Anda di halaman 1dari 31

PAPER

MATEMATIKAWAN ISLAM DAN TEMUANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Matematika


Dosen Pengampu : Yanuar Hery Murtianto, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

Fiki Hidayah ( 14310192 )

Kelas : 5F

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA,
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017
A. LATAR BELAKANG

Awal perkembangan ilmu pengetahuan dimulai sejak manusia


mengenal jenis pengetahuan yang masih primitif, seperti Yunani. Kesadaran
manusia tentang pengetahuan dan kemanusiaan sudah dapat dikatakan maju
sehingga memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan. Philosophy
(filsafat) yang digunakan sekarang ini berasal dari Yunani. Bahkan, Thales
yang dikenal sebagai ahli filsafat pertama hidup di kota Yunani. Pada
perkembangan ilmu pengetahuan di Yunani kuno, ilmu pengetahuan itu sendiri
merupakan hasil upaya manusia memahami alam dengan aneka seluk
beluknya secara rasional. Sebelum masa itu, manusia memahami sifat dan
perilaku alam dengan mitos.

Cinta kepada matematika, khususnya geometri dan simbol bilangan,


menurut Nasr, berhubungan langsung dengan esensi ajaran Islam, yaitu
doktrin tentang kesatuan Tuhan (tauhid). Tuhan adalah tunggal, karenanya
bilangan satu dalam seri bilangan adalah symbol yang paling langsung dan
masuk akal. Ajaran Islam tersari dalam prinsip tauhid lilha illallh yang
terdeskripsi dari rukun iman dan rukun Islam. Seluruh bangunan pemikiran
dan peradaban yakni implementasi rukun iman yang tersebut dengan enam
keyakinan (yakin kepada Allah, malaikat, nabi, kitab hari akhir, dan qodho
serta qodar). Inilah semua berhimpit tentang pemahaman matematis yang
positivistis.

Dalam matematika semua diubah terlebih dahulu menjadi bentuk yang


paling primitif melalui proses abstraksi. Artinya matematika sebagai bahasa
berfikir menuju pemecahan suatu masalah mencakup sekurang-kurangnya
tiga logika. Abstraksi itu adalah kaidah-kaidah logika untuk menemukan pola-
pola keteraturan serta hubungan-hubungan baru tanpa mempersoalkan asal
muasal abstraksi itu. Matematika utama agar manusia dapat berfikir dan
bernalar adalah logika dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya melalui
penguasaan matematika.

Pandangan ilmuwan Muslim terhadap matematika tidak sederhana.


Secara prespektif filosofi konsekwensi pola pikir epistimologi yang positivistik
perlu diurai posisi matematika dalam paradigma berfikir sarjana Muslim.
Sejarawan sains Thomas Goldstein dalam Dawn of Modern Sciences (1980),
dengan baik mengulas kontribusi Islam terhadap matematika modern yang
disebut sebagai an absolutely momentous one (sumbangan yang sangat
penting). Besarnya sumbangan tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang
luar biasa sehingga dikatakan bahwa tidak dapat memahami perkembangan
matematika modern tanpa matematika yang dikembangkan matematikawan
Muslim.

B. MATEMATIKAWAN MUSLIM

1. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi (800-847 M)

Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi lahir sekitar tahun


780 di Khwarizmi, sekarang Khiva, Uzbekistan dan meninggal sekitar tahun
850. Sumbangan utamanya pada matematika memberi landasan selanjutnya
bagi perluasan dan pengembangan aljabar dan matematika. Ia memberi
pendekatan yang sistematis dan logis untuk pemecahan persamaan linear
dan persamaan kuadrat (Daffa, 1977).

Al-Khawarizmi merupakan tokoh ilmuwan Muslim yang sangat konsen


dalam pengembangan matematika. George Sarton mengatakan bahwa al-
Khwarizmi merupakan "salah seorang ilmuwan Muslim terbesar dan terbaik
pada masanya". Buku yang ditulis al-Khwarizmi beriudul Al-Jabr wa al-
Muqabalahfi Ilm al-Hisab. Tulisannya ini menjadi dasar bagi pengetahuan
matematika. Banyak sejarawan matematika yang menyebut al-Khwarizmi
sebagai "Bapak Ilmu Pengetahuan Aljabar". Buku lain yang juga ditulis oleh al-
Khwarizmi adalah Dixit algorizmi (terjrmahan, aslinya hilang), Kitab surat al-
Ard (Buku pemandangan Dunia), Zij al-sindhind (tabel astronomi), Risala fi
istikhraj tarikh al-yahud (Petunjuk Penanggalan Yahudi). Ia juga membantu
dalam mengkonstruksi peta dunia untuk kalifah al-Mamun dan terlibat dalam
proyek untuk menentukan keliling bumi (Kurniawan, 2011).
Berikut ini sebuah penyelesaian al-Khwarizmi bentuk ketiga yang
digabung dengan persamaan kuadrat:

Kuadrat dan akar pangkat dua sama dengan bilangan bulat. Sebagai
contoh: satu kuadrat dan akar pangkat dua dari sepuluh memiliki jumlah sama
dengan sepuluh dirham; dapat dikatakan, bilangan apakahyang menjadi basis
kuadrat, ketika ditambah pangkat sepuluh, dijumlahkan menjadi tiga puluh
sembilan?
Solusi adalah: kita membagi dua bilangan dengan akar pangkat dua,
yang menghasilkan lima. Kemudian dikalikan dengan bilangan itu sendiri
sehingga hasilnya adalah dua puluh lima. Dua puluh lima ditambahkan
dengan tiga puluh sembilan: totalnya menjadi enam puluh empat. Sekarang
jadikan bilangan basis akar, sehingga hasilnya menjadi delapan, kurangkan
dengan akar persamaan kuadrat, sisanya sama dengan tiga. Ini merupakan
akar dari bilangan yang dicari, kuadrat bilangan tersebut adalah sembilan.
(Mohaini Mohamed,2004:209)
Dalam notasi modern, persamaannya sebagai berikut:

x 2+10 x=39

Penyelesaian menggunakan prosedur al-Khwarizmi akan terlihat


sebagai berikut:

(x+ 5)2 =39+25

x+ 5= 64=8

x=85=3

x 2=9

Ada tujuh hal yang patut diketahui untuk menelaah karya besar al-
Khawarizmi sebagai sumbangan yang cukup berarti bagi khazanah Islam dan
pengembangan sains dan matematika (Rizqon Halal Syah Aji, 2014)

1. Desimal atau persepuluhan, konsep ini memperkaya khasanah dari


penemuan formula seksagesimal atau perenampuluhan. Formula
perenampuluhan merupakan perhitungan kuno yang diwariskan dari
zaman Babilonia yang biasa digunakan dalam perhitungan jam yakni
enam puluh detik, enam puluh menit. Sedangkan desimal banyak
digunakan saat ini, sehingga angka dapat digunakan operasi angka
dibelakang koma, sebagai angka pecahan.

2. Penggunaan variabel dan simbol-simbol. Memang sebenarnya


matematika adalah bahasa simbol. Hal ini mendorong pesatnya
perkembanagan formula-formula persamaan dalam matematika.
3. Menemukan bilangan nol. Sumbangan angka nol olehnya, mengubah
kemajuan penemuan angka lewat angka romawi yang belum mengenal
angka nol. Angka nol (shifr) diterangkan pertama kali pada perhitungan
sistem desimal. Temuan ini membuka cakrawala baru dalam banyak
operasi dan persoalan matematika.

4. Penemuan nilai simbol phi (), nilai ini menyatakan perbandingan keliling

22
sebuah lingkaran yang dipakai sampai saat ini. Nilai phi ditetapkan 7

atau secara desimal ditulis 3,1428571. Ia menemukan bahwa


perbandingan keliling terhadap garis tengah lingkaran bernilai tetap dalam
istilah matematika dinamakan konstanta. Penemuan konstanta phi
membantu dalam menghitung volume bola dan menghitung luas maupun
keliling lingkaran.

5. Menyusun daftar logaritma. Daftar ini digunakan untuk menemukan


jawaban atas masalah-masalah aritmatika.

6. Metode aljabar, temuan ini digunakan untuk menghitung tinggi segitiga.

7. Merumuskan penyelesaian persamaan kuadrat dengan konsep variabel,


parameter, dan akar kuadrat. Persamaan kuadratik yang dipecahkan

secara umum mempunyai formula ax 2+ bx+ c=0 dengan penyelesaian

masalah dengan rumus sekarang terkenal dengan rumus ABC.

b b 24 ac
x 12=
2a

2. Ibn al-Haytham, Abu Ali al-Hasan Ibn al-Hasan (965 -1039 M)

Ibn al-Haytham dilahirkan di Basra Irak. Di dunia barat dia lebih dikenal
dengan nama Alhazen. Ia seorang fisikawan muslim terkemuka, ahli
matematika, astronomi, filosofi dan kedokteran. Oleh Schaaf (1978), dia
dijuluki sebagai Bapak Optik Modern. Salah satu kontribusinya dalam bidang
matematika yaitu argumennya yang didasarkan pada pernyataan benar
namum belum terbukti bahwa setiap nilai prima P membagi (P - 1)! + 1. la juga
memberikan metode dan prosedur guna membangun kotak magis dengan
ukuran tertentu. Dalam tulisannya yang diterjemahkan oleh Rashed (1989),
Ibn al-Haytham menganalisis nilai mutlak. La membuktikan bahwa jika

p=2n +11 merupakan bilangan prima maka 2n P adalah nilai mutlak.

Dalam tulisannya yang berjudul A Solid Arithmetical Problem, ia berhasil


memecahkannya dengan bidang kerucut, berikut adalah permasalahannya:
diberikan sebuah bilangan k untuk mencari bilangan x lain sedemikian

sehingga x 3+ x =k . Ibnu al-Haytham juga menghitung massa dua benda

padat dengan memutar segmen parabola: (Mohaini Mohamed, 2004: 210)


i. Di sekitar diameter dan sekitar ordinal. Hasil yang kedua adalah baru.
la menggunakan metode lelah guna menentukan batas atas dan bawah
dar volume dari objek, ia memberikan formula ringkasan untuk empat
kekuatan bilangan asli:
N

n k untuk k=1, 2,3, 4


n=1

Mereka mengikuti sebagai berikut:


n(n+ 1)
1+2+3++ n=
2

n ( n+1 ) (2 n+1)
12+ 22+3 2+ +n2=
6

2 2
3 3 3 n ( n+1 )
3
1 + 2 + 3 + +n =
4

14 +24 + 34 ++ n4 =n ( n5 + 51 )(n+ 12 )[ n ( n+1) 13 ]

Beberapa tulisannya yang lain memberikan sumbangan besar


bagi matematika terapan di masanya. Karya-karyanya mengenai
aritmatika komersial, jangka untuk menggambar lingkaran, dan
beberapa subjek lainnya yang berkaitan dengan pengukuran
menunjukkan kepeduliannya akan kebutuhan praktis matematika.
Daintith dalam Encyclopedia of Science mengungkapkan pendapatnya
tentang Ibn al-Haytham, "Sulit untuk percaya bahwa ada penulis
eksakta lainnya yang telah melewati ilmuwan Yunani ini dalam bidang
apapun terutama pada abad keempat belas apalagi abad kesebelas,
namun bahkan ia mampu membuktikan pemikirannya pada abad
ketujuh belas". Pemikiran Ibn al-Haytham tidak hanya pada satu atau
dua bidang ilmu pengetahuan saja tetapi ia menyentuh spektrum yang
lebih luas sehingga menjadi ilmu pengetahuan sendiri.

3. Al-Biruni, Abu Rayhan Muhamad Ibn Ahmad (973 - 1050)


Al-Biruni seorang sarjana yang berasal dari Ghaznah (Afganistan).
Sama halnya dengan ilmuwan Muslim lain dari abad pertengahan yang
mempunyai ciri unik menguasai berbagai bidang pengetahuan dan
ketrampilan, ilmu al-Biruni juga mencakup berbagai bidang, yaitu: astronomi,
matematika, kronologi, geografi matematika, fisika, kimia, mineralogi, sejarah,
antropologi, agama, kedokteran, astrologi, dan puisi. al-Biruni menguasai
bahasa Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Aramaic, Syria, Hebrew, dan
beberapa dialek Indian dan Iran, selain bahasa aslinya sendiri yakni
Khwarizmian. la juga mempelajari bahasa Yunani, Manichean, Babylonia,
Syria, Zoroastrian Hindu dan huruf Arab.( Mohaini Mohamed, 2004:211 )
Salah satu kontribusi al-Biruni dalam bidang matematika adalah
pembuktian teorema "The Broken Chord". la memberikan 22 bukti untuk
teorema ini. Berikut ini beberapa bukti dari teorema tersebut:
Teorema "The Broken Chord"
Jika AB dan BC membentuk sebuah penghubung dua titik lingkaran
yang terputus seperti pada gambar 1, dan DE tegak lurus terhadap bagian
yang lebih panjang yaitu AB dari titik tengah busur ABC, maka AE = EB + BC.
Buat EZ = EB dan hubungkan DZ dan DB seperti pada gambar 2.
Hubungkan busur AD dan DC.
Jika AZ = BC dapat dibuktikan, maka dengan mudah mengikuti bahwa:
AE = AZ + ZE dan AE = BC + EB atau AE = EB + BC.
Sehingga teorema terbukti.
Gambar 1 Gambar 2

Bukti 1:
DZB=ZAD + ZDA

Tetapi DBZ=DZB

DBZ=ZAD+ ZDA

Sekarang, DBZ dihadapkan pada setengah busur (yaitu AD)

ZAD dihadapkan pada busur DB

Sehingga, ZDA dihadapkan pada busur BC

Gambar 3

Jadi ADZ =CDB dan A=C


Dengan demikian AZD dan CBD sebanding

Sisi AD = Sisi DC
AZD dan CBD adalah sama

Oleh karena itu AZ = BC

Bukti 2:
Buat EZ = EB. Hubungkan DZ dan DB sehingga mereka menjadi sama,
Hubungkan AD, AC, dan DC seperti pada gambar 3.
DBC dan DAC dihadapkan pada busur DC

Sekarang busur DC = busur AD


DBA=DCA=45

DBA=DAC=DZE

Gambar 3
DBC=DZA

DAB=DCB

Karena DZ = DB
AZD= DBC

Sehingga AZ = BC
Dengan memperpanjang CB,

DB dan EB ke F, M dan T berturut-turut, selanjutnya al-Biruni


menambahkan sebagai berikut:

Sudut pelengkap dari DBC adalah CBM

Maka MBC=DBA dimana EBC adalah irisannya

DBC=EBM

Tetapi EBM=DBT =DZA

Jadi DBC=DZA
Dikarenakan kecerdasan dan bidang ilmu pengetahuan al-Biruni yang
luas, seorang penulis Barat Kennedy dalam bukunya The Exact Science
berkomentar: "Minatnya yang luas menjadi contoh ilmuwan yang memiliki
kekuatan intelektual, kritis dan toleransi yang hanya dimiliki oleh seseorang
yang cerdas, baik pada masa dahulu maupun sekarang".( Mohaini Mohamed,
2004:214 )

4. Ghiyath al-Din Abu'l Path Umar Ibn Ibrahim al-Khayyami (1048 - 1131 M)
la seorang ahli matematika, astronomi dan penyair yang lebih popular
dengan nama Omar Khayyam. Ada lebih dari 2000 buku yang ditulis oleh
Omar Khayyam. Satu dari kontribusi matematika yang paling penting,
khususnya geometri, adalah risalahnya yang berjudul Fi shark ma ashkala
min musadarat kitab Uqlidis {Concerning the Difficulties of Euclid's Elements).
Dalam buku I risalahnya, Omar mengkritik teori Euclid tentang garis sejajar,
sedangkan dalam buku II dan III, dia menghubungkan dengan teori
perbandingan dan ukuran.
Pada abad ke 18 Jesuit Geometer, Girolamo Saccheri, yang karyanya
dianggap sebagai langkah pertama dalam geometri non-Euclid, mendasarkan
sebagian besar karyanya atas tulisan Nasir al-Din. Nasir al-Din (1201 - 1274)
adalah ahli matematika ternama Persia ternama yang menjadi pengikut dan
komentator Omar. Sehingga Omar dianggap sebagai pelopor bagi Saccheri
dalam meletakkan dasar geometri non-Euclid.
Untuk menunjukkan pengaruh Omar Khayyam atas karya Saccheri,
perbandingan berikut disajikan dalam simbolisme modern, diperpendek tetapi
tidak diubah di beberapa hal yang perlu. ( Mohaini Mohamed, 2004:214-216 )

Proposisi I
Gambar 4
OMAR KHAYYAM BCD= ADC
AC dan BD terhadap AB dan
AC = BD.
Gambarkan BC dan AD, maka
SACCHERI
ACD=BDC . AC = BD dan sudut A dan B
sama
Omar pertama membuktikan
maka ACD=BDC
bahwa
CAB= DBA . Kemudian Saccheri
Menggambarkan AD dan BC
Untuk membuktikan bahwa
dan membuktikan bahwa
ACD=BDC
CAB= DBA
Dia pertama membuktikan
sehingga
bahwa
ACD=BDC
ACB=BDA dan
Jadi kedua metode di atas mempunyai kemiripan.

Proposisi II
Proposisi ke-2 yang diusulkan Omar dan Saccheri adalah sebagai
berikut:

OMAR KHAYYAM SACCHERI

Gambar 5 Gambar 5
empat persegi panjang ABCD, E titik empat persegi panjang ABCD, H titik
tengah AB, dan EZ terhadap AB, tengah CD, dan M titik tengah AB
Buktikan bahwa CZ = DZ dan bahwa Buktikan bahwa HMA=HMB

EZ terhadap CD Dengan sifat kongruen segitiga


Dengan sifat kongruen segitiga Segitiga-segitiga ini mudah diikuti
EZC = EZD
CZ = DZ

Dua usulan tersebut pada dasarnya sama kecuali Omar memulai


dengan sebuah bisektor E dan garis tegak lurus EZ sedangkan Saccheri mulia
dengan bisektor H dan M. Metode pembuktian mereka adalah serupa.
Howard Eves (1980) dalam bukunya Great Moments in Mathematics
(Before 1650) menulis bahwa: Omar Khayyam juga dicatat karena perbaikan
kalendernya yang sangat akurat, perlakuan kritiknya terhadap dalil paralel
Euclid yang memperlihatkan dia menjadi pelopor ide Saccheri yang akhirnya
memimpin dalam penciptaan geometri non-Euclid, khususnya, karena
kontribusi aslinya untuk aljabar orang-orang Arab tempat dia melakukan
pemecahan secara geometri, sejauh seperti akar-akar positif yang
berhubungan, setiap tipe persamaan kubik.

5. Al-Tusi, Muhammad Ibn Muhammad Ibn al-Hasan (1201 - 1274 M)


Muhammad Ibn Muhammad Ibn al-Hasan al-Tusi lebih dikenal dengan
nama Nasir al-Din, sebuah gelar kehormatan yang artinya "Pembela
Kebenaran". la dikenal juga sebagai al-Tusi. Nasir al-Din dilahirkan pada
tahun 1201 di Tus, yang sekarang dekat dengan kota Shirine Meshhe Iran,
Khurasan. Nasir al-Din secara luas menulis hampir di semua cabang ilmu
pengetahuan, dari astronomi sampai filosofi serta dari ilmu gaib sampai ilmu
teologi. Hampir 150 risalah telah dihasilkannya.
Dalil Keparalelan Euclid
Sebelum Omar Khayyam atau Ibn al-Haytham, beberapa
matematikawan pada periode waktu Islam sudah mencoba membuat kelima
dalil Euclid sebagai sebuah teorema dalam geometri Euclid. Namun, karya
Nasir al-Din dalam bidang geometri Euclid pantas mendapatkan apresiasi
tersendiri setidaknya karena empat alasan yaitu ;
1. Percobaannya menunjukkan sebuah pengetahuan tentang hubungan
antara dalil dan jumlah sudut dalam sebuah bidang segiempat.
2. Ia menyangkal hipotesis untuk sudut-sudut lancip dan tumpul dengan
metode kontradiksi.
3. Ia merupakan matematikawan terakhir dari periode waktu Islam, selama
empat abad merupakan orang yang paling berminat dalam bidang
geometri, mengkritik dan memodifikasi karya-karya pendahulunya dan
sezaman dengan dalil keparalelan Euclid.
4. Di antara semua matematikawan dari Timur, karyanya merupakan satu-
satunya yang bisa mencapai ke Barat Latin, dengan demikian secara
langsung mempengaruhi karya-karya Wallis, Saceheri dan lainnya.

Untuk membuktikan kelima dalil tersebut, Nasir memberikan beberapa


proposisi bersama-sama dengan pembuktiannya. Beberapa proposisi Nasir
dan pembuktianpembuktiannya adalah sebagai berikut: ( Mohaini Mohamed,
2004:216-219 )
Proposisi 1
Garis terpendek digambarkan dari sebuah titik ke sembarang garis
yang tidak memuatnya, yang disebut jarak dari titik ke garis, merupakan garis
tegak lurus yang dihubungkan dari titik ke garis tersebut.
Bukti:

Gambar 6
Misalkan DC adalas sebuah garis yang diberikan, A adalah titik di luar
garis dan AB tegak lurus terhadap DC. Gambarkan sembarang garis, misal
AE, dari A ke E pada DC.
EBA adalah sudut siku-siku, dan AEB lebih kecil dari sebuah sudut
siku-siku. Karena AB berhadapan dengan sudut yang lebih kecil dari kedua
sudut tersebut, dan AE berhadapan dengan yang lebih besar maka AB lebih
pendek daripada AE. Sehingga, AB merupakan jarak terpendek dari A ke DC.
(Catalan: Pembuktian proposisi ini serupa dengan penggunaan aturan
sinus)

Proposisi 2:
Jika dua garis tegak lurus yang sama dihubungkan ke sebuah garis
(dan memotongnya), dan titik-titik ujungnya digabungkan, maka sudut (atas
bagian dalam) merupakan sudut-sudut yang sama.
Bukti:
Gambar 7
Misalkan AB dan CD adalah dua garis tegak lurus terhadap BD
sedemikian sehingga AB = CD.
Gambarkan garis AD dan CB yang berpotongan di E.
Dalam segitiga ABD dan BCD, AB = CD dan BD merupakan irisannya.
Karena keduanya merupakan segitiga dengan sudut siku-siku, maka mereka
adalah kongruen.
Sehingga,
AD =BC

BAD=BCD

ADB=CBD

Dengan demikian, BE = DE dan segitiga BED adalah sama kaki.


Karena, AE = CE dan ECA = EAC maka DCA = BAC.

Proposisi 3:
Jika dua garis tegak lurus dihubungkan ke sebuah garis (dan
memotongnya), dan titik-titik ujungnya digabungkan, maka sudut (atas bagian
dalam) merupakan siku-siku.
Bukti:
Gambar 8
Hubungkan dua garis tegak lurus yang sama yaitu AB dan CD ke BD
seperti pada proposisi 2.
Jika BAG dan DCA bukan sudut siku-siku, maka keduanya adalah
sudut tumpul atau lancip.
Pengasumsian Sudut Tumpul:
Antara garis AB dan CD, buat sebuah garis tegak lurus AE ke garis DB.
Kemudian, AED adalah sudut bagian luar dari ABE sehingga AED
lebih besar dari ABE.
Antara garis AE dan CD, buat garis tegak lurus EG pada garis BD.
Kemudian, EGC adalah sudut bagian luar dari EAG. Sehingga EGC lebih
besar dari GAE.
Dengan demikian, EGC adalah tumpul.
Antara garis EG dan CD, buat garis tegak lurus GH pada garis AC, dan
selanjutnya maka garis-garis tegak lurus yang melalui titik-titik yang
ditempatkan pada garis AC, membuat sudut yang sama dengan garis BD;
yaitu AB, GE, FH, berturut-turut bertambah panjangnya dan garis tegak lurus
AB lebih pendek dari yang lainnya.
Karena AEB lebih kecil dari ABE sehingga AE > AB.
Dengan cara yang sama, karena AGE lebih kecil dari GAE sehingga

GE AE.

Dengan demikian GE > AB.


Dengan perlakuan yang sama akan didapat bahwa FH > GE, dan
seterusnya. Karena itu, garis-garis tegak lurus dari AC ke BD membentuk
sebuah barisan yang naik pada arah C dan akibatnya garis AC dan BD
bercabang pada arah C dan mengumpul pada arah A.
Akan tetapi, DCA adalah tumpul, karena sama dengan BAC dan
DCA tidak tumpul.
Risalah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Wallis
pada tahun 1651 dan studinya terus dilanjutkan oleh Gauss, Bolyai,
Lobachevsky, dan Riemann pada abad ke-19.
6. Sayyidina Ali
Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, dikenal sebagai
pintunya ilmu (hadis Nabi: Ana Madinah al-ilmi wa Ali babuha: Aku adalah
kota ilmu dan Ali adalah pintunya). Ali bin Abi Thalib ra adalah sahabat Rosul
Muhamad yang terkenal cerdas, jujur dan berwawasan luas. Banyak riwayat
yang mengkisahkan kemahiran beliau dalam ilmu matematika. Temuan Ali bin
Abi Thalib ra yang telah dijelaskan di atas tentang kelaziman bilangan
kelipatan yang sekarang terkenal dengan istilah KPK (kelipatan Persekutuan
Terkecil), berguna dalam operasi-operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan, dengan cara menyamakan penyebutnya. Dalam hukum waris
(faraidh) ini pun digunakan.
Berkaitan dengan persoalan waris, dikisahkan bahwa suatu waktu ada
tiga orang menemui Ali bin Abi Thalib ra. Mereka membawa persoalan waris
yang menimpa dan rumit. Ketiga orang ini, mempunyai 17 ekor unta sebagai
harta warisan. Mereka hendak membaginya dengan pembagian yang berbeda

1 1 1
, , dan .
yakni 2 3 9 Jika menggunakan perhitungan langsung masing-

1 2 8
8 ,5 , dan 1
masing mendapat 2 3 9 , tentunya tidak mungkin dalam

perhitungan unta yang dalam keadaan hidup. Ketika itu Ali bin Abi Thalib ra
menyarankan agar mereka menambahkan 1 ekor unta dengan cara
meminjam kepadanya, sehingga jumlah unta sekarang menjadi 18 ekor.
Alhasil mereka mendapatkan angka bulat yakni 18 ekor sehingga mudah
dalam pembagian. Sehingga masing-masing mereka mendapatkan 9 ekor (

1 1 1
2 bagian), 6 ekor ( 3 bagian) dan 2 ekor ( 9 bagian). Sehingga total

yang dibagikan tetap 17 sehingga satu ekor unta milik Ali bin Abi Thalib ra pun
diambilnya kembali.
Peristiwa ini, menunjukan bahwa kemampuan matematika Ali bin Abi
Thalib ra sungguh luar biasa di masanya sehingga cepat tanggap
menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari dengan metode yang kreatif
dan non konvensional. (Rizqon Halal Syah Aji, 2014;166 )

7. Abu al-Wafa
Abu al-Wafa mempunyai nama lengkap Muhamad bin Yahya bin Ismail
bin Al-Abbas Abu al-Wafa al-Buzjani. Abu al-Wafa memperkenalkan konsep
tangen, cotangen, secan cosecan dalam ilmu yang sangat terkenal untuk ilmu
matematika yakni trigonometri. Ia menemukan formula penjumlahan dalam
trigonometri yang terkenal yakni;
sin( A+ B)=sin A . C os B+sin B . cos A

cos( A +B)=Coa A . cos B+sin A .sin B

tan A+ tan B
tan (A +B)=
1tan A . tan B

Selain itu juga, Abu al-Wafa mengembangkan trigonometri sferis


(bidang lengkung/kurva), Ia menyempurnakan teorema Menelaus yang
disebut rule of the four magnitudes aturan empat besaran), yaitu
sin a :sin c=sin A :1

dan

teorematangen yaitu tan a : tan A=sin b :1

Yang kemudian dari rumus itu al- Wafa mengambil keseimpulan berupa
teorema baru yakni
cos c=cos a . cos b

Lebih dari itu al-Wafa juga menemukan dua buah rumus untuk
setengah sudut dalam perhitungan trigonometri yaitu;
2 sin2 A=1cos A

2 cos 2 A=1+cos A

Kemudian, ia juga menemukan rumus sudut ganda yaitu;


sin 2 A=2 sin A .cos A

Yang ini menjadi pijakan rumus


cos 2 A=cos 2 A sin 2 A=2 cos 2 A1=12 sin2 A

(Rizqon Halal Syah Aji, 2014;167-168 )

8. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah (850-923)
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah adalah
tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim
terbesar dan ahli matematika ternama. Al Battani (Bahasa Arab
; nama lengkap: Ab Abdullh
Muhammad ibn Jbir ibn Sinn ar-Raqq al-Harrani as-Sabi al-Battn),
Sedangkan dalam Latin dikenal sebagai Albategnius, Albategni atau
Albatenius.
Al-Battani lahir sekitar 858 di Harran dekat Urfa, di Upper
Mesopotamia, yang sekarang di Turki. Ayahnya adalah seorang pembuat
instrumen ilmiah terkenal. Beberapa sejarawan Barat menyatakan bahwa dia
berasal dari kalangan miskin, seperti budak Arab, namun penulis biografi
tradisional Arab tidak menyebutkan ini. Dia tinggal dan bekerja di Ar-Raqqah,
sebuah kota di utara pusat Suriah dan di Damaskus, yang juga merupakan
tempat wafatnya.
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal
sebagai Bapak trigonometri.
Al-Battani menggunakan prinsip-prinsip trigonometri tersebut saat
melakukan obervasi astronomi di observatorium yang dibangun Khalifah
Makmun Ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah. Pengertian Sinus dan Kosinus
diperkenalkan untuk menggantikan istilah chord atau tali busur yang biasa
digunakan dalam perhitungan astronomi dan geometri dimasa itu. Dalam
bahasa Arab istilah Sinus disebut jaib yang berarti teluk atau garis bengkok.
Sedangkan Kotangen dalam bahasa Arab adalah bayangan lurus atau istiwa
(khatulistiwa) dari Gnomon. Gnomon adalag suatu alat semacam papan yang
digunakan untuk mengukur cahaya matahari setelah dibagi menjadi dua belas
bagian. Menurut Battani, Tangen adalah garis garis bayang-bayang melintang
yang jatuh di permukaan Gnomon. Ia mengukur garis lurus khatulistiwa
melalui pengukuran bayang-bayang yang muncul pada alat Gnomon. Garis
lurus itulah yang dikenal dengan sebutan kotangen, sedangkan garis
melintangnya disebut tangen. Teori tangen dan kotangen inilah yang
kemudian menjadi pilar dasar bagi ilmu trigonometri. ( M. Shoelhi, 2002: 49-
50)
Dalam matematika, Al-Battani menghasilkan sejumlah persamaan
trigonometri:
sin
tan =
cos

sec = 1+tan 2

Ia juga memecahkan persamaan sin x=a cos x dan menemukan

rumus:
a
sin x=
1+a 2

Rumus trigonometri lainnya yaitu b sin ( A )=a sin(90 A)

Alat Gnomon yang digunakan Al-Battani mengilhami para ilmuwan


untuk menciptakan jam yang dikenal pada masa kini. Ilmuwan muslim yang
menekuni pengembangan itu adalah Abbas bin Abdullah Habsy al-Hisab al
Marwazi, seorang astronom muda yang membagi bidang alat tersebut
menjadi 60 bagian. Setiap bagian dinilainya sama dengan satu jam. Satu jam
sama dengan 60 menit dan satu menit sama dengan 60 detik. Dari kedua
pembagian itu jelas, al-Battani membagi satu hari sama dengan 12 jam.
Sementara, Al-Marwazi menjadi 60 jam. Dalam perkembangannya ketika ilmu
ini dibawa ke Eropa, perbedaan itu dikombinasikan sehingga menjadi
pembagian waktu yang seperti sekarang.
Al-battani juga berhasil membuat daftar tabel sinus,tangen, dan
kotangen dari 0 derajat sampai 90 derajat secara cermat. Tabel itu dengan
tepat ia terapkan dalam operasi-operasi aljabar dan trigonometri untuk
segitiga sferis.
Masih berkait dengan matematika, namun lebih di bidang astronomi, Al-
Battani banyak memperkenalkan terminologi astronomis seperti Azimut, Zenir
dan Nadir yang bersumber dari bahasa Arab. Al-Battani juga berhasil
menemukan letak kesalahan Claudius Ptolemacus tentang gerak, posisi, dan
apogee matahari. Perhiyungan Ptolemacus mencatat 17 derajat. Sementara
Al-Battani mencatat garis bujur apogee matahari telah bertambah 16 derajat
40 menit. Dengan menghitung panjang tahun menjadi 365 hari 5 jam 46 menit
24 detik, ketepatan hitungnya tersebut hanya berselisih 2 menit dibanding
waktu yang sebenarnya.
Beberapa karya Al-Battani yang tercatat meliputi Kitab Marifat Matali
al-Buruj fi ma Baina Arba al-Falak; Syarah al-Maqaalat al-Arba li Batlamiyus;
Risalah fi Tahqiq Aqdar al-Ittisalat, dan Az-Zij. Buku-buku karya Al-Battani ini
banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk latin. ( M. Shoelhi, 2002:
50-51 )

9. Ghiyath al-Dn Jamshid Mas'ud al-Kashi


Ghiyath al-Dn Jamshid Mas'ud al-Kashi (atau al-Kasyani) (Persia :
Ghiyas-ud-din Jamshid Kashani) (. c 1380 Kashan, Iran -
22 Juni 1429 Samarkand, Transoxania ) adalah astronom dan ahli matematika
Persia. Al-Kashi merupakan ilmuwan yang mengembangkan matematika dan
astronomi pada zaman kejayaan Dinasti Timurid, di Samarkand abad ke-14 M.
Ia berjasa mengembangkan ilmu matematika dan astronomi dengan sederet
penemuannya.
Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di
sebelah utara wilayah Iran Tengah. Ia hidup pada era kekuasaan Timur Lenk,
pendiri Dinasti Timurid, yang memenangkan sederet pertempuran. Timur Lenk
memproklamirkan dirinya sebagai penguasa dan tokoh restorasi Kekaisaran
Mongol di Samarkand pada 1370.
Pada 1383, Timur Lenk mulai menaklukan Persia dengan merebut
wilayah Herat. Setelah Timur Lenk wafat pada 1405, kerajaan yang
didirikannya terbagi menjadi dua dan dipimpin dua anak lelakinya. Salah satu
putranya bernama Shah Rukh.
Ketika Timur Lenk berkuasa, ia hanya fokus pada bidang militer dan
penaklukan wilayah. Akibatnya, masyarakatnya hidup dalam penderitaan dan
kemiskinan. Pada amasa itu, al-Kashi juga merasakan betapa hidupnya begitu
susah karena kemiskinan yang melilitnya.
Hidup dalam kemiskinan, tak membuat al-Kashi putus asa.
Semangatnya untuk belajar tak pernah surut. Sejak kecil, matematika dan
astronomi telah membetot perhatiannya. Ia sangat mencintai kedua ilmu itu.
Seperti para ilmuwan hebat lainnya, ia biasa melakukan perjalanan dari kota
ke kota untuk menimba ilmu pengetahuan.
Sejumlah catatan sejarah ada yang menyebutkan bahwaa Al-Kashi
merupakan seorang ahli astronomi dan matematika yang sangat terkemuka di
Samarkand. Bahkan dia juga sering disebut sebagai Ptolemy Kedua oleh para
ahli sejarah yang hidup pada zaman itu.
Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan
sederet penemuan penting bagi astronomi dan matematika
Hukum Cosinus
Di Prancis, Hukum Cosinus dikenal sebagai Theoreme d'Al-Kashi
(Teorema Al-Kashi). Sebab Al-Kashi merupakan orang yang pertama yang
menemukan hukum tersebut. Dia juga memberikan sejumlah alasan mengapa
Hukum Cosinus bisa digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan segitiga.
Risalah Kord dan Sinus
Dalam bukunya yang berjudul Risalah Kord dan Sinus, dia menghitung
nilai sin 1 dengan sangat akurat. Dari semua ilmuwan matematika pada
masanya, hanya Al Kashi yang bisa menilai sin 1 dengan akurat hingga
muncullah seorang ahli matematika pada abad ke-16 yakni Taqi al-Din.
Al-Kashi juga mengembangkan berbagai macam metode untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan kubik yang baru
dipelajari di Eropa beberapa abad setelah penemuannya. Untuk menghitung
nilai sin 1 dengan tepat, Al-Kashi menemukan rumus matematika yang sering
disebut sebagai persembahan kepada Francois Viete.
Sebuah metode aljabar setara dengan metode Newton dikenal
pendahulunya Sharaf al-Dn al-Tusi . Al-Kashi meningkat pada ini dengan

menggunakan bentuk metode Newton untuk memecahkan x pN=0

untuk menemukan akar N. Di Eropa Barat , metode yang sama kemudian


dijelaskan oleh Henry Biggs di Trigonometria Britannica yang dipublikasikan
pada tahun 1633.
Untuk menentukan sin 1 , al-Kashi menemukan rumus berikut sering
dikaitkan dengan Franois Vite di abad ke-16:
3
sin 3 =3 sin 4 sin

Kunci aritmatika

Perhitungan 2

Dalam karyanya pendekatan numerik, ia menghitung dengan benar 2


(atau \ Tau Untuk) 9 sexagesimal digit tahun 1424, dan mengkonversi
pendekatan ini 2 17 desimal tempat akurasi. Ini jauh lebih akurat
dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang diberikan dalam
matematika Yunani (3 tempat desimal oleh Archimedes), matematika Cina (7
tempat desimal oleh Zu Chongzhi) atau matematika India (11 tempat desimal
oleh Madhava dari Sangamagrama). Ketepatan perkiraan al-Kashi yang tidak
dilampaui sampai Ludolph van Ceulen menghitung 20 tempat desimal
hampir 200 tahun kemudian. Perlu dicatat bahwa tujuan al-Kashi bukanlah
untuk menghitung lingkaran konstan dengan banyak digit tetapi untuk
menghitung begitu tepat bahwa lingkar terbesar kemungkinan lingkaran
(ecliptica) dapat dihitung dengan presisi yang diinginkan (diameter rambut).

Pecahan Desimal
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman
kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang
diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya
besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas
dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal
abad ke-15 di Samarkand.

Segitiga Khayyam
Untuk menandingi kebesaran segitiga Pascal, di Persia dikenal
Segitiga Khayyam dari nama Omar Khayyam. Segitiga Pascal pertama kali
diketahui dari sebuah buku karya Yang Hui yang ditulis pada tahun 1261,
salah seorang ahli matematika Dinasti Sung yang termasyhur
.Namun, sebenarnya segitiga tersebut telah dibahas dalam buku karya
Al Kashi yang disebut dengan Segitiga Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa
ilmu di Cina dan Persia itu sudah tua. Sedangkan segitiga Pascal yang
dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli Aritmatika dari Jerman baru diterbitkan
pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Segitiga Khayyam muncul
terlebih dulu sebelum segitiga Pascal.

10. Sharaf al-Dn al-Muz affar ibn Muhammad ibn al-Muz affar al-Ts(1135 - 1213)
Sharaf al-Dn al-Muz a
ffar ibn Muhammad ibn al-Muz a
ffar al-Ts
(1135-1213) adalah matematikawan dan astronom Islam dari Persia. Sharif al-
Din mengajar berbagai topik matematika, astronomi dan yang terkait, seperti
bilangan, tabel astronomi, dan astrologi.
Tusi lahir di Tus, Iran. Dia mengajarkan berbagai topik matematika
termasuk ilmu angka, tabel astronomi dan astrologi, di Aleppo dan Mosul.
Murid terbaiknya adalah Kamal al-Din bin Yunus. Pada gilirannya Kamal al-Din
bin Yunus melanjutkan untuk mengajar Nasir al-Din al-Tusi, salah satu yang
paling terkenal dari semua ulama periode Islam. Pada saat ini Tusi tampaknya
telah memperoleh reputasi yang luar biasa sebagai guru matematika, untuk
beberapa perjalanan jauh berharap untuk menjadi murid-muridnya.
Al-Tusi menulis beberapa makalah tentang aljabar. Dia memberikan
metode yang kemudian dinamakan sebagai metode Ruffini-Horner untuk
menghampiri akar persamaan kubik. Meskipun sebelumnya metode inini telah
digunakan oleh para matematikawan Arab untuk menemukan hampiran akar
ke-n dari sebuah bilangan bulat, al-Tusi adalah yang pertama kali yang
menerapkan metode ini untuk memecahkan persamaan umum jenis ini
(OConnor, John J.; Robertson, Edmund F).
Dalam Al-Mu'adalat (Tentang Persamaan), al-Tusi menemukan solusi
aljabar dan numerik dari persamaan kubik dan yang pertama kali menemukan
turunan polinomial kubik, hasil yang penting dalam kalkulus diferensial (J. L.
Berggren,1990: 304-309)
Fungsi kubik
Untuk kegunaan lain dari kubik, lihat kubik.
Dalam matematika, sebuah fungsi kubik atau lebih dikenal sebagai fungsi
pangkat tiga adalah suatu fungsi yang memiliki bentuk
f ( x )=ax 3 +bx 2 +cx +d
dengan a bernilai tidak nol; atau dengan kata lain merupakan suatu
polinomial orde tiga. Turunan dari suatu fungsi kubik adalah suatu fungsi
kuadrat. Integral dari suatu fungsi kubik adalah fungsi pangkat empat (kuartik).
Menetapkan (x) = 0 menghasilkan persamaan kubik dengan bentuk:
3 2
ax +bx + cx+ d=0

Biasanya, koefisien a, b, c, dan d merupakan bilangan riil. Untuk


menyelesaikan persamaan kubik, caranya dengan mencari akar (nilai nol) dari
fungsi kubik.

Untuk pemecahan persamaan x 3+ a=bx , Al-Tusi menemukan titik

maksimum yaitu bxx 3=a . Dengan menggunakan turunan dari fungsi ia

menemukan bahwa titik maksimum adalah x=


b
3 ,
y=2
b
()
3
2
dengan

mengganti x=
b
3 kembali ke y=bx x
3
. Ia menemukan bahwa

3
b
3
persamaan bxx =a memiliki solusi jika a2 ( ).
3
2
Al-Tusi sehingga

b 3 a2
menyimpulkan bahwa persamaan memiliki akar positif jika D= 0 ,
27 4

Dimana D adalah Diskriminan dari persamaan. Dia mengerti


pentingnya diskriminan dari persamaan kubik dan digunakan versi awal
dari rumus Cardano untuk menemukan solusi aljabar untuk jenis tertentu
persamaan kubik (J. L. Berggren,1990: 304-309).
Sharaf al-Din juga mengembangkan konsep fungsi. Dalam analisisnya
3 2
tentang persamaan x + d=b x , misalnya, ia mulai dengan mengubah

2
bentuk persamaan untuk x ( bx )=d . Dia kemudian menyatakan bahwa

persamaan memiliki solusi tergantung pada apakah atau tidak "fungsi" di sisi
kiri mencapai nilai d . Untuk menentukan ini, ia menemukan nilai

maksimum untuk fungsi. Dia membuktikan bahwa nilai maksimum terjadi

3
2b 4b
x=
ketika 3 . Yang memberikan nilai fungsional 27 Sharaf al-Din

kemudian menyatakan bahwa jika nilai ini kurang dari d , Tidak ada solusi

2b
d x=
positif; jika sama dengan , Maka ada satu solusi di 3 ; dan jika

2b
d 0 dan
lebih besar dari , Maka ada dua solusi, satu di antara 3 dan

2b
dan b
salah satu di antara 3 (Victor J. Katz, Bill Barton (October 2007) :

185-201 [192])
Analisis Numerik
Dalam analisis numerik , esensi dari metode viete dikenal dengan al-
Tusi, dan ada kemungkinan bahwa tradisi aljabar dari al-Tusi, serta
pendahulunya Omar Khayyam dan penggantinya Jamshid al-Khasi , dikenal
algebraists Eropa abad ke-16 , Francois Viete adalah yang paling penting
(Ypma, Tjalling J. (December 1995), 531-551 [534] ).
Sebuah metode aljabar setara dengan metode Newton juga dikenal
dengan al-Tusi. Penggantinya al-Kashi kemudian digunakan bentuk metode

Newton untuk memecahkan x pN=0 untuk menemukan akar N. Di Eropa

Barat , metode yang sama kemudian dijelaskan oleh Henry Biggs dalam
bukunya Trigonometria Britannica, yang diterbitkan pada tahun 1633 (Ypma,
Tjalling J. (December 1995), 531-551 [539] ).

C. IMPLEMENTASI TERHADAP MATEMATIKA


Berbicara tentang Matematika tak akan pernah terlepas dari kehidupan.
Karena hampir dalam setiap aktivitas sehari-hari entah disadari atau tidak
pasti menggunakan Matematika. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang
tidur lagi. Oleh karena itu, Matematika menjadi salah satu pelajaran terpenting
yang harus dikuasai oleh setiap orang yang ingin meraih sukses dalam
kehidupannya. Dalam keahlian bermatematika dituntut untuk dapat
menyelesaikan masalah dengan benar, sekaligus diberi kebebasan untuk
menjawab dengan berbagai cara asalkan jawabannya benar dan dengan cara
yang benar. Seperti kata pepatah, Banyak jalan menuju Roma.
Selain itu, banyak sekali manfaat dari aplikasi Matematika dalam
kehidupan sehari-hari baik diterapkan dalam bidang ilmu lainnya maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Ada pepatah mengatakan Siapa yang
menguasai matematika dan bahasa maka ia akan menguasai dunia.
Matematika sebagai media melatih untuk berpikir kritis, inovatif, kreatif,
mandiri dan mampu menyelesaikan masalah sedangkan bahasa sebagai
media menyampaikan ide-ide dan gagasan serta yang ada dalam pikiran
manusia.
Penerapan Aljabar bagi siswa
Manfaat Aljabar bagi para pelajar adalah agar nilai ulangan Matematika
tidak jatuh saat diberi soal Aljabar. Dan sebagai tambahan nilai untuk nilai
kelulusan.
Selain itu, manfaat Aljabar yang sering diterapkan siswa adalah untuk
memanajemen uang saku yang diberikan orang tua tiap minggu.
Misalnya, uang saku Ana sebesar Rp 70.000,00 setiap minggu. Karena setiap
hari Selasa dan Rabu ada pelajaran tambahan, serta hari Jumat ada kegiatan
ekstra kurikuler pada pukul 14.20 WIB sedangkan setelah pulang sekolah kita
tidak pulang dahulu (langsung lanjut belajar tambahan) maka dibutuhkan uang
makan + uang jajan sebesar Rp 10.000,00. Ana kebingungan menentukan
uang saku setiap hari selain Selasa, Rabu, dan Jumat selama satu minggu
jika dalam satu minggu itu kita ingin menabung uang sebesar Rp 25.000,00.
Dengan bantuan aljabar Ana dapat menentukan uang saku kita per hari.
Cara mengerjakan menggunakan Aljabar:
Anggap uang saku per hari (selain Selasa, Rabu, dan Jumat karena sudah
ada jatahnya, yaitu Rp 10.000,00) dengan x. Maka,
Rp 70.000 = (uang saku 1 minggu)
Rp 25.000 = (uang tabungan selama 1 minggu)
70.000 25.000 = (3 X 10.000) + 1(6x -3x)
Rp 45.000 = Rp 30.000 + 1(3x)
Rp 45.000 = Rp 30.000 + 3x
Rp 45.000 Rp 30.000 = 3x
Rp 15.000 = 3x
x = Rp 15.000/3
x = Rp 5.000
{Mengapa (3 X 10.000)? 3 berasal dari Hari Selasa, Rabu, dan Jumat dalam
satu Minggu. Berarti kan ada 3 hari}
{Mengapa 1(6x 3x)? 1 berasal dari 1 minggu sedangkan 6x 3x berasal dari
6 hari dalam satu Minggu kecuali Minggu karena libur, dikurangi 3 hari
(Selasa, Rabu, dan Jumat karena telah dijatah)}
Jadi, uang saku per hari yang gunakan selain Selasa, Rabu, dan Jumat (sekali
lagi karena telah dijatah) dan selain Minggu (karena libur) maksimal sebesar
Rp 5.000,00.
Penerapan Trigonometri
Dalam kehidupan sehari hari sering terlihatt seorang sedang
mengukur jalan yang akan diperbaiki ataupun gedung bertingkat yang sedang
dibangun. Para arsitek tersebut bekerja dengan menggunakan perbandingan
trigonometri.
Trigonometri menemukan penggunaannya yang sempurna pada Arsitektur
modern. Kurva-kurva indah pada permukaan baja, bebatuan, kayu, dan lain-
lain dapat diwujudkan karena potensi yang besar dari ilmu ini.
Teknologi pencitraan dari komputer dapat digunakan dalam dunia
kedokteran secara luar biasa untuk menemukan sumber beberapa penyakit
ganas.
Itu baru sebagian kecil dari manfaat trigonometri, perlu alasan lain untuk
menemukan rumus-rumus trigonometri membantu dalam kehidupan sehari-
hari.
Penerapan Geometri
Menurut Novelisa Sondang bahwa Geometri menjadi salah satu ilmu
Matematika yang diterapkan dalam dunia arsitektur; juga merupakan salah
satu cabang ilmu yang berkaitan dengan bentuk, komposisi, dan proporsi.
Penerapan Geometri dalam kehidupan sehari hari, diantaranya :
1. Digunakan dalam pengukuran panjang atau jarak dari suatu tempat ke
tempat lain.
2. Menetapkan satuan panjang dan satuan luas.
3. Berpikir Geometri dan berpikir visual dalam seni, arsitek, desain, grafik,
animasi serta puluhan bidang kejuruan lainnya.
Jadi matematika tidak hanya digunakan di sekolahan saja tanpa ada
manfaat yang jelas. Justru matematika itu sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari.

D. KESIMPULAN

Banyak matematikawan muslim yang berperan penting didalam


perkembangan ilmu matematika. Namun sangat memalukannya kita sebagai
seorang muslim hanya sedikit yang mengetahui peran mereka semua.

Al-kwarizmi penemu aljabar dan angka nol, Ibn al-Haytham dengan


argumennya yang didasarkan pada pernyataan benar namum belum terbukti
bahwa setiap nilai prima P membagi (P - 1)! + 1 dan menghitung massa dua
benda padat dengan memutar segmen parabola, Al-Biruni membuktikan
teorema "The Broken Chord dan ia memberikan 22 bukti untuk teorema ini,
Omar Khayyam penemu geometri dan karya Saccheri, Nasir al-Din
menemukan Dalil Keparalelan Euclid, Ali bin Abi Thalib penemu KPK
(kelipatan Persekutuan Terkecil), Abu al-Wafa penemu Trigonometri, Al-
Battani menemukan prinsip-prinsip trigonometri, Al-Kashi penemu Hukum
Cosinus, Al-Tusi penemu Fungsi Kubik dan banyak lagi tokoh matematika
muslim yang perannya dibidang matematika yang sangat penting.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Rizqon H. S. 2014. Khazanah Sains Dan Matematika Dalam Islam.


Program Studi Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi & Bisnis UIN Jakarta.
J. L. Berggren (1990). "Innovation and Tradition in Sharaf al-Din al-Tusi's
Muadalat", Journal of the American Oriental Society 110 (2), p. 304-
309.
OConnor, John J.; Robertson, Edmund F,. Sharaf Al-Din Al-Muzaffar al-Tusi,
MacTutor History of Mathematics archive, University of St Andrews.
Shoelhi, M. 2002. Dari Penakluk Jerusalem Hingga Angka Nol. Jakarta:
Republika
Suyitno, Hardi. 2016. Pengantar Filsafat Matematika. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama
Victor J. Katz, Bill Barton (October 2007), "Stages in the History of Algebra
with Implications for Teaching",Educational Studies in
Mathematics (Springer Netherlands) 66 (2): 185-201 [192], doi:
10.1007/s10649-006-9023-7
Ypma, Tjalling J. (December 1995), "Historical Development of the Newton-
Raphson Method", SIAM Review (Society for Industrial and Applied
Mathematics) 37 (4): 531-551 [534]
Ypma, Tjalling J. (December 1995), "Historical Development of the Newton-
Raphson Method", SIAM Review (Society for Industrial and Applied
Mathematics) 37 (4): 531-551 [539]
Mohamed, Mohaini. 2004. Matematikawan Muslim Terkemuka. Jakarta:
Salemba Teknika.

Anda mungkin juga menyukai