Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang
bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil
di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu
sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang
Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk
mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu
diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika
bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari
bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan
perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim.
Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang
dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu
diperlukan bilangan-bilangan.
Bilangan dalam perkembangannya setelah para pakar matematika
menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata untuk mendefenisikan
bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan
dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu
bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi
dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah bilangan di dunia ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah bilangan di dunia

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sejarah Teori Bilangan


Sejarah dalam arti sempit yaitu kejadian atau peristiwa. Sedangkan
dalam arti luas adalah suatu peristiwa manusia dari akar dalam realisasi diri
dengan kebebasan dan keputusan daya rohani. Sejarah dalam Bahasa Yunani
dari kata Historia yang berarti penyelidikan atau pengetahuan yang
mendalam. Menurut Bahasa Arab sejarah berasal dari kata syarataun yang
berarti pohon kayu yang bercabang-cabang karena sejarah antar satu titik
kejadian yang bercabang ke titik kejadian yang lain yang saling berhubungan.
Sedangkan menurut Bahasa Jawa adalah babad yang berarti riwayat dan
sejarah atau dapat dikatakan memotong tumbuhan dengan pisau sehingga
terang.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran
pemikiran teoritis yang mereka definisikan sebagai menentukan
bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat
saling berhubungan.
Sedangkan bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan
untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep bilangan pada awalnya
hanyalah untuk kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah.
Lambat laun, setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol
dan kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan.
Jadi, menurut kelompok kami sejarah teori bilangan adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajarai suatu kejadian di masa lampau berupa
serangkaian definisi dan dalil yang saling berhubungan guna untuk
kepentingan suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Bilangan
Berikut ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan perkembangan
bilangan (teori bilangan) dari jaman dahulu sampai yang dipergunakan
sekarang ini.

a) Sejarah Matematika Purbakala


Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang
bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil
di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu
sepanjang sungai Indusdan Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho
dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk
mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu
diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika
bersama-sama.Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal
dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka
memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuaidengan
perubahan musim.
Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah
yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu
diperlukan bilangan-bilangan. Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan
untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya himpunanelah
parapakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata
yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal
yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam
kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya
bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,
ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek
kehidupan lainnya. Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk
menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing
suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan
dalam bentuk simbol. Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X
ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan
oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal
bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini.

b) Perkembangan Teori Bilangan


1. Teori Bilangan pada Suku Babilonia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang


dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan
Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai Matematika
Babilonia karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika
Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus
Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika
Islam.Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir,
pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam
tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku
atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya
rumahan.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal
dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan,
aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular,
invers perkalian, dan bilangan prima kembar.Lempengan itu juga meliputi
tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi 2
yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan
seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan
60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat
untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur
4

lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang


Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat
yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri
menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem decimal.
2. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam


bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur
dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan
Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di
bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika
bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran
Rhind (kadang-kadang disebut juga Lembaran Ahmes berdasarkan
penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin
lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan
Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual
instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumusrumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan,
lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya,
termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan
harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori
bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara
menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan
geometri. Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran
Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890
SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang barangkali
ditujukan sebagai hiburan.
Sistem penulisan orang orang mesir menggunakan simbol
Hieroglif dan Hieratic : Hieroglif adalah gambar kecil yang mewakili katakata. Misalnya, untuk menggambarkan dengan kalimat Aku mendengar
anjing menggonggong mungkin diwakili oleh : Mata, telinga, kulit

pohon + kepala mahkota, anjing. Simbol yang sama mungkin berarti


sesuatu yang berbeda dalam konteks yang berbeda, Jadi mata mungkin
berarti melihat sementara telinga mungkin berarti suara. Orang
Mesir memiliki system bilangan basis 10 hieroglif. Dengan ini berarti
bahwa mereka memiliki symbol terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan,
ribuan, puluhribuan, ratusribuan, dan jutaan.

Berikut ini adalah angka hieroglif.

Cara penulisan angka Hieroglif

Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada


Papyrus Anastasi 1, dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III
mencatat pengukuran lahan. Angka hieroglif agak berbeda dalam periode
yang berbeda, namun secara umum mempunyai style serupa. Sistem
bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah penemuan tulisan di
papirus, terdiri dari angka hieratic. Angka ini memungkinkan bilangan
ditulis dalam bentuk yang jauh lebih rapi dari sebelumnya saat
menggunakan sistem yang membutuhkan lebih banyak simbol yang harus
dihafal. Berikut adalah versi dari angka hieratic.

Seperti hieroglif, simbol hieratic berubah dari waktu ke waktu


tetapi mereka mengalami perubahan lagi dengan enam periode yang
berbeda. Awalnya simbol-simbol yang digunakan cukup dekat
hubungannya dengan tulisan hieroglif namun bentuknya menyimpang dari
waktu ke waktu. Versi yang diperlihatkan dari angka hieratic dari sekitar
1800 SM. Kedua system berjalan secara parallel selama sekitar 2000 tahun
dengan simbol hieratic yang digunakan dalam menulis di papirus, seperti
misalnya dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow, sementara hieroglif
terus digunakan ketika dipahat pada batu.
3. Teori Bilangan pada Suku Bangsa India
Sulba Sutras (kira-kira 800500 SM) merupakan tulisan-tulisan
geometri yang menggunakan bilangan irasional,bilangan prima, aturan tiga
dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari
seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya
menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikanpersamaan linear dan
kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan
memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan aturan-aturan tata bahasa
Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika
modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi.
Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalah
prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan
biner. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang
disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya
melalui perhitungan luas daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya
merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi miring (hypotenosa)
adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b.

Hasil kajian yang lain yang sangat popular sampai sekarang adalah
pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit.Bilangan prima adalah
bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor positif
kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain
bilangan prima disebut bilangan komposit.
Awal dari algoritma dikerjakan oleh Euclid. Pada sekitar abad 4
S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar geometri dan teori
bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk mencari
Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan
menggunakan suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah
langkah yang terhingga. Kata algoritma berasal dari algorism.
Pada zaman Euclid, istilah ini belum dikenal. Kata Algorism
bersumber dari nama seorang muslim dan penulis buku terkenal pada
tahun 825 M., yaitu Abu Jafar Muhammed ibn Musa Al-Khowarizmi.
Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami lahirnya istilah
Algorism. Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai
oleh hasil kerja Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan nama
Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes). Dalam enam abad
berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika,
yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan
bilangan rasional, dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris
seperti yangdikembangkan oleh Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini,
Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri aljabar.
4. Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi)
Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de
Fermat (1601-1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (17361813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind
(1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932),
Poisson (1866-1962), danHadamard (1865-1963). Sebagai seorang
pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan
kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori
bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas
konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep
bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain
sebagainya.

5. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Yunani


Bahasa matematika menjadi sesuatu yang penting dalam setiap
perubahan kehidupan. Tak heran lagi, bilangan senantiasa hadir dan
dibutuhkan dalam sains, teknologi, dan ekonomi bahkan dalam dunia
musik, dll.
Dahulu di Yunani, ketika orang primitif hidup di gua-gua dengan
mengendalikan makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua
atau berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung menghitung,
atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi, tatkala mereka mulai
hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa
banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak
persediaan makanan saat ini. Dengan demikian, mulailah mereka
membutuhkan dan menggunakan hitung menghitung.
Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan
lebih banyak untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk
membandingkan dua kelompok kupu-kupu yang berbeda banyaknya.
Mereka hanya bisa membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok
kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang atau
milik orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal dan belajar
perhitungan sederhana. Mula-mula, manusia menggunakan kerikil,
menggunakan simpul pada tali,menggunakan jari jemarinya, atau memakai
ranting untuk menyatakan banyak hewan dan kawanannya atau anggota
keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang
konsep bilangan. Ketika seseorang berfikir tentang bilangan dua, maka
dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua
buah. Misalnya ada dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya kata dua
dilambangkan dengan 2. Karena menyatakan bilangan dengan
menggunakan kerikil,ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka
orang mulai berpikir untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu
lambang.
Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut angka.
Seperti halnya di Mesir dan Mesopotamia, bangsa Yunani pun
mengembangkan system numerasinya sendiri. System numerasi yang
digunakan bangsa Yunani ada dua macam, yaitu bilangan attic dan
bilangan ionik.
Adapun bilangan itu antara lain :

a) Bilangan Attic (Yunani Kuno)


Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM.
Tulisan ini ditemukan didaerah reruntuhan Yunani yang bernama
Attic. System numerasi attic dilambangkan sederhana, dimana angka
satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat (misalnya
dua dengan II).
Angka loteng digunakan oleh orang Yunani kuno, mungkin
dari abad ke-7 SM. Mereka juga dikenal sebagai angka Herodianic
karena mereka pertama kali dijelaskan dalam sebuah naskah abad ke-2
oleh Herodes. Mereka juga dikenal sebagai angka acrophonic karena
simbol-simbol berasal dari huruf pertama dari kata-kata yang
mewakili simbol: lima, sepuluh, seratus, ribu dan sepuluh ribu.
Berikut merupakan bilangan attic :
Angka

Lambang

10

(deka)

Lambang Bilangan Attic :


1. Menyerupai penulisan lambang bilangan
Kuno

Mesir

2. Ditulis menurut sistem pengelompokkan


100

H (Hskaton)

1000

X (Khilioi)

10000

M (Myrlon)

3. Menggunakan dasar bilangan desimal


4. Menggunakan lambang bilangan pengganti
disetiap pertengahan kelipatan sepuluh

Contoh
Attic :

Penulisan

5 = IIIII

50 =

5000 = XXXX X

50000 = MMMMM

Bilangan

b) Sistem Ionik (Alfabetis)


Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah
mengembangkan suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri
yang terdiri dari 27 huruf. Sejarah perkembangan ionik merupakan
tulisan tertua dari masyarakat purba yang telah melahirkan dua jalur
proses perkembangan sistem penulisan.
Jalur penulisan Phonetis yang pada akhirnya menjadi tulisan
alphabetis adalah pilihan bagi sistem menulis yang dikembangkan
10

oleh dua pusat peradaban tertua di kawasan Asia Barat (timur Tengah),
yakni Mesir dan Mesopotamia. Sedangkan bangsa Tionghoa di
kawasan Timur Jauh tetap mempertahankan sistem perlambangan
gambar (pictografis-ideografis) dalam penulisan mereka, bahkan
sampai saat ini.
Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah
mengembangkan suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri
yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka pergunakan
adalah 10.
Adapun sistem ionik sebagai berikut :

Lambang bilangan ionik :


1. Tidak mengenal sistem penulisan berdasarkan letak bilangan
2. Menggunakan dasar bilangan desimal dan seksagesimal
3. Bilangan dasar seksagesimal terutama dipergunakan untuk
besaran sudut
4. Lambang bilangan nol tidak dikenal tetapi lambang untuk
menunjukkan tempat kosong pada sistem bilangan dasar
seksagesimal mereka lukiskan dengan lingkaran.
Contoh :

11

1.
2.
3.
4.
5.

12 = 10 + 2 =
21 = 20 +1 =
247 = 200 +40 + 7 =
5000 =
3567 = 3000 + 500 +60 +7 =
Sebagaimana kita lihat pada contoh-contoh di atas sampai
ratusan, system angka alphabet yunani ini mempunyai lambang
tersendiri. Untuk menyatakan ribuan, di atas sembilan angka dasar
yang pertama (dari sampai ) dibubuhi tanda aksen () sebagai
contoh = 1000, = 5000. Sedangkan kelipatan 10.000 dinyatakan
dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas tanda M.
6. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Romawi
Menurut sejarah, angka romawi sudah ada sejak jaman romawi
kuno. Awalnya sistem perhitungannya diadaptasi dari sistem perhitungan
milik bangsa Etruscan. Begitu juga dengan angka-angkanya, mirip sekali
dengan angka- angka milik bangsa Etruscan (disimbolkan berdasarkan
huruf dan gambar).Namun, berhubung angka-angka Etruscan susah untuk
ditulis maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi di
sederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka- angka : I ^ X
8 . Sedangkan dalam deretan angka romawi yang baru angka angka
itu berubah menjadi : I V X L C M.
Sistem penomoran bilangan romawi ini memakai huruf Latin untuk
melambangkan angka numerik:

Untuk angka yang lebih besar (5.000), sebuah garis ditempatkan


di atas simbol indicator perkalian dengan 1.000.
12

Angka Romawi sangat umum digunakan sekarang ini, antara lain


digunakan di jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event
olahraga seperti Olimpiade.

13

Berikut adalah tabel angka Romawi:


Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut :
1. Ana tinggal bersama kedua orng tuanya di jalan H. Syamsudin III no.
33
2. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku

Buwono X.
3. Desi menonton film bersama teman-temannya di Cinema XXI.

Cara Menuliskan Bilangan Romawi


Cara mudah untuk menuliskan angka yang besar dalam angka
Romawi ialah dengan menuliskan ribuan terlebih dahulu, ratusan,
puluhan kemudian satuan.
Contoh :
1) 24 = 20 + 4 = ( 10 + 10 ) + ( 5 1 ) = XX + IV= XXIV , Jadi
lambang bilangan romawi 24 adalah XXIV
2) 139 = 100 + 30 + 9= 100 + ( 10 + 10 + 10 ) + ( 10 1 )= C +
XXX + IX= CXXXIX, Jadi bilangan romawi 139 adalah
CXXXIX

14

3) 1496 = 1000 + 400 + 90 + 6= 1000 + ( 500 100 ) + ( 100 10 )


+ ( 5 + 1 ) = M + CD + XC + VI= MCDXCVI, Jadi bilangan
romawi 1496 adalah MCDXCVI

Aturan dalam Bilangan Romawi


1. Aturan Penjumlahan Bilangan Romawi
Untuk membaca bilangan romawi, dapat diuraikan dalam
bentuk penjumlahan.
Contoh :
1) II = I + I = 1 + 1= 2 Jadi, II dibaca 2
2) LXXVI = L + X + X + V + I = 50 + 10 + 10 + 5 + 1= 76 Jadi,
LXXVI dibaca 76
3) CXXXVII = C + X + X + X + V + I + I = 100 + 10 + 10 + 10
+ 5 + 1+ 1= 137, Jadi CXXXVII dibaca 137
Dalam aturan ini semakin ke kanan, nilainya semakin kecil
dan tidak ada lambang bilangan dasar yang berjajar lebih dari tiga.
Sehingga, dalam membaca bilangan romawi dalam aturan ini
adalah sebagai berikut :

Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di


kanan, maka lambang-lambang romawi tersebut dijumlahkan

Penambahannya paling banyak tiga angka

2. Aturan Pengurangan Bilangan Romawi


Dari aturan ini terdapat :

Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di


kiri, maka lambang-lambang romawi tersebut dikurangkan

Pengurangan paling banyak satu angka


Contoh :

1) IV = V I = 5 1= 4 , Jadi IV dibaca 4
2) IX = X I = 10 1= 9, Jadi IX dibaca 9
3) XL = L X= 50 10= 40 , Jadi XL dibaca 40
3. Aturan Gabungan

15

Selain aturan penjumlahan dan pengurangan terdapat juga


aturan gabungan, dimana aturan penjumlahan dan pengurangan
dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang
bilangan romawi.
Contoh :
1) XIV = X + ( V I ) = 10 + ( 5 1 ) = 10 + 4 = 14, Jadi XIV
dibaca 14
2) MCMXCIX = M + ( M C ) + ( C X ) + ( X I )
= 1000 + ( 1000 100 ) +( 100 10 ) + ( 10 1 )
= 1000 + 900 + 90 + 9= 1999, Jadi MCMXCIX
dibaca 1999
7. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Cina
Sistem numerasi disini telah ada sejak tahun 200 SM. Pada zaman
dahulu, angka yang muncul tertulis di atas tulang. Bangsa Cina
menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit
dimana bentuknya menyerupai kuas. Tembok Besar China dibuat untuk
membangun dinding sebagai pertahanan kerajaaan China. Ini merupakan
prestasi besar di bidang matematika. Dalam pembuatannya, orang Cina
Kuno menyadari betapa pentingnya berbagai teknik perhitungan jarak,
sudut elevasi dan jumlah material yang dibutuhkan. Dari pemikiran inilah
akhirnya Cina kuno mengenal sistem bilangan yang sangat sederhana.
Mereka menggunakan batang bambu kecil yang disusun untuk mewakili
nomor satu sampai sembilan.
Sistem angka Cina disebut dengan sistem batang. Cara
perhitungan Cina Kuno sangat mirip dengan cara kita belajar perhitungan
disekolah saat ini. Cina Kuno juga telah menggunakan sistem nilai
decimal. Namun sayangnya, Cina Kuno belum mengenal angka nol,
mereka akan hanya menggunakan ruang kosong sebagai pengganti angka
nol.
Matematika memegang peranan penting dalam menjalankan
pengadilan kaisar. Segala sesuatu dalam hidup kaisar diatur oleh kalender,
sedangkan kalender itu sendiri ada berdasarkan perhitungan astronomis
para matematikawan istana. Matematikawan istana juga telah menyadari
adanya deret perhitungan saat itu. Untuk menyelesaikan permasalahan
seperti perdagangan, pembayaran upah dan pajak diperlukan suatu
persamaan yang dapat membantu perhitungan penyelesaian persamaan.

16

Cina merupakan negara yang memiliki banyak tradisi matematika yang


mampu mengubah wajah matematika untuk selamanya. Selain itu, angka
berguna dalam perdagangan, pemerintahan, dokumentasi kenegaraan, dan
berguna di bidang matematika. Kelebihan dari bilangan angka China
menghadirkan fitur terbaik dibandingkan dengan lambing bilangan di
Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
a) Penyimbolan Angka

b) Cara Membaca
Belasan
Angka belasan adalah 10 ( sh ) + satuan
Contoh :

Puluhan
Angka puluhan adalah satuan + 10 ( sh ) + satuan
Contoh :

Ratusan
Angka ratusan adalah 100 ( bi ) ratusan + puluhan + satuan

17

Contoh :

Catatan : Angka 200 dapat menggunakan atau


Ribuan
Angka ribuan adalah 1000 ( qin) ribuan + ratusan + puluhan +
satuan
Contoh :

Catatan : Apabila angka setelah puluhan adalah 0 ( lng), maka 10


( sh) tidak perlu disebutkan. Pada angka ribuan 1200 dapat
langsung menyebutkan 1200 ( y qin r)
8. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Jepang
Sistem angka Jepang adalah sistem nama nomor yang digunakan
dalam bahasa Jepang . Angka-angka Jepang dalam menulis seluruhnya
didasarkan pada angka Cina dan pengelompokan sejumlah besar
mengikuti Cina tradisi pengelompokan oleh 10.000. Dua set pengucapan
untuk angka ada di Jepang : salah satu didasarkan pada SinoJepang (on'yomi) pembacaan dari karakter Cina dan yang lainnya
didasarkan pada Jepang kotoba Yamato (kata asli, kun'yomi bacaan).
Ada dua cara penulisan angka dalam bahasa Jepang, di angka
Arab (1, 2, 3) atau di angka Cina ( , , ). Angka Arab lebih sering
digunakan dalam menulis horisontal , dan angka Cina lebih umum
dalam menulis vertikal .
9. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Arab
Sistem numerisasi ini disebut juga sistem numerisasi desimal.
Sistem Angka Hindu-Arab atau sistem angka Hindu adalah suatu posisi
desimal sistem angka yang dikembangkan oleh abad ke-9 oleh

18

matematikawan India , diadopsi oleh Persia ( Al-Khawarizmi sekitar s '825


buku Di Perhitungan dengan Hindu angka) dan matematikawan Arab ( AlKindi sekitar tahun s '830 volume Pada Penggunaan angka India), dan
menyebar ke dunia barat oleh Abad Pertengahan .
Sistem ini didasarkan pada sepuluh (awalnya sembilan) mesin
terbang yang berbeda. Simbol (glyph) digunakan untuk mewakili sistem
ini adalah pada prinsipnya independen dari sistem itu sendiri. The glyphs
digunakan sebenarnya adalah keturunan dari India angka Brahmi , dan
telah terbelah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan .
Simbol ini dapat dibagi menjadi tiga keluarga utama: angka India
yang digunakan dalam India , yang Timur angka-angka Arab yang
digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat angka-angka Arab yang
digunakan dalam Maghreb dan di Eropa . Simbol yang digunakan untuk
mewakili sistem yang terpecah menjadi berbagai varian sejak Abad
Pertengahan , disusun dalam tiga kelompok utama:
a. Barat luas " angka-angka yang "digunakan dengan Latin , Cyrillic ,
dan huruf Yunani dalam tabel di bawah ini berlabel "Eropa", turun dari
"angka Arab Barat" yang dikembangkan di Al-Andalus dan Maghreb
(Ada dua tipografi gaya untuk rendering angka Eropa, yang dikenal
sebagai tokoh lapisan dan tokoh teks ).
b. "Arab-India" atau " angka-angka Arab Timur "digunakan dengan
huruf Arab , dikembangkan terutama di tempat yang sekarang Irak.
Sebuah varian dari angka Arab Timur yang digunakan dalam bahasa
Persia dan Urdu. Ada variasi substansial dalam penggunaan mesin
terbang untuk Arab-Indic Timur digit, terutama untuk empat, angka
lima, enam, dan tujuh.
c. Angka India yang digunakan dengan skrip dari keluarga Brahmic di
India dan Asia Tenggara.
Sistem Numerasi Hindu-Arab (300SM- 750 M). Angka
merupakan lambang bilangan Hindu-Arab. Sifat-sifat:
Menggunakan 10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.
Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap sepuluh
satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan
menjadi satu ratusan, dan seterusnya.
Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai
bentuk suku-suku yang merupakan kelipatan dari perpangkatan 10.
Antar suku dipisahkan oleh tanda plus ( + ). Misalnya : 10 =
1x101 + 0x100 dan 205= 2x102 + 0x100 + 5x100

19

Menggunakan aturan tempat yaitu sebagai berikut :


Contoh : 1.234 dimana 1= ribuan; 2= ratusan; 3= puluhan; dan 4= satuan
2.3 Numerasi Bersifat Aditif
1. Pengertian Sistem Numerasi
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok
untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan
disebut numeral/ lambang bilangan. Banyaknya suku bangsa di dunia
menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh karena itu
suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi
suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.
Aturan Aditif yaitu tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari
suatu lambang didapat dari menjumlah nilai lambang-lambang pokok.
Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.

2.4 Numerasi Menggunakan Nilai Tempat


Konsep numerasi menggunakan nilai tempat maksudnya jika
lambing-lambang sama tetapi tempatnya beda maka mempunyai nilai
berbeda. Contohnya : 5678
5= ribuan; 6= ratusan; 7= puluhan; dan 8= satuan
2.5 Numerasi Bersifat Multiplikasi
Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambanglambang bilangan 0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3,
b4,.. serta mempunyai aturan tempat.
2.6 Basis-Basis Bilangan
Basis bilangan atau disebut dasar bilangan adalah suatu sistem
pengelompokan perhitungan yang kita sepakati bersama. Sistem bilangan
yang kita pakai sekarang disebut sistem desimal yaitu menggunakan basis
(dasar) sepuluh. Basis sepuluh artinya penulisan lambang bilangan yang
didasarkan pada pengelompokan sepuluh-sepuluh. Pada basis sepuluh
angka (lambang bilangan) yang dipakai adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan
9.
Sistem penulisan dengan basis sepuluh adalah sistem penulisan
dengan pengelompokan sebagai berikut :

20

10
1

Tiap 10 satuan dikelompokkan menjadi 1 puluhan

10
2

Tiap 10 puluhan dikelompokkan menjadi 1 ratusan

10
3

Tiap 10 ratusan dikelompokkan menjadi 1 ribuan

10
4

Tiap 10 ribuan dikelompokkan menjadi 1 puluhribuan


, dan
seterusnya.
Selain basis sepuluh ada beberapa basis yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya basis 60, basis 2, basis 4, basis 8, dan basis
16. Bahkan terkadang dalam soal-soal untuk mengukur kemampuan
matematis yang tinggi diperlukan pengetahuan tentang basis bilangan.
Tulisan ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah mempelajari
lambang bilangan berbagai basis dan cara mengubahnya melalui basis 10.
Dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah pengubahan basis tertentu ke
basis lain secara langsung tanpa melalui basis 10. Yang paling banyak
digunakan adalah basis 2 (yang dikenal dengan sistem biner). Karena itu
akan dibahas bagaimana mengubah :
Basis 2 ke basis 4 dan sebaliknya, secara langsung;
Basis 2 ke basis 8 dan sebaliknya, secara langsung;
Basis 2 ke basis 16 dan sebaliknya, secara langsung; dan sebagai
tambahan untuk mendapatkan pola pengubahan basis ini secara
langsung yaitu
Basis 3 ke basis 9 dan sebaliknya secara langsung; dan
Basis 4 ke basis 16 dan sebaliknya secara langsung.
Untuk membandingkan hasil operasi langsung ini ada baiknya
pembaca mengingat kembali bagaimana mengubah bilangan dari basis
tertentu ke dalam basis lain melalui basis 10.
1. Basis Dua (Biner)
Basis dua hanya menggunakan angka 0 dan 1 saja. Disebut
basis dua karena; setiap 2 satuan dikelompokkan menjadi 1 duaan

2
1

2
2

ditulis

10 2

, setiap 2 duaan dikelompokkan menjadi 1 empatan


100 2

ditulis
, dan seterusnya. Basis ini amat luas
penerapannya dalam teknologi modern yang lebih dikenal dengan
istilah teknologi digital.
a. Mengubah Bilangan Basis Dua ke Basis Empat Secara
Langsung

21

Basis empat menggunakan angka 0, 1, 2, dan 3. Disebut basis


empat karena pengelompokannya empat empat. Maksudnya

4
1

setiap 4 satuan dikelompokkan menjadi 1 empatan


10 4

ditulis

, setiap 4 empatan dikelompokkan menjadi 1 enambelasan

4
2

ditulis

100 4

, dan seterusnya.
100112
Contoh 1 : Ubahlah
ke dalam basis empat secara
langsung!
100112
Penyelesaian :
dikelompokkan dua angka dimulai dari

1 00 112
satuan sehingga didapatkan
12 1 2 0 1
dalam basis 10.
1
00 2 0 2 0 2 0 0
dalam basis 10

112 1 2 1 1 2 0 3

Karena itu

100112 103 4

Contoh 2 : Ubahlah
secara langsung!

dalam basis 10

111111111112

ke dalam basis empat

Penyelesaian : Bila dikelompokkan dua angka menjadi seperti


111111111112

ini

12 110
. Perhatikan bahwa

111111111112 133333 4

112 310
, dan

Karena itu
(Petunjuk : Bandingkan
hasilnya melalui basis 10). Dengan melihat pola pada Contoh
1 dan Contoh 2, dapat dikatakan bahwa; untuk mengubah
bilangan basis dua ke basis empat secara langsung, kurang
lebih caranya demikian, kelompokkan bilangan dalam basis
dua, dua angka dimulai dari satuan, kemudian ubah ke
dalam basis sepuluh dan urutkan hasilnya.

22

b. Mengubah Bilangan Basis Empat ke Basis Dua Secara


Langsung
Pola yang terjadi pada Contoh 1 dan Contoh 2 kalau kita
balik, dapat dipakai untuk mengubah bilangan basis empat ke
basis dua secara langsung. Kurang lebih caranya demikian,
tuliskan tiap angka dalam basis 4 ke dalam basis dua dengan
dua angka, kemudian tuliskan hasilnya dalam basis dua
secara berurutan.
Contoh 3 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
dua!
3214
a.
Penyelesaian :
a.

3214 .... 2 ?

3 4 112

2 4 10 2

14 012

. Karena itu

3214 1110012

.
2. Basis Delapan (Octal)
Basis delapan menggunakan hanya angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
dan 7 saja. Disebut basis delapan karena pengelompokannya
delapan delapan. Maksudnya setiap 8 satuan dikelompokkan

10 8

menjadi 1 delapanan

ditulis

, setiap 8 delapanan

8
2

100 8

dikelompokkan menjadi 1 enam-puluh-empatan


ditulis
,
dan seterusnya.
a. Mengubah Bilangan Basis Dua ke Basis Delapan Secara
Langsung
100112
Contoh 4 : Ubahlah
ke dalam basis delapan secara
langsung!
100112
Penyelesaian :
dikelompokkan tiga angka dimulai dari

10 011
satuan sehinga ditulis seperti ini
10 2 1 2 1 0 2 0 2
=
dalam basis 10
2
1
0112 0 2 1 2 1 2 0
=
= 3 dalam basis 10

23

100112 238
Karena itu
1111111112

Contoh 5 : Ubahlah
ke dalam basis delapan
secara langsung!
Penyelesaian : Bila dikelompokkan tiga angka menjadi seperti

1111111112
ini

1112 7 10
. Perhatikan bahwa

. Karena itu

1111111112 777 8
. Dengan melihat pola pada Contoh 4 dan
Contoh 5, dapat dikatakan bahwa; untuk mengubah bilangan
basis dua ke basis delapan secara langsung, kurang lebih
caranya demikian, kelompokkan bilangan dalam basis dua,
tiga angka dimulai dari satuan, kemudian ubah ke dalam
basis sepuluh dan urutkan hasilnya.
b. Mengubah Bilangan Basis Delapan ke Basis Dua Secara
Langsung
1111111112 777 8
Perhatikan
contoh
ini
.
Kalau
777 8 .... 2 ?
pertanyaannya dibalik, kurang lebih menjadi
Dengan melihat pola yang sudah ada tentunya pembaca sudah
dapat memperkirakan jawabannya. Caranya, tuliskan tiap
angka dalam basis delapan ke dalam basis dua dengan tiga
angka, kemudian tuliskan hasilnya dalam basis dua secara
berurutan.
Contoh 6 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
756 8
dua!

405 8

a.

b.
756 8 .... ? 7 8 1112 58 1012 6 8 110 2
Penylesaian : a.
,
,
,
756 8 111101110 2
. Karena itu
4058 .... ? 4 8 100 2 0 8 000 2 58 1012
b.
,
,
,
. Karena itu
4058 1000001012
3. Basis Enam belas (Hexagesimal)
Basis enambelas banyak digunakan dalam ilmu teknik.
Basis enambelas menggunakan karakter (angka) tambahan untuk
menuliskan bilangan 10, 11, 12, 13, 14, dan 15 dalam basis 10 ke

24

dalam basis enambelas. Karakter itu masing-masing adalah A, B,


C, D, E, dan F. Karena itu basis enambelas menggunakan angka 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F. Disebut basis
enambelas karena pengelompokannya enambelas enambelas.
Maksudnya setiap 16 satuan dikelompokkan menjadi 1
1016

(161 )
enambelasan

ditulis

setiap

16

enambelasan

16
2

dikelompokan menjadi 1 dua-ratus-limapuluh-enaman

ditulis

10016
, dan seterusnya. Untuk membiasakan diri dalam basis 16 ada
baiknya memperhatikan tabel berikut :
Angka Dalam Basis Sepuluh
Angka Dalam Basis Enambelas
0

10

11

12

13

14

15

16

1016

a) Mengubah Bilangan Basis Dua ke Basis Enambelas Secara


Langsung
Contoh 7 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
enambelas!
1111111112
a.
25

Penyelesaian :
1111111112 ....16 ? 1111111112
a.
dikelompokkan empat

1111111112
angka dimulai dari satuan sehingga didapatkan
12 110 000116
.

(angka 0 didepan tidak memiliki nilai),

11112 1510 F16

1111111112 1FF16

. Karena itu
.
Dengan melihat pola pada Contoh 7, dapat dikatakan
bahwa; untuk mengubah bilangan basis dua ke basis
enambelas secara langsung, kurang lebih caranya
demikian, kelompokkan bilangan dalam basis dua, empat
angka dimulai dari satuan, kemudian ubah ke dalam
basis enambelas dan urutkan hasilnya.
b) Mengubah Bilangan Basis Enambelas ke Basis Dua Secara
Langsung
Contoh 8 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
EFC16
dua! a.
Penyelesaian :
Caranya, tuliskan tiap angka dalam basis enambelas ke dalam
basis dua dengan empat angka, kemudian tuliskan hasilnya
dalam basis dua secara berurutan.
EFC16 .... 2 ?
E16 1110 2
F16 11112
C16 1100 2
,
,
,
.
EFC16 111011111100 2
Karena itu

26

4. Basis Tiga dan Basis Sembilan


Bagian ini adalah bagian untuk memperlihatkan bahwa ada
basis tertentu yang dapat diubah secara langsung ke dalam basis
tertentu yang lain. Bilangan-bilangan yang dapat diubah secara
langsung hanya bila basis-nya memiliki hubungan perpangkatan.

2
1

Perhatikan bahwa basis 2

, basis 4

, basis 8

, basis 16

, basis 3
, dan basis 9
. Masing-masing memiliki
hubungan perpangkatan, karena itu dapat diubah secara langsung.
Selain basis tersebut harus melalui perubahan ke basis 10 terlebih
dahulu kemudian diubah ke dalam basis yang diinginkan.
a. Mengubah Bilangan Basis Tiga ke Basis Sembilan Secara
Langsung
Basis tiga hanya menggunakan angka-angka 0, 1, dan 2,
sedang basis sembilan menggunakan angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

3
0

dan 8. Basis tiga dikelompokkan atas satuan

3
1

, tigaan

sembilanan

dan

seterusnya.

Basis

dikelompokkan atas satuan

sembilan

, sembilanan

, delapan-

puluh-satuan
, dan seterusnya.
Mengubah bilangan basis tiga ke basis sembilan secara
langsung dapat meminjam cara mengubah bilangan basis dua
ke basis empat secara langsung. Dengan kata lain, caranya
kurang lebih demikian, kelompokkan bilangan dalam basis
tiga, dua angka dimulai dari satuan, kemudian ubah ke dalam
basis sepuluh dan urutkan hasilnya.
Contoh 9 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
1012013
sembilan!
1012013 .... 9 ?
Penyelesaian :

Tuliskan bilangan dengan

10 12 013 10 3 39 12 3 5 9
kelompok dua angka seperti ini
.
,
,
013 19
dan

1012013 3519
. Karena itu

27

b. Mengubah Bilangan Basis Sembilan ke Basis Tiga Secara


Langsung
Mengubah bilangan basis sembilan ke basis tiga secara
langsung dapat meminjam cara mengubah bilangan basis
empat ke dalam basis dua secara langsung. Caranya kurang
lebih demikian, tuliskan tiap angka dalam basis sembilan ke
dalam basis tiga dengan dua angka, kemudian tuliskan
hasilnya dalam basis tiga secara berurutan.
Contoh 10 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
tiga!
138 9
a.
Penyelesaian :
138 9 .... 3 ?
a.

19 013
.

39 10 3
,

8 9 22 3
,

. Karena itu

138 9 011022 3 11022 3


5. Basis Empat dan Basis Enambelas
a.
Mengubah Bilangan Basis Empat ke Dalam
Basis Enambelas Secara Langsung
Mengubah bilangan basis empat ke basis enambelas secara
langsung dapat meminjam cara mengubah bilangan basis dua ke
basis empat secara langsung. Dengan kata lain, caranya kurang
lebih demikian, kelompokkan bilangan dalam basis empat, dua
angka dimulai dari satuan, kemudian ubah ke dalam basis
enambelas dan urutkan hasilnya.
Contoh 11 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis 16!
a. 1014
Penyelesaian :
Kelompokkan bilangan-bilangan tersebut dua angka dimulai dari
satuan sehingga :

1 014 14 116 014 116


a. 1014 = ....16? Ditulis dulu
.
,
. Karena itu
1014 1116
.

28

b. Mengubah Bilangan Basis Enambelas ke Dalam Basis Empat


Secara Langsung
Mengubah bilangan basis enambelas ke basis empat secara
langsung dapat meminjam cara mengubah bilangan basis empat
ke dalam basis dua secara langsung. Caranya kurang lebih
demikian, tuliskan tiap angka dalam basis eambelas ke dalam
basis empat dengan dua angka, kemudian tuliskan hasilnya
dalam basis empat secara berurutan.
Contoh 12 : Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam basis
empat!
6DE 16
a.
Penyelesaian :
6 DE 16 .... 4 ? 616 12 4
a.

D16 314
,

6 DE 16 123132 4

29

E16 32 4
,

. Karena itu

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah mengenai bilangan perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak bisa lepas dari sesuatu yang bernama angka. Angka tersebut
merupakan salah satu kerabat dari bilangan. Selain menambah wawasan, kita bisa
sambil belajar kembali.

3.2 Saran
Setelah kita mengetahui sejarah salah satu ilmu tentang matematika ini,
diharapkan kita bisa mengamalkan pengetahuan kita ini kepada yang belum tahu.

30

DAFTAR PUSTAKA

https://zoneofmath.wordpress.com/teoribilangan/?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C1764875177
http://www.eventzero.org/2015/06/bilangan-basismatematika.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Angka_Romawi?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6348762543
http://bambang1988.wordpress.com/matematika-yunani kuno.
https://lutfianaulfa7.wordpress.com/2015/04/14/sejarahbilangan-yunani/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8208855550

http://aboutmathika.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-perkembanganangka-modern.html
http://annawalyeni.blogspot.co.id/2012/10/pgsd-i-sistem-numerasi-dannilai-tempat_28.html

31

Anda mungkin juga menyukai