi menulis beberapa makalah tentang aljabar. Dia memberikan
metode yang kemudian dinamakan sebagai metode Ruffini-Horner untuk
menghampiri akar persamaan kubik. Meskipun sebelumnya metode inini telah
digunakan oleh para matematikawan Arab untuk menemukan hampiran akar
ke-n dari sebuah bilangan bulat, al-Tusi adalah yang pertama kali yang
menerapkan metode ini untuk memecahkan persamaan umum jenis ini
(OConnor, John J.; Robertson, Edmund F).
Dalam Al-Mu'adalat (Tentang Persamaan), al-Tusi menemukan solusi
aljabar dan numerik dari persamaan kubik dan yang pertama kali menemukan
turunan polinomial kubik, hasil yang penting dalam kalkulus diferensial (J. L.
Berggren,1990: 304-309)
Fungsi kubik
Untuk kegunaan lain dari kubik, lihat kubik.
Dalam matematika, sebuah fungsi kubik atau lebih dikenal sebagai fungsi
pangkat tiga adalah suatu fungsi yang memiliki bentuk
f ( x )=ax 3 +bx 2 +cx +d
dengan a bernilai tidak nol; atau dengan kata lain merupakan suatu
polinomial orde tiga. Turunan dari suatu fungsi kubik adalah suatu fungsi
kuadrat. Integral dari suatu fungsi kubik adalah fungsi pangkat empat (kuartik).
Menetapkan (x) = 0 menghasilkan persamaan kubik dengan bentuk:
3 2
ax +bx + cx+ d=0
mengganti x=
b
3 kembali ke y=bx x
3
. Ia menemukan bahwa
3
b
3
persamaan bxx =a memiliki solusi jika a2 ( ).
3
2
Al-Tusi sehingga
b 3 a2
menyimpulkan bahwa persamaan memiliki akar positif jika D= 0 ,
27 4
2
bentuk persamaan untuk x ( bx )=d . Dia kemudian menyatakan bahwa
persamaan memiliki solusi tergantung pada apakah atau tidak "fungsi" di sisi
kiri mencapai nilai d . Untuk menentukan ini, ia menemukan nilai
3
2b 4b
x=
ketika 3 . Yang memberikan nilai fungsional 27 Sharaf al-Din
kemudian menyatakan bahwa jika nilai ini kurang dari d , Tidak ada solusi
2b
d x=
positif; jika sama dengan , Maka ada satu solusi di 3 ; dan jika
2b
d 0 dan
lebih besar dari , Maka ada dua solusi, satu di antara 3 dan
2b
dan b
salah satu di antara 3 (Victor J. Katz, Bill Barton (October 2007) :
185-201 [192])
Analisis Numerik
Dalam analisis numerik , esensi dari metode viete dikenal dengan al-
Tusi, dan ada kemungkinan bahwa tradisi aljabar dari al-Tusi, serta
pendahulunya Omar Khayyam dan penggantinya Jamshid al-Khasi , dikenal
algebraists Eropa abad ke-16 , Francois Viete adalah yang paling penting
(Ypma, Tjalling J. (December 1995), 531-551 [534] ).
Sebuah metode aljabar setara dengan metode Newton juga dikenal
dengan al-Tusi. Penggantinya al-Kashi kemudian digunakan bentuk metode
Barat , metode yang sama kemudian dijelaskan oleh Henry Biggs dalam
bukunya Trigonometria Britannica, yang diterbitkan pada tahun 1633 (Ypma,
Tjalling J. (December 1995), 531-551 [539] ).
D. KESIMPULAN