Anda di halaman 1dari 7

PEMODELAN MATEMATIKA

SISTEM MASSA PEGAS HORISONTAL



Disusun Oleh :
1. Kurnia Paramita P. 24010112120007
2. Dina Dwi Amallia 24010112120013
3. Dyah Anissafitri 24010112130036
4. Dahlia Istiqomah 24010112130037
5. Annisa Nur Azizah 24010112130038
6. Marlia Ulfa 24010112130041
7. Amalia Kurnia Putri 24010112130042

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


SISTEM MASSA PEGAS HORISONTAL

I. Tujuan
Mengonstruksi Model Matematika yang menjelaskan sistem massa pegas secara
horisontal.

II. Latar Belakang
Pada pemodelan ini dibahas problem yang dikenal dengan system massa pegas,
dimana suatu massa yang diikatkan pada pegas yang diilustrasikan secara
horisontal seperti pada Gambar 1. di bawah ini :


Gambar 1. Sistem massa pegas

Sebelum menyelesaikan problem ini, akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa
teori dan prinsip-prinsip dasar fisika yang terkait dengan fenomena ini. System
massa pegas ini tidak dapat diselesaikan tanpa memformulasikan persamaan yang
menjelaskan gerakan ini.

1. Hukum Newton kedua tentang gerakan suatu titik massa dijelaskan dengan
formula


Dimana

adalah jumlahan vector semua gaya yang digunakan untuk titik


massa yang mempunyai massa m. Gaya

sama dengan laju perubahan


momentum m, dimana kecepatan massa. Jika adalah posisi massa, maka
=



Asumsikan massa m konstan, maka


Dengan adalah vector percepatan massa
=


Hukum newton kedua tentang gerakan menyatakan bahwa gaya pada partikel
sama dengan massa partikel kali percepatan partikel. Percepatan suatu titik
massa adalah proposional dengan gaya total yang beraksi pada massa.

2. Hukum Hooke
Pada permasalahan ini, gaya yang bekerja pada massa m hanya gaya pegas.
Gaya pegas ini bergantung pada elastisitas pegas dan dinyatakan secara linier
oleh posisi massa terhadap posisi setimbang. Hubungan ini didekati secara linier
yang dikenal dengan Hukum Hooke. Hubungan ini dinyatakan dengan
persamaan,

dimana k adalah konstanta pegas dan x adalah posisi massa terhadap posisi
setimbang.

III. Aproksimasi dan Idealisasi
Asumsi-asumsi yang membuat kondisi ideal :
1. Diasumsikan bahwa massa hanya bergerak dalam satu arah
2. Diasumsikan massa m konstan
3. Diasumsikan tidak ada gaya luar

IV. Pemodelan
Sekarang kita menggunakan Hukum Newton kedua untuk sistem massa pegas,
di mana gerakan massa dinyatakan dalam arah sumbu-X. Untuk
mengembangkan suatu model yang sesuai untuk gaya pegas kita akan
mempelajari gerakan sistem massa pegas dalam situasi yang berbeda.
Andaikan klaim suatu eksperimen telah berjalan untuk mengukur gaya pegas.
Pada posisi massa ditempatkan dan massa tidak bergerak, maka tidak terdapat
gaya yang bekerja pada massa. Posisi ini kita nyatakan sebagai pusat sumbu
koordinat, seperti kita lihat pada Gambar 2, x = 0 dikatakan posisi setimbang
atau tidak ada rentangan dari pegas (massa pegas diabaikan).

x = 0
Gambar 2. Tidak ada gaya yang dilakukan oleh pegas
Jarak x berkenaan dengan perubahan posisi dari kesetimbangan atau rentangan
pegas. Jika kita merentang pegas (yaitu kita nyatakan x > 0), maka pegas
melakukan gaya penarik (ke kiri) massa kembali menuju posisi setimbang
(katakanlah F < 0). Secara sama jika pegas ditekan (yaitu x < 0), maka
pegas mendorong (ke kanan) massa kembali menuju posisi setimbang (yaitu
F > 0).

Gambar 3. Gerakan sistem massa-pegas
Gaya F yang demikian dikatakan sebagai gaya pemulih (restoring force).
Akan diasumsikan tidak ada gaya luar. Maka gaya yang bekerja pada massa m
hanya gaya pegas. Gaya pegas ini bergantung pada elastisitas pegas dan
dinyatakan secara linier oleh posisi massa terhadap posisi setimbang. Hubungan
ini didekati secara linier yang dikenal dengan Hukum Hooke. Hubungan ini
dinyatakan dengan persamaan :
(1)
dimana k adalah konstanta pegas dan x adalah posisi massa terhadap
posisi setimbang. Dengan menggunakan Hukum Hooke dan Newton
kedua, model matematika paling sederhana tentang sistem massa pegas, yang
dinyatakan oleh,

(2)
Atau :

(3)

V. Penyelesaian Model
Selanjutnya kita akan menganalisis perilaku gerakan massa dari sistem massa
pegas ini berdasarkan model (3). Persamaan (3) adalah persamaan diferensial
linier homogen orde kedua dengan koefisien konstan. Solusi dari persamaan
ini biasanya dinyatakan dalam bentuk eksponensial

, solusi ini diperoleh


secara langsung dengan mensubstitusi bentuk eksponensial ini ke dalam
persamaan (3) maka diperoleh persamaan karakteristik bentuk kuadrat dalam r
menghasilkan

(4)
Diperoleh dua akar imajiner

Dengan

. Dengan demikian solusi umum adalah kombinasi dari

dan

(5)
dimana a dan b adalah konstanta. Supaya solusi ini bermakna maka bentuk
imajiner ini hams dinatakan dalam fungsi real. Dari bentuk Euler dinyatakan :



dan


Maka solusi persamaan (5) menghasilkan:
(6)
Hasil solusi yang diinginkan adalah:

(7)
Dengan mendefinisikan konstanta :


Solusi umum berupa kombinasi linier dari dua fungsi berosilasi cosinus dan
sinus. Pernyataan yang ekivalen dengan persamaan (7) adalah :

(8)
Dengan hubungan persamaan sebagai berikut :


Atau

)


Gambar 4. Periode dan amplitude osilasi
Dari gambar terlihat bahwa A adalah amplitudo osilasi dan

adalah fase
osilasi, dengan

adalah fase pada saat t = 0, untuk menghitung periode osilasi


dapat ditentukan dengan sifat bahwa periode fungsi sinus adalah sehingga
berlaku:

Jika T adalah periode osilasi maka belaku :

dan
diperoleh

(9)
Dengan adalah jumlah periode dalam satuan waktu :

(10)
Jumlah osilasi dalam satu satuan waktu dikatakan frekuensi f , dengan

(11)
VI. Validasi
Tidak terdapat validasi pada buku Pemodelan Matematika-Analisis dan
Aplikasinya
VII. Interpretasi
Perilaku kualitatif berdasarkan hasil analisis model menjelaskan bahwa jumlah
osilasi sistem ini bergantung pada k dan m pada konstanta pegas yang sama, jika
massa semakin bertambah jumlah osilasinya semakin sedikit. Pada massa m yang
sama, jika konstanta pegas bertambah (kekuatan pegas semakin kuat) maka
jumlah osilasi semakin banyak.

Anda mungkin juga menyukai