PENDIDIKAN
U N I V E R S I T AMATEMATIKA
S
M U H A M M A D I YA H
Nur
P U RTeti
WOK Oktavia
ERTO
1501060034
Teori Ring
PENGERTIAN RING
A. Pendahuluan
Target yang diharapkan dalam pertemuan pertama ini adalah mahasiswa dapat :
a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan ring atau bukan
b. membuktikan suatu struktur aljabar merupakan ring
2
Teori Ring
Coba dianalisa dengan menjawab 3 pertanyaan (I, II dan III) di atas dengan cara
memasangkan operasi penjumlahan dan pergandaan, A1B1, A2B1, A3B1, A4B1, A1B2,
A2B2, dan seterusnya sesuai dengan definisinya,!.
C. Pengertian Ring
Struktur aljabar adalah suatu himpunan tidak kosong R yang dilengkapi dengan satu
atau lebih operasi biner. Jika himpunan R dilengkapi dengan satu operasi biner * maka
struktur aljabar tersebut dinyatakan dengan (R,*) dan jika R dilengkapi dengan dua operasi
biner ° dan * maka struktur aljabar tersebut dinyatakan (R, °,*).
Definisi 1.:
Sebuah himpunan R dilengkapi dua operasi yang biasanya dikatakan dengan
penjumlahan (+) dan pergandaan (x) membentuk suatu struktur aljabar (R, + , x ) yang
disebut ring, jika :
I. (R,+) merupakan group komutatif
1. " a, b R, a + b R. (sifat tertutup).
2. " a, b, c R, (a + b) + c = a + (b + c).(Sifat assosiatif).
3. $ z R, a R, a + z = z + a = a. (R memuat z, yaitu elemen identitas).
4. " a R, $ -a R , a + (-a) = (-a) + a = z. (Setiap elemen R memiliki invers).
5. " a, b R, a + b = b + a. (Sifat komutatif)
II. (R,x) merupakan semigrup
1. " a, b R, (a x b) R. (Sifat tertutup)
2. " a, b, c R, (a x b) x c = a x (b x c). (Sifat asosiatif)
III. (R, +, x) bersifat distributive (distributive kiri dan kanan) : "a, b, c Î R,
1. a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
2. (a + b) x c = (a x c) + (b x c)
Contoh :
Himpunan bilangan bulat Z terhadap operasi penjumlahan dan pergandaan yang
didefinisikan sebagai berikut "a,b Î Z ; a b = a + b + 1 dan a b = a + b + ab, maka
(Z, , ) merupakan ring karena
I. (Z, ) merupakan grup komutatif, sebab:
Tertutup : "a, b Î Z, a b = a + b +1 Î Z
3
Teori Ring
4
Teori Ring
= a + b + c + 1 + ab + ac + a
= (a + b + ab) + (a + c + ac) + 1
=a b+a c+1
= (a b) ( a c)
ii. (a b) c = (a + b + 1) c
= (a + b + 1) + c + (a + b + 1)c
= a + b + 1 + c + ac + bc + c
= (a + c + ac) + (b + c + bc) + 1
= (a c) + (b c) + 1
= a c b c
Catatan :
- ring (R,+,.) seringkali hanya dituliskan “suatu ring R” dengan tidak menuliskan operasi-
operasinya. (Jika kita mengatakan suatu himpunan R adalah ring maka secara implisit
di dalam R dikenakan dua operasi penjumlahan dan pergandaaan yang memenuhi 3
aksioma I, II, dan III)
- dibedakan antara elemen identitas dengan elemen netral, yaitu : Elemen identitas
terhadap penjumlahan disebut elemen netral atau elemen nol dinotasikan dengan 0R,
sedangkan Elemen identitas terhadap pergandaan (jika ada) disebut elemen satuan
biasanya dinotasikan e atau i.
- Invers elemen a Î R terhadap penjumlahan ditulis –a sedangkan elemen invers dari a
terhadap pergandaan (jika ada) ditulis a-1.
- Untuk selanjutnya operasi kedua a x b hanya ditulis a . b atau ab
5
Teori Ring
¹ (1 3) (2 3) = (1 + 3 + 3) (2 + 3 + 6) = 7 + 11 + 2 = 20
2. Z, Q, dan R adalah merupakan ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian biasa.
6
Teori Ring
0 Pendahuluan
7
Teori Ring
Misalkan R suatu ring, m dan n masing-masing bilangan bulat maka "a Î R berlaku: i.
am.an = am+n ; ii. (am)n = amn.
Bukti :
i.
8
Teori Ring
ii.
Contoh :
Z5 = {0, 1, 2, 3, 4} adalah ring terhadap penjumlahan dan perkalian modulo 5, maka : 32 =
3x3 = 4, 34 = 3x3x3x3 = 4x4 = 1
2.3 = 3+3 = 1, 4.3 = 3+3+3+3 = 1+1 = 2
Definisi 4.:
Misalkan R suatu ring dan a Î R, maka :
i. a disebut elemen idempoten jika a2 = a
ii. a disebut elemen nilpoten jika $n bilangan bulat sehingga an = 0R. (0R = elemen netral
dari R terhadap operasi pertama)
Catatan :
Setiap ring R, pasti elemen 0R merupakan elemen idempoten sekaligus elemen nilpoten,
dan elemen satuan dari R (jika ada) pasti merupakan elemen idempoten
Contoh :
1. Z6 = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah ring terhadap penjumlahan dan perkalian modulo 6 maka
3 dan 4 adalah elemen idempoten, sebab 32 = 3 dan 42 = 4
2. Z8 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah ring terhadap penjumlahan dan perkalian modulo 8,
maka : 23 = 0, 42 = 0, 63 = 0 maka 2, 4, dan 6 masing-masing adalah elemen nilpoten
B. Tugas Mandiri :
C. Soal :
1. Buktikan teorema 2. di atas
2. Tunjukkan bahwa suatu ring yang tidak memiliki elemen
nilpoten yang bukan 0R jika dan hanya jika 0 R merupakan satu-satunya
penyelesaian dari x2 = 0 R
3. Diberikan ring R dengan setiap a dan b dalam R berlaku ab = ba.
Tunjukkan bahwa jika a dan b elemen nilpoten maka (a + b) juga elemen
nilpoten
D.
9
Teori Ring
10
Teori Ring
A. Pendahuluan
B. Tipe-tipe Ring
Misalkan R adalah suatu ring maka (R,+) adalah grup komutatif, (R,.) tertutup dan
assosiatif, serta (R,+,.) distributif. Jika aksioma-aksioma pada (R,.) didefinisikan :
II. 3. Mempunyai elemen satuan (elemen identitas)
II. 4. Setiap elemen tak nol (bukan elemen netral) mempunyai invers disebut elemen unit.
II. 5. memiliki sifat komutatif ("a, b Î R berlaku ab = ba)
Maka dapat didefinisikan beberapa tipe ring sebagai berikut :
Definisi 5.:
Misalkan R suatu ring maka :
1. R disebut ring dengan elemen satuan jika ring R + II.3
2. R disebut ring komutatif jika ring R + II.5.
3. R disebut ring komutatif dengan elemen satuan ring R + II.3. + II.5.
11
Teori Ring
4. R disebut ring pembagian (division ring) atau lapangan miring (skew-field) jika ring R
+ II.3. + II.4.
5. R disebut Lapangan (field) jika ring R + II.3. + II.4. + II.5.
Contoh :
1. Z, Q, R masing-masing merupakan ring komutatif, ring dengan elemen satuan.
2. Q dan R merupakan lapangan (pasti juga ring pembagian) sedangkan Z bukan lapangan
sebab 2 ÎZ dan 2-1 = ½ Ï Z.
3. Z3, Z4, Z5, Z9 masing-masing merupakan ring komutatif, ring dengan elemen satuan. Z3,
Z5 merupakan field (lapangan), sedangkan Z4, Z9 bukan merupakan lapangan
12
Teori Ring
13
Teori Ring
14
Teori Ring
DAERAH INTEGRAL
D. Pendahuluan
Pertemuan sebelumnya telah dibahas kualifikasi (tipe-tipe) ring, misalnya ring yang
memenuhi sifat komutatif terhadap pergandaannya disebut ring komutatif, dan lain
sebagainya. Setiap tipe ring akan mempunyai ciri-ciri khusus, dan terkadang ada
keterkaitan antara tipe ring yang satu dengan tipe ring lainnya. Pertemuan ke 4 ini masih
akan membahas tipe ring yang lain yang terkait dengan elemen pembagi nol.
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat :
4. menjelaskan elemen pembagi nol dan elemen bukan pembagi nol
5. mengidentifikasi elemen-elemen dalam ring apakah merupakan elemen pembagi nol
atau tidak
6. menganalisis suatu ring memuat elemen pembagi nol ataukah tidak
7. membuktikan hubungan elemen bukan pembagi nol dengan elemen invers
Definisi 7.:
Misalkan R suatu ring dan a Î R, a ¹ 0 maka :
1. a disebut elemen pembagi nol kiri jika $b Î R, b ¹ 0 sehingga a.b = 0.
2. Jika $b Î R, b ¹ 0, b.a = 0 maka a disebut elemen pembagi nol kanan,
3. Jika $b Î R, b ¹ 0, sehingga a.b = b.a = 0 maka a disebut elemen pembagi nol.
4. a disebut elemen bukan pembagi nol jika "b Î R, b ¹ 0, ab ≠ 0 atau ( ab = 0
Þb=0)
5. Elemen 0 sering kali disebut elemen pembagi nol tak sejati.
15
Teori Ring
Contoh :
1. Elemen 2, 3 dan 4 dalam Z6 merupakan elemen pembagi nol sebab : 2.3 = 3.2 = 0, 3.4
= 4.3 = 0.
dan = =
16
Teori Ring
Misalkan R adalah suatu ring maka (R,+) adalah grup komutatif, (R,.) tertutup dan
assosiatif, serta (R,+,.) distributif. Jika diberikan aksioma pada (R,.):
II.4’. Setiap elemen tak nol (bukan elemen netral) bukan merupakan elemen pembagi nol
Maka dapat didefinisikan beberapa tipe ring yang lain yang disebut Daerah Integral ,
sebagai berikut :
17
Teori Ring
Definisi 8.:
Misalkan R suatu ring maka : R disebut Daerah integral jika R merupakan ring komutatif
dengan elemen satuan dan tidak memuat pembagi nol (ring R + II.3. + II.4’. + II.5).
Contoh :
5. Z, Q, R masing-masing merupakan ring komutatif dengan elemen satuan, dan tidak
memuat pembagi nol sehingga merupakan daerah integral. Q dan R merupakan
lapangan sedangkan Z bukan lapangan sebab 2 ÎZ dan 2-1 = ½ Ï Z.
6. Z3, Z4, Z5, Z9 masing-masing merupakan ring komutatif, ring dengan elemen satuan. Z3,
Z5 merupakan daerah integral dan merupakan field sedangkan Z4, Z9 bukan merupakan
daerah integral dan bukan lapangan
18
Teori Ring
5. Selidiki apakah struktur aljabar di bawah ini membentuk ring atau tidak (beri alasan),
selanjutnya jika merupakan ring, nyatakan apakah ring tersebut lapangan, daerah
integral ataukah tidak
f. Zn dengan operasi penjumlahan dan perkalian modulo n.
g. Z+ dengan operasi penjumlahan dan perkalian biasa
h. {a + bÖ2 | a, b Î Z} dengan operasi penjumlahan dan perkalian biasa
i. D ={a + bÖ2 | a, b Î Q} dengan operasi penjumlahan dan perkalian biasa
j. E ={ai | aÎR dan i = Ö-1} dengan operasi penjumlahan dan perkalian biasa
6. Jika R adalah ring dengan paling sedikit mempunyai dua elemen dan " a ÎR, a ¹ 0R
terdapat dengan tunggal b ÎR sedemikian hingga aba = a maka tunjukkan R tidak
memuat pembagi nol dan berlaku bab = b.
19
Teori Ring
G. Pendahuluan
Dua pertemuan sebelumnya telah dibahas kualifikasi (tipe-tipe) ring, Setiap tipe ring
akan mempunyai ciri-ciri khusus, dan terkadang ada keterkaitan antara tipe ring yang satu
dengan tipe ring lainnya. Misalnya lapangan pasti merupakan ring pembagi tetapi tidak
sebaliknya. Bagaimana dengan hubungan antara lapangan dengan daerah integral, akan di
bahas pada pertemuan ke 5 ini.
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat :
8. menjelaskan sifat-sifat daerah integral.
9. menjelaskan hubungan antara derah integral dengan lapangan
10.membuktikan sifat-sifat daerah integral dan hubungannya dengan lapangan.
Teorema 6. mengatakan bahwa elemen tak nol yang punya invers pasti bukan pembagi
nol. Jika diingat kembali aksioma II.4. dan aksioma II.4’, maka akibat dari teorema 6.
adalah teorema berikut ini :
Teorema 7.:
- setiap ring pembagian pasti tidak memuat pembagi nol
- setiap lapangan merupakan daerah integral
Bukti : dengan teorema 6. (sebagai latihan mahasiswa)
Catatan :
Teorema 6. Dan 7. Tidak berlaku sebaliknya, artinya tidak setiap elemen bukan pembagi
nol merupakan elemen unit, contoh 2 Î Z adalah bukan pembagi nol dan 2 tidak
mempunyai invers, sehingga 2 bukan elemen unit. Z adalah ring yang tidak memuat
elemen pembagi nol dan Z bukan ring pembagian. Demikian juga Z daerah integral tetapi
Z bukan lapangan.
Teorema 8.:
Setiap daerah integral berhingga adalah suatu lapangan
Bukti :
20
Teori Ring
Daerah integral adalah ring komutatif dengan elemen satuan dan tidak memuat elemen
pembagi nol, sehingga untuk menunjukkan bahwa daerah integral berhingga merupakan
lapangan, cukup ditunjukkan setiap elemen tak nol adalah elemen unit, sebagai berikut :
Misalkan D daerah integral dengan n buah elemen. Ambil sebarang elemen a Î D dengan
a ¹ 0, kemudian dibentuk himpunan K = {ax | x Î D, x ¹ 0 }. Mengingat sifat tertutup
terhadap perkalian pada D maka K Ì D, sehingga dalam K berlaku sifat pelenyapan, yaitu
jika ax = ay Î K maka x = y. hal ini menunjukkan bahwa K terdiri dari (n – 1) elemen dari
D yang bukan elemen nol. Karena D memuat elemen satuan, misalnya 1 maka 1 Î K dan a
Î D dengan a ¹ 0, terdapatlah x Î D dengan x ¹ 0 sehingga ax = 1. Ini berarti bahwa a -1 =
x.
Jadi, "a Î D, a ¹ 0); $a-1 Î D, dengan kata lain setiap elemen tak nol dalam D merupakan
elemen unit. Sehingga D merupakan lapangan.
TUGAS KELOMPOK : (DARI RING YANG KALIAN MILIKI)
1. Buatlah review beserta bukti formalnya., apakah merupakan lapangan, daerah integral
atau bukan
2. Bentuklah himpunan bagiannya yang juga merupakan ring, Tulis di plastic transparan.
(jika tidak diperoleh, cari dari ring yang lain)
21
Teori Ring
2 Pendahuluan
Mahasiswa diharapkan mengingat kembali pengertian himpunan bagian yang
pernah dipelajari di matakuliah Logika Matematika dan Himpunan serta subgroup di
Pengantar Struktur Aljabar I. Subring adalah himpunan bagian dari suatu ring yang
merupakan ring juga, sehingga harus diingat pula tentang pengertian ring beserta sifat-
sifatnya. Dua hal tersebut akan sangat menentukan pencapaian target pertemuan ke_6 ini.
Target yang dimaksud adalah :
d. Membedakan himpunan bagian suatu ring merupakan subring atau bukan
e. Membentuk suatu subring
f. menjelaskan teorema dalam subring
g. membuktikan secara formal suatu subring dengan teoremanya
3 Pengertian Subring
Analog dengan subgrup yang telah dipelajari dalam teori grup, akan dibahas tentang
subring dari suatu ring.
Definisi 9. :
Misalkan (R, +,.) suatu ring, S ¹ f dan S Ì R, S disebut subring dari R jika (S, +,.) suatu
ring
Catatan :
Operasi pada S baik “penjumlahan” maupun “perkaliannya” harus sama dengan opersi-
operasi pada R.
Mahasiswa dalam kelompok telah memiliki contoh-contoh subring, namun belum
diminta melengkapi bukti formalnya. Berikut ini suatu teorema yang menyatakan syarat
perlu dan cukup agar suatu himpunan tak kosong dari suatu ring merupakan subring, dan
teorema inilah yang diperlukan mahasiswa untuk menunjukkan bukti formalnya suatu
subring :
Teorema 9.:
Misalkan R suatu ring, S ¹ f dan S Ì R, maka S disebut subring dari R jika dan hanya jika
"a, b Î S berlaku (i) a – b Î S, (ii) ab Î S
22
Teori Ring
Bukti ;
(Þ) Misalkan S subring dari R maka S adalah suatu ring berarti "a, b Î S maka a, –b Î S
sehingga berlaku (i) a – b Î S, (ii) ab Î S
Contoh :
Q = { 0, 4, 8 }
R = { 0, 3, 6, 9 }
S = { 0, 2, 4, 6, 8, 10 }
23
Teori Ring
24
Teori Ring
Didefinisikan U = dan V =
maka selidikilah U dan V masing-masing merupakan subring dari R
3. Jika R adalah ring dan a, b suatu elemen dalam R. Jika didefinisikan S = {ax + by |
x,y Î R }maka tunjukkan bahwa S subring dari R.
25
Teori Ring
4 Pendahuluan
5 Pengertian Ideal
Subring-subring dari suatu ring mempunyai peranan yang mirip dengan subgrup normal
dalam suatu grup. Subring yang peranannya mirip subgroup normal disebut ideal.
Definisi 10.:
Misalkan R adalah suatu ring dan I Ì R dengan I ¹ F, I disebut Ideal kiri dari R jika :
i. "x, y Î I berlaku (x – y) Î I
ii. ("r Î R)("x Î I) berlaku rx Î I
Misalkan R adalah suatu ring dan I Ì R dengan I ¹F, I disebut Ideal kanan dari R jika :
i. "x, y Î I berlaku (x – y) Î I
ii. ("r Î R)("x Î I) berlaku xr Î I
Misalkan R adalah suatu ring dan I Ì R dengan I ¹F, I disebut Ideal dari R jika :
i. "x, y Î I berlaku (x – y) Î I
ii. ("r Î R)("x Î I) berlaku rx, xr Î I
Catatan :
1. Syarat ke ii. bahwa rx, xr Î I jika I Ideal tidak berarti bahwa rx = xr.
2. Ideal pasti merupakan subring tetapi tidak sebaliknya
Contoh :
26
Teori Ring
2. Z12 = {0, 1, 2, …, 11} adalah ring dari bilangan-bilangan bulat modulo 12 maka dengan
mudah ditunjukkan bahwa himpunan-himpunan bagian dari Z12 berikut merupakan
ideal darinya:
P = { 0, 6 }
Q = { 0, 4, 8 }
R = { 0, 3, 6, 9 }
S = { 0, 2, 4, 6, 8, 10 }
M*2(Q) = adalah bukan ideal dari M2(Q), karena : syarat ii. Tidak
PC = = ÏM*2(Q)
TUGAS KELOMPOK :
27
Teori Ring
Dari subring-subring yang dimiliki setiap anggota kelompok, Buatlah 3 contoh subring yang
merupakan ideal dan 2 contoh subring yang bukan ideal, beserta bukti formal.
TUGAS MANDIRI:
KERJAKAN SOAL-SOAL DI BAWAH INI :
4. Misalkan R adalah ring dari semua matriks ordo 2x2 dengan semua komponennya
bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan dan perkalian matriks.
28
Teori Ring
RING FAKTOR
6 Pendahuluan
Subgrup, subgrup normal, dan grup faktor dipelajari dalam teori grup, sedangkan
dalam teori ring ada kemiripan dengan hal tersebut yaitu : subring, ideal, dan ring faktor.
Oleh karena itu mahasiswa akan sangat terbantu belajarnya pada materi ini jika telah
menguasai konsep-konsep subgrup, subgrup normal dan grup factor, juga subring dan
ideal. Ring faktor didefinisikan sangat mirip dengan grup faktor, mungkin perbedaannya
hanya terletak pada notasi-notasi saja.
Setelah mempelajari bahasan ini, masasiswa diharapkan menguasai konsep-konsep
ring faktor yang dibentuk dari suatu ring dengan idealnya. Adapun indikator penguasaan
materi tersebut adalah :
l. dapat menentukan semua koset dari suatu ideal dalam suatu ring
m. dapat menentukan ring factor dari suatu ring dengan idealnya
n. dapat membuktikan bahwa himpunan koset-koset merupakan suatu ring yang disebut
ring factor
7 Ring Faktor
Ring factor mempunyai kemiripan dengan grup faktor. Jika I ideal dari ring R maka
I subring dari R, berarti I juga merupakan ring, sehingga (I,+) merupakan subgrup normal
dari (R,+). Himpunan semua koset kiri (kanan) I dalam R, ditulis R/I = {r + I | r Î R}.
Berikut ini didefinisikan operasi penjumlahan dan pergandaan pada R/I :
(a + I) + (b + I) = (a + b) + I dan (a + I)(b + I) = ab + I
maka operasi-operasi tersebut well defined, artinya :
29
Teori Ring
Bukti :
Ambil x + I = x’ + I Ù y + I = y’ + I
Û xy – x’y’ Î I
Û xy + I = x’y’+ I
Û (x + I) (y + I) = (x’ + I) (y’ + I)
Terbukti bahwa operasi penjumlahan dan pergandaan pada R/I tersebut well defined.
Berikutnya ditunjukkan bahwa R/I adalah ring, sebagai berikut :
I. (R/I, +) grup komutatif
1. tertutup
2.
30
Teori Ring
3. assosiatif
maka a, b, c ÎR, (a + b) + c = a + (b + c)
= [(a+b)+c] + I = [a+(b+c)] + I
= (a+I) + [(b+I) + (c+I)]
6. Kommutatif
"(a + I), (b + I) Î R/I maka a, b Î R dan a + b = b + a Î R sehingga
(a + I) + (b + I) = (a + b) + I = (b + a) + I = (b + I) + (a + I)
2. assosiatif
31
Teori Ring
= [(ab)c] + I = [a(bc)] + I
= (a + I) [(b + I) (c + I)]
= [(a + b)c] + I
= [ac + bc)] + I
= (ac + I) + (bc + I)
= (ab + I) + (ac + I)
Definisi 11.:
Misalkan I ideal dari suatu ring R, maka R/I = { r + I | r Î R } merupakan suatu ring yang
disebut ring faktor terhadap opersai penjumlahan dan pergandaan berikut: "a + I, b + I Î
R/I,
32
Teori Ring
(a + I) + (b + I) = (a + b) + I dan (a + I)(b + I) = ab + I
Contoh :
Z12 = {0, 1, 2, …, 11} adalah ring dari bilangan-bilangan bulat modulo 12, yang
merupakan ring faktor yang dapat dibentuk dari Z12 adalah
TUGAS KELOMPOK :
Dari 3 contoh ideal yang kalian dimiliki, bentuklah ring faktornya.
TUGAS MANDIRI:
1. KERJAKAN SOAL-SOAL DI BAWAH INI :
Misalkan I adalah ideal dari ring R maka tunjukkanlah bahwa :
a. Jika R memuat elemen satuan maka R/I juga memuat elemen satuan
b. Jika R ring komutatif maka R/I juga ring komutatif
2. Buatlah 3 buah fungsi dengan domain dan kodomain berupa ring, dengan ketentuan :
fungsi tidak 1-1 dan tidak pada, 1-1 dan tidak pada, tidak 1-1 tetapi pada
33
Teori Ring
A. Pendahuluan
Modul ini membahas uraian tentang pemetaan dari suatu struktur ring ke struktur
ring yang lain. Sebagaimana telah dipelajari dalam Teori Group (Pengantar Struktur
Aljabar I), penguasaan materi dalam pertemuan ini sangat bergantung pada penguasaan
konsep pemetaan (fungsi), fungsi injektif (1-1), surjektif (pada) dan bijektif. Selain itu,
sangat diperlukan juga penguasaan homomorfisma grup.
Pembahasan dalam pertemuan ini dimulai dari homomorfisma yang meliputi
pengertian homomorfisma, dilanjutkan pengertian monomorfisma, epimorfisma dan lain-
lain yang sangat terkait dengan materi homomorfisma dan konsep fungsi. Diharapkan para
mahasiswa setelah mempelajari materi ini, mampu :
1. mengidentifikasi apakah suatu pemetaan (fungsi) merupakan homomorfisma atau
bukan
2. membuktikan suatu fungsi merupakan homomorfisma atau tidak.
3. mengidentifikasi suatu homomorfisma apakah merupakan monomorfisma,
epimorfisma, isomorfisma atau tidak
4. membuktikan suatu homomorfisma merupakan monomorfisma, epimorfisma,
isomorfisma
B. Pengertian Homomorfisma
Definisi 12. :
Diberikan ring R dan R’, maka Pemetaan f : R ¾® R’ disebut homomorfisma dari R ke
R’ jika "a, b Î R berlaku :
f(a + b) = f(a) + f(b) dan f(a.b) = f(a).f(b)
34
Teori Ring
b ¾® b’ b ¾® f(b)
a + b ¾® a’ + b’ a + b ¾® f(a) + f(b)
a.b ¾® a’ * b’ a.b ¾® f(a) * f(b)
Catatan :
1. operasi pada R dan R’ tidak harus sama, baik penjumlahan maupun pergandaannya
2. operasi pada R dan R’ sering kali tidak dinyatakan.
3. untuk membuktikan homomorfisma, haruslah dibuktikan dulu suatu fungsi, jika belum
diketahui fungsi (f : R ¾® R’ disebut Pemetaan atau fungsi jika ("a, bÎ R) a = b
Þ f(a)=f(b) Î R’))
Contoh 1.:
(Q,+,*) adalah ring dengan operasi penjumlahan biasa dan perkalian * yang didefinisikan,
"x, yÎQ, x*y = xy/2. jika didefinisikan pengaitan f dari ring Z ke Q, sebagai berikut :
"aÎZ, f(a) = 2a, maka tunjukkan bahwa f adalah suatu homomorfisma.
Bukti :
Untuk membuktikan f adalah homomorfisma, maka harus ditunjukkan :
a) f fungsi : ("a, bÎ Z) a = b Þ f(a)=f(b) Î Z
Ambil sebarang a,b Î Z, dengan a = b Þ 2a = 2b sifat dalam Z
Þ f(a) = f(b) def. f
b) f homomorfisma : ("a, bÎZ) i. f(a+b) = f(a) + f(b); f(ab)= f(a)*f(b)
Ambil sebarang a, b Î Z, maka :
Contoh 2.:
35
Teori Ring
Jika Z dan Q berturut-turut ring dari bilangan bulat dan ring dari bilangan rasional
terhadap operasi penjumlahan dan perkalian biasa, serta didefinisikan pengaitan g dari ring
Z ke Q, sebagai berikut : "aÎZ, g(a) = 2a, maka apakah g adalah suatu homomorfisma.
a. g fungsi : bukti analog dengan contoh no. 1. a.
b. g bukan homomorfisma, karena
tidak berlaku "x, yÎZ, g(xy) = 2xy
≠ (2x)(2y) = g(x)g(y)
Sebagai counter example : $-3, 5Î Z,
g((-3)5) = g(-15) = 2(-15) = 30 ≠ g(-3)g(5) = (-6)10 = 60
Contoh 3.
Diberikan pengaitan h dari Z ke Zn (ring dari bilangan bulat modulo n.): "xÎZ, h(x) = r =
sisa x/n, artinya x = kn + r atau r = x – kn , untuk suatu k Î Z dan 0 £ r < n. buktikan
bahwa h homomorfisma
Bukti :
a. h merupakan fungsi : bukti sebagai latihan mahasiswa
b. h homomorfisma : "x, yÎZ maka x = pn + r dan y = qn + s, untuk suatu p, q Î Z. Ini
berarti bahwa h(x) = r, h(y) = s Î Zn, 0£ r< n dan 0£ s <n maka r+s, rs Î Zn. kita tahu
bahwa r, s, r+s, rsÎ Z, sehingga $t, uÎZ berlaku r + s = tn + v dan rs = un + w, dengan
0£ v < n dan 0£w<n. (r, s Î Zn maka r+s = v, rs = w Î Zn)
i.
36
Teori Ring
Sebelum membahas materi ini, perlu diingatkan kembali beberapa hal yang berkaitan
dengan pemetaan (fungsi), yaitu:
Definisi 13. :
a. fungsi f disebut onto/pada/surjektif jika f(G) = G’ atau dengan kata lain : ("a’Î G’)
($a Î G) sehingga a’ = f(a).
b. fungsi f disebut injektif (1–1) jika ("a, b Î G) f(a) = f(b) Þ a = b
c. fungsi f disebut bijektif (korespondensi 1–1) jika f injektif dan surjektif
mahasiswa akan kesulitan memahami materi isomorfisma tanpa faham definisi 13. di atas
(sudah dipelajari dalam Logika Matematika dan Himpunan). Oleh karenanya mahasiswa
harus banyak berlatih untuk menganalisa fungsi-fungsi apakah 1-1, pada atau tidak,
barulah mengikuti definisi berikut :
Definisi 14.:
1. suatu homomorfisma dari R ke R’ yang injektif (1-1) disebut monomorfisma.
2. suatu homomorfisma dari R ke R’ yang surjektif (pada/onto) disebut epimorfisma.
3. suatu homomorfisma dari R ke R’ yang bijektif (injektif dan surjektif) disebut
isomorfisma.
4. suatu homomorfisma dari R ke R’ dengan R = R’ disebut endomorfisma (suatu
homomorfisma dari suatu ring R ke ring R itu sendiri)
5. endomorfisma yang bijektif disebut automorfisma.
6. Jika terdapat suatu homomorfisma dari R ke R’ maka dikatakan R dan R’ homomorfik
37
Teori Ring
38
Teori Ring
SIFAT-SIFAT HOMOMORFISMA
D. Pendahuluan
Pemahaman materi dalam pertemuan ke_10 ini, sangat bergantung pada penguasaan
materi homomorfisma sampai dengan isomorfisma. Seperti halnya jika kalian ingin tahu
bagaimana sifat seorang temanmu, maka tidak cukup hanya ditanyakan sifatnya kepada
orang lain (mencari tahu), namun harus bergaul sendiri sehingga benar-benar mengerti
sifatnya. Demikian pula, jika kita ingin faham dengan sifat-sifat homomorfisma, kalian
haruslah “bergaul sendiri” dengan aturan-aturan dalam homomorfisma.
Diharapkan para mahasiswa setelah mempelajari materi pada pertemuan ini, mampu
:
1. Menjelaskan sifat-sifat dari homomorfisma
2. Membuktikan sifat-sifat dalam homomorfisma
3. Menentukan kernel suatu homomorfisma,
4. Menunjukkan kernel homomorfisma adalah ideal, dan
5. Membuktikan bahwa bayangan dari homomorfima adalah subring
E. Sifat-sifat Homomorfisma
Teorema 10.:
Misalkan f homomorfisma dari R ke R’ maka :
1. f(0) = 0’, dengan 0 dan 0’ berturutan elemen netral dalam R dan R’.
2. f(-a) = -f(a) untuk "a Î R
Bukti :
Diketahui f adalah homomorfisma dari R ke R’
1. elemen netral dalam R adalah 0 maka "x Î R berlaku x+0 = 0+x = x, sehingga:
f(x+0) = f(x) atau f(0+x) = f(x) f fungsi
f(x)+f(0) = f(x) f(0)+f(x) = f(x) f homomorfisma
-f(x)+f(x)+f(0) = -f(x)+f(x) f(0)+f(x)-f(x) = f(x)+(-f(x))
f(0) = 0’ f(0) = 0’
2. dari teorema 10. Poin 1., di atas f(0) = 0’ = f(x)+(-f(x)) = -f(x)+f(x) untuk "x Î R dan
x+(-x) = 0, -x+x sehingga
39
Teori Ring
40
Teori Ring
TEOREMA FUNDAMENTAL
HOMOMORFISMA RING
F. Pendahuluan
IDE / GAGASAN
Pembahasan dalam modul ini dimulai dari mengingatkan kembali bahwa setiap
homomorfisma pasti dapat ditentukan kernelnya, dan kernel pastilah ideal, sehingga
selalu dapat dibentuk Ring faktor.
Selanjutnya akan dibentuk pengaitan baru dari Ring factor yang dibentuknya ke
kodomain homomorfismanya, sehingga terbentuklah homomorfisma baru yang
memenuhi diagram komutatif, yaitu homomorfisma awal akan sama dengan
komposisi fungsi dari homomorfisma baru yang dibentuknya dengan homomorfisma
natural.
41
Teori Ring
G.
42
Teori Ring
Teorema 1:
jika f : R ® R’ adalah homomorfisma dengan kernel K maka f(R) adalah suatu ring dan
fungsi m : ® f(R) diberikan oleh :
f
R f(R)
Catatan :
1. m(x+K) = f(x) merupakan isomorfisma dari ke f(R) BUKAN ke R’
karena belum tentu f(R) = R’.
2. m (x+K) = f(x) adalah monomorfisma dari ke R’
3. jika f adalah epimorfisma yang berarti f(R) = R’ maka m (x+K) = f(x) adalah
isomorfisma dari ke R’
4. f = m °n dikatakan bahwa diagram di atas adalah komutatif
Bukti :
Akan ditunjukkan m merupakan fungsi, 1-1, surjektif dan homomorfisma dari ke
f(R) sebagai berikut :
i) m fungsi
Ambil sebarang a+K, b+K Î dengan a+K = b+K
a+K = b+K maka a – b Î K (karena K = kernel f , subring, sehingga merupakan
subgroup dari (R,+))
sehingga f( a – b) = 0’ 0’ elemen netral dalam R’
f( a) – f(b) = 0’ f homomorfisma
f( a) = f(b) ditambahkan f(b)
m(a+K) = m(b+K) definisi m,
43
Teori Ring
Teorema 2 :
jika f : R ® R’ adalah Epimorfisma dengan kernel K maka pengaitan m : ® R’
diberikan oleh :
f
44
Teori Ring
R R’
Tugas Mandiri :
Dengan teorema fundamental homomorfisma ring maka bentuklah homomorfisma natural
dan isomorfisma yang dibentuk dari homomorfisma dengan ketentuan
1. homomorfisma yang tidak 1-1 dan tidak pada
2. homorofisma yang 1-1 tetapi tidak pada
3. homomorfisma tidak 1-1 dan pada
4. homomorfisma 1-1 dan pada
45