Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang


sungai-sungai besar.Sejarah menunjukkan bahwa permulaan matematika berasal dari bangsa
yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut.

Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang dapat dipakai sesuai dengan


perubahan musim.Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang
dimiliki.Diperlukan alat-alat pengukur untuk melayani penyimpanan hasil panen dan
pembagiannya.

Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan


pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.Didorong
keperluan praktis itulah awal pengetahuan matematika adalah pada aritmetika.Pengembangan
lambat laun dari aritmetika kemudian menjadi aljabar dan permulaan dari geometri adalah
pengukuran bangun-bangun.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana gambaran awal dari sejarah purbakala dari matematika?


2. Bagaimana basis bilangan dari beberapa bangsa purbakala?
3. Apa yang dimaksud aritmetika dan geometri Babilonia dan Mesir Purbakala?
1.3 Rumusan Masalah

Adapun tujuan penulisan laporan buku ini agar kita dapat mengetahui:

1. Gambaran awal dari sejarah purbakala dari matematika


2. Basis bilangan dari beberapa bangsa purbakala
3. Aritmetika dan geometri Babilonia dan Mesir Purbakala
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Sejarah Purbakala dari Matematika

2.1.1 Dasar Praksis

Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang


sungai-sungai besar.Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia
sepanjang sungai Tigris dan Eufrat bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga,
bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan
keterampilan untuk mengendalikan banjir, mngeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk
mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian.Untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama.

Sejarah menunjukkan bahwa permulaan matematika berasal dari bangsa yang


bermukim sepanjang aliran sungai tersebut.Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan
yang dapat dipakai sesuai dengan perubahan musim.Diperlukan alat-alat pengukur untuk
mengukur persil-persil tanah yang dimiliki.Diperlukan alat-alat pengukur untuk melayani
penyimpanan hasil panen dan pembagiannya.

Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan


dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.Didorong
keperluan praktis itulah maka awal pengetahuan matematika adalah pada
aritmetika.Pengembangan lambat laun dari aritmetika kemudian menjadi aljabar dan dari
geometri adalah pengukuran bangun-bangun.

2.1.2 Matematika Tertulis dan Penyampaiannya

Agar matematika dapat diteruskan kepada generasi penerusnya diperlukan tulisan dan
media tulis.Sukar untuk menentukan penanggalan awal penemuan-penemuan yang diperoleh
di Cina dan India.Banga India dan Cina menggunakan media tulis yang hancur seperti kulit
kayu dari bambu.Akan tetapi di Mesir dan Babilonia media tulis yang digunakan adalah batu-
batu loh-loh yang dibuat dari tanah liat kemudian dibakar sehingga tidak hancur walaupun
pada iklim kering.
Dengan adanya matematika yang telah ditulis pada media tulis pada masa itu, maka
hasil penemuan itu dapat dipelajari generasi berikutnya.Tak dapat ditemukan suatu bukti
bahwa suatu penemuan adalah hasil suatu percobaan. Pedoman bagi orang yang akan
mempelajari kemudian ialah “Tiru atau lakukanlah seperti itu maka hasilnya akan anda
peroleh”. Pedoman seperti itu juga masih ditempuh dalam prosedur penyampaian pelajaran
matematika itu hingga sekarang ini di sekolah baik di SD maupun di S1.

2.1.3 Penemuan Ahli-Ahli Purbakala

1. Matematika Babilonia Purbakala

Penggalian-penggalian oleh ahli purbakala menemukan lebih dari 50.000 loh-loh dari
daerah Nippur Mesopotamia.Loh-loh itu sekarang terdapat di berbagai museum terkenal di
dunia seperti pameran benda purbakala di Yale, Columbia, Paris dan sebagainya.Di antara
loh-loh itu yang sudah dikenal terdapat kira-kira 300 loh-loh Matematika berisi table-tabel
Matematika dan soal-soal Matematika. Kunci pemahaman akan prasasti ditemukan oleh
beberapa ahli seperti Gratefend, Rawlinson tahun 1847 oleh Neugebaner dan Thureau. Dalam
tahun 1935, tedapat naskah-naskah Matematika yang penanggalannya 2100 BC (BC tetap
dipakai sebagai singkatan sebelum Kristus atau sebelum tarikh Masehi) dari masa kejayaan
Sumarian yang tinggal di lembah sungai Tigris dan Eufrat.Perkembangan pesat kebudayaan
Sumarian pada masa raja Hammurabi dari dinasti Babilonia.Seiring dengan perkembangan
kebudayaan itu terdapat naskah-naskah Matematika dengan penanggalan kira-kira 1600
BC.Naskah-naskah yang lebih banyak dari penanggalan antara 600-300 BC pada masa
kekaisaran Nebukadnesar.

Isi naskah-naskah matematika itu antara lain mengenai rekening-rekening, perjanjian


utang-piutang, bunga uang, sistem ukuran panjang, ukuran berat. Dari 300 loh-loh
Matematika Babilonia, terdapat 200 loh berisi daftar Matematika.Daftar-daftar itu mengenai
perkalian, kebalikan, memangkatkan.Naksah-naskah Matematika itu menunjukkan
kemampuan mereka dalam ilmu perbintangan atau astronomi.

2. Matematika Mesir Purbakala

Penggalian-penggalian arkeologi masih terus dilakukan di Mesir hingga sekarang.


Sebagai hasil arkeologi yang terkait dengan Matematika dapat disebut beberapa diantaranya:
1. Di Meseum Oxford terdapat suatu tongkat kerajaaan Mesir dari penanggalan 3100
BC. Dalam tulisan hieroglif pada tongkat itu terdapat bilangan jutaan dan ratusan ribu
mengenai penyerbuan militer.
2. Piramida Gizeh didirikan 2900 BC pasti menggunakan keterampilan teknik dan
Matematika. Bangunan itu didirikan di atas tanah seluas kira-kira 13 are (±1.300 m 2).
Bangunan terdiri dari 2.000.000 bongkah bata dengan rata-rata berat 2,5 ton setiap
bongkah.
Atas bangunan berbentuk bujursangkar yang hampir sempurna, hanya dengan

1 1
kesalahan dan sudut sikunya haanya dengan kesalahan . Tercatat
14.000 27.000
bahwa bangunan itu dibangun dikerjakan oleh 100.000 orang pekerja selama 30 tahun
namun hanya dengan kesalahan sekecil itu.Suatu keterampilan Matematika yang amat
menakjubkan.
3. Papirus Moskow pada tahun 1930, menggunakan sebanyak 25 soal Matematika dari
penanggalan 1850 BC.
4. Di meseum Berlin terdapat alat astronomi yang diawetkan dari penanggalan 1850 BC.
5. Papirus Rhind(Henry Rhind) seorang ahli purbakala tentang Mesir dan Inggris
menulis 85 soal Matematika dari peninggalan 1650 BC. Papirus ini dapat dibaca di
Museum Britis.Papirus Rhind dan Papirus Moskow adalah sumber utama mengenai
Matematika Mesir Purbakala.
6. Di museum Berlin terdapat penanggalan matahari tertua dari penanggalan 1500 BC.
7. Papirus Rollin yang berasal pada 1350 BC sekarang diawetkan di museum Louvre
berisi perhitungan-perhitungan rekening roti sebagai pemakaian bilangan-bilangan
pada waktu itu.
8. Papyrus Harris dari 1107 BC suatu dokumen mengenai harta kekayaan di suatu kuil.
Daftar yang dipersiapkan Ramses IV ketika mengganti bapaknya Ramses III.

2.2 Basis Bilangan dari Beberapa Bangsa Purbakala

2.2.1 Konsep Bilangan

Cara untuk mengetahui apakah suatu benda bertambah atau berkurang adalah dengan
perkawanan satu-satu.Misalkan ia memiliki beberapa ekor ternak,jari-jarinya dibengkokkan
terhadap 1 ekor ternak dan begitu pula pada ternak berikutnya.Maka terjadilah perkawanan
satu-satu antara jari-jari dan ternaknya.Ada pula nenek moyang kita yang membuat simpul-
simpul pada seutas tali yang dikawankan satu-satu dengan sekumpulan hartanya.Dalam
waktu yang lama baru dipikirkan bahwa perkawanan satu-satu itu tak perlu terikat pada
benda konkritnya.Abstraksi dari perkawanan satu-satu itulah akhirnya menjadi
bilangan.Misalnya perkawanan satu-satu antara 3 ekor kambing dengan jari-jari tak perlu
dibedakan dari perkawanan satu-satu 3 orang manusia dengan 3 simpul,sehingga perkawanan
serupa dengan itu diucapkan dengan bahasa yang dikenal sebagai Bilangan.

2.2.2 Sejarah Konsep Bilangan

1. Sejarah Bilangan pada Suku Babilonia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh


bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik.Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar.Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.Kemudian
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam.

Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan


Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali
sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan
dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah
karya rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak
tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-
soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.

Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800
sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik,
dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan
itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai
lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem decimal.

2. Sejarah Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa


Mesir.Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan
Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik.Pengkajian matematika di Mesir
berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab
menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.

Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari
tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.

Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.

3.Sejarah Bilangan pada Suku Bangsa India

Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang


menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung
akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi
lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan
linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.

Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta


menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan
aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad
pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem
bilangan biner.Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari
teorema binomial.Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.

Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok Pythagoras mengembangkan sifat-sifat


bilangan lengkap (perfect number), bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima
(prime number), bilangan segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square
number), bilangan segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak
(figurate numbers) yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang
disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui perhitungan luas
daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi
miring (hypotenosa) adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang
sangat popular sampai sekarang adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit.
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor
positif kecuali 1 dan bilangan itu sendiri.Bilangan positif selain satu dan selain bilangan
prima disebut bilangan komposit.Catatan sejarah menunjukkan bahwa masalah tentang
bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan selama ribuan tahun, terutama yang
berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima dan bagaimana rumus yang dapat
digunakan untuk mencari dan membuat daftar bilangan prima.

Dengan berkembangnya sistem numerasi, berkembang pula cara atau prosedur


aritmetis untuk landasan kerja, terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui
langkah-langkah tertentu, yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma
dikerjakan oleh Euclid.Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep
dasar geometri dan teori bilangan.Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk
mencari Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan
suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga.Kata
algoritma berasal dari algorism.Pada zaman Euclid, istilah ini belum dikenal. Kata Algorism
bersumber dari nama seorang muslim dan penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu
Abu Ja’far Muhammed ibn Musa Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-
Khowarizmi), mengilhami lahirnya istilah Algorism.Istilah algoritma masuk kosakata
kebanyakan orang pada saat awal revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.

Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai oleh hasil kerja
Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of
Erastosthenes). Dalam enam abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama
Arithmetika, yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan
rasional, dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan
oleh Euclid).Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri
aljabar.

2.2.3 Bilangan-Bilangan Tertulis atau Angka

Pada mulanya perkawanan satu-satu untuk menghitung itu ditandai dengan takikan-
takikan pada sepotong kayu, sebagai cara pertama mencatat bilangan-bilangan kemudian
berkembang menjadi tulisan. Bilangan tertulis yang disebut dengan angka.Untuk menuliskan
angka-angka yang menyatakan bilangan yang besar, terdapatlah beberapa macam sistem oleh
berbagai bangsa yang sudah mempunyai tulisan.

Sistem kelompok menjumlah dari Mesir

Jika basis yang dipergunakan adalah b maka kelompok besar berikutnya adalah b2, b3,
b4 dan seterusnya.Tiap kelompok ini ditulis dengan lambang yang berbeda.Jika suatu
lambang ditulis berulang berarti menjumlahkan.

Tulisan Mesir Purbakala

Menurut sejarahnya, angka yang paling awal dengan sistem ini adalah angka pada
tulisan hieroglif Mesir Purbakala kira-kira 3400 BC yang terdapat pada prasasti, lambang-
lambang bilangan Mesir Purbakala itu adalah sebagai berikut:
Contoh:

Penulisan disesuaikan dari kiri ke kanan


sedangkan orang Mesir purbakala menulis
dari kanan ke kiri

Tulisan kelompok mengurang dari Babilonia

Tulisan paku Babilonia purbakala terdapat pada loh-loh diperkirakan 2000 BC.Basis
yang dipakai adalah 10.Lambang-lambangnya adalah:

1. Sistem Bilangan Gerik


a. Angka Attik atau Herodianik

Antara tahun 600 BC sampai 300 BC terkenal dengan ahli- ahli matematika seperti
Exodus,Euclides,Archimedes,Apollonius antara 200 hingga 300 BC.Dalam penulisan angka-
angka mereka menggunakan basis 10.Angka Attik memakai lambing-lambang: I=I : Δ =10:
H=102 ; X=103 ; M =104.Lambang kelompok ini diambil dari hurul awal bilangan yang
bersangkutan(Mis. Deka artinya 10,lambangnya adalah huruf d(Δ) dan dalam penulisannya
angka attik menggunakkan asas menjumlah.

Contoh :

1988: 1000+500+400+50+30+5+3

b. Angka Ionik

Pada dasarnya menggunakan basis 10 tanpa bilangan nol,dan dalam penulisannya


angka ini menggunakan basis mengalikan.
Contoh:
7.536.739 = 700(10.000)+50(10.000)+2(10.000)+6000+700+30+9

Kelompok Menjumlah dan Mengurang dari Romawi

Sistem bilangan Romawi juga dengan basis 10

Contoh :
2599 = MMDLXXXXIX, asas menjumlah ini terus digunakan dari zaman purbakala hingga
abad pertengahan.

Sistem kelompok mengalikan dari Jepang dan China

Jika basis yang digunakan ialah b,dan untuk yang lebih tinggi ialah:b 2,b3 dan
seterusnya, maka kelompok ini diberi lambang yang berbeda-beda.Misalnya lambing itu p,q,r
dan seterusnya.

Contoh:

Andaikan basisnya 10,bilangan 4978 ditulis 4r9q7p

Sistem angka jepang:

Dimana dalam penulisan angka dimulai dari bawah

Sistem posisi memakai angka nol

Sebut basis yang dipakai adalah b, maka lambang-lambang dasar dari angka pada
susunan basis itu misalnya 0,1,2,3,…,b-1. Letak setiap angka dalam urutan penulisannya dari
kanan ke kiri pada suatu bilangan menentukan nilainya. Misalnya suatu bilangan terdiri dari 5
angka dengan basis b ditulis: a4,a3,a2 a1 a0, bilangan yang ditunjukkan ialah:

a4 b4+ a3 b3 + a2 b2 + a1 b1 + a0

Zaman purbakala, antara 3000 dan 2000 SM, bangsa Babilonia menggunakan bilangan
dengan sistem posisi pada basis 60 yg disebut basis sexagesimal. Bilangan kecil ditulis
dengan basis 10, bilangan besar ditulis dengan basis 60.

Contoh:

2 3 5 4 8 = b (60)2 + 32(60)+28

Pada ekspedisi Spanyol ke Meksiko pada awal abad 16,diketahui bahwa bangsa Maya Indian
menggunakan basis 20 (vigesimal) untuk menghitung 1 tahun 360 hari.maka suatu bilangan
dalam kelompok lebih tinggi ditulis sebagai 18(20)n.

Misalnya 732 ditulis 2.18(20)+12;7218 ditulis 1.18(20)2+18, jika ditulis menggunakan angka
maya maka penulisan dimulai dari atas ke bawah.

Sistem Bilangan Hindu Arab


Bangsa Hindu sudah memiliki angka ini dari tahun 800 SM dengan basis 10, tetapi belum
menegnal bilangan nol.

1.3 Aritmetika dan Geometri Babilonia dan Mesir Purbakala

1.3.1 Aritmetika Babilonia

Pada 200 BC aritmetika Babilonia sudah berkembang menjadi aljabar dalam bentuk
gaya retorika. Pada suatu loh terdapat daftar ppangkat dua dan tiga dari bilangan 1-30, lalu
disusun daftar n3+n2. Pada loh itu terdapat soal-soal x3+x2=b, dengan menggunakan tabel
n3+n2.

Contoh:

Xy=600, 150(x-y)-(x+y)2= -1000

Bentuk lain dari persamaan itu adalah:

bx 2 cy 2
xy= a, + +d=0
y x

Persamaan simultan yang harus diselesaikan dengan persamaan pangkat 3.

Berikut contoh soal dan penyelesaian (walaupun tidak tepat) pada loh Louvre yang berasal
dari 300 BC:

1 2
12+22+32+…+102= (1( ¿+10( ¿) 55 = 385
3 3
Dari loh-loh Babilonia itu terdapat rumua-rumus yang bersesuaian dengan rumus yg dikenal
saat ini :

n
r n+1−1
∑ r i ¿❑ r−1
i=0

n n
n( n+ 1)(2 n+1)
∑ i2=( 2n+1
3
)∑ ¿
6
0 =1 i=1

17 1 17
Pendekatan pada √ 2= dan pendekatan untuk = . Pada loh Yaleh ditemukan
12 √ 2 24
pendekatan untuk

24 51 + 10 =1,414213.
2=1+ +
60 602 603

1.3.2 Tabel-Tabel Matematika Babilonia

Katalog Plimpton 322 hasil olahan loh-loh antara tahun 1900 BC dan 1600 BC.

Tahun 1945, tabel itu disusun kembali oleh Neugebaur dan Sache ditulis dengan angka
desimal yang dipakai saat ini:

119 169 1
3367 4825(11521) 2
4601 6649 3
12709 18541 4
65 87 5
319 481 6
2291 3541 7
799 1249 8
481(541) 769 9
4961 8161 10
45 75 11
1679 2929 12
161(25921) 289 13
1771 3229 14
56 106(53) 15

Sebenarnya bagian kiri hilang,dan bagian kanan sumbing,bilangan pada tabel dihitung
dengan hipotenusa segitiga siku-siku. Jika disebut sisi-sisi segitiga siku-siku itu adalah a dan
b dan hipotenusa c maka tabel analisa dari tabel berikut:

Ab a b 2ab a2-b2 c2=a2+b2


1 12 5 120 119 169
2 64 27 3456 3367 4825
3 75 32 4800 4601 6649
4 125 54 13500 12709 18541
5 9 4 72 65 97
6 20 9 360 319 481
7 54 25 2700 2291 3541
8 32 15 960 799 1249
9 25 12 600 481 769
10 81 40 6480 4961 8161
11 60 15 60 45 75
12 48 25 2400 1679 2929
13 15 8 240 161 289
14 50 27 2700 1771 3229
15 9 5 90 56 106
Sisi a dan b dari segitiga itu selalu diambil bilangan-bilangan prim relatif.

1.3.3 Aritmetika Mesir

1. Mengalikan

Soal-soal Papirus Moskow dan Papirus Rhind ditulis oleh Ames pada 1700 BC.Pada
perkalian 2 bilangan dipakai azas melipat-duakan. Tetapi salah satu dari faktor perkalian
harus dapat dinyatakan sebagai jumlah bilangan berpangkat dua,dan perkalian diganti dengan
menjumlah, contoh :
14 x 17 14 = 2+4+8

Dengan azas melipat-duakan perkalian itu menjadi :

17 x 2 + 34 x 2 + 68 x 2 = 34 +68 + 136 = 238

Proses melipat-duakan ini dapat disusun ke bawah :

47 x 2 : 22 = 2+4+16

Perkalian disusun sebagai berikut :

1 47 47 x 2 = 94
2 94 188
4 188 752 +
8 376
16 752 1034

2. Membagi
Azas melipat-duakan juga digunakan untuk membagi 2 bilangan
Contoh :
637 : 24 Proses melipatduakan dikerjakan ke bawah
1 24 Karena 637 = 384 + 192 + 48 +13
2 48 Maka hasil baginya adalah
4 96 2 + 8 + 16 = 26 sisa 13
8 192
16 384

3. Pecahan
1 2
Lambang-lambang pecahan antara lain : [ ] , =
2 3
Lambang lain hanya untuk memudahkan saja, seperti:
1
3 = : Bundaran berbentuk elips yg ditulis atas 1 bilangan menyatakan pecahan
3
satuan.
2
Dalam Papirus Rhind terdapat tabel yang menyatakan bentuk dalam bentuk pecahan
n
satuan.Melalui table itu soal Papirus dapat diselesaikan, misal:
2 1 1 2 1 1 1 2 1 1
= + ; = + + = +
7 4 28 97 56 679 776 99 66 998

4. Menyelesaikan persamaan dalam aljabar

Contoh:
1 1 1
Terdapat suatu kumpulan benda, jika dijumlahkan bagian bagian dan bagian maka
2 3 4
jumlahnya 26, berapa banyaknya benda itu?
Diselesaikan dengan letak salah sebagai berikut:
1 1 1
x+ x+ x=26 sebut saja dulu x = 12, maka
2 3 4
1 1 1
x+ x+ x=6+ 4 +3=13 , sedangkan 26 adalah 2 x 13, maka x =12 juga harus dilipat-
2 3 4
duakan, jadi jjawabannya x = 24
Pada Papirus 1950 BC berbunyi: “ Sebidang tanah luasnya 100 satuan dinyatakan sebagai

3
jumlah luas 2 bujur sangkar yang perbandingan sisinya 1 :
4
Jika sisi-sisinya x dan y,maka x2 + y2 = 32 + y2= 25 ,tetapi 22x25,maka jawabnya adalah x=6
dan y=8
Bangsa Mesir purbakala juga sudah mengenal lambing untuk positif yaitung lambing kaki
melangkah dari arah kanan ke kiri,dan langkah dari arah kiri ke kanan untuk lambing negatif.

1.3.4 Geometri Mesir


Mesir purbakala sudah mengenal rumus luas da nisi,seperti menghitung isi dari

8
lumbung.Luas lingkaran dinyatakan kuadrat dari kali diameter lingkaran .Luas segitiga
9

1
dinyatakan dalam kali alas kali tinggi .Mereka juga suah mengenal perbandingan ruas-ruas
2
garis,dan merumuskan cotangens dari sudut bidang dua antara alas piramida dengan bidang
sisinya.Namun mereka memakai rumus yang salah untuk menghitung luas segi empat

(a+ c)(b +d )
sebarang,yaitu : L= ,dengan a,b,c,d sisi segiempat tersebut.
2
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Matematika tertulis dan penyampaiannya sudah ada sejak zaman Babilonia Purbakala
dan Mesir Purbakala.Kemudian mulai ditemukannya konsep bilangan untuk membantu
manusia primitif mengetahui apakah benda yang dimilikinya bertambah atau berkurang.
Lalu, muncul bilangan-bilangan tertulis atau yang sering disebut angka.Dari bilangan-
bilangan tertulis ini, terdapatlah beberapa macam sistem oleh berbagai bangsa yang sudah
mempunyai tulisan. Diantara beberapa macam sistem oleh berbagai bangsa, yaitu sistem
kelompok menjumlah dari Mesir, tulisan kelompok mengurang dari Babilonia, sistem
bilangan grafik yang terdiri dari angka attik atau herodianik dan angka ionik, kelompok
menjumlah dan mengurang dari Romawi, sistem kelompok mengalikan dari Jepang dan Cina,
sistem posisi memakai angka nol, serta sistem bilangan Hindu Arab.
Kemudian pada tahun 200 BC muncul aritmetika dan geometri Babilonia dan Mesir
Purbakala, diantaranya : aritmetika Babilonia, tabel-tabel matematika Babilonia, aritmetika
Mesir yang terdiri dari mengalikan, membagi, pecahan dan menyelesaikan persamaan dalam
aljabar, serta ada geometri Mesir.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini dapat dilihat bahwa ilmu matematika sudah ada sejak zaman
dahulu dan lebih cepat berkembang pada bangsa yang sudah mengenal
tulisan.Perkembangannya semakin lama semakin maju dan sampai sekarang masih diterapkan
oleh manusia.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita sebagai generasi muda bisa menghargai
para ilmuwan dalam mencari ilmu pengetahuan dengan susah payah. Dan terus
mengembangkan dan mengasah ilmu yang sudah ada menjadi lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. Sitorus. J. Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran
Matematika di Sekolah. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai