KEKONGRUENAN
OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan.Ucapan terima
kasih yang tak terhingga, kami ucapkan kepada Ibu Dra. Dewi Iriani M,Pd. selaku Dosen
pembina mata kuliah Teori Bilangan. Salam dan doa dari penulis, semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua amal dan kebaikan Ibu, dengan balasan kebaikan yang dilipat
gandakan, Amin yaa robbal alamin.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok dan sebagai bahan Presentase
Diskusi pada mata kuliah Teori Bilangan, pada kelas PGMIPA-U, program studi Pendidikan
Matematika, Universitas Jambi.
Jika dalam penyusunan, pembuatan, ataupun dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan atau kekeliruan, maka dari TIM Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis perlukan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTARi
DAFTAR ISI.....ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...1
B. TUJUAN PENULISAN....1
C. MANFAAT PENULISAN........1
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI 5.1....2
B. TEOREMA 5.1..2
C. TEOREMA 5.2......3
D. DEFINISI 5.2........3
E. TEOREMA 5.3......3
F. DEFINISI 5.3............4
G. TEOREMA 5.4..5
H. TEOREMA 5.5..................5
I. TEOREMA 5.6..7
J. TEOREMA 5.7..7
K. CONTOH SOAL..........10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kegiatan-kegiatan belajar sebelumnya, kita telah mempelajari konsep
keterbagian dan sifat-sifatnya. Definisi dan teorema-teorema keterbagian itu dapat
dipelajari lebih mendalam dengan relasi kekongruenan. Dengan menggunakan
definisi kekongruenan, kita dapat menelaah teorema-teorema keterbagian tersebut
lebih luas dan mendalam sehingga lebih Nampak manfaatnya. Namun demikian untuk
mempelajari kekongruenan ini diperlukan penguassaan definisi dan teorema-teorema
keterbagian. Dengan adanya pemikiran-pemikiran seperti ini, maka terdoronglah kami
untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul Kekongruenan agar kita sebagai
mahasiswa matematika dapat dengan mudah memahami dan mempelajari materi
kekongruenan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendeskripsikan uraian materi atau bahan diskusi kelompok pada mata
Kuliah Teori Bilangan, Kelas PGMIPA-U, Program Studi Pendidikan Matematika.
2. Untuk Memenuhi Tugas kelompok pada mata Kuliah Teori Bilangan, Kelas
PGMIPA-U, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jambi.
C. MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan
bagi pembaca dan bagi mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya. Penulis
mengharapkan tulisan ini bisa menjadi suatu pemaparan yang dapat menjelaskan
tentang kekongruenan dalam teori bilangan bagi pelajar yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas teori bilangan. Penulis juga mengharapkan agar pembaca
dapat memahami pentingnya ilmu teori bilangan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI 5.1
Jika m suatu bilangan positif maka a kongruen dengan b modulo m (ditulis a b
(mod m) bila dan hanya bila m membagi (a b). jika m tidak membagi (a b) maka
dikatakan a tidak kongruen dengan b modulo m (ditulis a b mod m).
Definisi 5.1 tersebut dapat ditulis bahwa jika m > 0 maka m(a b) bila dan
hanya bila a = b (mod m). m(a b) ada bilangan bulat k sehingga (a b) = mk.
Sehingga a b (mod m) bila dan hanya bila a b = mk untuk suatu bilangan bulat
k. tetapi karena a b = mk sama artinya dengan a = mk + b, sehingga a b (mod m) dan
hanya bila a = mk + b.
B. TEOREMA 5.1
a b (mod m) bila dan hanya bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga a =
mk+b
Kita telah mempelajari bahwa jika a dan m bilangan bilangan bulat dan m > 0 maka a
dapat dinyatakan sebagai :
a = mq + r dengan 0 r < m
ini berarti bahwa a-r = mg, yaitu a r (mod m) karena 0 r < m maka ada m buah
pilahn untuk r, yaitu 0,1,2,3,...,(m-1). Jadi setiap bilangan bulat akan kongruen
modulo m dengan tepat satu diantara 0,1,2,3,...,(m-1).
C. TEOREMA 5.2
D. DEFINISI 5.2
Contoh :
Himpunan residu terkecil modulo 5 adalah {0,1,2,3,4}. Kita dapat melihat relasi
kekongruenan itu dengan cara lain, yaitu pada teorema berikut ini :
E. TEOREMA 5.3
a b (mod m) bila dan hanya bila a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m.
Bukti :
Pertama dibuktikan : jika a b (mod m) maka a dan b memiliki sisa yang sama jika
diobagi m. a b (mod m) maka a r (mod m) dan b r (mod m) dengan r adalah residu
terkecil modulo m 0 r < m
Kedua dibuktikan jika a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m, a b (mod m).
Misalkan a memiliki sisa r jika dibagi m, berarti a = mq+r dan b memiliki sisa r jika
dibagi m berarti b = mt+r
Jadi menurut teora terdahulu ungakapan berikut mempunyai yang sama yaitu :
n 7 (mod m)
n dibagi 8 bersisa 7
F. DEFINISI 5.3
Kekongruenan modulo suatu bilangan bulat positif adalah suatu relasi antara
bilangan bilangan bulat. Dapat ditunjukkan bahwa relasi kekongruenan itu sebagai
relasi ekuivalen. Kita ingatkan bahwa suatu relasi disebut relasi ekuivalen jika relasi
itu memiliki sifat refleksi,simetris,dan transitif.
G. TEOREMA 5.4
(a+c)-(b+d) = m (s+t)
H. TEOREMA 5.5
Jika kedua ruas persamaan pertama dikalikan x dan kedua ruas persamaan kedua
dikalikan y diperoleh :
ax = msk + bx
cy = mty + dy
Pada persamaan atau kesamaan bilangan bulat berlaku sifat kanselasi (penghapusan)
sebagai berikut : jika ab = ac dengan a 0 maka b = c. Apakah dalam kekongruenan
berlaku sifat yang mirip dengan sifat kanseli tersebut ? misalkan jika ab ac (mod m)
maka b c (mod m)
Tetapi jika 3.8 3.4 (mod 4) maka 8 4 (mod 4) adalah suatu pernyataan yang benar.
Walaupun sifat kanselasi tidak berlaku sepenuhnya pada relasi kekongruenan, tetapi
akan berlaku dengan suatu syarat seperti dinyatakan pada teorema berikut :
6
I. TEOREMA 5.6
Bukti :
m c (a-b)
ab (mod m)
Jadi kita dapat menghapus (melenyapkan) suatu factor dalam kekongruenan, jika
faktor tersebut dan bilangan modulonya saling prima. Tetapi jika faktor dan modulonya tidak
saling prima, maka kita harus mengganti bilangan modulonya dalam teorema berikut ini.
J. TEOREMA 5.7
m
Jika ac bc (mod m) dan (c,m) = d , maka a b (mod d )
m c
m c (a-b) maka d d (a-b) karena d adalah FPB dari c dan m
c m
karena (c,m) = d maka ( d , d )=1
m m m m m
, (ab) ( ab )
karena ( d d ) = 1 dan d d maka d berarti a b
m
(mod d )
Contoh :
Agar lebih memahami materi kuliah dalam kegiatan belajar ini, anda
dipersilahkan mengerjakan soal-soal latihan berikut ini.
1) 91 0 (mod 7)
2) -2 2 (mod 8)
3) Residu terkecil dari 41 modulo 11 adalah -8
4) p|a bila dan hanya a 0 (mod p)
5) Jika p q (mod m) maka q p (mod m)
6) Jika p q (mod t) dan q r (mod t) maka p r (mod t).
7) Jika ap aq (mod m) maka p q (mod m)
8) Jika a b (mod p)
Apabila anda menemui kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
latihan tersebut, Anda dapat mengikuti petunjuk menyelesaikannya
berikut ini.
1) B 7|91
2) S 8|4
3) S Residu terkecil dari 41 modulo 11 adalah 8.
4) B p|a bila dan hanya bila a 0 (mod p)
(i) Dibuktikan, jika p|a mak a 0 (mod p)
p|a berarti ada k sehingga a = pk atau
a = pk + 0 berarti a 0 (mod p).
(ii) Dibuktikan, jika a 0 (mod p) maka p|a
a 0 (mod p) berarti p|(a 0) atau p|a
5) B p q (mod m) berarti p q = mk
q p = m (-k), berarti
q p(mod m)
8
6) B p q (mod t) berarti p q = kt, k bilangan bulat
q r (mod t) berarti q r = mt, m bilangan bulat
Dengan penjumlahan ruas-ruas kedua persamaan itu diperoleh
bahwa p r = (k + m) bilangan bulat.
Ini berarti bahwa
p r (mod t)
7) S 18 6 (mod 12) maka 3 1 (mod 12)
8) B a b (mod p) berarti a = pk + b, untuk suatu bilangan bulat k.
Jika kedua ruas dari persamaan tersebut dikalikan m, maka
diperoleh
am = pkm + bm
am bm = p (km).
Persamaan terakhir berarti am = bm ( mod p)
9) B Substitusikan 2 untuk x dalam 2x2 x + 3 4 (mod 5) diperoleh
9 4 (mod 5)
benar
10) B Setiap bilangan bulat akan kongruen modulo 8 dengan satu
dan hanya satu dari
residu terkecil modulo 8 yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Padahal 02 0 (mod 8)
12 1 (mod 8)
22 4 (mod 8)
32 1 (mod 8)
42 0 (mod 8)
52 1 (mod 8)
62 0 (mod 8)
72 1 (mod 8)
9
K. CONTOH SOAL
5 0 (mod 5)
11 2 (mod 5)
17 3 (mod 5)
23 4 (mod 5)
-1 5 (mod 5)
Jadi, himpunan residu modulo 5 adalah {5, 11, 17, 23, -1}
10
3. Jika 3a 1 (mod 7), maka...
a. 3a 6 (mod 7)
b. a 4 (mod 7)
c. a 3 (mod 7)
d. a 5 (mod 7)
Pembahasan:
3a 15 (mod 7)
a 5 (mod 7)
Sehingga, jika diketahui pt qt (mod m), maka p q (mod m), bila (m,
t) = 1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Definisi 5.1
Jika m suatu bilangan positif maka a kongruen dengan b modulo m (ditulis a b
(mod m) bila dan hanya bila m membagi (a b). jika m tidak membagi (a b)
maka dikatakan a tidak kongruen dengan b modulo m (ditulis a b mod m).
2. Teorema 5.1
a b (mod m) bila dan hanya bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga a
= mk+b
3. Teorema 5.2
Setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat diantara 0,1,2,3,...,(m-1).
Jika a r (mod m) dengan 0 r < m maka r disebut residu terkecil dari a modulo
m
4. Definisi 5.2
Pada a r (mod m ) dengan 0 r < m, maka r disebut residu terkecil dari a
modulo m. untuk kongruen ini, {0,1,2,3,, (m-1)} disebut himpunan residu
terkecil modulo m.
5. Teorema 5.3
a b (mod m) bila dan hanya bila a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m.
6. Definisi 5.3
Himpunan bilangan bulat r1,r2,r3,,rm disebut sistem residu lengkap modulo m bila
dan hanya bila setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan satu dan hanya
satu diantara r1,r2,r3,,atau rm
7. Teorema 5.4
Jika a b (mod m) dan c d (mod m) maka a c b d (mod m)
12
8. Teorema 5.5
Jika a b (mod m) dan c d (mod m) maka ax + cy = bx + dy (mod m)
9. Teorema 5.6
Jika ac bc (mod m) dan (c,m) = 1, maka a b (mod m)
B. SARAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membantu
memudahkan kita dalam mengikuti mata kuliah Teori Bilangan terkhusus pada materi
kekongruenan. Kami sebagai penyusun memberi saran dan harapan yang besar kepada
pembaca yang budiman untuk mempergunakan makalah ini sebaik mungkin. Selain itu
kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
maka dari itu kami bersedia menerima tiap kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sukarman, Herry. 1993. Materi Pokok Teori Bilangan. Jakarta: Depdikbud