PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah:
Adapun tujuan penulisan laporan buku ini agar kita dapat mengetahui:
PEMBAHASAN
Agar matematika dapat diteruskan kepada generasi penerusnya diperlukan tulisan dan
media tulis.Sukar untuk menentukan penanggalan awal penemuan-penemuan yang diperoleh
di Cina dan India.Banga India dan Cina menggunakan media tulis yang hancur seperti kulit
kayu dari bambu.Akan tetapi di Mesir dan Babilonia media tulis yang digunakan adalah batu-
batu loh-loh yang dibuat dari tanah liat kemudian dibakar sehingga tidak hancur walaupun
pada iklim kering.
Dengan adanya matematika yang telah ditulis pada media tulis pada masa itu, maka
hasil penemuan itu dapat dipelajari generasi berikutnya.Tak dapat ditemukan suatu bukti
bahwa suatu penemuan adalah hasil suatu percobaan. Pedoman bagi orang yang akan
mempelajari kemudian ialah “Tiru atau lakukanlah seperti itu maka hasilnya akan anda
peroleh”. Pedoman seperti itu juga masih ditempuh dalam prosedur penyampaian pelajaran
matematika itu hingga sekarang ini di sekolah baik di SD maupun di S1.
Penggalian-penggalian oleh ahli purbakala menemukan lebih dari 50.000 loh-loh dari
daerah Nippur Mesopotamia.Loh-loh itu sekarang terdapat di berbagai museum terkenal di
dunia seperti pameran benda purbakala di Yale, Columbia, Paris dan sebagainya.Di antara
loh-loh itu yang sudah dikenal terdapat kira-kira 300 loh-loh Matematika berisi table-tabel
Matematika dan soal-soal Matematika. Kunci pemahaman akan prasasti ditemukan oleh
beberapa ahli seperti Gratefend, Rawlinson tahun 1847 oleh Neugebaner dan Thureau. Dalam
tahun 1935, tedapat naskah-naskah Matematika yang penanggalannya 2100 BC (BC tetap
dipakai sebagai singkatan sebelum Kristus atau sebelum tarikh Masehi) dari masa kejayaan
Sumarian yang tinggal di lembah sungai Tigris dan Eufrat.Perkembangan pesat kebudayaan
Sumarian pada masa raja Hammurabi dari dinasti Babilonia.Seiring dengan perkembangan
kebudayaan itu terdapat naskah-naskah Matematika dengan penanggalan kira-kira 1600
BC.Naskah-naskah yang lebih banyak dari penanggalan antara 600-300 BC pada masa
kekaisaran Nebukadnesar.
1 1
kesalahan dan sudut sikunya haanya dengan kesalahan . Tercatat
14.000 27.000
bahwa bangunan itu dibangun dikerjakan oleh 100.000 orang pekerja selama 30 tahun
namun hanya dengan kesalahan sekecil itu.Suatu keterampilan Matematika yang amat
menakjubkan.
3. Papirus Moskow pada tahun 1930, menggunakan sebanyak 25 soal Matematika dari
penanggalan 1850 BC.
4. Di meseum Berlin terdapat alat astronomi yang diawetkan dari penanggalan 1850 BC.
5. Papirus Rhind(Henry Rhind) seorang ahli purbakala tentang Mesir dan Inggris
menulis 85 soal Matematika dari peninggalan 1650 BC. Papirus ini dapat dibaca di
Museum Britis.Papirus Rhind dan Papirus Moskow adalah sumber utama mengenai
Matematika Mesir Purbakala.
6. Di museum Berlin terdapat penanggalan matahari tertua dari penanggalan 1500 BC.
7. Papirus Rollin yang berasal pada 1350 BC sekarang diawetkan di museum Louvre
berisi perhitungan-perhitungan rekening roti sebagai pemakaian bilangan-bilangan
pada waktu itu.
8. Papyrus Harris dari 1107 BC suatu dokumen mengenai harta kekayaan di suatu kuil.
Daftar yang dipersiapkan Ramses IV ketika mengganti bapaknya Ramses III.
Cara untuk mengetahui apakah suatu benda bertambah atau berkurang adalah dengan
perkawanan satu-satu.Misalkan ia memiliki beberapa ekor ternak,jari-jarinya dibengkokkan
terhadap 1 ekor ternak dan begitu pula pada ternak berikutnya.Maka terjadilah perkawanan
satu-satu antara jari-jari dan ternaknya.Ada pula nenek moyang kita yang membuat simpul-
simpul pada seutas tali yang dikawankan satu-satu dengan sekumpulan hartanya.Dalam
waktu yang lama baru dipikirkan bahwa perkawanan satu-satu itu tak perlu terikat pada
benda konkritnya.Abstraksi dari perkawanan satu-satu itulah akhirnya menjadi
bilangan.Misalnya perkawanan satu-satu antara 3 ekor kambing dengan jari-jari tak perlu
dibedakan dari perkawanan satu-satu 3 orang manusia dengan 3 simpul,sehingga perkawanan
serupa dengan itu diucapkan dengan bahasa yang dikenal sebagai Bilangan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak
tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-
soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800
sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik,
dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan
itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai
lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem decimal.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari
tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai oleh hasil kerja
Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of
Erastosthenes). Dalam enam abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama
Arithmetika, yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan
rasional, dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan
oleh Euclid).Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri
aljabar.
Pada mulanya perkawanan satu-satu untuk menghitung itu ditandai dengan takikan-
takikan pada sepotong kayu, sebagai cara pertama mencatat bilangan-bilangan kemudian
berkembang menjadi tulisan. Bilangan tertulis yang disebut dengan angka.Untuk menuliskan
angka-angka yang menyatakan bilangan yang besar, terdapatlah beberapa macam sistem oleh
berbagai bangsa yang sudah mempunyai tulisan.
Jika basis yang dipergunakan adalah b maka kelompok besar berikutnya adalah b2, b3,
b4 dan seterusnya.Tiap kelompok ini ditulis dengan lambang yang berbeda.Jika suatu
lambang ditulis berulang berarti menjumlahkan.
Menurut sejarahnya, angka yang paling awal dengan sistem ini adalah angka pada
tulisan hieroglif Mesir Purbakala kira-kira 3400 BC yang terdapat pada prasasti, lambang-
lambang bilangan Mesir Purbakala itu adalah sebagai berikut:
Contoh:
Tulisan paku Babilonia purbakala terdapat pada loh-loh diperkirakan 2000 BC.Basis
yang dipakai adalah 10.Lambang-lambangnya adalah:
Antara tahun 600 BC sampai 300 BC terkenal dengan ahli- ahli matematika seperti
Exodus,Euclides,Archimedes,Apollonius antara 200 hingga 300 BC.Dalam penulisan angka-
angka mereka menggunakan basis 10.Angka Attik memakai lambing-lambang: I=I : Δ =10:
H=102 ; X=103 ; M =104.Lambang kelompok ini diambil dari hurul awal bilangan yang
bersangkutan(Mis. Deka artinya 10,lambangnya adalah huruf d(Δ) dan dalam penulisannya
angka attik menggunakkan asas menjumlah.
Contoh :
1988: 1000+500+400+50+30+5+3
b. Angka Ionik
Contoh :
2599 = MMDLXXXXIX, asas menjumlah ini terus digunakan dari zaman purbakala hingga
abad pertengahan.
Jika basis yang digunakan ialah b,dan untuk yang lebih tinggi ialah:b 2,b3 dan
seterusnya, maka kelompok ini diberi lambang yang berbeda-beda.Misalnya lambing itu p,q,r
dan seterusnya.
Contoh:
Sebut basis yang dipakai adalah b, maka lambang-lambang dasar dari angka pada
susunan basis itu misalnya 0,1,2,3,…,b-1. Letak setiap angka dalam urutan penulisannya dari
kanan ke kiri pada suatu bilangan menentukan nilainya. Misalnya suatu bilangan terdiri dari 5
angka dengan basis b ditulis: a4,a3,a2 a1 a0, bilangan yang ditunjukkan ialah:
a4 b4+ a3 b3 + a2 b2 + a1 b1 + a0
Zaman purbakala, antara 3000 dan 2000 SM, bangsa Babilonia menggunakan bilangan
dengan sistem posisi pada basis 60 yg disebut basis sexagesimal. Bilangan kecil ditulis
dengan basis 10, bilangan besar ditulis dengan basis 60.
Contoh:
2 3 5 4 8 = b (60)2 + 32(60)+28
Pada ekspedisi Spanyol ke Meksiko pada awal abad 16,diketahui bahwa bangsa Maya Indian
menggunakan basis 20 (vigesimal) untuk menghitung 1 tahun 360 hari.maka suatu bilangan
dalam kelompok lebih tinggi ditulis sebagai 18(20)n.
Misalnya 732 ditulis 2.18(20)+12;7218 ditulis 1.18(20)2+18, jika ditulis menggunakan angka
maya maka penulisan dimulai dari atas ke bawah.
Pada 200 BC aritmetika Babilonia sudah berkembang menjadi aljabar dalam bentuk
gaya retorika. Pada suatu loh terdapat daftar ppangkat dua dan tiga dari bilangan 1-30, lalu
disusun daftar n3+n2. Pada loh itu terdapat soal-soal x3+x2=b, dengan menggunakan tabel
n3+n2.
Contoh:
bx 2 cy 2
xy= a, + +d=0
y x
Berikut contoh soal dan penyelesaian (walaupun tidak tepat) pada loh Louvre yang berasal
dari 300 BC:
1 2
12+22+32+…+102= (1( ¿+10( ¿) 55 = 385
3 3
Dari loh-loh Babilonia itu terdapat rumua-rumus yang bersesuaian dengan rumus yg dikenal
saat ini :
n
r n+1−1
∑ r i ¿❑ r−1
i=0
n n
n( n+ 1)(2 n+1)
∑ i2=( 2n+1
3
)∑ ¿
6
0 =1 i=1
17 1 17
Pendekatan pada √ 2= dan pendekatan untuk = . Pada loh Yaleh ditemukan
12 √ 2 24
pendekatan untuk
24 51 + 10 =1,414213.
2=1+ +
60 602 603
Katalog Plimpton 322 hasil olahan loh-loh antara tahun 1900 BC dan 1600 BC.
Tahun 1945, tabel itu disusun kembali oleh Neugebaur dan Sache ditulis dengan angka
desimal yang dipakai saat ini:
119 169 1
3367 4825(11521) 2
4601 6649 3
12709 18541 4
65 87 5
319 481 6
2291 3541 7
799 1249 8
481(541) 769 9
4961 8161 10
45 75 11
1679 2929 12
161(25921) 289 13
1771 3229 14
56 106(53) 15
Sebenarnya bagian kiri hilang,dan bagian kanan sumbing,bilangan pada tabel dihitung
dengan hipotenusa segitiga siku-siku. Jika disebut sisi-sisi segitiga siku-siku itu adalah a dan
b dan hipotenusa c maka tabel analisa dari tabel berikut:
1. Mengalikan
Soal-soal Papirus Moskow dan Papirus Rhind ditulis oleh Ames pada 1700 BC.Pada
perkalian 2 bilangan dipakai azas melipat-duakan. Tetapi salah satu dari faktor perkalian
harus dapat dinyatakan sebagai jumlah bilangan berpangkat dua,dan perkalian diganti dengan
menjumlah, contoh :
14 x 17 14 = 2+4+8
47 x 2 : 22 = 2+4+16
1 47 47 x 2 = 94
2 94 188
4 188 752 +
8 376
16 752 1034
2. Membagi
Azas melipat-duakan juga digunakan untuk membagi 2 bilangan
Contoh :
637 : 24 Proses melipatduakan dikerjakan ke bawah
1 24 Karena 637 = 384 + 192 + 48 +13
2 48 Maka hasil baginya adalah
4 96 2 + 8 + 16 = 26 sisa 13
8 192
16 384
3. Pecahan
1 2
Lambang-lambang pecahan antara lain : [ ] , =
2 3
Lambang lain hanya untuk memudahkan saja, seperti:
1
3 = : Bundaran berbentuk elips yg ditulis atas 1 bilangan menyatakan pecahan
3
satuan.
2
Dalam Papirus Rhind terdapat tabel yang menyatakan bentuk dalam bentuk pecahan
n
satuan.Melalui table itu soal Papirus dapat diselesaikan, misal:
2 1 1 2 1 1 1 2 1 1
= + ; = + + = +
7 4 28 97 56 679 776 99 66 998
Contoh:
1 1 1
Terdapat suatu kumpulan benda, jika dijumlahkan bagian bagian dan bagian maka
2 3 4
jumlahnya 26, berapa banyaknya benda itu?
Diselesaikan dengan letak salah sebagai berikut:
1 1 1
x+ x+ x=26 sebut saja dulu x = 12, maka
2 3 4
1 1 1
x+ x+ x=6+ 4 +3=13 , sedangkan 26 adalah 2 x 13, maka x =12 juga harus dilipat-
2 3 4
duakan, jadi jjawabannya x = 24
Pada Papirus 1950 BC berbunyi: “ Sebidang tanah luasnya 100 satuan dinyatakan sebagai
3
jumlah luas 2 bujur sangkar yang perbandingan sisinya 1 :
4
Jika sisi-sisinya x dan y,maka x2 + y2 = 32 + y2= 25 ,tetapi 22x25,maka jawabnya adalah x=6
dan y=8
Bangsa Mesir purbakala juga sudah mengenal lambing untuk positif yaitung lambing kaki
melangkah dari arah kanan ke kiri,dan langkah dari arah kiri ke kanan untuk lambing negatif.
8
lumbung.Luas lingkaran dinyatakan kuadrat dari kali diameter lingkaran .Luas segitiga
9
1
dinyatakan dalam kali alas kali tinggi .Mereka juga suah mengenal perbandingan ruas-ruas
2
garis,dan merumuskan cotangens dari sudut bidang dua antara alas piramida dengan bidang
sisinya.Namun mereka memakai rumus yang salah untuk menghitung luas segi empat
(a+ c)(b +d )
sebarang,yaitu : L= ,dengan a,b,c,d sisi segiempat tersebut.
2
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika tertulis dan penyampaiannya sudah ada sejak zaman Babilonia Purbakala
dan Mesir Purbakala.Kemudian mulai ditemukannya konsep bilangan untuk membantu
manusia primitif mengetahui apakah benda yang dimilikinya bertambah atau berkurang.
Lalu, muncul bilangan-bilangan tertulis atau yang sering disebut angka.Dari bilangan-
bilangan tertulis ini, terdapatlah beberapa macam sistem oleh berbagai bangsa yang sudah
mempunyai tulisan. Diantara beberapa macam sistem oleh berbagai bangsa, yaitu sistem
kelompok menjumlah dari Mesir, tulisan kelompok mengurang dari Babilonia, sistem
bilangan grafik yang terdiri dari angka attik atau herodianik dan angka ionik, kelompok
menjumlah dan mengurang dari Romawi, sistem kelompok mengalikan dari Jepang dan Cina,
sistem posisi memakai angka nol, serta sistem bilangan Hindu Arab.
Kemudian pada tahun 200 BC muncul aritmetika dan geometri Babilonia dan Mesir
Purbakala, diantaranya : aritmetika Babilonia, tabel-tabel matematika Babilonia, aritmetika
Mesir yang terdiri dari mengalikan, membagi, pecahan dan menyelesaikan persamaan dalam
aljabar, serta ada geometri Mesir.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini dapat dilihat bahwa ilmu matematika sudah ada sejak zaman
dahulu dan lebih cepat berkembang pada bangsa yang sudah mengenal
tulisan.Perkembangannya semakin lama semakin maju dan sampai sekarang masih diterapkan
oleh manusia.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita sebagai generasi muda bisa menghargai
para ilmuwan dalam mencari ilmu pengetahuan dengan susah payah. Dan terus
mengembangkan dan mengasah ilmu yang sudah ada menjadi lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. Sitorus. J. Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran
Matematika di Sekolah. Bandung.