Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran Matematika


Secara umum metode di artikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus metode
pembelajaran dapat di artikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai
prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran matematika sekolah adalah pembelajaran yang mengacu pada ketiga fungsi mata
pelajaran matematika, yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Dua hal
penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika di SMA menurut
Suherman (2001: 60) adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan kreatif. Dengan
berlandaskan kepada prinsip pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know,
melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together,
maka pembelajaran matematika harus bersandarkan pada pemikiran bahwa peserta didik harus
belajar dan semestinya dilakukan secara komperhensif dan terpadu.
Metode mengajar matematika adalah suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematik dan
logic ditinjau dari segi hakikat matematika dan segi psikologinya. Penyelesaian masalah dalam
matematika selalu menggunkan metode deduktif. Penalarannya adalah logic-deduktif yang
pada dasarnya mengandung kalimat “jika……, maka…………”. Suatu kebenaran matematika
dikembangkan berdasarkan alas an logic. Model terbaik untuk berfikir matematika yaitu
memanfatkan logika simbolik.

B. Macam – Macam Metode Pembelajaran Matematika


1. Metode laboratorium
Metode ini berkaitan dengan metode belajar sendiri. Sebenarnya belajar matematika itu
tidak sekedar membaca, tetapi belajar sambil bekerja. Bagi anak-anak di dalam tahap persiapan
operasional dan operasi konkrit, belajar ke”nglitisan”nya itu memungkinkan menemukan
konsep-konsep atau generalisasi di dalam matematika. Prinsip metode laboratorium adalah
belajar sambil “nglitis,” belajar sambil mengobservasi dan berjalan dari konkrit ke abstrak.
Siswa tidak hanya mendengarkan informasi tetapi itu juga mengerjakan sesuatu. Cara
melaksanakan metode ini bermacam-macam misalnya bermain menggunakan kartu, dll. Jadi,
dengan kata lain, metode laboratorium ini sebagai tempat untuk menemukan fakta-fakta
matematika. Prinsip metode laboratorium adalah peserta didik belajar sambil bekerja, belajar
sambil mengobservasi, dan memulai dari yang konkrit ke yang abstrak.
Metode laboratorium ini sejalan dengan metode induktif bahkan merupakan perluasan dari
metode induktif. Peserta didik belajar dengan objek-objek yang kemudian digeneralisasikan.
Metode ini khusus untuk mengabaikan keabstrakan hakikat matematika. Namun dapat menarik
minat peserta didik terhadap matematika yang abstrak.
Kelebihan metode ini, yaitu :
a. Siswa akan gemar menyelesaikan masalah-masalah yang didasarkan kepada
pengalamannya sendiri karena ia dituntut mengerjakan sesuatu menurut
kemampuannya.
b. Prinsip psikologi terpenuhi yaitu konsep atau generalisasi berjalan dari hal yang konkrit
ke abstrak dan belajar sambil “nglitis”.
c. Pengertian akan dicapai oleh siswa, sebab siswa itu menemukan konsep atau
generalisasi atas hasilnya sendiri. Pengertian yang di peroleh dengan mantap
memungkinkan siswa mentransfer ke masalah lainnya yang relevan.
d. Metode ini memungkinkan siswa bekerja bebas tidak bergantung orang lain dan ini
membantu pertumbuhan pribadi siswa.
e. Metode ini memungkinkan siswa saling bekerja sama dalam arti pertukaran ide.
Kelemahan metode ini, yaitu :
a. Metode ini menyebabkan proses belajar menjadi lambat.
b. Pekerjaan laboratories secara murni, sebenarnya bukan jenis kerja matematika, karena
itu bila ini dilaksanakan terpisah dengan pelajaran matematika dapat terjadi proses
belajar tidak memberikan latihan berpikir matematika bagi siswa.
c. Tidak semua topik matematika dapat dikerjakan dengan metode laboratorium itu.
d. Perencanaan perlu disusun secara teliti; bila tidak demikian siswa akan sekedar
bermain-main dengan alat-alat yang ada tanpa menyerap suatu konsep atau
generalisasi.
e. Guru hanya dapat mengawasi kelas yang kecil, karena guru harus memperhatikan
individu.
f. Metode ini sangat cocok untuk siswa kelas-kelas rendah. Dalam bentuk permainan
lebih cocok untuk anak-anak dalam tahap berpikiroperasi konkrit,padahal tidak mudah
untuk membuat siswa menemukan fakta-fakta matematika melalui eksperimen.
Adapun sistem kartu lebih sesuai untuk anak-anak tahap akhir operasi konkrit dan
permulaan operasi formal.
g. Kecendrungan para siswa saling mencontoh dan ini sangat sulit untuk dikontrol. Karena
itu, belajar matematika hanya sekedar latihan.

2. Metode Kegiatan Lapangan


Kegiatan kunjungan lapangan diselenggarakan terutama untuk memberikan kesempatan
kepada siswa atau mahasiswa atau peserta diklat melakukan pengamatan kegiatan yang
berkaitan dengan dunia profesinya dalam situasi nyata di lapangan.
Keunggulan Metode Kegiatan Lapangan.
a. Sangat efektif dalam memperluas wawasan siswa sebagai perubahan perilaku ranah
kognitif tentang bidang pekerjaan sesuai dengan profesinya kelak.
b. Memperkuan dan memperdalam pemahaman tentang aplikasi berbagai teori dan
praktik yang dipelajari siswa di sekolah.
c. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena memperolah gambaran nyata
tentang lapangan pekerjaan.
d. Memberikan masukan praktis dan baru bagi guru serta sekolah guna meningkatkan
program pembelajaran.
e. Menjadi sarana hubungan kerjasama yang lebih luas dan saling menguntungkan antara
sekolah dan lembaga.
f. Menjadi sarana promosi sekolah dan tamatan kepada lembaga atau perusahaan yang
bersangkutan.
Kelemahan Metode Kegiatan Lapangan.
a. Memerlukan biaya relative tinggi untuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi peserta
kunjungan lapangan.
b. Kegiatan di lembaga atau perusahaan sasaran kunjungan lapangan tidak selalu sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai.
c. Lokasi lembaga atau perusahaan sasaran kunjuungan lapangan yang kurang matang
justru akan mengalihkan tujuan kunjungan lapangan menjadi sekedar wisata tanpa
manfaat yang memadai dari sudut pandang pendidikan.
3. Metode Pemecahan Masalah

Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik
kesimpulan.

Kelebihan Metode Pemecahan Masalah

 Bagus untuk memahami isi pelajaran.


 Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa
 Dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
 Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
 Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Bisamemperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah,
dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja
 Lebih menyenangkan dan disukai siswa.
 Dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
 Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
 Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.(Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran,).
Kekurangan Metode Problem Solving

 Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
 Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
 Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari
guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau
kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain,Strategi
Belajar, 93.)

4. Metode Permainan
Metode permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang
dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional pengamatan matematika. Lisnawati
Simanjuntak (1993:82) berpendapat bahwa: ”Permainan tidak saja dapat dipakai untuk
mencapai tujuan instruksional (daerah) kognitif tingkat rendah tetapi pada tingkat tinggi, dan
dengan permainan peserta didik akan menjadi aktif, berpikir logis, kritis, sportif, dan terjadi
kepuasan pada diri peserta didik.
Menurut Denny Setiawan (2006:82) bahwa: ”Interaksi berbentuk permainan (games)
akan bersifat pembelajaran apabila pengetahuan dan keterampilan akan yang terdapat
didalamnya memiliki daya tarik dan mengandung unsur pembelajaran”. Maka dapat dikatakan
bahwa sebuah bentuk permainan disebut pembelajaran jika didalamnya terdapat tujuan
pembelajaran (instruksional objectives) yang harus dicapai siswa.
Menurut Rumiati (2004:4) bahwa:
Suatu aktivitas disebut bermain apabila ada interaksi diantara pemain atau interaksi diantara
pemain dengan alat permainan, yang didefenisikan secara jelas, untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dan unsur-unsur permainan yaitu:
a. Pemain berusaha mencapai tujuan tertentu;
b. Sekumpulan aturan-aturan permainan yang didefenisikan secara jelas;
c. Alat-alat atau tempat dimana permainan dilangsungkan.
Salah satu metode belajar mengajar matematika yang dapat dipakai guru adalah metode
permainan. Dalam metode permainan ini, guru mengajar siswa untuk bermain sambil
berhitung. Hurlock (1978:320) mengatakan bahwa: ” Banyak orang beranggapan bahwa
bermain sebagai kegiatan yang pemborosan waktu, namun ilmuwan telah menunjukakan
bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga dan jika seorang anak
melakukan permainan itu berarti ia telah mempunyai pengalaman”.
Belajar matematika melalui metode permainan akan memberikan kesempayan pada
siswa unk lebih mudah memahami materi pelajaran matematika dapat mengembangkan
kreativitas anak. Artinya bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Pada prinsipnya bermain tidak dapat
dilepaskan dari dunia anak-anak karena bermmain merupakan proses yang sangat mendasar
dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta sosial anak. Dan pendapat Sudono
(2000:1) bahwa: ”Permainan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak”. Serta Lisnawati (1993:18)
menyatakan bahwa: ”Bermain merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kecerdasan
anak”. Dan dengan metode permainan diharapkan diharapkan siswa tidak lagi bosan belajar
matematika, bahkan tertarik terhadap materi pelajaran matematika.
Konsep matematika yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila disajikan dalam
bentuk konkrit. Hal ini dapat dilakukan dengan manipulasi objek-objek dalam bentuk
permainan ke dalam pengajaran matematika. Hudojo (1998:134) mengatakan bahwa:
Apabila suatu konsep matematika disajikan melalui bermain, pengertian terhadap
konsep tersebut diharapkan mantap sebab belajar dengan cara ini merupakan cara yang wajar.
Yaitu sesuai dengan naluri peserta didik yang masih berada dalam periode pra operasional dan
operasi konkrit bahwa mereka itu memang suka bermain.

Keuntungan Pembelajaran Dengan Metode Permainan


Peserta didik pada jenjang pendidikan pemula pada umumnya senang bermain-main maka
pengajaran matematika dibawakan dengan metode permainan. Menurut Lisnawati
Simanjuntak (dalam Rumiati, 2004: 5-6) bahwa:

Dengan penerapan metode permainan maka diharapkan:


a. Peserta senang mengerjakan suatu bahan pelajaran matematika;
b. Peserta didik terdorong dan menaruh minat untuk mempelajari matematika;
c. Ada semangat bertanding dalam suatu permainan, berusaha untuk menjadi pemenang
dan mendorong anak untuk memusatkan perhatian pada permainan yang dihadapi;
d. Jika peserta didik terlibat pada suatu kegiatan dan keaktifan sendiri, mengerjakan
sendiri serta dapat memecahkan masalah sendiri, mereka akan betul-betul memahami
apa yang dipelajari;
e. Mengurangkan ketegangan-ketegangan dalam pikiran peserta didik dalam/selama
belajar matematika; dan
f. Karena menarik, maka peserta didik akan memanfaatkan waktu luang untuk belajar
matematika.
Keterbatasan Pembelajaran Dengan Metode Permainan
Metode permainan sama seperti metode-metode mengajar yang lain memerlukan
perumusan tujuan instruksional yang jelas, penilaian topik atau subtopik, perincian kegiatan
belajar mengajar dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan pada metode permainan adalah apakah
efektif atau hanya menghamburkan waktu saja. Sehingga perlu dihindari pertmainan yang
bersifat teka-teki atau yang tidak ada nilai matematikanya.
Menurut Rumiati (2004:6) bahwa:
Kelemahan-kelemahannya pada metode permainan adalah
1. Ketika permainan yang dilakukan sangat menarik, dikhawatirkan siswa akan tertarik
dengan permainan itu sendiri, bukan dengan objek materi yang diwakili oleh permainan itu;
2. Permainan memerlukan waktu yang relatif lama, padahal diketahui bahwa jam pelajaran
disekolah sangat terbatas. Jika permainan belum tuntas maka efektifitas metode permainan itu
akan tidak tercapai; dan
3. Tidak semua materi dalam kurikulum cocok diajarkan dengan permainan. Dan permainan
yang tersedia juga tidak selalu sesuai dengan kurikulum yang tersedia disekolah dan guru harus
memilih permainan-permainan yang sesuai dengan siswa dan materi ajar.

Anda mungkin juga menyukai