Anda di halaman 1dari 8

Proposisi 2.4.

3
n

i.

x 2 x3
n 2 x 2 n3 x 3
1

...

nx

...

2! 3!
2!
3!

ii.

iii.

e x e x
x2 x4 x6
1 ...
2
2! 4! 6!
e x e x
x3 x5 x7
x ...
2
3! 5! 7!

Bukti I
n

x 2 x3
x n
nx
1 x ... e e
2! 3!

xk
n
k!
k o
k

n0

x0
x1
x2
x3
x4
n1 n 2 n3 n 4 ...
0!
1!
2!
3!
4!

n 2 x 2 n3 x 3 n 4 x 4
1 nx

...
2!
3!
4!

Bukti II
n
xn n
n x

1)
n!
n!
n 0
n 0
2
n

e x e x
2

x 0 x1 x 2 x 3
...

0! 1! 2! 3!

2
3

x0
x1
2 x
3 x
( 1)1 1
1
...

0!
1!
2!
3!
2

1 x

x2 x3
x 2 x3
... 1 x ...

2! 3!
2! 3!
2

x2
x4
x6
2 2 2 2 ...
2!
4!
6!

x2 x4 x6
2 1 ...
2! 4! 6!

2

x2 x4 x6
...
2! 4! 6!

Bukti III
n
xn n
n x

1)
n!
n!
n 0
n 0
2
n

e x e x
2

0
1
2
3
x 0 x1 x 2 x 3

0 x
1 x
2 x
3 x

...

1)

1)

1)

1)
...

0!
1!
2!
3!
0! 1! 2! 3!
2

1 x

2x 2

x2 x3
x 2 x3
... 1 x ...

2! 3!
2! 3!
2

x3
x5
x7
2 2 ...
3!
5!
7!
2

x3 x5 x 7
2 x ...
3! 5! 7!

2

x3 x5 x 7
...
3! 5! 7!

Contoh 2.4.1
Ada berapa banyak barisan binari r-angka yang memuat 0 sebanyak genap dan 1 sebanyak
genap pula?
Penyelesaian
Disini ada dua angka yang berbeda yaitu 0 dan 1. Karena 0 dan 1 muncul sebanyak bilangan
genap pada setiap barisan, maka fungsi pembangkit dari persoalan tersebut adalah

P( x)

x 2 x4 x6
1 ...
2! 4! 6!

e x e x

e 2 x e 2 x 2

1 e 2 x e2 x
1

2
2
2
1
(2 x) 2 (2 x) 4 (2 x) 6
1
1

...
2
2!
4!
6!
2

1 2

x2
x4
x6
23 25 ...
2!
4!
6!

Banyaknya barisan yang dimaksud adalah koefisien

xr
r!

dalam P(x) yaitu ar dengan

ar 1
2

, bila

r ganjil

, bila

r 0

, bila

r genap dan r 0

Contoh 2.4.2:
Misalkan S adalah himpunan semua barisan ternair n-angka. Jika sebuah barisan dipilih
secara acak dari S, berapakah peluang barisan yang terpilih memenuhi angka 0 sebanyak
ganjil dan angka 1 sebanyak genap?
Penyelesaian :
Terdapat 4 angka yang berbeda yaitu 0, 1, 2, dan 3. Angka 0 muncul sebanyak ganjil dan 1
muncul sebanyak genap.
Fungsi pembangkit untuk permasalahan diatas adalah

P( x)

x3 x5 x 7
x2 x4 x6
x 2 x 3 x 4
x ... 1 ...
1


...

3! 5! 7!
2! 4! 6!
2! 3! 4!

e x e x e x e x
x 2

e
2
2

e 2 x e 2 x
2x
e
4

e4 x 1
4

4 2 x 2 43 x 3 4 4 x 4

... 1
1 4x
2!
3!
4!

42 x 2 43 x3 4 4 x 4
4x

...
2!
3!
4!

4
x

4 x 2 42 x 3 43 x 4

...
2!
3!
4!

Banyaknya barisan yang dimaksud adalah koefisien

xr
r!

dalam P(x) yaitu ar

dengan

0
r 1
4

ar

bila r 0
bila r 1

RELASI REKURSIF

I.
Pendahuluan

Relasi rekursif sering juga disebut relasi berulang. Relasi ini mendefinisikan sebuah barisan
dengan memberikan nilai ke-n yang dikaitkan dengan sukusuku sebelumnya. untuk
mendefinisikan sebuah barisan, relasi berulang memerlukan nilai awal yang sudah
ditentukan. Secara formal relasi berulang ini didefinisikan sebagai berikut: Definisi sebuah
relasi berulang untuk barisan a0, a1, a2, ... merupakan sebuah persamaan yang mengkaitkan
an dengan a0, a1, a2, ... , an-1. Syarat awal untuk barisan a0, a1, a2, ... adalah nilai-nilai yang
diberikan secara eksplisit pada beberapa suku dari barisan tersebut.
Contohnya:

1. Barisan 3, 7 , 11, 15, ... didefinisikan dengan relasi berulang an = an-1 + 4 untuk n 1
dengan syarat awal a0 = 3.
2. Carilah relasi berulang dengan syarat awal dari barisan 1, 1, 2, 4, 16, 128, 4096, ...
Penyelesaian
Bentuk rumusan setiap suku dengan menggunakan suku sebelumnya
1=1
1=1X1
2=2X1X1
4=2X2X1
16 = 2 X 4 X 2
128 = 2 X 16 X 4
4096 = 2 X 128 X 16
Dengan demikian relasi yang berulang yang diperoleh adalah a n = 2 x an-1 x an-2 untuk
n2. Dengan syarat awal a0 = 1 dan a1 = 1
Relasi rekursif sering juga disebut relasi berulang. Relasi ini mendefinisikan sebuah barisan
dengan memberikan nilai ke-n yang dikaitkan dengan suku suku sebelumnya. Untuk
mendefinisikan sebuah barisan, relasi berulang memerlukan nilai awal yang sudah
ditentukan.
II.
Relasi Rekursif Linear dengan Koefisien Konstanta

Bentuk umum bagian rekursif dari suatu relasi rekursif linear berderajat k adalah sebagai
berikut.
an + h1(n) an-1 + h2(n) an-2 + ... + hk(n) an-k = f(n)
dengan hi(n), untuk setiap i, 1 i k, dan f(n) adalah fungsi-fungsi dalam n dan hk(n)
0.
Jika f(n) = 0, maka relasi rekursif tersebut disebut homogen. Jika tidak demikian, disebut
nonhomogen. Selanjutnya untuk setiap i {1, 2, 3, ..., k}, hi(n) = kontanta, maka relasi
rekursif tersebut dinamakan relasi rekursif dengan koefisien konstanta.

Misalnya,
i.
a1 = a2 = 0; an = an-1 + an-2 + 1, n 3 adalah relasi rekursif linear nonhomogen
derajat dua dengan koefisien konstanta.
ii.
a1 = a2 = 0; an = an-1 + an-2, n 3 adalah relasi rekursif linear homogen
berderajat dua dengan koefisien konstanta.

III.
Relasi Rekursif Linear Homogen Dengan Koefisien Konstanta.

Bentuk umum dari relasi rekursif linear homogen dengan koefisien konstanta adalah sebagai
berikut.
an + c1(n) an-1 + h2(n) an-2 + ... + ck(n) an-k = 0.
dengan k kondisi awal, dan untuk 1 i k, ci = konstanta.

Teorema (Prinsip Superposisi)


Jika g1(n) dan g2(n) berturut-turut adalah solusi dari:
an c1an 1 c2 an 2 ... c1an k f1 (n)

dan
an c1an 1 c2 an 2 ... c1an k f 2 (n)

maka untuk sebarang konstanta 1 dan 2

c1 g1 (n) c2 g 2 (n)

adalah solusi dari


an c1an 1 ... ck an k c1 f1 (n ) c2 f 2 (n)

Anda mungkin juga menyukai