Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Awal dari
Matematika Purbakala. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Sejarah Matematika dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
bapak Usman, S.Pd., M.Pd, selaku dosen matakuliah ini yang telah membantu dan
memberi pengarahan kepada kami dalam belajar dan mengerjakan tugas dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat
selesai tepat waktu.
Makalah ini kami usahakan susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan dan
kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca
pada umumnya. Aamiin.
Banda Aceh, September 2013

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halama

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
1.

GAMBARAN SEJARAH PURBAKALA DARI MATEMATIKA..................3

2.

BILANGAN BILANGAN TERTULIS ATAU ANGKA.............................5


a.

Sistem kelompok menjumlah dari Mesir...............................................5

b.

Tulisan kelompok mengurang dari Babilonia.........................................6

c.

Sistem Bilangan Gerik.....................................................................7

d.

Kelompok menjumlah dan mengurang dari Romawi................................9

e.

Sistem kelompok mengalikan dari Jepang dan Cina.................................9

f.

Sistem posisi memakai angka nol.....................................................10

3.

ARITMETIKA DAN GEOMETRI BABILONIA DAN MESIR PURBAKALA15


a.

Aritmetika Babilonia.....................................................................15

b.

Tabel-Tabel Matematika Babilonia...................................................16

c.

Aritmetika Mesir.........................................................................19

d.

Geometri Mesir...........................................................................22

BAB III KESIMPULAN................................................................................ 23


DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN

Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu
memecahkan masalah dalam berbaia bidang ilmu seperti ekonomi, akuntasi,
astronomi, geografi, dan antropologi. Oleh karena itu, matematka patut mendapat
sebutan Mathematics is Queen and Servant of Science yang artinya matematika
adalah ratu dan pelayan ilmu pengetahuan.
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahaman dan tindakan yang
sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, karena bagaimana pun, tujuan dipelajari
ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke dalam kehidupan yang
nyata. Tanpa pemahaman, ilmu tidak akan mungkin dapat dikuasai.
Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan
ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan
matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang beranggapan bahwa filsafat
dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari
matematika dan filsafat karena kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari keduanya tidak memerlukan bukti secara fisik.
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematika merupakan hasil
Pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika itu sendiri. Filsafat sebagai
rangkaian aktivitas dari budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran reflektif
(reflective thinking). Pemikiran relatif atau untuk singkatnya refleksi (reflection)
dapat dicirikan sabagai jenis pemikiran yang rediri atas mempertimbangkan secara
cermat suatu pokok soal dalam pikiran dan memberikannya perhatian yang sungguhsungguh dan terus-menerus (the kind of thinking that consits in turning a subject over
in the mind ang giving it serious and consecutive consideration). Suatu pendapat lain

yang mirip merumuskannya sebagai pertimbangan cermat secara penuh perhatian


beberapa kali terhadap hal yang sama (thinking attentively several times over of the
same thing). Dalam sebuah kamus psikologi refective thinking dianggap sepadan
denag logikal thinking (pemikiran logis), yakni aktivitas budi manusia yang
diarahkan sesuai dengan kaida-kaida logika.
Dengan demikian filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran relatif
terhadap matematika. Matematika menjadi suatu pokok soal yang dipertimbangkan
secara cermat dan dengan penuh perhatian. Pemikiran filsafati juga bersifat reflektif
dalam arti menengok diri sendiri untuk memahami bekerjanya budi itu sendiri. Ciri
reflektif yang demikian itu ditekankan oleh filsuf Inggris R.G. Collingwood yang
menyatakan philosophy is reflektive. The philosophizing mind never simply thinks
also about any object, thinks also about its own thought about that object. (filsafat
bersifat relektif tidaklah semata-mata berpikir tentang suatu obyek; sambil berpikir
tentang sesuatu obyek,budi itu senantiasa berpikir juga tentang pemikirannya sendiri
mengenai obyek itu). Jadi budi manusia yang diarahkan untuk menelaah obyek-obyek
tertentu sehingga melahirkan matematika kemudian juga memantul berpikir tentang
matematika

sehingga

menumbuhkan

filsafat

matematik

pemahaman apa dan bagaimana sesungguhnya matematika itu.

agar

memperoleh

BAB II
PEMBAHASAN

1. GAMBARAN SEJARAH PURBAKALA DARI MATEMATIKA


Kata matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu mathema yang
berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit. Dengan
kata lain, Matematika adalah bahasa symbol yang terdefinisikan secara sistematik,
antara satu konsep dengan konsep yang lain saling berkaitan dan pembuktian
matematika di bangun dengan penalaran deduktif.
Matematika berawal dari berhitung dan dapat dipandang sebagai sederetan
abstraksi yang selalu bertambah banyak atau meluas dari pokok masalahnya.
Abstraksi mula-mula yang juga berlaku pada banyak bilangan : pernyataan bahwa
dua apel dan dua jeruk sebagai contoh (memiliki jumlah yang sama). Asal mula
pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan bangun.
Pengkajian modern terhadap fosil binatang menunjukkan bahwa konsep ini tidak
berlaku unik bagi manusia. Konsep ini mungkin juga menjadi bagian sehari-hari di
dalam kawanan pemburu.

Pada awalnya matematika digunakan oleh orang-orang yang hidup didaerah


pinggiran sungai, seperti di sungai Nil (penduduk Mesir), sungai Tigris dan sungai
Eufrat (penduduk Babilonia), sungai Gangga dan sungai Indus (penduduk India),
sungai Huang Ho dan sungai Yang Tze (penduduk China). Mereka hidup di pinngiran
sungai tersebut karena letaknya yang strategis dari jaminan kelangsungan hidup.
Adanya sumber daya yang tersedia seperti makanan, tempat berteduh, dll. Kemudian
bangsa-bangsa tersebut memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir,
mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai
menjadi daerah pertanian.

Untuk itu, diperlukan pengetahuan praktis yang

pengetahuan teknik dan matematika bersam-sama.


Keterbatasan akal manusia, membuat para penduduk mulai menggunakan
tulisan. India dan China menggunakan kulit kayu dan bambo sebagai media
penulisan. Sedangkan Mesir dan Babilonia menggunakan batu-batu loh-loh yang
dibuat dari tanah liat kemudian dibakar sehingga tidak hancur walupun pada iklim
yang kering.

Ahli purbakala menemukan beberapa peninggalan yaitu


Tulang Lebombo yang merupakan benda matematika tertua yang ditemukan
di pegunungan Lebombo di Swaziland dan kemungkianan telah berusia sejak
3500 SM. Tulang ini berisi 29 torehan berbeda yang sengaja di goreskan pada
fibula baboon. Terbukti

bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk

mengingat siklus haid mereka, 28-30 goresan pada tulang atau batu diikuti
dengan tanda yang berbeda.
Tulang Ishango, yang ditemukan di dekat air sungai Nil yang berisi sederetan
lidi yang di goreskan di tiga jalur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum
bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui
tentang barisan bilangan prima atau kalender enam bulan. Periode Mesir dari

millennium ke-5 SM, secara grafis menampilkan rancangan-rancangan


geometris. Telah diakui bahwa bangunan megalit di Inggris dan Skotlandia
dari millennium ke-3 SM, menggabungkan gagasan-gagasan geometri seperti
lingkaran, elips, dan tripel Pythagoras di dalam rancangan mereka.
Plimpton 322, yang merupakan matematika Babilonia dan bukti dari tulisan
matematika terkuno yang telah ditemukan. Diperkiraan ada sejak 1900 SM.
Lembaran matematika Rhindm (matematika Mesir) sekitar 2000-1800 SM.
Lembaran matematika Moskwa sekitar 1890. Semua tulisan itu, membahas
teorema yang umum di kenal sebagai teorema Pythagoras, yang menjadi
pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah aritmetika
dasar dan geometri.
Piramida Gizeh didirikan 2900 SM yang pasti menggunakan keterampilan
teknik dan Matematika. Bangunan itu didirikan di atas tanah seluas kira-kira
13 are ( 1300 m2). Bangunan terdiri dari 2.000.000 bongkah bata dengan
rat-rata berat 2,5 ton setiap bongkah. Atas bangunan berbentuk bujursangkar

yang hamper sempurna, hanya dengan kesalahan

sikunya hanya sengan kesalahan

1
2700

1
14.000

dan sudut

. Tercatat bahwa bangunan itu

dibangun oleh 100.000 orang pekerja dalam kurun waktu 30 tahun namun
hanya dengan kesalahan sekecil itu. Suatu keterampilan metematika yang
sangat menakjubkan.

Manusia paling primitive pun ingin mengetahui apakah benda yang


dimilikinya bertambah atau berkurang. Cara paling primitive untuk mengetahuinya
adalah dengan perkawana satu-satu. Misalkan ada beberapa ekor hasil buruan. Jari-

jarinya dibengkokkan terhadap satu ekor hasil buruan, jari-jari berikut dibengkokkan
terhadap buruan berikutnya. Maka terjadilah perkawanan satu-satu antara jari-jari dan
hewan buruan.

2. BILANGAN BILANGAN TERTULIS ATAU ANGKA


Awal mula perkawanan satu-satu untuk menghitung ditandai dengan takikantakikan pada sepotong kayu sebagai cara pertama mencatat bilangan-bilangan lalu
berkembang menjadi tulisan. Bilangan tertulis kita sebut dengan angka. Berikut
beberapa macam sisitem dari berbagai bagsa yang sudah mempunyai tulisan.
a. Sistem kelompok menjumlah dari Mesir
Menurut sejarah, tulisan hieroglif Mesir purbakala kira-kira 3400 BC, terdapat
pada prasati batu atau pada papyrus atau barang lainnya. Berikut merupakan lambinglambang bilangan Mesir purbakala:

b. Tulisan kelompok mengurang dari Babilonia


Babilonia merupakan salah satu suku yang hidup di wilayah Mesopotamia
(Irak), tepatnya di sebuah daratan yang subur diantara sungai Tigris dan Eufrat.
Daerah ini merupakan warisan dari suku Sumeria pada 3500 SM, dan suku Akkadia
pada 2300 SM.
Tulisan paku terdapat pada loh-loh diperkirakan 2000 BC. Basis yang
digunakan ialah basis 10. Berikut merupakan lambangnya:

c. Sistem Bilangan Gerik


(1) Angka Attik atau Herodianik

Diperkirakan zaman keemasan Gerik purbakala antara tahun 600 BC 300


BC. Pada zaman itu terkenal ahli-ahli Matematika seperti Exodus kira-kira 350 BC.
Euclides, Archimedes, Apollonius antara 200 BC 300 BC. Kuil terkenal Parthenon
di Athena didirikan kira-kira anttara tahun 447 dan 438 BC. Pada zaman itu
matematika berkembang.
Dalam penulisan angka menggunakan basis 10. Berikut merupakan lambanglambag dari angka Attik:

(2) Angka ionik


Basis yang digunakan dalam penulisan angka Ionik pada dasarnya berbasis
10.

d. Kelompok menjumlah dan mengurang dari Romawi


Berikut merupakan lambang-lambang bilangan romawi:

e. Sistem kelompok mengalikan dari Jepang dan Cina


Pada mulanya huruf dibuat menggunakan gambar yang tampak seperti objek
aslinya, seperti gambar seekor sapi mereka menuliskan dengan huruf seperti sapi,
gunung mereka menulis huruf seperti gunung,

ataupun sebelah mata mereka

menuliskan dengan huruf seperti mata. Huruf yang berupa gambar ini mereka
gunakan sampai sekarang ini dikenal dengan kaji.
Salah satu lambang pada masa awal dinasti Shang, dimana peradaban
Tiongkok telah berkembang sampai taraf yang cukup tinggi muncul Jiaguwen atau
aksara di batok kura-kura dan tulang binatang yang merupakan huruf jaman Tiongkok
kuno. Huruf-huruf yang tertulis di batok kura-kura dan tulang binatang merupakan
dasar-dasar huruf kanji.
Bangsa cina juga menggunakan huruf berupa simbol-simbol sederhana.
Seperti jika mereka ingin menunjukkan idea tau fikiran yang abstrak, mereka
menggabungkan beberapa gambar untuk melukiskan adegan untuk memperlihatkan
maksudnya. Contohnya, seperti gabungan gambar matahari dan sebatang pohon
( sebagai adegan yang mereka perlihatkan bahwa matahari yang sedang terbit terlihat
dibalik pohon. Maka kata timur mereka tulis dengan huruf , karena arah timur
merupakan arah dimana matahari terbit di balik sebatang pohon.
Berikut merupakan lambang bilangan dari Jepang:

f. Sistem posisi memakai angka nol


Sisitem angka yang umumnya dipakai sekarang adalah sistem posisi. Letak
suatu angka dalam urutan penulisan menentukan besarnya bilangan yang ditunjukan.
Pada zaman purbakala, kira-kira antara 3000 tahun dan 2000 tahun Sm,
bangsa Babilonia menggunakan bilangan dengan sistem posisi pada basis 60 yang
disebut basis sexagesimal. Bilangan kecil ditulis dengan basis 10, bilangan besar
ditulis dengan basis 60.

Pada ekspedisi Spanyol ke Jukatan di Meksiko pada awal abad 16, diketahui
bahwa bangsa Maya Indian pada dasarnya menggunakan basis 20 (vigesimal). Boleh
jadi karena mereka menghitung satu tahun 360 hari, maka suatu bilangan dalam
kelompok lebih tinggi ditulis sebagai 18(20)n.
Misalnya 732 ditulis 2.18(20) + 12 ; 7218 ditulis 1.18(20)2 + 18.
Adapun angka-angka pada tulisan Maya itu adalah sebagai berikut:

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

Contoh:

(4 x 20) = 80
+
(1 x 14) = 14

94

jumlah = 94

(17 x 20) = 340


+

343

(1 x 3) = 3
jumlah = 343

(7 x 202) = 2800
+
(17 x 20) = 340

3143

+
(1 x 3) = 3
jumlah = 3143

Seperti angka Jepang, demikian pula bangsa Maya menulis dari atas ke
bawah.

(c) Sistem Bilangan Hindu Arab


Kira-kira 300 SM bangsa Hindu sudah mengenal angka-angka dengan
menggunakan bilangan dengan basis 10, tetapi belum mengenal bilangan nol. Bukti
adanya simbol bilangan adalah ditemukannya pada beberapa batuan/prasasti yang
didirikan di India sekitar 250 SM oleh Raja Asoka. Bukti lainnya, simbol bilangan
ditemukan di antara potongan catatan-catatan 100 SM pada dinding gua di sebuah
bukit dekat Poona dan dalam beberapa prasasti yang diukir pada gua di Nasik pada
tahun 200. Bukti ini tidak menggunakan bilangan nol dan tidak menggunakan sistem
posisi. Diperkirakan sejak tahun 500 A.D (Anno Domini/Setelah Masehi), mereka
menggunakan sistem posisi dan sudah mengenal bilangan nol.
Kira-kira tahun 711, tentara Arab menyerang sampai Spanyol dan
mendudukinya beberapa ratus tahun. Kerajaan Islam yang demikian luas kemudian
terpecah dua menjadi Kalifah Barat berpusat di Cordova (775-1495) di bawah
kekuasaan dinasti Ummayah dan Kalifah Timur di Bagdad di bawah kekuasaan
dinasti Abbasiah (749-1258). Salah seorang dari dinasti Abbasiah ialah Kalif AlMansyur (754-775) membawa karya-karya Brahmagupta dari India ke Bagdad kirakira tahun 766 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dari karya itulah angka
Hindu masuk ke dalam Matematika Arab.
Kira-kira tahun 825, seorang ahli Matematika Persia bernama Al-Khawarizmi
menulis buku tentang Aljabar yang antara lain berisi tentang sistem bilangan Hindu
secara lengkap. Kemudian buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad
12

dan

buku-bukunya

berpengaruh

di

Eropa.

Terjemahan

memperkenalkan sistem bilangan Hindu Arab ke Eropa.


Perkembangan bilangan dari India - Eropa.

inilah

yang

Pada simbol Brahmi belum mengenal angka nol. Angka nol mulai ada setelah
tahun 500 A.D, yaitu pada simbol Hindu hingga sekarang. Selanjutnya sistem ini
disempurnakan di Eropa dan hasil penyempurnaan itulah yang kita kenal sekarang
dalam sistem bilangan.

3 ARITMETIKA DAN GEOMETRI BABILONIA DAN MESIR PURBAKALA


1. Aritmetika Babilonia
Pada 200 SM, aritmetika Babilonia sudah berkembang menjadi aljabar dalam
bentuk gaya retorika. Pada suatu loh terdapat daftar pangkat dua dan pangkat tiga dari
bilangan 1 sampai 30, kemudian disusun daftar dari n3 + n2.
Pada loh itu terdapat soal-soal x 3 + x2 = b. Penyelesaian soal itu menggunakan
tabel n3 + n2.
Pada loh Yale yang berasal dari 1600 SM terdapat soal dari persamaan
simultan yang menuju ke persamaan derajat empat tetapi belum diselesaikan. Sebagai
contoh didapati persamaan dengan dua peubah, yaitu : xy = 600, 150 (x - y) (x + y) 2
= -1000.

Bentuk lain dari persamaan itu ialah: xy = a,

bx2
y

cy 2
x

+ d = 0.

Persamaan simultan yang harus diselesaikan dengan persamaan pangkat tiga.


Neugebauer menemukan soal-soal pada loh-loh Louvre yang berasal dari 300
SM. Di antara soal-soal terdapat penyelesaian soal 1 + 2 + 2 2 + 23 + . . . + 29 = 29 + 29
1.
Mengagumkan bahwa dalam loh-loh Babilonia itu terdapat rumus-rumus yang
bersesuaian dengan rumus yang dikenal sekarang untuk:
n

r
i=0

dan

i2 = (
i=0

2 n+1
3

Pendekatan pada 2 =

);

17
12 .

n+1

1
r1

i2 =
i=1

n(n+1)(2 n+1)
6

Akar dua merupakan panjang dari dioagonal dari unit persegi, didekati oleh
Babel dari Old Babel periode (1900 SM 1650 SM) sebagai:

1; 24, 51, 10 = 1 +

24
60

51
60 2

10
60 3

30547
21600

1,414213.

.2 Tabel-Tabel Matematika Babilonia


Di Universitas Columbia terdapat katalog 322 hasil olahan loh-loh dari G.A.
Plimpton. Maka katalog itu terkenal dengan Plimpton 322. Loh-loh itu memuat tabeltabel Matematika yang dibuat antara tahun 1900 BC dengan 1600 BC dan
menunjukkan Matematika paling maju sebelum pengembangan matematika Yunani.
Bentuk loh-loh itu seperti pada gambar berikut ini:

Pada tahun 1945, tabel itu disusun kembali oleh Neugebauer dan Sach dan
ditulis dengan angka desimal yang kita pakai sekarang.
Bagian kiri loh itu pecah dan hilang, bagian kanan atas sumbing seperti
terlihat pada gambar. Bilangan-bilangan pada tabel menghitung dengan hipotenusa
segitiga siku-siku. Mungkin tabel pada loh itu dengan bagian yang hilang sebelah kiri

adalah seperti pada kolom ketiga dari kiri pada hasil analisa seperti pada tabel berikut
ini.
Jika disebut sisi-sisi segitiga siku-siku itu adalah a dan b, dengan hipotenusa
c, maka tabel analisa dari tabel pada loh tersebut adalah seperti berikut:

ab

a
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

b
12
64
75
125
9
20
54
32
25
81
2
48
15
50
9

2ab
5
27
32
54
4
9
25
15
12
40
1
25
8
27
5

120
3456
4800
13500
72
360
2700
960
600
6480
4
2400
240
2700
90

a2 b2
119
3367
4601
12709
65
319
2291
799
481
4961
3
1679
161
1771
56

c 2 = a 2 + b2
169
4825
6649
18541
97
481
3541
1249
769
8161
5
2929
289
3229
106

Hal yang menakjubkan bahwa sisi a dan b dari segitiga itu selalu diambil
bilangan-bilangan relatif prima.

Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relatif prima jika PBB(a, b) = 1.
Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian hingga
ma + nb = 1.
Contoh:
1. Bilangan 12 dan 5 adalah relatif prima karena PBB(12, 5) = 1, atau dapat ditulis:
-2 . 12 + 5 . 5 = -24 + 25 = 1 (m = -2, n = 5).
2. Bilangan 25 dan 12 adalah relatif prima karena PBB(25, 12) = 1, atau dapat ditulis:
1 . 25 + (-2) . 12 = 25 24 = 1 (m = 1, n = -2).

Definisi PBB atau Pembagi Persekutuan Terbesar (greatest common


divisors/gcd):
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat dengan salah satu di
antaranya tidak sama dengan nol. Pembagi persekutuan terbesar dari a dan b
dinotasikan dengan PBB(a, b) adalah bilangan bulat positif d yang memenuhi:
1. d a dan d|b.
2. Jika a|c dan b|c, maka c d.

3. Aritmetika Mesir
1. Mengalikan
Kebanyakan soal-soal pada papirus Moskow dan papirus Rhind adalah
mengenai hitungan yang berkenaan dengan soal praktek, namun beberapa diantaranya
sudah bersifat teori. Papiru itu ditulis oleh Ames kira-kira 1700 BC. Pada perkalian

dua bilangan dipakai azas melipat-duakan. Tetapi salah satu dari faktor perkalian
harus dapat dinyatakan sebagai jumlah bilangan berpangkat dua. Perkalian diganti
dengan menjumlah.
Contoh:
27 x 22 =
22 = 2 +4 + 16
Perkalian disusun sebagai berikut:
1

27

54

108

216

16

432

Jadi, 27 x 22 = 54 + 108 + 432 = 594

Dengan cara melipat-duakan ini orang Mesir tidak menyusun tabel perkalian.
Metode melipat-duakan ini kemudian berkembang menjadi melipat-duakan metode
bilangan tengah.
Contoh:
27 x 20 =
27*

20

13*

40

80

3*

160

1*

320

Yang dijumlahkan adalah pasangan dari bilangan ganjil dikiri. Bilangan tengah
diambil bilangan bulat hasil pembulatan ke bawah dari hasil bagi dua bilangan
sebelumnya.
Maka, 27 x 20 = 20 + 40 + 160 + 320 = 540

2. Membagi
Azas melipat-duakan juga digunakan untuk membagi dua bilangan.
Contoh:
238 : 14 =
1

14

28

56

112

16

224

Karena 238 = 14 + 224, maka hasil baginya adalah 1 + 16 = 17

3. Pecahan
Bangsa Mesir Kuno juga sudah mengenal bilangan pecahan ,tetapi umumnya pecahan
satuan (unit fraction) yaitu pecahan pembilangnya satu menempatkan simbol yang

mewakili sebuah mulut, yang berarti bagian, kecuali pecahan 2/3 memiliki
simbol tersendiri.
Lambang pecahan antara lain adalah:

Dalam papirus Rhind terdapat tabel yang menyatakan bentuk 2/n ke dalam
bentuk pecahan satuan. Melalui tabel itu didapati:
2 1 1
= +
7 4 28 ;

2
1
1
1
2
1
1
= +
+
; = +
97 56 679 776 99 66 198

4. Menyelesaikan Persamaan Dalam Aljabar


Diantara soal-soal persamaan dalam papirus Rhind terdapat juga persamaan
linear dan persamaan kuadrat. Ada aturan dengan letak (posisi) salah.

Contoh:
Terdapat suat kumpulan benda. Jika dijumlahkan bagian, 1/3 bagian, dan
bagian maka jumlahnya 26. Berapa banyaknya benda itu?
Diselesaikan dengan letak salah sebagai berikut:
1
1
1
x+ x + x=26
2
3
4
Misalkan x = 12, maka:

1
1
1
x+ x + x=6+ 4+3=13
2
3
4
Sedangkan 26 adalah 2 kali 3. Maka x = 12 juga harus dilipat-duakan.
Jadi jawabannya adalah x = 24

Bangsa Mesir purbakala juga sudah mengenal lambang untuk negatif dan
positif. Positif degan lambang kaki yang melangkah dari arah kanan ke kiri, dan
sebaliknya untuk lambang negatif.

4. Geometri Mesir
Dari soal-soal geometri pada papirus Moskow dan papirus Rhind dapat
disimpulkan bahwa bangsa Mesir purbakala sudah mengenal rumus-rumus untuk
menghitung luas dan isi, seperti menghitung isi dari lumbung.
Mereka juga sudah mengenal perbandingan ruas-ruas garis. Tetapi mereka
memakai rumus yang salah untuk menghitung luas segi-empat sebarang. Rumus
mereka ialah:
L=

( a+c ) (b +d)
2

, dengan a,b,c dan d adalah sisi-sisi segi-empat itu.

BAB III
KESIMPULAN

1) Pada mulanya di zaman purbakala, manusia yang hidup di zaman tersebut


menggunakan jarinya untuk menghitung. Krena ingatan manusia terbatas,
maka mereka mulai menulis pada loh-loh dan kulit kayu.
2) Untuk menuliskan angka-angka terdapat beberapa macam system yaitu:
System kelompok menjumlah dari Mesir
Tulisan kelompok mengurang dari Babilonia
System beilangan gerik yang terdiri dari herodianik dan ionic, serta
bilangan Hindu-Arab
Kelompok menjumlah dan mengurang dari Romawi
System kelompok mengalikan dari Jepang dan China
System posisi memakai angka nol
3) Adanya aritmetika Mesir dengan cara mengalikan, membagi, pecahan, dan
menyelesaikan persamaan dengan aljabar

DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, J. 1990. Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran


Matematika Sekolah. PT. Tarsito: Bandung.
http://matematikacooy.wordpress.com/sejarah-bilangan/
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/69/jbptunikompp-gdl-s1-2006haryantiho-3441-bab-ii.pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/juridic/article/view/2170
http://www.egpelo.ch/en/maya-number-system/maya-1-100.htm
http://www.egpelo.ch/en/maya-number-system/examples-mayanumbers.htm

http://www.math.ubc.ca/~cass/courses/m446-03/pl322/pl322.html

Anda mungkin juga menyukai