Anda di halaman 1dari 16

Pembuktian Teorema Morera

Seminar Matematika

Oleh :

Ade Rizky

06081181621009

Pembimbing : Jeri Araiku, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR MATEMATIKA

PEMBUKTIAN TEOREMA MORERA

Oleh

Nama : Ade Rizky

NIM : 06081181621009

Telah disetujui untuk diseminarkan

Indralaya, 07 Februari 2019

Koordinator Seminar Dosen Pembimbing

Jeri Araiku, S.Pd., M.Pd. Jeri Araiku, S.Pd., M.Pd.


NIP 199101142018031001 NIP 199101142018031001

i
Teorema Morera

“Jika f ( z ) kontinu dalam suatu daerah terhubung

sederhana D dan jika ∮ f ( z ) dz=0 untuk setiap lintasan


C

tertutup sederhana C dalam D, makaf ( z ) analitik dalam D.”

Nama : Ade Rizky


Program Studi : Pendidikan Matematika
e-mail : Rizkyade2899@gmail.com

Abstrak

Teorema Morera berbunyi :“ Jika f ( z ) kontinu dalam suatu

daerah terhubung sederhana D dan jika ∮ f ( z ) dz=0 untuk setiap


C

lintasan tertutup sederhana C dalam D, makaf ( z ) analitik dalam


D.” Teorema ini dikemukakan oleh Giacinto Morera (1856-
1909), matematikawan Itali yang bekerja di Genoa dan Turin.
Teorema ini merupakan salah satu akibat dari rumus integral
cauchy. Teorema morera ini merupakan kebalikan dari teorema
cauchy. Teorema ini juga digunakan dalam pembuktian teorema
Looman-Menchoff. Sebelum membuktian teorema morera ini, kita
harus memahami hal yang penting terlebih dahulu yaitu
mengenai fungsi analitik, fungsi kontinu, daerah terhubung
sederhana, lintasan tertutup sederhana, definisi orientasi
lintasan, rumus integral cauchy, sifat-sifat integral kompleks, dan
turunan fungsi kompleks.

1
Kata kunci: Fungsi Analitik, Fungsi Kontinu, Daerah
Terhubung Sederhana, Lintasan Tertutup Sederhana, Definisi
Orientasi Lintasan, Rumus Integral Cauchy, Sifat-Sifat Integral
Kompleks, Teorema Morera, dan Turunan Fungsi Kompleks.

I. PENDAHULUAN
Dalam matematika terdapat pembahasan mengenai analisis kompleks. Salah
satu teorema dalam pembelajaran analisis kompleks yaitu teorema morera yang
merupakan kebalikan dari teorema integral cauchy atau biasa disebut dengan

teorema cauchy. Teorema cauchy ini, ingin membuktikan ∮ f ( z ) dz=0 untuk


C

setiap lintasan tertutup sederhana C di dalam D, apabila diketahui bahwa f ( z )


analitik dalam suatu daerah terhubung sederhana D.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai teorema morera. Teorema ini
dikemukakan oleh Giacinto Morera (1856-1909), matematikawan Itali yang
bekerja di Genoa dan Turin. Teorema morera ingin membuktikan bahwa f ( z )
analitik dalam D, apabila f ( z ) kontinu dalam suatu daerah terhubung sederhana D

dan ∮ f ( z ) dz=0 di sekeliling setiap kurva tertutup sederhana C dalam D. Oleh


C

karena itu, teorema morera merupakan kebalikan (konvers) teorema cauchy.


Selain itu, teorema ini termasuk kedalam beberapa teorema penting sebagai akibat
rumus integral cauchy. Rumus integral cauchy merupakan sesuatu yang luar biasa
karena menunjukkan bahwa jika suatu fungsi f ( z )analitik diketahui pada kurva
tertutup sederhana C maka nilai fungsi dan semua turunannya dapat ditentukan di
semua titik di dalam C.
Teorema morera dibutuhkan untuk membuktikan teorema lain, yaitu
digunakan untuk melakukan pembuktian mengenai teorema looman-menchoff.
Sehingga, teorema morera ini merupakan salah satu teorema yang penting.
Sebelum membuktikan teorema morera, materi pendukung yang harus dipahami
yaitu fungsi analitik, fungsi kontinu, daerah terhubung sederhana, lintasan tertutup

2
sederhana, definisi orientasi lintasan, rumus integral cauchy, sifat-sifat integral
kompleks, dan turunan fungsi kompleks.

II. MATERI PENDUKUNG


Berikut materi pendukung yang terdapat dalam langkah-langkah pembuktian
teorema morera :

A. Fungsi Analitik
Definisi 2.1 :
Fungsi f ( z )disebut analitik pada D bila f ’ ( z ) ada ∀ z ∈ D ,atau f(z) berlaku
Persamaan Cauchy Riemann ∀ z ∈ D :

∂u ∂v ∂u −∂ v
u x =v ydan u y =−v xatau dapat dituliskan sebagai = dan = .
∂x ∂ y ∂ y ∂x
Istilah holomorphic (holomorfik) seringkali digunakan sebagai istilah analitik.
Contoh fungsi analitik yaitu f ( z )=z 4 , f ( z )=(1+i) z 2, dan lain-lain.

B. Fungsi Kompleks
Definisi 2.2 :
Misalkan, Sadalah himpunan bilangan kompleks, dan fungsi f dan S adalah
aturan yang menetapkan setiap z di dalam S suatu bilangan kompleks w, disebut
sebagai nilai fungsi f di z, di tulis sebagai :
w=f ( z ) … … … … … .(1)
Pada rumus diatas, zmerupakan peubah kompleks. Jadi, S merupakan domain
dari definisi fungsi f . Oleh karena itu, himpunan yang merupakan seluruh nilai
fungsi f disebut sebagai jangkauan (range) dari f . sedangkan w adalah bilangan
komplek juga, sehingga dapat dituliskan sebagai : w=u+iv dengan u merupakan
bagian nyata (real) dan v merupakan bagian imajiner. Jadi, w bergantung pada
z=x +iy .

3
w=f ( z )=u ( x , y )+ iv ( x , y ) … … … … …(2)
Pada rumus di atas menunjukkan bahwa fungsi kompleks f ( z )ekuivalen
dengan pasangan fungsi u ( x , z ) dan v ( x , y ) yang keduanya bergantung pada dua
peubah x dan y.

Gambar 1. Pemetaan Fungsi Kompleks

C. Kekontinuan
Definisi 2.3 :
Suatu fungsi f ( z ) dikatakan kontinu dalam suatu daerah jika ia kontinu di
semua titik pada daerah tersebut.
Fungsi f (z) dikatakan kontinu di z=z 0 jika

1) lim
z→z
f ( z )ada
0

2) f ( z 0 ) ada

3) lim
z→z
f ( z )=¿ f ( z )
0
0

Dengan kata lain f ( z ) kontinu di z=z 0


lim f ( z )=f ( z 0 ) ⟺ ∀ ε > 0∃ δ> 0∋|z−z 0|<δ berlaku,
z→z 0

|f ( z ) −f ( z 0 )|< ε.

D. Daerah Terhubung Sederhana


Definisi 2.4 :
Daerah terhubung sederhana jika setiap lintasan tertutup sederhana dalam
daerah melingkupi hanya titik-titik pada daerah tersebut. Contoh daerah terhubung
sederhana yaitu :

4
Gambar 2. Contoh Daerah Terhubung Sederhana
E. Lintasan terbuka dan tertutup C
Definisi 2.5.1:
Lintasan terbuka adalah lintasan misalkan C yang dinyatakan oleh
z (t)=x (t )+ iy(t), a ≤t ≤b yang dimana ujung-ujungnya tidak berimpit atau
z (a) ≠ z (b). Berikut contoh lintasan terbuka :

Gambar 3. Contoh Lintasan Terbuka

Definisi 2.5.2 :
Lintasan tertutup adalah lintasan misalkan C yang dinyatakan oleh
z (t)=x (t )+ iy(t), a ≤t ≤bmemiliki ujung-ujung yang saling berimpit atau
z (a)=z (b). Lintasan tertutup terdiri atas :
1. Lintasan tertutup sederhana.
Definisi 2.5.2.1 :
lintasan tertutup misalkan C disebut lintasan tertutup sederhana apabila
lintasan tidak berpotongan. Berikut contoh dari lintasan tertutup
sederhana:

5
Gambar 4. Contoh Lintasan Tertutup Sederhana

2. Lintasan tertutup tidak sederhana.


Definisi 2.5.2.2:
Lintasan tertutup C disebut lintasan tertutup tidak sederhana apabila
adanya perpotongan pada lintasan tersebut. Berikut contoh lintasan
tertutup tidak sederhana :

Gambar 5. Contoh Lintasan Tertutup Tidak Sederhana

F. Orientasi Lintasan
Definisi 2.6 :
Lintasan tertutup sederhana C dikatakan berorientasi positif arah menjalani C
berlawanan dengan arah jarum jam. Pada lintasan terbuka, yang dimaksud
sebagai orientasi positif adalah arah dari titik awal ke titik akhir. Lintasan
yang sama dengan C namun berlawanan orientasi dengan C dinotasikan
sebagai lintasan –C.

G. Rumus Integral Cauchy

y
C

6
x
Gambar 6.

Jika f(z) analitik di dalam dan pada suatu lintasan tertutup sederhana C dan a
suatu titik di dalam C (Gambar 6), maka

1 f ( z)
f ( a )= ∮ dz … … … … … … … ..(1)
2 πi c z −a
dimana C dijalani arah positif (berlawanan arah putaran jarum jam).
Juga turunan ke-n dari f(z) di z = a diberikan oleh,

n! f (z)
f (n ) ( a ) = ∮ dz n=1,2,3 ,… ………………………….(2)
2 πi c ( z−a )n+1
Hasil (1) dapat dipandang sebagi suatu hal khusus dari (2) dengan n=0 jika
kita mendefinisikan 0! = 1. Hasil (1) dan (2) dinamakan rumus integral Cauchy
dan merupakan suatu yang luar biasa karena menunjukkan bahwa jika suatu
fungsi f (z) diketahui pada lintasan tertutup sederhana C maka nilai fungsi dan
semua turunannya dapat ditentukan di semua titik di dalam C. Sehingga, akibat
dari rumus integral cauchy diatas, salah satunya adalah munculnya teorema akibat
rumus integral cauchy.
Teorema akibat rumus integral cauchy :
Misalkan bahwa F(z) analitik pada suatu daerah D. Maka F mempunyai
turunan semua tingkat yang analitik pada D dan tertentu dengan rumus integral
cauchy.

H. Sifat-Sifat Integral Kompleks


Sifat-sifat integral kompleks yaitu :
1. Sifat 2.1 :
Jika C terdiri dari dua bagian lintasan C1 dan C2 maka,
❑ ❑ ❑

∫ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz +∫ f ( z ) dz
C C1 C2

2. Sifat 2.2 :

7
b m b

∫ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz +∫ f ( z ) dz dimana a,b,m pada C.


a a m

3. Sifat 2.3 :
Jika z0 dan z1 adalah ujung-ujung lintasan maka,
z1 z0

∫ f ( z ) dz=−∫ f ( z ) dz
z0 z1

4. Sifat 2.4 :
❑ ❑

∫ f ( z ) dz=−∫ f ( z ) dz
−C C

5. Sifat 2.5 :
❑ ❑ ❑

∫ [f ( z )+ g (z)]dz=∫ f ( z ) dz +∫ g ( z ) dz
C C C

6. Sifat 2.6 :
❑ ❑

| |
∫ f ( z ) dz =∫|f ( z )||dz|
C C

I. Turunan Fungsi Kompleks


Definisi 2.6 :
Misalkan f ( z )adalah fungsi kompleks dengan daerah asal (domain) Df ⊆ C

dan z 0 ∈∫ ( D f ) . Fungsi dikatakan terdiferensialkan / dapat diturunkan / memiliki

turunan di z 0 jika

'
f ( z 0 +∆ z )−f ( z 0 )
f ( z 0 )= lim jika limitnya ada.
∆z→0 ∆z
' d
Notasi untuk turunan f di z adalah f ( z )= f ( z) dengan ∆ z=∆ x+i ∆ y
dz

III. MATERI POKOK


Teorema Morera berbunyi :“ Jika f ( z ) kontinu dalam suatu daerah

terhubung sederhana D dan jika ∮ f ( z ) dz=0 untuk setiap lintasan tertutup


C

sederhana C dalam D, makaf ( z ) analitik dalam D.”

8
Pembuktian teorema morera yaitu sebagai berikut :

Diketahui bahwa :

 f ( z ) kontinu dalam suatu daerah terhubung sederhana D, dan


 ∮ f ( z ) dz=0 untuk setiap lintasan tertutup sederhana C dalam D


C

Akan dibuktikan bahwa f ( z ) analitik dalam D.

Bukti :

Tentukan suatu titik z 0 pada daerah terhubung sederhana D, dan ambil suatu
titik lain ζ juga pada daerah terhubung sederhana D. Misalkan C1 dan C2
sembarang lintasan yang menghubungkan z 0 ke ζ , dimana C1 – C2 merupakan
lintasan tertutup sederhana C, lihat gambar 7.

C1
C Z0
D
ζ
C2

x
Gambar 7.

Karena sifat 2.1 maka,

❑ ❑ ❑

∮ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz + ∫ f ( z ) dz
C C1 −C 2

Karena ∮ f ( z ) dz=0 maka,


C

❑ ❑
0=∫ f ( z ) dz+ ∫ f ( z ) dz
C1 −C 2

9
❑ ❑
− ∫ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz
−C 2 C1

Karena sifat 2.4 maka,

❑ ❑ ζ

∫ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz =∫ f ( z ) dz
C2 C1 z0

Karena C 1dan C 2 adalah sebarang lintasan dari z 0ke ζ maka ∫ f ( z ) dz tidak


z0

bergantung pada lintasan dalam D yang menguhubungkan titik z 0ke ζ . Berarti,


nilai integral tersebut hanya bergantung pada nilai z 0 dan ζ . Tetapi z 0konstanta,
jadi integral tersebut hanya bergantung pada ζ saja. Ini berarti, bahwa :

ζ
F ( ζ )=∫ f ( z ) dz
z0

Sehingga, untuk F ( ζ + Δ ζ ) juga yaitu :

ζ+ Δζ
F (ζ + Δζ )= ∫ f ( z ) dz
z0

Sehingga,

ζ+Δζ ζ
F ( ζ + Δ ζ ) −F ( ζ ) = ∫ f ( z ) dz−∫ f ( z ) dz
z0 z0

Karena sifat 2.3 maka,

ζ+Δζ z0

F ( ζ + Δ ζ ) −F ( ζ ) = ∫ f ( z ) dz+∫ f ( z ) dz
z0 ζ

z0 ζ + Δζ
F ( ζ + Δ ζ ) −F ( ζ ) =∫ f ( z ) dz+ ∫ f ( z ) dz
ζ z0

Karena sifat 2.2 maka,

10
ζ+Δζ
F ( ζ + Δ ζ ) −F ( ζ ) = ∫ f ( z ) dz
ζ

maka,

ζ+ Δζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) + f (ζ )]dz
Δζ Δζ ζ

Karena sifat 2.6 maka,

ζ +Δ ζ ζ + Δζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
Δζ
=
Δζ
×
[∫ ζ
[f ( z )−f ( ζ ) ]dz+ ∫
ζ
f ( ζ ) dz
]
ζ+ Δζ ζ+Δζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1 1
= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) ]dz + × ∫ f ( ζ ) dz
Δζ Δζ ζ Δz ζ

ζ+ Δ ζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1 1
= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) ]dz + × f ( ζ ) × Δζ
Δζ Δζ ζ Δζ

ζ+Δ ζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) ]dz + f ( ζ )
Δζ Δζ ζ

Sehingga,

ζ+Δ ζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
−f ( ζ )= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) ]dz + f ( ζ )−f ( ζ )
Δζ Δζ ζ

ζ+Δζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
−f ( ζ )= × ∫ [f ( z ) −f ( ζ ) ]dz … … … … … … … ..(1)
Δζ Δζ ζ

Integral terakhir sama halnya dengan ∫ f ( z ) dz yang tidak bergantung pada


z0

lintasan dalam D yang menguhubungkan titik z 0ke ζ , maka integral terakhir tidak
bergantung pada lintasan yang menghubungkan ζ dan ζ + Δ ζ . Khususnya kita
dapat memilih lintasan garis lurus yang menghubungkan ζ dan ζ + Δ ζ ,kita
memilih |Δ ζ∨¿ cukup kecil sehingga lintasan berada pada D.

11
Sekarang dengan kekontinuan f ( z ) kita mempunyai bahwa untuk setiap titik
ζ pada lintasan garis lurus ini berlaku |f ( z ) −f ( ζ )|< ε bilamana |z−ζ |<δ , yang
tentu saja benar pula jika |∆ ζ |<¿ δ .

ζ+ Δζ
F ( ζ + Δζ )−F ( ζ )
| Δζ ||
−f ( ζ ) =
1
Δζ
× ∫
ζ
[f ( z )−f ( ζ ) ]dz
|
ζ+Δ ζ
F ( ζ + Δζ )−F ( ζ )
| Δζ | |∫
−f ( ζ ) =
1
|Δ ζ | ζ
|
[ f ( z )−f ( ζ ) ]dz

Karena sifat 2.6 maka,

ζ + Δζ
F ( ζ + Δζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) =
|Δ ζ|
∫ |f ( z )−f ( ζ )||dz|
ζ

Karena |f ( z ) −f ( ζ )|< ε maka,

ζ+ Δζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) <
|Δζ |

ζ
ε|dz|

ζ +Δ ζ
F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) <
|Δζ |
ε ∫ |dz|
ζ

F ( ζ + Δζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) <
|Δ ζ|
ε (|ζ + Δ ζ |−|ζ |)

F ( ζ + Δζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) <
|Δ ζ|
ε | Δ ζ|

F ( ζ + Δζ )−F ( ζ )
| Δζ |
−f ( ζ ) <ε

Karena persamaan (1) maka diperoleh

ζ + Δζ
F ( ζ + Δζ )−F ( ζ ) 1
| Δζ |
−f ( ζ ) =
Δζ
× ∫ [ f ( z )−f ( ζ ) ] du< ε
ζ

12
Untuk | Δ ζ|< δ. Tetapi ini sama saja menyatakan bahwa

F ( ζ + Δ ζ )−F ( ζ )
lim =f ( ζ ) , maka dengan kontinuitas f ( z ) maka F ( ζ ) analitik
∆ζ →0 Δζ
pada setiap titik ζ dalam D, dalam kenyataannya F ' ( z )=f ( z ) . Sehingga, F ( z )
analitik. Berdasarkan teorema akibat rumus integral cauchy, turunan fungsi
analitik merupakan fungsi analitik juga. Jadi f ( z ) yang merupakan turunan fungsi
analitik F ( z)merupakan fungsi analitik juga. Sehingga, itu f ( z ) analitik dalam D.
(Terbukti).

IV. KESIMPULAN
Suatu teorema memiliki syarat-syarat agar suatu teorema dapat berlaku.
Dari teorema cauchy akan dicari syarat perlu dari konvers teorema cauchy
sehingga muncul teorema morera yang dikemukakan oleh matematikawan yaitu
Giacinto Morera (1856-1909). Hal tersebut menjadi alasan dari teorema morera
dapat disebut dengan kebalikan dari teorema cauchy. Kemudian, dari pembuktian
teorema morera diatas, maka telah dibuktikan bahwa jika diketahui f ( z )kontinu

dalam suatu daerah terhubung D dan ∮ f ( z ) dz=0 untuk setiap lintasan tertutup
C

sederhana C dalam D, maka f ( z )analitik dalam D. Teorema morera juga


diperlukan dalam pembuktian teorema lain. Teorema yang memerlukan teorema
morera dalam pembuktiannya adalah teorema looman-menchoff.

V. DAFTAR PUSTAKA

Antonius, R., Helmi, & Yudhi. 2018. 41 Analisis Akibat Integral Cauchy. Buletin
Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya, Volume 07, halaman 41-46.

Mursita, D. (2005). Matematika Lanjut : Untuk Perguruan Tinggi. Bandung


Rekayasa Sains.

13
Narasimhan, R., & Nievergelt, Y. (2001). 6. The Looman-Menchoff Theorem. In
Complex Analysis in One Variable (pp. 43-50). Boston: Birkhauser
Boston.

Paliouras, Jhon D., 1987. Peubah Kompleks untuk Ilmuwan dan Insinyur. Jakarta:
Erlangga.

Prijono, A., & Hasugian, J. (2006). Menguasai Analisis Kompleks Dalam


Matematika Teknik. Bandung: Rekayasa Sains.

Roisy, Imam Bahrur. Fungsi Analitik. Retrieved from wordpress:


https://www.academia.edu/32154908/analisis-kompleks-fungsi-
analitik.pdf

Spiegel, Murray R., 1994. Teori dan Soal-soal Peubah Kompleks [Koko Martono,
trans]. Jakarta: Erlangga.

Yudha, 2018. Bab X Garis, Sudut, dan Kurva. Retrieved from wordpress:
https://cbyudha.files.wordpress.com/2018/04/bab-x-garis-sudut-dan-
kurva.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai