Anda di halaman 1dari 4

Diskusi sesi 3

Sejarah dan Filsafat Matematka

Nama : Yunia Lestari

NIM : 530037521

Matematika Yunani Kuno

Seperti yang kita ketahui bahwa matematika Yunani menggunakan penalaran deduktif.
Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan
menggunakan kekakuan matematika untuk membuktikannya. Berikut beberapa matematikawan
pada masa Yunani kuno:

1. Thales(± 624 – 548 SM)

Thales mengemukakan lima teorema tentang geometri, yang mungkin diperolehnya dari
hasil perjalanannya. Teorema tersebut adalah:

 Suatu lingkaran dibagi dua sama besar oleh diameternya.


 Sudut-sudut alas suatu segitiga sama kaki adalah sama.
 Pasangan sudut siku-siku yang dibuat oleh dua garis yang berpotongan adalah sama.
 Dua segitiga adalah sama dan sebangun apabila dua sudut dan satu sisinya sama.
 Suatu sudut yang dilukis dalam setengah lingkaran adalah siku-siku.

2. Phytagoras
Motto dari Phytagoras yang terkenal adalah “semua adalah bilangan” atau “bilangan
menguasai seluruh alam”. Dalam hal ini, bilangan dianggap sebagai sejumlah titik dalam
konfigurasi geometri, yang menggambarkan mata rantai antara geometir dan aritmatika.
Phytagoras dan pengikutnya membangun bilangan-bilangan figuratif dimana banyak teorema
menarik yang dapat dibuat dengan bilangan figuratif ini, antara lain: Bilangan triangular,
Bilangan bujursangkar, Bilangan pentagon, Bilangan hexagon, Bilangan persegi panjang.
3. Hippocrates
Menurut teorema Hippocrates, segment-segment yang sebangun dari lingkaran-lingkaran
yang mempunyai ratio yang sama dengan kuadrat-kuadrat alasnya. Hippocrates
mendemonstrasikan teoremanya ini dengan memperlihatkan bahwa luas dua lingkaran adalah
berbanding lurus dengan kuadrat diameter-diameternya.

4. Archytas
Dia adalah seorng jenderal dan negarawan sekaligus seorang pengikut Phytagoras yang
menempatkan aritmatika diatas geometri. Archytas adalah orang yang sangat perhatian
dengan pendidikan dan kurikulum sekolah. Dia membagi matematika atas empat cabang
matematika, yakni aritmatika, geometri, musik dan astronomi. Salah satu karya Archytas
yang menonjol adalah penyelesaian Delion Problem dengan tiga dimensi yang
melibatkan kerucut dan silinder, yang merupakan langkah pertama kepada geometri
analitik.

5. Eudoxus (408 – 355 SM)


Eudoxus adalah salah seorang murid Plato.Dalam bidang matematika, Eudoxus
memperkenalakan hal baru mengenai perbandingan seharga. Dimana a/b = c/d jika dan hanya
jika diketahui bilangan m dan n, bilangan ma < nb, maka mc < nd, atau jika ma = nb, maka
mc = nd, atau jika ma > nb, maka mc > nb.
Disamping defenisi mengenai perbandingan seharga, Eudoxus menemukan lagi suatu
aksioma yang sering disebut dengan”aksioma kontuinitas”. Aksioma ini menyatakan bahwa:
apabila diketahui dua besaran yang mempunyai suatu ratio (artinya bilangan tersebut tidak
ada yang sama dengan nol) maka dapat dicari suatu pengali sehingga salah satunya lebih
besar dari yang lain.
Matematika Babilonia serta perkembangannya
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Bilangan 60 digunakan untuk menyatakan waktu, sejam 60 menit, semenit 60 detik.
Bilangan 60 ini digunakan pertama kali oleh bangsa Sumeria, jadi mereka berhitung dengan
basis 60 atau disebut juga Sexagesimal. Alasan kenapa digunakan bilangan 60 adalah bilangan
ini bilangan terkecil yang bisa dibagi oleh enam angka pertama yaitu: 1,2,3,4,5,6.Jadi dengan
mudah kita bisa terbayang: 1/2 jam = 30 mnt, 1/3 jam = 20 menit, 1/4 jam = 15 menit, dst.
Alasan lain juga karena sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah
sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10.

Matematika Mesir serta perkembangannya


Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah
Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis
bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya). Lembaran itu adalah manual instruksi
bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika,
geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan
sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde
satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Matematika yunani
Matematika Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut
matematika helenistik. Kata "matematika" sendiri diturunkan dari kata Yunani kuno μάθημα
(mathema), yang artinya "pelajaran tentang instruksi". Matematika Yunani terdiri dari sebuah
periode besar di dalam sejarah matematika, sangat mendasar dalam geometri dan gagasan bukti
formal. Matematika Yunani juga bersumbangsih penting bagi gagasan-gagasan teori bilangan,
analisis matematika, matematika terapan, dan, pada periode itu, mendekati capaian kalkulus
integral. Capaian yang paling berkarakter dari matematika Yunani mungkin teori irisan kerucut,
banyak dikembangkan di dalam periode Helenistik. Metode yang digunakan ini tidak membuat
penggunaan eksplisit aljabar, tidak pula trigonometri.

Anda mungkin juga menyukai