Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH MATEMATIKA

1. Sejarah awal matematika


Bagaimanakah manusia zaman dulu memunculkan matematika? Proses apa yang
terjadi sampai terbentuk ilmu matematika seperti sekarang? Sebagai seorang historian of
mathematics terlebih dahulu harus mengatahui produk dan metode-metode matematika
dari awal kemunculan dan perkembangannya. Kemudian memahami ide dan konsep
dasar serta hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, manfaatnya dan bagaiamana
kemudian menjadi konstruksi matematis dan tersebar luas ke seluruh penjuru dunia.
Lebih lanjut seorang historian mathematics juga harus dapat menggunakan pikirannya
untuk dapat mengimplementasikan dan menggunakan apa yang dipelajarinya dari sejarah
matematika, untuk selanjutnya dikembangkan dan menjadi suatu aktualisasi yang nyata
dalam kehidupan.
Matematika mulai muncul dan berkembang di Mesopotamia, Mesir Kuno, dan
Yunani Kuno. Manusia prasejarah telah berhasil mengetahui cara mencacah objek-objek
fisik, mereka juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu, hari, musim,
tahun. Manusia zaman itu mengidentifikasi hal-hal atau kejadian-kejadian dari alam
kemudian dilakukan pengukuran, sehingga terciptalah produk-produk seperti jam air, jam
pasir, dan jam matahari. Mereka menggunakan hakikat alam yakni ruang dan waktu
sehingga terbentuk ide dan konsep menganai waktu.
Penggunaan terkuno matematika yang lain adalah dalam perdagangan,
pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan berkembang luas sejak tahun
3000 SM ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar,
dangeometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan
konstruksi, dan astronomi. Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah
dan berlanjut hingga kini.
Benda matematika tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo,
ditemukan di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35000
SM. Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang
fibula baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk
mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti
dengan tanda yang berbeda. Juga artefak prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis,
dari tahun 35.000 SM dan berumur 20.000 tahun, menunjukkan upaya dini untuk
menghitung waktu.
Banyak artefact-artefact matematika, produk matematika, ide dan konsep
matematika dari Zaman Archaic, Tibal, Tradisional, Feodal, hingga Zaman Modern, Pos
Modern, dan Kontemporer. Matematika Babilonia dan Matematika Mesir Kuno hidup
pada Zaman Archaic hingga Tradisional. Sedangkan Matematika Yunani Kuno pada
Zaman Tradisional hingga Feodal. Catatan-catatan matematika dalam bentuk artifact
berasal dari Zaman Archaic hingga Tribal, sedangakan Zaman Tradisona hingga Feodal
sudah dalam bentuk buku.
Temuan-temuan matematika sejak zaman pra sejarah tentu memberikan pengaruh
dan manfaat yang sangat besar. Dibutuhkan proses yang sangat panjang hingga diperoleh
ilmu matematika seperti saat ini. Ilmu matematika adalah ilmu yang terus berkembang,
seiring kehidupan berjalan, masalah-masalah yang bermunculan, dan usaha
memecahkannya.

2. Sejarah perkembangan matematika


Perkembangan matematika ini sangat berkaitan pada sejarah matematika itu
sendiri. Perkembangan ini dimulai dari perkembangan matematika sebelum abad 15-16,
perkembangan matematika abad 15-16, perkembangan matematika setelah abad 15-16.
a. Perkembangan matematika sebelum abad 15-16
Matematika Prasejarah (Prehistoric Mathematics)
Asal usul pemikiran matematika terletak pada konsep angka, besar, dan bentuk.
Konsep angka juga telah berevolusi secara bertahap dari waktu ke waktu. Seperti
halnya pada zaman purba, berabad-abad sebelum Masehi, manusia telah mempunyai
kesadaran akan bentuk-bentuk benda di sekitarnya yang berbeda. Seperti batu
berbeda dengan kayu, pohon yang satu berbeda dengan pohon yang lain. Kesadaran
seperti ini yang menjadi bibit lahirnya matematika terutama pada geometri. Itulah
sebabnya geometri dianggap sebagai bagian matematika yang tertua.
Timut Dekat Kuno (Ancient Near East)
Mesopotamia (Matematika Babylonia)
Matematika babylonia telah mengembangkan matematika dengan
menuliskan tabel perkalian pada tablet tanah liat, menangani latihan geometri,
masalah pembagian serta mencakup topik mengenai pecahan, aljabar, persamaan
kuadrat dan perhitungan pasangan berbalik nilai. Pada masa ini telah ditulis
sistem angka sexagesimal (basis-60). Dari sini berasal penggunaan modern dari
60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat
dalam lingkaran, serta penggunaan detik dan menit dari busur untuk menunjukkan
pecahan derajat.
Mesir (Matematika Mesir)
Teks matematika yang paling luas adalah papirus Rhind (Papyrus Ahmes)
yang berisi tentang uraian belajar aritmatika, geometri, teori bilangan, dan
persamaan linier.
Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa
Mesir. Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai
bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika
Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut
di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa
Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran
Rhind (kadang-kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya),
diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah
salinan dari dokumen yang lebih tua dariKerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-
1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan
geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian,
perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-
rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan
Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan
aritmetika dan geometri.
Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind
menyiratkan bahasan paling sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama,
cara memperoleh hampiran yang akurat kurang dari satu persen; (2) kedua,
upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga, penggunaan terdini kotangen.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga
dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini
berisikan soal kata atau soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus karena soal itu memberikan
metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal: "Jika Anda dikatakan: Limas
terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2
satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda
menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4.
Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6,
sama dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka
lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."
Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM ) menunjukkan bahwa
bangsa Mesir kuno dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.
Yunani (Matematika Yunani dan Helenistik)
Matematikawan Yunani menggunakan logika untuk mendapatkan
kesimpulan dari defenisi dan aksioma dan digunakan ketelitian matematika untuk
bukti mereka. Thales dari Miletus adalah matematikawan pertama yang
menerapkan penalaran deduktif pada geometri.
Pythagoras dari Samos
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di
dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M. Matematikawan
Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur,
dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan
bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar
Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik.
Thales dari Miletus
Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang
dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah
matematika pra-Yunani yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan
penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang yang digunakan
untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani
menggunakan penalaran deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk
menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan menggunakan kekakuan
matematika untukmembuktikannya.
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira
624 sampai 546 SM) danPythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507
SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka
mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda,
Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan
astronomi dari pendeta Mesir.
Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan
ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai
orang pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada
geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari teorema Thales.
Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi
pertama yang menghasilkan temuan matematika. Pythagoras
mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah
yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah
bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika",
dan merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras
dihargai sebagai penemu bukti pertamateorema Pythagoras, meskipun
diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan
bukti keujudan bilangan irasional.
Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM)
Mengembangkan metoda kelelahan, sebuah rintisan
dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai
menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari
format yang masih digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi,
aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen,
dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-
20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem
Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah
irasional dan terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan
Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan bilangan
prima.
Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM)
Dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan untuk menghitung luas di
bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan
memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga
mengkajispiral yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda
putar, dan sistem rintisan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar.
India (Matematika India)
Catatan tertua matematikawan India seperti The Sulba Sutra berisi
lampiran teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk membangun
altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain. lampiran ini
juga memberi metode untuk membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang
luasnya sama. Sedangkan catatan The Siddhanta Surya memperkenalkan fungsi
trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan meletakkan aturan untuk
menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda langit. Madhava dari
Sangamagrama menemukan seri Madhava-Leibniz dan menghitung nilai
sebagai 3,14159265359.
Matematika Islam (Abad Pertengahan)
Matematikawan Persia, Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi sering
disebut "bapak aljabar" menulis beberapa buku metode untuk memecahkan
persamaan aljabar. Perkembangan lebih lanjut dalam aljabar dibuat oleh Al-Karaji
dengan memperluas metodologi untuk menggabungkan kekuatan dan akar
integer-integer dari jumlah yang tidak diketahui.
Sedangkan Omar Khayyam menulis Discussions of the Difficulties in
Euclid, sebuah buku tentang kelemahan dalam Euclid's Elements, terutama
postulat paralel dan meletakkan dasar untuk geometri analitik dan geometri non-
Euclidean. Sharaf al-Din al-Tusi memperkenalkan konsep fungsi dan dia adalah
orang pertama yang menemukan turunan dari polinomial pangkat tiga yang
dikembangkan dari konsep kalkulus diferensial.
Matematika Eropa Abad Pertengahan (Medieval European Mathematics)
Abad Pertengahan Awal (Early Middle Ages)
Pada masa ini, Boethius seorang matematikawan memasukkan matematika
ke dalam kurikulum ketika menciptakan quadrivium istilah untuk
menggambarkan studi aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.
Kebangkitan Kembali (Rebirth)
Semenjak buku Khawarizmi The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing diterjemahkan dan teks lengkap Euclid's Elements.
Berdampak dengan banyaknya pembaruan dalam matematika. Seperti halnya
Fibonacci yang menulis dalam Abaci Liber.
b. Perkembangan matematika abad 15-16
Perkembangan matematika hampir berhenti antara abad keempat belas dan paruh
pertama abad kelima belas. Karena banyak faktor-faktor sosial menyebabkan situasi ini.
Namun pada awal pertengahan abad kelima belas terjadi perubahan secara bertahap.
c. Perkembangan matematika setelah abad 15-16
Pada abad ke-17, Simon Stevin menciptakan dasar notasi desimal modern yang
mampu menggambarkan semua nomor, baik rasional atau tidak rasional. Gottfried
Wilhelm Leibniz di Jerman, mengembangkan kalkulus dan banyak dari notasi kalkulus
masih digunakan sampai sekarang.
Ahli matematika yang paling berpengaruh pada abad ke-18 adalah Leonhard
Euler. Kontribusinya berupa pendirian studi tentang teori graph dengan Tujuh tangga dari
masalah Knigsberg untuk standardisasi banyak istilah matematika modern dan notasi
serta mempopulerkan penggunaan sebagai rasio keliling lingkaran terhadap
diameternya. Selanjutnya Joseph Louis Lagrange banyak memiliki karya pada
matematika, seperti teori bilangan, aljabar, kalkulus diferensial dan kalkulus variasi
Pada abad ke-19, banyak matematikawan yang mengkaji berbagai bidang pada
matematika. Seperti Hermann Grassmann di Jerman memberikan versi pertama ruang
vector, William Rowan Hamilton di Irlandia mengembangkan aljabar noncommutative,
George Boole di Inggris merancang aljabar yang sekarang disebut aljabar Boolean
yang menjadi titik awal dari logika matematika dan memiliki aplikasi penting dalam
ilmu komputer, dan Georg Cantor mendirikan dasar pertama dari teori himpunan.
Salah satu tokoh fenomenal dalam matematika abad ke-20 Srinivasa Aiyangar
Ramanujan, seorang otodidak India yang membuktikan lebih dari 3000 teorema.
Termasuk sifat-sifat angka yang sangat komposit, fungsi partisi dan asymptotics, dan
fungsi theta. Dia juga membuat investigasi besar di bidang fungsi gamma, bentuk
modular, seri berbeda, seri hipergeometrik dan teori bilangan prima. Perkembangan
terakhir adalah pada tahun 2003 konjektur Poincar diselesaikan oleh Grigori Perelman.

3. Hubungan filsafat dengan matematika


Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain
sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi
para filsuf, metodenya juga banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat.
Pada abad terakhir di mana logika yang merupakan kajian sekaligus pondasi matematika
menjadi bahan kajian penting baik oleh para matematikawan maupun oleh para filsuf.
Logika matematika mempunyai peranan hingga sampai era filsafat kontemporer
di mana banyak para filsuf kemudian mempelajari logika. Logika matematika telah
memberi inspirasi kepada pemikiran filsuf, kemudian para filsuf juga berusaha
mengembangkan pemikiran logika misalnya logika modal, yang kemudian
dikembangkan lagi oleh para matematikawan dan bermanfaat bagi pengembangan
program komputer dan analisis bahasa.
Salah satu titik krusial yang menjadi masalah bersama oleh matematika maupun
filsafat misalnya persoalan pondasi matematika. Baik matematikawan maupun para filsuf
bersama-sama berkepentingan untuk menelaah apakah ada pondasi matematika? Jika ada
apakah pondasi itu bersifat tunggal atau jamak? Jika bersifat tunggal maka apakah
pondasi itu? Jika bersifat jamak maka bagaimana kita tahu bahwa satu atau beberapa
diantaranya lebih utama atau tidak lebih utama sebagai pondasi?
Pada abad 20, Cantor diteruskan oleh Sir Bertrand Russell, mengembangkan teori
himpunan dan teori tipe, dengan maksud untuk menggunakannya sebagai pondasi
matematika. Namun kajian filsafat telah mendapatkan bahwa di sini terdapat paradoks
atau inkonsistensi yang kemudian membangkitkan kembali motivasi matematikawan di
dalam menemukan hakekat dari sistem matematika.
Dengan teori ketidak-lengkapan, akhirnya Godel menyimpulkan bahwa suatu
sistem matematika jika dia lengkap maka pastilah tidak akan konsisten; tetapi jika dia
konsisten maka dia patilah tidak akan lengkap. Hakekat dari kebenaran secara bersama
dipelajari secara intensif baik oleh filsafat maupun matematika. Kajian nilai kebenaran
secara intensif dipelajari oleh bidang epistemologi dan filsafat bahasa.
Di dalam matematika, melalui logika formal, nilai kebenaran juga dipelajari
secara intensif. Kripke, S. dan Feferman (Antonelli, A., Urquhart, A., dan Zach, R. 2007)
telah merevisi teori tentang nilai kebenaran; dan pada karyanya ini maka matematika dan
filsafat menghadapi masalah bersama. Di lain pihak, pada salah satu kajian filsafat, yaitu
epistemologi, dikembangkan pula epistemologi formal yang menggunakan pendekatan
formal sebagai kegiatan riset filsafat yang menggunakan inferensi sebagai sebagai
metode utama. Inferensi demikian tidak lain tidak bukan merupakan logika formal yang
dapat dikaitkan dengan teori permainan, pengambilan keputusan, dasar komputer dan
teori kemungkinan.
Para matematikawan dan para filsuf secara bersama-sama masih terlibat di dalam
perdebatan mengenai peran intuisi di dalam pemahaman matematika dan pemahaman
ilmu pada umumnya. Terdapat langkah-langkah di dalam metode matematika yang tidak
dapat diterima oleh seorang intuisionis. Seorang intuisionis tidak dapat menerima aturan
logika bahwa kalimat a atau b bernilai benar untuk a bernilai benar dan b bernilai
benar. Seorang intuisionis juga tidak bisa menerima pembuktian dengan metode
membuktikan ketidakbenaran dari ingkarannya. Seorang intuisionis juga tidak dapat
menerima bilangan infinit atau tak hingga sebagai bilangan yang bersifat faktual.
Menurut seorang intuisionis, bilangan infinit bersifat potensial. Oleh karena itu kaum
intuisionis berusaha mengembangkan matematika hanya dengan bilangan yang bersifat
finit atau terhingga.
Banyak filsuf telah menggunakan matematika untuk membangun teori
pengetahuan dan penalaran yang dihasilkan dengan memanfaatkan bukti-bukti
matematika dianggap telah dapat menghasilkan suatu pencapaian yang memuaskan.
Matematika telah menjadi sumber inspirasi yang utama bagi para filsuf untuk
mengembangkan epistemologi dan metafisik. Dari pemikiran para filsuf yang bersumber
pada matematika diantaranya muncul pemikiran atau pertanyaan: Apakah bilangan atau
obyek matematika memang betul-betul ada? Jika mereka ada apakah di dalam atau di luar
pikiran kita? Jika mereka ada di luar pikiran kita bagaimana kita bisa memahaminya?
Jika mereka ada di dalam pikiran kita bagaimana kita bisa membedakan mereka dengan
konsep-konsep kita yang lainnya? Bagaimana hubungan antara obyek matematika dengan
logika? Pertanyaan tentang ada nya obyek matematika merupakan pertanyaan metafisik
yang kedudukannya hampir sama dengan pertanyaan tentang keberadaan obyek-obyek
lainnya seperti universalitas, sifat-sifat benda, dan nilai-nilai; menurut beberapa filsuf jika
obyek-obyek itu ada maka apakah dia terkait dengan ruang dan waktu? Apakah dia
bersifat aktual atau potensi? Apakah dia bersifat abstrak? Atau konkrit? Jika kita
menerima bahwa obyek matematika bersifat abstrak maka metode atau epistemologi yang
bagaimana yang mampu menjelaskan obyek tersebut? Mungkin kita dapat menggunakan
bukti untuk menjelaskan obyek-obyek tersebut, tetapi bukti selalu bertumpu kepada
aksioma. Pada akhirnya kita akan menjumpai adanya infinit regress karena secara
filosofis kita masih harus mempertanyakan kebenaran dan keabsahan sebuah aksioma.
Hannes Leitgeb di (Antonelli, A., Urquhart, A., dan Zach, R. 2007) di
Mathematical Methods in Philosophy telah menyelidiki penggunaan matematika di
filsafat. Dia menyimpulkan bahwa metode matematika mempunyai kedudukan penting di
filsafat. Pada taraf tertentu matematika dan filsafat mempunyai persoalan-persoalan
bersama. Hannes Leitgeb telah menyelidiki aspek-aspek dalam mana matematika dan
filsafat mempunyai derajat yang sama ketika melakukan penelaahan yatitu kesamaan
antara obyek, sifat-sifat obyek, logika, sistem-sistem, makna kalimat, hukum sebab-
akibat, paradoks, teori permainan dan teori kemungkinan. Para filsuf menggunakan
logika sebab-akibat untuk untuk mengetahui implikasi dari konsep atau pemikirannya,
bahkan untuk membuktikan kebenaran ungkapan-ungkapannya. Joseph N. Manago
(2006) di dalam bukunya Mathematical Logic and the Philosophy of God and Man
mendemonstrasikan filsafat menggunakan metode matematika untuk membuktikan
Lemma bahwa terdapat beberapa makhluk hidup bersifat eternal. Makhluk hidup yang
tetap hidup disebut bersifat eternal.

Anda mungkin juga menyukai