Anda di halaman 1dari 24

SISTEM BILANGAN REAL

1. Sifat Aljabar R
Pada bagian ini akan dibicarakan sifat-sifat aljabar dari Bilangan Real (R ¿. Untuk
selanjutnya sifat-sifat ini disebut dengan Aksioma Lapangan (Field). Namun sebelumnya
penting untuk diketahui terkait dengan definisi operasi biner.

Definisi 1.1 Operasi biner pada himpunan A adalah suatu fungsi B dengan domain A × A
dan range di A.

Dari definisi tersebut, menunjukkan bahwa suatu operasi biner mengaitkan setiap
pasangan terurut (a , b)∈ A × A dengan elemen tunggal B(a , b)⊆ A. Selanjutnya, untuk
membicarakan sifat-sifat penjumlahan dan perkalian di R akan digunakan notasi a+ b dan
a ∙ b(atau ab)

Aksioma 1.1 (Aksioma Lapangan R) Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi
biner yang berlaku, dinotasikan dengan + dan ∙ yang berturut-turut disebut dengan
penjumlahan dan perkalian. Operasi biner tersebut memenuhi sifat-sifat berikut.
(A1) a+ b=b+a untuk setiap a , b ∈ R (sifat komutatif penjumlahan)
(A2) ( a+ b ) +c=a+(b +c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat assosiatif penjumlahan)
(A3) Terdapat 0 ∈ R sedemikian sehingga 0+ a=a dan a+ 0=a untuk setiap a ∈ R (eksistensi
elemen 0)
(A4) Untuk setiap a ∈ R terdapat −a ∈ R sedemikian sehingga a+ (−a )=0 dan (−a )+ a=0
(eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan)
(M1) a ∙ b=b ∙ a untuk setiap a , b ∈ R (sifat komutatif perkalian)
(M2) ( a ∙ b ) ∙ c=a ∙(b ∙ c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat assosiatif perkalian)
(M3) Terdapat 1 ∈ R dengan 1 ≠0 sedemikian sehingga 1 ∙a=a dan a ∙ 1=a untuk setiap
a ∈ R (eksistensi elemen unit 1)
1 1
(M4) Untuk setiap a ∈ R dengan a ≠ 0 terdapat ∈ R sedemikian sehingga a ∙ =1 dan
a a

1
∙ a=1 (eksistensi invers perkalian)
a
(D) a ∙ ( b+c )= ( a ∙b )+(a ∙ c) untuk setiap a , b , c ∈ R (sifat distributif perkalian atas
penjumlahan)
Selanjutnya, diberikan beberapa teorema-teorema yang berlaku pada R terkait dengan
operasi penjumlahan dan perkalian.

Teorema 1.1. (i) Jika z , a∈ R sedemikian sehingga z +a=a , maka z=0.


(ii) Jika u , b ∈ R dengan b ≠ 0sedemikian sehingga u ∙ b=b, maka u=1.
(iii) Jika a ∈ R ,maka a ∙ 0=0.
Bukti.
(i) z=z +0 , (aksioma A3)
= z + ( a+ (−a ) ) , (aksioma A4)
¿ ( z+ a ) + (−a ) , (aksioma A2)
¿ a+ (−a ) , (hipotesis)
¿0, (aksioma A4)
(ii) u=u∙ 1 (Aksioma M3)
1
( b ))
¿u∙ b∙ ( (Aksioma M4)

1
¿(u ∙ b)∙ ( ) (Aksioma M2)
b
1
¿ b ∙( ) (Hipotesis)
b
¿1 (Aksioma M4)
(iii) Karena a+ a ∙0=a ∙ 1+ a ∙0=a ∙ ( 1+ 0 )=a∙ 1=a , maka a ∙ 0=0

Teorema 1.2. (i) Jika a , b ∈ R sedemikian sehingga a+ b=0 , maka b=−a.


1
(ii) Jika a , b ∈ R dengan a ≠ 0sedemikian sehingga a ∙ b=1, maka b= .
a
Bukti.
(i) Karena a+ b=0, maka
a+ b=0 ⇔ (−a ) + ( a+b )= (−a ) +0 (kedua ruas ditambah dengan (-a))
⇔ ( (−a ) +a )+ b=(−a ) (A2 dan A3)
⇔ 0+b=−a+0 (A4)
⇔ b=−a (A3)
(ii) Karena a ∙ b=1, maka
a ∙ b=1⇔ ( 1a ) ( a ∙ b)= 1a ∙1 (kedua ruas dikali dengan ( 1a ))
1 1
⇔ ( ∙ a ) ( b )= (M2 dan M3)
a a
1
⇔ ( 1 ∙ b )= (M3)
a
1
⇔ b= (M3)
a

Perhatikan bahwa aksioma (A4) dan (M4) menjamin kemungkinan untuk mencari solusi
dari persamaan a+ x =0 dan a ∙ x=1 ¿) dan teorema berikut berakibat bahwa solusinya
tunggal.

Teorema 1.3. Jika a , b ∈ R maka


(i) persamaan a+ x =b mempunyai solusi tunggal x=(−a ) +b .
1
(ii) persamaan a ∙ x=b ¿) mempunyai solusi tunggal x= ∙ b .
a
Bukti.
(i) Karena a+ x =b maka
a+ x =b ⇒ (−a )+ ( a+ x )=(−a )+ b , (kedua ruas ditambahkan dengan (−a))
⇒ ( (−a ) +a ) + x =(−a ) +b , (A2)
⇒ 0+ x=(−a ) +b , (A4)
⇒ x=(−a ) +b , (A3)
Untuk menunjukkan ketunggalan, misalkan bahwa x 1 adalah sebarang solusi dari
persamaan
a+ x =b , maka a+ x 1=b . Selanjutnya,
(−a )+ ( a+ x 1 )=(−a ) +b , (kedua ruas ditambahkan dengan (−a))
⇒ ( (−a ) +a ) + x 1= (−a ) +b , (A2)
⇒ 0+ x1= (−a ) +b , (A4)
⇒ x 1=(−a ) +b , (A3)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x=x 1 yang menunjukkan ketunggalan solusi.
(ii) Karena a ∙ x=b(dengan a ≠0) maka
1 1 1
ax=b ⇒ ∙ ( a ∙ x )= ∙b (kedua ruas dikalikan dengan )
a a a
⇒ ( 1a ∙ a) x=¿ 1a ∙ b (M2)

1
⇒ 1 ∙ x=¿ ∙b (M3)
a
1
⇒ x=¿ ∙b (M3)
a
Untuk menunjukkan ketunggalan, misalkan bahwa x 1 adalah sebarang solusi dari
persamaan
a ∙ x=b , maka a ∙ x1 =b . Selanjutnya,
1 1 1
( a ∙ x 1 )= ∙b (kedua ruas dikalikan dengan ¿
a a a

⇔ ( 1a ∙ a ) x = 1a ∙ b
1 (M2 dan M3)

1
⇔ 1 ∙ x1 = ∙ b (M3)
a
1
⇔ x 1= ∙b (M3)
a
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x=x 1 yang menunjukkan ketunggalan solusi.

Teorema 1.4. Jika a , b ∈ R maka


(i) a ∙ 0=0
(ii) −a=(−1)∙ a
(iii) −( a+ b )=(−a ) + (−b )
(iv) −(−a )=a
(v) (−a ) ∙ (−1 )=a
Bukti.
(i) a+ a ∙0=a ∙ 1+ a ∙0, (M3)
¿ a ∙ ( 1+ 0 ) , (D)
¿ a ∙ 1, (M3)
¿a (M3)
Selanjutnya, dengan menggunakan Teorema 1.1(i) maka diperoleh a ∙ 0=0
(ii) Karena a=a ∙ 1=1∙ a maka
a+ (−1 ) ∙ a=1∙ a++ (−1 ) ∙ a (kedua ruas ditambahkan dengan (−1 ) ∙ a¿ )
¿(1+ (−1 )) ∙a (D)
¿0∙a (A4)
¿0 (Teorema 1.4(i))
Selanjutnya, dengan menggunakan Teorema 1.3(i) dan A3 maka diperoleh (−1 ) ∙ a=−a.
(iii) −( a+ b ) + ( a+ b )=0 (A4)
⇔ (−( a+ b ) +a)+( b+ (−b ))=0+(−b) (A2 dan kedua ruas
ditambahkan dengan (-b))
⇔ ( −( a+b )+ a ) +0=−b (A3)
⇔¿ (A2 dan kedua ruas
ditambahkan dengan (-a))
⇔−( a+ b ) +0=−b+(−a) (A4)
⇔−( a+ b )=−a+(−b) (A2)

(iv) −(−a )+ (−a )=0 (A4)


⇔−(−a ) +( (−a ) +a)=0+ a (A2 dan kedua ruas ditambahkan
dengan (-a))
⇔−(−a ) +0=a (A3)
⇔−(−a )=a (A3)
(v) (−a )+ a=0 (A4)
⇔ (−a ) +b=0 (substitusi b=a)
⇔ b=−(−a) (Teorema 1.3(i))
⇔ a=− (−a ) (substitusi b=a)

Pada R dikenal pula operasi lain, yaitu operasi pengurangan ¿ dan pembagian (:). Jika
a , b ∈ R maka operasi pengurangan didefinisikan dengan a−b ≔ a+(−b) sedangkan operasi

1
pembagian didefinisikan dengan a :b=a ∙ , b ≠ 0.
b
Bilangan Rasional adalah bilangan real yang dapat dituliskan dalam bentuk pecahan.
Himpunan bilangan Rasional dinotasikan dengan Q, yang keanggotaannya didefinisikan
dengan

Q= {ab|a , b ∈ Z , b ≠ 0}
Sementara itu, bilangan yang tidak rasional dinamakan bilangan irrasional dan himpunan
bilangannya dinotasikan dengan R−Q.
Teorema 1.5. Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2=2.
Bukti.
Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Andaikan ada r ∈Q sedemikian sehingga r 2=2

p
Misalkan r = maka p dan q tidak mempunyai fator persekutuan selain 1. Karena
q
p 2 p2
2
r= ()
q
2
= 2 =2⇒ p =2 q
q
2

maka p2 adalah genap. Hal ini berarti bahwa p juga genap (karena jika p=2n−1 ganjil,

maka p2=2 ( 2 n2−2 n+1 ) −1 juga ganjil). Selanjutnya, karena p genap maka dapat ditulis
dengan p=2m dengan m∈ N . Hal ini berakibat 4 m2=2 q2 ⇒ 2 m2=q2 . Ini berarti q 2 bilangan
genap.dan akibatnya q juga genap. Karena p dan q keduanya genap maka timbul kontradiksi
dengan p dan q tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1. Jadi, pengandaian salah dan
harus diingkar. Teorema terbukti.

LATIHAN
1. Selesaikan persamaan berikut dan berikan penjelasan terhadap setiap langkah yang
digunakan.
a. 2 x+5=7 c. ( x−2 ) ( x+1 ) =0
b. x 2=5 x d. 2 x+5=3 x−1
2. Jika a ∈ R sedemikian sehingga memenuhi aa=a, buktikan bahwa a=0 atau a=1.

3. Jika a ≠ 0dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa ( ab1 )=( 1a )( 1b ).


4. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2=6.
5. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2=3 .
6. Jika x bilangan irrasional, a dan b bilangan rasional, tunjukkan bahwa
a. a+ b dan ab rasional.
b. x +a irrasional. Selanjutnya, untuk x ≠ 0 , maka xa juga irrasional.

2. Sifat Urutan pada R


Sifat urutan pada R menandakan bahwa ada hubungan ketaksamaan antara dua bilangan
real. Ada subset tak kosong P ⊂R, yang disebut dengan himpunan bilangan real positif, yang
memenuhi sifat-sifat berikut:
(i) Sifat tertutup terhadap operasi penjumlahan.
Jika a , b ∈ P , maka a+ b ∈ P
(ii) Sifat tertutup terhadap operasi perkalian.
Jika a , b ∈ P , maka ab ∈ P
(iii) Jika a ∈ R ,maka memenuhi tepat satu kondisi berikut:
a∈P, a=0 , −a ∈ P
Sifat (iii) disebut dengan sifat Trikotomi. Selanjutnya, {−a : a∈ P } disebut bilangan
negatif. Berdasarkan sifat (iii) terlihat bahwa R terbagi ke dalam 3 himpunan yang saling
asing, yaitu bilangan positif, bilangan negatif dan nol. Sehingga dapat dikatakan bahwa R
merupakan gabungan tiga himpunan saling asing yaitu :
R=P ∪ {−a: a∈ P } ∪ { 0 }

Definisi 2.1.
(i) Bilangan a ∈ P disebut bilangan positif dan ditulis a> 0. Notasi a ≥ 0 berarti a ∈ P ∪ { 0 },
dan a disebut bilangan tak negatif.
(ii) Jika a ∈ P maka −a ∈ P disebut bilangan negatif dan ditulis a< 0. Notasi a ≤ 0 berarti
−a ∈ P ∪ {0 }, dan a disebut bilangan tak positif.

Definisi 2.2. Diberikan a , b ∈ R


(i) Jika a−b ∈ P, maka dapat ditulis a> b ataub< a .
(ii) Jika a−b ∈ P ∪ { 0 } , maka dapat ditulis a ≥ b atau b≤ a .

Sifat Trikotomi, mengakibatkan bahwa untuk setiap a , b ∈ R memenuhi tepat salah satu
dari kondisi berikut:
a> b atau a=b atau a<b
Lebih lanjut, jika a< b<cmaka artinya bahwa a< b dan b<cdan jika a ≤ b atau b ≤ a , maka
a=b .

Teorema 2.1. Diberikana , b , c ∈ R .


(i) Jika a> bdan b> c, maka a> c .
(ii) Jika a> b, maka a+ c> b+c .
(iii) Jika a> bdan c >0 , maka ca> cb.
Jika a> bdan c <0 , maka ca< cb.
Bukti.
(i) Karena a> b maka a−b ∈ P, dan karena b> c maka b−c ∈ P. Akibatnya,
(a−b)+( b−c)∈ P. Selanjutnya diperoleh
( a−b ) + ( b−c ) ⟺(a−c )+(−b +b)∈ P (komutatif penjumlahan)
⟺( a−c)+0 ∈ P (invers penjumlahan)
⟺ a−c ∈ P (0 identitas penjumlahan)
⟺ a> c (Definisi 2.2)
(ii) Karena a> bmaka a−b ∈ P . Lebih lanjut diperoleh
a−b ∈ P ⟺ ( a−b ) +0 ∈ P (identitas penjumlahan)
⟺( a−b)+(c−c)∈ P (invers penjumlahan)
⟺( a+c )– (b+ c) ∈ P (komutatif penjumlahan)
⟺ a+ c> b+c (Definisi 2.2)
(iii) Karena a> bmaka a−b ∈ P .
Kasus 1.
Jika c >0 maka c ∈ P. Selanjutnya diperoleh
c (a−b) ∈ P ⟺ ca−cb ∈ P (sifat tertutup terhadap operasi penjumlahan dan
perkalian)
⟺ ca> cb(Definisi 2.2)

Kasus 2.
Jika c <0 maka −c ∈ P. Selanjutnya diperoleh
(−c ) ( a−b ) ∈ P ⟺−ca+cb ∈ P (sifat tertutup terhadap operasi penjumlahan
dan perkalian)
⟺ cb−ca ∈ P (komutatif penjumlahan)
⟺ cb> ca (Definisi 2.2)

Teorema 2.2. (i) Jika a ∈ R dan a≠ 0 , maka a2 >0.


(ii) 1>0.
(iii) Jika n ∈ N , maka n>0.
Bukti.
(i) Berdasarkan sifat Trikonomi, jika a ≠ 0 maka a ∈ P atau −a ∈ P. Selanjutnya, jika a ∈ P
maka berdasarkan sifat tertutup terhadap operasi perkalian diperoleh a 2=a ∙ a∈ P.
Dengan cara serupa, jika −a ∈ P maka a 2=(−a)(−a)∈ P. Lebih lanjut diperoleh
(−a )(−a )=( (−1 ) a)( (−1 ) a) (Teorema 4(ii))
¿ (−1 ) (−1 ) ∙ a ∙ a (komutatif perkalian)
¿ 1. a2 ((−1 ) (−1 )=1)
¿ a2 (identitas perkalian)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika a ≠ 0, maka a 2> 0.
(ii) Karena 1=12 maka dengan menggunakan bagian (i) diperoleh 1>0.
(iii) Akan dibuktikan menggunakan Induksi Matematika.
i. Akan dibuktikan bahwa untuk n=1maka 1>0.
Jelas terbukti berdasarkan bagian (ii).
ii. Andaikan benar untuk n=k, akan ditunjukkan benar pula untuk n=k +1.
Karena benar umtuk n=k , maka k > 0.
Akan ditunjukkan n=k +1benar.
Karena 1>0 maka 1 ∈ P dan k > 0 maka k ∈ P. Selanjutnya, dengan menggunakan
sifat tertutup terhadap operasi penjumlahan diperoleh k +1 ∈ P. Atau dapat ditulis
k +1> 0.
Jadi, terbukti bahwa jika n ∈ N , maka n> 0.

a+ b
Teorema 2.3. Jika a , b ∈ R dan a< b maka a< < b.
2
Bukti.
Karena a< b maka
a+ b
- a+ a<a+ b ⟺2 a< a+b ⟺ a<
2
a+b
- a+ b<b+ b ⟺ a+b<2 b ⟺ <b
2
a+ b
Akibatnya, a< <b .
2

Teorema berikut menunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif terkecil, karena jika

1 1
dberikana> 0 dan >0 maka diperoleh 0< a<a .
2 2
1
Teorema 2.4. Jika b> 0 maka 0< b <b .
2
Bukti.
Karena b> 0 maka dengan menggunakan Teorema 2.3 dengan mensubstitusikan a=0
diperoleh
0+ b 1
0< < b ⟺ 0< b<b .
2 2

Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan tak negatif yang kurang dari bilangan
positif apapun adalah nol.
Teorema 2.5. Jika a ∈ R dengan 0 ≤ a< ε , untuk setiap ε > 0 maka a=0.
Bukti.
1 1
Andaikan a> 0. Dari Teorema 2.4 diperoleh 0< a<a. Misalkan diambil ε 0= a, maka
2 2
0< ε 0 <a . Timbul kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 ≤ a< ε, untuk setiap ε > 0. Jadi,
pengandaian salah dan haruslah a=0.

Teorema 2.6. Jika a , b ∈ R dengan a< b+ε , untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b .
Bukti.
1
Andaikan b< a. Misalkan diambil ε 0= ( a−b) maka ε 0> 0. Hal ini berarti b+ ε 0 <a . Timbul
2
kontradiksi dengan yang diketahui bahwa a< b+ε, untuk setiap ε > 0. Jadi, pengandaian salah
dan haruslah a ≤ b.

Teorema 2.7 Jika ab> 0 maka


(i) a> 0 dan b> 0 atau
(ii) a< 0 dan b< 0
Bukti.
Karena ab> 0maka a ≠ 0 dan b ≠ 0. Karena a ≠ 0 maka dengan menggunakan sifat Trikotomi
yang berlaku adalah a> 0atau a< 0.

(i) Jika a> 0maka ( 1a )> 0, Selanjutnya diperoleh


b= ( 1a )(ab)>0.
(ii) Jika a< 0 maka −a< 0 dan ( −a1 )> 0. Selanjutnya diperoleh
1 1 1
0< ( ) ( ab )=−( ) ( ab )=−( ∙ a ) ∙ b=−1 ∙ b=−b
−a a a
Jadi−b> 0 mdimana hal ini berarti bahwa b< 0.
Contoh 1.1. Tentukan himpunan A yang dibentuk dari x ∈ R sedemikian hingga 3 x−12 ≤3.
Jawab.
Karena x ∈ A dan 3 x−12 ≤3 maka
3 x−12 ≤3 ⟺ 3 x ≤ 15 ⇔ x ≤ 5 .
Jadi, A={ x ∈ R| x ≤ 5 }

x−2
Contoh 1.2. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan <1.
2 x−1
Jawab.
x−2 −x−1
Diketahui x ∈ R dan −1<0 ⇔ <0 . Sehingga diperoleh 2 kasus, yaitu
2 x−1 2 x−1
(i) −x−1<0 dan 2 x−1>0.
1 1
Hal ini berarti bahwa x >−1 dan x > . Dengan kata lain, hanya akan terpenuhi jika x > .
2 2
(ii) −x−1>0 dan 2 x−1<0.
1
Hal ini berarti bahwa x ←1 dan x < . Dengan kata lain, hanya akan terpenuhi jika x ←1.
2

{ | 12 }∪ { x ∈ R|x ←1 }
Jadi, B= x ∈ R x>
Teorema 2.8. (Ketaksamaan Bernoulli ) Jika x >−1 maka untuk setiap n ∈ N berlaku
( 1+ x )n ≥ 1+nx
Bukti.
Akan dibuktikan dengan menggunakan Induksi Matematika.
Kasus n=1diperoleh 1+ x=1+ x.
Asumsikan benar untuk n=k, yaitu berlaku ( 1+ x )k ≥ 1+kx
Akan dibuktikan benar pula untuk n=k +1.
Perhatikan bahwa
( 1+ x )k+1=( 1+ x )k ( 1+ x ) ≥ ( 1+ kx )( 1+ x )
¿ 1+ ( k +1 ) x+ k x2
≥ 1+ ( k +1 ) x
Jadi, pertidaksamaan ( 1+x )n ≥ 1+nx berlaku pula untuk n=k +1.

LATIHAN
1. a. Jika a< b dan c ≤ d, buktikan bahwa a+ c< b+d.
b. Jika 0< a+b dan 0< c ≤ d, buktikan bahwa 0 ≤ ac ≤ bd.
2. Untuk setiap a , b ∈ R, tunjukkan bahwa a 2+b 2=0 jika dan hanya jika a=0 dan b=0.
3. a. Jika 0< c<1, tunjukkan bahwa 0< c2 < c<1.
b. Jika 1<c, tunjukkan bahwa 1<c ¿ c 2.
4. a. Jika 0 ≤ a ≤b , tunjukkan bahwa a 2 ≤ ab ≤ b2 .
b. Gunakan contoh penyangkal (counter example) bahwa hal ini tidak mengakibatkan
a 2< ab ≤b 2
5. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan
1
a. x 2> 4 x +5 c. <x
x
1 2
b. 1< x 2< 9 d. <x
x

3. Nilai Mutlak pada R


Definisi 3.1. Nilai mutlak dari suatu bilangan a ∈ R, ditulis dengan |a| didefinisikan sebagai
berikut:
a , jika a> 0 ,
{
|a|= 0 , jika a=0 ,
−a , jika a<0.
Sebagai contoh, |5|=5 , ,|0|=0 dan |−8|=8.

Teorema 3.1. (i) |ab|=|a||b| , untuk setiap a , b ∈ R


(ii) |a|2=a 2 untuk setiap a ∈ R
(iii) Untuk setiap c ≥0 ,|a|≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c.
(iv) −|a|≤a ≤|a| ,untuk setiap a ∈ R.

Bukti.
(i) Untuk setiap a , b ∈ R maka kasus akan terbagi menjadi 5, yaitu :
a. Jika a=0 atau b=0, maka Teorema terbukti. ‘
b. Jika a> 0 dan b> 0maka ab> 0. Lebih lanjut,|ab|=ab=|a|∙|b|.
c. Jika a> 0 dan b< 0maka ab< 0. Lebih lanjut,|ab|=−ab=|a|∙|b|.
d. Jika a< 0 dan b> 0maka ab< 0. Akibatnya,|ab|=−ab=|a|∙|b|.
e. Jika a< 0 dan b< 0maka ab> 0. Akibatnya,|ab|=ab=|a|∙|b|.
(ii) Karena a 2 ≥ 0 maka a 2=|a2|=|aa|=|a||a|=|a|2
(iii) ( ⇒ ) Karena |a|≤c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥−c. Selanjutnya diperoleh,
−c ≤ a≤ c
(⇐) Karena −c ≤ a≤ c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥−c. Selanjutnya, karena
|a|=|−a| maka |a|≤c .
(iv) Misalkan c=|a|, maka dengan menggunakan bagian (iii) Teorema terbukti.

Teorema 3.2. (Ketaksamaan Segitiga) Jika a , b ∈ R, maka |a+ b|≤|a|+|b|.


Bukti.
Diambil sebarang a , b ∈ R. Dengan menggunakan Teorema 3.1(iv) diperoleh −|a|≤a ≤|a| dan
−|b|≤b ≤|b|. Hal ini berakibat −(|a|+|b|) ≤ a+b ≤|a|+|b|. Selanjutnya, dengan menggunakan
Teorema 3.1(iii) diperoleh |a+ b|≤|a|+|b|.

Akibat 3.1. Jika a , b ∈ R, maka


(i) ||a|−|b||≤|a−b|
(ii) |a−b|≤|a|+|b|
Bukti
(i) Misalkan a=a−b+b . Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga diperoleh
|a|=|( a−b ) +b|≤|a−b|+|b|
Selanjutnya, dengan menambahkan kedua ruas dengan −|b| maka diperoleh
|a|−|b|≤|a−b|
Dengan menggunakan cara yang sama untuk b=b−a+ a akan diperoleh
−(|a|−|b|) =|b|−|a|≤|a−b|
Dengan mengkombinasikan kedua ketaksamaan maka diperoleh
−(|a|−|b|) ≤|a−b|≤|a−b|
Hal ini berarti ||a|−|b||≤|a−b||a+b|≤|a|+|b|
(ii) Dengan mengganti b pada ketaksamaan segitiga menjadi – b diperoleh
|a−b|≤|a|+|−b|=|a|+|b|

Contoh 3.1. Tentukan semua x ∈ R yang memenuhi |5 x +4|≤6.


Jawab.
Dengan menggunakan Teorema 3.1(iii) diperoleh −6 ≤ 5 x + 4 ≤ 6. Lebih lanjut diperoleh
2
−6−4 ≤5 x ≤ 6−4 ⟺−10 ≤5 x ≤2 ⟺−2≤ x ≤
5
2
{ |
Jadi, HP= x ∈ R −2≤ x ≤
5 }
.
Contoh 3.2. Tentukan semua x ∈ R yang memenuhi |x−1|<|x|.
Jawab.
Metode 1.
Terdapat tiga kemungkinan kasus yang memenuhi :
a. Kasus 1 : x ≥ 1.
Dari sini diperoleh, |x−1|< x ⟺ x−1< x.
b. Kasus 2 :0 ≤ x<1
1
Dari sini diperoleh, −( x−1 ) < x ⟺ x > .
2
c. Kasus 3 : x <0
Dari sini diperoleh, −( x−1 ) ← x ⟺ 1<0. Pernyataan bernilai salah.

Berdasarkan analisis tiga kasus tersebut maka diperoleh HP= x ∈ R x>{ | 12 }.


Metode 2.
Dari soal dengan menggunakan Teorema 3.1(ii) maka diperoleh
|x−1|<|x|⟺|x−1|2<|x|2
⟺ ( x−1 )2 < x 2
⟺ x 2−2 x +1< x 2
⟺−2 x +1<0
⟺−2 x ←1
1
⟺ x>
2

{ | 12 }.
Jadi, diperoleh HP= x ∈ R x>

LATIHAN
a |a|
1. Jika a , b ∈ R dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa ||=
b |b|
2. Jika a , b ∈ R, tunjukkan bahwa |a+ b|=|a|+|b| jika dan hanya jika ab ≥ 0.
3. Jika a , b , c ∈ R, a ≤ b ,tunjukkan bahwa a< b<c jika dan hanya jika |a−b|+|b−c|=|a−c| .
4. Tentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan
a. |2 x−5|≤ 10 c. |x−1|>|x+1|
b. |x 2−9|≤ 3 d. |x|+|x +2|<2
5. Gunakan Ketaksamaan Segitiga untuk menunjukkan bahwa
a. |x|−| y|≤|x − y|
b. |x|−| y|≤|x + y|
6. Jika |a−b|<1, tunjukkan bahwa |a|<|b|+1.
4. Garis Bilangan Real
Definisi 4.1. Diberikan a ∈ R dan ε > 0. Persekitaran di titik a dengan jari-jariε
didefinisikan sebagai himpunan V ε ( a )={ x ∈ R :|x−a|<ε } .
Perhatikan bahwa, jika |x−a|<ε maka
−ε < x−a< ε ⟺ a−ε < x< a+ε
Hal ini berarti, jika x ∈ V ε ( a ) maka x ∈(a−ε ,a+ ε ).

I I I
a−ε a a+ ε

Teorema 4.1. Diberikan a ∈ R . Jika untuk setiap ε > 0 berlaku x ∈ V ε ( a ) , maka x=a .
Bukti 1.
Karena untuk setiap ε > 0 berlaku x ∈ V ε ( a ) maka x ∈(a−ε ,a+ ε )⟺|x−a|< ε. Dengan
menggunakan Teorema 2.5 maka diperoleh |x−a|=0 ⟺ x=a.
Bukti 2.
Andaikan x ≠ a , maka x−a ≠ 0 sehingga |x−a|>0. Pilih ε =|x−a|, maka x ∈ V ε ( a ) .
Hal ini berarti ||x−a|< ε=|z −a||. Akibatnya, |x−a|<|x−a|. Hal ini jelas tidak mungkin, jadi
terbukti bahwa x=a.

Contoh 4.1.
a. Misalkan U ={ x :0< x <1 }. Jika a ∈U , dan misalkan ε =min ⁡{a−1 , a } maka V ε ( a ) ⊆U .
Jadi, x ∈ V ε ( a ) ⇒ x ∈ U .
b. Jika I ={ x : 0≤ x ≤ 1 }, maka untuk setiap ε > 0, V ε ( 0 ) memuat titik-titik yang bukan anggota
I. Sebagai contoh, dengan mengambil x ε ∶=−ε /2 maka x ∈ V ε ( 0 ) dan x ∉ I. Dengan

kata lain, V ε ( 0 ) ⊈ I .

LATIHAN
Tunjukkan bahwa jika a , b ∈ R dan a ≠ bmaka terdapat persekitaran U dari a dan V dari b
dengan jari-jari ε sedemikian sehingga U ∩V =∅ .

5. Sifat Kelengkapan R
Definisi 5.1. Misalkan S ≠ ∅ dan S ⊆ R.
(i) Himpunan S disebut terbatas ke atas jika terdapat suatu s ∈ R sedemikian sehingga s ≤ u
untuk setiap s ∈ S. Selanjutnya, bilangan u tersebut disebut dengan batas atas S .
(ii) Himpunan S disebut terbatas ke bawah jika terdapat suatu w ∈ R sedemikian sehingga w
≤ s untuk setiap s ∈ S. Selanjutnya, bilangan w tersebut disebut dengan batas bawah S .
(iii) Himpunan S dikatakan terbatas apabila S terbatas ke atas dan terbatas ke bawah. Suatu
himpunan S dikatakan tak terbatas apabila S tidak terbatas ke atas atau tak terbatas ke
bawah.

Berdasarkan definisi tersebut maka ada kemungkinan bahwa suatu himpunan


mempunyai batas atas tetapi tidak punya batas bawah (dan sebaliknya). Sebagai contoh,
himpunan S= { x ∈ R| x <1 } terbatas ke atas karena terdapat 1 dan bilangan real lainnya yang
lebih besar dari 2 yang merupakan batas atas dari himpunan S. Namun demikian, jelas S tidak
terbatas ke bawah. Karena S terbatas ke atas tetapi tidak terbatas ke bawah, maka S adalah
suatu himpunan yang tak terbatas.
Pada himpunan batas atas S dan himpunan batas bawah S, masing-masing memiliki
elemen terkecil dan terbesar. Lihat Gambar berikut;

batas bawah dari batas atas dari

Definisi 5.2. Misalkan S ≠ ∅ dan S ⊆ R.


(i) Jika S terbatas ke atas maka u ∈ R merupakan supremum (atau batas atas terkecil) dari
S jika memenuhi syarat berikut:
1. u adalah batas atas dari S, dan
2. jika v sebarang batas atas dari S, maka u ≤ v.
(ii) Jika S terbatas ke bawah maka w ∈ R merupakan infimum (atau batas bawah terbesar)
dari S jika memenuhi syarat berikut:
1. wadalah batas bawah dari S, dan
2. jika v sebarang batas bawah dari S, maka t ≤ w.
Untuk selanjutnya supremum dan infimum dari himpunan S masing-masing dinotasikan
dengan ¿ S dan inf S.
Teorema 5.1. Supremum dari suatu himpunan S adalah tunggal.
Bukti.
Misalkan u1 dan u2 keduanya supremum dari S dengan u1 ≠u 2. Menurut sifat Trikotomi, maka
ada dua kemungkinan, yaitu u1 <u2 atau u2 <u1.
Untuk u1 <u2, karena u2 adalah supremum maka u1 tidak lagi menjadi batas atas dari S.
Sehingga timbul kontradiksi dengan ¿ S=u 1.
Untuk u2 <u1, karena u1 adalah supremum maka u2 tidak lagi menjadi batas atas dari S.
Sehingga timbul kontradiksi dengan ¿ S=u 2.
Oleh karena itu, pengandaian salah, haruslah u1=u 2.

Dengan cara yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa infimum dari suatu
himpunan adalah tunggal.

Teorema 5.2. Suatu bilangan u ∈ R adalah supremum dari himpunan tak kosong S ⊆ R jika
dan hanya jika u memenuhi syarat berikut:
1. s ≤u , untuk setiap s ∈ S,
2. Jika v<u, maka terdapat s ' ∈ S sehingga v< s '.

Contoh 5.1.
1. Diberikan S={x :0 ≤ x ≤ 1} . Maka inf S=0 dan ¿ S=1 .
2. Misalkan S={x ∈ R∨x ≥0 }. Karena x ≥ 0 maka inf S=0.

Teorema 5.3 Suatu batas atas u dari himpunan tak kosong S ⊆ R adalah supremum dari S
jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat sε ∈ S sedemikian sehingga u−ε < s ε.
Bukti.
(⟹) Diambil sebarang ε > 0. Karena ¿ S=u maka u−ε tidak lagi menjadi batas atas
himpunan S . Jadi, ada sε ∈ S sehingga u−ε < s ε .
(⟸) Diketahui u adalah batas atas dari himpunan tak kosong S ⊆ R, maka s ≤u untuk setiap
s ∈ S. Selanjutnya, misalkan v sebarang bilangan di R dengan v<u. Diambil ε =v−u maka
ε > 0. Menurut hipotesis maka ada sε ∈ S sehingga u−ε =u−( u−v ) =v < sε . Dengan
menggunakan Teorema 5.2 maka terbukti bahwa ¿ S=u .
Teorema ini dapat diilustrasikan secara grafik sebagai berikut.

u−ε sε u
Contoh 5.2.
Tentukanlah supremum dari S= { x ∈ R|1< x <3 }.
Jawab.
Akan ditunjukkan bahwa ¿ S=3.
1. Untuk setiap x ∈ S, maka benar bahwa x <3.
2. Jika v< 3 maka terdapat x ' ∈ S sedemikian sehingga v< x '. Oleh karena itu, v bukan
merupakan batas atas S dan karena v merupakan sebarang v< 3 maka dapat disimuplan
bahwa ¿ S=3.
Jadi, ¿ S=3.
Akan ditunjukkan bahwa inf S=1.
1. Untuk setiap x ∈ S, maka benar bahwa 1< x.
2. Jika w >1 maka terdapat x ' ∈ S sedemikian sehingga w > x '. Oleh karena itu, w bukan
merupakan batas bawah S dan karena w merupakan sebarang w >1 maka dapat
disimpulkan bahwa inf S=1.
Jadi, inf S=1.
Dari contoh terlihat bahwa supremum dan infimum dari suatu himpunan tidak harus
menjadi anggota dari himpunan tersebut.

Aksioma 5.1. (Aksioma Supremum R ¿ Setiap himpunan tak kosong S ⊆ R sedemikian


sehingga memiliki batas atas maka akan memiliki supremum di R.

Aksioma 5.2 (Aksioma Infimum R ¿ Setiap himpunan tak kosong S ⊆ R sedemikian


sehingga memiliki batas bawah maka akan memiliki infimum di R.

LATIHAN
1. Diberikan

A={ x ∈ R| x ≥ 0 } C= {1n|n ∈ N }
(−1 )n
B= { x ∈ R|1< x ≤3 } {
D= 1−
n | }n∈N
Untuk setiap himpunan di atas, carilah batas atas dan batas bawahnya (jika ada).
Selanjutnya, carilah supremum dan infimumnya (jika ada). Jelaskan jawaban Anda.
2. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R yang terbatas ke bawah. Buktikan bahwa
inf S=−{−s , s ∈S } ¿.
3. Tunjukkan bahwa setiap bilangan Real merupakan supremum sekaligus infimum bagi
himpunan kosong.
4. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dan terbatas ke atas dengan u=S ¿. Jika b ∈ R
dengan b< u, buktikan terdapat sedikitnya dua titik di dalam S yang terletak di antara b
dan u.

6. Aplikasi Supremum
Teorema 6.1. (Sifat Archimedes) Jika x ∈ R maka terdapat n x ∈ N sedemikian sehingga
n x > x.
Bukti.
Diambil sebarang x ∈ R. Andaikan tidak ada n ∈ N sedemikian sehingga n> x, maka x ≤ n,
untuk setiap n ∈ N . Hal ini berarti, x merupakan batas atas N. Jadi, N ⊆ R , N ≠ ∅ dan N
terbatas ke atas. Dengan menggunakan Aksioma Supremum maka ¿ N ada, misalkan ¿ N=u .
Karena u−1≤ u ,maka terdapat n x ∈ N sedemikian sehingga n x ≥ u−1⟺ n x + 1≥ u. Timbul
kontradiksi dengan ubatas atas N. Jadi pengandaian salah, haruslah terdapat n x ∈ N
sedemikian sehingga n x > x.

Teorema 6.1 menyiratkan bahwa akan selalu ada bilangan asli yang lebih besar dari
sebarang bilangan real. Dengan kata lain, bilangan asli N ⊆ R tidak terbatas di R .

1
Akibat 6.1. Jika S={ ; n ∈ N } maka inf S=0.
n

Bukti.
Karena S ≠ ∅ dan terbatas ke bawah oleh 0, maka S mempunyai infimum, katakan w=inf S.

1
Karena > 0 untuk setiap n ∈ N maka jelas bahwa w ≥ 0. Diambil sebarang ε > 0, dengan
n
1
menggunakan Sifat Archimedes maka terdapat n ∈ N sedemikian sehingga <n , dan
ε

1
berakibat < ε . Selanjutnya diperoleh
n
1
0≤ w ≤ <ε
n
Karena ε > 0 sebarang, maka dengan menggunakan Teorema 2.5 diperoleh w=0. Jadi,
inf S=0.

1
Akibat 6.2. Jika y >0, maka terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga 0< <y .
ny
Bukti.
1
Perhatikan bahwa, untuk setiap n ∈ N , n> 0 dan berakibat > 0. Selanjutnya misalkan y >0
n

1 1
maka ∈ R , maka menurut sifat Archimedes terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga n y < .
y y

1
Dengan kata lain, terdapat n y ∈ N sehingga 0< < y.
ny

Akibat 6.3. Jika y >0, maka terdapat n y ∈ N sedemikian sehingga n y −1≤ y <n y.
Bukti.
Karena y ∈ R maka menurut sifat Archimedes terdapat n ∈ N sehingga n ≥ y. Dibentuk
himpunan S= { n ∈ N|n> y } maka S ⊆ N dan S ≠ ∅ . Selanjutnya, menurut sifat well ordering S
mempunyai elemen terkecil, katakan n y. Hal ini berarti n y −1∉ S dan berlaku n y −1≤ y <n y .
(Karena andaikan n y −1≥ y , makan y −1∈ S , sementara n y −1≤ n y. Timbul kontradiksi dengan
n y elemen terkecil H. Jadi haruslah n y −1≤ y ).

Dengan menggunakan sifat Archimedes, selanjutnya dapat dibuktikan sifat kepadatan


bilangan rasional di R, yang dinyataklan dalam teorema berikut.

Teorema 6.2. (Kerapatan Bilangan Rasional) Jika x , y ∈ R dengan x < y maka terdapat
r ∈Q sedemikian sehingga x <r < y.
Bukti.
Karena x < y maka terdapat beberapa kemungkinan kasus, yaitu :
(i) Kasus 0< x < y.
1
Perhatikan bahwa y−x >0 sehingga ∈ R . Akibatnya, menurut sifat Archimedes,
y−x
terdapat n ∈ N sedemikian sehingga
1
n> ⟺ny −nx >1⟺ ny > nx+1
y−x
Sementara itu, karena nx >0, maka menurut Akibat 6.3 terdapat m∈ N sedemikian
sehingga
m−1 ≤ nx< m⟺ m≤ nx +1
Lebih lanjut, diperoleh
m ≤nx +1<ny ⟺ m< ny
m
Akibatnya, nx <m<ny ⟺ x < <y.
n
m
Jadi terdapat r = ∈ Q sehingga x <r < y.
n
(ii) Kasus 0=x< y
1
Karena y >0, maka ∈ R . Menurut sifat Archimedes, terdapat n ∈ N sedemikian
y

1 1
sehingga n> ⟺ 0< < y .
y n
1
Jadi, terdapat r = ∈Q sehingga x <r < y.
n
(iii) Kasus x <0= y
Perhatikan bahwa x <0= y ⟺ 0= y <(− x). Selanjutnya, dengan mudah dapat dibuktikan
dengan cara yang sama seperti kasus (ii).
(iv) Kasus x <0< y.
Jelas bahwa terdapat r =0 ∈Q sehingga x <r < y.
(v) Kasus x < y <0
Perhatikan bahwa x < y <0 ⟺ 0<(− y)<(−x). Selanjutnya, dengan mudah dapat
dibuktikan dengan cara yang sama seperti kasus (i).

Akibat 6.4. Jika x , y ∈ R dengan x < y maka terdapat bilangan irrasional z sedemikian
sehingga x < z< y.
Bukti.
x y
Dengan menerapkan Teorema 6.2 dan memandang bahwa x < y ⟺ < maka akan
√2 √2
diperoleh bilangan irrasional z=r √ 2 sedemikian sehingga x < z< y .

LATIHAN

1. { m1 |m∈ N }=1.
Tunjukkan bahwa ¿ 1−

1 1
2. Jika S= { − |m , n ∈ N }, tentukan infimum dan supremum S .
n m
3. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dengan u=S . Buktikan bahwa
1
a. Untuk setiap n ∈ N , bilangan u− bukan batas atas dari S.
n
1
b. Untuk setiap n ∈ N , bilangan u+ bukan batas atas dari S
n
4. Diberikan himpunan tak kosong S ⊆ R dan terbatas.
a. Jika a> 0 dan misalkan aS= { as , s ∈ S }. Buktikan bahwa
inf ( aS )=ainf S dan ¿ ( aS )=a S
b. Jika b< 0 dan misalkan bS= {bs , s ∈ S }. Buktikan bahwa
inf ( bS )=b S dan ¿ ( bS )=b inf S
5. Diberikan himpunan tak negatif S ⊆ R yang terbatas ke atas dan misalkan T ={ x 2|x ∈ S }.
a. Buktikan bahwa jika u=S ¿maka u2 =T ¿.
b. Berikan contoh bahwa pernyataan a tidak akan berlaku jika himpunan S bukan
himpunan tak negatif.
6. Gunakan Sifat Archimedes untuk membuktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r
sedemikian sehingga r 2=2.
7. Jika u>0 adalah sebarang bilangan dan x < y, tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional
r sedemikian sehingga x <ru< y .

Anda mungkin juga menyukai