PEMBAHASAN
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik
kesimpulan.
Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari
guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau
kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain,Strategi
Belajar, 93.)
4. Metode Permainan
Metode permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang
dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional pengamatan matematika. Lisnawati
Simanjuntak (1993:82) berpendapat bahwa: ”Permainan tidak saja dapat dipakai untuk
mencapai tujuan instruksional (daerah) kognitif tingkat rendah tetapi pada tingkat tinggi, dan
dengan permainan peserta didik akan menjadi aktif, berpikir logis, kritis, sportif, dan terjadi
kepuasan pada diri peserta didik.
Menurut Denny Setiawan (2006:82) bahwa: ”Interaksi berbentuk permainan (games)
akan bersifat pembelajaran apabila pengetahuan dan keterampilan akan yang terdapat
didalamnya memiliki daya tarik dan mengandung unsur pembelajaran”. Maka dapat dikatakan
bahwa sebuah bentuk permainan disebut pembelajaran jika didalamnya terdapat tujuan
pembelajaran (instruksional objectives) yang harus dicapai siswa.
Menurut Rumiati (2004:4) bahwa:
Suatu aktivitas disebut bermain apabila ada interaksi diantara pemain atau interaksi diantara
pemain dengan alat permainan, yang didefenisikan secara jelas, untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dan unsur-unsur permainan yaitu:
a. Pemain berusaha mencapai tujuan tertentu;
b. Sekumpulan aturan-aturan permainan yang didefenisikan secara jelas;
c. Alat-alat atau tempat dimana permainan dilangsungkan.
Salah satu metode belajar mengajar matematika yang dapat dipakai guru adalah metode
permainan. Dalam metode permainan ini, guru mengajar siswa untuk bermain sambil
berhitung. Hurlock (1978:320) mengatakan bahwa: ” Banyak orang beranggapan bahwa
bermain sebagai kegiatan yang pemborosan waktu, namun ilmuwan telah menunjukakan
bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga dan jika seorang anak
melakukan permainan itu berarti ia telah mempunyai pengalaman”.
Belajar matematika melalui metode permainan akan memberikan kesempayan pada
siswa unk lebih mudah memahami materi pelajaran matematika dapat mengembangkan
kreativitas anak. Artinya bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Pada prinsipnya bermain tidak dapat
dilepaskan dari dunia anak-anak karena bermmain merupakan proses yang sangat mendasar
dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta sosial anak. Dan pendapat Sudono
(2000:1) bahwa: ”Permainan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak”. Serta Lisnawati (1993:18)
menyatakan bahwa: ”Bermain merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kecerdasan
anak”. Dan dengan metode permainan diharapkan diharapkan siswa tidak lagi bosan belajar
matematika, bahkan tertarik terhadap materi pelajaran matematika.
Konsep matematika yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila disajikan dalam
bentuk konkrit. Hal ini dapat dilakukan dengan manipulasi objek-objek dalam bentuk
permainan ke dalam pengajaran matematika. Hudojo (1998:134) mengatakan bahwa:
Apabila suatu konsep matematika disajikan melalui bermain, pengertian terhadap
konsep tersebut diharapkan mantap sebab belajar dengan cara ini merupakan cara yang wajar.
Yaitu sesuai dengan naluri peserta didik yang masih berada dalam periode pra operasional dan
operasi konkrit bahwa mereka itu memang suka bermain.