Anda di halaman 1dari 136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK


BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Disusun oleh:

CESAR DWI HARDIAN

141414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK


BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Disusun oleh:

CESAR DWI HARDIAN

141414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rendah hati dan rasa syukur saya persembahkan karya ini untuk:

Orang tua

Saudara

Teman-teman Pendidik

dan

Alamameterku Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

It may well be doubted whether, in all the range of science, there is any field so

fascinating to explore, so rich in hidden treasures, so fruitful in delightful

surprise, as Pure Mathematics.

-Lewis Carroll

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Juli 2018


Penulis,

Cesar Dwi Hardian

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata


Dharma Yogyakarta:

Nama : Cesar Dwi Hardian

Nomor Induk Mahasiswa : 141414039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada


Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK


BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan hak kepada
Perpustakaan Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin saya sebagai penulis.

Yogyakarta, 6 Juli 2018


Penulis,

Cesar Dwi Hardian

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Hardian, Cesar Dwi. 2018. Etnomatematika, Analisis Pola dan Motif Batik
Berdasarkan Wallpaper Group serta Analisis Aktivitas Fundamental
Matematis menurut Bishop pada Industri Batik di Desa Wijirejo, Kecamatan
Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Matematika tanpa disadari hidup dan ada dalam kehidupan manusia. Namun
banyak peserta didik yang sulit dalam mempelajari matematika. Dengan
memberikan contoh yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, matematika agaknya
dapat lebih mudah diterima oleh peserta didik. Contoh nyata yang ada seperti motif
batik yang ada dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat motif batik yang dapat dikelompokkan ke dalam
suatu wallpaper group yang memiliki simetri, serta aktivitas fundamental
matematis menurut Bishop yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari khususnya
industri batik.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi, di mana peneliti menjadi
instrument utama. Subjek penelitian adalah tiga narasumber dari tiga tempat usaha
batik di Wijirejo. Data yang diambil adalah data mengenai motif-motif batik serta
aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam kegiatan membatik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-motif batik yang berpola dapat
dikelompokkan ke dalam wallpaper group p4m, pm, pmm, dan p1. Selain itu
aktivitas fundamental matematis menurut Bishop ditemukan dalam industri batik,
yaitu counting, measuring, playing, locating, explaining, dan designing and
building. Hasil penelitian di atas dapat digunakan sebagai contoh dalam
pembelajaran matematika di dalam kelas.

Kata Kunci: etnomatematika, aktivitas fundamental matematis menurut Bishop,


wallpaper group, batik

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Hardian, Cesar Dwi. 2018. Ethnomathematics, Analysis of Batik Patterns Based


on Wallpaper Group and Analysis of Mathemaical Activity According to Bishop
in batik-making activities in Wijirejo, Pandak, Bantul, DIY. Undergraduated
Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mahematics and
Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University.
Mathematics unintentionaly lives and exists in human life. However, many students
find it to be difficult in studying mathematics. By giving examples that exist in
everyday life, mathematics seems to be more easily accepted by students. Real
examples of this exist in, such as, batik patterns and activities carried out daily.
Therefore, the purposes of this research are to see if batik patterns can be grouped
into a symmetric wallpaper group, as well as mathematical activities contained in
everyday life, especially activities related to batik-making.
The research used a qualitative method, which the instruments used are interviews
and real conditions that exist in the field, where the researcher becomes the main
instrument. The research subjects were three batik business venues in Wijirejo. The
data taken is data about batik patterns and mathematical activities contained in
batik-making activities.
The results show that batik patterns can be grouped into wallpaper groups which
are p4m, pm, pmm, and p1. In addition, mathematical activities of counting,
measuring, playing, locating, and designing and building are found in batik-making
activities. Thus, the results of the research can be used as examples in mathematics
study in the classrooms.

Keywords: ethnomatematics, Bishop mathematics activites, wallpaper group, batik

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi
ini penulis telah dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD)
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika USD
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing Penulis dengan sabar selama proses penelitian dan penulisan
skripsi ini
5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si. dan Ibu Veronika Fitri Rianasari,
S. Pd., M. Sc., selaku dosen penguji yang telah memberikan waktunya untuk
membaca dan memberikan masukan serta bantuan ketika sidang maupun
dalam proses revisi
6. Romo Eko Budi Santoso, SJ yang menyediakan waktunya untuk berdiskusi
dalam proses pengerjaan skripsi ini
7. Ibu Topo, Ibu Utami, Bapak Tugiran, dan Bapak Doni Adhi Saputra, S.T.
selaku pemilik tempat usaha batik yang membantu dalam memberikan ijin
dan membantu Penulis dalam melaksanakan penelitian
8. Orangtua terkasih , Bapak Suharjono dan Ibu Venansia Wijuk Sulatin serta
saudara Cesar Widyasmara yang selalu mendoakan dan menyemangati
Penulis selama ini, serta Elizabeth Nandya Pricilia Supriyono yang sudah
menyemangati dan mendoakan penulis selama proses penelitian

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2014 yang


selalu memberikan dukungan dan masukan dalam proses pembelajaran di
Sanata Dharma
10. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang turut
membantu dan memberikan dukungan selalu dalam penelitian ini
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, Penulis memohon
maaf atas segala kekurangan yang ada dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis
berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Isi
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing .............................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Halaman persembahan ........................................................................................... iv
Halaman motto .........................................................................................................v
Pernyataan keaslian karya ...................................................................................... vi
Pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan Akademis ..... vii
Abstrak ................................................................................................................. viii
Abstract .................................................................................................................. ix
Kata Pengantar .........................................................................................................x
Daftar tabel.............................................................................................................xv
Daftar gambar ...................................................................................................... xvi
Lampiran ............................................................................................................ xviii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Batasan Masalah ..........................................................................................3
D. Batasan Istilah ..............................................................................................3
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................4
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................4
Bab II Kajian Teori ..................................................................................................5
A. Paparan Teori ...............................................................................................5
1. Kebudayaan..........................................................................................5
2. Etnomatematika ...................................................................................6
3. Enam Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop ..................9
4. Pentingnya Etnomatematika untuk Pembelajaran Matematika .........11
5. Batik Wijirejo.....................................................................................13
6. Masyarakat Desa Wijirejo, Bantul, D.I. Yogyakarta .........................15
7. Isometri ..............................................................................................16
a. Translasi .............................................................................................16
b. Refleksi ..............................................................................................16

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Rotasi .................................................................................................17
d. Glide-reflection ..................................................................................17
8. Teori Grup ..........................................................................................18
9. Grup Simetri.......................................................................................21
10. Wallpaper Group ................................................................................23
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................30
1. Penelitian oleh Lalu Alwan Junaidi (2015) .......................................30
2. Penelitian oleh Haryanto, dkk (2016) ................................................31
3. Penelitian oleh Nur Rusliah (2016)....................................................31
C. Kerangka Berpikir ......................................................................................32
Bab III Metode Penelitian ......................................................................................34
A. Jenis Penelitian...........................................................................................34
B. Subjek Penelitian .......................................................................................34
C. Objek Penelitian .........................................................................................34
D. Waktu Penelitian ........................................................................................35
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................35
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................36
G. Teknik Analisa Data ..................................................................................36
H. Prosedur Penelitian ....................................................................................38
BAB IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan Penelitian ....................................41
A. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................................41
B. Deskripsi Data ............................................................................................42
C. Analisis dan Pembahasan ...........................................................................48
1. Analisi Pola dan Motif dari beberap Batik di Wijirejo ......................48
a. Batik Topo .........................................................................................48
b. Batik Adhinata ...................................................................................54
c. Batik Tugiran .....................................................................................58
d. Motif Batik Bantul .............................................................................64
2. Analisis Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop ............66
a. Analisis Aktivitas Counting ..............................................................66
b. Analisis Aktivitas Measuring ...........................................................75
c. Analisis Aktivitas Playing .................................................................78

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Analisis Aktivitas Explaining ...........................................................80


e. Analisis Aktivitas Locating ...............................................................82
f. Analisis Aktivitas Designing and Building .......................................85
D. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................91
BAB V PENUTUP ................................................................................................92
A. Kesimpulan ................................................................................................92
1. Motif Batik di Wijirejo ......................................................................92
2. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop ..........................92
B. Saran ..........................................................................................................93
1. Bagi pendidik .....................................................................................93
2. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................94
Daftar Pustaka ........................................................................................................95

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Lattice, generator, dan point group dari ke-17 wallpaper groups ........................25
Tabel 4. 1 Wallpaper Group Batik Wijirejo..........................................................................65
Tabel 4. 2 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Perkiraan Waktu ...................................66
Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Perkiraan Waktu ....................................67
Tabel 4. 4 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Perkiraan Waktu ....................................67
Tabel 4. 5 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Upah .....................................69
Tabel 4. 6 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Upah .....................................70
Tabel 4. 7 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Upah .....................................71
Tabel 4. 8 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Harga ....................................72
Tabel 4. 9 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Harga ....................................73
Tabel 4. 10 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Harga ..................................73
Tabel 4. 11 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Ukuran .................................................75
Tabel 4. 12 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Ukuran .................................................76
Tabel 4. 13 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Ukuran .................................................76
Tabel 4. 14 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Strategi Pembuatan Batik ....................78
Tabel 4. 15 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Startegi Pembuatan Batik ....................79
Tabel 4. 16 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Strategi Pembuatan Batik ....................79
Tabel 4. 17 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Makna Batik.........................................80
Tabel 4. 18 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Makna Batik.........................................80
Tabel 4. 19 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Makna Batik.........................................81
Tabel 4. 20 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................82
Tabel 4. 21 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................82
Tabel 4. 22 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................83
Tabel 4. 23 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Lokasi Kerja.........................................83
Tabel 4. 24 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Lokasi Kerja.........................................84
Tabel 4. 25 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Lokasi Kerja.........................................85
Tabel 4. 26 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Pembuatan Pola ...................................86
Tabel 4. 27 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Pembuatan Pola ...................................86
Tabel 4. 28 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Pembuatan Pola ...................................88

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ilustrasi Translasi ................................................................................................ 16


Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi ................................................................................................. 16
Gambar 2. 3 Ilustrasi Rotasi..................................................................................................... 17
Gambar 2. 4 Ilustrasi Glide-reflection ..................................................................................... 18
Gambar 2. 5 Ilustrasi Grup Aksi 1 ........................................................................................... 19
Gambar 2. 6 Ilustrasi 2 ............................................................................................................. 20
Gambar 2. 7 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐶4 ........................................... 22
Gambar 2. 8 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4........................................... 22
Gambar 2. 9 Pola Batik yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4 ...................................... 23
Gambar 2. 10 Pola batik yang isomorfis dengan suatu wallpaper group................................. 24
Gambar 2. 11 Lima lattice yang mungkin di 𝑅2 (Schattschneider) ......................................... 25
Gambar 2. 12 Pola batik yang isomorfis dengan p1 ................................................................ 27
Gambar 2. 13 Pola Batik yang isomorfis dengan pm .............................................................. 27
Gambar 2. 14 Pola batik yang isomorfis dengan pmm ............................................................ 28
Gambar 2. 15 Pola batik yang isomorfis dengan p4m ............................................................. 28
Gambar 2. 16 Flowchart untuk mengidentifikasi wallpaper group suatu wallpaper pattern ... 29
Gambar 2. 17 Bagan Kerangka Berpikir.................................................................................. 33
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 40
Gambar 4. 1 Motif Topo1 ........................................................................................................ 49
Gambar 4. 2 Analisis Motif Topo1 .......................................................................................... 49
Gambar 4. 3 Motif Topo2 ........................................................................................................ 50
Gambar 4. 4 Analisis Motif Topo2 .......................................................................................... 50
Gambar 4. 5 Motif Topo3 ........................................................................................................ 51
Gambar 4. 6 Analisis Motif Topo3 .......................................................................................... 51
Gambar 4. 7 Motif Topo4 ........................................................................................................ 52
Gambar 4. 8 Motif Topo5 ........................................................................................................ 52
Gambar 4. 9 Analisis Motif Topo5 .......................................................................................... 53
Gambar 4. 10 Motif Topo6 ...................................................................................................... 53
Gambar 4. 11 Analisis Motif Topo6 ........................................................................................ 54
Gambar 4. 12 Motif Adhinata1 ................................................................................................ 54
Gambar 4. 13 Motif Adhinata2 ................................................................................................ 55
Gambar 4. 14 Analisis Motif Adhinata2 .................................................................................. 55
Gambar 4. 15 Motif Adhinata3 ................................................................................................ 56
Gambar 4. 16 Analisis Motif Adhinata3 .................................................................................. 56
Gambar 4. 17 Motif Adhinata4 ................................................................................................ 57
Gambar 4. 18 Analisis Motif Adhinata4 .................................................................................. 57
Gambar 4. 19 Motif Adhinata5 .............................................................................................. 58
Gambar 4. 20 Motif Adhinata6…………………………………………………………… 45
Gambar 4. 21 Motif Adhinata7 ................................................................................................ 58
Gambar 4. 22 Motif Tugiran1 .................................................................................................. 59
Gambar 4. 23 Analisis Motif Tugiran1 .................................................................................... 59

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Gambar 4. 24 Motif Tugiran2 .................................................................................................. 60


Gambar 4. 25 Analisis Motif Tugiran2 .................................................................................... 60
Gambar 4. 26 Motif Tugiran3 .................................................................................................. 61
Gambar 4. 27 Analisis Motif Tugiran3 .................................................................................... 61
Gambar 4. 28 Motif Kawung Prabu ......................................................................................... 62
Gambar 4. 29 Analisis Motif Kawung Prabu........................................................................... 62
Gambar 4. 30 Motif Kawung Sen ............................................................................................ 63
Gambar 4. 31 Analisis Motif Kawung Sen .............................................................................. 63
Gambar 4. 32 Motif Kawung Kopi Pecah ............................................................................... 63
Gambar 4. 33 Analisis Motif Kawung Kopi Pecah ................................................................. 64
Gambar 4. 34 Motif Ceplok Kembang Kate .......................................................................... 64
Gambar 4. 35 Analisis Ceplok Kembang Kates ………………………………………… . 52
Gambar 4. 36 Motif Ceplok Kembang Kates .................................................................... 65
Gambar 4. 37 Analisis Ceplok Kembang Kates………………………………………… … 53
Gambar 4. 38 Pola Batik yang dibuat S3 ................................................................................. 89

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ............................................................................................ 98


Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian ............................................................................... 99
Lampiran 3: Pedoman Wawancara ....................................................................................... 100
Lampiran 4: Instrumen Wawancara ...................................................................................... 102
Lampiran 5: Profil Subjek Penelitian .................................................................................... 103
Lampiran 6: Transkripsi Data S1 .......................................................................................... 104
Lampiran 7: Transkripsi Data S2 .......................................................................................... 108
Lampiran 8: Transkripsi Data S3 .......................................................................................... 112
Lampiran 9: Algoritma Brian Sanderson .............................................................................. 116
Lampiran 10: Peta Desa Wijirejo .......................................................................................... 117

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika tanpa disadari sudah menjadi bagian dalam kehidupan

manusia. Kegiatan menghitung, menafsirkan, memprediksi, pemetaan, pola,

dan graph, semuanya telah ada dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia,

bahkan dapat dikatakan telah menjadi suatu budaya dalam suatu kelompok

masyarakat. Namun sayangnya dalam proses pembelajaran matematika secara

formal justru matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit

dimengerti, karena sulit ditemukan kaitan konsep matematika dengan

kehidupan sehari-hari. Pandangan itu tentunya keliru karena matematika

terbentuk dari aktivitas manusia itu sendiri.

Untuk dapat melihat kaitan matematika dengan budaya kehidupan

sehari-hari ada suatu pandangan berkenaan dengan hal itu yaitu

Etnomatematika. Etnomatematika dicetuskan pertama kali oleh D’Ambrosio

(dalam Rosa dan Orey, 2011), “the mathematical practices of identifiable

cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found

in any culture”. Di mana etnomatematika mempelajari matematika yang

ditemukan pada suatu budaya kelompok masyarakat.

Salah satu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah batik.

Batik merupakan suatu kain bergambar (memiliki motif atau pola tertentu) yang

pembuatannya khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu

dan diolah dengan suatu proses tertentu. Tentunya setiap daerah di Indonesia

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memiliki bentuk atau pola batik yang berbeda. Oleh karena itu peneliti ingin

melihat suatu konsep matematika yang dapat ditemukan pada batik, khususnya

motif-motif batik yang terdapat di Desa Wijirejo, Bantul. Selain itu aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan pembatik dalam proses pembatikan tanpa disadari

terdapat aktivitas matematika di dalamnya. Melihat dari aktivitas matematis

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan membantu siswa dalam

melihat penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Mempelajari matematika melalui budaya atau kegiatan yang nyata

dialami oleh siswa dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan tentunya

siswa dapat menghargai budaya yang ada. Bahkan untuk siswa yang berbeda

budaya dapat menghargai dan menghormati perbedaan budaya yang ada. Hal

ini mungkin karena dengan etnomatematika siswa dapat mempelajari

matematika secara lebih bermakna dan mendalam. Senada dengan pernyataan

D’Ambrosio (dalam Brandt dan Chernoff, 2014) through ethnomathematics, we

can help students find success in school and in life because the fundamental

values of ethnomathematics include respect for the other, solidarity with the

other, and cooperation with the other. Oleh karena itu peneliti ingin melihat

apakah kegiatan yang terjadi di dalam proses pembatikan dan motif-motif batik

yang dibuat dapat digunakan sebagai contoh dalam pembelajaran matematika

di kelas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah motif batik Wijirejo dapat dikelompokkan bedasarkan

bentuk pola secara geometris dalam kajian wallpaper group?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bagaimana aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terjadi

pada kegiatan industri batik di desa Wijirejo?

C. Batasan Masalah

1. Bentuk Etnomatematika yang dipilih adalah pola Batik Wijirejo

berdasarkan bentuk, simbol, dan pola geometris di tinjau dari aspek

wallpaper group

2. Aktivitas fundamental matematis yang diteliti adalah aktivitas fundamental

matematis menurut Bishop

3. Penelitian dilakukan di Desa Wijirejo, Pandak, Bantul, D.I. Yogyakarta

D. Batasan Istilah

1. Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai ide matematika yang

ditemukan pada setiap budaya

2. Batik adalah suatu kain bergambar (memiliki motif atau pola tertentu) yang

pembuatannya khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada

kain itu dan diolah dengan suatu proses tertentu

3. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop yaitu counting (aktivitas

menghitung, mencacah, maupun menaksir suatu hal), measuring (aktivitas

mengukur atau membandingkan dua obyek atau lebih), playing (aktivitas

dalam merencanakan suatu strategi dalam memenangkan suatu permainan),

explaining (aktivitas dalam menjelaskan suatu makna dari suatu simbol atau

lambang), locating (aktivitas menentukan lokasi atau penugasan), dan

designing and building (aktivitas merancang suatu hal dapat berupa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bangunan, motif kain, motif dinding, dan sebagainya serta aktivitas dalam

merealisasi rancangan yang telah dibuat)..

E. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk dapat melihat dan

mengidentifikasi secara geometris pola batik yang terdapat di Desa Wijirejo dan

aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada industri batik di Wijirejo

berdasarkan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui pola geometris yang terdapat pada Batik Wijirejo sehingga

dalam pembelajaran matematika di sekolah dapat lebih mudah dipahami

oleh siswa karena nyata di kehidupan sehari-hari

2. Memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran matematika dapat

mengambil contoh dari hal yang nyata yang ada di kehidupan sehari-hari

misalkan batik dan aktivitas membuat batik

3. Dapat menunjukkan adanya keterkaitan matematika dengan budaya yaitu

geometri dengan pola Batik Wijirejo

4. Dapat menunjukkan adanya aktivitas fundamental matematis pada kegiatan

produksi batik

5. Dapat dijadikan acuan dalam pembuatan penelitian yang sejenis dalam

mengungkap keterkaitan antara matematika dengan budaya yang terdapat

pada suatu kelompok masyarakat tertentu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Paparan Teori

1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi bagian

dari suatu masyarakat yang diperoleh dari proses kehidupan di suatu

kelompok masyarakat serta berdampak dalam kehidupan di masyarakat

tersebut. Menurut Tyler (dalam Gusfield, 2006) definisi kebudayaan adalah

“that complex whole which includes knowledge, belief, art, moral, costum,

and any other capabilities and habits acquired by man as a member of

society.” Selanjutnya Gusfield (2006) menambahkan bahwa kebudayaan

menurut Tyler mencakup dua elemen yaitu sesuatu yang membedakan suatu

kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya dan suatu konsep yang

diperoleh atau perilaku yang dipelajari oleh suatu kelompok masyarakat.

Melihat dari pendapat Tyler salah satu hal yang termasuk dalam

kebudayaan adalah seni. Seni yang terdapat di dalam suatu kelompok

masyarakat berbagai macam, seperti musik, tarian, maupun benda-benda

hasil karya manusia. Hal ini berkesinambungan dengan pendapat

Koentjaraningrat (1979) mengenai salah satu wujud kebudayaan yaitu

benda-benda sebagai karya manusia. Salah satu contoh seni yang berupa

hasil karya manusia yaitu motif/pola yang dibuat di atas kain yaitu batik.

Oleh karena itu batik dapat disebut sebagai wujud dari budaya.

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Etnomatematika

Pengertian awal mengenai etnomatematika menurut D’Ambrosio

(dalam Rosa dan Orey, 2011) adalah the mathematical practices of

identifiable cultural groups and may be regarded as the study of

mathematical ideas found in any culture, atau dengan kata lain adalah suatu

kegiatan matematika untuk mengidentifikasi suatu kelompok budaya dan

dapat dianggap sebagai studi mengenai ide matematika yang ditemukan

pada setiap budaya (kebudayaan). Selanjutnya D’Ambrosio (dalam Rosa

dan Orey, 2011) menyatakan bahwa, Ethnomathematics is used to express

the relationship between culture and mathematics, dengan begitu

etnomatematik dapat pula diartikan sebagai suatu pernyataan untuk

menunjukkan hubungan diantara budaya (kebudayaan) dan matematika,

bahwa keduanya saling berkaitan satu sama lain.

Barton (dalam Rosa dan Orey, 2011) menyampaikan bahwa

etnomatematika sebagai program that investigates the ways in which

different cultural groups comprehend, articulate, and apply concepts and

practices that can be identified as mathematical practices, berdasarkan hal

itu etnomatematika menyelidiki cara-cara pada suatu kelompok budaya

yang berbeda dalam memahami, mengartikulasikan, dan menerapkan

konsep serta praktik yang dapat diidentifikasi sebagai praktik matematika.

Borda (dalam Rosa dan Orey, 2011) mendeskripsikan ethnomathematics

sebagai a way in which people from a particular culture use mathematical

ideas and concepts for dealing with quantitative, relational, and spatial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

aspects of their lives, berdasarkan pendapat Borda etnomatematika

merupakan suatu jalan atau cara di mana ide (konsep) matematika dipakai

dalam menjalankan setiap aspek dalam kehidupan di suatu budaya. Kedua

pendapat diatas menunjukkan bahwa setiap orang bersinggungan langsung

dengan matematika, di mana pemikiran atau ide matematika dalam suatu

kebudayaan diwariskan dalam kehidupan mereka. Berdasarkan hal itu tanpa

disadari matematika sudah dipakai dan diwariskan dalam kehidupan

manusia di setiap kebudayaan.

Ketiga pernyataan di atas yang disampaikan oleh D’Ambrosio,

Barton, dan Borda, menunjukkan bahwa matematika ada dan

berkembangkan dalam kehidupan suatu kelompok budaya. Ide matematika

yang ada dapat ditemukan dalam aktivitas masyarakat ketika melakukan

kegiatan sehari-hari, maupun dari wujud budaya lainnya. Contoh dalam

aktivitas sehari-hari seperti penentuan rute pelayaran berdasarkan posisi

benda langit, penghitungan harta kepemilikian, penentuan luas tanah, dan

aktivitas matematis lain yang ditemukan. Wujud budaya yang dapat

ditemukan ide matematika seperti pola pada kain, simpul, hasil kerajinan,

serta wujud budaya lain yang dapat ditemukan konsep matematika

didalamnya. Oleh karena itu, etnomatematika yang akan dijadikan acuan

oleh peneliti adalah suatu studi mengenai ide matematika yang dapat

ditemukan pada setiap budaya, khususnya di dalam penelitian ini adalah

budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Etnomatematika juga dapat membantu peserta didik untuk dapat

lebih memahami matematika, Petterson (dalam Katsap dan Silverman,

2016) mengusulkan empat area topik di mana peserta didik dapat

menemukan kaitan matematika dengan penggunaan matematika, keempat

hal itu adalah connecting math to students’ lives, linking math and issues of

equality, using math to uncover stereotypes, dan using math to understand

history.

Menurut Suwarsono (2015) ada beberapa hal yang dikaji di dalam

etnomatematika yaitu:

a. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan

keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok-

kelompok bangsa, suku, ataupun kelompok masyarakat

b. Perbedaan ataupun kesamaan dalam hal-hal yang bersifat

matematis antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok

masyarakat lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang

perbedaan atau kesamaan tersebut

c. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu

kelompok atau beberapa kelompok masyarakat tertentu,

misalnya cara berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan

sebagainya, yang ada kaitannya dengan matematika

d. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada

kaitannya dengan matematika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Enam Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop

Bishop (dalam Ada dan Silverman, 2016) mengidentifikasi 6 aspek

di mana matematika muncul atau berkembang secara alami dalam

kehidupan masyarakat. Keenam aspek tersebut yaitu:

a. Counting (Perhitungan)

Aktivitas counting dalam masyarakat-masyarakat

awal muncul atau berkembang karena kebutuhan masyarakat

untuk membuat catatan berdasarkan harta kepemilikan

mereka. Misalkan dalam kepemilikan hewan ternak

diibaratkan sebagai korespondensi satu-satu antara hewan

ternak dengan batu, satu hewan dapat diwakilkan dengan

satu batu, begitupula dengan hewan ternak yang lain juga

diwakilkan dengan satu batu.

b. Measuring (Pengukuran)

Awalnya aktivitas ini dimulai dengan

membandingkan antara dua obyek lalu kemudian

berkembang menjadi banyak obyek. Contoh dari aktivitas ini

adalah mengukur panjang, lebar, luas, volum, berat, suhu,

kecepatan, dan waktu.

c. Locating (Lokasi)

Dalam kehidupan sehari-hari pada masa ketika

manusia berburu tentunya waktu itu kelompok yang berburu

memikirkan di mana tempat yang cocok untuk berburu, hal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

ini merupakan contoh aktivitas locating yang berkembang

pada saat itu. Selain itu aktivitas lain yang termasuk locating

misalkan penentuan arah kompas, rute yang dilalaui dari

suatu tempat ke tempat lain, penentuan arah dengan

menggunakan benda langit, dsb.

d. Desinging and Building (Merancang dan Membangun)

Menurut Bishop aktivitas building tidak terlepas dari

adanya aktivitas designing. Aktivitas ini dapat dijumpai

disekitar kita misalkan bentuk atap yang beranekaragam,

bangunan tinggi dan rendah, benda dengan berbagai macam

bentuk, pola-pola yang kita jumpai dalam kain di berbagai

tempat, dsb.

e. Playing (Bermain)

Masyarakat di berbagai budaya memiliki permainan

yang berkembang di masyarakat itu dan dimainkan dalam

kehidupan sehari-hari. Banyak permainan menggunakan

papan yang berbentuk geometris, seperti persegi,

belahketupat, atau benuk gemoteris lainnya. Apapun

permainannya, pemain yang bermain dalam suatu permainan

didorong untuk dapat mengatur strategi berpikir,

memprediksi, dan mengantisipasi pergerakan lawan. Hal-hal

itu merupakan bagian dari akivitas matematika pada

aktivitas playing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

f. Explaining (Penjelasan)

Baik secara formal maupun informal, pemahaman

akan suatu informasi bergantung kepada pengaturan dan

interpretasi data/informasi. Aktivitas ini menjelaskan suatu

hal dan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan

pemahaman akan pola, grafik, simbol, contoh lainnya adalah

memberikan arahan untuk menuju suatu tempat dari tempat

lain.

Keneman aktivitas diatas menunjukkan secara alami bahwa

matematika berkembang secara berkelanjutan dalam kehidupan manusia.

4. Pentingnya Etnomatematika untuk Pembelajaran Matematika

Mengutip pernyataan Ascher dan D’Ambrosio (dalam Brandt dan

Chernoff, 2014), Not only does the word ‘math’ conjure up bad memories

for many people, but most have grown to understand and interpret math in

only one way – a Eurocentric way of knowing. Based mainly on Greek texts,

Eurocentric math has become the de facto standard way of understanding

the world of math. Berdasarkan pernyataan tersebut, banyak pembelajaran

di kelas menggunakan pemahaman yang mengarah kepada cara pemahaman

matematika yang eurosentris. Padahal matematika sejatinya dapat

ditemukan dalam kehidupan serta kebudayaan yang ada di berbagai tempat.

Sehingga ada banyak cara dalam membelajarkan matematika di kelas, yang

dapat disesuaikan dengan budaya yang ada di sekitar. Selanjutnya Brand

dan Chernoff (2014) mengungkapan, Ethnomathematics holds the potential


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

to bring to our students multicultural views of mathematics that will

challenge and support the mathematical practices and ideas brought forth

by the Eurocentric method. Merujuk dari Brand dan Cheroff,

ethnomatematika memiliki potensi untuk memberikan banyak cara dalam

mempelajari matematika. Sehingga siswa dapat mempelajari matematika

dengan berbagai macam cara yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-

hari maupun budaya yang ada di suatu masyarakat.

Bishop (dalam Rosa & Orey, 2011) mengungkapkan misi dari

etnomatematika, dia mengungkapkan the mission of the ethnomathematics

program is to acknowledge that there are different ways of doing

mathematics by considering the appropriation of the academic

mathematical knowledge developed by different sectors of the society as

well as by considering different modes in which different cultures negotiate

their mathematical practices. Sama seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, etnomatematika membuka cara pandang baru dalam

mempelajari matematika. Di mana dalam pembelajaran matematika dengan

etnomatematika lebih menggunakan kegiatan matematika yang ada dan

ditemukan dalam kehidupan maupun kebiasaan sehari-hari yang ada di

suatu masyarakat. Mempelajari matematika dengan mengaitkan budaya

atau kegiatan sehari-hari dapat membantu siswa untuk menghargai budaya

yang ada serta dapat menghargai perbedaan budaya yang ada di sekitar

mereka. Sejatinya etnomatematika dapat membantu siswa untuk merasakan

hal itu yaitu menghargai perbedaan budaya yang ada, seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

diungkapkan D’Ambrosio (dalam Brand dan Chernoff, 2014), through

ethnomathematics, we can help students find success in school and in life

because the fundamental values of ethnomathematics include respect for the

other, solidarity with the other, and cooperation with the other.

5. Batik Wijirejo

Batik merupakan bentuk dari wujud budaya berupa motif-motif pada

kain yang dihasilkan sebagai wujud dari benda hasil karya manusia.

Beberapa wilayah di Indonesia memiliki motif yang beragam yang

dipengaruhi pula oleh kondisi yang ada di masing-masing daerah,

begitupula di Yogyakarta. Mengutip dari

https://gpswisataindonesia.info/2016/11/batik-bantul, perkembangan batik

di Yogyakarta khususnya di Bantul mulai tumbuh ketika Keraton

Yogyakarta mulai membangun Makam Raja-Raja di Imogiri pada abad ke-

16. Dengan berdirinya Makam Raja-Raja Imogiri terjadilah interaksi antara

Keraton dengan masyarakat. Keterampilan dan kemampuan dari putri dan

abdi dalem dalam hal membatik kemudian ditiru oleh masyarakat setempat,

hal inilah yang kemudian menjadi bagian dalam kebiasaaan dan kebudayaan

masyarakat di Bantul, termasuk pula wilayah Desa Wijirejo.

Masyarakat Desa Wijirejo sendiri mulai mengembangkan motif-

motif baru dari motif yang sebelumnya sudah ada. Pengembangan motif-

motif baru ini mungkin karena di di desa ini terdapat beberapa pengrajin

batik, dari pengrajin-pengrajin ini munculah beberapa motif-motif baru dan

ada motif modifikasi dari motif-motif batik yang sudah ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

menjadikan motif-motif tersebut menjadi batik khas Wijirejo. Motif-motif

yang khas diantaranya Kawung Ndil, Parang Klitik, Parang Teri Latar Putih,

Alas-alasan, Tugiran, Kreasi Moif Batik Ayu, dan beberapa kreasi motif

batik di setiap toko baik di Wijirejo. Untuk Motif batik Alas-alasan,

Tugiran, dan Ayu dengan banyak variasi motif untuk motif-motifnya.

Menurut Pramono (1995) batik dapat dibedakan dari motif dan

warnanya. Batik Yogya termasuk batik pedalaman (vorstenlanden) di mana

motif batik ini lebih bersifat simbolik, filosofis, dan arti-arti magis yang ada

maknanya, serta motif diciptakan dari hasil pengamatan alam sekitarnya dan

bersifat monumental. Warna pada motif Batik Yogya lebih bersifat

sederhana, mistis, di mana untuk Batik Yogya (tradisional) warna hanya ada

tiga unsur yaitu coklat (api), biru atau hitam (tanah), dan putih (udara).

Ketiganya berarti simbol atau sumber hidup.

Pada zaman dahulu penggunaan motif batik didasarkan pada

aktivitas yang akan dilakukan. Kuswadji (dalam Pramono, 1995)

menyatakan bahwa motif parang rusak hanya diperbolehkan dipakai oleh

bangsawan tinggi, pemakaiannyapun hanya untuk upacara kenegaraan.

Motif ini memiliki makna agar manusia di dalam hidupnya dapat

mengendalikan nafsunya, sehingga mempunyai watak dan perilaku yang

luhur. Begitupula dengan motif kawung, yang pada waktu itu hanya boleh

dipakai oleh golongan rakyat tertentu. Pramono (1995) menyebutkan

beberapa motif yang dipakai dalam upacara keagamaan yaitu motif Semen

Gedhe, Sawat Gurda, Semen Rule, dan Semen Panca Murti. Diantara motif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

batik tradisional yang ada dan biasa dipakai oleh masyarakat luas adalah

motif Semen Rama, di mana motif ini melambangkan kesetiaan seorang

istri.

6. Masyarakat Desa Wijirejo, Bantul, D.I. Yogyakarta

Menurut informasi dari website desa pada

http://wijirejo.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/6-Sejarah-Singkat-

Desa-Wijirejo, Desa Wijirejo secara resmi berdiri pada tanggal 2 November

1946, Desa Wijirejo merupakan penggabungan dari Kelurahan Kauman

Lama dan Kelurahan Gesikan Lama. Sejarah berdirinya Desa Wijirejo tidak

dapat dilepaskan dari keberadaan Makamsewu, yang di mana terdapat

makam Panembahan Bodho dan Nyai Brintik.

Wijirejo sebagai desa pertanian terlihat dari bangunan sumur bawah

tanah yang melintang dari Gesikan, Bergan, Ngeblak, Pedak dan berlanjut

ke Desa Sendangsari dan masih berfungsi sampai saat ini. Perkembangan

perekonomian masyarakat setelah kemerdekaan Indonesia mulai pesat sejak

tahun 1970-an di mana kemudian saat ini Wijirejo sebagai salah satu sentra

kerajinan batik di D.I. Yogyakarta.

Desa Wijirejo dibagi menjadi 10 (sepuluh) dusun, yaitu :

1. Dusun Pandak 6. Dusun Ngeblak

2. Dusun Bajang 7. Dusun Pedak

3. Dusun Gesikan 3 8. Dusun Kauman

4. Dusun Gesikan 4 9. Dusun Gedongsari

5. Dusun Bergan 10. Dusun Kwalang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

7. Isometri

Suatu transformasi pada bidang didefinisikan sebagai fungsi bijektif

dari ℝ2 ke ℝ2 . Sedangkan isometri didefinisikan sebagai transformasi yang

mempertahankan jarak, yaitu untuk ∀𝑃,𝑄 ∈ ℝ2 , |𝑃𝑄| = |𝑓(𝑃)𝑓(𝑄)| .

Dalam ℝ2 terdapat empat jenis isometri yaitu:

a. Translasi

Transformasi S: ℝ𝟐 → ℝ𝟐 disebut translasi (pergeseran) bila

terdapat ⃑⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑ , sedemikian


𝑨𝑩, yang merepresentasikan vektor 𝒗

⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑ =
sehingga untuk setiap titik P ∈ ℝ𝟐 , 𝑺(𝑷) = 𝑷′ dengan 𝑷𝑷′

⃑⃑⃑⃑⃑⃑ . Pergeseran ini dapat ditulis sebagai 𝑺⃑⃑⃑⃑⃑⃑ atau 𝑺𝒗⃑ .


𝑨𝑩 𝑨𝑩

𝑣̅ B P’
A P
Gambar 2. 1 Ilustrasi Translasi

b. Refleksi

A’

B
A

Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi

Refleksi (pencerminan) terhadap garis s adalah fungsi

𝑀𝑠 : ℝ2 → ℝ2 yang memenuhi:

1) Untuk setiap B pada s, 𝑀𝑠 (𝐵) = 𝐵


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2) Untuk setiap A di luar s, 𝑀𝑠 (𝐴) = 𝐴′ , sedemikian

sehingga s adalah bisektor tegak lurus bagi ̅̅̅̅̅


𝐴𝐴′ .

Pada skripsi ini pencerminan terhadap suatu garis misal garis

𝑙, akan dilambangkan dengan b, di mana 𝑏 = 𝑀𝑙

c. Rotasi

Rotasi (putaran) terhadap titik P dengan sudut 𝜃, dan

dilambang sebagai 𝑅𝑃,𝜃 , ialah fungsi 𝑅𝑃,𝜃 : ℝ2 → ℝ2 yang

memenuhi:

1) 𝑅𝑃,𝜃 (𝑃) = 𝑃

2) 𝑅𝑃,𝜃 (𝐴) = 𝐴′ dengan 𝑃𝐴′ = 𝑃𝐴 , 𝑚∠𝐴𝑃𝐴′ = 𝜃

Titik P disebut pusat rotasi dan 𝜃 disebut sudut putar. Sudut

𝜃 positif bila arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam.

Pada skripsi ini 𝑅𝑃,𝜃 juga akan dilambangkan dengan a.

A’ A

P
Gambar 2. 3 Ilustrasi Rotasi

d. Glide-reflection

Misalkan 𝑆𝑣⃑ : ℝ2 → ℝ2 adalah suatu translasi yang

ditentukan oleh vektor 𝑣, garis 𝑙 adalah garis yang arahnya

ditentukan oleh 𝑣, dan 𝑀𝑙 : ℝ2 → ℝ2 merupakan refleksi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

terhadap garis 𝑙. Glide-reflection merupakan komposisi dari

translasi 𝑆𝑣⃑ dan refleksi 𝑀𝑙 , dan dinotasikan sebagai: 𝐺 = 𝑆𝑣⃑ ∘

𝑀𝑙 (𝐴) = 𝑆𝑣⃑ (𝐴′ ) = 𝐴′′ .

𝑣
A’ A’’

Gambar 2. 4 Ilustrasi Glide-reflection

8. Teori Grup

Sebelum melanjutkan pembahasan ke grup simetri akan dibahas

secara singkat beberapa konsep dalam teori grup yang akan dipakai dalam

skripsi ini.

Misalkan 𝐺, grup dibawah operasi ∗ dan 𝐺̅ , grup dibawah operasi #,

fungsi 𝜙: 𝐺 → 𝐺̅ disebut homomorfisma jika memenuhi 𝜙(𝑎 ∗ 𝑏) =

𝜙(𝑎)#𝜙(𝑏), ∀𝑎,𝑏 ∈ 𝐺. Jika 𝜙 adalah fungsi bijektif maka 𝜙 disebut

isomorfisma. Jika ada isomorfisma dari 𝐺 ke 𝐺̅ , maka dapat dikatakan

bahwa 𝐺 dan 𝐺̅ isomorfis dan dapat ditulis 𝐺 ≈ 𝐺̅ .

Diberikan grup G dan himpunan tidak kosong S. Aksi grup G pada

himpunan S adalah sebuah fungsi ∗: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆 sedemikian sehingga:

a) 𝑒 ∗ 𝑠 = 𝑠, ∀𝑠 ∈ 𝑆

elemen e adalah elemen identitas dalam grup G


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

b) (𝑔1 𝑔2 ) ∗ 𝑠 = 𝑔1 ∗ (𝑔1 ∗ 𝑠), ∀𝑠 ∈ 𝑆 dan ∀𝑔1 ,𝑔2 ∈ 𝐺

Jika terdapat aksi dari grup G terhadap S maka dapat dikatakan S

adalah G-set.

Untuk membantu menjelaskan aksi dari suatu grup ke suatu

himpunan tidak kosong akan diberikan dua ilustrasi sebagai berikut:

Ilustrasi 1:

Gambar 2. 5 Ilustrasi Grup Aksi 1

Misalkan 𝑆 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷} seperti yang diperlihatkan gambar 2.5,

dan 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏}, dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙 , serta suatu fungsi ∗

: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆. Perhatikan bahwa:

a) 𝑒 ∗ 𝐴 = 𝐴, 𝑒 ∗ 𝐵 = 𝐵, 𝑒 ∗ 𝐶 = 𝐶, dan 𝑒 ∗ 𝐷 = 𝐷

b) Untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, dipenuhi

𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝐷, dan

𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴) = 𝑎 ∗ 𝐵 = 𝐷.

Jadi 𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴).

Dari ilustrasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa S adalah G-set

atau ∗ adalah aksi grup G pada himpunan S.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Ilustrasi 2:

Gambar 2. 6 Ilustrasi 2

Misalkan 𝑆 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷} di mana anggota-anggota S merupakan

bangun segitiga yang diperlihatkan pada gambar 2.6, dan 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏},

dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙 , serta suatu fungsi ∗: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆.

Perhatikan bahwa:

a) 𝑒 ∗ 𝐴 = 𝐴, 𝑒 ∗ 𝐵 = 𝐵, 𝑒 ∗ 𝐶 = 𝐶, dan 𝑒 ∗ 𝐷 = 𝐷

b) Untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, akan dipenuhi

𝑎𝑏 ∗ 𝐵 = 𝐶 dan 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐵) = 𝑎 ∗ 𝐴 = 𝐶

Sehingga 𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴)

Jadi ilustrasi 2 juga merupakan contoh adanya aksi grup G untuk S,

atau S adalah G-set.

Misalkan H adalah subgrup dari sebuah grup 𝐺 dan 𝑎 ∈ 𝐺,

himpunan 𝑎𝐻 = {𝑎ℎ|ℎ ∈ 𝐻} disebut koset kiri, dan 𝐻𝑎 = {ℎ𝑎|ℎ ∈ 𝐻}

disebut koset kanan dalam G. Jika 𝑎𝐻 = 𝐻𝑎 untuk semua 𝑎 ∈ 𝐺, maka H

adalah subgrup normal dari G.

Misalkan G adalah suatu grup dan H adalah subgrup normal dari G.

Himpunan 𝐺 ⁄𝐻 = {𝑎𝐻 | 𝑎 ∈ 𝐺} beserta operasi * pada G/H, dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

(𝑎𝐻) ∗ (𝑏𝐻) = 𝑎𝑏𝐻, untuk setiap 𝑎𝐻, 𝑏𝐻 ∈ 𝐺/𝐻, merupakan sebuah

grup. Grup tersebut dinamakan grup faktor.

9. Grup Simetri

Gallian (2015) mendefinisikan grup simetri dari suatu bangun pada

bidang sebagai berikut ini:

Misalkan F merupakan himpunan titik-titik di ℝ2 . Grup simetri dari

F di ℝ2 adalah himpunan dari seluruh isometri 𝜌 di ℝ2 yang membawa F

ke F. Isometri-isometri dalam ℝ2 yaitu translasi, rotasi, refleksi, atau glide-

reflection. Perhatikan pula bahwa F dapat direpresentasikan sebagai bangun

geometri di bidang. Oleh karena itu, istilah grup simetri dari suatu bangun

F di ℝ2 adalah masuk akal.

Grup simetri ada yang memiliki anggota berhingga dan ada yang

memiliki anggota tidak berhingga. Grup simetri yang memiliki anggota

berhingga isomorfis dengan grup siklik 𝐶𝑛 atau grup Dihedral 𝐷𝑛 .

Sebuah grup G disebut Grup siklik 𝐶𝑛 jika terdapat 𝑎 ∈ 𝐺 sehingga

G dibangun oleh a, disimbolkan dengan 𝐺 = 〈𝑎〉.

Contoh: Misalkan 𝑎 = 𝑅𝑂,90𝑜 , yaitu rotasi yang berpusat di titik

origin dan dengan sudut putar 90°. Grup 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑎2 , 𝑎3 } adalah salah satu

contoh grup siklik. Gambar 2.7 adalah salah satu contoh bangun yang grup

simetrinya dibangun oleh 𝑎.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Gambar 2. 7 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐶4

Sebuah grup G dinamakan grup Dihedral 𝐷𝑛 jika G dibangun oleh

dua elemen a dan b yang memenuhi sifat:

1) Order dari 𝑎 adalah n

2) Order dari 𝑏 adalah 2, dan

3) bab = 𝑎−1

Contoh: Misalkan a adalah 𝑅𝑂,90𝑜 , dan b adalah 𝑀𝑙 , maka 𝐷 =

〈𝑎, 𝑏〉 = {𝑒, 𝑎, 𝑎2 , 𝑎3 , 𝑏, 𝑎𝑏, 𝑎2 𝑏, 𝑎3 𝑏} adalah 𝐷4 karena order dari 𝑎 adalah

4, order dari 𝑏 adalah 2, dan 𝑏𝑎𝑏 = 𝑎−1 .

Gambar 2. 8 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 adalah bangun-bangun yang grup

simetrinya dibangun oleh 𝑎 dan 𝑏, di mana 𝑎 = 𝑅𝑂,90𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙 , dan

isomorfis dengan 𝐷4 .

Gambar 2. 9 Pola Batik yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4

10. Wallpaper Group

Wallpaper pattern merupakan pola berulang yang memenuhi

bidang. Grup simetri yang terdapat dalam wallpaper pattern dinamakan

wallpaper group. Wallpaper group adalah grup simetri yang tidak

berhingga.

Subgrup translasi dari wallpaper group G, dinotasikan dengan H,

dibangun oleh dua translasi yang vektornya bebas linear, 𝑆𝑢⃑ dan 𝑆𝑣⃑ . Grup

𝐺/𝐻 = 𝑃 adalah grup berhingga, dan disebut sebagai point group dari G.

Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Gambar 2. 10 Pola batik yang isomorfis dengan suatu wallpaper group

Gambar 2.10 merepresentasikan 𝐺 = 〈𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏〉, dengan 𝑎 =

𝑅𝑂,90𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆𝑢⃑ , dan 𝑣 = 𝑆𝑣⃑ . Subgrup translasi 𝐻 = 〈𝑢, 𝑣〉 dan point

grup P = 𝐺/𝐻 ≈ 𝐷4 .

Wallpaper group berkaitan dengan sebuah lattice 𝐿. Lattice 𝐿

didefinisikan sebagai himpunan bagian dari ℝ2 , yaitu himpunan titik-titik,

yang diperoleh dari elemen-elemen grup translasi H pada G yang dikenakan

pada sebuah titik dalam ℝ2 . Dengan kata lain, lattice 𝐿 adalah H-set.

Dapat dikatakan juga bahwa 𝐿 terdiri dari himpunan titik-titik yang

merupakan hasil pemetaan oleh translasi yang vektornya merupakan

kombinasi linear 𝑚𝑢
⃑ + 𝑛𝑣 untuk 𝑚, 𝑛 ∈ ℤ, dari suatu titik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Dengan memandang panjang vektor 𝑢


⃑ dan panjang vektor 𝑣, maka

akan ada lima tipe lattice di ℝ2 . Gambar 2.11 mengilustrasikan lima jenis

lattice pada ℝ2 yaitu jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi

dan segienam beraturan (segitiga samasisi). Kemudian tabel 2.1 menyajikan

ke-17 wallpaper group beserta dengan tipe lattice, point group, dan

generator.

Gambar 2. 11 Lima lattice yang mungkin di 𝑅 2 (Schattschneider)

Tabel 2. 1 Lattice, generator, dan point group dari ke-17 wallpaper


groups
Point
No G Tipe lattice Generator
Group
1 p1 Dua translasi yang vektornya {e}
bebas linear
2 p2 Rotasi 180𝑜 , dua translasi yang 𝐶2
bebas linear
3 pm Refleksi, dua translasi yang 𝐷1
vektornya bebas linear
4 pg Glide-reflection, dua translasi 𝐷1
yang vektornya bebas linear
5 cm Refleksi, Dua translasi yang 𝐷1
vektornya bebas linear
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Point
No G Tipe lattice Generator
Group
Dua refleksi yang berpotongan
6 pmm 𝐷2
dan tegak lurus, dua translasi
yang vektornya bebas linear
Refleksi, glide-reflection yang
7 pmg berpotongan tegak lurus dengan 𝐷2
refleksi, dua translasi yang
vektornya bebas linear
Dua glide-reflection yang
8 pgg berpotongan dan tegak lurus, 𝐷2
dua translasi yang vektornya
bebas linear
Dua refleksi yang berpotongan
9 cmm 𝐷2
dan tegak lurus, dua translasi
yang vektornya bebas linear
10 p4 Rotasi 90𝑜 , dua translasi yang 𝐶4
vektornya bebas linear
Refleksi, Rotasi 90𝑜 , dua
11 p4m 𝐷4
translasi yang vektornya bebas
linear
Glide-reflection, Rotasi 90𝑜 , dua
12 p4g 𝐷4
translasi yang vektornya bebas
linear
13 p3 Rotasi 120𝑜 , dua translasi yang 𝐶3
vektornya bebas linear
Refleksi, Rotasi 120𝑜 , dua
14 p31m 𝐷3
translasi yang vektornya bebas
linear
Refleksi, Rotasi 120𝑜 , dua
15 p3m1 𝐷3
translasi yang vektornya bebas
linear
16 p6 Rotasi 60𝑜 , dua translasi yang 𝐷6
vektornya bebas linear
Refleksi, Rotasi 60𝑜 , dua
17 p6m 𝐷6
translasi yang vektornya bebas
linear

Keterangan:
= Lattice dengan tipe jajargenjang
= Lattice dengan tipe persegipanjang
= Lattice dengan tipe belahketupat
= Lattice dengan tipe persegi
= Lattice dengan tipe segienam beraturan (segitiga samasisi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.12 adalah 𝐺 = 〈𝑢, 𝑣〉 ≈

𝑝1, 𝑢 = 𝑆𝑢⃑ , dan 𝑣 = 𝑆𝑣⃑ , di mana subgrup translasi 𝐻 = 〈𝑢, 𝑣〉 dan 𝐺/𝐻 =

𝑃 ≈ {𝑒}, dan tipe lattice adalah jajargenjang.

Gambar 2. 12 Pola batik yang isomorfis dengan p1

Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.13 adalah 𝐺 =

〈𝑢, 𝑣, 𝑏〉 ≈ 𝑝𝑚, dengan 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆𝑢⃑ , dan 𝑣 = 𝑆𝑣⃑ , di mana subgrup

translasi 𝐻 = 〈𝑢, 𝑣〉 dan 𝐺 ⁄𝐻 = 𝑃 ≈ 𝐷1 = {𝑒, 𝑏}, dan tipe lattice adalah

persegipanjang.

Gambar 2. 13 Pola Batik yang isomorfis dengan pm


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.14 adalah 𝐺 =

〈𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏〉 ≈ 𝑝𝑚𝑚, dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆𝑢⃑ , dan 𝑣 = 𝑆𝑣⃑ , di

mana subgrup translasi 𝐻 = 〈𝑢, 𝑣〉 dan 𝐺 ⁄𝐻 = 𝑃 ≈ 𝐷2 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏}, dan

tipe lattice adalah persegi.

Gambar 2. 14 Pola batik yang isomorfis dengan pmm

Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.12 adalah 𝐺 =

〈𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏〉 ≈ 𝑝4𝑚, dengan 𝑎 = 𝑅0,90𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆𝑢⃑ , dan 𝑣 = 𝑆𝑣⃑ , di

mana subgrup translasi 𝐻 = 〈𝑢, 𝑣〉 dan 𝐺 ⁄𝐻 = 𝑃 ≈ 𝐷4 = 〈𝑎, 𝑏〉, dan tipe

lattice adalah persegi.

Gambar 2. 15 Pola batik yang isomorfis dengan p4m


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Wallpaper group sebuah motif batik ditentukan dengan memperhatikan

karakteristik yang dimiliki oleh motif tersebut. Dalam Ada dan Silverman,

Ethnomathematics of Negev Bedouins’ Exxistence in Forms, Symbols and

Geometric Patterns Part 2 Chapter 6, halaman 74, 2016, diberikan suatu

flowchart untuk menentukan wallpaper group suatu wallpaper pattern.

Flowchart tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.16.

A rotation through an angle of 360°/n is said to have order n.

Gambar 2. 16 Flowchart untuk mengidentifikasi wallpaper group suatu


wallpaper pattern
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Liu and Collins (1998) menyajikan rangkuman karakteristik ke-17

wallpaper group seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian oleh Lalu Alwan Junaidi (2015)

Penelitian yang dilakukan oleh Alwan berjudul Ethnomathematics

Sasak: Geometry Concepts in Community Life Banyumulek West Lombok,

menjelaskan adanya konsep geometri pada gerabah atau pekerjaan tangan

dari tanah liat yang dihasilkan oleh masyarakat Banyumulek, Lombok. Di

mana terdapat konsep geometri yang terdapat pada gerabah Banyumelek

yaitu lingkaran, segitiga, persegi, persegipanjang, elips, polygon, kubus,

bola, limas, kerucut, setengah limas, setengah kerucut, setengah bola,

simetri putar, simetri pencerminan, dan simetri translasi. Selain itu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

masyarakat pengrajin gerabah di Banyumelek memiliki konsep tersendiri

mengenai pola atau bentuk geometri seperti lingkaran, persegi, dan segitiga.

2. Penelitian oleh Haryanto, dkk (2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto berjudul

Ethnomathematics in Arfak (West Papua –Indonesia): Hidden Mathematics

on knot of Rumah Kaki Seribu, menjelaskan adanya konsep geometri

khususnya karakteristik segitiga pada simpul yang digunakan dalam

membangun Rumah Kaki Seribu di Arfak, Papua Barat. Penelitian ini juga

menyarankan ketika pembelajaran matematika di Papua simpul yang

digunakan dalam Rumah Kaki Seribu dapat dijadikan materi pembelajaran

ketika mengajarkan geometri khususnya konsep segitiga.

3. Penelitian oleh Nur Rusliah (2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Nur berjudul Pendekatan

Etnomatematika dalam Permainan Tradisional Anak di Wilayah Kerapatan

Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi, penelitian ini

menjelaskan bahwa dalam permainan tradisonal anak ingkek-ingkek

berhasil membawa materi matematika yaitu materi pengenalan angka,

bangun datar dan probabilitas kedalam dunia keseharian anak yang

menyenangkan, serta sesuai kehidupan sosial budaya di wilayah kerapatan

adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

C. Kerangka Berpikir

Batik merupakan salah satu hasil budaya, bila kita melihat pendapat

Koentjaraningrat, batik masuk di wujud kebudayaan yaitu benda hasil karya

manusia. Oleh karena itu batik dapat dikatakan sebagai budaya yang dihasilkan

oleh suatu kelompok masyarakat. Tentunya batik sudah sangat dekat dengan

kehidupan di kelompok masyarakat tersebut, baik digunakan sebagai baju,

dekorasi, dsb. Begitupula dengan Batik Wijirejo, pola dan motifnya tentu

didasarkan pada suatu hal dan menjadi budaya di masyarakat Wijirejo, baik itu

motif yang asli dari Wijirejo maupun motif hasil modifikasi motif batik yang

sudah ada sebelumnya ataupun modifikasi motif dari daerah lain.

Memandang dari segi etnomatematik sebagai suatu studi untuk

menemukan ide matematik pada suatu wujud budaya (kebudayaan) maka dari

hal itu peneliti ingin melihat adakah unsur matematika di dalam motif ataupun

pola batik. Khususnya peneliti ingin melihat lebih mendalam mengenai motif-

motif Batik Wijirejo bila dikelompokkan secara wallpaper group, yaiu melihat

motif batik berdasarkan sifat-sifat secara transformasi geometri seperti

translasi, refleksi, rotasi, serta translasi-pencerminan.

Bila ditemukan dan dapat dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat yang

dimiliki motif batik sesuai dengan pola di dalam wallpaper group maka ada

konsep matematika di dalam pola batik yang akan diteliti. Oleh karena itu batik

menjadi salah satu bentuk etnomatematik yang ditemui di kehidupan sehari-

hari. Hal ini dapat menjadi pilihan dalam mengajarkan konsep matematika di

kehidupan sehari-hari. Peneliti berpendapat bahwa hal ini dapat lebih


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

memudahkan dan membuat siswa menjadi paham dalam belajara matematika

khususnya ketika belajar mengenai konsep geometri dalam hal ini transformasi

geometri.

Berikut bagan kerangka berpikir yang peneliti buat:

Budaya
(dalam berbagai wujud)

Batik
(salah satu wujud budaya)

Ada konsep matematika yang ditemukan


dalam batik

Adanya keterkaitan antara matematika


dengan budaya

Gambar 2. 17 Bagan Kerangka Berpikir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif, hal ini

karena peneliti ingin menafsirkan suatu fenomena yang merupakan wujud dari

suatu budaya yang terdapat di Desa Wijirejo yakni batik. Melihat dari

pengertian penelitian kualitatif menurut Van Maanen (dalam Merriam, 2009)

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu kesatuan dari teknik-

teknik interpretasi yang mencoba untuk menggambarkan, menyandikan,

menterjemahkan, dan memaknai fenomena yang terjadi secara alami dalam

dunia sosial. Dengan alasan itulah peneliti menggunakan penelitian kualitatif

sebagai jenis penelitian yang peneliti gunakan karena peneliti ingin melihat

fenomena yang ada di masyarakat Wijirejo yaitu batik (sebagai suatu wujud

budaya) serta proses pembuatannya.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian yang akan digunakan adalah tiga orang pemilik

indusri batik dari tiga tempat industri batik di Wijirejo

C. Objek Penelitian

Objek yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah motif-

motif batik yang diproduksi di Desa Wijirejo dan aktivitas matematis yang

terjadi di industri batik di Desa Wijirejo.

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2018. Di

mana penggambilan data di mulai pada awal Maret hingga bulan April tahun

2018. Analisis data dilakukan pada bulan April hingga bulan Mei tahun 2018,

dan penelitian berakhir pada awal bulan Juni tahun 2018.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan adalah wawancara

dan dokumentasi. Wawancara akan dilakukan untuk dapat mengetahui

bagaimana pola batik dibuat, persiapan yang dilakukan untuk dapat menentukan

pola batik, dan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan aktivitas matematika

dalam kegiatan membatik. Tentunya ada pedoman yang dibuat sebagai acuan

dalam memberikan pertanyaan wawancara, namun tidak menutup

kemungkinan akan ada pertanyaan tambahan ketika melakukan wawancara

dengan pembatik Wijirejo.

Teknik dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah

gambar motif-motif batik yang dibuat di industri batik di Wijirejo dan

dokumen-dokumen yang dimiliki oleh industri batik yang diteliti. Dokumen

yang dimaksud seperti brosur, pamflet, dan dokumen lain yang dibuat oleh

industri batik yang diberikan atau disajikan kepada konsumen. Pengamatan juga

akan dilakukan dalam penelitian ini, namun pengamatan yang dilakukan tidak

disusun secara terstruktur. Sehingga pengamatan yang dilakukan peneliti lebih

menunjang dan termuat di dalam wawancara yang dilakukan peneliti. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

dilakukan agar peneliti dapat melihat secara langsung proses membatik yang

dilakukan oleh pembatik di Desa Wijirejo, melihat pola-pola yang dibentuk

serta tahap-tahap pembuatan pola dilihat dari sudut pandang geometris. Baik

motif asli di Desa Wijirejo maupun motif yang telah dimodifikasi.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah peneliti pedoman

wawancara. Peneliti sebagai instrument utama diharapkan peneliti dapat

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, dan membuat

kesimpulan dari temuan yang ditemukan.

Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan

acauan dalam menggali informasi dari pembatik Wijirejo dalam menemukan

informasi mengenai pembuatan dan persiapan dalam membuat pola atau motif

batik. Pengamatan memang dilakukan oleh peneliti, namun pengamatan tidak

disusun secara terstruktur. Pengamatan yang dilakukan akan mendukung

wawancara yang dilakukan dengan kata lain pengamatan akan melengkapi data

wawancara. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 3.

G. Teknik Analisa Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis data dari hasil

wawancara yang dilakukan pada saat kegiatan penelitian. Adapun langkah yang

akan dilakukan dalam menganalisis data menurut Van Maanen (dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Merriam, 2009) yaitu proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

Reduksi data di sini merupakan proses dalam memilih data mana saja

yang relevan dengan tujuan penelitian, sehingga dari hal itu peneliti akan

memilih data-data dari hasil observasi dan wawancara yang dapat digunakan

dalam proses menganalisis data selanjutnya. Data yang akan dipilih adalah data

yang terkait dengan temuan etnomatematik pada pola batik yang dapat

dipandang dari segi geometri, selain itu data lain yang akan dipakai adalah data

yang berkaitan dengan bagaimana proses pembuatan pola batik baik pola asli

maupun pola modifikasi dari pola batik dari daerah lain, serta data-data yang

berkaitan dengan nilai ekonomis batik wijirejo seperti penentuan harga jual.

Penyajian data pada penelitian ini menggunakan penyajian data yang

bersifat deskritif yang diperoleh dari hasil reduksi data. Tahap ini dilakukan

dengan mendeskripsikan pola-pola batik apa saja yang terdapat di Desa

Wijirejo, kemudian mengidentifikasi pola-pola batik itu secara geometris dari

segi sifat kesimetrisannya lebih kepada menganalisis dari segi wallpaper group

maupun bentuk geometri yang dikenal di sekolah.

Tahap terakhir dalam analisa data pada penelitian ini yaitu penarikan

kesimpulan, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penyajian data yang

sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tahap ini bertujuan untuk

dapat mengetahui adakah pola-pola batik di Desa Wijirejo dapat dianalisi dan

dikelompokkan kedalam wallpaper group sehingga dapat dilihat bahwa ada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

kajian matematika yang terdapat pada pola batik di Desa Wijirejo, Pandak,

Bantul.

H. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah

dalam kegiatan penelitian ini. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti

yang pertama adalah tahap adalah melakaukan persiapan, persiapan yang

dimaksud adalah menentukan masalah apa yang akan diteliti yakni melihat

adanya etnomatematik pada pola batik Wijirejo dipandang dari segi geometri.

Pada tahap ini pula peneliti suatu instrumen dalam mengumpulkan data, yakni

menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang akan

dipersiapakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan memperoleh informasi

mengenai persiapan pembuatan pola batik, pengukuran dalam pembuatan pola

batik, penentuan harga jual, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan aktivitas

matematika di dalam batik. Persiapan yang lain adalah menentukan tempat-

tempat pembuatan batik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan

data, tempat-tempat yang akan dipilih oleh peneliti adalah tempat usaha batik

yang memiliki pola asli buatan sendiri atau tempat usaha batik yang

memodifikasi pola batik dari daerah lain maupun pola batik yang telah ada

sebelumnya.

Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah tahap pengumpulan data.

Pada tahap ini peneliti dapat melakukan wawancara dengan pedoman yang

sudah dibuat oleh peneliti pada tahap persiapan. Selain kedua hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

peneliti juga dapat melakukan dokumentasi untuk dapat menambah

kelengkapan dalam proses analisis data. Tahap ini akan berhenti apabila peneliti

sudah memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam tahan pengumpulan data ini

peneliti juga sudah dapat memikirkan pola-pola batik mana saja dapat

dikelompokkan kedalam wallpaper group, berdasarkan pengamatan di

lapangan.

Setelah diperoleh data dari wawancara dan dokumentasi, tahap

selanjutnya adalah tahap analisis data. Tahap ini akan dilakukan proses reduksi

data, penyajian data, dan akan diperoleh suatu temuan yang dapat dijadikan

suatu kesimpulan dari kegiatan penelitian yang sudah dilakukan.

Berkaitan dengan waktunya pada tahap pengumpulan data direncanakan

dilalukan pada bulan Maret namun tidak menutup kemungkinan dilakukan pula

pada bulan April apabila membutuhkan data lebih dalam mendukung penelitian

yang dilakukan. Tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan

data agar proses penelitian menjadi lebih terarah dan apabila ditemukan

kekurangan data dapat langsung diperoleh dihari selanjutnya dalam

pengumpulan data, tahap ini dilakukan di bulan Maret dan diperkirakan selesai

pada bulan April.

Secara lebih ringkas, prosedurnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Mulai

Penentuan Masalah Penelitian

Pengumpulan Data

Wawancara Dokumentasi

Reduksi
Data
Penyajian
Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum peneliti terjun ke lapangan, ada langkah awal yang dilakukan

oleh peneliti yaitu langkah persiapan, di mana pada langkah ini peneliti

mempersiapkan hal-hal apa saja yang dapat membantu peneliti untuk

memperoleh data di lapangan, yaitu peneliti mempersiapkan instrumen

wawamcara dan pedoman wawancara. Pedoman dan instrument wawancara ini

digunakan untuk mengumpulkan data yang diinginkan oleh peneliti. Adapun

pertanyaan-pertanyaannya mengali informasi yang berkaitan dengan aktivitas-

aktivitas matematika yang ada pada kegiatan membatik masyarakat Desa

Wijirejo. Instrumen yang telah disusun selanjutnya diperiksa oleh dosen

pembimbing dan dilakukan perbaikan bila ada ketidaksesuaian dengan fokus

penelitian, adapun saran yang diberikan oleh dosen pembimbing juga

menjadikan masukan peneliti sebagai pertanyaan wawancara. Sesudah

diperbaiki dan disetujui oleh dosen pembimbing peneliti dapat terjun ke

lapangan untuk pengambilan data. Peneliti terjun ke lapangan di mulai dari

tanggal 26 Maret 2018 sampai bulan April 2018.

Peneliti mengambil tiga tempat usaha batik di Wijirejo sebagai sumber

data. Melihat dari wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi

bahwa aktifitas pembatikan yang dilakukan oleh pembatik hampir sama, dari

segi persiapan, pembatikan, dan pemasaran. Yang membedakan adalah bentuk-

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

bentuk pola batik (modern) yang diciptakan oleh pembatik di setiap tempat

usaha batik kecuali untuk pola batik tradisional yang dibuat juga oleh pembatik.

B. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah motif-motif batik yang

dibuat di Wijirejo dan wawancara dengan pemilik batik di Wijirejo.

Pengambilan data dilakukan di masing-masing lokasi yang menjadi tempat

produksi batik dan galleri batik. Motif-motif batik yang dipilih merupakan

motif yang dibuat dan diproduksi sendiri. motif-motif batik tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Motif Batik Wijirejo


Nomor Nama
Tempat Nama Gambar
Produksi

1 Topo Motif Topo1

2 Topo Motif Topo2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

3 Topo Motif Topo3

4 Topo Motif Topo4

5 Topo Motif Topo5

6 Topo Motif Topo6


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Motif
7 Adhinata
Adhinata1

Motif
8 Adhinata
Adhinata2

Motif
9 Adhinata
Adhinata3

Motif
10 Adhinata
Adhinata4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Motif
11 Adhinata
Adhinata5

Motif
12 Adhinata
Adhinata6

Motif
13 Adhinata
Adhinata7

Motif
14 Tugiran
Tugiran1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Motif
15 Tugiran
Tugiran2

Motif
16 Tugiran
Tugiran3

Kawung
17 Tugiran
Prabu

18 Tugiran Kawung Sen


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Kawung Kopi
19 Tugiran
Pecah

Ceplok
20 Tugiran Kembang
Kates

Ceplok
21 Topo Kembang
Kates

Untuk wawancara data yang diambil merupakan kegiatan-kegiatan

dalam proses pembuatan batik yang memuat aktivitas fundamental matematis

menurut Bishop. Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop ada enam

yaitu counting, measuring, playing, explaining, locating, dan designing and

building.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

C. Analisis dan Pembahasan

Berikut ini adalah analisis pola batik di Wijirejo serta aktivitas

fundamental matematis menurut Bishop yang ditemukan pada kegiatan

pembatikan di Wijirejo. Analisis pola didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki

oleh motif batik yang sesuai dengan karakteristik wallpaper group. Analisis

aktivitas matematika didasarkan pada aktivitas menurut Bishop, yaitu counting,

measuring, playing, locating, explaining, dan designing and building. Di mana

setiap aktivitas itu dilihat pada kegiatan membatik yang dilakukan di Desa

Wijirejo.

1. Analisi Pola dan Motif dari beberap Batik di Wijirejo

Pada bagian ini akan disajikan analisis pola batik Wijirejo secara

geometris khususnya dikaji dari kesimetrisannya dan akan

dikelompokkan sesuai dengan wallpaper group. Di mana pola batik akan

dilihat apakah memiliki karakteristik wallpaper group yang sesuai yang

dibedakan dengan sifat-sifat simetris yang dimilikinya, baik itu simetri

putar, pencerminan, translasi.

a. Batik Topo

Batik yang dibuat di Batik Topo, kebanyakan motif batik

yang dibuat di sini (khususnya motif buatan sendiri) merupakan

motif modifikasi dari beberapa motif batik yang sudah ada

sebelumnya. Selain itu motif batik tradisional juga masih dibuat di

sini. Berikut ini beberapa motif yang akan dianalisis secara

geometris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Gambar 4. 1 Motif Topo1


Motif diatas memiliki pola yang beraturan, dapat dilihat

bahwa pola tersebut memiliki rotasi dengan orde 4, di mana titik

pusat rotasinya berada di lingkaran berwarna biru, memiliki

beberapa sumbu pencerminan, dan sumbu pencerminan

berpotongan 450 , maka motif diatas termasuk p4m. Agar lebih jelas,

dapat dilihat pada gambar berikut ini, lingkaran berwarna biru

menunjukkan titik pusat rotasi orde 4, lingkaaran berwarna merah

menunjukkan titik pusat rotasi orde 2, dan garis berwarna hijau

menunjukkan sumbu pencerminan.

Gambar 4. 2 Analisis Motif Topo1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Motif pada gambar 4.3, menunjukkan bahwa motif tersebut

juga termasuk p4m. Motif ini memiliki rotasi orde 4, memiliki

sumbu pencerminan, serta sumbu pencerminan yang saling

berpotongan membentuk sudut dengan besar sudut 450 .

Gambar 4. 3 Motif Topo2


Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Lingkaran berwarna biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜 ,

lingkaran berwarna merah menunjukkan titik pusat rotasi 1800 , dan

garis berwarna hijau menunjukkan sumbu pencerminan.

Gambar 4. 4 Analisis Motif Topo2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Motif selanjutnya yaitu gambar 4.5, termasuk kedalam pmm.

Motif tersebut memiliki rotasi orde 2, memiliki sumbu pencerminan,

memiliki pencerminan di dua arah, dan pola dasar berbentuk

segiempat.

Gambar 4. 5 Motif Topo3


Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Lingkaran berwarna hijau menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜 , garis

merah menunjukkan sumbu pencerminan, dan bila diperhatikan pola

dasarnya berbentuk persegi (segiempat).

Gambar 4. 6 Analisis Motif Topo3

Motif dari batik pada gambar 4.7, termasuk wallpaper group

yang paling dasar, karena pada motif ini tidak memiliki sumbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pencerminan, tidak memiliki glide reflection, dan tidak memiliki

rotasi. Oleh karena itu motif ini termasuk kedalam p1.

Gambar 4. 7 Motif Topo4


Motif selanjutnya, gambar 4.8, motif ini termasuk kedalam

p4m. Hal ini dikarenakan pada motif ini memiliki rotasi orde 4.

Memiliki sumbu pencerminan, dan sumbu pencerminan

berpotongan dan membentu sudut sebesar 450 .

Gambar 4. 8 Motif Topo5


Penjelasan mengenai motif di atas dapat dilihat pada gambar

4.9 di bawah ini. Lingkaran hijau menunjukkan titik pusat rotasi

90𝑜 , lingkaran kuning menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜 , dan

garis merah menunjukkan sumbu pencerminan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Gambar 4. 9 Analisis Motif Topo5

Motif pada gambar 4.10, menunjukkan bahwa motif

termasuk ke dalam pm, karena motif, tidak memiliki rotasi tetapi

memiliki sumbu pencerminan dan pola dasar berbentuk segiempat.

Gambar 4. 10 Motif Topo6

Penjelasannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Garis

merah menunjukkan sumbu pencerminan dan persegipanjang

berwarna hijau menunjukkan pola dasar pada motif itu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Gambar 4. 11 Analisis Motif Topo6

b. Batik Adhinata

Motif tradisional masih dibuat juga di sini. Batik Adhinata

juga membuat beragam motif modern serta motif abstrak. Motif

modern yang dibuat masih mempertahankan motif tradisional

namun dikembangkan menjadi lebih modern. Ada juga motif

abstrak yang motifnya tidak beraturan dan tidak memiliki pola.

Berikut ini motif-motif di batik adhinata.

Gambar 4. 12 Motif Adhinata1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Motif di atas, termasuk motif yang sangat sederhana, karena

motifnya tidak memiliki rotasi, tidak memiliki sumbu pencerminan

maupun glide reflection. Sehingga dapat dikategorikan sebagai p1.

Gambar 4. 13 Motif Adhinata2


Motif pada gambar 4.13, dapat dikategorikan sebagai p4m.

Motif diatas memiliki rotasi orde 4, memilik sumbu pencerminan,

dan sumbu pencerminan berpotongan dan membentuk sudut 450 .

Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.

Lingkaran biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜 dan garis kuning

merupakan sumbu pencerminan.

Gambar 4. 14 Analisis Motif Adhinata2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Motif pada gambar 4.15, dapat dikategorikan sebagai pmm.

Motif memiliki rotasi orde 2, memiliki sumbu pencerminan yang

saling tegak lurus, dan tidak memiliki glide reflection. Hal ini dapat

diperhatikan pada gambar 4.16. Lingkaran merah menunjukkan titik

pusat rotasi 180𝑜 dan garis kuning menunjukkan sumbu

pencerminan.

Gambar 4. 15 Motif Adhinata3

Gambar 4. 16 Analisis Motif Adhinata3

Motif selanjutnya yaitu motif pada gambar 4.17, memiliki

rotasi orde 4, memiliki sumbu pencerminan yang juga berpotongan

dan membentuk sudut sebesar 450 . Sehingga motif ini termasuk

p4m. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar 4.18.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Lingkaran biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜 , lingkaran merah

merupakan titik pusat rotasi 180𝑜 , dan garis berwarna kuning

menunjukkan sumbu pencerminan.

Gambar 4. 17 Motif Adhinata4

Gambar 4. 18 Analisis Motif Adhinata4

Motif abstrak yang dibuat oleh Batik Adhinata, tidak

memiliki pola yang beraturan. Karena tidak memiliki suatu pola,

maka karakteristik wallpaper group, seperti rotasi, refleksi, maupun

glide reflection tidak dapat ditemukan pada batik yang bermotif


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

abstrak. Motif-motif abstrak yang dimaksud dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 4. 19 Motif Adhinata5 Gambar 4. 20 Motif Adhinata6

Gambar 4. 21 Motif Adhinata7

c. Batik Tugiran

Motif yang dibuat sebagian besar motif tradisional. Adapula

motif modifikasi yang menggabungkan motif-motif tradisional yang

sudah ada sebelumnya. Berikut ini motif-motifnya beserta

analisisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Gambar 4. 22 Motif Tugiran1


Motif gambar 4.22, memiliki rotasi orde 4, memiliki sumbu

pencerminan, dan berpotongn sebesar 450 . Dengan karakteristik itu

motif ini termasuk p4m. Agar lebih jelas dapat diperhatikan pada

gambar 4.23. Garis biru menunjukkan sumbu pencerminan,

lingkaran hijau merupakan titik pusat rotasi 90𝑜 , dan lingkaran

merah menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜 .

Gambar 4. 23 Analisis Motif Tugiran1

Motif pada gambar 4.24 merupakan motif sederhana, karena

motif hanya memiliki sumbu pencerminan dan pola dasar berupa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

segiempat. Garis hijau pada gambar 4.25 menunjukkan sumbu

pencerminan pada pola ini. Sehingga pola ini termasuk ke dalam pm.

Gambar 4. 24 Motif Tugiran2

Gambar 4. 25 Analisis Motif Tugiran2

Motif selanjutnya, gambar 4.26 merupakan motif yang

memiliki rotasi dengan orde 2, memiliki refleksi di dua arah yang

berbeda, dan pola dasar berbentuk segiempat. Oleh sebab itu motif

ini termasuk pmm. Garis kuning dan lingkaran hijau pada gambar

4.27 masing-masing menunjukkan sumbu pencerminan dan titik

pusat rotasi 180𝑜 .


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Gambar 4. 26 Motif Tugiran3

Gambar 4. 27 Analisis Motif Tugiran3

Ada salah satu jenis motif tradisional yang dibuat di Batik

Tugiran yakni motif Kawung. Ada tiga jenis motif kawung yang

saya dapatkan dan dapat diklasifikasikan ke dalam wallpaper group.

Ketiga motif kawung memiliki karakteristik yang sama, yakni

memiliki rotasi dengan orde tertinggi 4, memiliki sumbu

pencerminan, memiliki hasil pencerminan di dua arah berbeda, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

pola dasar berbentuk segiempat. Sehingga ketiga motif kawung

yakni kawung prabu, kawung sen, dan kawung kopi pecah termasuk

ke dalam wallpaper group p4m.

Gambar 4.28 menunjukkan motif kawung prabu, gambar

4.30 menunjukkan motif kawung sen, dan kawung kopi pecah

ditunjukkan oleh gambar 4.32. Pada gambar 4.29, 4.31, dan 4.33,

garis berwarna kuning menunjukkan sumbu pencerminan, lingkaran

berwarna hijau menunjukkan titik pusat rotasi orde 4, dan lingkaran

merah menunjukkan titik pusat rotasi orde 2.

Gambar 4. 28 Motif Kawung Prabu

Gambar 4. 29 Analisis Motif Kawung Prabu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Gambar 4. 30 Motif Kawung Sen

Gambar 4. 31 Analisis Motif Kawung Sen

Gambar 4. 32 Motif Kawung Kopi Pecah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Gambar 4. 33 Analisis Motif Kawung Kopi Pecah

d. Motif Batik Bantul

Salah satu motif Batik khas Bantul dan sudah diakui adalah

motif Ceplok Kembang Kates. Motif ini bila dikelompokkan ke

dalam wallpaper group termasuk ke dalam pm. Hal ini dikarenakan

motif memiliki simetri pencerminan dan pola dasarnya dapat

dikatakan berbentuk segiempat. Garis kuning pada gambar

menunjukkan sumbu pencerminan pada motif ini.

Gambar 4. 34 Ceplok Kembang Kates Gambar 4. 35 Ceplok Kembang Kates


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Gambar 4. 36 Ceplok Kembang Kates Gambar 4. 37 Analisis


Berdasarkan analisis beserta pembahasan di atas motif-motif

yang terdapat di Wijirejo, memiliki beberapa kesamaan karakteristik

yang dimilikinya. Motif-motif Wijirejo berdasarkan wallpaper

group dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok yang ada di

wallpaper group. Keempat kelompok atau grup itu adalah p4m,

pmm, p1, dan pm. Kebanyakan motif batik di Wijirejo termasuk

kedalam wallpaper group p4m.

Untuk lebih jelas motif mana saja yang memiliki karakeristik

yang sama dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 2 Wallpaper Group Batik Wijirejo


Group Motif (ditunjukkan oleh gambar)
p4m 4.1, 4.3, 4.8, 4.13, 4.17, 4.22, 4.28, 4.30, 4.32
pm 4.10, 4.24, 4.34, 4.36
pmm 4.5, 4.15, 4.26
p1 4.7, 4.12

Tidak semua motif dapat dimasukkan atau dikelompokkan

ke dalam wallpaper group. Motif yang tidak dapat dikelompokkan

karena motif tersebut tidak memiliki karakteristik yang dimiliki

wallpaper group yaitu memiliki simetri putar, pencerminan, dan

glide reflection. Motif yang dimaksud adalah motif batik abstrak

yang memiliki pola yang tidak teratur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

2. Analisis Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop

a. Analisis Aktivitas Counting di kegiatan membatik masyarakat

Wijirejo

Ada beberapa aktivitas counting yang terjadi pada kegiatan

pembatikan di Desa Wijirejo, kegiatan pembatikan yang dimaksud

seperti memperkirakan waktu penyelesaian satu potong kain batik,

menentukan banyaknya pegawai serta banyaknya upah yang

diperoleh pegawai, dan menghitung penentuan harga jual suatu kain

batik. Berikut ini akan disajikan jawaban keempat tempat usaha

batik terkait dengan aktivitas counting yang terdapat dalam kegiatan

pembatikan.

1) Perkiraan banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam

penyelesaian satu kain batik.

Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Perkiraan Waktu


P1001 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian kain
batik?
S1001 Prosesnya lama, satu potong satu bulan, kalau orang yang mau
mantu menikah itu 7 bulan sudah pesan kalau minta batik tulis.
Kalau cap dua minggu sudah jadi.
P1005 Bagaimana perbandingan produksi untuk batik cap dan batik
tulis?
S1005 Banyak produksi yang cap, 1 orang 10 lembar kalau cap dalam
1 hari, untuk tulis 1 bulan, kalau cap bisa 300 kalau tulis 1
potong
P1018 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga
dengan motifnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

S1018 Penyelesaian sama, batik tulis itu nyeremit, kalau batik tulis
ndak halus 1 minggu 2m sudah jadi

Dari hasil wawancara dengan S1 diperoleh inforamasi

bahwa dalam sehari dengan teknik cap menghasilkan 10 potong

kain, sedangkan batik tulis untuk satu potong kain dibutuhkan

waktu kurang lebih satu minggu. Waktu yang dibutuhkan untuk

penyelesaian suatu motif batik relatif sama, sehingga tidak

begitu ada perbedaan waktu dalam penyelesaian batik dengan

motif yang berbeda-beda.

Tabel 4. 4 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Perkiraan Waktu


P2018 Banyaknya produksi lebih banyak cap atau tulis?
S2018 Produksi dalam sebulan banyak yang cap, cap sehari bisa 30
potong, kalau tulis seminggu bisa jadi satu, untuk satu orang yang
mengerjakan

Melihat dari wawancara dengan S2 diperoleh informasi yang

tidak jauh berbeda dengan wawancara yang dilakukan kepada

S1. Dari S2 untuk satu orang dapat menyelesaikan 30 potong

kain dalam sehari sedangkan untuk batik tulis dibutuhkan waktu

seminggu dalam menyelesaikan satu potong kain batik.

Tabel 4. 5 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Perkiraan Waktu


P3001 Bagaimana cara bapak menentukan waktu penyelesaian kain
batik?
S3001 Kalau cap 1 hari 10-15 potong, kalau batik tulis 1 potong bisa 1
minggu untuk satu orang yang mengerjakan
P3010 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga
dengan motifnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

S3010 Perbedaan cuma beberapa menit, tapi relatif sama, kalau capnya
lebih besar, hasilnya lebih lebar, kalau segini bisa berapa cap

Melihat dari apa yang disampaikan oleh S3, banyaknya batik

yang dapat diselesaikan oleh satu orang tidaklah jauh berbeda,

dalam sehari satu orang dapat menyelesaikan 10-15 potong kain,

sedangkan untuk batik tulis dibutuhkan waktu 1 minggu untuk

satu potong kain. S3 juga menyampaikan bahwa untuk batik cap,

penyelesaiannya dapat dipengaruhi oleh ukuran capnya, bila

ukuran cap besar, maka bagian kain yang dicap tentunya besar,

sehingga semakin besar cap maka pengerjaan akan semakin

cepat juga.

Dari S1, S2, dan S3, dapat dilihat bahwa untuk pengerjaan

batik dengan teknik tradisional (batik tulis), satu orang dapat

menyelesaikan 1 potong kain dalam waktu seminggu. Bila ingin

memperkirakan dalam sebulan setidaknya dalam sebulan dapat

menyelesaikan 4 potong kain untuk 1 orang yang mengerjakan.

Hal ini dapat diperkirakan karena berdasarkan wawancara,

kerumitan motif tidak membedakan lamanya penyelesaian,

sehingga dapat berlaku perbandingan senilai. Jadi apabila kita

ingin memesan batik tulis dengan jumlah tertentu kita dapat

memperkirakan kapan pesanan kita akan selesai. Misal ingin

memesan 40 potong maka setidaknya dibutuhkan waktu

40minggu atau 10bulan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Hal ini juga berlaku untuk pengerjaan motif batik dengan

teknik cap. Melihat dari S1 dan S3, satu orang dalam sehari

dapat menghasilkan 10 potong kain. Hal ini juga berlaku

perbandingan senilai, karena melihat dari S3, lamanya waktu

penyelesaian tidak begitu jauh berbeda walaupun ukuran capnya

berbeda-beda. Dengan begitu dapat diperkirakan juga berapa

banyak kain yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu. Misal

dalam sebulan satu orang pegawai dapat menyelesaikan

setidaknya 300 potong.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, secara tidak langsung

ada aktivitas matematika yang terjadi ketika memperkirakan

lamanya proses pembatikan dilakukan. Aktivitas

memperkirakan ini menggunakan konsep perbandingan senilai.

2) Penentuan upah yang diterima oleh pegawai.

Tabel 4. 6 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Upah


P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 Dua puluh lima tapi tempatnya lain-lain, ada yang tempatnya
dianak saya ada yang disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9
di anak saya, trus seng kerja neng hak kulo niku tasih teng papan
e mbak tami, nek seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9.
P1009 Bagaimana cara ibu dalam menentukan upah pegawai?
S1009 Penentuan upah berdasarkan keahlian masing-masing.
Upah dihitung harian dan dibayarkan mingguan. Jadi setiap sabtu
mereka mendapatkan upah dan tidak pernah tidak selama ini.
Untuk jumlah nominalnya masing-masing berbeda, dari Rp
10.000 sampai Rp 20.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Berdasarkan wawancara dengan S1, penghitungan upah

yang dilakukan secara harian, di mana setiap harinya pegawai

memperoleh upah sebesar Rp 10.000 sampai Rp 20.000

tergantung dengan keahlian masing-masing pegawai. Untuk gaji

yang diterima pegawai yang paling sedikit ketika dibayarkan

dalam satu minggu adalah 7 kali dari upah yang diperoleh.

Sehingga dalam satu minggu paling sedikit pegawai

memperoleh gaji sebesar 7 × 𝑅𝑝 10.000,00 = 𝑅𝑝 70.000.

Dan pendapatan yang paling besar yang diperoleh pegawai

adalah 7 × 𝑅𝑝 20.000,00 = 𝑅𝑝 140.000,00. Berdasarkan

informasi itu, kita dapat menghitung dan memperkirakan gaji

yang akan diperoleh pegawai berdasarkan upah yang diperoleh

setiap harinya.

Tabel 4. 7 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Upah


P2008 Ada berapa pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6,
rumahan sekitar 3, kana da yang di bawa pulang gitu
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 Ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing
P2010 Jadi satu orang untuk satu tugas khusus?
S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika dia
mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya
P2011 Bagaimana penentuan gaji yang diterima pegawai?
S2011 Kalau saya sistem borong kain jadi apa yang sudah dikerjakan
kami bayar dan itu dari tingkat kerumitan motif itu sendiri, jadi
batik itu ada yang halus, halus banget, ada yang kasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

klowong, la itu macem2 harganya, jadi kita ndak bisa matok ini
harga sekian ini sekian itu ndak bisa jadi tingkat kerumitan dan
motif itu yang membedain rangenya gaji, kalau yang paling
sederhana sekitar 60-80ribu dan yang tersulit bisa diatas 200rb,
banyak warna juga pengaruh tapi ngaruhnya bukan di
pembatiknya tapi ditingkat jual saya, karena kan harga produksi
bahan untuk pewarnanya kan yang membedakan.

Berdasarkan wawancara dengan S2, penentuan gaji yang

diperoleh pegawai berdasarkan motif yang dibuat, semakin

rumit semakin lama pengerjaannya maka semakin besar juga

gaji yang diperoleh. Di mana range gaji yang diperoleh pegawai

untuk motif yang sederhana dari Rp 60.000,00 sampai Rp

80.000,00, serta motif yang tersulit pegawai akan memperoleh

gaji di atas Rp 200.000,00. Melihat dari hal ini agak sulit untuk

memperhitungkan gaji yang akan diperoleh pegawai dalam

sebulannya, karena gaji yang diperoleh ditentukan oleh motif

yang dikerjakan.

Tabel 4. 8 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Upah


P3014 Ada berapa pegawai yang anda pekerjakan?
S3014 Kalau yang putra 6 yang putri3
P3017 Bagaimana cara bapak dalam menentukan gaji pegawai?
S3017 Ya kalau itu harian, satu hari ada yang 60rb, ada yang borong,
kalau borong itu bisa dapat 20 ya itu dikali 20, ya satu potong itu
upahnya berapa di kalaikan 20 gitu

Berdasarkan wawancaran dengan S3, penentuan gaji yang

diterapkan menggunakan dua cara, yakni sistem borongan dan

sistem harian. Untuk sistem borongan penghitungan gaji yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

diperoleh adalah setiap potong kain dihargai Rp 20.000,00. Jadi

semisal ada yang menggambil borongan dan dia menghasilkan

10 potong, maka gaji yang dia dapatka adalah

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 × 20.000,00. Sehingga

untuk 10 potong kain memperoleh gaji sebesar = 10 ×

𝑅𝑝 20.000,00 = 𝑅𝑝 200.000,00.

Untuk sistem harian gaji yang diperoleh sudah ditentukan

yaitu Rp 60.000,00. Jadi berapapun kain yang diperoleh dalam

satu hari gaji yang diperoleh adalah Rp 60.000,00.

3) Penentuan harga jual satu potong kain batik

Tabel 4. 9 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Harga


P1020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S1020 Kalau satu warna 65 tulis 170, cap kombinasi ada 125, 100, 150
ya nanati kalau itu batiknya banyak atau tidak, niku menentukan
satu warna lebih cepet, kalau dua warna ada yang ditutup, bar
ditutup diwarnai lagi biayanya mundak sejalan,, waktu juga
berpengaruh 100 potong bisa 10 hari, dua warna nutupnya 10 hari
lalu di batik lagi
P1022 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S1022 Tidak ada perbedaan harga, hanya saja untuk ongkos pengiriman
dibebankan kepada pembeli

Berdasarkan wawancara dengan S1, harga yang dipatok

untuk batik cap dengan motif satu warna adalah Rp 65.000,00.

Untuk cap kombinasi harganya dimulai dari Rp 100.000,00

sampai Rp 150.000,00 dengan peningkatann harga sebesar Rp

25.000,00 sesuai dengan banyaknya motif yang dipakai serta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

banyaknya warna yang dipakai. Hal ini berpengaruh karena

banyaknya warna berpengaruh pula pada lamanya proses

pewarnaanya.

Tabel 4. 10 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Harga


P2019 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S2019 Untuk batik cap dijual dari Rp 75.000 sampai Rp 200.000
Untuk kombinasi (cap dan tulis) dijual dari Rp 150.000 sampai
Rp 200.000
Untuk batik tulis dijual dari harga Rp 200.000
P2013 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S2013 Kalau yang saya jual online atau ofline harga sama, cuma untuk
ongkos kirim saya tangguhkan kepada pembeli, tidak ada yang
membedakan on maupun ofline walaupun dijual dimananpun
harganya sama yang membedakan Cuma ongkosnya dia
menanggung ongkos kirim otomatis harganya, harga jualnya
tinggi, tapi walaupun begitu itu sama saja

Berdasarkan informasi dari S2, penentuan harga jual batik

ditentukan dari teknik pengerjaannya. Harga yang paling murah

adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Untuk yang

paling mahal adalah batik dengan teknik tulis (tradisional), dan

di antara keduanya adalah batik yang dikerjakan secara

kombinasi yaitu teknik cap dan tulis.

Tabel 4. 11 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Harga


P3020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S3020 Kalau seperti batik itu satu potong ukuran kain 1,5m lebar 2,25m
itu 75rb, kalau ini lebih mahal, karena kain mahal, dari kain
menentukan harga, warnanya juga nanti menentukan harga,
warna banyak nanti proses lebih lama , nanti lebih mahal lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

P3021 Apakah ada cara khusus dalam menentukan harganya atau beda
harganya?
S3021 Ya selisihnya 20-25rb untuk kain.
Untuk warna rentang bedanya, ya kurang lebih 15-20rb.
Rentang harga jual batik ya dari 75-500, ada yang 175, 350, nanti
tergantung pewarna sama kainnya
P3022 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S3022 Kalau saya cuma sama, tapi yang membedakan ongkos kirimnya

Berdasarkan wawancara dengan S3, dalam penentuan harga

kain batik untuk motif yang paling sederhana dipatok Rp

75.000,00. Harga jual batik tidak hanya dipengaruhi oleh

banyaknya warna yang digunakan namun juga dipengaruhi oleh

jenis kain yang digunakan. Untuk kain dengan jenis berbeda

selisih harganya Rp 20.000,00 sampai Rp 25.000,00. Untuk

warna, harganya akan berbeda sebesar Rp 15.000,00 sampai Rp

20.000,00.

Misal untuk kain dengan jenis sama, setiap penambahan

warna akan dikenankan biaya sebesar Rp 15.000,00 sampai Rp

20.000,00. Jadi bila harga batik yang paling sederhana Rp

75.000,00 (satu warna) bila menambah warna harganya akan

menjadi Rp 90.000,00 sampai Rp 95.000,00. Bila ditambah

warna lagi harga batiknya akan menjadi Rp 105.000,00 sampai

Rp 115.000,00. Oleh sebab itu harga batik akan menyesuaikan

dengan banyaknya warna yang digunakan.

Begitupula dengan jenis kain yang digunakan, misal untuk

jenis yang sederhana seharga Rp 75.000,00 bila menggunakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

kain yang kualitasnya lebih bagus (kualitasnya satu tingkat di

atas) maka untuk motif yang sama harganya akan menjadi

sekitar Rp 95.000,00 sampai Rp 100.000,00. Harganya akan

bertambah bila menggunakan kain yang kualitasnya lebih bagus

lagi, dengan penambahan harga sekitar Rp 20.000,00 sampai Rp

25.000,00.

Untuk harga ketika dijual diluar toko, tidak ada perbedaaan

harga dengan harga yg dijual sendiri, namun untuk ongkos kirim

tetap dibebankan kepada pembeli. Jadi tidak ada perbedaan

harga jual batik ketika dijual di luar.

b. Analisis Aktivitas Measuring di kegiatan membatik masyarakat

Wijirejo

Aktivitas measuring yang akan diteliti pada kegiatan membatik

adalah pengukuran jarak atau lebar pola dan mengukur lebar kain yang

digunakan.

Tabel 4. 12 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Ukuran


P1003 Itu primisima yang membedakan apanya bu?
S1003 … untuk macam-macam kain itu miturut pesenan, ada yang 2,5 meter,
2,25 meter ada yang 2 meter, kalau saya yang dibikin dipajang itu ya
macam-macam ada yang 2,5 meter, 2,25 meter, 2 meter, nanti kalau
batik tulis sek setengah halus 2 meter Rp. 170.000,00, 2,5 meter Rp.
215.000,00 …
P1015 Ukuran capnya bu?
S1015 Ukuran cap ada 18 cm 20 cm, motif apa besar apa kecil,
P1016 Ukuran motif, apakah ada perbandingannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

S1016 Model gambarnya capnya panjang apa pendek, kalau besar 20an cm

Berdasarkan wawancara dengan S1, ukuran kain yang dipakai

adalah 2,5 meter, 2,25 meter, dan 2 meter. Untuk ukuran cap ada

berbagai macam tergantung dengan motif apakah mau besar atau kecil.

Cap yang dipakai ada yang berbentuk persegi, ada pula persegipanjang.

Tabel 4. 13 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Ukuran


P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?
S2001 … pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak, ya ukurannya
segitu ukuran kertas minyak … satu kain raat-rata 2 meter sampai 2,5
meter … jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling terkecil itu
kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa ya itu nanti kita
geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas minyak tadi

Sama seperti dengan S1, ukuran kain yang dipakai oleh S2 juga

sekitar 2 meter sampai 2,5 meter. Ada ukuran yang digunakan dalam

pembuatan pola yakni menggunakan ukuran kertas minyak atau kertas

HVS, di mana ukuran kertasnya adalah 21 𝑐𝑚 × 29,7 𝑐𝑚. Untuk

ukuran kertas minyak sendiri adalah 100 𝑐𝑚 × 75 𝑐𝑚.

Tabel 4. 14 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Ukuran


P3004 Adakah jenis-jenis kain yang digunakan?
S3004 … Satu kain raat-rata 2 meter sampai 2,5 meter
P3008 Adakah pengukuran khusus yang digunakan?
S3008 Ada, ini kawung besar kawung bengkol, yang kecil kawung sen,
kawung picis, paling kecil kawung picis, Cuma sini jarang dijalankan,
ada kawung prabu.
P3009 Bagaimana menentukan ukurannya?
S3009 Sebelum buat cap ya dikira-kira buat kawung berapa cm nanti diping
berapa bisa sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Untuk ukurannya ya banyak yang kecil ada, ini sama-sama kawung


beda sama ini, ini kawung ini juga kawung, ini kawung sen, ini
kawung kopi pecah, ini kawungnya lebih besar, ini juga kawung.
P3011 Untuk ukuran capnya sendiri bagaimana?
S3011 Ukuran cap yang paling besar 30𝑐𝑚 × 30𝑐𝑚, yg paling besar lagi di
kasih pojong loyang gak kena, jadi hasilnya ndak baik, yang lebar itu
30𝑐𝑚 kalau yang lerek itu Cuma 20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚, kalau seperti lerek
itu kan persegi panjang tapi kalau kawung ini persegi, kalau kawung
besar persegi panjang, ukuran cap tergantung yang minta pemesan,
ukuran ndak ada patokan

Sama seperti narasumber sebelumnya, ukuran kain sama yakni dari

2 meter sampai dengan 2,5 meter. S3 juga menyatakan bahwa ukuran

cap itu bergantung dengan motifnya, cap yang bentuknya

persegipanjang biasanya untuk pola semacam lerek, dan persegi

biasanya untuk pola semacam kawung. Ukuran cap yang paling besar

yang dimilikinya yaitu 30𝑐𝑚 × 30𝑐𝑚, ada juga yang berukuran

20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚.

Berdasarkan wawancara dengan S1, S2, dan S3 diperoleh informasi

bahwa ukuran kain secara umum berkisar dari 2 meter sampai 2,5 meter.

Untuk ukuran cap berbagai macam, yang paling besar yaitu 30𝑐𝑚 ×

30𝑐𝑚, ada pula yang berukuran 20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚, 20𝑐𝑚 × 20𝑐𝑚, dsb.

Melihat dari informasi mengenai ukuran kain dan ukuran cap, maka

ukuran luasnya dapat dicari, jika keduanya dapat dicari maka akan dapat

diperkirakan juga banyaknya pengecapan yang akan dilakukan.

Misalkan ukuran kain 2,5𝑚 × 2,5𝑚 dengan cap berukuran 20𝑐𝑚 ×

20𝑐𝑚, maka ukuran luas kain adalah 2,5𝑚 × 2,5𝑚 = 6,25𝑚2 =


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

62500𝑐𝑚2 . Luas capnya adalah 20𝑐𝑚 × 20𝑐𝑚 = 400𝑐𝑚2 . Sehingga

banyaknya pengecapan yang dapat dilakukan dapat dihitung dengan

cara luas kain kita bagi dengan luas cap yaitu 62500𝑐𝑚2 ∶ 400𝑐𝑚2 =

156,25 atau 156 pengecapan.

Dengan begitu secara tidak langsung ada aktivitas measuring yang

ada di dalam kegiatan pembatikan yakni ukuran kain dan berbagai

macam ukuran cap yang dapat dicari luasnya, sehingga dapat pula

diperkirakan banyaknya pengecapan yang bisa dilakukan dalam proses

pembatikan.

c. Analisis Aktivitas Playing di kegiatan membatik masyarakat

Wijirejo

Aktivitas playing yang mungkin dapat dilihat adalah strategi dalam

menentukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak. Kegiatan ini termasuk

kedalam playing karena dalam penentuan motif diproduksi lagi atau

tidak membutuhkan suatu pilihan yang didasarkan pada kemungkinan-

kemungkinan yang ada. Kemungkinan-kemungkinan yang ada di sini

merupakan aktivitas playing yang dapat dilihat pada kegiatan usaha.

Tabel 4. 15 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Strategi Pembuatan


P1019 Ada pertimbangan dalam membuat motif yang sudah diproduksi?
S1019 Ada, terus itu ndak, nanti kalau ada pesenan yang saya anu ndak
dibatik itu diistirahatkan nanti ada pesenan terus dibatik lagi, miturut
pesenan, jadi dipajang lain2 batiknya ndak sama …

Menurut S1, penentuan pola didasarkan juga pada pesanan pembeli.

Jika ada motif yang dipesan oleh pembeli maka S1 akan membuat motif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

sesuai dengan pesanan pembeli. Lalu ada juga yang dipajang dan dijual

di gallery. Kemudian jika ada pesanan, motif yang dipesan dibuat lagi,

dan seterusnya. Melihat dari S1, pembuatan motif didasarkan pada

pesanan pembeli, jadi dapat dikatakan S1 tidak mengambil resiko dalam

membuat motif yang akan dibuat.

Tabel 4. 16 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Startegi Pembuatan


P2014 Bagaimana menenukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak?
S2014 Kalau saya biasanya gini, produksi yang sudah ada nanti besoknya
diganti dulu jadi yang sudah ready stok ganti motif dulu, kalau ini
muter lagi nanti kalau ini sudah habis nanti balik lagi jadi tetep saya
reproduksi lagi , tapi kemungkinan jaraknya agak lama, jadi teteap
diproduksi lagi walaupun putarannya lama

Berdasarkan wawancara dengan S2, penentuan motif yang akan

diproduksi lagi atau tidak, melihat perputaran yang terjadi di lapangan.

Motif yang sudah diproduksi kemudian di stok di gallery. Jika motif

sudah di stok, produksi dilanjutkan ke motif lain yang belum di stok.

Motif yang sudah di stok memiliki kemungkinan untuk diproduksi

kembali ketika motif sudah habis terjual. Hal ini ditunjukkan pula di

mana di gallery batik S2 memiliki banyak sekali motif kain yang dijual.

Tabel 4. 17 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Strategi Pembuatan


P3019 Ada yang pesan atau bagaimana dalam memilih pola diproduksi
kembali atau tidak?
S3019 Kadang itu ada yang pesan, cuma hari biasa ya cuma seperti ini, nanti
ada warna beda apa motif beda nanti pesen saya buatkan, kebanyakan
trah HB I, II, III, VI, VII, VIII saya yang buat. Jadi saya sering dapat
pesenan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Wawancara dengan S3, menunjukkan bahwa perencanaan produksi

yang dilakukan didasarkan juga pada pesanan pembeli. Jadi motif mana

yang akan diproduksi maupun tidak hal ini dipengaruhi pesanan dari

pembeli. Maka dapat dikatakan strategi yang digunakan S3 hampir sama

dengan S1 karena pembuatan pola yang akan diproduksi didasarkan

pada pesanan pembeli.

d. Analisis Aktivitas Explaining di kegiatan membatik masyarakat

Wijirejo

Tabel 4. 18 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Makna Batik


P1017 Adakah keterkaitan motif baru dengan motif yang sudah ada
sebelumnya?
S1017 Saya rasa tidak ada mas

Wawancara dengan S1 menunjukkan bahwa motif-motif modifikasi

yang dibuat di S1 tidak memiliki makna khusus dalam pembuatannya.

Namun untuk motif-motif tradisional memang memiliki makna atau

filosofi tersendiri.

Tabel 4. 19 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Makna Batik


P2007 Adakah makna dari motif yang bapak buat?
S2007 Kalau filosofi batiknya ada, khusus untuk batik klasik filosofinya ada
semua, tapi untuk batik kontemporer dan batik motif-motif modern
sekarangkan dia cenderung abtrak jadi motifnya sudah ada cuma
tinggal ditempelkan dibagian mana gitu, kalau motif klasik ada
filosofinya sendiri

Berdasarkan wawancara dengan S2, untuk motif batik yang

dimodifikasi maupun motif yang dibuat sendiri tidak memiliki makna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

khusus berdasarkan polanya. Motif batik yang memiliki makna khusus

merupakan motif-motif batik tradisional.

Tabel 4. 20 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Makna Batik


P3005 Adakah keterkaitan atau makna dari motif batik yang dibuat?
S3005 Ya Cuma, saya ndak ada, Cuma gambar burung, nak ciri khas jogja
nak parang2, kawung, truntum, ada maknanya sendiri, untuk motif
tradisional pasti ada maknanya

Dari penuturan S3, motif yang dibuat tidak memiliki makna khusus.

Menurut S3, motif yang dibuat itu ya hanya sekedar motif saja, apa yang

ada dipikiran lalu dibuat menjadi motif.

Berdasarkan wawancara diatas dari S1, S2, dan S3 untuk motif baru

yang dibuat baik itu modifikasi maupun tidak semuanya tidak memiliki

makna khusus. Motif yang dibuat merupakan hasil dari imajinasi

pembuat pola tanpa melihat makna filosofis di balik motif yang dibuat.

Ada satu motif yang menjadi motif khas Batik Bantul yaitu Motif

Ceplok Kembang Kates yang merupakan karya Drs. I Made Sukanadi,

M. Hum. Dan Arif Suharsono, M. Sn. Makna motif ini (dalam

Sulistyabudi, 2017) adalah melambangkan kesejahteraan masyarakat

Bantul, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tanaman pepaya (kates)

yang tumbuh di daerah Bantul. Batik Ceplok Kembang Kates ini

merupakan perpaduan antara gaya batik Wijirejo dengan Giriloyo yang

terinspirasi dari pola dasar Batik Purbonegoro. Berdasarkan hal ini dapat

dijelaskan bahwa pembuatan motif batik memiliki nilai filosofi yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

ada, di mana pembuatan moif didasarkan pada hasil alam atau kondisi

yang ada di sekitar.

e. Analisis Aktivitas Locating di kegiatan membatik masyarakat

Wijirejo

Aktivitas locating yang terdapat pada kegiatan membatik meliputi

penentuan tempat yang menyuplai bahan baku apakah memperhatikan

lokasinya atau tidak serta penempatan lokasi pegawai dalam proses

pembatikan.

1) Penentuan lokasi tempat yang menyuplai bahan baku.

Tabel 4. 21 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan


Penyuplai
P1004 Dapat bahan kain, ibu ada tempat khusus atau ada yang ngirim?
S1004 di dekat beringharjo, jadi kain belinya box-boaan, 1 box ada yang
1000 meter, ada yang 2000 meter, jadi digebal untuk bagor, ndak
ngecer, kalau ngecer itu (10m) lebih mahal, kalau box-boxan itu
selisihnya 1000 per yar nya. …

Informasi yang diperoleh dari S1, mereka sudah biasa

membeli bahan baku di dekat pasar Beringharjo. Pemilihan

lokasi di daerah itu karena di toko itu menyediakan penjualan

kain secara boks atau dijual perkotak, di mana satu boksnya ada

yang 1000 meter, ada yang 2000 meter. Pemilihan tempat juga

didasari dengan harga yang relatif lebih murah.

Tabel 4. 22 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan


Penyuplai
P2020 Bagaimana penentuan tempat penyuplai bahan baku?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

S2020 Toko-toko tertentu sudah berelasi, karena sudah langganan


P2021 Adakah alasan khusus memilih penyuplai bahan baku?
S2021 faktor karena sini sentral dia rutin ngirim, hampir tiap hari
ngirim, tiap pagi sebelum orang produksi dia nganter dulu, jadi
sebelum produksi di mulai dia keliling, tiap pagi dia setor

Berdasarkan informasi dari S2, dalam memilih penyuplai

bahan baku, mereka memilih orang yang sudah biasa mengirim

bahan baku di sekitar wilayah Wijirejo. Oleh karena itu aktivitas

locating tidak dapat ditemukan di kegiatan pembatikan

khususnya di S2.

Tabel 4. 23 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan


Penyuplai
P3018 Adakah tempat khusus dalam pemilihan penyuplai bahan baku?
S3018 Sini cuma pas2, ndak nyetok, ya ndak ada modal, macam2
harganya satu warna itu.. Untuk kain ya biasanya , sini biasanya
ada yang ngasih kain.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari S3, tidak

ditemukan aktivitas locating berkaitan dengan penentuan tempat

penyuplai bahan. Mereka tidak menyetok barang karena

keterbatasan modal.

2) Penugasan atau penempatan lokasi pegawai dalam proses

pembatikan.

Tabel 4. 24 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Lokasi Kerja


P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 25 tapi tempatnya lain2, ada yang tempatnya dianak saya ada
yang disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9 di anak saya, trus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

seng kerja neng hak kulo niku tasih teng papan e mbak tami, nek
seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9.
P1008 Tiap pegawai ada spesifikasi dia kerja ya bu?
S1008 Beda2 ya ini nanti ngecap, ngecapnya ada yang nglowong ada
yang nembok, cap niku 2 orang yang ngerjain, satu motif dua
orang, terus ingkang mewarnai 2 terus saya di sana 2 di sini 3,
khusus mewarnai, yang nglorot mewarnai kain

Berdasarkan informasi dari S1 dan kondisi di lapangan, ada

dua tempat berbeda yang digunakan dalam proses produksi

batik. Kedua temat itu yaitu di gallery S1 yang juga berfungsi

sebagai tempat produksi dan tempat yang lain dikerjakan di

rumah anak dari S1. Di tempat anak S1 kegiatan pembatikan

yang dilakukan adalah pengecapan, pewarnaan, dan

penjemuran. Untuk proses yang terjadi di gallery batik S1 adalah

penyantingan (batik tulis), pewarnaan, penjemuran, dan

penjualan. Proses produksi dilakukan di dua tempat karena

tempat produksi di gallery S1 dapat dikatakan sempit sehingga

membutuhkan tempat lebih untuk proses produksi yang lain

yaitu pembatikan dengan teknik cap.

Tabel 4. 25 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Lokasi Kerja


P2008 Ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6,
rumahan sekitar 3
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing.
P2010 Jadi ada satu orang untuk satu tugas khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika
dia mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya.

Berdasarkan wawancara denga S2 dan kondisi di lapangan,

proses produksi dilakukan di tempat berbeda, serta ada yang

dikerjakan di rumah (pegawai). Proses produksi ada yang

dilakukan di gallery batik S2 yaitu pembuatan pola,

penyantingan (batik tulis), dan penjualan. Selain di gallery batik

S2 proses produksi untuk pengecapan, pewarnaan,

penyantingan, dan penjemuran dilakukan di rumah ibu S2.

Tabel 4. 26 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Lokasi Kerja


P3015 Adakah pembagian tugas untuk pegawai?
S3015 Yang 6 itu semua ngecap, buat motif, kalau yang putri batik
canting, kalau saya, kalau ada waktunya kerja ya warna, ya
ngecap, ya menjual.

Berdasarkan wawancara dengan S3, proses produksi

dilakukan di satu tempat yang juga menjadi gallery batik S3. Di

mana proses pengecapan, penyantingan, dan pewarnaan di

lakukan di satu tempat. Hal ini memungkinkan karena area batik

S3 mencukupi dalam proses produksi batik.

f. Analisis Aktivitas Designing and Building di kegiatan membatik

masyarakat Wijirejo

Aktivitas designing and building yang terdapat pada kegiatan

membatik dimulai dari proses perencanaan pola hingga pembuatan pola

yang akan dijadikan batik. Pembuatan pola merupakan tahap designing


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

di mana pada tahap ini pola yang akan dijadikan batik di desain atau

dikonstruksikan.

Tabel 4. 27 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Pembuatan Pola


P1011 Ibu, punya pola, lalu pola di kasih ke yang buat cap?
S1011 Iya, nanti fotokopi gambar trus mangke kulo sodorke seng ndamel cap
niku
P1012 Pembuatan pola batik, ibu buat sendiri?
S1012 Kalau yang saya jual itu saya sendiri tapi kalau ada yang pesan itu
untuk khusus dadine mboten nganu, mriko seng ndamel,
P1013 Kalau dari motif yang ibu buat, bagaimana ibu bisa menentukan pola?
S1013 Itu lihat gambar2 terus difotokopi, bapak sampun kulino ngarap cap
dados sak model2 nopo sampun mangertos,
P1014 Berarti ada permainan pola bu?
S1014 Iya mas, sudah terbiasa, bapak sudah biasa membuat pola-pola

Berdasarkan wawancara dengan S1, beliau menyatakan bahwa

dalam perencanaan pola, suami belaulah yang merancang pola, dan

biasanya dalam perencanaannya suami beliau sudah terbiasa dalam

merencanakan pola. Peneliti tidak dapat menanyakan lebih jauh lagi

karena suami narasumber tidak dapat ditemui. Namun berdasarkan

wawancara, dalam pembuatan batik khususnya yang cap, prosesnya

adalah menyerahkan rancangan pola di kertas, kemudian diberikan

kepada orang yang membuat cap. Ketika cap sudah jadi maka proses

pembatikan dapat dilakukan.

Tabel 4. 28 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Pembuatan Pola


P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

S2001 Dari pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak itu lo mas, ya
ukurannya segitu ukuran kertas minyak yang kita beli di fotokopi itu
lo ya patokkannya itu, jadi nanti kalau satu kain kan rata2 2m sampai
2,5m, jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling terkecil itu
kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa ya itu nanti kita
geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas minyak tadi.
P2003 Bisa dapat polanya itu bagaimana?
S2003 Pertama digambar dulu, misalnya kita ada ngeblat dari google
misalnya motif burung kita print jreg trus kita, kalau print kan ukuran
kwarto dari kwarto kita malkan di kertas minyak ukuran yang besar,
rata-rata pakainya kertas minyak.
P2004 Dapat motif melihat dari motif yang sudah ada?
S2004 Yang sudah ada bisa atau kita membuat sendiri, yang buatt sendiri
misalkan kawung kan gampang tinggal kotak-kotak lalau dibuat
kawung.
P2005 Kalau motif sendiri yang dibuat tanpa melihat motif yang sudah ada
itu bagaimana?
S2005 Biasanya kontemporer, dia cenderung abstrak sesukanya kita gambar,
jadi tidak ada patokan ukuraan simetris gitu, jadi memamng pulau,
abstrak, ndak berpola, seimajinansinya kita jatuhkan di kain
P2006 Buatan sini yang punya pola-pola sendiri leih liat batik klasik?
S2006 yang punya pola2 biasanya cenderung ke batik klasik atau yang
teratur, cenderung ke klaisk itu kan terus menerus, berulang, motifnya
berulang

Berdasarkan wawancara dengan S2, pembuatan pola pada kain batik

diawali dengan menggambar pola di kertas kwarto atau A4 maupun

kertas minyak. Dari pola dasar yang dibuat di kertas nantinya pola itu

menjadi patokkan dalam membuat pola batik di kain. Kertas yang

menjadi patokan diblat (menaruh kain diatas kertas, di mana pola pada

kertas dapat terlihat di kain), kemudian motif yang terlihat digambar

dengan pensil di kain. Kemudian kertas yang menjadi patokan digeser-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

geser sampai pola di kertas yang digambar kembali dengan pensil

memenuhi kain.

Pembuatan motifnya walaupun melihat motif yang sudah ada namun

tetap ada perubahan yang dibuat, sehingga imajinasi pembuat pola

masih digunakan dalam proses pembuatan pola.

Tabel 4. 29 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Pembuatan Pola


P3002 Bagaimana cara bapak dalam merencanakan pola yang akan dibuat?
S3002 Awal-awalnya cuma lihat, istilahnya di kertas, gambarnya seperti ini,
kalau lebih cepat saya buatkan cap, dari tembaga, nanti sudah selesai
saya buat pakai kain.
P3003 Bagaimana menentukan pola yang akan dibuat?
S3003 La meng ngarang2, nanti saya punya motif ini saya buat cantingnya,
dapat pola dari imajinasi, kalau saya ada minat nyoba-nyoba ada, tapi
ini baru di kertas ini, kalau di batik tulis ini di kasih kain mori, nanti
di blak, kelihatan kan, nanti baru di kasih pensil, nanti kalau sudah
baru dibatik dikasih canting sama malam.
P3006 Bagaimana dengan motif modifikasi pak?
S3006 Ada,nanti ada barong ada seling nithik ada seling curigo, kalau ndak
jadi tergantung yang buat nanti umpama ini bagus, tergantung yang
buat.
P3007 Bagaimana cara bapak bisa membuat motif modifikasi yang pas? Bisa
menyatu?
S3007 Ya saya cuma ide sendiri nyoba, saya pikir saya kombinasi sama ini
tapi hasilnya malah bagus, ya sudah biasa juga untuk menggabungkan
beberapa motif

Berdasarkan wawancara dengan S3, motif yang dibuat merupakan

hasil imajinasi dari narasumber. Pembuatan pola dikain juga sama

dengan apa yang dilakukan oleh S2, yaitu membuat motif patokan di

kertas, kemudian motif dikertas itu diblat di kain, kemudian diberi

pensil, lalu kemudian di batik. Beliau juga menunjukkan motif dasar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

yang menjadi patokkan, di mana motif itu digambar di kertas, motifnya

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4. 38 Pola Batik yang dibuat S3


Berdasarkan wawancara dengan S1, S2, dan S3, serta pengamatan

yang dilakukan disana, pada proses penentuan pola, kebanyakan dari

mereka melihat dari pola yang sudah ada namun dikembangkan menurut

imajinasi mereka. Agak susah untuk menemukan aktivitas matematika

dalam merancang pola namun dalam proses pembatikan atau pembuatan

pola di kain ada aktivitas yang sama yaitu mengeblat atau mengambar

pola dikain dengan meniru pola patokan yang ada di kertas. Kemudian

proses ini dilakukan secara berulang-ulang sampai kain dipenuhi dengan

pola.

Berdasarkan wawancara, kertas yang digunakan bisa kertas A4

maupun kertas minyak. Bila menggunakan kertas A4, kertas A4

memiliki ukuran yang sudah pasti yaitu 21 × 29,7 𝑐𝑚. Bila dijiplak ke

kain 2 × 2 𝑚, setidaknya butuh sekitar 64 kali proses penjiplakan. Hal

ini diperoleh dari menghitung luas kain yakni 2 × 2 𝑚 = 4 𝑚2 =


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

40000 𝑐𝑚2 dibagi dengan luas kertas yakni 21 × 29,7 𝑐𝑚 =

623,7 𝑐𝑚2 .

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas terdapat aktivitas

matematika yang ditemukan dalam kegiatan pembatikan di Wijirejo.

Berdasarkan informasi aktivitas counting dapat dilakukan dalam

memperkirakan banyaknya batik yang dapat diproduksi, selain itu dapat

digunakan juga dalam menentukan harga jual batik, serta dalam

menentukan gaji yang diperoleh pegawai dalam proses pembuatan batik.

Aktivitas measuring dapat digunakan dalam penentuan banyaknya

pengecapan yang dapat dilakukan di mana hal ini ditentukan juga oleh

ukuran kain dan ukuran cap yang digunakan. Aktivitas explaining tidak

begitu terlihat dikarenakan motif-motif yang dibuat tidak begitu

memperhatikan makna atau filosofi tersendiri. Namun dari satu motif yaitu

Motif Ceplok Kembang Kates dapat dilihat bahwa pembuatan motif

didasarkan pada nilai-nilai filosofi atau kekayaan yang ada di masyarakat.

Pada motif ini didasarkan pada banyaknya tanaman pepaya di daerah Bantul

yang menjadi simbol kemakmuran bagi masyarakat Bantul. Aktivitas

locating yang ada khususnya dalam memilih tempat penyuplai bahan lebih

memperhatikan kualitas bahan baku dan tidak memperhatikan jarak tempat

penyuplai bahan baku dengan tempat usaha batik. Aktivitas playing yang

diteliti lebih kepada startegi dalam penentuan motif batik diproduksi

kembali atau tidak, dan dalam pembahasan di atas penentuan motif kembali

diproduksi tergantung kepada pesanan pembeli dan melihat stok di galeri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

(toko) masih ada atau sudah habis. Aktivitas designing and building

ditemukan dalam proses pembentukan atau pendesainan pola batik di

selembar kertas kemudian dari desain dibuat di atas kain dan dimulailah

proses pembuatan batik.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan meneliti motif-motif batik yang diproduksi di

Wijirejo dapat dikelompokkan kedalam wallpaper group yang sesuai dengan

karakteristik yang dimiliki oleh motif batik yakni memiliki simetri

pencerminan, sumbu pencerminan, dan glide reflection. Untuk aktivitas

matematika Bishop kegiatan yang diteliti adalah kegiatan dalam produksi batik

hingga tahap penjualan.

Peneliti merencanakan mengambil 7 tempat batik yang memiliki dan

memproduksi motif batik buatan sendiri namun pada kenyataannya hanya 4

tempat usaha batik yang menyetujui. Dalam proses penelitian di lapangan hanya

3 tempat usaha batik yang dapat dilakukan proses pengambilan data. Jadi hal

ini membuat data yang dimiliki peneliti tidak begitu bervariasi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan pengamatan atau

observasi secara terstruktur, sehingga dalam pengumpulan data yang diperoleh

melalui pengamatan kurang beragam. Pengamatan yang dilakukan peneliti

hanya mendukung dan melengkapi data yang diperoleh dari wawancara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui motif

batik Wijirejo dapat dikelompokkan kedalam wallpaper group serta aktivitas

fundamental matematis menurut Bishop apa saja yang dapat ditemukan dalam

kegiatan produksi batik, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Motif Batik di Wijirejo

Ada motif yang dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper group,

ada juga motif yang tidak memenuhi kriteria dari wallpaper group. Untuk

motif yang dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper group ada empat

kelompok yakni p4m, pmm, pm, dan p1. Motif yang dapat dikelompokkan

ini bentuk motifnya memiliki pola yang teratur, serta memiliki karakteristik

wallpaper group yaitu memiliki simetri putar, pencerminan, dan glide

reflection. Motif yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper

group merupakan motif yang memiliki pola abstrak atau dapat dikatakan

pola yang dimiliki tidak teratur.

2. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop

Aktivitas fundamental matematis ditemukan dan ada pada kegiatan

pembatikan. Aktivitas counting memuat penentuan banyaknya kain yang

dapat diproduksi, penentuan harga jual batik, dan penentuan upah yang

diterima oleh pegawai. Ukuran luas kain, luas cap, dapat digunakan dalam

penentuan banyaknya pengecapan yang dilakukan, di mana kegiatan ini

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

termasuk ke dalam aktivitas measuring. Aktivitas playing lebih kepada

strategi tempat usaha batik dalam menentukan motif yang akan diproduksi

kembali. Strategi yang digunakan dalam pembuatan kembali pola batik

yaitu menunggu pesanan dari pembeli dan melihat stok yang ada di toko

apakah sudah habis atau belum. Aktivitas ini lebih kepada materi logika

yakni implikasi. Penentuan lokasi penyuplai bahan baku untuk pembuatan

batik didasarkan pada alasan kualitas dan penyuplai sudah menjadi

langganan produsen batik, sehingga jarak tidak diperhitungkan dalam

aktivias ini. Penentuan lokasi dalam pembuatan batik seperti lokasi

pengecapan, penyantingan, pewarnaan, dan penjemuran juga termasuk ke

dalam aktivitas locating, di mana setiap bagian memiliki lokasi atau tempat

tersendiri yang sudah ditentukan dalam proses produksi batik. Aktivitas

desingnig and building dapat ditemui dalam proses pendesainan pola batik

hingga pembuatan pola di kain sehingga menjadi batik, di mana proses ini

dimulai dari proses rekonstruksi hingga pembuatan batik. Aktivitas

explaining ditemukan pada alasan-alasan dibuatnya suatu pola batik yang

memiliki makna filosofis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran:

1. Bagi pendidik

Tenaga pendidik dapat menggunakan motif-motif batik khususnya

motif batik lokal dalam mengajarkan materi mengenai pengubinan, simetri,

maupun transformasi geometri. Hal ini lebih dapat menarik minat belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

peserta didik karena batik merupakan benda atau hasil budaya yang ada di

kehidupan atau keseharian peserta didik.

Selain itu pendidik juga dapat menerapkan apa yang sudah diteliti

oleh peneliti dan menguji coba di kelas sehingga menjadi penelitian baru

yang berguna bagi dunia pendidikan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti dapat menemukan narasumber yang lebih banyak dan

bersedia untuk dilibatkan dalam proses pengambilan data. Selain itu peneliti

juga dapat lebih khusus dalam menemukan kegiatan pembatikan yang

termasuk kedalam aktivitas matematika.

Aktivitas fundamental matematis explaining, dapat lebih meninjau

mengenai alasan-alasan pembatik dalam membuat motif berkaitan dengan

alasan pembatik membuat motif dengan rotasi tertentu, pencerminan, dan

glide reflection. Begitupula untuk aktivitas fundamental matematis lainnya

dapat lebih digali secara mendalam.

Peneliti dapat mengembangkan atau merancang motif batik baru

berdasarkan karakteristik setiap wallpaper group. Hal ini dapat membantu

pengrajin batik dalam mengembangkan motif-motif baru yang dapat

ditemukan dari konsep matematika.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Shehenaz. 2004. Ethnomathematical Ideas in the Curriculum. Mathematics


Education Research Journal Vol. 16 No. 2.

Ascher, Maria. 1991. ETHNOMATHEMATICS A Multicultural View of


Mathematical Ideas. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing
Company.

Ascher, M., dan Ascher, R. 1986. Ethnomathematics. History of science, 24(2),


125-144.

Brandt, A., dan Chernoff, Egan J. 2014. The Importance of Ethnomathematics in


the Math Class. Ohio Journal of School Mathematics, Fall 2014, No. 71.

Gallian, Joseph A. 2015. Contemporary Abstract Algebra 9𝑡ℎ Edition. Boston:


Cengage Learning.

Gusfield, Joseph R. 2006. Contexts Vol. 5 No. 1. California: Sage Publications, Inc.

Haryanto, Toto Nusantara, Subanji dan Abadyo. 2016. Ethnomathematics in Arfak


(West Papua –Indonesia): Hidden Mathematics on knot of Rumah Kaki
Seribu. AcademicJournals Vol. 11(7), pp. 420-425, 10 April, 2016.

Horne, Clare E. 2000. Geometric symmetry in patterns and tilings. England:


Woodhead Publishing.

Junaidi, Lalu Alwan. 2015. ETHNOMATHEMATICS SASAK: GEOMETRY


CONCEPTS IN COMMUNITY LIFE BANYUMULEK WEST LOMBOK.
International Conference on Mathematics, Science, and Education 2015
(ICMSE 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Katsap, Ada dan Silverman, Fredrick L. 2016. Ethnomathematics of Negev


Bedouins’ Existence in Forms, Symbols and Geometric Patterns. Rotterdam:
Sense Publisher.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press

Liu, Yanxi dan Collins, Robert T. 1998. Frieze and Wallpaper Symmetry Groups
Classification under Affine and Perspective Distortion. Pittsburgh: Carnegie
Mellon University.

Merriam, S.B. 2009. Qualitative Research : A Guide to Design and Implementation.


San Francisco : Jossey-Bass.

Morandi, Patrick J. 2007. Symmetry Groups: The Calssification of Wallpaper


Patterns Mathematics 482/526. Las Cruces: Department of Mathematical
Sciences New Mexico State University

Powell, Arthur B. dan Frankenstein, Marilyn. Ethnomathematics Challenging


Eurocentrism in Mathematics Education. Albany: State University of New
York Press.

Parmono, Kartini. 1995. Simbolisme Batik Tradisional. Jurnal Filsafat, No.23,


November 1995

Rosa, Milton dan Orey, Daniel Clark. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects
of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2). 32-54.

Rusliah, Nur. 2016. Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisional


Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi
Jambi. ICON UCE 2016 Collaborative Creation Leads to Sustainable
Change.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Santoso, Eko Budi. 2013. Symmetry Groups of Single-Wall Nanotubes. Tesis.


Faculty of the Graduate School of the Ateneo de Manila University.

Sulistyabudi, Noor. 2017. Batik Gringsing dan Ceplok Kembang Kates Bantul.
Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 93-102.

Suwarsono. 2015. PPT Etnomatematika (Ethnomathematics) Materi Kuliah S2


Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Weyl, Hermann. 1952. Symmetry. New Jersey: Princeton University Press.

http://wijirejo.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/6-Sejarah-Singkat-Desa-
Wijirejo (diakses pada tanggal 2 Januari 2018)

http://www.math.toronto.edu/~drorbn/Gallery/Symmetry/Tilings/Sanderson/index.
html (diakses tanggal 29 Mei 2018)

https://gpswisataindonesia.info/2016/11/batik-bantul (diakses pada tanggal 2


Januari 2018)

http://www.gambar-mewarnai.com (diakses pada tanggal 9 Juli 2018)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Lampiran 3: Pedoman Wawancara


No Kegiatan atau Aktivitas Indikator Catatan
Aktivitas Matematika
1 Perencanaan Pola
- Perkiraan pola Designing - Menentukan pola Pertanyaan
and building yang akan dibuat nomor 1, 2, 3

Playing - Memainkan pola Pertanyaan


untuk menemukan nomor 6 dan 7
motif batik yang
diinginkan

Explaining - Menemukan makna Pertanyaan


dari motif batik nomor 4 dan 8
yang akan dibuat

Counting - Memperkirakan Pertanyaan


waktu penyelesaian nomor 9
suatu batik

- Pembuatan pola Designing - Pembuatan pola asli Pertanyaan


and building - Pembuatan pola nomor 2 dan 3
modifikasi

Measuring - Mengukur jarak atau Pertanyaan


lebar antar pola nomor 5
- Mengukur luas kain
yang digunakan
2 Perencanaan Produksi
- Perkiraan bahan Locating - Menentukan tempat Pertanyaan
baku yang mensuplai nomor 16
bahan baku

Counting - Menentukan Pertanyaan


banyaknya pegawai nomor 13 dan
yang akan 14
digunakan
- Menentukan upah
pegawai

- Perkiraan pegawai Locating - Menentukan Pertanyaan


pembagian tugas nomor 15
pegawai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

3 Pemasaran
- Penentuan harga Counting - Menghitung Pertanyaan
penentuan harga jual nomor 17
batik

- Penentuan lokasi Locating - Menentukan cara di Pertanyaan


pemasaran mana batik akan nomor 18 dan
dipasarkan 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Lampiran 4: Instrumen Wawancara

A. Perencanaan dan Pembuatan Pola


1. Bagaimana bapak/ibu menentukan pola batik yang akan dibuat?
2. Adakah cara khusus dalam menentukan atau membuat pola?
3. Dalam pembuatan pola modifikasi, bagaimana cara menentukan atau
membuat pola modifikasi dari pola batik yang sudah ada sebelumnya?
4. Adakah keterkaitan motif baru dengan motif yang sudah ada sebelumnya?
Baik dari segi sejarah, makna, dsb.
5. Adakah pengukuran khusus yang digunakan ketika membuat pola/motif
batik? Jika ada bagaimana?
6. Bagaimana bapak/ibu menentukan atau mempertimbangkan suatu pola
yang sudah dibuat, akankah diproduksi lagi atau tidak?
7. Bagaimana cara bapak/ibu memainkan pola agar tercipta suatu motif batik
yang diinginkan?
8. Adakah makna dari motif batik yang bapak/ibu buat? Jika ada, apakah
maknanya?
9. Bagaimana bapak/ibu menghitung banyaknya waktu yang digunakan dalam
penyelesaian satu kain batik?
B. Perencanaan Produksi
10. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan jumlah pegawai yang akan
digunakan?
11. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan upah pegawai?
12. Bagaimana cara bapak/ibu membagi tugas pegawai sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan?
13. Bagaimana cara bapak/ibu memilih tempat yang mensuplai bahan produksi?
C. Pemasaran
14. Bagaimana cara menentukan harga jual batik dengan motif yang berbeda?
15. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan lokasi di mana batik di pasarkan?
16. Adakah perbedaan dalam memasarkan batik dengan menjual ditempat
sendiri dengan di jual atau dipasarkan di tempat lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Lampiran 5: Profil Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian Pertama


Nama : Topo
Umur : 70
Pendidikan Terakhir : SR
Nama Usaha Batik : Batik Topo

2. Subjek Penelitian Kedua


Nama : Doni Adhi Saputra, S.T.
Umur : 25
Pendidikan Terakhir : S1
Nama Usaha Batik : Adhinata Batik

3. Subjek Penelitian Ketiga


Nama : Tugiran
Umur : 50
Pendidikan Terakhir : SR
Nama Usaha Batik : Batik Tugiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Lampiran 6: Transkripsi Data S1

Transkripsi Data S1 dari Wawancara

Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Senin, 26
Maret 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S1 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 26 Maret 2018
Kode Subyek : S1
Peran : Pemilik Usaha Batik

P1001 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian kain


batik?
S1001 Prosesnya lama, satu potong satu bulan, kalau orang yang mau
mantu menikah itu 7 bulan sudah pesan kalau minta batik tulis.
Kalau cap dua minggu sudah jadi.
P1002 Satu potong kainnya ukurannya berapa ya bu?
S1002 2,5 meter panjangnya, kainnya tu mori primisima, prisima niku ada
3 macam, primisima gong, primisima lar, primisima tarik kupu,
prismisima kereta kencana. Primisima ada 4 macam, ada yang
mahal, sederhana, ada yang agak murah sedikit.
P1003 Itu primisima yang membedakan apanya bu?
S1003 Yang membedakan halusnya, kalau kereta kencana nomor satu,
harganya 1,5jt, satu perpiece, jadi untuk dipakai kaiin jarik itu jadi
13 potong, jadi 100 lebih untuk selembar kain, kainnya sudah 100
lebih. Nanti kalau dipotong jarik 1 piece jadi 13 potong harganya
1,5jt, kalau kain biasa itu 400 per piece jadi 13 untuk pakai jarik,
tapi untuk macam-macam kain itu miturut pesenan, ada yang 2,5
2,25 ada yang 2 meter, kalau saya yang dibikin dipajang itu ya
macam2 ada yang 2,5 2,25 2 meter, nanti kalau batik tulis sek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

setengah halus 2m 170 2,5m 215rb, itu wung batik seng sederhana,
nek sek untuk jarik itu mahal.
P1004 Dapat bahan kain, ibu ada tempat khusus atau ada yang ngirim?
S1004 Di dekat beringharjo, jadi kain belinya box-boxan, 1 box ada yang
1000 meter, ada yang 2000 meter, jadi digebal untuk bagor, ndak
ngecer, kalau ngecer itu (10 m) lebih mahal, kalau bubukan itu
selisihnya 1000 per yar nya.
Ini saya yang banyak cap, kalau semua nanti batik tulis ndak
nyampe, stok ndak bisa banyak, kalau sederhana 2m itu 65 ada ,
yang paling murah 2m untuk seragam anak sekolah, kalau mahal2
wali murid ndak mau, terus ada yang 75 ada yang 100 125 itu
kombinasi itu yang cap, kalau batik tulis yang 170 2m
P1005 Bagaimana perbandingan produksi untuk batik cap dan batik tulis?
S1005 Banyak produksi yang cap, 1 orang 10 lembar kalau cap dalam 1
hari, untuk tulis 1 bulan, kalau cap bisa 300 kalau tulis 1 potong
P1006 Banyaknya karyawan ada berapa bu?
S1006 Ingkang kerja 25 sedoyo kulo, ngih riyin mung niku 4 seng
pindahan, trus tambah-tambah.
Kulo wiwit awal ndamel batik tahun 82, pertama sampai sekarang
jd sd 34 tahunan,
P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 25 tapi tempatnya lain2, ada yang tempatnya dianak saya ada yang
disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9 di anak saya, kulo ken
mandiri mas, sak bisa-bisane saged nuruni kulo, trus seng kerja
neng hak kulo niku tasih teng papan e mbak tami, soale teng mriki
sampun katah mas, nek seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9
P1008 Tiap pegawai ada spesifikasi dia kerja ya bu?
S1008 Beda2 ya ini nanti ngecap, ngecapnya ada yang nglowong ada
yang nembok, cap niku 2 orang yang ngerjain, satu motif dua
orang, terus ingkang mewarnai 2 terus saya di sana 2 di sini 3,
khusus mewarnai, yang nglorot mewarnai kain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

P1009 Bagaimana cara ibu dalam menentukan upah pegawai?


S1009 Penentuan upah berdasarkan keahlian masing-masing.
Upah dihitung harian dan dibayarkan mingguan. Jadi setiap sabtu
mereka mendapatkan upah dan tidak pernah tidak selama ini.
Untuk jumlah nominalnya masing-masing berbeda, dari Rp 10.000
sampai Rp 20.000
P1010 Untuk pola-pola batiknya bu?
S1010 Cap, niku yang didamel dari tembaga kalau pesen di kota sebelah
rs wirosaban jadi nitikan, kulo nek mesen teng mriko, kulo wiwit
awal damel batik kulo mlajare teng mriku, sak upami wonten
priyai neng sekolahan motif diharuskan ini motif yang beli ibu,
nanti dibawa pulang boweh, kalau hak paten saya ndak bisa jual,
ndak berani, ada pesenan kraton yang ngak jual jadi kalau ndak ada
pesenan dari kraton yang ndak buat
P1011 Ibu, punya pola, lalu pola di kasih ke yang buat cap?
S1011 Iya, nanti fotokopi gambar trus mangke kulo sodorke seng ndamel
cap niku
P1012 Pembuatan pola batik, ibu buat sendiri?
S1012 Kalau yang saya jual itu saya sendiri tapi kalau ada yang pesan itu
untuk khusus dadine mboten nganu, mriko seng ndamel,
P1013 Kalau dari motif yang ibu buat, bagaimana ibu bisa menentukan
pola?
S1013 Itu lihat gambar2 terus difotokopi, bapak sampun kulino ngarap
cap dados sak model2 nopo sampun mangertos,
P1014 Berarti ada permainan pola bu?
S1014 Iya mas, sudah terbiasa, bapak sudah biasa membuat pola-pola
P1015 Ukuran capnya bu?
S1015 Ukuran cap ada 18 cm 20 cm, motif apa besar apa kecil.
P1016 Ukuran motif, apakah ada perbandingannya?
S1016 Nha itu tergantung mas, model gambarnya capnya panjang apa
pendek, kalau besar 20an cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

P1017 Ada keterkaitan dengan motif yang dibuat dengan motif yang
sudah ada?
S1017 Saya rasa tidak ada mas
P1018 Apakah waktu penyelesaian juga dipengaruhi oleh motif?
S1018 Penyelesaian sama, batik tulis itu nyeremit, kalau batik tulis ndak
halus 1 minggu 2m sudah jadi, ynsg hsrgs 170 2m, kalau cap paling
murah 65rb 2m itu batik cap satu warna kalau dua warna lain lagi,
soale masih diwarnai lagi
P1019 Ada pertimbangan dalam membuat motif yang sudah diproduksi?
S1019 Ada, terus itu ndak, nanti kalau ada pesenan yang saya anu ndak
dibatik itu diistirahatkan nanti ada pesenan terus dibatik lagi,
miturut pesenan, jadi dipajang lain-lain batiknya ndak sama
Motifnya banyak mas, motif cap ada 20 lebih tulis 10 lebih
P1020 Harga jualnya bu penentuannya bagaimana?
S1020 Kalau satu warna 65 tulis 170, selisihnya jauh kan, cap kombinasi
ada 125, 100, 150 ya nanati kalau itu batiknya banyak atau tidak
niku menentukan satu warna lebih cepet, kalau dua warna ada yang
ditutup, bar ditutup diwarnai lagi biayanya mundak sejalan,, waktu
juga berpengaruh 100 potong bisa 10 hari, klau dua warna bisa 20
hari nutupnya 10 hari batik lagi
P1021 Selain dijual sendiri apakah juga dijual di tempat lain?
S1021 Kalau ditoko2 ndak setor, di luar ada, luar negeri ada, papua ada,
itu nanti kirim gambar nanati saya ngirim, tapi uang dibayar dulu
kalau ndak saya kejadian, ngurus ndak bisa, misal barang sudah
dikirim tapi sana belum bayar kan kesulitan mas nyarinya, jadi
sekarang dibayar dulu baru saya kirim barangnya
P1022 Ada perbedaan harga?
S1022 Tidak ada perbedaan harga, hanya saja untuk ongkos pengiriman
dibebankan kepada pembeli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Lampiran 7: Transkripsi Data S2

Transkripsi Data S2 dari Wawancara

Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Rabu, 28
Maret 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S2 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 28 Maret 2018
Kode Subyek : S2
Peran : Pemilik Usaha Batik

P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?


S2001 Dari pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak itu lo mas, ya
ukurannya segitu ukuran kertas minyak yang kita beli di fotokopi
itu lo ya patokkannya itu, jadi nanti kalau satu kain kan rata2 2m
sampai 2,5m, jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling
terkecil itu kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa
ya itu nanti kita geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas
minyak tadi
P2002 Jadi satu pola di HVS jadi patokan?
S2002 Iya, tapi kalau di kertas minyak kan sudah gede jadi Cuma
beberapa kali
P2003 Bisa dapat polanya itu bagaimana?
S2003 Pertama digambar dulu, misalnya kita ada ngeblat dari google
misalnya motif burung kita print, kalau print kan ukuran kwarto
dari kwarto kita malkan di kertas minyak ukuran yang besar, rata2
pakainya kertas minyak
P2004 Dapat motif melihat dari motif yang sudah ada?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

S2004 Yang sudah ada bisa atau kita membuat sendiri, yang buatt sendiri
misalkan kawung kan gampang tinggal kotak2 lalau dibuat
kawung
P2005 Kalau motif sendiri yang dibuat tanpa melihat motif yang sudah
ada itu bagaimana?
S2005 Biasanya kontemporer, dia cenderung abstrakk sesukanya kita
gambar, jadi tidak ada patokan ukuraan simetris gitu, jadi
memamng pulau, abstrak, ndak berpola, seimajinansinya kita
jatuhkan di kain
P2006 Buatan sini yang punya pola-pola sendiri leih liat batik klasik?
S2006 yang punya pola2 biasanya cenderung ke batik klasik atau yang
teratur, cenderung ke klaisk itu kan terus menerus, berulang,
motifnya berulang, ada simetrinya juga
P2007 Adakah makna dari motif yang bapak buat?
S2007 Kalau filosofi batiknya ada, khusus untuk batik klasik filosofinya
ada semua, tapi untuk batik kontemporer dan batik motif-motif
modern sekarangkan dia cenderung abtrak jadi motifnya sudah ada
cuma tinggal ditempelkan dibagian mana gitu, kalau motif klasik
ada filosofinya sendiri
P2008 Ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6, rumahan
sekitar 3, kana da yang dibawa pulang gitu
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing
P2010 Jadi ada satu orang untuk satu tugas khusus?
S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika dia
mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya
P2011 Bagaimana penentuan gaji yang diterima pegawai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

S2011 Kalau saya sistem borong kain jadi apa yang sudah dikerjakan
kami bayar dan itu dari tingkat kerumitan motif itu sendiri, jadi
batik itu ada yang halus, halus banget, ada yang kasar dan
klowong, la itu macem2 harganya, jadi kita ndak bisa matok ini
harga sekian ini sekian itu ndak bisa jadi tingkat kerumitan dan
motif itu yang membedain rangenya gaji, kalau yang paling
sederhana sekitar 60-80ribu dan yang tersulit bisa diatas 200rb,
banyak warna juga pengaruh tapi ngaruhnya bukan di pembatiknya
tapi ditingkat jual saya, karena kan harga produksi bahan untuk
pewarnanya kan yang membedakan
P2012 Bagaimana dengan gaji pegawai perharinya?
S2012 Gaji perhari 20-40rb, tapi saya bagi dia rutin kerja dia berapa yang
dapat , dapatnya itu ya dia sekitar segitu kadang ada yang
pengennya masuk siang itu ndak pengaruh kan dia , sistem saya
kan etos kerja, prestasi jadi semakin banyak yang dia hasilkan
semakin besar gaji yang diperoleh
P2013 Bagaimana penentuan harga jual di tempat lain?
S2013 Kalau yang saya jual on atau ofline harga sama, cuma untuk
ongkos kirim saya tangguhkan kepada pembeli, tidak ada yang
membedakan on maupun ofline walaupun dijual dimananpun
harganya sama yang membedakan cuma ongkosnya dia
menanggung ongkos kirim otomatis harganya, harga jualnya
tinggi, tapi walaupun begitu itu sama saja
P2014 Bagaimana menenukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak?
S2014 Kalau saya biasanya gini, produksi yang sudah ada nanti besoknya
diganti dulu jadi yang sudah ready stok ganti motif dulu, kalau ini
muter lagi nanti kalau ini sudah habis nanti balik lagi jadi tetep
saya reproduksi lagi , tapi kemungkinan jaraknya agak lama, jadi
tetap diproduksi lagi walaupun putarannya lama
P2015 Bagimana cara bapak dalam menarik minat pembeli?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

S2015 Saya memanfaatkan media sosial berefek juga, mengikuti event-


event juga ngaruh, walaupun tempatnya terpencil tapi lewat media
sosial kami membuat gebrakan besar, dan motif kami memiliki ciri
khas yang berbeda
P2016 Adakah perbedaan beli online maupun offline?
S2016 Masih 50:50 , ofline maupun online masih banyak, kalau online
ngirimnya partai besar, langganan di Kalimantan ada, di Bali ada.
Itu sudah rutin tiap bulannya. Perbulannya bisa keluar kira-kira
400 potong kain.
P2017 Ada produksi cap?
S2017 Ada tapi saat ini sedang tidak produksi karena bahan bakunya
habis.
P2018 Banyak produksi lebih banyak cap atau tulis?
S2018 Produksi dalam sebulan banyak yang cap, cap seharu bisa 30
potong, kalau tulis seminggu bisa jadi satu, untuk satu orang yang
mengerjakan
P2019 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S2019 Untuk batik cap dijual dari Rp 75.000 sampai Rp 200.000
Untuk kombinasi (cap dan tulis) dijual dari Rp 150.000 sampai Rp
200.000
Untuk batik tulis dijual dari harga Rp 200.000
P2020 Bagaimana penentuan tempat penyuplai bahan baku?
S2020 Toko2 tertentu sudah berelasi, karena sudah langganan
P2021 Adakah alasan khusus memilih penyuplai bahan baku?
S2021 faktor karena sini sentral dia rutin ngirim, hampir tiap hari ngirim,
tiap pagi sebelum orang produksi dia nganter dulu, jadi sebelum
produksi di mulai dia keliling, tiap pagi dia setor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Lampiran 8: Transkripsi Data S3

Transkripsi Data S3 dari Wawancara

Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Kamis, 5
April 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S3 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 5 April 2018
Kode Subyek : S3
Peran : Pemilik Usaha Batik

P3001 Bagaimana cara bapak menentukan waktu penyelesaian kain


batik?
S3001 Kalau cap 1 hari 10-15 potong , kalau batik tulis 1 potong bisa 1
minggu untuk satu orang yang mengerjakan
P3002 Bagaimana cara bapak dalam merencanakan pola yang akan
dibuat?
S3002 Awal-awalnya cuma lihat, istilahnya di kertas, gambarnya seperti
ini, kalau lebih cepat saya buatkan cap, dari tembaga, nanti sudah
selesai saya buat pakai kain
P3003 Bagaimana menentukan pola yang akan dibuat?
S3003 La cuma ngarang-ngarang, nanti saya punya motif ini saya buat
cantingnya, dapat pola dari imajinasi, kalau saya ada minat nyoba-
nyoba ada, tapi ini baru di kertas ini, kalau di batik tulis ini di kasih
kain mori, nanti di blak, kelihatan kan, nanti baru di kasih pensil,
nanti kalau sudah baru dibatik dikasih canting sama malam
P3004 Adakah jenis-jenis kain yang digunakan?
S3004 Ada 5 macam kain, kainnya nanti lebih halus lebih mahal batiknya
lebih mahal lagi, nanati ngaruh di harganya. Satu kain rata-rata 2
meter sampai 2,25 meter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

P3005 Adakah keterkaitan atau makna dari motif batik yang dibuat?
S3005 Ya cuma, saya ndak ada, cuma gambar burung, nak ciri khas jogja
nak parang2, kawung, truntum, ada maknanya sendiri, untuk motif
tradisional pasti ada maknanya
P3006 Bagaimana dengan motif modifikasi pak?
S3006 Ada,nanti ada barong ada seling nithik ada seling curigo,
Kalau ndak jadi tergantung yang buat nanti umpama ini bagus,
tergantung yang buat
P3007 Bagaimana cara bapak bisa membuat motif modifikasi yang pas?
Bisa menyatu?
S3007 Ya saya cuma ide sendiri nyoba, saya pikir saya kombinasi sama
ini tapi hasilnya malah bagus, ya sudah biasa juga untuk
menggabungkan beberapa motif
P3008 Adakah ukuran khusus yang digunakan?
S3008 Ada, ini kawung besar kawung bengkol, yang kecil kawung sen,
kawung picis, paling kecil kawung picis, cuma sini jarang
dijalankan, ada kawung prabu
P3009 Bagaimana menentukan ukurannya?
S3009 Sebelum buat cap ya dikira2 buat kawung berapa cm nanti diping
berapa bisa sama. Ya banyak yang kecil ada, ini sama-sama
kawung beda, sama ini, ini kawung ini juga kawung, ini kawung
sen, ini kawung kopi pecah, ini kawungnya lebih besar, ini juga
kawung
P3010 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga dengan
motifnya?
S3010 Perbedaan cuma berapa menit, kalau cap lebih besar, hasilnya
lebih lebar, kalau segini bisa berapa cap
P3011 Untuk ukuran capnya sendiri bagaimana?
S3011 Yang paling besar 30cm2 yg paling besar lagi di kasih pojong
Loyang gak kena, jadi hasilnya dak baik, yang lebar tu 30 cm kalau
yang lerek itu Cuma 20x25, kalau seperti lerek itu kan persegi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

panjang tapi kalau kawung ini persegi, kalau kawung besaar


persegi panjang
P3012 Apakah ukuran cap sudah ditentukan oleh pembuat capnya?
S3012 Ukuran cap tergantung yang minta pemesan, jadi ukurannya tidak
ada patokan
P3013 Bagaimana cara bapak dalam penentuan bahan baku yang
digunakan?
S3013 Sama, nanti tergantung motif tergantung warna, ciri khas jogja kan
coklat putih, kalau pekalongan solo, ada coklatnya, kalau abstrak
ada purnawarna warnanya itu
P3014 Kalau pegawai, ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S3014 Kalau yang putra 6 yang putri 3
P3015 Adakah pembagian tugas untuk pegawai?
S3015 Yang 6 itu emua ngecap, buat motif, kalau yang putri batik canting,
kalau saya, kalau ada waktunya kerja ya warna, ya ngecap, ya
menjual
P3016 Batik tulis pembuatan pola juga dikerjakan oleh 3 pegawai putri?
S3016 Ya, awalnya kain itu dikasih sini, kan kelihatan ini, lalau dikasih
potelot, lalu kalau sudah semua di kasih malam pakai canting, yang
lama prosesnya, tapi kalau sudah ahli yang ndak pakai ini juga
sudah bisa
P3017 Bagaimana cara bapak dalam menentukan gaji yang diterima
pegawai?
S3017 Ya kalau itu harian, satu hari ada yang 60rb, ada yang borong,
kalau borong itu bisa dapat 20 ya itu dikali 20, ya satu potong itu
upahnya berapa di kalaikan 20 gitu
P3018 Adakah tempat khusus dalam pemilihan penyuplai bahan baku?
S3018 Sini Cuma pas2, ndak nyetok, ya ndak ada modal, macam2
harganya satu warna itu. Untuk kain ya biasanya , sini biasanya
ada yang ngasih kain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

P3019 Ada yang pesan atau bagaimana dalam memilih pola diproduksi
kembali atau tidak?
S3019 Kadang itu ada yang pesan, cuma hari biasa tu ya cuma seperti ini,
nanti ada warna beda apa motif beda nanti pesen saya buatkan,
kebanyakan trah HB I, II, III, VI, VII, VIII saya yang buat. Jadi
saya sering dapat pesenan.
P3020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S3020 Kalau seperti batik itu satu potong ukuran kain 1,5m lebar 2,25m
itu 75rb
Kalau ini lebih mahal, karena kain mahal, dari kain menentukan
harga, warnanya juga nanti menentukan harga, warna banyak nanti
proses lebih lama , nanati lebih mahal lagi
P3021 Apakah ada cara khusus dalam menentukan harganya atau beda
harganya?
S3021 Ya selisihnya 20-25rb, untuk kain,
Untuk warna rentang bedanya, ya kurang lebih 15-20rb,
Rentang harga dari 75-500, ada yang 175, 350, nanti tergantung
pewarna sama kainnya
P3022 Apakah ada perbedaan harga ketika menjual di luar?
S3022 Kalau saya cuma sama, tapi yang membedakan ongkos kirimnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Lampiran 9: Algoritma Brian Sanderson


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Lampiran 10: Peta Desa Wijirejo

(Gambar Peta Desa Wijirejo diperoleh dari Google Map)

Anda mungkin juga menyukai