Anda di halaman 1dari 11

Materi Ke – 3 ( Sejarah Matematika yunani matematika india matematika islam

matematika eropa abad pertengahan dan sejarah aljabar )

Sejarah matematika

Cabang pengkajian yang diketahui sebagai sejarah matematika adalah


penyelidikan terhadap asal mula penemuan di dalam matematika dan sedikit
perluasannya, penyelidikan terhadap cara dan notasi matematika pada masa silam.

Sebelum zaman modern dan penyebaran pengetahuan pengetahuan ke seluruh


dunia, contoh-contoh tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami
kemilau hanya di beberapa tempat. Tulisan matematika terkuno yang telah
ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia lebih kurang 1900 SM), [1]
Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir lebih kurang 2000-1800 SM) [2]
dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir lebih kurang 1890 SM).
Semua tulisan itu membahas teorema yang umum diketahui sebagai teorema
Pythagoras, yang tampaknya dijadikan pengembangan matematika tertua dan
paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.

Sumbangan matematikawan Yunani memurnikan metode-metode (khususnya


menempuh pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam
pembuktian matematika) dan perluasan isi bahasan matematika. [3] Kata
"matematika" itu sendiri diturunkan dari kata Yunani kuno, μάθημα (mathema),
yang berfaedah "mata pelajaran".[4] Matematika Cina menciptakan sumbangan
dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan Hindu-Arab dan aturan
penggunaan operasinya, dipakai hingga kini, mungkin dikembangakan menempuh
kuliah pada milenium pertama Masehi di dalam matematika India dan telah
diteruskan ke Barat menempuh matematika Islam. [5][6] Matematika Islam, pada
gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan matematika ke
peradaban ini.[7] Banyak naskah bercakap Yunani dan Arab tentang matematika
belakang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yang mengarah pada
pengembangan matematika lebih jauh lagi di Zaman Pertengahan Eropa.

Dari zaman kuno menempuh Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika


seringkali disertai oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada ratus tahun
Renaisans Italia pada ratus tahun ke-16, pengembangan matematika baru,
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat bangun pada pertumbuhan
eksponensial yang berlanjut hingga kini.

Matematika prasejarah

Asal mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan
bangung.[8] Pengkajian modern terhadap fosil hewan menunjukkan bahwa konsep
ini tidak berlanjut unik untuk manusia. Konsep ini mungkin juga dijadikan bagian
sehari-hari di dalam kawanan pemburu. Bahwa konsep bilangan berkembang
tahap demi tahap seiring waktu adalah bukti di beberapa bahasa zaman kini
mengawetkan perbedaan selang "satu", "dua", dan "banyak", tetapi bilangan yang
lebih dari dua tidaklah demikian.[8]

Benda matematika tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo,


ditemukan di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin bersumber dari
tahun 35000 SM.[9] Tulang ini berisi 29 torehan yang selisih yang sengaja
digoreskan pada tulang fibula baboon.[10] Terdapat bukti bahwa kaum perempuan
biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 hingga 30 goresan
pada tulang atau batu, disertai dengan tanda yang selisih.[11] Juga artefak
prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan berumur
20.000 tahun,[12] menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu.[13]

Tulang Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo),
berisi sederetan tanda lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang
itu. Artian umum adalah bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno
yang sudah diketahui tentang barisan bilangan prima[10] atau kalender lunar enam
bulan.[14] Periode Predinastik Mesir dari milenium ke-5 SM, secara grafis
menampilkan rancangan-rancangan geometris. Telah diakui bahwa kontruksi
megalit di Inggris dan Skotlandia, dari milenium ke-3 SM, menggabungkan
gagasan-gagasan geometri seperti lingkaran, elips, dan tripel Pythagoras di dalam
rancangan mereka.[15]

Timur Dekat kuno


Mesopotamia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh


bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik.[16] Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama
kawasan Babilonia sebagai tempat untuk berupaya bisa. Pada zaman peradaban
helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir
untuk membangkitkan Matematika Yunani. Belakang di bawah Kekhalifahan
Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi dijadikan pusat penting
pengkajian Matematika Islam.

Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan


Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat
yang digali sejak 1850-an.[17] Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi
ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah
terik matahari. Beberapa di selangnya adalah karya rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem berlibat
metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari lebih kurang 2500 SM ke muka, bangsa
Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem
bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.[18]

Sebagian akbar lempengan tanah liat yang sudah diketahui bersumber dari tahun
1800 hingga 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan
kuadrat dan kubik, dan lebih kurang bilangan regular, invers perkalian, dan
bilangan prima kembar.[19] Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan cara
penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia
7289 SM memberikan hampiran untuk √2 yang akurat hingga lima tempat
desimal.

Matematika Babilonia ditulis memanfaatkan sistem bilangan seksagesimal (basis-


60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60
menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga
penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan
derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta
bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan
Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih akbar,
seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan
koma desimal, dan sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira
sesuai konteksnya.

Mesir

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir.
Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa
tertulis untuk kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir
melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan
Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah
Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab
dijadikan bahasa tertulis untuk kaum terpelajar Mesir.

Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang dikata juga "Lembaran Ahmes" sesuai penulisnya), diperkirakan
bersumber dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari
dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. [20]
Lembaran itu adalah manual instruksi untuk pelajar aritmetika dan geometri.
Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, perbagian, dan
pengerjaan pecahan, lembaran itu juga dijadikan bukti untuk pengetahuan
matematika lainnya,[21] termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan
Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6).[22] Lembaran itu
juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu [23] juga barisan
aritmetika dan geometri.[24]
Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan
bahasan paling sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara
memperoleh hampiran yang akurat kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya
kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga, penggunaan terdini kotangen.

Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari
zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh lebih kurang 1890 SM. [25] Naskah ini
berisikan soal kata atau soal kisah, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Satu soal dipandang memiliki kebutuhan khusus karena soal itu memberikan
metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal: "Jika Anda dikatakan: Limas
terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2
satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda
menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4.
Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6,
sama dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka
lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."

Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM [26]) menunjukkan bahwa bangsa


Mesir kuno dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.[27]

Matematika Yunani

Pythagoras dari Samos

Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa


Yunani selang tahun 600 SM hingga 300 M.[28] Matematikawan Yunani tinggal di
kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara,
tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan
Yunani pada periode setelah Iskandar Luhur kadang-kadang dikata Matematika
Helenistik.
Thales dari Miletus

Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh


kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani
yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni
pengamatan yang berulang-ulang yang dipakai untuk membangun aturan praktis.
Sebaliknya, matematikawan Yunani memanfaatkan penalaran deduktif. Bangsa
Yunani memanfaatkan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan
aksioma, dan memanfaatkan kekakuan matematika untuk membuktikannya.[29]

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624
hingga 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 hingga 507 SM).
Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin
diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras
bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari
pendeta Mesir.

Thales memanfaatkan geometri untuk menyelesaikan soal-soal lebih kurang


ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang
pertama yang memanfaatkan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri,
dengan menurunkan empat akhir suatu peristiwa wajar dari teorema Thales.
Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi
pertama yang menghasilkan temuan matematika. [30] Pythagoras membangun
Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai
semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". [31] Mazhab
Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang
memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu
bukti pertama teorema Pythagoras,[32] meskipun diketahui bahwa teorema itu
memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM hingga 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan,


sebuah rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM hingga 322
SM) mulai menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh
terdini dari format yang masih dipakai oleh matematika saat ini, yaitu definisi,
aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen,
diketahui di segenap warga terdidik di Barat hingga pertengahan ratus tahun ke-
20.[33] Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen
menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-
hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM)
dipakai untuk menemukan bilangan prima.

Archimedes (kira-kira 287 SM hingga 212 SM) dari Syracuse memanfaatkan


metoda kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan
penjumlahan barisan tak hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat
terhadap Pi.[34] Dia juga mengkaji spiral yang mengharumkan namanya, rumus-
rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk menyatakan bilangan yang
sangat akbar.

Matematika Cina

Sembilan Bab tentang Seni Matematika.

Matematika Cina permulaan adalah selisih bila dibandingkan dengan yang


bersumber dari belahan dunia lain, sehingga cukup masuk cara melakukan sesuatu
bila dianggap sebagai hasil pengembangan yang mandiri.[35] Tulisan matematika
yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan Ching, berangka tahun
selang 1200 SM hingga 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM juga cukup
masuk cara melakukan sesuatu.[36]

Hal yang dijadikan catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah
sistem notasi posisional bilangan desimal, yang dikata pula "bilangan batang" di
mana sandi-sandi yang selisih dipakai untuk bilangan-bilangan selang 1 dan 10,
dan sandi-sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh. [37] Dengan demikian,
bilangan 123 ditulis memanfaatkan lambang untuk "1", disertai oleh lambang
untuk "100", belakang lambang untuk "2" disertai lambang utnuk "10", disertai
oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang dijadikan sistem bilangan yang
paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin dipakai beberapa ratus tahun
sebelum periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan
India.[38] Bilangan batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang
diinginkan dan memungkinkan lebih kurang yang dilaksanakan pada suan pan,
atau (sempoa Cina). Tanggal penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan
terdini bersumber dari tahun 190 M, di dalam Catatan Tambahan tentang Seni
Gambar karya Xu Yue.

Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina bersumber dari
peraturan kanonik filsafat Mohisme lebih kurang tahun 330 SM, yang disusun
oleh para pengikut Mozi (470–390 SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari
banyak disiplin yang berkaitan dengan pengetahuan fisika, dan juga memberikan
sedikit kekayaan informasi matematika.

Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua
buku di dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang formal diakui pemerintah
haruslah dibakar. Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akhir suatu
peristiwa dari perintah ini adalah begitu sedikitnya informasi tentang matematika
Cina kuno yang terpelihara yang bersumber dari zaman sebelum itu. Setelah
pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–220 M)
menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-
karya yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan
Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M,
tetapi bangun sebagai bagian di bawah judul yang selisih. Beliau terdiri dari 246
soal kata yang melibatkan pertanian, perdagangan, pengerjaan geometri yang
menggambarkan rentang ketinggian dan perbandingan dimensi untuk menara
pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan π. Beliau
juga memanfaatkan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu tahun
sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Beliau menciptakan bukti matematika
untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui
memberikan komentarnya pada karya ini pada ratus tahun ke-3 M.

Zhang Heng (78–139)

Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu


Zhang Heng (78–139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang selisih dari cara
lebih kurang yang dilaksanakan oleh Liu Hui. Zhang Heng memanfaatkan rumus
pi-nya untuk memilihkan volume bola. Juga terdapat karya tertulis dari
matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37 SM); dengan
memanfaatkan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan sempurna
menghampiri 31 oktaf. Ini belakang mengarah pada penemuan 53 temperamen
sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang
Jerman, Nicholas Mercator melaksanakannya pada ratus tahun ke-17.

Bangsa Cina juga menciptakan penggunaan diagram kombinatorial kompleks


yang diketahui sebagai kotak aneh dan lingkaran aneh, dikemukakan di zaman
kuno dan disempurnakan oleh Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-
5) dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung nilai pi hingga tujuh tempat
desimal, yang bertahan dijadikan nilai pi paling akurat selama nyaris 1.000 tahun.

Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa


Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan
menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris
Jesuit seperti Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan
belakang di selang dua kebudayaan dari ratus tahun ke-16 hingga ratus tahun ke-
18.

Matematika India

Arca Aryabhata. Karena informasi tentang keujudannya tidak diketahui, perupaan


Aryabhata didasarkan pada daya khayal seniman.

Peradaban terdini anak benua India adalah Peradaban Lembah Indus yang
mengemuka di selang tahun 2600 dan 1900 SM di kawasan aliran Sungai Indus.
Kota-kota mereka teratur secara geometris, tetapi dokumen matematika yang
masih terawat dari peradaban ini belum ditemukan.[39]

Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana


(kira-kira ratus tahun ke-9 SM), menghampiri nilai π, [40] dan Sulba Sutras (kira-
kira 800–500 SM) yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang memanfaatkan
bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar
kuadrat dari 2 hingga sebagian dari seratus ribuan; memberikan cara konstruksi
lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, [41] menyelesaikan
persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar,
dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.

Pāṇini (kira-kira ratus tahun ke-5 SM) yang mendefinisikan aturan-aturan atur
bahasa Sanskerta.[42] Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika
modern, dan memanfaatkan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala
(kira-kira ratus tahun ke-3 hingga ratus tahun pertama SM) di dalam risalahnya
prosody memanfaatkan peralatan yang selaras dengan sistem bilangan biner.
Pembahasannya tentang kombinatorika meter selaras dengan versi dasar dari
teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan
Fibonacci (yang dikata mātrāmeru).[43]

Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus,


kosinus, dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang memilihkan gerak
sejati benda-benda langit, yang selaras dengan jabatan mereka sebenarnya di
langit.[44] Daur waktu kosmologi dikemukakan di dalam tulisan itu, yang
merupakan salinan dari karya terdahulu, selaras dengan rata-rata tahun siderik
365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern
sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan
bahasa Latin pada Zaman Pertengahan.

Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel


trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan
algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh
solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah cara yang setara
dengan cara modern, bersama-sama dengan lebih kurang astronomi yang akurat
sesuai sistem heliosentris gravitasi.[45] Sebuah terjemahan bahasa Arab dari
karyanya Aryabhatiya tersedia sejak ratus tahun ke-8, disertai oleh terjemahan
bahasa Latin pada ratus tahun ke-13. Dia juga memberikan nilai π yang selaras
dengan 62832/20000 = 3,1416. Pada ratus tahun ke-14, Madhava dari
Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan, memanfaatkan 21 suku,
untuk menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.
Aljabar adalah instrumen intelektual yang diciptakan untuk memperjelas aspek
kuantitatif dunia." -Alfred North Whitehead

Pendapat orang tentang aljabar agak terbagi. Misalnya, penting untuk


menyebutkan bahwa separuh populasi mengklaim bahwa aljabar bermanfaat, dan
sisanya tidak peduli. Individu yang menyukai aljabar memuji logika dan
kepraktisannya, sementara mereka yang tidak peduli menghabiskan waktu untuk
mengkritik kegunaannya secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana cara pandang yang benar? Bagaimana seharusnya seseorang


memandang aljabar?

Meskipun tidak semua orang menyukai aljabar, aljabar adalah bagian penting dari
matematika yang patut mendapat perhatian khusus. Dengan memecahkan masalah
aljabar, seseorang mengasah pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis
mereka; yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

Mereka yang familier dengan aljabar mengatur diri mereka sendiri untuk berbagai
peluang karier, karena dihargai di banyak bidang yang berbeda.

Tanpa basa-basi lagi, kami akan secara singkat mempertimbangkan dasar-dasar


aljabar dan menjadikannya sesuatu yang tidak biasa bahkan bagi para
pembencinya yang paling fanatik.

Siapa yang Menemukan Aljabar?

Aljabar adalah topik matematika penting yang telah ada selama berabad-abad.
Banyak ahli matematika berpengalaman mengklaim bahwa tidak ada pencapaian
fantastis sains modern yang mungkin terjadi tanpa matematisasi sains dan
pengembangan aljabar.

Namun, siapa jenius yang menemukan konsep, aturan, dan persamaan terkait
dengan aljabar?

Aljabar berasal dari kata al-jabr yang awalnya ditemukan dalam manuskrip abad
ke-9 karya Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi yang bila diterjemahkan berarti
“Buku Ringkas tentang Perhitungan dengan Penyelesaian dan Penyeimbangan”.
Buku Al-Khawarizmi adalah sebuah mahakarya yang memberikan jawaban
praktis tentang pembagian tanah, aturan waris, dan pembagian gaji secara merata.

Misalnya, istilah "al-jabr" dapat diterjemahkan sebagai melengkapi atau


memulihkan dan mengacu pada metode menghilangkan negatif dari satu sisi dan
menambahkan positif ke sisi lain.

Bapak aljabar, Al-Khawarizmi adalah salah satu matematikawan dan astronom


terbaik pada masanya.
Meskipun Al-Khawarizmi dikreditkan dengan teori aljabar paling awal, itu tidak
sampai matematikawan Eropa dari Renaisans memperkenalkan aljabar simbolik
yang digunakan saat ini.

Dengan juga mengembangkan konsep algoritma dalam matematika, Al-


Khawarizmi adalah pelopor awal ilmu komputer.

Anda mungkin juga menyukai