1. Sifat Aljabar R
Pada bagian ini akan dibicarakan sifat-sifat aljabar dari Bilangan Real (R ¿. Untuk
selanjutnya sifat-sifat ini disebut dengan Aksioma Lapangan (Field). Namun sebelumnya
penting untuk diketahui terkait dengan definisi operasi biner.
Definisi 1.1 Operasi biner pada himpunan A adalah suatu fungsi B dengan domain A × A
dan range di A.
Dari definisi tersebut, menunjukkan bahwa suatu operasi biner mengaitkan setiap
pasangan terurut (a , b)∈ A × A dengan elemen tunggal B(a , b)⊆ A. Selanjutnya, untuk
membicarakan sifat-sifat penjumlahan dan perkalian di R akan digunakan notasi a+ b dan
a ∙ b(atau ab)
Aksioma 1.1 (Aksioma Lapangan R) Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi
biner yang berlaku, dinotasikan dengan + dan ∙ yang berturut-turut disebut dengan
penjumlahan dan perkalian. Operasi biner tersebut memenuhi sifat-sifat berikut.
(A1) a+ b=b+a untuk setiap a , b ∈ R (sifat komutatif penjumlahan)
(A2) ( a+ b ) +c=a+(b +c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat assosiatif penjumlahan)
(A3) Terdapat 0 ∈ R sedemikian sehingga 0+ a=a dan a+ 0=a untuk setiap a ∈ R (eksistensi
elemen 0)
(A4) Untuk setiap a ∈ R terdapat −a ∈ R sedemikian sehingga a+ (−a )=0 dan (−a )+ a=0
(eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan)
(M1) a ∙ b=b ∙ a untuk setiap a , b ∈ R (sifat komutatif perkalian)
(M2) ( a ∙ b ) ∙ c=a ∙(b ∙ c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat assosiatif perkalian)
(M3) Terdapat 1 ∈ R dengan 1 ≠0 sedemikian sehingga 1 ∙a=a dan a ∙ 1=a untuk setiap
a ∈ R (eksistensi elemen unit 1)
1 1
(M4) Untuk setiap a ∈ R dengan a ≠ 0 terdapat ∈ R sedemikian sehingga a ∙ =1 dan
a a
1
∙ a=1 (eksistensi invers perkalian)
a
(D) a ∙ ( b+c )= ( a ∙b )+(a ∙ c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat distributif perkalian atas
penjumlahan)
Selanjutnya, diberikan beberapa teorema-teorema yang berlaku pada R terkait dengan
operasi penjumlahan dan perkalian.
1
¿(u ∙ b)∙ ( ) (Aksioma M2)
b
1
¿ b ∙( ) (Hipotesis)
b
¿1 (Aksioma M4)
(iii) Karena a+ a ∙0=a ∙ 1+ a ∙0=a ∙ ( 1+ 0 )=a∙ 1=a , maka a ∙ 0=0
Perhatikan bahwa aksioma (A4) dan (M4) menjamin kemungkinan untuk mencari solusi
dari persamaan a+ x =0 dan a ∙ x=1 ¿) dan teorema berikut berakibat bahwa solusinya
tunggal.
1
⇒ 1 ∙ x=¿ ∙b (M3)
a
1
⇒ x=¿ ∙b (M3)
a
Untuk menunjukkan ketunggalan, misalkan bahwa x 1 adalah sebarang solusi dari
persamaan
a ∙ x=b , maka a ∙ x1 =b . Selanjutnya,
1 1 1
( a ∙ x 1 )= ∙b (kedua ruas dikalikan dengan ¿
a a a
⇔ ( 1a ∙ a ) x = 1a ∙ b
1 (M2 dan M3)
1
⇔ 1 ∙ x1 = ∙ b (M3)
a
1
⇔ x 1= ∙b (M3)
a
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x=x 1 yang menunjukkan ketunggalan solusi.
Pada R dikenal pula operasi lain, yaitu operasi pengurangan ¿ dan pembagian (:). Jika
a , b ∈ R maka operasi pengurangan didefinisikan dengan a−b ≔ a+(−b) sedangkan operasi
1
pembagian didefinisikan dengan a :b=a ∙ , b ≠ 0.
b
Bilangan Rasional adalah bilangan real yang dapat dituliskan dalam bentuk pecahan.
Himpunan bilangan Rasional dinotasikan dengan Q, yang keanggotaannya didefinisikan
dengan
Q= {ab|a , b ∈ Z , b ≠ 0}
Sementara itu, bilangan yang tidak rasional dinamakan bilangan irrasional dan himpunan
bilangannya dinotasikan dengan R−Q.
Teorema 1.5. Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2=2.
Bukti.
Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Andaikan ada r ∈Q sedemikian sehingga r 2=2
p
Misalkan r = maka p dan q tidak mempunyai fator persekutuan selain 1. Karena
q
p 2 p2
2
r= ()
q
2
= 2 =2⇒ p =2 q
q
2
maka p2 adalah genap. Hal ini berarti bahwa p juga genap (karena jika p=2n−1 ganjil,
maka p2=2 ( 2 n2−2 n+1 ) −1 juga ganjil). Selanjutnya, karena p genap maka dapat ditulis
dengan p=2m dengan m∈ N . Hal ini berakibat 4 m2=2 q2 ⇒ 2 m2=q2 . Ini berarti q 2 bilangan
genap.dan akibatnya q juga genap. Karena p dan q keduanya genap maka timbul kontradiksi
dengan p dan q tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1. Jadi, pengandaian salah dan
harus diingkar. Teorema terbukti.
LATIHAN
1. Selesaikan persamaan berikut dan berikan penjelasan terhadap setiap langkah yang
digunakan.
a. 2 x+5=7 c. ( x−2 ) ( x+1 ) =0
b. x 2=5 x d. 2 x+5=3 x−1
2. Jika a ∈ R sedemikian sehingga memenuhi aa=a, buktikan bahwa a=0 atau a=1.
Definisi 2.1.
(i) Bilangan a ∈ P disebut bilangan positif dan ditulis a> 0. Notasi a ≥ 0 berarti a ∈ P ∪ { 0 },
dan a disebut bilangan tak negatif.
(ii) Jika a ∈ P maka −a ∈ P disebut bilangan negatif dan ditulis a< 0. Notasi a ≤ 0 berarti
−a ∈ P ∪ {0 }, dan a disebut bilangan tak positif.
Sifat Trikotomi, mengakibatkan bahwa untuk setiap a , b ∈ R memenuhi tepat salah satu
dari kondisi berikut:
a> b atau a=b atau a<b
Lebih lanjut, jika a< b<cmaka artinya bahwa a< b dan b<cdan jika a ≤ b atau b ≤ a , maka
a=b .
Kasus 2.
Jika c <0 maka −c ∈ P. Selanjutnya diperoleh
(−c ) ( a−b ) ∈ P ⟺−ca+cb ∈ P (sifat tertutup terhadap operasi penjumlahan
dan perkalian)
⟺ cb−ca ∈ P (komutatif penjumlahan)
⟺ cb> ca (Definisi 2.2)
a+ b
Teorema 2.3. Jika a , b ∈ R dan a< b maka a< < b.
2
Bukti.
Karena a< b maka
a+ b
- a+ a<a+ b ⟺2 a< a+b ⟺ a<
2
a+b
- a+ b<b+ b ⟺ a+b<2 b ⟺ <b
2
a+ b
Akibatnya, a< <b .
2
Teorema berikut menunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif terkecil, karena jika
1 1
dberikana> 0 dan >0 maka diperoleh 0< a<a .
2 2
1
Teorema 2.4. Jika b> 0 maka 0< b <b .
2
Bukti.
Karena b> 0 maka dengan menggunakan Teorema 2.3 dengan mensubstitusikan a=0
diperoleh
0+ b 1
0< < b ⟺ 0< b<b .
2 2
Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan tak negatif yang kurang dari bilangan
positif apapun adalah nol.
Teorema 2.5. Jika a ∈ R dengan 0 ≤ a< ε , untuk setiap ε > 0 maka a=0.
Bukti.
1 1
Andaikan a> 0. Dari Teorema 2.4 diperoleh 0< a<a. Misalkan diambil ε 0= a, maka
2 2
0< ε 0 <a . Timbul kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 ≤ a< ε, untuk setiap ε > 0. Jadi,
pengandaian salah dan haruslah a=0.
Teorema 2.6. Jika a , b ∈ R dengan a< b+ε , untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b .
Bukti.
1
Andaikan b< a. Misalkan diambil ε 0= ( a−b) maka ε 0> 0. Hal ini berarti b+ ε 0 <a . Timbul
2
kontradiksi dengan yang diketahui bahwa a< b+ε, untuk setiap ε > 0. Jadi, pengandaian salah
dan haruslah a ≤ b.
x−2
Contoh 1.2. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan <1.
2 x−1
Jawab.
x−2 −x−1
Diketahui x ∈ R dan −1<0 ⇔ <0 . Sehingga diperoleh 2 kasus, yaitu
2 x−1 2 x−1
(i) −x−1<0 dan 2 x−1>0.
1 1
Hal ini berarti bahwa x >−1 dan x > . Dengan kata lain, hanya akan terpenuhi jika x > .
2 2
(ii) −x−1>0 dan 2 x−1<0.
1
Hal ini berarti bahwa x ←1 dan x < . Dengan kata lain, hanya akan terpenuhi jika x ←1.
2
{ | 12 }∪ { x ∈ R|x ←1 }
Jadi, B= x ∈ R x>
Teorema 2.8. (Ketaksamaan Bernoulli ) Jika x >−1 maka untuk setiap n ∈ N berlaku
( 1+ x )n ≥ 1+nx
Bukti.
Akan dibuktikan dengan menggunakan Induksi Matematika.
Kasus n=1diperoleh 1+ x=1+ x.
Asumsikan benar untuk n=k, yaitu berlaku ( 1+ x )k ≥ 1+kx
Akan dibuktikan benar pula untuk n=k +1.
Perhatikan bahwa
( 1+ x )k+1=( 1+ x )k ( 1+ x ) ≥ ( 1+ kx )( 1+ x )
¿ 1+ ( k +1 ) x+ k x2
≥ 1+ ( k +1 ) x
Jadi, pertidaksamaan ( 1+x )n ≥ 1+nx berlaku pula untuk n=k +1.
LATIHAN
1. a. Jika a< b dan c ≤ d, buktikan bahwa a+ c< b+d.
b. Jika 0< a+b dan 0< c ≤ d, buktikan bahwa 0 ≤ ac ≤ bd.
2. Untuk setiap a , b ∈ R, tunjukkan bahwa a 2+b 2=0 jika dan hanya jika a=0 dan b=0.
3. a. Jika 0< c<1, tunjukkan bahwa 0< c2 < c<1.
b. Jika 1<c, tunjukkan bahwa 1<c ¿ c 2.
4. a. Jika 0 ≤ a ≤b , tunjukkan bahwa a 2 ≤ ab ≤ b2 .
b. Gunakan contoh penyangkal (counter example) bahwa hal ini tidak mengakibatkan
a 2< ab ≤b 2
5. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan
1
a. x 2> 4 x +5 c. <x
x
1 2
b. 1< x 2< 9 d. <x
x
Bukti.
(i) Untuk setiap a , b ∈ R maka kasus akan terbagi menjadi 5, yaitu :
a. Jika a=0 atau b=0, maka Teorema terbukti. ‘
b. Jika a> 0 dan b> 0maka ab> 0. Lebih lanjut,|ab|=ab=|a|∙|b|.
c. Jika a> 0 dan b< 0maka ab< 0. Lebih lanjut,|ab|=−ab=|a|∙|b|.
d. Jika a< 0 dan b> 0maka ab< 0. Akibatnya,|ab|=−ab=|a|∙|b|.
e. Jika a< 0 dan b< 0maka ab> 0. Akibatnya,|ab|=ab=|a|∙|b|.
(ii) Karena a 2 ≥ 0 maka a 2=|a2|=|aa|=|a||a|=|a|2
(iii) ( ⇒ ) Karena |a|≤c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥−c. Selanjutnya diperoleh,
−c ≤ a≤ c
(⇐) Karena −c ≤ a≤ c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥−c. Selanjutnya, karena
|a|=|−a| maka |a|≤c .
(iv) Misalkan c=|a|, maka dengan menggunakan bagian (iii) Teorema terbukti.
{ | 12 }.
Jadi, diperoleh HP= x ∈ R x>
LATIHAN
a |a|
1. Jika a , b ∈ R dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa ||=
b |b|
2. Jika a , b ∈ R, tunjukkan bahwa |a+ b|=|a|+|b| jika dan hanya jika ab ≥ 0.
3. Jika a , b , c ∈ R, a ≤ b ,tunjukkan bahwa a< b<c jika dan hanya jika |a−b|+|b−c|=|a−c| .
4. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan
a. |2 x−5|≤ 10 c. |x−1|>|x+1|
b. |x 2−9|≤ 3 d. |x|+|x +2|<2
5. Gunakan Ketaksamaan Segitiga untuk menunjukkan bahwa
a. |x|−| y|≤|x − y|
b. |x|−| y|≤|x + y|
6. Jika |a−b|<1, tunjukkan bahwa |a|<|b|+1.
4. Garis Bilangan Real
Definisi 4.1. Diberikan a ∈ R dan ε > 0. Persekitaran di titik a dengan jari-jariε
didefinisikan sebagai himpunan V ε ( a )={ x ∈ R :|x−a|<ε } .
Perhatikan bahwa, jika |x−a|<ε maka
−ε < x−a< ε ⟺ a−ε < x< a+ε
Hal ini berarti, jika x ∈ V ε ( a ) maka x ∈(a−ε ,a+ ε ).
I I I
a−ε a a+ ε
Teorema 4.1. Diberikan a ∈ R . Jika untuk setiap ε > 0 berlaku x ∈ V ε ( a ) , maka x=a .
Bukti 1.
Karena untuk setiap ε > 0 berlaku x ∈ V ε ( a ) maka x ∈(a−ε ,a+ ε )⟺|x−a|< ε. Dengan
menggunakan Teorema 2.5 maka diperoleh |x−a|=0 ⟺ x=a.
Bukti 2.
Andaikan x ≠ a , maka x−a ≠ 0 sehingga |x−a|>0. Pilih ε =|x−a|, maka x ∈ V ε ( a ) .
Hal ini berarti ||x−a|< ε=|z −a||. Akibatnya, |x−a|<|x−a|. Hal ini jelas tidak mungkin, jadi
terbukti bahwa x=a.
Contoh 4.1.
a. Misalkan U ={ x :0< x <1 }. Jika a ∈U , dan misalkan ε =min {a−1 , a } maka V ε ( a ) ⊆U .
Jadi, x ∈ V ε ( a ) ⇒ x ∈ U .
b. Jika I ={ x : 0≤ x ≤ 1 }, maka untuk setiap ε > 0, V ε ( 0 ) memuat titik-titik yang bukan anggota
I. Sebagai contoh, dengan mengambil x ε ∶=−ε /2 maka x ∈ V ε ( 0 ) dan x ∉ I. Dengan
kata lain, V ε ( 0 ) ⊈ I .
LATIHAN
Tunjukkan bahwa jika a , b ∈ R dan a ≠ bmaka terdapat persekitaran U dari a dan V dari b
dengan jari-jari ε sedemikian sehingga U ∩V =∅ .
5. Sifat Kelengkapan R
Definisi 5.1. Misalkan S ≠ ∅ dan S ⊆ R.
(i) Himpunan S disebut terbatas ke atas jika terdapat suatu s ∈ R sedemikian sehingga s ≤ u
untuk setiap s ∈ S. Selanjutnya, bilangan u tersebut disebut dengan batas atas S .
(ii) Himpunan S disebut terbatas ke bawah jika terdapat suatu w ∈ R sedemikian sehingga w
≤ s untuk setiap s ∈ S. Selanjutnya, bilangan w tersebut disebut dengan batas bawah S .
(iii) Himpunan S dikatakan terbatas apabila S terbatas ke atas dan terbatas ke bawah. Suatu
himpunan S dikatakan tak terbatas apabila S tidak terbatas ke atas atau tak terbatas ke
bawah.
Dengan cara yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa infimum dari suatu
himpunan adalah tunggal.
Teorema 5.2. Suatu bilangan u ∈ R adalah supremum dari himpunan tak kosong S ⊆ R jika
dan hanya jika u memenuhi syarat berikut:
1. s ≤u , untuk setiap s ∈ S,
2. Jika v<u, maka terdapat s ' ∈ S sehingga v< s '.
Contoh 5.1.
1. Diberikan S={x :0 ≤ x ≤ 1} . Maka inf S=0 dan ¿ S=1 .
2. Misalkan S={x ∈ R∨x ≥0 }. Karena x ≥ 0 maka inf S=0.
Teorema 5.3 Suatu batas atas u dari himpunan tak kosong S ⊆ R adalah supremum dari S
jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat sε ∈ S sedemikian sehingga u−ε < s ε.
Bukti.
(⟹) Diambil sebarang ε > 0. Karena ¿ S=u maka u−ε tidak lagi menjadi batas atas
himpunan S . Jadi, ada sε ∈ S sehingga u−ε < s ε .
(⟸) Diketahui u adalah batas atas dari himpunan tak kosong S ⊆ R, maka s ≤u untuk setiap
s ∈ S. Selanjutnya, misalkan v sebarang bilangan di R dengan v<u. Diambil ε =v−u maka
ε > 0. Menurut hipotesis maka ada sε ∈ S sehingga u−ε =u−( u−v ) =v < sε . Dengan
menggunakan Teorema 5.2 maka terbukti bahwa ¿ S=u .
Teorema ini dapat diilustrasikan secara grafik sebagai berikut.
u−ε sε u
Contoh 5.2.
Tentukanlah supremum dari S= { x ∈ R|1< x <3 }.
Jawab.
Akan ditunjukkan bahwa ¿ S=3.
1. Untuk setiap x ∈ S, maka benar bahwa x <3.
2. Jika v< 3 maka terdapat x ' ∈ S sedemikian sehingga v< x '. Oleh karena itu, v bukan
merupakan batas atas S dan karena v merupakan sebarang v< 3 maka dapat disimuplan
bahwa ¿ S=3.
Jadi, ¿ S=3.
Akan ditunjukkan bahwa inf S=1.
1. Untuk setiap x ∈ S, maka benar bahwa 1< x.
2. Jika w >1 maka terdapat x ' ∈ S sedemikian sehingga w > x '. Oleh karena itu, w bukan
merupakan batas bawah S dan karena w merupakan sebarang w >1 maka dapat
disimpulkan bahwa inf S=1.
Jadi, inf S=1.
Dari contoh terlihat bahwa supremum dan infimum dari suatu himpunan tidak harus
menjadi anggota dari himpunan tersebut.
LATIHAN
1. Diberikan
A={ x ∈ R| x ≥ 0 } C= {1n|n ∈ N }
(−1 )n
B= { x ∈ R|1< x ≤3 } {
D= 1−
n | }n∈N
Untuk setiap himpunan di atas, carilah batas atas dan batas bawahnya (jika ada).
Selanjutnya, carilah supremum dan infimumnya (jika ada). Jelaskan jawaban Anda.
2. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R yang terbatas ke bawah. Buktikan bahwa
inf S=−{−s , s ∈S } ¿.
3. Tunjukkan bahwa setiap bilangan Real merupakan supremum sekaligus infimum bagi
himpunan kosong.
4. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dan terbatas ke atas dengan u=S ¿. Jika b ∈ R
dengan b< u, buktikan terdapat sedikitnya dua titik di dalam S yang terletak di antara b
dan u.
6. Aplikasi Supremum
Teorema 6.1. (Sifat Archimedes) Jika x ∈ R maka terdapat n x ∈ N sedemikian sehingga
n x > x.
Bukti.
Diambil sebarang x ∈ R. Andaikan tidak ada n ∈ N sedemikian sehingga n> x, maka x ≤ n,
untuk setiap n ∈ N . Hal ini berarti, x merupakan batas atas N. Jadi, N ⊆ R , N ≠ ∅ dan N
terbatas ke atas. Dengan menggunakan Aksioma Supremum maka ¿ N ada, misalkan ¿ N=u .
Karena u−1≤ u ,maka terdapat n x ∈ N sedemikian sehingga n x ≥ u−1⟺ n x + 1≥ u. Timbul
kontradiksi dengan ubatas atas N. Jadi pengandaian salah, haruslah terdapat n x ∈ N
sedemikian sehingga n x > x.
Teorema 6.1 menyiratkan bahwa akan selalu ada bilangan asli yang lebih besar dari
sebarang bilangan real. Dengan kata lain, bilangan asli N ⊆ R tidak terbatas di R .
1
Akibat 6.1. Jika S={ ; n ∈ N } maka inf S=0.
n
Bukti.
Karena S ≠ ∅ dan terbatas ke bawah oleh 0, maka S mempunyai infimum, katakan w=inf S.
1
Karena > 0 untuk setiap n ∈ N maka jelas bahwa w ≥ 0. Diambil sebarang ε > 0, dengan
n
1
menggunakan Sifat Archimedes maka terdapat n ∈ N sedemikian sehingga <n , dan
ε
1
berakibat < ε . Selanjutnya diperoleh
n
1
0≤ w ≤ <ε
n
Karena ε > 0 sebarang, maka dengan menggunakan Teorema 2.5 diperoleh w=0. Jadi,
inf S=0.
1
Akibat 6.2. Jika y >0, maka terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga 0< <y .
ny
Bukti.
1
Perhatikan bahwa, untuk setiap n ∈ N , n> 0 dan berakibat > 0. Selanjutnya misalkan y >0
n
1 1
maka ∈ R , maka menurut sifat Archimedes terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga n y < .
y y
1
Dengan kata lain, terdapat n y ∈ N sehingga 0< < y.
ny
Akibat 6.3. Jika y >0, maka terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga n y −1≤ y <n y.
Bukti.
Karena y ∈ R maka menurut sifat Archimedes terdapat n ∈ N sehingga n ≥ y. Dibentuk
himpunan S= { n ∈ N|n> y } maka S ⊆ N dan S ≠ ∅ . Selanjutnya, menurut sifat well ordering S
mempunyai elemen terkecil, katakan n y. Hal ini berarti n y −1∉ S dan berlaku n y −1≤ y <n y .
(Karena andaikan n y −1≥ y , makan y −1∈ S , sementara n y −1≤ n y. Timbul kontradiksi dengan
n y elemen terkecil H. Jadi haruslah n y −1≤ y ).
Teorema 6.2. (Kerapatan Bilangan Rasional) Jika x , y ∈ R dengan x < y maka terdapat
r ∈Q sedemikian sehingga x <r < y.
Bukti.
Karena x < y maka terdapat beberapa kemungkinan kasus, yaitu :
(i) Kasus 0< x < y.
1
Perhatikan bahwa y−x >0 sehingga ∈ R . Akibatnya, menurut sifat Archimedes,
y−x
terdapat n ∈ N sedemikian sehingga
1
n> ⟺ny −nx >1⟺ ny > nx+1
y−x
Sementara itu, karena nx >0, maka menurut Akibat 6.3 terdapat m∈ N sedemikian
sehingga
m−1 ≤ nx< m⟺ m≤ nx +1
Lebih lanjut, diperoleh
m ≤nx +1<ny ⟺ m< ny
m
Akibatnya, nx <m<ny ⟺ x < <y.
n
m
Jadi terdapat r = ∈ Q sehingga x <r < y.
n
(ii) Kasus 0=x< y
1
Karena y >0, maka ∈ R . Menurut sifat Archimedes, terdapat n ∈ N sedemikian
y
1 1
sehingga n> ⟺ 0< < y .
y n
1
Jadi, terdapat r = ∈Q sehingga x <r < y.
n
(iii) Kasus x <0= y
Perhatikan bahwa x <0= y ⟺ 0= y <(− x). Selanjutnya, dengan mudah dapat dibuktikan
dengan cara yang sama seperti kasus (ii).
(iv) Kasus x <0< y.
Jelas bahwa terdapat r =0 ∈Q sehingga x <r < y.
(v) Kasus x < y <0
Perhatikan bahwa x < y <0 ⟺ 0<(− y)<(−x). Selanjutnya, dengan mudah dapat
dibuktikan dengan cara yang sama seperti kasus (i).
Akibat 6.4. Jika x , y ∈ R dengan x < y maka terdapat bilangan irrasional z sedemikian
sehingga x < z< y.
Bukti.
x y
Dengan menerapkan Teorema 6.2 dan memandang bahwa x < y ⟺ < maka akan
√2 √2
diperoleh bilangan irrasional z=r √ 2 sedemikian sehingga x < z< y .
LATIHAN
1. { m1 |m∈ N }=1.
Tunjukkan bahwa ¿ 1−
1 1
2. Jika S= { − |m , n ∈ N }, tentukan infimum dan supremum S .
n m
3. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dengan u=S . Buktikan bahwa
1
a. Untuk setiap n ∈ N , bilangan u− bukan batas atas dari S.
n
1
b. Untuk setiap n ∈ N , bilangan u+ bukan batas atas dari S
n
4. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dan terbatas.
a. Jika a> 0 dan misalkan aS= { as , s ∈ S }. Buktikan bahwa
inf ( aS )=ainf S dan ¿ ( aS )=a S
b. Jika b< 0 dan misalkan bS= {bs , s ∈ S }. Buktikan bahwa
inf ( bS )=b S dan ¿ ( bS )=b inf S
5. Diberikan himpunan tak negatif S ⊆ R yang terbatas ke atas dan misalkan T ={ x 2|x ∈ S }.
a. Buktikan bahwa jika u=S ¿maka u2 =T ¿.
b. Berikan contoh bahwa pernyataan a tidak akan berlaku jika himpunan S bukan
himpunan tak negatif.
6. Gunakan Sifat Archimedes untuk membuktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r
sedemikian sehingga r 2=2.
7. Jika u>0 adalah sebarang bilangan dan x < y, tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional
r sedemikian sehingga x <ru< y .