Anda di halaman 1dari 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA KEGIATAN SAPARAN


BEKAKAK AMBARKETAWANG DI GAMPING , SLEMAN ,
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :
ROBERTUS MARCO NIO ANDRIYANTO
NIM : 161414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKANMATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karya ini

kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberkati selalu langkahku dan

membimbingku.

Kedua orangtuaku

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Almamaterku.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“Sebagus apapun teorimu, sepintar apapun kamu, tapi kalau gak ada eksekusi,

kamu tetap salah”

~Richard P.Feynman

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,

menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang

mengetok, baginya pintu dibukakan. ”

Matius 7:7-8

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Robertus Marco Nio Andriyanto. Kajian Etnomatematika Pada Kegiatan
Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping, Sleman, Yogyakarta. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Sanata Dharma.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit
dipahami. Oleh karena itu, metode yang efektif dibutuhkan untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi. Etnomatematika dapat menjadi salah satu cara
efektif untuk membantu siswa karena kebudayaan merupakan hal yang tidak asing
lagi bagi peserta didik. Contoh nyatanya adalah tradisi Saparan Bekakak
Ambarketawang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui aspek sejarah dan
perkembangan saparan bekakak, (2) mengetahui aspek filosofi saparan bekakak dan
(3) mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada
kegiatan saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode yang
digunakan adalah wawancara dengan narasumber. Subjek penelitian ini terdiri dari 2
narasumber utama dan 2 narasumber pendukung. Objek pada penelitian ini adalah
tradisi Saparan Bekakak oleh masyarakat Ambarketawang di Gamping.
Hasil penelitian ini bahwa (1) pada aspek historis pada kegiatan saparan
bekakak ini sudah berlangsung sejak 1756 Masehi dan sudah mengalami berbagai
perkembangan dari segi pelaksanaan sederhana sampai modern, (2) pada aspek
filosofis menunjukkan bahwa tradisi Saparan Bekakak ini sebagai bentuk
permohonan keselamatan bagi masyarakat di Ambarketawang, (3) pada aspek
matematis terdapat aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yaitu a) aspek
menghitung meliputi jumlah pengantin Bekakak , jumlah tandu Bekakak dan jumlah
tempat penyembelihan pengantin Bekakak, b) aspek mengukur meliputi mengukur
jarak kirab, mengukur ukuran Bekakak, mengukur genderuwo, c) aspek penentuan
lokasi meliputi rute kirab dan urutan unsur-unsur kirab, d) aspek mendesain meliputi
bentuk Bekakak, bentuk penunggu gunung dan bentuk tempat pengantin, e) aspek
bermain meliputi bentuk kirab dan waktu pelaksanaan Saparan Bekakak, f) aspek
menjelaskan meliputi makna pengantin Bekakak, makna Saparan Bekakak, dan
makna pembagian sajen.
Kata Kunci : Etnomatematika , Tradisi Saparan Bekakak , Aktivitas Fundamental
Matematis.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Robertus Marco Nio Andriyanto. Ethnomatematics Study on Saparan Bekakak
Ambarketawang Activities in Gamping, Sleman, Special Region of Yogyakarta.
Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Sanata Dharma
University Yogyakarta.
Mathematic is one discipline area that are still considered difficult to
understand. Therefore, an effective approach is needed in order to enhance the
students‟ understanding. Ethnomathematics can be used to facilitate the students„
needs due to the importance of culture and its existence in their lives. The real
example is tradition of saparan bekakak. The purposes of this research are (1) to
explore the historical aspect and development of saparan bekakak, (2) to explore
philosophy aspect of saparan bekakak, (3) to explore the fundamental mathematic
activity according to Bishop in saparan bekakak Ambarketawang.
The type of this research was a descriptive qualitative study. The researcher
used interview as its method. The subject consists of two main interviewees and two
additional interviewees. The researcher used the Ambarketawang community event
which takes place in Gamping, namely saparan bekakak.
The results of this study indicate that the historical aspect shows that
saparan bekakak activity has been going on since 1756 AD and has experienced
various developments from a simple to modern costume. On the philosophical
aspect, it shows that the saparan bekakak tradition is a form of asking for safety for
the people in Ambarketawang. In the mathematical aspect, there are fundamental
mathematical activities according to Bishop, namely a) the counting aspect includes
the number of bekakak brides, the number of bekakak litters and the number of
places for slaughtering the bekakak brides, b) the measuring aspects include
measuring the distance of the carnivals, measuring the size of the bekakak,
measuring genderuwo (mountain gatekeeper), c) aspects of locating covers the route
of the carnival and the order of the elements of the carnival, d) the design aspect
includes the shape of the bekakak, the form of the mountain gatekeeper and the
shape of the place of the bride, e) the playing aspect includes the form of the
carnival and the timing of the bekakak presentation, f) the explaining aspect
includes the meaning of the bekakak bride, the meaning of the presentation saparan
bekakak, and the meaning of the distribution of offerings.
Keywords : Ethnomathematics, Saparan Bekakak Tradition, Fundamental
Mathematical Activities

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : Kajian Etnomatematika Pada
Kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika .
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing dan memberkati dalam
penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam.
4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
5. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan-pengetahuan dalam
bidang ilmu matematika dan pendidikan matematika yang menjadi bekal
untuk penulis di kemudian hari.
8. Orang tua penulis, Antonius Nanang Edy Subagya dan Christina Endang
Purwandari serta Florensia Rosa Nia Septianingsih dan Gregorius Yanuar
Nilo Paulana yang telah mendukung dan memberi semangat dalam
penyusunan skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika sekalian yang


membantu dalam bentuk dukungan dan semangatyang tidak bisa disebutkan
penulis satu persatu.

Penulis sangat berharap skripsi ini berguna bagi pembaca dan


memberikan inspirasi. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah yang
penulis buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran
yang membangun.

Yogyakarta, 29 September 2020

Penulis

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 4
D. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 5
E. Batasan Istilah .............................................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan……………..………………………………………….………6

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................................... 7


A. Masyarakat dan Kebudayaan Jawa .............................................................................. 7
B. Saparan Bekakak.......................................................................................................... 8
1. Sejarah Saparan Bekakak ..................................................................................... 8
2. Pelaksanaan Saparan Bekakak ........................................................................... 13
3. Etnomatematika ................................................................................................. 22
4. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop .......................................... 25
A) Menghitung ........................................................................................................ 25
B) Mengukur ........................................................................................................... 26
C) Penentuan Lokasi ............................................................................................... 26

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D) Mendesain .......................................................................................................... 27
E) Bermain .............................................................................................................. 27
F) Menjelaskan ....................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 31
A. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 31
B. Narasumber Penelitian ............................................................................................... 32
C. Objek Penelitian......................................................................................................... 32
D. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 32
E. Bentuk Data ............................................................................................................... 32
F. Metode dan Instrumen Penelitian .............................................................................. 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 35
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 38
I. Penjadwalan Waktu Penelitian .................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 41
A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................ 41
B. Analisis dan Pembahasan........................................................................................... 43
1. Sejarah Saparan Bekakak ................................................................................... 43
2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak .............................................................. 47
3. Aktivitas Fundamental Matematis ..................................................................... 50
C. Rangkuman Hasil Analisis......................................................................................... 68
1. Sejarah Saparan Bekakak ................................................................................... 68
2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak .............................................................. 69
3. Aktivitas Fundamental Matematis ..................................................................... 71
D. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................. 79
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 81
B. Saran .......................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 89

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penjadwalan Waktu Penelitian ........................................................................ 40


Tabel 4.1 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Sejarah ............................................ 43
Tabel 4.2 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Sejarah ............................................ 44
Tabel 4.3 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Sejarah ............................................. 45
Tabel 4.4 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Tradisi ............................................. 47
Tabel 4.5 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Tradisi ............................................. 49
Tabel 4.6 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Jumlah Pengantin Bekakak .......... 50
Tabel 4.7 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Jumlah Jodhang Pengantin ........... 51
Tabel 4.8 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin
Bekakak ................................................................................................................................ 52
Tabel 4.9 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Jarak Kirab ..................................... 52
Tabel 4.10 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Ukuran Pengantin Bekakak ........ 53
Tabel 4.11 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Ukuran Genderuwo ..................... 54
Tabel 4.12 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Rute Kirab .................................... 56
Tabel 4.13 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Unsur pada Kirab ........................ 56
Tabel 4.14 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Bentuk Bekakak .......................... 58
Tabel 4.15 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Bentuk Penunggu Gunung ......... 59
Tabel 4.16 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Tandu Pengantin .......................... 60
Tabel 4.17 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Bentuk Kirab ............................... 61
Tabel
4.18 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Waktu Pelaksanaaan Saparan ....... 63
Tabel 4.19 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Makna Saparan Bekakak ........... 64
Tabel 4.20 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Makna Saparan Bekakak ............ 65
Tabel 4.21 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Makna Pengantin Bekakak ........ 66
Tabel 4.22 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Makna Pembagian Sajen ............ 67

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 30


Gambar 3.1 Proses Analisis Miles dan Huberman ......................................................... 35
Gambar 4.1 Pengantin Bekakak ........................................................................................ 53
Gambar 4.2 Gambar Genderuwo ...................................................................................... 55
Gambar 4.3 Bentuk Pengantin Bekakak .......................................................................... 58
Gambar 4.4 Bentuk Penunggu Gunung Gamping .......................................................... 60
Gambar 4.5 Jodhang Pengantin Bekakak ........................................................................ 61

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian .................................................................................... 90


Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 91
Lampiran 3 : Surat Permohonan Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara ....... 92
Lampiran 4 : Pedoman dan Instrumen Wawancara ........................................................ 93
Lampiran 5 : Lembar Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara .......................... 98
Lampiran 6 : Profil Narasumber........................................................................................ 99
Lampiran 7 : Transkrip data A1 ...................................................................................... 100
Lampiran 8 : Transkrip Data A2 ..................................................................................... 104
Lampiran 9 : Transkrip Data L1 ...................................................................................... 108
Lampiran 10 : Transkrip Data L2 ................................................................................... 110

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah mata pelajaran yang masih menjadi momok

menakutkan bagi sebagian orang. Hal ini dikarenakan kesulitan materi

yang ada pada mata pelajaran matematika itu sendiri dengan penghitungan

dan penalarannya. Meskipun demikian, pada kenyataannya matematika

adalah salah satu cabang ilmu yang mendasar dan penting yang bisa

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap awal, matematika

terbentuk dari pengalaman siswa berdasarkan realita atau kenyataan yang

ada karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman

itu diproses dengan penalaran, diolah secara analisis dan sintesis dengan

penalaran di dalam pengetahuan sehingga sampailah pada suatu

kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Konsep-konsep

matematika inilah yang sebagian peserta didik belum dimengerti dengan

baik. Sebagian peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan

ide tunggal tetapi sebenarnya matematika merupakan lebih dari sekedar

ide tunggal karena kita bisa menggunakan ide yang kita miliki untuk

menemukan ide baru dan mengembangkan hubungan antar ide-ide yang

sudah ditemukan.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada pembelajaran tentunya dikaitkan dengan budaya-budaya lokal

untuk mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya

dalam berpikir kreatif. Menurut Torres-Velasquez dan Lobo (2004),

perspektif ini merupakan komponen penting dari pendidikan budaya yang

relevan karena mengusulkan bahwa guru perlu membuat pembelajaran

matematika secara kontekstual dengan menghubungkan konten

matematika dengan budaya dan kehidupan nyata pada pengalaman siswa.

Praktik budaya di setiap daerah secara tidak langsung

memungkinkan tertanamnya konsep-konsep matematika dan mengakui

bahwa semua orang mengembangkan cara khusus dalam melakukan

aktivitas matematika yang disebut etnomatematika. Etnomatematika dapat

dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran karena etnomatematika

mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan

oleh semua budaya. Tujuan dari etnomatematika itu sendiri adalah untuk

mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan aktivitas

matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika

akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta

dengan mempertimbangkan budaya yang berbeda dimana merundingkan

praktik matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur,

merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya) (D'Ambrosio,2001).

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman mulai

dari suku, ras, agama dan budaya. Dalam hal ini, rasa saling menghargai

satu sama lain perlu dikembangkan dan ditonjolkan dalam bermasyarakat.

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam segi budaya

misalkan tradisi saparan masyarakat Jawa di Lumajang (Tutuk Ningsih,

2019) dan tradisi saparan Yaa Qowiyyu di Klaten (Mona Erythrea dan M.

Ikhsanudin, 2014). Di Kabupaten Klaten, tradisi saparan dikenal sebagai

saparan Yaa Qowiyyu atau tradisi meyebar apem pada puncak acara

sedangkan di Lumajang tradisi saparan dilaksanakan dengan membuat

jenang sapar sebagai perekat hubungan kekerabatan dengan warisan

walisongo. Berbeda dengan saparan di Gamping, saparan di Gamping

dikenal dengan nama Saparan Bekakak Ambarketawang. Pada

pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping ini terbagi

dalam 4 tahap yaitu tahap midodareni Bekakak, tahap kirab, tahap

nyembelih pengantin Bekakak dan tahap sugengan Ageng. Pada tahap-

tahap tentunya memiliki aktivitas yang berbeda-beda serta memiliki

makna tertentu dari aktivitas te/rsebut. Oleh karena itu, tradisi ini tentunya

terdapat aktivitas yang dapat dikelompokkan ke dalam aktivitas

fundamental matematis menurut Bishop (1988). Hal ini menjadi perhatian

dikarenakan pada jaman sekarang ini budaya-budaya mulai dilupakan oleh

masyarakat sekitar karena perkembangan jaman yang semakin canggih

sehingga menyebabkan sebagian masyarakat lupa akan tradisi setempat.

Selain untuk melestarikan kebudayaan setempat, tujuan dari mengaitkan

kebudayaan ini dengan pembelajaran adalah untuk membantu peserta

didik dalam mengubah pandangannya terhadap matematika yang dianggap

sulit dan abstrak. Etnomatematika juga diharapkan akan menjadi

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gambaran nyata untuk peserta didik terkait penerapan matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai

aspek-aspek fundamental matematis menurut Bishop beserta analisisnya

yang terdapat pada aktivitas saparan bekakak Ambarketawang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aspek sejarah dan perkembangan kegiatan Saparan

Bekakak Ambarketawang di Gamping?

2. Bagaimana aspek filosofi kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketawang di Gamping?

3. Aktivitas fundamental matematis apa saja yang terdapat pada

kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan dari kegiatan

Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.

2. Untuk mengetahui aspek filosofi kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketawang di Gamping.

3. Untuk mengetahui aktivitas fundamental matematis yang terdapat

pada kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Pembatasan Masalah

1. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penjelasan mengenai

deskripsi dari aktivitas kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang

di Gamping.

2. Penentuan aspek fundamental matematis yang berkaitan dengan

kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang ditentukan berdasarkan

aktivitas fundamental matematis menurut Bishop (1988) yaitu

menghitung, mengukur, penentuan lokasi, mendesain, bermain dan

menjelaskan.

E. Batasan Istilah

1. Etnomatematika adalah suatu studi mengenai ide matematika yang

ditemukan pada setiap budaya.

2. Saparan Bekakak adalah tradisi yang dilakukan masyarakat

Gamping untuk memperingati jasa dan kesetiaan Ki Wirosuto

sebagai abdi dalem.

3. Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yaitu counting

(aktivitas menghitung, mencacah, maupun menaksir suatu hal),

measuring (aktivitas mengukur atau membandingan 2 hal atau

lebih), playing (aktivitas dalam merencanakan suatu strategi dalam

memenangkan suatu permainan), explaining (aktivitas dalam

menjelaskan suatu makna dari suatu symbol atau lambang),

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

locating (aktivitas menentukan lokasi), dan designing (aktivitas

merancang suatu hal).

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

pembelajaran matematika dan acuan dalam pembuatan penelitian.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh permasalahan

yang nyata pada matematika dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai titik acuan terhadap

penelitian-penelitian lain di bidang etnomatematika.

G. Sistematika Penulisan

Bab I berisikan latar belakang penelitian ini yaitu ingin mengkaji

etnomatematika pada Saparan Bekakak di Gamping untuk mengetahui

aspek historis, aspek filosofi dan aspek matematis. Aspek matematis yang

dikaji yaitu aktivitas fundamental matematis menurut Bishop. Pada bab II

memuat mengenai landasan-landasan teori meliputi masyarakat dan

masyarakat Jawa, tradisi Saparan Bekakak, etnomatematika, aktivitas

fundamental matematis menurut Bishop serta kerangka berpikir. Pada bab

III terdapat jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknis

analisis Miles dan Huberman serta metode yang digunakan adalah

wawancara. Pada bab IV dianalisis hasil wawancara tersebut dan diperoleh

3 aspek yaitu aspek historis, filosofis dan matematis. Pada bab V ditarik

kesimpulan bahwa terdapat 3 aspek pada kegiatan Saparan Bekakak yaitu

aspek historis, aspek filosofis dan aspek matematis.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Masyarakat dan Kebudayaan Jawa

Menurut Koentjaraningrat (1996: 100), “Masyarakat adalah kesatuan

hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat

istiadat’. Menurut Herusatoto (1987: 10) menyatakan bahwa “Masyarakat

Jawa merupakan salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai

zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan

bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagian besar

Pulau Jawa”. Kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan bersama.

Manusia sebagai anggota masyarakat senantiasa mengalami perubahan-

perubahan.

Manusia juga membuat perencanaan-perencanaan untuk memecahkan

masalah-masalah dalam kehidupan. Semua yang dihasilkan dan diciptakan

oleh manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup itu disebut

kebudayaan. Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara

berfikir dan cara merasa (kebudayaan bathiniah) yang menyatakan diri dalam

seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan

sosial dalam suatu ruang dan satu waktu”. Menurut Tyler (dalam

Gusfield,2006) definisi kebudayaan adalah “that complex whole which

includes knowledge, belief, art, moral, costum and any other capabilities and

habits acquired by man as a member of society.” Selanjutnya dalam Gusfield

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2006) menambahkan bahwa kebudayaan menurut Tyler mencakup dua

elemen yaitu sesuatu yang membedakan suatu kelompok masyarakat dengan

kelompok lainnya dan suatu konsep yang diperoleh atau perilaku yang

dipelajari oleh suatu kelompok masyarakat.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia dan

kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan ada

dikarenakan kebiasaan dari masyarakat setempat yang meyakini suatu tradisi

turun temurun dari jaman dahulu dan masih dilaksanakan sampai sekarang.

Koentjaraningrat (1990:40) juga menyatakan “Hal tersebut misalnya terwujud

dalam bentuk-bentuk doa, upacara-upacara keagamaan, cerita-cerita rakyat,

dan adat istiadat”. Contoh dari adat ini adalah kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketawang di Gamping, Sleman.

B. Saparan Bekakak
1. Sejarah Saparan Bekakak

Sejarah Saparan Bekakak Ambarketawang diyakini tidak bisa

dilepaskan dari keberadaan Gunung Gamping (Batu Kapur/Kalsit)

yang dahulu terletak membujur dari timur ke barat dari Kampung

Delingsari (Padukuhan Gamping Tengah) hingga Padukuhan Tlogo,

Desa Ambarketawang. Gunung Gamping tersebut menurut hasil

penelitian Direktorat Geologi Bandung diperkirakan berumur sekitar

50 juta tahun. Pada 1883 dikeluarkan suatu aturan yang disebut

“Pranatan” yang membolehkan penggalian batu gamping. Sejak

peraturan itu dibuat, terjadilah penggalian secara besar-besaran yang

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan oleh masyarakat Kota Yogyakarta. Maka Kota Yogyakarta

pun terbangun dengan sumbangan kapur dari Gunung Gamping ini

misalnya Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Benteng Vredeburg,

Stasiun Tugu serta bangunan-bangunan lainnya. Tidak hanya itu, hasil

dari penggalian gunung Gamping juga digunakan untuk pemurnian

gula bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Penggalian yang terus

menerus itu hanya menyisakan bongkahan setinggi 10 m dengan

diameter kurang lebih 50 m. Hingga tahun 1937, Gunung Gamping

masih berdiri megah memanjang, namun karena kegiatan

pertambangan maka saat ini tinggal menyisakan gundukan (bukit)

yang tersisa di Padukuhan Tlogo dan dijadikan monumen bagi

keberadaan Gunung Gamping. Sampai saat ini, gunung Gamping telah

dijadikan cagar alam oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam

(BKSDA) Yogyakarta supaya tidak punah. Selain itu, gunung

Gamping juga dijadikan objek wisata bagi masyarakat lokal maupun

mancanegara yang ingin berkunjung di sini.

Keberadaan Gunung Gamping memiliki arti penting dalam

sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta. Konon di tempat itulah Sri

Sultan Hamengkubuwono kerap bertapa. Pada waktu pembangunan

Kraton Yogyakarta (1755-1756), Sri Sultan Hamengkubuwono I

(Pangeran Mangkubumi) mengawasi pembangunan kraton dengan

bertahta sementara di Pesanggrahan Ambarketawang yang terletak di

barat Gunung Gamping. Sebelum dinamai Ambarketawang oleh Sri

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sultan, bangunan pesanggrahan tersebut lebih dulu dikenal sebagai

Pesanggrahan Gamping dan berwujud bangunan Purapara (Papara),

yakni tempat singgah bagi orang yang sedang dalam perjalanan,

utamanya bagi para Prajurit Mataram. Pesanggarahan ini didirikan

oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I (Pangeran Mangkubumi) pada

tahun 1755 (setelah perjanjian Giyanti/ Palihan nagari) di sebuah desa

(Gunung Gamping) di wilayah desa Ambarketawang. Tempat ini

justru dipilih oleh Pangeran Mangkubumi sebelum ia mempunyai

tempat untuk pusat pemerintahannya.

Kawasan ini masih memiliki adat yang sangat kuat yaitu

upacara saparan bekakak. Upacara Saparan Bekakak semula bertujuan

untuk menghormati kesetiaan Ki Wirasuta dan Nyi Wirasuta kepada

Sri Sultan Hamengkubuwono I yang merupakan abdi dalem Sri Sultan

Hamengkubuwono I yang sangat dikasihi. Upacara ini kemudian

berubah fungsi dan dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi

penduduk yang menggali Gunung Gamping agar terhindar dari

bencana karena sudah banyak korban yang berjatuhan. Upacara

bekakak disebut juga saparan. Disebut saparan karena pelaksanaan

upacara tadi harus jatuh atau berkaitan dengan bulan Sapar. Upacara

ini diadakan atas perintah Pangeran Mangkubumi. Mengenai kata

saparan berasal dari kata Sapar dan berakhiran an. Kata Sapar identik

dengan ucapan Arab Syafar yang berarti bulan Arab yang kedua. Jadi

saparan ialah upacara selamatan yang diadakan di setiap bulan Sapar.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bagi masyarakat Jawa, bulan Syafar atau Sapar yakni bulan kedua

dalam kalender Hijriyah (Islam) telah umum diyakini sebagai bulan

pelaksanaan berbagai tradisi ritual atau upacara adat. Salah satu yang

terkenal dan paling mampu menarik perhatian masyarakat adalah

tradisi saparan di Yogyakarta yaitu Saparan Bekakak di Desa

Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sebuah

tradisi ritual kuno yang sangat meriah yang tetap dipertahankan hingga

saat ini di daerah tersebut. Dikatakan bahwa tradisi ini telah

berlangsung sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I pada kisaran

tahun 1756 Masehi. Dari sini bisa diperkirakan usia dari Saparan

Bekakak adalah hampir seusia dengan Kraton Ngayogyakarta

Hadiningrat.

Istilah Bekakak sendiri dimaksudkan sebagai korban

penyembelihan hewan atau manusia, namun tentu saja tidak sesadis

pengertian aslinya. Dalam upacara adat Saparan Bekakak, korban yang

dimaksud dialihkan pada tiruan manusia dengan wujud sepasang

boneka pengantin dalam posisi duduk bersila. Boneka tersebut

didominasi oleh tepung ketan yang berisi cairan gula merah. Tradisi

Saparan ini merupakan ritual sebagai bentuk permohonan keselamatan

bagi warga Gamping, khususnya masyarakat di Desa Ambarketawang

yang biasanya digelar pada hari Jum’at kisaran tanggal 10-20 di bulan

Sapar. Pada Tahun 2019, Saparan Bekakak jatuh pada hari Jumat 18

Oktober 2019.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Saparan Bekakak pada awalnya dilatarbelakangi oleh kisah dari

Kyai Wirasuta yang seorang abdi dalem Penangsong atau abdi

pembawa payung kebesaran. Kyai Wirasuta dan istrinya adalah abdi

yang paling setia dan merupakan kesayangan dari Sri Sultan

Hamengkubuwono I. Kisah ini berawal dari dimulainya pembangunan

kraton yang baru setelah penobatan Pangeran Mangkubumi yang

bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Selama proses pembangunan,

sultan memilih tinggal di pesanggrahan yang terletak di Desa

Ambarketawang bersama sejumlah abdi termasuk Kyai dan Nyai

Wirasuta.

Ketika proses pembangunan keraton selesai, sultan bersama

para abdinya pun kembali ke keraton yang baru terkecuali Kyai dan

Nyai Wirasuta yang memilih dan diizinkan untuk tetap tinggal di

Ambarketawang. Kyai Wirasuta dan istrinya disela-sela aktivitasnya

merawat tempat tersebut, mereka menyibukkan diri dengan

memelihara hewan peliharaan seperti landak, ayam, merpati dan lain-

lain. Selanjutnya beragam sumber menyebutkan kisah tentang Kyai

Wirasuta dengan alur yang bervariasi. Pada intinya saparan bekakak

ini dihubungkan dengan meninggalnya Kyai Wirasuta dan istrinya

serta sejumlah penduduk akibat runtuhnya Gunung Gamping di hari

Jumat Kliwon di bulan Sapar. Runtuhnya gunung tersebut bukan hanya

sekali namun sering dengan selalu memakan korban jiwa.

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sultan bertitah kepada masyarakat Ambarketawang untuk

mengadakan upacara selamatan dengan harapan agar terhindar dari

musibah setelah kejadian itu. Adapun penyembelihan Bekakak

dimaksudkan sebagai pengganti pasangan Kyai dan Nyai Wirasuta.

Penyembelihan dimaksudkan untuk mengelabuhi setan bekasakan

penunggu gunung yang meminta tumbal sepasang pengantin. Seolah-

olah keinginannya dituruti namun bukan tumbal pengantin sungguhan,

melainkan pengantin buatan yang dibentuk sedemikian rupa yang

terbuat dari tepung ketan dan sirup gula merah.

2. Pelaksanaan Saparan Bekakak

Dalam pelaksanaannya, tradisi Saparan Bekakak terdiri dari

beberapa tahap yakni midodareni pengantin, kirab dan penyembelihan

bekakak serta sugengan ageng. Biasanya dalam tradisi ini dibuat dua

pasangan pengantin yakni pengantin bergaya Solo dan bergaya

Yogyakarta. Upacara akan segera dilangsungkan ketika segalanya

dipastikan siap termasuk pengantin Bekakak, kembang mayang,

genderuwo serta joli berisi sesaji. Tempat penyelenggaraan upacara

disesuaikan dengan pelaksanaan upacara. Persiapan penyelenggaraan

upacara dibagi dalam dua macam yaitu Saparan Bekakak dan

sugengan ageng. Persiapan untuk Saparan Bekakak terutama

pembuatan bekakak dari tepung ketan dan membuat juruh, yang

memakan waktu 8 jam. Pada saat pembuatan tepung diiringi gejong

lesung atau kothekan yang memiliki bermacam-macam irama antara

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain, kebogiro, thong-thongsot, dhengthek, wayangan, kutut manggung

dan lain-lain.

Apabila penumbukan beras telah selesai, kemudian dilakukan

pembuatan bekakak, gendruwo, kembang mayang, dan sajen-sajen di

satu tempat yaitu di rumah Bapak Roesman (panitia). Bentuk bekakak

laki-laki dan perempuan dengan bentuk pengantin pria dan wanita

pada umumnya dua pasang pengantin bekakak dengan sepasang

bergaya Solo dan sepasang bergaya Yogyakarta. Adapun pengantin

laki-laki yang bergaya Solo dihias dengan ikat kepala ahestar

berhiaskan bulu-bulu, leher berkalung selendang merah, dan kalung

sungsun berkain bangun tulak, sabuk biru, memakai slepe.

Mengenakan keris beruntaikan bunga melati, dan kelat bau. Sedangkan

yang wanita memakai kemben berwarna biru, berkalung selendang

merah dan kalung sungsun. Wajah dipaes, gelung diberi bunga-bunga

dan mentul, di bahu diberi kelat bahu dan memakai subang.

Adapun pengantin laki-laki yang bergaya Yogyakarta, dihias

dengan penutup kepala kuluk berwarna merah, berkalung selendang

(sluier) biru dan kalung sungsun, sabuk biru dengan slepe, kain lereng,

berkelat bahu dan bersumping, kemben hijau, kalung selendang biru

(bangu tulak). Kekhususan yang tidak dapat dilanggar sampai saat ini,

yaitu pelaku yang menyiapkan bahan mentahnya tetap para wanita,

sedang yang mengerjakan pembuatan bekakak adalah para pria.

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sesaji upacara bekakak dibagi menjadi 3 kelompok.Dua

kelompok untuk dua jali yang masing-masing diletakkan bersama-

sama dengan pengantin bekakak. Satu kelompok lagi diletakkan di

dalam jodhang sebagai rangkaian pelengkap sesaji upacara. Macam-

macam sesajen yang diletakkan bersama-sama pengantin bekakak

antara lain nasi gurih (wuduk) ditempatkan dalam pengaron kecil: nasi

liwet ditempatkan dalam kendhil kecil beserta rangkaiannya daun

dhadhap, daun turi, daun kara yang direbus, telur mentah dan sambal

gepeng: tumpeng urubing dhamar, kelak kencana, pecel pitik, jangan

menir, urip-uripan lele, rindang antep, ayam panggang, ayam

lembaran, wedang kopi pahit, wedang kopi manis, jenewer,

rokok/cerutu, rujak degan, rujak dheplok, arang-arang kemanis, padi,

tebu, pedupaan, candu (impling), nangka sabrang, gecok mentah, ulam

mripat, ulam jerohan, gereh mentah.

Sesaji itu ditempatkan dalam sudhi, gelas, kemudian ditaruh di

atas jodhang antara lain sekul wajar (nasi ambeng) dengan lauk pauk:

sambel goreng waluh, tumis buncis, rempeyek, tempe garing, bergedel,

entho-entho, dan sebagainya, sekul galang lutut, sekul galang biasa,

tempe rombyong yang ditaruh dalam cething bambu, tumpeng megana,

sanggan (pisang raja setangkep), sirih sepelengkap, jenang-jenangan,

rasulan (nasi gurih), ingkung ayam, kolak, apem, randha kemul, roti

kaleng, jadah bakar, emping, klepon (golong enten-enten), tukon pasar,

sekar konyoh, kemenyan, jlupak baru, ayam hidup, kelapa, sajen-sajen

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tadi ditempatkan dalam sudhi lalu semuanya diletakkan dalam lima

ancak, dua ancak diikutsertakan dalam jali dibagikan kepada mereka

yang membuat kembang mayang, bekakak dan yang menjadikan

tepung (ngglepung) sementara itu disiapkan pula burung merpati

dalam sangkar.

Diawali dengan pengambilan air suci Tirto Donojati yang

kemudian dibawa serta mengitari pelosok desa menuju balai desa dan

dilaksanakanlah midodareni pengantin Bekakak. Berikut adalah tahap-

tahap pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang:

A) Midodareni pengantin bekakak

Meskipun Bekakak ini berujud pengantin tiruan, tetapi

menurut adat perlu juga memakai upacara midodareni. Kata

midodareni berasal dari bahasa Jawa widodari yang berarti

bidadari. Di sini terkandung makna bahwa pada malam midodareni

para bidadari turun dari surga untuk memberi restu pada pengantin

bekakak. Tahap upacara ini berlangsung pada malam hari (Kamis

malam) dimulai pada jam 20.00. Dua buah jali berisi pengantin

bekakak dan sebuah jodhang berisi sesaji disertai sepasang suami

istri gendruwo dan wewe, semua diberangkatkan ke balai desa

Ambarketawang dengan arak-arakan. Adapun urutan barisan

arakan dari tempat persiapan ke balai desa Ambarketawang sebagai

berikut :

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1) Barisan pembawa umbul-umbul

2) Barisan pleton pengawal dari Gamping Tengah

3) Joli pengantin dan jodhang

4) Reyog dari Gamping kidul

5) Pengiring yang lain

Semua jali dan lain-lain diserahkan kepada Bapak Kepala

Desa Ambarketawang. Pada malam midodareni itu, diadakan

malam tirakatan seperti hanya pengantin benar-benar, bertempat di

pendhopo ataupun diadakan pertunjukan hiburan wayang kulit,

uyon-uyon, reyog. Di rumah Ki Juru Permono diadakan pula

tahlilan yang dilaksanakan oleh bapak-bapak dari kemusuk

kemudian dilanjutkan dengan malam tirakatan yang diikuti oleh

penduduk sekitar. Di pesanggrahan Ambarketawang juga diadakan

tirakatan.

Semalam suntuk warga desa akan melakukan tirakatan serta

menggelar pertunjukan Wayang Wong dan Ketoprak. Keesokan

harinya acara dilanjutkan dengan pementasan fragmen

“Prasetyaning Sang Abdi” yang menceritakan kisah Ki Wirosuto.

B) Kirab Bekakak

Tahap kirab pengantin bekakak ini merupakan pawai atau

arak-arakan yang membawa jali pengantin bekakak ke tempat

penyembelihan pada kisaran pukul 14.00 WIB beserta tiga buah

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

joli berisi sesajen. Bersama dengan ini diarak pula rangkaian sesaji

sugengan ageng yang dibawa dari patran ke pesanggrahan dan

diarak ke balai desa terlebih dahulu.

Adapun urut-urutan arakan/ pawai upacara tradisional

saparan bekakak sebagai berikut :

1) Reyog dan jathilan dari patran

2) Sesaji sugengan ageng

3) Barisan prajurit dari Gamping Tengah membawa umbul-umbul

memakai celana hitam kagok, berkain, baju lurik, destalan, seperti

prajurit Daeng. Mereka membawa seruling, genderang dan mung-

mung.

4) Prajurit putri membawa perisai, pedang, mengenakan baju

berwarna-warni, celana panjang cinde dan berkain loreng.

5) Rombongan Demang dan kawan-kawan. Demang tersebut

mengenakan kain, baju beskap hitam, memakai selempang kuning.

6) Jagabaya berkain, baju beskap hitam, memakai serempang merah.

7) Kaum atau rois, mengenakan kain berbaju surjan memakai

serempang putih.

8) Pembawa tombak berbungkus cindhe beruntaikan bunga melati,

mereka mengenakan celana hitam kagok, baju lurik, iket wulung,

berselempang cindhe. Tiga pemudi mengenakan kain lurik ungu,

baju hijau, memakai selempang merah, masing-masing membawa

tiruan landak, gemak, merpati.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9) Barisan pembawa tombak, memakai celana merah, baju lurik

merah, iket berwarna merah jingga.

10) Peserta bapak-bapak yang berkain berbaju surjan seragam warna

merah, memakai sampur berwarna-warni.

11) Prajurit anak-anak, laki-laki perempuan membawa jemparing

(panah).

12) Joli sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai seragam

hitam kagok, baju merah iket biru.

13) Barisan selawatan

14) Joli bekakak Gunung Kliling.

15) Barisan yang membawa kembang mayang, cengkir, bendhe,

tombak, dan luwuk semua dipayungi.

16) Barisan berkuda

17) Barisan pembawa panji-panji berwarna-warni yang mengenakan

kain, baju surjan biru muda dan iket hitam.

18) Tiga pemudi membawa banyak dhalang, sawung galing,

ardawalika

19) Tiga orang pemuda membawa padupaan dan bunga-bunga diikuti

pembawa alat musik genderang, seruling dan mung-mung.

20) Prajurit Gamping Lor, diikuti prajurit, putri yang membawa panah,

disusul lagi mereka yang membawa pedang panjang.

21) Jali sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai seragam

celana hitam kagok, baju merah iket biru.

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22) Jathilan dari patran

23) Prajurit Gamping Kidul, ada yang memakai topeng buron wana

(landhak, kerbau, garuda) ada yang membawa tombak bertrisula,

tombak biasa.

24) Reyog Gunung Kidul (seperti badhak merak)

Upacara tradisional itu berangkat dari balai desa menuju

kearah bekas Gunung Ambarketawang, tempat penyembelihan

pertama, kemudian ke tempat penyembelihan kedua yaitu di

Gunung Kliling.

C) Nyembelih Pengantin Bekakak

Apabila arak-arakan telah tiba di Gunung Ambarketawang,

maka joli pertama yang berisi sepasang pengantin Bekakak,

diusung ke arah mulut gua. Kemudian ulama (kaum) memberi

syarat agar berhenti dan memanjat doa. Ketika selesai pembacaan

doa, boneka ketan sepasang pengantin itu disembelih dan

dipotong-potong dibagikan kepada para pengunjung demikian pula

sesaji yang lain. Arak-arakan kemudian dilanjutkan menuju

Gunung Kliling untuk mengadakan upacara penyembelihan

pengantin bekakak yang kedua dan pembagian potongan bekakak

yang kedua kepada para pengunjung. Adapun jodhang yang berisi

sajen selamatan dibagikan kepada petugas di tempat

penyembelihan terakhir. Sebagian warga ada yang meyakini bahwa

potongan-potongan boneka pengantin itu bisa memberikan berkah.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D) Sugengan Ageng

Sugengan ageng yang dilaksanakan di Pesanggrahan

Ambarketawang ini dipimpin oleh Ki Juru Permono pada hari

tersebut. Pesanggrahan telah dihiasi janur (tarub) dan sekelilingnya

diberi hiasan kain berwarna hijau dan kuning. Sesaji Sugengan

Ageng yang dibawa dari patran, berujud jodhang, jali kembang

mayang, kelapa gadhing (cengkir), air amerta, bokor tempat sibar-

sibar, pusaka-pusaka, dan payung agung telah diatur dengan rapi di

tempat masing-masing.

Upacara ini dilaksanakan di Gunung Kliling. Pertama-tama

pembakaran kemenyan, lalu dilanjutkan oleh Ki Juru Permono

membuka upacara tadi dengan mengikrarkan adanya sugengan

ageng tersebut, dilanjutkan pembacaan doa dalam bahasa Arab.

Setelah selesai maka dilepaskannya sepasang burung merpati putih

oleh Ki Juru Permono. Pelepasan burung merpati ini disertai tepuk

tangan para hadirin yang menyaksikannya. Kemudian dilakukan

pembagian sesaji sugengan ageng yang berada dalam joli rahmat

Allah kepada semua yang hadir, terutama makanan tawonan

kegemaran Sultan Hamengkubuwono I. Dengan selesainya

pembagian sesaji yang dilaksanakan, di pesanggrahan

Ambarketawang.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Etnomatematika

Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu

yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan

matematika adalah etnomatematika. Secara singkat, pengertian dari

etnomatematika adalah matematika dalam budaya. Etnomatematika

terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu

berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika dalam

budaya. Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio

seorang matematikawan Brazil pada tahun 1977. Secara bahasa,

awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang

mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon,

kode perilaku, mitos dan simbol. Kata dasar “mathema” cenderung

berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan

kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklarifikasi,

menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics” berasal dari kata

techne dan bermakna sama seperti teknik (D’Ambrosio, 1994:

449).

D’Ambrosio (1985: 44) menyatakan bahwa, “On the other

hand, there is a reasonable amount of literature on this by

anthropologists. Making a bridge between anthropologists and

historians of culture and mathematicians is an important step

towards recognizing that different modes of thoughts may lead to

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

different forms of mathematics; this is the field which we may call

ethnomathematics”.

Maksudnya, membuat jembatan antara budaya dan

matematika adalah langkah penting untuk mengenali berbagai cara

berpikir yang dapat menyebabkan berbagai bentuk matematika;

Inilah bidang yang disebut etnomatematika. Hal ini dapat diartikan

bahwa berbagai konsep matematika dapat digali dan ditemukan

dalam budaya sehingga dapat memperjelas bahwa matematika dan

budaya saling berkaitan, matematika dapat lahir dari budaya,

matematika dapat digali dalam budaya sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar matematika yang

konkret dan ada di sekitar siswa. Secara etimologis

ethnomathematics yang dikembangkan dan sekaligus secara khusus

D’Ambrosio (1999) mengidentifikasi bahwa etnomathematika

merupakan cara-cara atau mode-mode, atau gaya, seni, dan teknik

untuk belajar memahami, untuk mengerjakan, mengatasi berbagai

masalah lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya,

dan lingkungan khayal (imaginary environment).

D'Ambrosio (dalam Marsigit 2016: 2) menyatakan bahwa

"The term requires a dynamic interpretation because it describes

concepts that are themselves neither rigid nor singular-namely,

ethno and mathematics". Istilah etnomatematika menggambarkan

semua hal yang membentuk identitas budaya suatu kelompok,

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yaitu bahasa, kode, nilai-nilai, jargon, keyakinan, makanan dan

pakaian, kebiasaan, dan sifat-sifat fisik sedangkan matematika

mencakup pandangan yang luas mengenai aritmetika,

mengklasifikasikan, mengurutkan, menyimpulkan, dan modelling.

Etnomatematika berfungsi untuk mengekspresikan hubungan

antara budaya dan matematika. Dengan demikian, etnomatematika

adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana

matematika diadaptasi dari sebuah budaya.

Bishop (1994) menyatakan bahwa etnomatematika dapat

dibagi menjadi enam kegiatan mendasar yang selalu dapat

ditemukan pada sejumlah kelompok budaya. Kegiatan-kegiatan

mendasar matematika tersebut adalah aktivitas menghitung /

membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan

menjelaskan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa etnomatematika adalah suatu kajian yang menjembatani

antara matematika dan budaya dimana budaya dapat mengandung

unsur-unsur matematika baik berupa simbol, lambang, teknik,

bahasa kode maupun sifat-sifat fisik dari suatu kebudayaan.

Matematika dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan karena dua hal itu saling berkaitan satu sama lain yang

berupa enam aktivitas fundamental matematis yaitu menghitung,

mengukur, penentuan lokasi, mendesain, bermain dan menjelaskan.

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Objek etnomatematika dalam hal ini dapat berupa

permainan tradisional, kerajinan tradisional, artefak, dan aktivitas

(tindakan) yang berwujud kebudayaan. Aktivitas ini misalnya

kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping , Sleman.

Kegiatan ini dapat diklasifikasikan dalam enam aktivitas

fundamental matematis yaitu menghitung, mengukur, penentuan

lokasi, mendesain, bermain dan menjelaskan.

4. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop

Bishop (1988) mengidentifikasi enam kegiatan “universal”

yang dapat dicirikan sebagai kegiatan matematika. Selain itu, ia

juga menentukan untuk setiap kegiatan beberapa “konsep

pengorganisasian” yang harus menyediakan “kerangka

pengetahuan” untuk kurikulum matematika. Enam kegiatan dan

“konsep pengorganisasian” yang ditentukan Bishop adalah :

A) Menghitung

Aktivitas menghitung ini terdapat pada kebutuhan

masyarakat dalam membuat persiapan dalam kegiatan Saparan

Bekakak Ambarketawang. Kebutuhan ini misalnya menghitung

banyaknya pengantin Bekakak, banyaknya jodhang/tandu

pengantin dan tempat penyembelihan pengantin. Contoh aspek

lain dari aktivitas menghitung antara lain : Kuantifikasi

(masing-masing, beberapa, banyak, tidak ada); Penghitungan

jari dan tubuh; Penghitungan; Angka; Nilai tempat; Nol; Basis

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10; Operasi pada angka; Kombinatori; Ketepatan; Perkiraan;

Pecahan; Desimal; Positif; Negatif; Besar tak terhingga,kecil;

Pola angka; Hubungan nomor; Panah diagram; Peluang

B) Mengukur

Aktivitas mengukur ini berkembang dalam pembuatan

sesajen untuk pengantin Bekakak serta dalam mengukur

seberapa tinggi sesajen dan penunggu-penunggu gunung

Gamping yang digambarkan sebagai genderuwo-genderuwo.

Contoh aspek lain dari aktivitas mengukur antara lain:

Pengukur; Komparatif (lebih cepat , lebih tebal); Kualitas;

Perkiraan; Panjangnya; Daerah ; Volume; Waktu; Suhu; Berat;

Sistem Satuan; Uang.

C) Penentuan Lokasi

Aktivitas penentuan lokasi terdapat pada posisi pengantin

bekakak, setan –setan genderuwo-genderuwo serta penari-penari

yang mengiringi prosesi kirab pada kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketwang di Gamping. Contoh aspek lain dari kegiatan

penentuan lokasi antara lain: Preposisi; Deskripsi Rute; Lokasi

lingkungan; N S E W; Bantalan Kompas; Atas / Bawah ;

Kiri/Kanan ; Maju / Mundur; Perjalanan (Jarak); Garis lurus dan

melengkung; Sistem lokasi; Koordinat Kutub; koordinat 2D/3D;

Pemetaan ; Garis lintang dan garis bujur; Vektor.

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D) Mendesain

Aktivitas mendesain ini terdapat pada pembuatan pengantin

bekakak dan pengiring-pengiringnya yang berupa setan

genderuwo yang memiliki badan tinggi besar dan hitam serta

memiliki kesan menyeramkan yang diibaratkan pengantin

bekakak akan dikorbankan kepada penunggu gunung Gamping.

Contoh aspek lain dari kegiatan mendesain antara lain : Desain;

Bentuk-bentuk; Estetika; Besar kecil; Kesamaan; Kesesuaian;

Properti bentuk; Bentuk,angka dan padatan geometris yang

umum; Jaring; Permukaan; Simetri; Proporsi; Perbandingan;

Skala-model Pembesaran.

E) Bermain

Aktivitas ini terdapat pada pengiring kegiatan saparan

bekakak yang mengiringi kirab pengantin bekakak ke balai desa

sampai ke Gunung Gamping untuk ditumbalkan. Pengiring tari

menari sepanjang kirab menjadi perhatian bagi masyarakat

yang menyaksikan kegiatan saparan bekakak Ambarketawang di

Gamping , Sleman. Contoh aspek lain dari kegiatan bermain

antara lain: Pertandingan; Menyenangkan; Teka-teki; Paradoks;

Pemodelan; Aktivitas yang terikat aturan; Alasan hipotesis;

Prosedur; Strategi Perencanaan; Permainan kooperatif;

Permainan kompetitif; Peluang, prediksi.

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F) Menjelaskan

Aktivitas ini terdapat pada makna yang dikandung dari

kegiatan saparan bekakak ini untuk menghindari bencana dari

gunung Gamping serta makna dari penyembelihan pengantin

bekakak untuk menyimbolkan tumbal manusia yang diganti

dengan pengantin bekakak yang terbuat dari tepung ketan dan

sirup gula merah. Contoh aspek lain dari aktivitas menjelaskan

antara lain: Kesamaan; Klasifikasi; Konvensi; Klasifikasi obyek

secara hierarkis; Penjelasan cerita; Penghubung logis;

Penjelasan linguistik; Argumen logis, Bukti; Penjelasan

simbolik: Grafik, Diagram, Bagan, Matriks; Pemodelan

matematika; Kriteria; Validitas; Generalisasi.

5. Kerangka Berpikir

Perbedaan keanekaragaman yang amat banyak di Indonesia

menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan budaya-budaya daerah.

Hal itu menyebabkan kehidupan masyarakat di Indonesia tidak

lepas dari budaya dengan ciri khas masing-masing daerah tersebut.

Budaya setempat tersebut berdasarkan oleh suku, agama dan ras

yang berbeda-beda. Salah satu suku yang terbanyak ialah suku

Jawa. Suku ini banyak menempati pulau Jawa dan tentunya juga

terdapat suku Jawa yang sudah menyebar ke segala penjuru

Indonesia sebagai perantauan. Meskipun demikian, budaya Jawa

tetap melekat pada pribadi masing-masing dari mereka.

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salah satu budaya yang masih terdapat pada jaman

sekarang ialah budaya saparan. Saparan adalah kegiatan yang

dilakukan masyarakat untuk mengenang arwah leluhur pendahulu

kita dan sekaligus untuk meminta berkat untuk menjadikan

kehidupan masyakarat menjadi lebih baik. Pada kegiatan Saparan

ini banyak dilakukan di berbagai wilayah di pulau Jawa dengan

cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kegiatan saparan di

Klaten yaitu tradisi sebar apem atau lebih dikenal sebagai Yaa

Qowiyyu (Mona Erythrea dan M. Ikhsanudin , 2014). Tradisi ini

merupakan kegiatan dengan cara arak-arakan terhadap tumpukan

apem yang sangat besar yang nantinya akan disebar kepada

masyarakat setempat yang menyaksikan kegiatan ini. Berbeda

dengan di Gamping, tradisi saparan dikenal dengan Saparan

Bekakak Ambarketawang. Kegiatan ini dibagi menjadi 4 tahapan

yaitu midodareni pengantin Bekakak, kirab, penyembelihan

pengantin Bekakak dan sugengan Ageng. Masyarakat sudah lama

melaksanakan tradisi ini sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I

dan mungkin masyarakat belum menyadari bahwa terdapat

aktivitas fundamental matematis pada kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketawang ini.

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut kerangka berpikir yang peneliti buat:

Budaya dalam
berbagai wujud

Tradisi Saparan

(Salah satu bentuk budaya)

Terdapat aspek matematis dalam


tradisi saparan

Adanya kaitan antara kebudayaan setempat


dengan matematika

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif karena pada penelitian ini dimaksudkan

akan menafsirkan dan mengkaji aktivitas fundamental

matematis apa saja yang terdapat pada suatu kebudayaan

setempat yaitu Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping,

Sleman. Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell, J.

(1998:24), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-

prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi

(pengukuran).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan etnografi karena pendekatan ini berupaya untuk

memahami kegiatan masyarakat dalam memandang,

menjelaskan dan menggambarkan tata cara kehidupan mereka

sendiri. Selain itu, pendekatan ini dinilai cocok pada penelitian

ini dikarenakan pada penelitian ini memerlukan sudut pandang

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari masyarakat itu sendiri dalam memaknai kegiatan saparan

bekakak Ambarketawang.

B. Narasumber Penelitian

Narasumber utama yang dilibatkan dari penelitian ini

yakni Kepala Dukuh Gamping Kidul dan tokoh masyarakat.

Selain itu , narasumber pendukung yaitu kepala seksi pelayanan

desa dan seniman pembuat bekakak yang ikut dalam

pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah aktivitas Saparan Bekakak

Ambarketawang yang dilakukan masyarakat Gamping, Sleman,

serta aspek-aspek fundamental matematis menurut Bishop yang

terdapat pada aktivitas Saparan Bekakak Ambarketawang.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Agustus 2020

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Ambarketawang,

Gamping, Sleman , Daerah Istimewa Yogyakarta

E. Bentuk Data

Data yang diperoleh adalah data kualitatif yaitu hasil

wawancara dan rekaman terhadap subjek penelitian yang

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berbentuk deskripsi kemudian akan dianalisis berdasarkan jenis

penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi

sehingga diperoleh data deskriptif yang terkait mengenai

informasi aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada

kegiatan saparan bekakak ini.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat digunakan

sebagai implementasi dari materi pembelajaran pada tingkat

SMP. Bentuk data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Hasil wawancara dengan narasumber utama

Hasil wawancara ini berupa sejarah dan kebudayaan

pada kegiatan Saparan Bekakak yang telah dilakukan

oleh masyarakat Gamping.

2. Hasil wawancara dengan narasumber pendukung

Hasil wawancara ini berupa proses serta tahap-tahapan

yang dilakukan pada aktivitas saparan bekakak ini.

3. Dokumentasi

Hasil dokumentasi berupa rekaman dengan narasumber

ahli dan pendukung terkait dengan kegiatan saparan

bekakak.

F. Metode dan Instrumen Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Metode pengumpulan ditempuh dengan cara

wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan

untuk menggali informasi lebih detail dan lengkap

dengan menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang telah

disiapkan oleh peneliti sebagai pedoman dan

memungkinkan akan ada pertanyaan tambahan guna

untuk menggali informasi lebih lengkap dan mendalam.

Dokumentasi dilakukan dengan yaitu menggunakan

rekaman suara. Hal ini untuk mendukung terkait

informasi mengenai sejarah dan kebudayaan serta aspek

matematis pada kegiatan Saparan Bekakak ini.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data penelitian ini ialah

peneliti dan pedoman wawancara. Peneliti sebagai

instrumen utama dimaksudkan supaya peneliti dapat

memilih narasumber yang tepat dalam menggali suatu

informasi dan pedoman wawancara sebagai instrumen

pendukung.

Pedoman wawancara akan berisi pertanyaan-

pertanyaan yang akan digunakan untuk menggali

informasi secara detail dan mendalam meliputi cara kerja

dan cara pikir dalam setiap proses kegiatan Saparan

Bekakak.

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, konseptualisasi, kategorisasi,

dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh

ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara

kegiatan pengumpulan data dan analisis data tidak mungkin

dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara

simultan, prosesnya berbentuk siklus dan interaktif, bukan

linier. Miles dan Huberman (1992:20) menggambarkan proses

analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut.

Gambar 3.1 Proses Analisis Miles dan Huberman

Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif

pengumpulan data dengan analisis data, pengumpulan data

merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Reduksi

data adalah upaya menyimpulkan data, kemudian memilah-

milah data dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, dan

tema tertentu. Hasil reduksi data diolah sedemikian rupa

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

supaya terlihat sosoknya secara lebih utuh. Hasil reduksi bisa

berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, dan bentuk lainnya; itu

sangat diperlukan untuk memudahkan pada penegasan

kesimpulan. Prosesnya, tidak sekali jadi, melainkan berinteraksi

secara bolak balik. Waktu yang diperlukan untuk

menganalisissangat tergantung pada kompleksitas permasalahan

yang hendak dijawab dan ketajaman daya lacak si peneliti dalam

melakukan penelitian ketika proses pengumpulan data.

Tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2000:112-113) , ”Sumber data

utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.

Sedangkan sumber data tambahan yang berasal dari

sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan

majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan

dokumen resmi”. Pengumpulan data ini dilakukan dengan

cara wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah

didapatkan kemudian diubah ke dalam bentuk rangkuman.

2) Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses

ini berlangsung terus menerus selama penelitian

berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar

terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual

penelitian, permasalahan studi.

3) Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika kumpulan

informasi yang diperoleh kemudian disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk

penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif

berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan,

dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu

dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk

melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah

tepat atau sebaliknya dapat melakukan analisis kembali.

4) Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti

secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari

permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan proses-

proses, penjelasan-penjelasan danalur sebab akibat

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap

terbuka, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula

belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi

lebih rinci dan mengakar dengan kokoh dengan bantuan

wawancara dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

yang mendetail.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Membuat pedoman dan instrumen wawancara

Pedoman dan instrumen wawancara berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan bertujuan untuk mencari

informasi terkait aspek historis, aspek filosofis serta aspek

matematis yang terkandung dalam budaya saparan bekakak di

Gamping Sleman.

2) Validasi pedoman dan instrumen wawancara

Setelah pembuatan pedoman dan instrumen

wawancara akan dilakukan validasi yang dilakukan oleh

dosen ahli. Hal ini bertujuan agar pedoman dan instrumen

dapat dinilai tepat dalam menggali informasi yang akan dicari

yaitu aspek matematis yang terdapat pada kegiatan Saparan

Bekakak Ambarketawang di Gamping Sleman.

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Melakukan wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada narasumber

yang telah ditentukan sebelumnya yaitu narasumber ahli dan

narasumber pendukung. Wawancara ini dilakukan dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah divalidasi

oleh dosen ahli dalam menggali informasi terkait aspek

matematis yang terdapat pada kegiatan Saparan Bekakak

Ambarketawang di Gamping, Sleman.

4) Pengolahan hasil wawancara

Pengolahan hasil wawancara dilakukan untuk

memperoleh kesimpulan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan. Dari hasil wawancara akan diambil garis besar dan

dibuat rangkuman untuk mempermudah dalam menarik

kesimpulan.

5) Validasi Data

Berdasarkan hasil pengolahan wawancara akan

divalidasi oleh narasumber penelitian supaya lebih valid dan

dapat dianalisis lebih lanjut.

6) Penentuan aspek-aspek matematis

Setelah hasil pengolahan data valid , dapat

ditentukan aspek-aspek matematis yang terdapat pada

kegiatan saparan bekakak Ambarketawang di Gamping

Sleman. Data tersebut kemudian akan dianalisis lebih lanjut

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk mengaitkan dengan materi pembelajaran pada tingkat

Sekolah Menengah Pertama kurikulum 2013 yang

bersesuaian.

7) Penarikan kesimpulan

Setelah semua tahap telah dilaksanakan, data akan

ditarik kesimpulannya berdasarkan rumusan masalah yang

telah disusun.

I. Penjadwalan Waktu Penelitian


Tabel 3.1 Penjadwalan Waktu Penelitian

Tahap Waktu Kegiatan

1 Oktober 2019 Observasi Penelitian Pertama

2 1 November-18 Desember Pembuatan Proposal Penelitian


2019

4 18 Desember-15 April 2020 Perbaikan Proposal dan Pembuatan


Instrumen Pedoman

5 16 April – 30 April 2020 Observasi Tempat Penelitian Kedua

6 20 Mei – 3 Agustus 2020 Validasi dan Pelaksanaan Penelitian

7 15 Juli – 3 Agustus 2020 Analisis Data

8 1 Agustus – 7 Agustus 2020 Penarikan Hasil Kesimpulan

9 9 Agustus – 29 Agustus 2020 Penulisan Hasil Penelitian

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Desa

Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara

dan observasi langsung ke Kelurahan Ambarketawang dan melakukan

wawancara terhadap narasumber utama dan narasumber pendukung

mengenai bekakak pada bulan Juli di Desa Ambarketawang. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat di Ambarketawang

melaksanakan kebudayaan Saparan Bekakak atau tidak, mengetahui

adakah aspek matematis di dalam kebudayaan tersebut. Hasil yang

diperoleh yaitu masyarakat Ambarketawang masih melakukan tradisi

kebudayaan yang diturunkan turun-temurun sebagai wujud dari

permohonan keselamatan meskipun sempat sederhana perayaannya

dikarenakan terbatasnya dana tetapi masih bisa dilaksanakan dengan

khidmat. Aspek matematis di kebudayaan ini juga dirasa cukup untuk

dikaji lebih dalam lagi.

Sebelumnya , peneliti mempersiapkan pedoman dan instrumen

wawancara yang akan digunakan untuk wawancara dalam hal

mengkaji 3 aspek yaitu aspek historis, aspek filosofis dan aspek

matematis. Pedoman dan instrumen ini juga telah divalidasi oleh dosen

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ahli untuk kemudian dipakai dalam wawancara Saparan Bekakak di

Desa Ambarketawang.

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2020

sampai 3 Agustus 2020. Dalam pengambilan data dilakukan

wawancara terhadap beberapa narasumber utama dan narasumber

pendukung Saparan Bekakak Ambarketawang. Narasumber utama

diantaranya adalah Kepala Dukuh Gamping Kidul sebagai Ketua Desa

Budaya Ambarketawang, tokoh masyarakat di Ambarketawang dan

guru matematika. Narasumber pendukug yaitu seniman pembuat

Bekakak dan salah satu perangkat desa.

Wawancara dengan kepala dukuh dilaksanakan pada tanggal 14

Juli 2020 pada pukul 13.00 sampai pukul 14.30 WIB. Wawancara

dengan tokoh masyarakat dilakukan pada tanggal 14 Juli 2020 pukul

15.00 sampai pukul 17.00 WIB.

Wawancara dengan narasumber pendukung yaitu dengan

seniman pembuat Bekakak dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2020

pukul 12.00 sampai pukul 13.00 WIB. Wawancara dengan kepala seksi

pelayanan di kelurahan dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2020 pada

pukul 11.00 sampai pukul 12.00 WIB.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Analisis dan Pembahasan

Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu pengumpulan data ,

kondensasi data dan penarikan kesimpulan

1. Sejarah Saparan Bekakak

Tabel 4.1 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Sejarah


P Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu bagaimana ?

A1 Konon katanya ada sepasang pemuda dan pemudi


penambang gamping saat menambang terpeleset jatuh dan
terseret arus sungai. Arus sungainya kencang sekali dan
konon katanya sampai ke segoro kidul (Laut Selatan). Setiap
Jumat Kliwon , jika akan ada pagebluk (malapetaka) maka
pada saat tengah malam ada burung merpati dengan suara
berbeda saat bulan purnama mengelilingi Ambarketawang.
Konon katanya merpati tersebut peliharaan dari Kyai
Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang menjaga gunung
Gamping. Berkaitan dengan hilangnya sepasang pemuda tadi
ada kaitannya dengan bekakak yaitu dibuat sepasang manten
(pengantin) untuk peringatan kejadian yang menimpa
sepasang pemuda karena istilahnyadijadikan tumbal.

P Bagaimana perkembangan saparan bekakak pada jaman


dahulu sampai sekarang?

A1 Inti kegiatan masih sama mas yaitu penyembelihan bekakak,


mungkin perbedaaannya terdapat di acaranya. Dulu saparan
bekakak ini dilaksanakan dengan sederhana atau intinya
memberi sajen kepada penunggu gunung Gamping bersama
penambang gamping tetapi kalau sekarang dibuat meriah dan
disponsori oleh banyak pihak sehingga banyak penontonnya

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan membuat jalan penuh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan A1 diperoleh

informasi bahwa adanya saparan bekakak bermula dari tewasnya

penambang gamping akibat terpeleset dan jika akan terjadi

malapetaka maka akan terdapat merpati yang mengelilingi

Ambarketawang setiap Jumat Kliwon. Masyarakat menanggapi hal

itu dengan membuat pengantin bekakak bersama dengan para

penambang gamping yang lain untuk mengenang penambang

gamping yang dulunya mati sebagai tumbal. Dulunya saparan

bekakak ini begitu sederhana kemudian seiring berjalannya waktu

tradisi ini mulai banyak didukung oleh pemerintah setempat dan

dibuat meriah.

Tabel 4.2 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Sejarah


P Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu seperti apa ?

A2 Dulu ada penambang batu gamping yang sering keruntuhan


batu gamping termasuk Abdi Kinasih Ki Wirosuto dan
keluarga. Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono I
memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa dan diberi
petunjuk untuk membuat manten-mantenan yang terbuat dari
tepung beras. Lalu Sri Sultan Hamengkubuwono I
memerintahkan untuk membuat bekakak tersebut yang
bertujuan untuk mengelabuhi genderuwo penunggu gunung
Gamping sesuai wangsit yang beliau dapatkan. Diharapkan
oleh masyarakat sekitar dengan membuat bekakak yang
menyerupai pengantin itu bisa menjadipenggantinya. Selain
itu , masyarakat juga membuat patung sepasang genderuwo

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang diibaratkan penunggu gunung dan mengikuti kirab


bersama dengan pengantin bekakak.

Berdasarkan wawancara dengan A2 dapat diperoleh

informasi bahwa sejarah bekakak ini bermula dari meninggalnya

Ki Wirusuto sekeluarga dan penambang gamping lainnya sehingga

menyebabkan malapetaka di Ambarketawang.Sri Sultan

Hamengkubuwono kemudian meminta petunjuk atas kejadian ini

dan beliau diberi perintah untuk membuat pengantin bekakak dari

tepung beras untuk pengganti dari korban selanjutnya dari

penunggu gunung Gamping serta mengelabuhi genderuwo

penunggu gunung.

Tabel 4.3 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Sejarah


P Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak ketahui ?

L1 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji yang


diberikan oleh pengusaha batu gamping yang diberikan
kepada ceritanya kepada penunggu gunung Gamping. Lalu
ada cerita lain bahwa tradisi ini untuk memperingati
meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto tetapi belum
ada bukti otentik tentang sejarah itu kalua menurut saya.

P Lalu perbedaan tradisi saparan dulu dengan sekarang


bagaimana , Pak?

L1 Perbedaannya tidak signifikan mas. Secara perform juga


hanya itu-itu saja tetapi tidak tau kenapa orang-orang tertarik
melihatnya sampai puluhan ribu jumlahnya.

P Mengenai biaya untuk melaksanakan tradisi saparan itu

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berapa ya Pak?

L1 Ratusan juta mas , minimal 100 juta untuk budaya ini.

P Sumber dana yang digunakan darimana , Pak?

L1 Dari APBDes ada , dari kecamatan ada , dari kabupaten ada ,


dari provinsi ada serta dari sponsor juga banyak.

Berdasarkan informasi yang didapat dari L1 bahwa

bekakak adalah sesaji yang diberikan pengusaha gamping untuk

memperingati penambang gamping yang meninggal akibat

keruntuhan batu gamping.Perbedaan tradisi saparan bekakak dari

jaman dahulu tidak begitu signifikan karena kegiatan intinya

adalah penyembelihan bekakak dan yang membuat pembeda

adalah tradisi pada era ini begitu meriah karena dibantu oleh

banyak pihak bahkan menyebabkan penonton membeludak ingin

melihat tradisi bekakak ini.

Berdasarkan pemaparan dari 3 narasumber tersebut dapat

disimpulkan bahwa sejarah bekakak bermula dari meninggalnya

penambang gamping di gunung Gamping yang kononnya dijadikan

tumbal oleh genderuwo penunggu gunung. Oleh karena kejadian

itu , Sri Sultan memohon petunjuk kepada yang Maha Kuasa untuk

mengatasi masalah tersebut dan diperoleh petunjuk untuk membuat

pengantin bekakak dari tepung beras yang bertujuan untuk

mengelabuhi genderuwo di gunung Gamping supaya tidak terjadi

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

malapetaka yang serupa. Selain itu , saparan bekakak ini juga

bertujuan untuk memohon keselamatan dan ucapan syukur bagi

masyarakat Ambarketawang dan diselenggarakan secara meriah

dengan dibantu dari pemerintah setempat.

2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak


Tabel 4.4 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Tradisi
P Pelaksanaan dari saparan bekakak itu bagaimana , Pak?

A1 Pelaksanaan saparan bekakak ini dibentuk panitia dari desa


untuk merancang acara sedemikian rupa supaya dapat
dilaksanakan bersama masyarakat sekitar. Seperti temanten
pada umumnya, sebelum hari pernikahan dilakukan
midodareni atau kenduren. Acara ini maksudnya untuk
meminta berkat dan dipercaya sebagai turunnya bidadari dari
langit sebagai perwujudan dari pengantin. Setelah itu
dilaksanakan wayang kulit semalam suntuk sebagai hiburan.
Keesokan harinya , panitia dan masyarakat menyiapkan
bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat bekakak
dan diiringi sajen-sajennya. Pengantin bekakak yang dibuat
yaitu 2 pasang pengantin yang akan disembelih di gunung
bekas Ambarketawang dan di gunung Gamping. Acara
pertama yaitu dari balai desa Ambarketawang , pengantin
bekakak diarak mengelilingi gunung gamping yang disebut
kirab. Kirab diikuti oleh kurang lebih 20.000 orang baik
masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah yang
ingin menyaksikan budaya tersebut. Pemberhentian pertama
yaitu di gunung bekas Ambarketawang di dekat UMY untuk
dilakukan penyembelihan pengantin bekakak. Setelah
dilakukan penyembelihan pertama , dilanjutkan kirab menuju
gunung Gamping untuk dilakukan sugengan ageng atau

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berdoa bersama untuk meminta keselamatan. Acara tersebuut


ditutup dengan penyembelihan bekakak yang kedua
kemudian ditutup dengan pembagian bekakak dan sajen-
sajen berupa buah-buah dan sayur-sayuran yang telah
disiapkan oleh masyarakat untuk dibagi-bagikan kepada
penonton. Konon katanya jika mendapat sajen tersebut akan
diberi keselamatan dan berkat yang luar biasa. Jika dalam
penyembelihan bekakak terkena darah / sirup gula jawa
merah ini akan cepat mendapat jodoh.

Berdasarkan pemaparan dari narasumber A1 diperoleh

informasi bahwa pelaksanaan saparan bekakak ini terdapat 4

rangkaian inti tradisi ini yaitu midodareni , kirab , penyembelihan

bekakak dan sugengan agung. Midodareni adalah acara yang

dilakukan sebelum hari pernikahan tiba yang dipercaya akan ada

bidadari yang turun dari langit sebagai perwujudan pengantin

kemudian dilanjutkan wayang kulit.Kirab diadakan pada sore hari

setelah sholat yang diikuti oleh banyak orang baik dari luar daerah

maupun masyarakat setempat.Penyembelihan bekakak dilakukan di

2 tempat yakni di gunung bekas Ambarketawang dan gunung

Gamping. Ketika tiba di gunung Gamping, masyarakat

melaksanakan sugengan ageng atau doa bersama memohon

keselamatan supaya tidak terjadi malapetaka yang sama. Acara

ditutup dengan pembagian bekakak dan makanan-makanan yang

ada pada kirab berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang konon

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

katanya jika mendapatkannya akan diberi keselamatan dan segera

dipertemukan dengan jodohnya.

Tabel 4.5 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Tradisi


P Lalu , proses pelaksanaannya bagaimana ya Pak?

A2 Sebelum saparan bekakak dilakukan malam sebelumnya itu


diadakan malam midodareni seperti pengantin pada
umumnya mas dan setelah itu mengadakan wayang kulit
semalam suntuk. Pagi harinya menyiapkan untuk kirabnya
dan biasanya dilaksanakan jam 3 setelah sholat. Pembuatan
pengantin bekakak 2 pasang. Kirab ini nanti rutenya
mengelilingi gunung gamping mas jenisnya seperti karnaval
budaya lalu sepasang bekakak nanti disembelih di gunung
bekas Ambarketawang. Setelah sampai di gunung Gamping
nanti disembelih sepasang lagi pengantin bekakaknya
kemudian acara ditutup dengan pembagian bekakak dan
aneka gunungan sajen-sajen seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengikuti kirab tadi.

Berdasarkan pemaparan dari A2 diperoleh informasi bahwa

sebelum saparan bekakak disembelih , pada malam hariny

sebelumnya dilakukan midodareni pengantin bekakak yang

biasanya dilakukan oleh pengantin pada umumnya dan dilanjutkan

dengan kesenian wayang kulit. Pengantin bekakak yang akan

dibuat berjumlah 2 pasang dan akan diarak dalam kirab bersama

patung-patung para genderuwo-genderuwo yang diibaratkan

penunggu gunung dengan mengelilingi gunung Gamping.

Sepasang pengantin disembelih di gunung bekas Ambarketawang

dan sepasang lagi di gunung Gamping.Acara ditutup dengan

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembagian bekakak dan sajen berupa buah-buahan dan sayur-

sayuran setelah penyembelihan pengantin bekakak di gunung

Gamping.

Berdasarkan pemaparan dari 2 narasumber didapatkan

kesimpulan bahwa pelaksanaan saparan bekakak terdapat 4

kegiatan inti yaitu midodareni , kirab , penyembelihan bekakak dan

sugengan ageng. Pengantin bekakak yang akan disembelih

berjumlah 2 pasang yang akan disembelih di 2 tempat yang

berbeda yaitu gunung bekas Ambarketawang dan gunung

Gamping. Acara pertama yaitu midodareni dimana acara tersebut

bermakna turunnya bidadari dari langit sebagai perwujudan

bidadari.Hari berikutnya adalah kirab yang dilaksanakan pada sore

hari yang diikuti oleh banyak masyarakat yang datang dari segala

penjuru untuk menyaksikan tradisi saparan bekakak ini dan acara

ditutup dengan berdoa bersama memohon keselamatan dan

pembagian bekakak serta buah-buahan dan sayur-sayuran untuk

dibagikan kepada seluruh penonton kegiatan tersebut.

3. Aktivitas Fundamental Matematis

a. Menghitung (Counting)

1) Jumlah Pengantin Bekakak

Tabel 4.6 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Jumlah Pengantin Bekakak

P Banyaknya pengantin bekakak berapa ya Pak?

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L2 Jadi pengantin bekakaknya itu 2 pasang. Satu


pasang pengantin dengan adat Yogyakarta dan
satu pasang lagi dengan adat Solo.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa banyaknya

pengantin bekakak ada 2 pasang dimana satu pasang

pengantin berpakaian adat Yogyakarta dan satu pasang

lainnya berpakaian adat Solo.Jadi pengantin bekakak

berjumlah 4 buah.

2) Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin

Tabel 4.7 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin

P Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu


untuk apa ya ?

L2 Itu untuk dudukan pengantinnya Mas terbuat dari


bambu jadi nanti pengantin bekakaknya diletakkan
di atas tandu. Tandunya jumlahnya 3 yang 2 untuk
pengantin dan 1 untuk sajennya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa banyaknya

jodhang pada tradisi saparan bekakak adalah 3

buah.Dua pasang pengantin bekakak akan ditempatkan

di 2 tandu dan sisanya akan digunakan untuk sesajen-

sesajen.

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin Bekakak

Tabel 4.8 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai


Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin Bekakak
P Jadi pengantin bekakaknya disembelih dimana
saja Pak?

A1 Pengantin bekakaknya disembelih di dua tempat.


Tempat pertama yaitu gunung bekas
Ambarketawang dan tempat kedua yaitu gunung
Gamping.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A1 diperoleh informasi bahwa dalam

kegiatan saparan bekakak dilaksanakan 2 kali

penyembelihan pengantin bekakak di 2 tempat yang

berbeda yaitu di gunung bekas Ambarketawang dan

gunung Gamping.

b. Mengukur (Measuring)

1) Jarak Kirab

Tabel 4.9 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Jarak


Kirab
P Dalam prosesi kirab ini jaraknya berapa , Pak?

L1 Kurang lebih sekitar 3 km Mas

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L1 diperoleh informasi bahwa jarak yang

ditempuh pada tahapan kirab dalam kegiatan saparan

bekakak Ambarketawang yaitu kurang lebih 3 km. Hal

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ini karena prosesi kirab dilaksanakan dengan

mengelilingi gunung Gamping sehingga jaraknya jauh

meskipun jika dari balai desa ke gunung Gamping tidak

sejauh itu.

2) Ukuran Pengantin Bekakak

Tabel 4.10 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Ukuran Pengantin Bekakak
P Untuk tinggi dari pengantin bekakaknya itu
berapa ya , Pak?

L2 Ukurannya 50 cm sampai 55 cm Mas

Gambar 4.1 Pengantin Bekakak


(Sumber : Arsip Seniman Pembuat Bekakak)
Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa tinggi dari

pengantin bekakak yaitu 50 cm sampai 55 cm. Hal ini

dikarenakan menyesuaikan dari ukuran jodhang supaya

tidak terkena atap dari jodhang / tandu pengantin.Dalam

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembuatan pengantin bekakak supaya tegak diperlukan

bambu sebagai kerangka sekaligus sebagai penopang

dari pengantin bekakak supaya tidak jatuh.

3) Ukuran Genderuwo

Tabel 4.11 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Ukuran Genderuwo
P Selain bekakak , Bapak membuat apa ?

L2 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan


ogoh-ogoh. Bentuknya seperti makhluk seram
sebagai simbol penunggu Gunung Gamping.
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan
waktu kurang lebih 3 bulan. Dulu ukurannya
cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi sekarang
kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih
menggambarkan sosok genderuwo yang
sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Bentuknya menyerupai seperti
ondel-ondel hanya yang membedakan wajah dan
penampilannya. Saya juga membuat 3 sajen untuk
pengantinnya 2 pasang dan 1 untuk
genderuwonya.

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.2 Gambar Genderuwo


(Sumber : Arsip Seniman Pembuat Bekakak)
Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa pembuatan

ogoh-ogoh atau genderuwo penunggu gunung Gamping

diperlukan waktu sekitar 3 bulan lamanya.Bentuk dari

genderuwo ini digambarkan dengan makhluk seram

berwarna hitam yang disimbolkan sebagai penunggu

gunung.Genderuwo ini nantinya diarak dalam kirab

dimana di dalamnya terdapat manusia di dalamnya

sebagai penggerak.Bahan yang digunakan dalam

pembuatannya adalah kertas semen serta kerangka dari

bambu untuk membentuk badan genderuwo.Tinggi dari

genderuwo ini kurang lebih mencapai 2 meter supaya

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lebih menggambarkan sosok genderuwo yang berbadan

besar dan menyeramkan.

c. Penentuan lokasi (Locating)

1) Penentuan Rute Kirab

Tabel 4.12 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Rute


Kirab
P Rute dari kirab bekakak bagaimana , Pak?

A2 Awalnya dari balai desa lalu ke arah selatan


kemudian perempatan menuju ke timur kemudian
ringroad ke selatan lalu sebelah utara UMY itu ke
barat menuju gunung Gamping.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa rute dari

prosesi kirab berawal dari balai desa kemudian ke arah

selatan menuju perempatan kemudian ke arah timur

menuju ringroad kemudian ke arah selatan dan ketika

sudah sampai sebelah utara UMY lalu kirab menuju ke

arah barat menuju gunung Gamping.Rute ini memiliki

makna bahwa kirab pengantin bekakak tersebut

mengelilingi gunung Gamping sebelum disembelih.

2) Urutan Unsur-Unsur pada Kirab

Tabel 4.13 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai


Unsur pada Kirab
P Unsur pada kirab itu apa saja , Pak?

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A2 Unsurnya ada 2 yaitu kirab inti dan kirab


penggembira. Kirab inti berisikan pengantin
bekakak itu sendiri lalu diikuti sholawatan
kemudian prajurit-prajurit , patung sepasang
genderuwo. Kirab penggembira terdiri dari penari-
penari kesenian dan seni-seni yang lain seperti
jathilan , mobil-mobil hias yang dimodifikasi
yang biasanya membawa buah-buahan yang akan
dibagikan untuk masyarakat sekitar yang
menyaksikan tradisi ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa unsur-unsur

yang terdapat pada prosesi kirab dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kirab inti dan kirab penggembira. Kirab

inti beranggotakan pengantin bekakak dan genderuwo

serta sajen-sajen untuk pengantin sedangkan kirab

penggembira berisikan kesenian-kesenian daerah seperti

tari-tarian , jathilan , reog dll. Kirab inti berada pada

paling depan dan kirab penggembira berada di

belakangnya. Kirab budaya ini dijadikan ajang untuk

melestarikan kebudayaan dengan menampilkan

kebudayaan-kebudayaan yang mulai jarang ditampilkan

dan penonton juga menikmati tradisi ini sebagai

tontonan yang menarik sekaligus cara untuk

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melestarikan kebudayaan yang seiring berkembangnya

jaman mulai hilang.

d. Mendesain (Designing)

1) Bentuk Bekakak

Tabel 4.14 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai


Bentuk Bekakak
P Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa ,
Pak?

A2 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti


loro blonyo. Makna dari bekakak itu dimisalkan
sepasang pengantin manusia tetapi bentuknya
sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.

Gambar 4.3 Bentuk Pengantin Bekakak


(Sumber : www.gudeg.net)
Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari

bekakak adalah sepasang pengantin loro blonyo terbuat

dari tepung beras yang diibaratkan sepasang pengantin

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sungguhan.Bekakak dibuat dari tepung beras sesuai

dengan perintah dari Sri Sultan Hamengkubuwono I

dimana beliau mendapat petunjuk untuk membuat

bekakak dari bahan tersebut untuk menghentikan

malapetaka yang terjadi.

2) Bentuk Penunggu Gunung

Tabel 4.15 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Bentuk Penunggu Gunung
P Selain bekakak , Bapak membuat apa ?

L2 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan


ogoh-ogoh. Bentuknya seperti makhluk seram
sebagai simbol penunggu Gunung Gamping
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan
waktu kurang lebih 3 bulan. Dulu ukurannya
cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi sekarang
kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih
menggambarkan sosok genderuwo yang
sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Proses pembuatannya nanti
sama seperti membuat ondel-ondel hanya yang
membedakan wajah dan penampilannya. Saya
juga membuat 3 sajen untuk pengantinnya 2
pasang dan 1 untuk genderuwonya.

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.4 Bentuk Penunggu Gunung Gamping


(Sumber :mediacenter.slemankab.go.id)

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari

penunggu gunung Gamping adalah sosok yang

menyeramkan dengan badan tinggi besar terbuat dari

kertas semen dan kerangkanya terbuat dari bambu.

Dulunya bentuk dari penunggu Gamping tidak begitu

menyeramkan dan setelah berganti pembuatnya , kini

sosok genderuwo ini menjadi lebih menyeramkan dan

lebih menggambarkan penunggu gunung yang

sesungguhnya.

3) Tempat Pengantin

Tabel 4.16 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai


Bentuk Tempat Duduk Pengantin
P Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu
untuk apa ya ?

L2 Itu untuk tempat pengantinnya Mas terbuat dari


bambu jadi nanti pengantin bekakaknya

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diletakkan di atas tandu. Tandunya jumlahnya 3


yang 2 untuk pengantin dan 1 untuk sajennya.

Gambar 4.5 Jodhang Pengantin Bekakak


(Sumber :Kratonpedia.com)

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa dudukan

pengantin atau tandu yang akan dipakai oleh pengantin

bekakak terbuat dari bambu. Tandu yang sudah dibuat

akan diarak bersama dengan pengantin bekakak 2 pasang

dan sesajen beserta genderuwo-genderuwo yang sudah

dibuat dalam prosesi kirab mengelilingi gunung

Gamping.

e. Bermain (Playing)

1) Bentuk Kirab

Tabel 4.17 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai


Bentuk Kirab
P Bentuk dan tujuan dilaksanakan kirab itu apa ,
Pak?

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A2 Kirab itu bentuknya seperti karnaval budaya yang


bertujuan untuk memperlihatkan kesenian-
kesenian baik dari dalam daerah Ambarketawang
maupun luar Ambarketawang. Selain itu , kirab
ini diharapkan sebagai ucapan permohonan
keselamatan bagi penambang gamping dan
masyarakat Ambarketawang. Masyarakat yang
ingin menampilkan pertunjukan kesenian biasanya
mendaftar kepada panitia saparan bekakak dan
tidak ada biaya sama sekali. Kesenian budaya
yang disajikan beraneka ragam seperti jathilan ,
reog , tarian serta masih banyak lagi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari

kirab ini adalah kirab kebudayaan atau karnaval budaya

dimana bertujuan untuk memperkenalkan tradisi atau

budaya yang terdapat di Ambarketawang khususnya dan

kebudayaan-kebudayaan lain yang terdapat di kirab

seperti jathilan , reog dan kesenian-kesenian tari yang

lain. Kirab kebudayaan ini diikuti oleh banyak

masyarakat dari segala kalangan tanpa membeda-

bedakan agama , golongan atau ras manapun

dikarenakan tujuan kirab ini untuk melestarikan

kebudayaan setempat yang mulai dilupakan sebagian

masyarakat.

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Waktu Pelaksanaan Saparan Bekakak

Tabel 4.18 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai


Waktu Pelaksanaaan Saparan Bekakak
P Kapan saparan bekakak ini dilakukan dan
bagaimana perkembangannya ?

A1 Saparan bekakak ini dilakukan saat bulan Sapar


dan dilaksanakan pada Jumat Legi pada bulan itu.
Biasanya dilaksanakan setiap tanggal 10 dan
dilakukan pada jam 3 sore sampai jam 6. Dulu
tradisi ini dilaksanakan dengan sederhana dimana
dilakukan hanya beberapa orang dan penambang
gamping di gunung Gamping untuk memperingati
kematian sepasang pemuda yang mati di sana dan
sebagai ucapan syukur. Lama-kelamaan tradisi ini
didukung oleh pemerintah daerah beserta dinas
pariwisata sebagai donatur untuk memeriahkan
acara ini sehingga acara ini bisa menjadi meriah
dan banyak pengunjung datang melihat tradisi ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L2 diperoleh informasi bahwa prediksi

jatuhnya kegiatan saparan bekakak biasanya

dilaksanakan setiap tanggal 10 pada bulan Sapar.

Meskipun demikian , prediksi tersebut tidak sepenuhnya

tepat dan biasanya hanya meleset beberapa hari dari

yang telah diprediksikan. Kegiatan saparan bekakak ini

dilaksanakan setiap Jumat Legi dan dilaksanakan pada

waktu sore hari setelah sholat.Pelaksanaan saparan

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekakak sudah dimulai sejak hari sebelumnya karena

diawali dengan prosesi midodareni pada malam hari

sebelum bekakak disembelih. Biasanya pada kegiatan

saparan bekakak ini jalanan yang akan dilewati kirab

akan ditutup dikarenakan banyaknya penonton yang

ingin mengikuti tradisi kebudayaan ini.

f. Menjelaskan (Explain)

1) Makna Saparan Bekakak

Tabel 4.19 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai


Makna Saparan Bekakak
P Makna dari saparan bekakak itu sendiri apa ya ,
Pak ?

A1 Kenapa bisa disebut bekakak , jadi bekakak itu


maknanya selametan atau diselameti. Selametan
di sini artinya untuk memperingati kejadian 2
pemuda yang mati terseret arus sungai di Gunung
Gamping. Masyarakat mengharapkan dengan
diadakan saparan bekakak ini tidak terulang
kejadian yang menimpa kedua permuda tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A1 diperoleh informasi bahwa makna dari

saparan bekakak adalah tradisi selametan atau

memperingati kejadian 2 pemuda yang meninggal yang

konon dijadikan tumbal oleh penunggu gunung

Gamping.Masyarakat kemudian melaksanakan tradisi

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saparan bekakak ini untuk mencegah kejadian itu

terulang kembali. Selain itu , tradisi ini bermakna

masyarakat memohon keselamatan kepada Yang Maha

Esa supaya dijauhkan dari malapetaka.

Tabel 4.20 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai


Makna Saparan Bekakak
P Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak
ketahui ?

L1 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji


yang diberikan oleh pengusaha batu gamping
yang diberikan kepada ceritanya kepada penunggu
gunung Gamping. Lalu ada cerita lain bahwa
tradisi ini untuk memperingati meninggalnya Ki
Wirosuto dan Nyi Wirosuto tetapi belum ada bukti
otentik tentang sejarah itu kalau menurut saya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber L1 diperoleh informasi bahwa saparan

bekakak bermakna sebagai sesaji yang diberikan kepada

penunggu gunung Gamping supaya tidak terjadi

malapetaka yang dulu menimpa penambang gamping di

sana. Sesaji yang diberikan ini diberikan bersama dengan

pengusaha batu gamping karena secara tidak langsung

pengusaha tersebut sebagai penanggung jawab atas

penambang-penambang gamping.

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan pemaparan dari 2 narasumber

diperoleh bahwa makna saparan bekakak adalah tradisi

untuk memperingati kematian dari penunggu gamping

maka dari itu dibuat sesaji untuk mencegah kejadian

yang menimpa penambang gamping tidak terjadi

kembali serta memohon keselamatan bagi masyarakat

sekitar Gamping.

2) Makna Pengantin Bekakak

Tabel 4.21 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai


Makna Pengantin Bekakak
P Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa ,
Pak?

A2 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti


loro blonyo. Makna dari bekakak itu dimisalkan
sepasang pengantin manusia tetapi bentuknya
sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bekakak

artinya sepasang pengantin yang terbuat dari tepung

beras ketan. Selain tepung beras ketan , bekakak ini

terbuat dari sirup gula merah yang diibaratkan sebagai

darah dari pengantin bekakak. Pengantin bekakak ini

diibaratkan sebagai pengganti dari penambang gamping

yang meninggal akibat konon dijadikan tumbal oleh

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penunggu gunung.Pengantin bekakak ini juga dapat

digunakan untuk mengelabuhi penunggu gunung agar

tidak terjadi malapetaka lagi di daerah tersebut.

3) Makna Pembagian Sajen

Tabel 4.22 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai


Makna Pembagian Sajen
P Makna pembagian sesajen itu untuk apa ya Pak ?

A2 Jadi sesajen itu diibaratkan sebagai berkat dan


rejeki dimana jika ada yang menerimanya maka
akan mendapat rejeki dan berkat yang melimpah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bekakak yang

telah disembelih dipercaya akan memberikan berkat bagi

siapa saja yang mendapatkannya dan jika terkena

kucuran dari darah pengantin bekakak akan segera

mendapat jodoh. Masyarakat sangat antusias dalam

mendapatkan sajen atau tepung beras ketan dari

pengantin bekakak dan menyebabkan berdesak-desakan

satu sama lain. Meskipun demikian , masyarakat

menikmati hal itu karena diiming-imingi oleh

keselamatan dan berkat bagi yang menerimanya.

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Rangkuman Hasil Analisis

1. Sejarah Saparan Bekakak

Sejarah saparan bekakak berawal dari wafatnya

penambang batu gamping tertimpa reruntuhan gamping

dan ada cerita yang mengatakan bahwa itu adalah Ki

Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang merupakan abdi

dalem. Sejak kejadian itu , Sultan Hamengkubuwono I

meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa untuk

mencari solusi dari kejadian tersebut supaya tidak terjadi

lagi. Beliau diberikan penglihatan untuk membuat

pengantin bekakak yang terbuat dari tepung beras pada

bulan Sapar dan dilaksanakan setiap Jumat

Legi.Pengantin ini disimbolkan sebagai pasangan

manusia yang bertujuan untuk mengelabuhi penunggu

gunung. Setelah mendapat penglihatan tersebut , beliau

memerintahkan untuk segera membuat pengantin

bekakak dari tepung beras ketan pada bulan Sapar dan

dilaksanakan setiap Jumat legi. Setelah kegiatan ini

dilaksanakan , malapetaka di Gamping tidak terjadi lagi.

Oleh karena itu , saparan bekakak Ambarketawang

dijadikan sebuah tradisi turun-temurun yang dilakukan

masyarakat Gamping untuk memohon keselamatan

kepada Yang Maha Kuasa.

68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Filosofi Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak

Tradisi saparan bekakak ini dilaksanakan setiap

Jumat Legi pada bulan Sapar.Tanggal pelaksanaan

tradisi ini biasanya jatuh pada tanggal 10 pada bulan

Sapar.Hal itu masih merupakan prediksi dan belum

dijadikan pedoman pelaksanaan tradisi ini.Sebelum

pelaksanaan tradisi ini, dibentuk panitia oleh pemerintah

desa untuk mendukung tradisi ini. Panitia yang telah

dibentuk biasanya mencari dana dari donatur-donatur

serta sponsor untuk memeriahkan tradisi ini.

Pembuatan pengantin bekakak berlangsung

selama 8 jam dari jam 9 pagi sampai jam 5

sore.Pembuatan pengantin berasal dari tepung beras

ketan dan tepung beras jawa. Selain membuat pengantin

bekakak, masyarakat juga membuat ogoh-ogoh atau

genderuwo yang diibaratkan sebagai penunggu gunung

Gamping serta membuat sesaji-sesaji yang akan

dibagikan kepada masyarakat pada puncak acara saparan

bekakak.Pembuatan pengantin bekakak berjumlah 2

pasang.

Pelaksanaan dari tradisi saparan bekakak

inidilaksanakan dengan 4 tahap yaitu midodareni , kirab ,

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyembelihan pengantin bekakak dan sugengan ageng.

Acara midodareni dimulai sejak 1 hari sebelum saparan

bekakak dilaksanakan.Tujuan midodareni ini adalah

menunggu turunnya bidadari dari langit untuk

memberkati pengantin bekakak.Acara selanjutnya adalah

mengadakan wayang kulit semalam suntuk.Hari

berikutnya ialah puncak dari tradisi ini yaitu

penyembelihan pengantin bekakak. Pertama masyarakat

berkumpul di balai desa bersama pengantin bekakak dan

genderuwo yang akan diarak pada kirab pada jam 3 sore.

Prosesi kirab dilaksanakan dengan mengelilingi gunung

Gamping yang ikut dimeriahkan dengan kesenian-

kesenian daerah seperti penari-penari daerah , jathilan ,

reog dan kesenian-kesenian lainnya. Penyembelihan

sepasang pengantin bekakak pertama dilakukan di

gunung bekas Ambarketawang dan penyembelihan

kedua dilakukan di gunung Gamping.Sugengan ageng

dilakukan ketika telah sampai di gunung Gamping yaitu

memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa

supaya diberi keselamatan dari marabahaya dan

malapetaka.Acara ditutup dengan pembagian bekakak

dan sesaji yang telah didoakan untuk dibagikan kepada

penonton.Konon katanya jika mendapatkan sajen atau

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekakakakan diberi keselamatan dan berkah yang luar

biasa.

3. Aktivitas Fundamental Matematis

a. Aspek Menghitung (Counting)

1) Jumlah Pengantin Bekakak

Dalam tradisi saparan bekakak dibuat 2

pasang pengantin bekakak. Sepasang pengantin

bekakak akan mengenakan pakaian adat

Yogyakarta dan sepasang pengantin lainnya

akan mengenakan pakaian adat Solo. Jadi

jumlah pengantinnya ada 4 buah pengantin

bekakak.

2) Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin

Jodhang yang dibuat pada kegiatan

saparan bekakak digunakan untuk tempat

pengantin.Jumlah jodhang yang dibuat

berjumlah 3 buah. 2 jodhang akan digunakan 2

pasang pengantin dan 1 jodhang akan digunakan

untuk membawa sesajen.

3) Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin

Bekakak

Pada tradisi saparan bekakak akan

dilaksanakan penyembelihan pengantin

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekakak. Penyembelihan pengantin akan

dilaksanakan di 2 tempat yang berbeda yaitu di

gunung bekas Ambarketawang dan gunung

Gamping.

b. AspekMengukur (Measuring)

1) Jarak Kirab

Jarak yang ditempuh peserta kirab

kurang lebih sekitar 3 km. Jarak yang cukup

jauh dikarenakan rute kirab ini menuju gunung

Gamping dengan mengelilinginya terlebih

dahulu karena pengantin bekakak akan

disembelih di gunung bekas Ambarketawang

terlebih dahulu yang letaknya disebelah timur

gunung Gamping.

2) Ukuran Pengantin Bekakak

Pengantin bekakak yang dibuat oleh

seniman pembuat pengantin bekakak memiliki

tinggi 50 cm sampai 55 cm. Pengantin dibuat

dengan tinggi demikian supaya mudah untuk

dipegang dan disembelih.Selain itu, supaya

tinggi pengantin tidak terkena oleh atap jodhang

sehingga pengantin tetap dapat berdiri tegak.

72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Ukuran Genderuwo

Genderuwo yang dibuat bertujuan untuk

menyimbolkan sosok penunggu gunung yang

akan memangsa pengantin bekakak. Sosok

genderuwo ini nantinya dibawa oleh beberapa

orang yang diletakkan tandu dan ada juga yang

dipakai oleh seseorang seperti memakai ondel-

ondel.Ukuran genderuwo yang dibuat kurang

lebih 2 m. Pembuatan genderuwo pada jaman

dulu hanya dibuat dengan tinggi satu setengah

tinggi manusia normal tetapi sekarang dirombak

menjadi lebih tinggi. Setelah tradisi selesai

maka genderuwo-genderuwo yang masih layak

pakai akan disimpan untuk dipakai kembali pada

tradisi tahun depan karena pembuatan yang lama

dan banyak dana untuk membuatnya.

c. Aspek Penentuan Lokasi (Locating)

1) Penentuan Rute Kirab

Rute yang ditempuh pada prosesi kirab

yaitu mengelilingi gunung Gamping.Kirab

bermula di balai desa sebagai titik kumpul

pertama kali sebelum kirab dilaksanakan.Peserta

kirab berjalan dari balai desa menuju ke arah

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

selatan menuju ringroad lalu ketika sampai di

perempatan dilanjutkan ke arah timur menuju

pertigaan ringroad.Rute dilanjutkan menuju ke

arah selatan. Ketika sampai di sebelah utara

UMY , kirab dilanjutkan menuju ke arah barat

menuju ke gunung Gamping. Sebelum ke

gunung Gamping , kirab berhenti di gunung

bekas Ambarketawang untuk melakukan prosesi

penyembelihan sepasang bekakak pertama dan

nantinya penyembelihan sepasang bekakak

kedua di gunung Gamping.

2) Urutan Unsur-Unsur pada Kirab

Pada prosesi kirab terdapat 2 kelompok

kirab yaitu kirab inti dan kirab penggembira.

Kirab inti beranggotakan kelompok yang

membawa pengantin bekakak di atas tandu dan

genderuwo serta sajen-sajen yang akan

digunakan pada prosesi penyembelihan bekakak

dan sugengan ageng. Kelompok ini berada di

barisan paling depan kemudian disusul oleh

kirab penggembira. Kirab penggembira ini

berisikan masyarakat yang menampilkan

kesenian-kesenian daerah dan menampilkan

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atraksi sesuai dengan kemampuan mereka.

Kirab penggembira identik dengan karnaval

budaya yang berisi beraneka ragam kebudayaan

yang ada dan segala pernak-pernik yang ikut

memeriahkan kirab seperti mobil-mobil yang

berisikan buah-buahan , sayur-sayuran dan lain-

lain. Kirab penggembira berada di bagian paling

belakang mengiringi kirab inti di bagian barisan

depan. Biasanya masyarakat yang ingin

mengikuti kirab mendaftar kepada panitia

supaya dapat diatur posisinya saat prosesi kirab

menjadi kirab penggembira.

d. AspekMendesain (Designing)

1) Bentuk Bekakak

Bentuk bekakak pada saparan bekakak

yaitu boneka menyerupai sepasang pengantin

yang sedang duduk bersila lengkap dengan

pakaian pengantin pada umumnya.Pengantin

laki-laki memakai beskap dan pengantin

perempuan memakai kebaya. Dalam

pembuatannya , kerangka pengantin bekakak

terbuat dari bambu yang kemudian dilapisi

tepung beras ketan dan tepung beras jawa.

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk kepala terbuat dari buah pepaya yang

masih muda dan tubuhnya terbuat dari batang

pepaya yang masih muda.Sirup gula jawa yang

telah dimasukkan plastik dimasukkan ke dalam

leher pengantin supaya dapat mengucur ketika

disembelih.

2) Bentuk Penunggu Gunung

Bentuk dari penunggu gunung Gamping

yaitu genderuwo dan ogoh-ogoh.Genderuwo

yang dibuat oleh masyarakat adalah sosok yang

besar dan menyeramkan.Bahan yang digunakan

adalah kertas semen.Pembuatannya

membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan

lamanya. Boneka genderuwo ini nantinya akan

dipakai oleh seseorang dan mengikuti kirab dan

ada juga yang diletakkan di atas tandu dan

dibawa oleh beberapa orang.

3) TempatPengantin

Pengantin bekakak yang telah dibuat

kemudian dibuatkan dudukan dari bambu dan

dibentuk seperti tandu yang akan dibawa oleh

beberapa orang pada prosesi kirab. Tandu yang

digunakan berjumlah 3 buah dimana 2 buah

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipakai oleh 2 pasang pengantin bekakak dan

sisanya untuk sesajennya.

e. AspekBermain (Playing)

1) Bentuk Kirab

Bentuk dari kirab ini yaitu karnaval

kebudayaan.Dalam prosesi kirab terdapat

beberapa kebudayaan-kebudayaan daerah yang

ditampilkan oleh masyarakat sekitar untuk ajang

melestarikan kebudayaan dan untuk

memeriahkan tradisi tahunan yang dilaksanakan

di Ambarketawang. Hal ini menyebabkan

penonton antusias dalam menyaksikan

kebudayaan ini sehingga jalan ringroad menjadi

macet karena banyaknya penonton yang ingin

melihat dari usia muda sampai tua ikut

menyaksikan.

2) Waktu Pelaksanaan Saparan Bekakak

Waktu pelaksanaan tradisi saparan

bekakak ini setiap Jumat Legi pada bulan Sapar.

Hal ini diperintahkan oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono I sesuai petunjuk yang

diterimanya ketika memohon doa untuk

keselamatan masyarakat Gamping. Biasanya

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 10 tetapi

tidak menjadi pedoman murni dan hanya

merupakan perkiraan semata.

f. AspekMenjelaskan (Explaining)

1) Makna Saparan Bekakak

Makna dari saparan bekakak yaitu

sebagai ucapan permohonan keselamatan bagi

masyarakat Ambarketawang dan sekitarnya.Hal

ini diharapkan tidak terjadi kejadian yang

menimpa penambang batu gamping yang wafat

karena tertimpa batu gamping.Saparan bekakak

juga berarti sesaji yang telah disiapkan untuk

penunggu gunung Gamping supaya tidak

memakan korban lagi.

2) Makna Pengantin Bekakak

Makna dari pengantin bekakak yaitu

sebagai pengganti korban manusia yang konon

dijadikan tumbal oleh penunggu

gunung.Bekakak disimbolkan pengantin karena

pada jaman dahulu yang menjadi korban

penunggu gunung yaitu sepasang suami istri

yaitu Ki Wirosuto dan Nyai Wirosuto dan

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sepasang pemuda yang wafat tertimpa batu

gamping.

3) Makna Pembagian Sajen

Pembagian sajen yang dimaksud adalah

pengantin bekakak yang sudah disembelih

kemudian dibagikan kepada penonton yang

menyaksikan tradisi ini.Sajen yang dibagikan

berupa buah-buahan, sayur-sayuran dan pernak-

pernik lainnya serta bekakak itu sendiri.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian pada tradisi saparan bekakak di Ambarketawang

ini hanya difokuskan pada tahap – tahap pelaksanaan pada tradisi

saparan bekakak yaitu midodareni , kirab bekakak , penyembelihan

pengantin bekakak dan sugengan ageng. Beberapa aspek yang

dikaji pada penelitian ini adalah aspek sejarah , aspek historis dan

aspek matematis. Pada setiap aspek masih bersifat terbatas

informasinya. Pada aspek sejarah masih belum mencakup semua

informasi yang tersedia dan hanya sebagian saja yang dapat penulis

kaji dikarenakan terbatasnya pengetahuan narasumber. Pada aspek

matematis terhadap saparan bekakak ini belum bisa lebih mendetail

dikarenakan kajian masih bersifat paling umum yaitu tahap-tahap

pelaksanaan saparan bekakak. Berdasarkan dari semua itu , hasil

penelitian dirasa belum bisa diterapkan untuk pembelajaran

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

matematika tingkat SMP. Oleh karena itu , penelitian ini perlu

dikaji lebih dalam lagi supaya bisa optimal dalam penerapan untuk

pembelajaran matematika tingkat SMP dan agar bisa diterapkan

secara konstekstual di dalam kelas.

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian dan hasil analisis terhadap

kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang , Gamping , Sleman

dapat disimpulkan bahwa:

1. Sejarah dan Perkembangan Saparan Bekakak Ambarketawang

a. Sejarah bekakak bermula dari wafatnya penambang

gamping yang konon dijadikan tumbal oleh penunggu

gamping. Oleh sebab itu , Sri Sultan Hamengkubuwono I

berdoa memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa dan

diberi perintah untuk membuat sepasang pengantin

bekakak dari tepung beras ketan yang akan disembelih di

gunung Gamping.

b. Perkembangan tradisi saparan bekakak pada jaman dahulu

dan sekarang yaitu pada jaman dahulu dilaksanakan

dengan sederhana dan dengan peralatan seadanya

sedangkan pada jaman sekarang sudah dibantu dengan

pemerintah setempat sehingga tradisi ini berjalan meriah

tanpa mengurangi makna dari saparan bekakak itu sendiri.

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Aspek Filosofi Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang

a. Tradisi saparan bekakak dilaksanakan setiap Jumat Legi

pada bulan Sapar dan dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB

sebagai peringatan meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyai

Wirosuto pada Jumat Legi di Bulan Sapar.

b. Makna dari pengantin bekakak ialah sebagai pengganti

sepasang pengantin manusia yang akan dikorbankan

sebagai tumbal penunggu gunung Gampung. Selain itu

saparan bekakak ini sebagai bentuk permohonan

keselamatan bagi masyarakat di Ambarketawang kepada

Yang Maha Kuasa.

3. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop Pada

Saparan BekakakAmbarketawang

a. Aspek Menghitung (Counting)

Aspek menghitung pada aktivitas saparan bekakak yaitu

menghitung jumlah pengantin bekakak, jumlah jodhang

pengantin dan jumlahtempat penyembelihan pengantin

bekakak.

b. Aspek Mengukur (Measuring)

Aspek mengukur pada aktivitas saparan bekakak yaitu

jarak kirab , ukuran pengantin bekakak dan ukuran

genderuwo.

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Aspek Penentuan Lokasi (Locating)

Aspek penentuan lokasi pada aktivitas saparan bekakak

yaitu pada penentuan rute kirab dan urutan unsur-unsur

pada kirab.

d. Aspek Mendesain (Designing)

Aspek mendesain pada aktivitas saparan bekakak yaitu

pada bentuk bekakak , bentuk penunggu gunung dan

tempat pengantin.

e. Aspek Bermain (Playing)

Aspek bermain pada aktivitas saparan bekakak yaitu pada

bentuk kirab dan waktu pelaksanaan saparan bekakak

f. Aspek Menjelaskan (Explain)

Aspek menjelaskan pada aktivitas saparan bekakak yaitu

pada makna saparan bekakak , makna bekakak dan makna

pembagian sajen

B. Saran

1. Sebagai pelaksana atau pendukung dari suatu

kebudayaan diharapkan mengerti akan makna yang

terkandung dari kebudayaan tersebut supaya makna dari

kebudayaan tersebut tidak berubah meskipun terdapat

perkembangan-perkembangan pada prosesi tradisi

tersebut. Perkembangan dari setiap tradisi jangan

menjadikan budaya asli menjadi hilang tetapi sebaiknya

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membuat budaya semakin lestari dan dapat diteruskan

sampai generasi yang selanjutnya sebagai budaya dari

nenek moyang kita terdahulu.

2. Sebagai pendidik

Sebagai pendidik yang profesional diperlukan

kemampuan dalam mengembangkan suatu permasalahan

secara konstekstual.Kebudayaan menjadi salah satu

sarana untuk digunakan dalam pembelajaran. Oleh

karena itu , pendidik perlu memahami pentingnya

etnomatematika sebagai salah satu metode alternatif

untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi.

Etnomatematika ini sangat penting karena kebudayaan

terdapat disekeliling mereka sehingga dapat

dihubungkan dengan pembelajaran.Secara tidak

langsung makna dari suatu kebudayaan tersebut juga

dapat tersampaikan pada peserta didik dan dapat

digunakan untuk membentuk karakter peserta didik.

3. Peneliti lain dapat mengkaji penelitian ini lebih

mendalam lagi dengan mencari narasumber atau

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan saparan

bekakak yang dimaksudkan untuk menggali infomasi-

informasi yang lebih dalam dan dapat mencari aspek-

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

aspek matematis lain dalam tradisi saparan bekakak

Ambarketawang ini.

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

 Andyani, Natalia Tri. Eksistensi Tradisi Saparan pada Masyarakat Desa

Sumberejo Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Diss. Universitas

Negeri Semarang, 2013.

 Bishop, A. J. (1998) Mathematical Enculturation: a cultural perspective on

Mathematics Education. D. Reidel Publishing Company, Dordrecht,

Holland. https://www.csus.edu/indiv/o/oreyd/acp.htm_files/abishop.htm

(Diakses pada tanggal 15 Oktober 2019)

 Budaya.jogjaprov.go.id. Pesanggrahan Ambarketawang (4 Maret 2014).

Diakses pada 7 Oktober 2020, dari

https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/295-ambarketawang-

pesanggrahan

 Budaya.jogjaprov.go.id. Upacara Bekakak (4 Maret 2014). Diakses pada

14 Oktober 2019, dari https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/296-

upacara-bekakak

 Fajriyah, E. (2018, February). Peran Etnomatematika Terkait Konsep

Matematika dalam Mendukung Literasi. In PRISMA, Prosiding Seminar

Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 114-119).

 Gampingkec.slemankab.go.id. Sejarah Kecamatan Gamping. Diakses 7

Oktober 2020, dari https://gampingkec.slemankab.go.id/sejarah-kec-

gamping/

 Gudeg.net. Saparan Bekakak Gamping. Diakses pada tanggal 14 Oktober

2019, dari https://gudeg.net/direktori/652/saparan-bekakak-gamping.html

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Islami, Mona Erythrea Nur, and Muhammad Ikhsanudin. "Simbol dan

Makna Ritual Yaqowiyu di Jatinom Klaten." Media Wisata 12.2 (2014).

 Marzuki, Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa. "Dalam Perspektif

Islam." Tersedia: http://eprints. uny. ac. id/id/eprint/2609 diunduh 12

(2006).

 MSi, Prof Dr Suryana. "Metodologi Penelitian: Metodologi Penelitian

Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif." Universitas

Pendidikan Indonesia (2012): 1-243.

 Mulyana, Y. ANALISIS ASPEK PELESTARIAN BUDAYA DAN

DAMPAK PERGESERAN AQIDAH

 Ningsih, Tutuk. "TRADISI SAPARAN DALAM BUDAYA

MASYARAKAT JAWA DI LUMAJANG." IBDA: Jurnal Kajian Islam

dan Budaya 17.1 (2019): 79-93.

 Permendikbud, No. 24 tahun 2016 LAMPIRAN 15, tentang Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada

Pendidikan Menengah.

 Rijali, Ahmad. "Analisis data kualitatif." Alhadharah: Jurnal Ilmu

Dakwah 17.33 (2019): 81-95.

 Staff.uny.ac.id . METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. DIakses

pada 14 Oktober 2019, dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-aman-mpd/c-

1pelatihan.pdf

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Suripto, Untung. 2017. Monolit Yogyakarta: Gunung Gamping dari

Kesultanan Menuju Konservasi. Yogyakarta: Balai KSDA Yogyakarta.

 Teng, H. Muhammad Bahar Akkase. "Filsafat Kebudayaan Dan Sastra

(Dalam Perspektif Sejarah)." Jurnal ilmu budaya 5.1 Juni (2017).

 Wahidmurni, Wahidmurni. "Pemaparan metode penelitian kualitatif."

(2017).

 Wulandari, Fiki Trisnawati. PERGESERAN MAKNA BUDAYA BEKAKAK

GAMPING (Analisis Semiotika Pergeseran Makna Budaya Bekakak Di

Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kab. Sleman). Diss. UPN"

VETERAN" YOGYAKARTA, 2011.

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3 : Surat Permohonan Validasi Pedoman dan Instrumen


Wawancara

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4 : Pedoman dan Instrumen Wawancara


A. Pedoman Wawancara

Aspek Historis Pada Saparan Bekakak

NO Indikator Nomor Pertanyaan

1 Letak geografis Desa Ambarketawang 1

2 Kondisi Masyarakat Desa Ambarketawang 2,3

Sejarah Saparan Bekakak di Desa


3 Ambarketawang 4

Perkembangan Saparan Bekakak di Desa


4 Ambarketawang 5,6

Pertanyaan Wawancara Aspek Historis Pada Saparan Bekakak

1. Bagaimana letak geografis Desa Ambarketawang?

2. Bagaimana kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat di Desa

Ambarketawang?

3. Bagaimana kondisi sosial dan budaya masyarakat di Desa Ambarketawang?

4. Bagaimana sejarah saparan bekakak di Desa Ambarketawang?

5. Bagaimana perkembangan saparan bekakak di Desa Ambarketawang?

6. Apakah ada perbedaan saparan bekakak jaman dulu dengan saparan bekakak

pada jaman sekarang?

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Aspek Filosofis Pada Saparan Bekakak

No Indikator Nomor Pertanyaan

1. Budaya asli 1

2. Budaya yang masih dilaksanakan 2

3. Penjelasan dari setiap budaya 3,4,5,6,7

4. Perkembangan budaya 8

Pertanyaan Wawancara Aspek Filosofis Pada Saparan Bekakak

1. Budaya apa saja yang berada di Desa Ambarketawang?

2. Budaya apa saja yang masih dilakukan hingga saat ini di Desa

Ambarketawang?

3. Apa makna dari budaya tersebut bagi masyarakat di Desa

Ambarketawang?

4. Bagaimana pelaksanaan dari budaya tersebut?

5. Siapa saja yang mengikuti kebudayaan tersebut di Desa Ambarketawang?

6. Dimana masyarakatDesa Ambarketawang mengadakan kebudayaan

tersebut?

7. Kapan kebudayaan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa

Ambarketawang?

8. Bagaimanakah perkembangan dari kebudayaan tersebut terhadap

pelaksanaan pada jaman dulu?

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Aspek Matematis Pada Saparan Bekakak

No Nama Aktivitas Matematika Indikator Pertanyaa


Kegiatan n Nomor

1. Midodareni  Counting  Memperkirakan 1,2,3,4,5


Bekakak  Designing bahan untuk
 Explaining membuat
 Measuring pengantin
Bekakak
 Merancang bentuk
Bekakak
 Memperkirakan
waktu yang
dibutuhkan untuk
membuat
pengantin
Bekakak
 Membuat sesajen
dengan cara
tertentu
 Menjelaskan
makna midodareni
pengantin
Bekakak

2. Kirab  Locating  Menentukan rute 6,7,8


 Explaining dari kirab
 Designing pengantin
Bekakak

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Menjelaskan
makna dari kirab
 Merancang unsur-
unsur yang ada
pada kirab

3. Penyembelih  Explaining  Menjelaskan 9,10


an Pengantin makna dari
Bekakak penyembelihan
pengantin
 Menjelaskan
makna dari
pengantin
Bekakak

4. Sugengan  Explaining  Menjelaskan 11,12


Ageng makna Sugengan
Ageng
 Menjelaskan
makna dari
pembagian
sesajen di Gunung
Kliling

Pedoman Wawancara Aspek Matematis Pada Saparan Bekakak

1. Apa saja bahan yang diperlukan untuk membuat pengantin Bekakak ?

2. Bagaimana bentuk dari Bekakak?

3. Berapa lama dalam pembuatan pengantin Bekakak?

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Apa saja yang dibutuhkan selain pengantin Bekakak?

5. Apa makna dari midodareni pengantin Bekakak itu sendiri?

6. Bagaimana rute dari kirab pengantin Bekakak?

7. Apa tujuan dilaksanakannya kirab?

8. Apa saja unsur-unsur yang ada pada tahap kirab?

9. Apa makna dari penyembelihan pengantin Bekakak?

10. Apa makna dari pengantin Bekakak?

11. Apa makna dari Sugengan Ageng?

12. Apa makna dari pembagian sesajen di Gunung Kliling?

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5 : Lembar Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6 : Profil Narasumber

1. Narasumber Ahli Pertama (A1) :

Nama : Sarjono S A
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat

2. Narasumber Ahli Kedua (A2) :

Nama : Bambang Cahyono


Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Kepala Dukuh Gamping Kidul dan Ketua Desa Bekakak
Ambarketawang

3. Narasumber Pendukung Pertama (L1) :

Nama : Martono
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Kepala Seksi Pelayanan

4. Narasumber Pendukung Kedua (L2) :

Nama : Sugiantoro
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Therapis Saraf dan Seniman Pembuat Bekakak

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7 : Transkrip data A1

Transkrip Data A1 dari Wawancara

Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang

dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan

HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan A1

terkait aspek filosofis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang ,

Gamping.

Tanggal : 14 Juli 2020

Kode Narasumber : A1

Peran : Tokoh Masyarakat

P201 Budaya yang ada di Desa Ambarketawang ini apa saja , Pak?

A101 Budaya yang masih dilaksanakan di sini itu saparan bekakak Mas

P202 Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu bagaimana ?

A102 Konon katanya ada sepasang pemuda dan pemudi penambang


gamping saat menambang terpeleset jatuh dan terseret arus
sungai. Arus sungainya kencang sekali dan konon katanya
sampai ke segoro kidul (Laut Selatan). Setiap Jumat Kliwon , jika
akan ada pagebluk (malapetaka) maka pada saat tengah malam
ada burung merpati dengan suara berbeda saat bulan purnama
mengelilingi Ambarketawang. Konon katanya merpati tersebut
peliharaan dari Kyai Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang menjaga
gunung Gamping. Berkaitan dengan hilangnya sepasang pemuda
tadi ada kaitannya dengan bekakak yaitu dibuat sepasang manten

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(pengantin) untuk peringatan kejadian yang menimpa sepasang


pemuda karena istilahnyadijadikan tumbal.

P203 Makna dari saparan bekakak itu sendiri apa ya , Pak ?

A103 Kenapa bisa disebut bekakak , jadi bekakak itu maknanya


selametan atau diselameti. Selametan di sini artinya untuk
memperingati kejadian 2 pemuda yang mati terseret arus sungai
di Gunung Gamping. Masyarakat mengharapkan dengan
diadakan saparan bekakak ini tidak terulang kejadian yang
menimpa kedua permuda tersebut.

P204 Pelaksanaan dari saparan bekakak itu bagaimana , Pak?

A104 Pelaksanaan saparan bekakak ini dibentuk panitia dari desa untuk
merancang acara sedemikian rupa supaya dapat dilaksanakan
bersama masyarakat sekitar. Seperti temanten pada umumnya,
sebelum hari pernikahan dilakukan midodareni atau kenduren.
Acara ini maksudnya untuk meminta berkat dan dipercaya
sebagai turunnya bidadari dari langit sebagai perwujudan dari
pengantin. Setelah itu dilaksanakan wayang kulit semalam suntuk
sebagai hiburan. Keesokan harinya , panitia dan masyarakat
menyiapkan bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat
bekakak dan diiringi sajen-sajennya. Pengantin bekakak yang
dibuat yaitu 2 pasang pengantin yang akan disembelih di gunung
bekas Ambarketawang dan di gunung Gamping. Acara pertama
yaitu dari balai desa Ambarketawang , pengantin bekakak diarak
mengelilingi gunung gamping yang disebut kirab. Kirab diikuti
oleh kurang lebih 20.000 orang baik masyarakat sekitar maupun
masyarakat luar daerah yang ingin menyaksikan budaya tersebut.
Pemberhentian pertama yaitu di gunung bekas Ambarketawang
di dekat UMY untuk dilakukan penyembelihan pengantin

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekakak. Setelah dilakukan penyembelihan pertama , dilanjutkan


kirab menuju gunung Gamping untuk dilakukan sugengan ageng
atau berdoa bersama untuk meminta keselamatan. Acara
tersebuut ditutup dengan penyembelihan bekakak yang kedua
kemudian ditutup dengan pembagian bekakak dan sajen-sajen
berupa buah-buah dan sayur-sayuran yang telah disiapkan oleh
masyarakat untuk dibagi-bagikan kepada penonton. Konon
katanya jika mendapat sajen tersebut akan diberi keselamatan dan
berkat yang luar biasa. Jika dalam penyembelihan bekakak
terkena darah / sirup gula jawa merah ini akan cepat
mendapat jodoh.

P205 Siapa yang mengikuti budaya saparan bekakak ini ?

A105 Semua masyarakat bersama panitia yang dibentuk desa.


masyarakat yang datang tidak hanya warga Ambarketawang saja
tetapi di luar Ambarketawang juga tertarik datang.

P206 Biasanya mengadakan saparan bekakak ini dimana , Pak?

A106 Tempat berkumpulnya di Balai Desa lalu nanti pengantin


bekakak di arak mengelilingi gunung Gamping. Sebelum menuju
ke gunung Gamping , salah satu sepasang pengantin bekakak
disembelih di gunung bekas Ambarketawang dan sepasang lagi
disembelih di gunung Gamping.

P207 Kapan saparan bekakak ini dilakukan dan bagaimana


perkembangannya ?

A107 Saparan bekakak ini dilakukan saat bulan Sapar dan dilaksanakan
pada Jumat Legi pada bulan itu. Biasanya dilaksanakan setiap
tanggal 10 dan dilakukan pada jam 3 sore sampai jam 6. Dulu
tradisi ini dilaksanakan dengan sederhana dimana dilakukan

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hanya beberapa orang dan penambang gamping di gunung


Gamping untuk memperingati kematian sepasang pemuda yang
mati di sana dan sebagai ucapan syukur. Lama-kelamaan tradisi
ini didukung oleh pemerintah daerah beserta dinas pariwisata
sebagai donatur untuk memeriahkan acara ini sehingga acara ini
bisa menjadi meriah dan banyak pengunjung datang melihat
tradisi ini.

P208 Bagaimana perkembangan saparan bekakak pada jaman dahulu


sampai sekarang?

A108 Inti kegiatan masih sama Mas yaitu penyembelihan bekakak,


mungkin perbedaaannya terdapat di acaranya. Dulu saparan
bekakak ini dilaksanakan dengan sederhana atau intinya memberi
sajen kepada penunggu gunung Gamping bersama penambang
gamping tetapi kalau sekarang dibuat meriah dan disponsori oleh
banyak pihak sehingga banyak penontonnya dan membuat jalan
penuh.

P209 Jadi pengantin bekakaknya disembelih dimana saja Pak?

A109 Pengantin bekakaknya disembelih di dua tempat. Tempat pertama


yaitu gunung bekas Ambarketawang dan tempat kedua yaitu
gunung Gamping.

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8 : Transkrip Data A2

Transkrip Data A2 dari Wawancara

Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang

dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan

HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan A2

terkait aspek matematis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang

, Gamping.

Tanggal : 14 Juli 2020

Kode Narasumber : A2

Peran : Kepala Dukuh Gamping Kidul dan Ketua Desa

Bekakak Ambarketawang

P301 Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu seperti apa ?

A201 Dulu ada penambang batu gamping yang sering keruntuhan batu
gamping termasuk Abdi Kinasih Ki Wirosuto dan keluarga.
Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono I memohon petunjuk
kepada Yang Maha Kuasa dan diberi petunjuk untuk membuat
manten-mantenan yang terbuat dari tepung beras. Lalu Sri Sultan
Hamengkubuwono I memerintahkan untuk membuat bekakak
tersebut yang bertujuan untuk mengelabuhi genderuwo penunggu
gunung Gamping sesuai wangsit yang beliau dapatkan. Diharapkan
oleh masyarakat sekitar dengan membuat bekakak yang menyerupai
pengantin itu bisa menjadipenggantinya. Selain itu , masyarakat juga
membuat patung sepasang genderuwo yang diibaratkan penunggu
gunung dan mengikuti kirab bersama dengan pengantin bekakak.

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

P302 Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa , Pak?

A202 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti loro blonyo.


Makna dari bekakak itu dimisalkan sepasang pengantin manusia
tetapi bentuknya sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.

P303 Bahan yang digunakan untuk membuat bekakak itu apa saja ?

A203 Bahannya itu tepung beras ketan untuk tubuhnya dan sirup gula jawa
merah sebagai pengganti darahnya. Kepalanya terbuat dari buah
papaya yang masih muda , lehernya terbuat dari batang papaya muda
yang diisi dengan cairan gula jawa merah (juruh) tadi dan sisanya
terbuat dari tangkai pepaya sebagai tangan dan kakinya. Kemudian
dudukannya menggunakan bambo / pring dibuat seperti tandu untuk
pengantin.

P304 Selain pengantin bekakak apa masih ada lagi ?berapa lama
pembuatannya ?

A204 Masih ada Mas , bentuknya seperti ogoh-ogoh atau genderuwo yang
disimbolkan sebagai penunggu gunung Gamping dan segala sajen-
sajen terdiri dari buah-buahan , sayur-sayuran , menyan serta sajen
pada umumnya. Pembuatannya biasanya dari jam 9 pagi sampai jam
6 malam.

P305 Lalu , proses pelaksanaannya bagaimana ya Pak?

A205 Sebelum saparan bekakak dilakukan malam sebelumnya itu


diadakan malam midodareni seperti pengantin pada umumnya Mas
dan setelah itu mengadakan wayang kulit semalam suntuk. Pagi
harinya menyiapkan untuk kirabnya dan biasanya dilaksanakan jam
3 setelah sholat. Pembuatan pengantin bekakak 2 pasang. Kirab ini
nanti rutenya mengelilingi gunung gamping Mas jenisnya seperti

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karnaval budaya lalu sepasang bekakak nanti disembelih di gunung


bekas Ambarketawang. Setelah sampai di gunung Gamping nanti
disembelih sepasang lagi pengantin bekakaknya kemudian acara
ditutup dengan pembagian bekakak dan aneka gunungan sajen-sajen
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengikuti kirab tadi.

P306 Makna dari midodareni itu sendiri apa , Pak?

A206 Seperti ewuh mantu ada malam midodareni sebelum ijab. Kalau kata
orang jaman dulu seperti menunggu turunnya bidadari. Biasanya
diadakan semalam suntuk dengan pagelaran wayang kulit.

P307 Rute dari kirab bekakak bagaimana , Pak?

A207 Awalnya dari balai desa lalu ke arah selatan kemudian perempatan
menuju ke timur kemudian ringroad ke selatan lalu sebelah utara
UMY itu ke barat menuju gunung Gamping.

P308 Bentuk dan tujuan dilaksanakan kirab itu apa , Pak?

A208 Kirab itu bentuknya seperti karnaval budaya yang bertujuan untuk
memperlihatkan kesenian-kesenian baik dari dalam daerah
Ambarketawang maupun luar Ambarketawang. Selain itu , kirab ini
diharapkan sebagai ucapan permohonan keselamatan bagi
penambang gamping dan masyarakat Ambarketawang. Masyarakat
yang ingin menampilkan pertunjukan kesenian biasanya mendaftar
kepada panitia saparan bekakak dan tidak ada biaya sama sekali.
Kesenian budaya yang disajikan beraneka ragam seperti jathilan ,
reog , tarian serta masih banyak lagi.

P309 Unsur pada kirab itu apa saja , Pak?

A209 Unsurnya ada 2 yaitu kirab inti dan kirab penggembira. Kirab inti
berisikan pengantin bekakak itu sendiri lalu diikuti sholawatan

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemudian prajurit-prajurit , patung sepasang genderuwo. Kirab


penggembira terdiri dari penari-penari kesenian dan seni-seni yang
lain seperti jathilan , mobil-mobil hias yang dimodifikasi yang
biasanya membawa buah-buahan yang akan dibagikan untuk
masyarakat sekitar yang menyaksikan tradisi ini.

P310 Makna dari sugengan ageng itu apa , Pak?

A210 Sugengan ageng dulunya dipimpin oleh Ki Juru Permana sebagai


upacara memohon keselamatan dan berdoa kepada penunggu
gunung Gamping. Setelah sepeninggalnya beliau , sugengan ageng
dilaksanakan dengan berdoa dipimpin oleh salah satu sesepuh di
Ambarketawang yang telah ditunjuk panitia untuk memimpin
upacara tersebut.

P311 Makna pembagian sesajen itu untuk apa ya Pak ?

A211 Jadi sesajen itu diibaratkan sebagai berkat dan rejeki dimana jika ada
yang menerimanya maka akan mendapat rejeki dan berkat yang
melimpah.

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9 : Transkrip Data L1


Transkrip Data L1 dari Wawancara

Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang

dilaksanakan pada Rabu, 22 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan

HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan L1

terkait aspek historis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang ,

Gamping.

Tanggal : 22 Juli 2020

Kode Narasumber : L1

Peran : Kepala Seksi Pelayanan

P101 Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak ketahui ?

L101 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji yang diberikan oleh
pengusaha batu gamping yang diberikan kepada ceritanya kepada
penunggu gunung Gamping. Lalu ada cerita lain bahwa tradisi ini
untuk memperingati meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto
tetapi belum ada bukti otentik tentang sejarah itu kalau menurut saya.

P102 Apakah tradisi saparan bekakak ini mempengaruhi kondisi dalam


aspek ekonomi dan pendidikan ?

L102 Kalau ekonomi jelas ada, karena pada saat pelaksanaannya


masyarakat yang datang menyaksikan bukan hanya dari dalam kota
tetapi luar kota bahkan orang luar negeri. Jalan yang biasa dilewati
pengendara itu sampai penuh tidak bisa bergerak akibat ramai sekali
masyarakat yang antusias ingin melihat tradisi ini. Tradisi ini juga
merupakan agenda wisata nasional bahkan internasional dan sudah

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masuk pada kalender wisata dinas pariwisata.

P103 Kalau aspek sosial dan budaya Pak?

L103 Kalau dari aspek sosial , hal ini merupakan cerminan dari
kegotongroyongan dan rukunnya masyarakat Ambarketawang.
Sedangkan dalam aspek budaya , masyarakat Ambarketawang
hampir semua terlibat dalam tradisi ini contohnya penggiat-penggiat
seni budaya yang berkontribusi untuk melestarikan kebudayaan-
kebudayaan yang berkembang

P104 Lalu perbedaan tradisi saparan dulu dengan sekarang bagaimana ,


Pak?

L104 Perbedaannya tidak signifikan Mas. Secara perform juga hanya itu-
itu saja tetapi tidak tau kenapa orang-orang tertarik melihatnya
sampai puluhan ribu jumlahnya.

P105 Mengenai biaya untuk melaksanakan tradisi saparan itu berapa ya


Pak?

L105 Ratusan juta Mas , minimal 100 juta untuk budaya ini.

P106 Sumber dana yang digunakan darimana , Pak?

L106 Dari APBDes ada , dari kecamatan ada , dari kabupaten ada , dari
provinsi ada serta dari sponsor juga banyak.

P107 Dalam prosesi kirab ini jaraknya berapa , Pak?

L107 Kurang lebih sekitar 3 km Mas.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10 : Transkrip Data L2


Transkrip Data L2 dari Wawancara

Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang

dilaksanakan pada Rabu, 22 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan

HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan L2

terkait aspek matematis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang

, Gamping.

Tanggal : 22 Juli 2020

Kode Narasumber : L2

Peran : Therapis Saraf dan Seniman Pembuat Bekakak

P301 Dalam pembuatan bekakak itu bahannya apa saja , Pak?

L201 Bahannya itu tepung beras ketan, tepung beras jawa dan sirup gula
jawa merah. Untuk kerangka dudukannya untuk pengantin saya
menggunakan bambu dan untuk kepala menggunakan buah pepaya
yang muda kemudian anggota tubuh yang lain menggunakan batang
dan tangkai pohonnya karena pepaya mudah didapatkan. Pakaian
pernak-perniknya yang dipakai pengantin sudah disiapkan jauh-jauh
hari.

P302 Banyaknya bahan-bahannya kira-kira berapa Pak ?

L202 Kalau tepung beras ketan dan tepung beras jawa itu perbandingannya
2 : 3 Mas. Jadi tepung beras ketannya 12 kg dan tepung beras jawanya
18 kg dan semua bahan itu untuk membuat 2 pasang pengantin
bekakak.

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

P303 Selain tepung beras ketan dan tepung beras jawa ada lagi Pak?

L203 Cairan gula jawa Mas itu untuk darahnya. Sirup gula jawanya itu
kurang lebih 1 liter.

P304 Bahan-bahan tersebut itu untuk membuat sebuah pengantin atau


bagaimana Pak?

L204 Bahan-bahan tadi untuk buat 2 pasang pengantin bekakak Mas.

P305 Untuk tinggi dari pengantin bekakaknya itu berapa ya , Pak?

L205 Ukurannya 50 cm sampai 55 cm Mas kira-kira

P306 Pembuatannya berapa lama dan berapa orang yang dibutuhkan , Pak?

L206 Seharian Mas dari jam 8 sampai jam 5 sore tetapi sebelum jam 8 juga
sudah persiapan bahan dan alatnya. Biasanya saya sendiri yang
membuat pengantin bekakaknya Mas , kadang 2 orang yang
membuat.

P307 Selain bekakak , Bapak membuat apa ?

L207 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan ogoh-ogoh. Bentuknya


seperti makhluk seram sebagai simbol penunggu Gunung Gamping
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan waktu kurang lebih 3
bulan. Dulu ukurannya cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi
sekarang kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih menggambarkan
sosok genderuwo yang sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Bentuknya menyerupai seperti ondel-ondel hanya
yang membedakan wajah dan penampilannya. Saya juga membuat 3
sajen untuk pengantinnya 2 pasang dan 1 untuk genderuwonya.

P308 Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu untuk apa ya ?

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L208 Itu untuk dudukan pengantinnya Mas terbuat dari bambu jadi nanti
pengantin bekakaknya diletakkan di atas tandu. Tandunya jumlahnya
3 yang 2 untuk pengantin dan 1 untuk sajennya.

P309 Banyaknya pengantin bekakak berapa ya Pak?

L209 Jadi pengantin bekakaknya itu 2 pasang. Satu pasang pengantin


dengan adat Yogyakarta dan satu pasang lagi dengan adat Solo.

112

Anda mungkin juga menyukai