Anda di halaman 1dari 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA AKTIVITAS PETANI


BELIMBING NGRINGINREJO TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Moh. Fatkur Dawami


3420180034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah,


dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “PENERAPAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA
AKTIVITAS PETANI BELIMBING NGRINGINREJO TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA”. Proposal skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dan menyusun
skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I Selaku Rektor Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan studi
pada program studi S1 Pendidikan Matematika.
2. Ibu Astrid Chandra Sari, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing dan
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul
Ulama Sunan Giri Bojonegoro, atas bimbingan, saran, dan motivasi
yang diberikan.
3. Ibu Naning Kurniawati, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
4. Bapak Ismanto, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik atas
bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.
5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan
Giri Bojonegoro, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

ii
6. Orang tua, saudara-saudara saya, atas do’a, dukungan, bimbingan,
serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Matematika
Angkatan 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro, atas semua dukungan,
semangat, serta kerjasamanya.
8. Seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul Ulama
Sunan Giri Bojonegoro, yang telah memberikan dukungan moril
kepada penulis.
Kami menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih
lanjut. Aamiin.

Bojonegoro, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Batasan Masalah...............................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI..........................5
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................................5
2.1.1 Pembelajaran Matematika Realistik........................................5
2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis................................7
2.2 Dasar Teori.....................................................................................10
2.2.1 Etnomatematika.....................................................................10
2.3 Penelitian Terdahulu.......................................................................13
2.4 Kerangka Berpikir...........................................................................14
2.5 Hipotesis Penelitian........................................................................15
BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................16
3.1 Metode Penelitian...........................................................................16
3.1.1 Pendekatan.............................................................................16
3.1.2 Jenis Penelitian......................................................................16
3.2 Lokasi Penelitian.............................................................................17
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................17
3.3.1 Populasi..................................................................................17
3.3.2 Sampel...................................................................................18
3.4 Variabel dan Definisi Operasional..................................................18
3.5 Teknik Pengumpulan Data..............................................................18
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................19
3.7 Validitas dan Realibilitas Penelitian...............................................20

iv
3.8 Teknik Analisis Data......................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................25

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,
selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri
dari berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di
daerah tersebut. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya kebudayaan
dan juga merupakan Negara agraris, yang mana mayoritas penduduknya
berprofesi sebagai petani. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kota
di Jawa Timur yang kaya akan hasil alamnya dan memiliki banyak ragam
budaya. Pada sektor ekonomi memiliki potensi dan komoditas unggulan yang
dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro yaitu sektor pertanian, holtikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan, sektor industri kreatif, sektor migas
dan sektor pariwisata. Mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten
Bojonegoro berupa lahan pertanian maka saat ini dan masa yang akan datang
sektor ini akan menjadi salah satu sektor unggulan yang diunggulkan.

Hubungan pendidikan dan kebudayaan dalam konteks menguatkan


pendidikan dan memajukan kebudayaan dapat diartikan bahwa pendidikan
membuat orang berbudaya. Pendidikan dan budaya akan bersama dan saling
memajukan. Semakin banyak manusia yang menerima pendidikan, semakin
berbudaya pula manusia tersebut. Dan semakin tinggi kebudayaan, semakin
tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup
kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka
pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan, berarti ada dalam kebudayaan.
Matematika merupakan bagian dari kebudayaan setiap kelompok masyarakat.
Matematika yang berkembang dalam lingkungan masyarakat disebut
etnomatematika. Etnomatematika merupakan hubungan antara aktivitas atau
kebudayaan dengan matematika. Dimana aktivitas matematika meliputi
aktivitas menghitung, mengukur, dan merancang.
Banyak siswa pada jenjang pendidikan menganggap matematika sebagai
pelajaran yang sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah rumit untuk
dipecahkan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Ketidakmampuan berfikir kreatif matematis siswa dengan baik terhadap apa
yang telah mereka pelajari menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika yang disebabkan oleh rendahnya
kemampuan berfikir kreatif matematis siswa. Kesalahan yang dilakukan tidak
hanya bersumber dari kemampuan siswa yang kurang, tetapi ada faktor lain
yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika yaitu
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Agar hasil
pembelajaran berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang tepat dalam
proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh siswa dan guru.

Dari sinilah peneliti tertarik ingin mengetahui lebih dalam mengenai


etnomatematika yang muncul mengenai kebiasaan atau kebudayaan pada
aktivitas petani belimbing guna meningkatkan kemampuan berfikir kreatif
matematis siswa, sehingga perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika
Pada Aktivitas Petani Belimbing Ngringinrejo Terhadap Kemampuan Berfikir
Kreatif Matematis Siswa”. Hasil dari penelitian di Agrowisata Kebun
Belimbing Ngringinrejo Bojonegoro akan dijadikan sebagai bahan
pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Baureno.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran matematika realistik berbasis


etnomatematika pada aktivitas petani belimbing terhadap kemampuan
berfikir kreatif matematis siswa?
2. Bagaimana hasil dari pembelajaran Matematika pada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Baureno setelah menggunakan pembelajaran matematika realistik

2
berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing terhadap
kemampuan berfikir kreatif matematis siswa?

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan terlalu luasnya


pembahasan serta mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar
belakang masalah yaitu: Masih rendahnya kemampuan berfikir kreatif
matematis siswa dan masih rendahnya pengetahuan guru dan siswa terhadap
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik berbasis


etnomatematika pada aktivitas petani belimbing terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa.
2. Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran Matematika pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Baureno setelah menggunakan pembelajaran
matematika realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas petani
belimbing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat


berarti bagi:

1. Siswa
a. Menumbuhkan minat dan semangat baru dalam proses pembelajaran
matematika sehingga siswa lebih termotivasi untuk rajin belajar
b. Siswa dapat menerapkan budaya lokal yaitu pada aktivitas petani
belimbing yang berkaitan dalam pembelajaran matematika

3
2. Guru
a. Mendapatkan alternatif lain pada proses pembelajaran matematika
yang digunakan selama ini, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
dan minat siswa
b. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru
3. Penulis
a. Dapat menguji hasil pembelajaran matematika realistik berbasis
etnomatematika pada aktivitas petani belimbing ngringinrejo terhadap
kemampuan berfikir kreatif matematis siswa.
b. Dapat memperluas dan menambah pengalaman serta pengetahuan
sebagai latihan sebelum menghadapi proses pembelajaran yang
sesungguhnya.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Zulkardi (2003), Realistic Mathematics Education
(RME) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika
yang bertitik tolak dari hal-hal yang “real” bagi siswa menekankan
keterampilan “process of doing mathematic” berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka
dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu
maupun secara kelompok.
Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Wijaya: 2012). Namun juga perlu diingat bahwa masalah
konstektual yang diungkapkannya tidak selalu berasal dari kehidupan
sehari-hari, bisa juga dari konteks yang dapat dimajinasikan dalam
pikiran siswa.
Disamping itu, RME juga merupakan pendekatan yang relevan
dengan kurikulum matematika yang memiliki tiga macam standar
proses yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi merupakan
karakteristik RME, sehingga RME untuk pembelajaran matematika
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Proses Eksplorasi ditunjukkan
dengan penggunaan konteks diawal pembelajaran yang ditujukan
sebagai awal pembangunan konsep matematika sehigga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi strategi penyelesaian
yang akan digunakan. Dengan adanya konteks yang diberikan untuk
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa
6

memberikan respon yang positif dalam kegiatan pembelajaran.


Selanjutnya, dalam tahap Elaborasi yaitu penerjemahan konteks situasi
melalui matematika horizontal dielaborasi menjadi penemuan
matematika formal dari konteks situasi melalui matematisasi vertical.
Adapun tahap akhir yaitu tahap konfirmasi yang ditujukan untuk
membangun argument untuk menguatkan hasil proses yang
sebelumnya yaitu Eksplorasi dan Elaborasi. Dalam proses ini, gagasan
siswa tidak hanya dikomunikasikan kepada siswa tetapi juga dapat
dikembangkan berdasarkan tanggapan dari sisawa lain. Sehingga
memberikan ruang kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi serta kemampuan berpikir kreatif.
Pembelajaran matematika dengan model RME memberikan
peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang di mulai dari
masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi
kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru
membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut secara matematis
formal (Supinah, 2007:5).
Menurut Mustaqimah (dalam Asmin) keunggulan /kelebihan
dari pendekatan realistik ini adalah sebagai berikut:
a) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa
tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.
b) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
mengunakan realitas kehidupan, sehinga siswa tidak cepat bosan
belajar matematika.
c) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena jawabannya
ada nilainya.
d) Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya.
e) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan
pendapat.

Kelemahan matematika realistik menurut mustaqimah adalah


sebagai berikut:

6
a) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa
masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.
b) Membutuhkan waktu yang lama terutma bagi siswa yang lemah.
c) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti
temannya yang belum selesai.
d) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran
saat itu.
Dalam pembelajaran metematika, pendekatan realistik siswa
diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari
dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Dalam proses
belajar dimulai dari masalah kontekstual. Dengan menggunakan
aktifitas matematisasi horisontal siswa mencapai model matematika
informal atau formal. Dengan implementasi matematika vertikal
seperti pemecahan baik secara individu ataupun kelompok,
membandingkan pemecahan, diskusi maka diperoleh pemecahan
masalah. Selajutnya siswa menginterpretasi pemecahan dan strategi
yang digunakan ke masalah kontekstual yang lain. Akhirnya siswa
menggunakan pengetahuan matematik untuk sampai pada pengetahuan
matematik formal.

2.1.2 Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis


Kemampuan berfikir kreatif dalam pelajaran matematika
menurut Silver (dalam Siswono, 2007) dilakukan dengan
menggunakan The Torance Test of Creative Thingking (TTCT). Tiga
komponen kunci yang dinilai dalam menggunakan TTCT adalah
kefasihan (fluency). Fleksibilitas, dan kebaruan (novelty). Kefasihan
mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah
perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan
ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang
dibuat dalam merespon perintah. Siswa yang kreatif dapat memandang
masalah dari berbagai perspektif.

7
Hal demikian akan memungkinkan individu tersebut
memperoleh berbagai alternative strategi pemecahan masalah.
Tuntutan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif siswa semakin mengemuka. Sebagaimana
kemampuan lainnya, kemampuan berfikir kreatif juga dapat
dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Kemampuan berfikir kreatif tidak bisa muncul dengan
sendirinya melainkan butuh suatu latihan. Dalam hal ini seorang
pendidik harus bisa melatih dan mengasah kemampuan berfikir kreatif
peserta didik dengan pembelajaran yang memunculkan permasalahan-
permasalahan sehari-hari yang bersifat tidak rutin. Masalah rutin
adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya sekedar mengulang.
Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang prosedur
penyelesainnya memerlukan perencanaan penyelesaian, tidak sekedar
menggunakan rumus dan teori.
Kreativitas dalam matematika lebih pada kemampuan berfikir
kreatif. Karena secara umum sebagian besar aktivitas yang dilakukan
seseorang yang belajar matematika adalah berpikir. Beberapa ahli
mengatakan bahwa berfikir kreatif dalam matematika merupakan
kombinasi berfkir logis dan berfikir divergen yang didasarkan intuisi
tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan,
dan kebaruan (Pehkonen, 1999; Krutetskii, 1976; Silver, 1997).
Menurut William (Munandar, 1987:135), berpikir kreatif
adalah kemampuan dalam matematika yang meliputi 4 (empat)
kemampuan, sebagai berikut: (1) kemampuan berpikir lancar (fluency),
(2) kemampuan berpikir luwes (flexibility), (3) kemampuan berpikir
orisinal (originality), (4) kemampuan berpikir terperinci (elaboration).
Pengertian dan perilku kemampuan berpikir kreatif menurut
William terdapat pada table dibawah ini:
Tabel 2.1.2 Indikator Kemampuan Berfikir Kreatif

Pengertian Perilaku
Berpikir lancar (fluency) 1. Mengajukan banyak pertanyaan

8
2. Menjawab dengan sejumlah
1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban jika ada pertanyaan
jawaban, penyelesaian masalah 3. Mempunyai banyak gagasan
atau jawaban. mengenai suatu masalah
2. Memberikan banyak cara atau 4. Lancar mengungkapkan gagasan-
saran untuk melakukan berbagai gagasannya.
hal. 5. Bekerja lebih cepat dan
3. Selalu memikirkan lebih dari melakukan lebih banyak dari
satu jawaban. pada orang lain.
6. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi.
Berpikir luwes (flexibility) 1. Memberikan aneka ragam
penggunaan yang tak lazim
1. Menghasilkan gagasan, terhadap suatu objek.
jawaban, atau pertanyaan yang 2. Memberikan bermacam-macam
bervariasi. penafsiran terhadap suatu
2. Dapat melihat masalah dari gambar, cerita atau masalah.
sudut pandang yang berbeda. 3. Menerapkan suatu konsep atau
3. Mencari banyak alternative atau asas dengan cara yang berbeda-
arah yang berbeda-beda. beda.
4. Mampu mengubah cara 4. Memberikan pertimbangan
pendekatan atau pemikiran. terhadap situasi yang berbeda dari
yang diberikan orang lain.
5. Dalam membahas atau
mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas
kelompok.
6. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam-
macam cara untuk
menyelesaikannya.
7. Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda-beda.
8. Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan.
Berpikir Orisinal (Originality) 1. Memikirkan masalah-masalah
yang tidak terpikirkan orang lain.
1. Mampu melahirkan ugkapan 2. Mempertanyakan cara-cara yang
yang baru dan unik. lama dan berusaha memikirkan
2. Memikirkan cara-cara yang tak cara-cara yang baru.
lazim untuk mengungkapkan 3. Memilih asimetri dalam
diri. menggambarkan atau membuat
3. Mampu membuat kombinasi- desain.
kombinasi yang tak lazim dari 4. Memilih cara berpikir lain
bagian-bagian atau unsur-unsur. daripada yang lain.

9
5. Mencari pendekatan yang baru
dari yang stereotypes (klise).
6. Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru.
7. Lebih senang mensintesa
daripada menganalisis sesuatu.
Berpikir elaboratif (elaboration) 1. Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau
1. Mampu memperkaya dan pemecahan masalah dengan
mengembangkan suatu gagasan melakukan langkah-langkah
atau produk. terperinci.
2. Menambah atau merinci detail- 2. Mengembangkan atau
detail dari suatu objek, gagasan memperkaya gagasan orang lain.
atau situasi sehingga menjadi 3. Mencoba atau menguji detail-
lebih menarik. detail untuk melihat arah yang
akan ditempuh.
4. Mempunyai rasa keindahan yang
kuat, sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau
sederhana.
5. Menambah garis-garis, warna-
warna dan detail-detail (bagian-
bagian) terhadap gambarnya
sendiri atau orang lain.

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Etnomatematika
Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang
matematikawan Brazil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut
D’Ambrosio adalah : The prefix ethno is today accepted as a very broad
term that refers to the socialcultural context and therefore includes
language, jargon, and codes of behavior, myths, and simbols. The
derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know,
to understand, and to do activities such as ciphering, measuring,
classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from techne,
and has the same root as technique (Rosa & Orey, 2011:35).
Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang
sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa,
jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar “mathema” berarti

10
menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti
pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan.
Akhiran “tics” berasal dari techne, dan bermakna sama seperti teknik. Jadi
etnomatematika memiliki pengertian lebih luas dari hanya sekedar ethno
(etnik) maka secara bahasa etnomatematika dapat didefinisikan sebagai
antropologi budaya (cultural anthropology of mathematics) dari
matematika dan pendidikan matematika.
Sejalan dengan pendapat di atas ada juga pendapat Powel
(1997:16) yang menyatakan bahwa “The mathematics which is practiced
among identifiable cultural groups such as national-tribe societies, labour
groups, children of certain age brackets and professional classes”. Jadi
pendapat Powel dan Orey hampir mirip. Namun ada tambahan dari Powel
yang menyatakan bahwa matematika yang dipraktekkan diantara
kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelompok
professional.
Definisi ini kemudian disempurnakan oleh D’Ambrosio (1999:146)
yang menyatakan bahwa “I have using the word ethnomathematics as
modes, styles, and techniques (tics) of explanation of understanding, and
of coping with the natural and cultural environment (mathema) in distinct
cultural systems (ethnos)”. Dapat kita simpulkan bahwa etnomatematika
dapat digunakan sebagai mode, gaya, dan teknik (tics) menjelaskan,
memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan budaya (mathema)
dalam system budaya yang berbeda(ethnos).
Dari definisi tersebut etnomatematika dapat diartikan sebagai
matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat
perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia
tertentu, masyarakat adat, dan lainnya. Adapun tujuan dari adanya
etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda
dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan
matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor
masyarakat serta dengan mempertimbangan modus yang berbeda dimana

11
budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
bermain dan lainnya). Dengan demikian, sebagai hasil dari sejarah budaya
matematika dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda dan berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Etnomatematika
menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai
aktivitas matematika, meliputi aktivitas membilang, aktivitas mengukur,
aktivitas menjelaskan, dan lain sebagainya.
Menurut Sirate (2011: 125-130) ada beberapa aktifitas
Etnomatematika, aktifitas tersebut ialah aktifitas membilang,
mengukur,aktifitas membuat rancang bangun,aktifitas menentukan
lokasi,aktititas bermain, dan aktifitas menjelaskan.
1) Aktfitas Membilang Aktifitas membilang berkaitan dengan pertanyaan
“berapa banyak”. Unsur pembentuk aktifitas membilang seperti
medianya batu,daun,atau bahan alam lainnya. Aktifitas membilang
umumnya menunjukkan aktifitas penggunaan dan pemahaman
bilangan ganjil dan genap serta lainnya.
2) Aktifitas Mengukur Aktifitas mengukur berkaitan dengan pertanyaan
“berapa”. Pada etnomatematika akan sangat sering ditemui alat ukur
tradisional seperti potongan bambu dan ranting pohon. Namun
umumnya masyarakat tradisional menggunakan tangannya sebagai alat
ukur paling praktis dan efektif.
3) Aktifitas Menentukan Lokasi Banyak konsep dasar geometri yang
diawali dengan menentukan lokasi yang digunakan untuk rute
perjalanan, menentukan arah tujuan atau jalan pulang dengan tepat dan
cepat. Penentuan lokasi berfungsi untuk menentukan titik daerah
tertentu. Umumnya masyarakat tradisional menggunakan batas alam
sebagai batas lahan, penggunaan tanaman tahunan masih sering
digunakan sebagai batas lahan.
4) Aktifitas Membuat Rancang Bangun Gagasan lain dari
Etnomatematika yang bersifat universal dan penting adalah kegiatan
membuat rancang bangun yang telah diterapkan oleh semua jenis

12
budaya yang ada. Jika kegiatan menentukan letak berhubungan dengan
posisi dan orientasi seseorang didalam lingkungan alam, maka
kegiatan merancang bangun berhubungan dengan semua benda-benda
pabrik dan perkakas yang dihasilkan budaya untuk keperluan rumah
tinggal, perdagangan, perhiasan, peperangan, permainan, dan tujuan
keagamaan.
5) Aktifitas Bermain Aktifitas bermain yang dipelajari dalam
etnomatematika adalah kegiatan yang menyenangkan dengan alur yang
mempunyai pola tertentu serta mempunyai alat dan bahan yang
mempunyai keterkaitan dengan matematika.
6) Aktifitas Menjelaskan Membuat penjelasan merupakan kegiatan yang
mengangkat pemahaman manusia yang berkaitan dengan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungannya yang berkenaan dengan kepekaan
seseorang dalam membaca gejala alam. Dengan demikian aktifitas
lingkungan yang ada senantiasa menggunakan bilangan. Dalam
matematika, penjelasan berkaitan dengan “mengapa” bentuk geometri
itu sama atau simetri, mengapa keberhasilan yang satu merupakan
kunci keberhasilan yang lain, dan beberapa gejala alam di jagad raya
ini mengikuti hukum matematika. Dalam menjawab pertanyaan ini
digunakan simbolisasi, misalnya dengan bukti nyata.

2.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Ari Irawan dan Gita Kencanawaty pada
tahun 2019 dengan judul “Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik
Berbasis Etnomatematika” dengan hasil analisis proses pembelajaran yang
terjadi dikelas menjadi lebih interaktif sehingga masalah matematika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dapat dipelajari dengan baik oleh
siswa. Unsur etnomatematika kebudayaan sunda yang menjadi ciri khas di
Kabupaten Purwakarta menjadi salah satu alternatif bagi guru di Purwakarta
untuk memberikan pembelajaran dengan mengaitkan antara unsur budaya
dengan matematika. Persamaan penilitian ini adalah sama-sama
menggunakan pendekatan matematika realistik berbasis etnomatematika.

13
Perbedaannya disini penulis menambahkan konteks dengan menganalisis
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ginta Octizasari dan Saleh
Haji pada tahun 2018 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran RME
Berbasis Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Bengkulu” dengan hasil penelitian dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah mahasiswa FKIP Universitas Bengkulu dengan
penerapan model pembelajaran RME berbasis Etnomatematika hasil tes
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa memperoleh peningkatan dari
pra-tindakan yaitu nilai rata-rata kelasnya sebesar 65,86. Dan nilai rata-rata
kelas kelas dari siklus I sebesar 70,77 ke siklus II sebesar 79,59 dan
persentase kemampuan pemecahan masalah matematik mahasiswa meningkat
dari pra-tindakan sebesar 40,90 siklus I sebesar 81,18% ke siklus II sebesar
95,45%. Persamaan penilitian ini adalah sama-sama menggunakan
pendekatan matematika realistik berbasis etnomatematika. Perbedaannya
disini penulis menambahkan konteks dengan menganalisis kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa.

2.4 Kerangka Berpikir


Pembelajaran Matematika Realistik berbasis etnomatematika
merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya
dan memotivasikan pembelajar untuk membuat kaitan antara pengetahuan
dan aplikasinya dalam kehidupan harian dan memasukan unsur budaya
didalamnya yaitu aktivitas petani belimbing di Kecamatan Ngringinrejo
Bojonegoro.
Peneliti dalam menjalankan proses kerangka berpikir membedakan
menjadi dua kelas yakni kelas eksperimen, kelas yang diajarkan melalui
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas
petani belimbing di Kecamatan Ngringinrejo Bojonegoro dan yang kedua
kelas yang diajar dengan metode ekspositori, maka dugaan sementara kelas

14
yang diajar dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik berbasis
etnomatematika pada aktivitas petani belimbing di Kecamatan Bojonegoro
lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajar dengan metode ekspositori.
Berikut bagan kerangka berpikir yang peneliti buat untuk mempermudah
dalam proses menjalankannya.

15
Bagan 2.4 Kerangka Berpikir

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa


Kelas VII SMP Negeri 1 Baureno rendah

Pembelajaran dengan metode Pembelajaran matematika


ekspositori di kelas kontrol realistik berbasis etnomatematika
pada aktivitas petani belimbing

Pengaruh terhadap kemampuan


berfikir kreatif matematis siswa

2.5 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka rumusan hipotesis
penelitian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika pada
aktivitas petani belimbing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan metode ekspositori.
2. Terdapat pengaruh positif pembelajaran matematika realistik berbasis
etnomatematika pada aktivitas petani belimbing terhadap kemampuan
berfikir kreatif matematis siswa.

16
16

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan
Penelitian ini menerapkan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan etnografi. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori
dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Etnografi
merupakan usaha yang dilakukan untuk menjelaskan kebudayaan atau
aspek-aspek. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi dan
analisis yang mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian
lapangan yang intensif.
3.1.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis
penelitian Quasi Eksperimental Design yang dibagi menjadi dua
kelompok eksperimen, yaitu kelompok pertama adalah kelompok
perlakuan yang menggunakan pembelajaran matematika realistik
berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing dan kelompok
kedua adalah kelompok control yang tidak dikenai perlakuan.
Tabel 3.1.2 Desain Penelitian
Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber: Sugiyono (2017:79)
Keterangan:
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan Pembelajaran
Matematika Realistik berbasis etnomatematika
O 1= Skor pre-test pada kelas eksperimen
O2= Skor post-test pada kelas eksperimen
O 3= Skor pre-test pada kelas kontrol
O 4 = Skor post-test pada kelas control
3.2 Lokasi Penelitian
Untuk pengambilan bahan pembelajaran berbasis etnomatematika pada
aktivitas petani belimbing dilakukan penelitian di Agrowisata Kebun
Belimbing Ngringinrejo Kabupaten Bojonegoro. Dan untuk pembelajaran
matematika realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Baureno Bojonegoro dengan subjek penelitian
yaitu kelas VII.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aspek tertentu
dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Tieo,
2008:3). Hasan (2008) mengatakan bahwa populasi (universe) adalah
totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas
VII SMP Negeri 1 Baureno yang berjumlah 320 peserta didik yang bisa
dilihat pada table 3.3.1
Tabel 3.3.1 Populasi Peserta Didik Kelas VII
No. Kelas Jumlah Peserta Didik
1 VII A 32
2 VII B 32
3 VII C 32
4 VII D 32
5 VII E 32
6 VII F 32
7 VII G 32
8 VII H 32
9 VII I 32
10 VII J 32
Jumlah 320
Sumber: Data Tata Usaha SMP Negeri 1 Baureno 2020/2021

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah wakil dari populasi yang akan diteliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII B dengan jumlah 32 siswa

17
dipilih sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas VII C dengan jumlah
32 siswa sebagai kelas kontrol. Berdasarkan informasi yang didapatkan
bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang relative sama
baik itu dilihat dari segi nilai maupun antusias dalam mengikuti
pelajaran.

3.4 Variabel Dan Definisi Operasional


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2010:61). Variable dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika
realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing dan
kemampuan berpikir kreatif matematis. Kedua variable tersebut dapat
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran
matematika realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing,
sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan berpikir kreatif
matematis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data ada sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan sebagai alat pengumpul data yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang
sebenarnya ataupun dalam situasi buatan (Sudjana, 2007:109).
Sebagai tahap awal Peneliti melakukan observasi di Agrowisata
Kebun Belimbing Ngringinrejo Bojonegoro guna mengambil bahan
pembelajaran berbasis etnomatematika. Selanjutnya peneliti melakukan
observasi di sekolah bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

18
tingkah laku peserta didik pada saat belajar di kelas, sarana dan prasana
belajar mengajar di sekolah, letak geografis dan juga kondisi sekolah.
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008:6).
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui pendapat
peserta didik mengenai pembelajaran matematika realistik berbasis
etnomatematika pada aktivitas petani belimbing. Angket ini hanya
diberikan kepada kelas ekperimen setelah kelasnya selesai diajar.
3. Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latian atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2009: 32).
Metode tes ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pemberian tes berupa
uraian. Tes uraian merupakan suatu tes yang di isi oleh siswa dalam
bentuk uraian sehingga nantinya dapat diketahui perbedaan ketika
menggunakan pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika
pada aktivitas petani belimbing.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
pengumpulan menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Hadi, 1984:70).
Instrumen pada penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif
matematis untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
setelah diajar dengan pembelajaran matematika realistik berbasis
etnomatematika pada aktivitas petani belimbing. Tes yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah tes uraian. Selain berupa tes intrumen dalam

19
penelitian ini berupa kuesioner pendapat siswa tentang pembelajaran
matematika realistik berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing.

3.7 Validasi dan Reliabiltas Penelitian


1. Uji Validitas Instrumen
Validitas bisa diterjemahkan sebagai kesahihan atau ketepatan,
yaitu sejauh mana sebuah instrumen atau alat ukur mampu atau berhasil
mengukur apa yang hendak diukur atau sejauhmana sebuah instrument
memenuhi fungsi ukuranya (Abdullah, 2012: 77).

Untuk mengetahui validasi soal maka digunakan rumus:


N ∑ XY −(∑ X )(∑ Y )
r xy = 2 2 2
√ {N ∑ X −( ∑ X ¿ }{ N ∑Y −¿ ¿ ¿
Keterangan
r xy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden
∑XY = Total perkalian skor X dan Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑ X 2 = Total kuadrat skor variabel X
∑ Y 2 = Total kuadrat skor variabel Y
(Arikunto, 2013: 72)
Kriteria pengujian apabila r hitung >r tabel dengan a=0,05 maka alat ukur
tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung <r tabel maka alat ukur
tersebut adalah tidak valid. Perhitungan uji validas butir soal menggunakan
bantuan program Microsoft Office Excel atau IBM SPSS.
Tabel 3.3 Klasifikasi Validasi Soal
No. Kriteria Validasi Keterangan
1 0,00>r xy Tidak Valid
2 0,00<r xy >0,20 Sangat Rendah
3 0,20<r xy Rendah
4 0,40<r xy <0,60 Sedang
5 0,60<r xy <0,80 Tinggi

20
6 0,80<r xy <1,00 Sangat Tinggi
Sumber: (Ibid)

2. Uji Reliabilitas Penelitian


Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan (Sukardi,
2003:127). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama (Sugiyono, 2015:121). Ada berbagai cara yang digunakan
untuk mengetahui kereliabilitasan suatu soal.
Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus menggunakan rumus
alpha, sebagai berikut:

n ∑σ
( )( )
2

r 11 = 1− 21
n−1 σt
Keterangan
r 11= Realibitas yang dicari
σ 1 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2

σ t = Varians total
2

(Arikunto, 2008:109)
Proses pengolahan data reliabilitas menggunakan program
Microsoft office exel atau IBM SPSS dengan klasifikasi:
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Soal
No. Nilai Realibilitas Keterangan
1 0,00 – 0,20 Sangat Rendah
2 0,21 – 0,40 Rendah
3 0,41 – 0,60 Sedang
4 0,61 – 0,80 Tinggi
5 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: (Arikunto, Op. Cit., 72)

3.8 Teknik Analisis Data


Penelitian teknik analisis data yang digunakan adalah jenis data
kuantitatif. Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

21
matamatika realistic berbasis etnomatematika pada aktivitas petani belimbing
terhadap kemampuan berfikir kreatif matematis siswa. Data yang digunakan
sebagai landasan dalam menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
berasal dari kedua kelas berupa nilai hasil belajar berasal dari polulasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
H 0: data berdistribusi normal.
H 1: data tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas digunakan uji chi kuadrat, dengan rumus:
k
2
x =∑ ¿ ¿ ¿
i=1

Keterangan :
O i: frekuensi hasil pengamatan
Ei : frekuensi hasil yang diharapkan
k : jumlah kelas interval
(Sudjana 2005:273).
Kriteria pengujian apabila x 2hitung ≤ x2tabel dengan α = 0,05

berdistribusi normal, dan sebaliknya apabila x 2hitung > x 2tabel maka tidak
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok
siswa atau sampel yang berasal dari kedua kelompok tersebut dapat
dikatakan bervarians sama (homogen) ataupun tidak. Pada pengujian
kesamaan varians untuk dua sampel tersebut, Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H 0 :σ 1 =σ 2 H 0 :σ 1 ≠ σ 2
2 2 2 2

Untuk menguji kesamaan varians digunakan rumus sebagai


berikut.
Vb
F hitung =
Vk

22
Keterangan:
V b: varians yang lebih besar
V k : varians yang lebih kecil; (Ibid. h.250).
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka
di konsultasikan dengan F tabel dengan taraf nyata dalam penelitian ini
adalah 5%, dk pembilang = (n b−1) dan dk penyebut = (n k −1).
Keterangan:
n b: banyaknya data yang variansnya lebih besar
n k: banyaknya data variansnya lebih kecil
Jika F hitung < F tabel maka H 0 diterima, yang berarti kedua kelompok
tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
3. Uji Hipotesis I (Uji Perbedaan Dua Rata-Rata)
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dari kedua kelompok
sampel. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji t.
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0: µ1 = µ2
H1: µ1 > µ2
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
x́ 1− x´2
t= 2 ( n1 −1 ) S 21+(n2−1) S 22
1 1 dengan S =
s
√ +
n1 n2
n1 +n 2−1

(Sudjana 2005: 239)


Kriteria pengujiannya adalah H 0 ditolak jika t hitung > t (1−a )(n 1+n 2−2) (Ibid.
h. 243).
 Uji Linearitas Sederhana Regresi
Untuk menguji hipotesis digunakan uji regresi linear sederhana
guna menguji ada atau tidaknya pengaruh penggunaan pendekatan
Problem Posing Learning keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Menurut Siregar (2013: 379) rumus regresi linear sederhana, yaitu:
Y^ =a+bX

23
Keteragan:
Y^ = Variabel terikat
x = Variabel bebas
A dan b = Konstanta
Analisis uji regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunkan aplikasi Microsoft Office Excel. Hipotesis yang
akan di uji pada penelitian ini sebagai berikut:
H a = Terdapat pengaruh pembelajaran matematika realistik berbasis
Etnomatematika pada aktivitas petani belimbing terhadap
kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Baureno.
H0 = Tidak terdapat pengaruh pembelajaran matematika realistik
berbasis Etnomatematika pada aktivitas petani belimbing
terhadap kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Baureno.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. (2015). Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.


Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Hasan, Iqbal. (2008). Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistika Inferensif). Cet.
V. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 83.
Hadi, Sutrisno. (1984). Metodologi Research. Cet. XVI. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hasanah, Aan. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Pustaka Setia.
Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irawan, Ari. Kencanawaty, Gita. (2017). Implementasi Pembelajaran Matematika
Realistik Berbasis Etnomatematika. Semarang: Medives 1 (2) (2017) 74-
81
Mahfud, Chairul. (2011). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mardalis. 2008. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi
Aksara.
Nur Mulyo, Robi. (2018). Etnomatematika pada Aktivitas Petani Jeruk Di
Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi Sebagai Bahan Ajar Siswa. Jember:
Kadikma, Vol.9, No.2, hal. 175-184.
Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Octizari, Ginta. Haji, Saleh. (2018). Penerapan Model Pembelajaran RME
Berbasis Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Bengkulu. Bengkulu: Volume 1 No.1 Hal 1-7.
Saironi, Moh. YL. Sukestiyarno. (2017). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
dan Pembentukan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa pada Pembelajaran
Open Ended Berbasis Etnomatematika. Semarang: Unnes Journal
Mathematics Education Research.

25
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pemebelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2005). Dasar-Dasar Proses/Belajar Mengajar. Bandung: Falah
Production.
Sudjana, Nana. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru
Algesindo.
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suparman. (2010). Mengajar Yang Menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus
Book
Publisher.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tiro, Muhammad Arif. (2008). Dasar-dasar Statistika. Cet. VII. Makassar: State
University of Makassar Press.

26

Anda mungkin juga menyukai