PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
HADI AFRIYANTO
NIM A1A319001
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh:
Hadi Afriyanto
NIM A1A319001
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
besarnyaatas kehadirat Allah SWT atas rahmat, kemudahan dan kelancaran dalam
penulisan proposal skripsi ini. Tak lupa kirimkan sholawat disertai salam kepada
nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan di akhir Yaumil.
ini. Penulis menyadari bahwa banyak dukungan, bantuan, motivasi, saran, dan
arahan dari berbagai pihak sangat diperlukan agar skripsi ini dapat terselesaikan
2. Bapak Prof. DR.M Rusdi, S,Pd., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu
3. Ibu Dr. Rosmiati, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
4. Bapak Drs. M Salam, M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
5. Drs. Irzal Anderson, M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah
ini.
i
6. Ibu Nurmala Dewi, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah
7. Terkhusus untuk kedua orang tua saya Bapak Pasijan dan Ibu Munjiati
yang telah memberikan doa dan bantuanya setiap harinya kepada saya
penulisan ini.
Hadi Afriyanto
NIM A1A319001
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
Daftar Tabel...................................................................................................................v
Daftar Gambar..............................................................................................................vi
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................10
1.4 Fokus Penelitian.....................................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................11
1.5 Definisi Istilah.........................................................................................................11
BAB II...........................................................................................................................13
KAJIAN TEORETIK.........................................................................................................13
2.1 Perilaku Menyimpang............................................................................................13
2.2 Penyimpangan Sosial..............................................................................................17
2.3 Tawuran Pelajar.....................................................................................................19
2.4 Penelitian Yang Relevan.........................................................................................31
2.5 Kerangka Berpikir...................................................................................................32
BAB III..........................................................................................................................34
METODE PENELITIAN...................................................................................................34
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................34
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................................34
3.3 Data dan Sumber Data...........................................................................................34
3.4 Teknik Sampling.....................................................................................................37
3.5 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................38
3.6 Uji Validitas Data....................................................................................................39
b) Triangulasi sumber...................................................................................................40
c). Triangulasi waktu....................................................................................................40
3.7 Teknik Analisis Data................................................................................................41
3.8 Prosedur Penelitian................................................................................................43
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................44
iii
iv
Daftar Tabel
Tabel 1. 2 Jumlah Kasus Tawuran Tahunan Sekolah di Kota Jambi Tahun 2019-
2022..........................................................................................................................8
v
Daftar Gambar
vi
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan tingkah laku melanggar norma, nilai sosial yang diterima, atau
melanggar aturan dan pedoman yang telah disepakati secara sukarela oleh anggota
baik reaksi itu berupa tingkah laku maupun perbuatan yang melawan hukum.
sosial, yang dianggap memalukan dan di luar batas perilaku yang dapat diterima.
Pada dasarnya dalam hal bermasyarakat segala bentuk tindakan telah di batasi
oleh namanya norma ataupun aturan-aturan yang ada di masyarakat. Hal itu sesuai
dengan asas negara Indonesia sebagai negara hukum, dimana segala sesuatu itu
diatur oleh hukum. Ketiak perbuatan manusia tersebut tidak sesuai dengan hukum
atau nilai yang telah ada maka perilaku tersebut dinamakan perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang ialah kondisi mental yang dapat terjadi akibat tekanan
sosial atau faktor- faktor lainnya dimana perilaku menyimpang memiliki dampak
1
2
akan berkembang sebagai akibat jika individu menerima ataupun terpengaruh oleh
Perilaku menyimpang kerap kali terjadi karena adanya perubahan sosial dan
harapan, pencapaian, dan aspirasi. Perubahan nilai dan standar selama ini akan
bahaya, dan melanggar hak orang lain, yang semuanya pada akhirnya akan
secara secara lambat maupun cepat sehingga menciptakan kondisi yang harmonis
para remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja sedang melalui masa perkembangan
fisik dan mental yang pesat. Perkemabnagan yang pesat tersebut tak jarang
membuat remaja sering kali terlibat dalam perilaku yang dianggap melanggar
mereka yang ingin melenyapkan pihak lawan agar tidak berdaya dengan
Tawuran merupakan salah satu jenis konflik atau pertentangan antara dua
bermula karena adanya rasa solidaritas yang kuat di antara anggota kelompok dan
Deskripsi ini berlaku untuk tindakan penyerangan oleh sekelompok orang yang
cacat sosial, penyakit kejiwaan, atau kenakalan remaja sering menjadi pelaku
insiden tawuran ini. Biasanya, ini dimulai dengan masalah kecil sebelum berlanjut
Tawuran secara umum, adalah kekerasan yang dilakukan oleh massa dalam
banyak sekali kerugian yang cukup besar bagi para korban terlebih lagi apabila
tawuran itu dilakukan oleh anak sekolah. Tawuran antar siswa tentunya akan
menimbulkan kerugian baik itu materi maupun kerugian non materi, tawuran di
sekolah.
sangat besar, diantaranya ada empat dampak dari kerugian perkelahian antar
siswa. Pertama, pelaku itu sendiri bisa berdampak pada kerusakan parah atau
mungkin kematian. Kedua, dalam tawuran yang tidak terkontrol bisa saja banyak
fasilitas umum terdekat rusak. Isu ketiga adalah terganggunya proses akademik di
4
sekolah. Keempat, penurunan toleransi dan juga perdamaian yang ada (Komisi
Secara psikologis, tawuran pelajar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
perkelahian masuk kedalam suatu geng atau kelompok tertentu. Disinilah, adanya
aturan bahwa setiap anggota harus terlibat dalam sebuah konflik yang harus
diikuti bersama. Sebagai anggota, tentunya mereka merasa puas dan bangga bisa
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok atau geng yang mereka naungi.
Disini mereka belajar bahwa perkelahian merupakan cara yang cepat untuk
depengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan, konformitas, game online, dan agresi
internal dan eksternal menjadi salah satu penyebab tawuran antar pelajar di
adalah kemarahan yang dialami anak-anak akibat bullying yang membuat mereka
Selain itu faktor keluarga dan lingkungan menjadi faktor eksternal yang
5
penelitian Firma Bakti (2017) menyebutkan bahwa banyak variabel yang dapat
Semarang.
kasus tawuran yang ada di Indonesia meningkat dalam dua tahun terakhir. Retno
“Meskipun masih dalam keadaan pandemi ternyata kasus tawuran pelajar tetap
masih terjadi, dan terjadi peningkatan jumlah kasus di sepanjang tahun 2021”.
khususnya Kota Jambi untuk kasus tawuran antar pelajar di empat tahun terakhir.
Adapun data tawuran di Kota Jambi yang melibatkan peserta didik adalah
sebagaiaberikut:
1 2019 3 kasus
2 2020 2 kasus
3 2021 5 kasus
4 2022 7 kasus
6
terdapat kenaikan yang sangat signifikan untuk kasus tawuran yang melibatkan
mampu untuk menjadi pilar bangsa di masa depan seringkali melakukan tindakan
Dari beberapa kasus tawuran yang ada di Kota Jambi seringkali dilakukan di
sekolah. Mereka seolah tak peduli akan fungsi dari sekolah yang sebenarnya,
sekolah yang menjadi tempat untuk menuntut ilmu tak jarang dijadikan sebagai
tempat untuk tawuran pelajar. Hal itu merupakan masalah besar mengingat pelajar
namun banyaknya perkelahian pelajar yang melibatkan pelajar tingkat SMP dan
dunia pendidikan terlibat dalam kasus tawuran antar pelajar. Hal itu diperkuat
dengan tingginya kasus tawuran pelajar di Kota Jambi di empat tahun terakhir.
7
Peristiwa tawuran antar siswa yang terjadi di Kota Jambi semakin marak terjadi
lingkungan sekolah untuk melakukan aksi tawuran tersebut. Akibat dari tawuran
lembaran.
Dengan banyaknya akibat yang terjadi tidak membuat pelaku tawuran antar
sekolah yang ada di Kota Jambi takut untuk melakukan tindakan tersebut. Mereka
seakan menutup mata akan dampak setelahnya demi memuaskan apa yang mereka
inginkan dengan dalil mempertahankan harga diri ataupun nama baik sekolah.
Berdasarkan data yang di unggah oleh kantor berita yang ada di Kota Jambi
periode empat tahun terakhir. Adapun data mengenai sekolah yang terlibat
1 SMA N 4 - - 1 - 1
2 SMA N 8 1 - - - 1
3 SMA N 12 - - - 1 1
4 SMK N 1 1 2 2 2 7
5 SMK N 3 2 1 2 2 7
6 SMK N 4 - - - 1 1
7 SMK - 1 - 2 3
Laboratorium
8 SMK PGRI 1 - - 1 - 1
9 SMP N 16 - - - 1 1
10 SMP N 14 - - - 1 1
11 SMP N 18 - - - 1 1
12 SMP N 22 - - - 1 1
13 SMP N 30 - - - 1 1
9
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa SMKN 1 dan SMKN 3 Kota
Jambi menempati peringkat tertinggi dalam hal kasus tawuran yakni sebanyak 7
kasus untuk 4 tahun terakhir. SMKN 1 Kota Jambi sendiri tercatat sebagai salah
salah satu sekolah yang sering terjadi tawuran setiap tahunnya, dalam 4 tahun
terakhir selalu ada kasus tawuran yang melibatkan pelajar di SMKN 1 Kota
Jambi.
melibatkan satu sekolah saja, tercatat ada empat sekolah berbeda yang terlibat
dalam tawuran dengan SMKN 1 Kota Jambi. Banyaknya kasus tawuran yang
menjadi masalah serius yang harus diperhatikan. Terlebih lagi kasus tersebut
terjadi setiap tahunnya, meskipun kasus tawuran yang terjadi tidak sampai
dirasakan dari dampak perilaku tersebut, seperti luka-luka, dan rusaknya fasilitas
sekolah bahkan terganggunya proses belajar mengajar yang diakibatkan oleh hal
tersebut.
dan upaya apa saja yang dilakukan sekolah untuk mencegah fenomena tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang apa penyebab tawuran
antar siswa di SMKN 1 itu sendiri dengan judul “Analisis Perilaku Penyimpangan
Ada keterputusan antara apa yang diharapkan dari siswa dan apa yang
Peneliti ini sangat menarik untuk diteliti karena setiap tawuran yang
melibatkan peserta didik memiliki penyebab yang berbeda–beda dan juga kasus
tawuran itu sendiri saat ini menjadi isu terhangat yang ada di Kota Jambi itu
1. Manfaat Teoritis
ilmuapengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat
membentuk perilaku, kepribadian, dan rasa disiplin anak. serta referensi dan
masukan kepada masyarakat terkait alasan dan akibat tawuran pelajar dan upaya
b) Bagi Peneliti
12
dengan apa yang menjadi pemicu tawuran antar pelajar dan bagaimana upaya
untuk menghentikannya.
1. Penyimpangan sosial
sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku di
masyarakat.
2. Kenakalan remaja
3. Tawuran
KAJIAN TEORETIK
2019:206) Penyimpangan, atau segala macam pola tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kehendak masyarakat, diartikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan
fakta bahwa tidak semua anggota kelompok dapat menerima aturan umum baru
yang berlaku, serta kemungkinan konflik antara perilaku dan harapan anggota
sosial dan sistem, yang pada akhirnya dan secara bertahap akan runtuh.
individu harus melakukan dan berperilaku sesuai dengan apa yang dianggap
13
14
masyarakat dapat diterima. Namun di dunia sekarang ini, adalah hal yang umum
untuk melihat anak muda (pelajar) bertindak atau berperilaku dengan cara yang
bertentangan dengan harapan hukum dan bahkan tidak berpikir dua kali untuk
pengaruh luar dari segi sosiologis. Mereka rentan terhadap pengaruh karena
mengidentifikasi panutan mereka. Dan juga, mereka mudah dipengaruhi oleh cara
kepribadiannya.
Setidaknya terdapat Sudut pandang absolut, normatif, dan reaktif digunakan untuk
menyimpang memiliki kualitas atau sifat yang melekat terlepas dari apa yang
sedang dievaluasi. Dengan kata lain, norma, kebiasaan, atau konvensi sosial tidak
menyimpang adalah setiap kegiatan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat
perbuatan manusia yang melanggar hukum, norma, dan adat istiadat suatu
Pengalaman menyimpang juga dipromosikan oleh kontrol diri yang buruk dan
sekunder, berkembang melalui waktu dan juga sebagai akibat dari suksesi fase
menyimpang.
tersebut tidak sesuai dengan norma yang ada. Menurut Paul B. Horton (Subadi,
penyimpangan ketiga. Setiap orang terlibat dalam perilaku abnormal, tetapi hanya
dalam batasan tertentu yang berlaku untuk semua orang. Karena satu-satunya
relatif. Oleh karena itu, variasi yang dibuat setiap orang biasanya bersifat relatif.
Bahkan mereka yang telah tersesat sama sekali harus semakin merusak
lingkungannya.
1) Faktor Keluarga
kriminal anggota keluarga lainnya dapat menjadi salah satu faktor penyebab
2) Faktor Sekolah
Siswa yang masih ada di SMP dan SMA seringkali menghabiskan waktu tujuh
3) Faktor Masyarakat
dalam masyarakat. Remaja dihadapkan pada beragam realitas yang hadir dalam
kehidupan sehari-hari berbagai budaya dalam latar ini, belum lagi kemajuan moral
4) Kelompok Bermain
tempat tinggalnya, maka lingkungan tempat tinggal dan playgroup merupakan dua
5) Media Masa
seseorang disebut juga dengan sosialisasi. Pesan yang disebarkan melalui media
masyarakat.
berbagai bentuk, tergantung pada tren atau kebiasaan sosial yang baru. pacaran
seperti biasa.
Kedua Faktor obyektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
18
tidak serasi. Ketiga sekolah, pergaulan dan media massa, juga merupakan faktor
Paul B. Horton (Hisyam, 2014:3) Tidak ada penyimpangan sosial yang ada
oleh masyarakat, penyimpangan sosial terjadi. Kesepakatan yang tersebar luas ini,
sosial yang terikat oleh seperangkat aturan bersama. Hasil yang berbeda akan
sosial berarti suatu tindakan menyimpang dari norma – norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk
yanggdilakukan oleh individu yang bertentangan dengan aturan yang ada, baik
sengaja maupun tidak sengaja, dan terdapat korban (victims) atau tidakaada
korban (victims).
19
sosial yaitu :
yang sering terjadi di sekolah. Perilaku tawuran dianggap sebagai salah satu
perkembangan zaman sehingga mereka tidak perduli dengan norma yang telah
dari Penyimpangan sosial adalah tindakan yang sangat menyimpang dari standar
mestinya.
dilakukan oleh para peserta didik dimana mereka berbuat tidak sesuai dengan
norma yang ada. Perilaku menyimpang ini sering kali disebabkan oleh masalah
kecil atau terkadang disebabkan oleh masalah berat yang merugikan tindakan
tawuran. Berita mendominasi media hampir setiap minggu. Tak hanya tawuran
kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau
masyarakat ditakuti oleh geng atau kelompoknya, perilaku anarkis akan selalu
Biasanya remaja lebih mengutamakan teman sebaya daripada keluarga atau diri
awalnya bergabungnya remaja dengan geng atau kelompok tidak menjadi seuah
dan bersosialisasi.
Secara umum, iterasi awal geng kriminal terdiri dari kelompok permainan
yang dinamis dan aktif. Permainan yang awalnya netral, menyenangkan, dan
21
kali mengganggu atau menyakiti individu lain. Namun tindakan ini akhirnya
kita, yaitu kesadaran kita menjadi bagian dari ingroup atau keluarga “keluarga
baru”, serta rasa kebersamaan kita (group spirit). Menurut Kurniawan dkk,
tawuran pelajar termasuk pelaku remaja yang paling menarik untuk dibicarakan.
Tawuran pelajar adalah perkelahian antara dua kelompok pelajar atau antar
individu, biasanya diikuti dengan ejekan dan pembelaan terhadap kelompok yang
merupakan salah satu kejahatan yang paling keji yang dilakukan oleh
kekerasan fisik.
dapat dilihat dari tingkah laku mereka di sekolah, seorang pelajar yang terlibat
seseorang tertinggal dalam hal akademik saja, terdapat beberapa faktor yang dapat
Peserta didik yang terlibat tawuran biasanya memiliki tingkah laku yang arogan di
dalam kelas.
sekolah, dimana pada dasarnya mereka sering untuk pergi ke suatu tempat yang
yang stabil, akibatnya mereka mudah sekali untuk marah, emosi, bahkan terhadap
dipandang sebagai solusi dari permasalahan mereka karena hal ini sering
sebuah geng remaja. Dimana di dalam geng tersebut seseorang akan dituntut
23
untuk mengikuti aturan yang ada dan menjunjung tinggi nama gengnya. Ketika
terdapat sebuah konflik yang terjadi antar geng maka secara otomatis peserta didik
remaja dari segi psikologis. Kejahatan remaja terkait perkelahian dapat dibagi
menjadi dua kategori: situasional dan sistemik. Konflik muncul sebagai akibat
dari keadaan yang “menuntut” konflik. Menjadi perlu untuk menemukan solusi
cepat untuk masalah. Mereka harus mematuhi adat istiadat, konvensi, dan aturan
diantaranya:
bisa memicu terjadinya tawuran atau tawuran massal karena sudah bermusuhan.
Hal ini sering terjadi di sekolah. Yayasan ini biasanya terdiri dari
sekelompok siswa yang menggunakan rute bus yang sama ke dan dari sekolah
24
diantara penumpangnya.
3.Kecerdasan Emosi
a.Faktor Internal
lainnya, yang semakin bervariasi dan banyak. Dalam keadaan seperti ini, tekanan
putus asa, dan melarikan diri dari tantangan. Remaja yang sering bertengkar
memiliki emosi yang tidak stabil, dan emosi yang tidak stabil. Mereka sering
merindukan perhatian.
b. Faktor Keluarga
25
belajar bahwa kekerasan adalah bentuk perbaikan diri saat mereka mendekati
kedewasaan, jika tidak, akan berbahaya bagi mereka untuk melakukan kekerasan
c. Faktor sekolah
termotivasi untuk belajar akan memilih untuk terlibat dalam kegiatan bersama
sebagai sumber hukuman, penegak hukum, dan sosok otoriter yang melakukan
d. Faktor lingkungan
tidak nyaman dan kotor, serta tetangga yang susah diatur. Demikian juga, ada
sistem transportasi umum yang padat pelajar dan banyak kejahatan kekerasan di
seluruh kota. Semua ini dapat mendorong remaja untuk menyerap informasi dari
oleh Sutherland. Menurut pandangan ini, perilaku kriminal atau tindakan kriminal
tidak diwariskan secara genetik, sehingga orang yang melakukan kejahatan tidak
memiliki hubungan darah melainkan sebagai hasil dari apa yang diketahui tentang
diperoleh melalui kedua proses tersebut. Interaksi yang intens dengan pelaku
karena beberapa perilaku menyimpang dan kriminal dianggap sangat mudah untuk
interaksi sosial dan hubungan yang erat antar anggota kelompok dapat
menyebarkan informasi tentang perilaku kriminal dan kejahatan. Oleh karena itu,
pengetahuan kriminal.
saat berinteraksi dengan orang lain. Remaja biasanya menghabiskan lebih banyak
waktu dengan teman mereka daripada dengan keluarga mereka.. Interaksi tersebut
biasanya akan menciptakan sebuah geng baru guna menciptakan wadah sebuah
atas segalanya.
Maka dengan adanya interaksi yang intens antara peserta didik dengan
teman sebayanya yang sering terlibat tawuran itu kedalam sebuah geng yang sama
pelajar.
diambil selain ceramah dan pidato (tindakan).Hal itu sejalan dengan pendapat
1) Metode prevensi
waktu luang, kerja kasus anak nakal, kerja kelompok anak nakal, badan
2) Metode reformasi
memperbaiki penjahat.
1. Upaya Preventif
sangat sulit untuk menanganinya setelah menyebar. Tiga hal yang dapat
Orang tua membangun lingkungan rumah yang religius. Ini berarti mengubah
rumah atau keluarga menjadi tempat di mana ketaatan dan kesalehan membangun
kehidupan keluarga yang bahagia. Tidak ada konflik atau pergumulan dimana ada
bersama antara ayah, ibu, dan keluarga lain di rumah tentang cara mendidik anak.
harus diawasi secara wajar baik oleh orang tua maupun orang dewasa lainnya.
29
b. Upaya di Sekolah
berfungsi dengan baik, siswa dapat terlibat dalam sejumlah tindakan yang tidak
dengan mendatangkan tenaga ahli atau penataran guru untuk menjalankan bagian
pelajaran agama, dan menciptakan guru agama yang ahli dan berwibawa serta
c. Upaya di masyarakat.
2. Upaya Represif
moral. Hal ini dimaksudkan agar dengan adanya hukuman yang berat bagi pelaku
yang berusia muda akan berperan sebagai “pencegah” dan mencegah mereka
melakukan perilaku menyimpang di kemudian hari. Oleh karena itu, bagi mereka
itu, harus ada beberapa bentuk disiplin yang diberikan oleh orang tua karena
peraturan diterapkan. Hukuman yang sama harus diterapkan untuk semua cedera.
Sedangkan hak dan tanggung jawab anggota keluarga berbeda-beda sesuai usia
melanggar peraturan diberikan dengan memukul kepala sekolah. Guru juga dapat
memberikan sanksi yang keras seperti skorsing atau pemecatan. Guru dan tenaga
jawab staf pengawas. Sesuai dengan sifat pelanggaran aturan larangan sekolah,
tindakan represif biasanya diberikan dalam bentuk peringatan lisan atau tertulis
peringata (skor).
3. Upaya pembinaan
sering dilakukan oleh organisasi tertentu atau spesialis di sektor ini. Upaya keras
bagi anak-anak muda yang tidak terlibat dalam perilaku kriminal. Remaja yang
terlibat dalam perilaku antisosial atau menerima hukuman juga dapat menerima
adalah :
ketersinggungan antar kelompok serta, faktor external yang terdiri atas keluarga
hal tersebut adalah upaya preventif meliputi upacara dan zikir yang dilakukan dua
kali seminggu, upaya kuratif meliputi razia yang dilakukan pihak sekolah
terhadap benda-benda tajam dan melaporkan kepada pihak yang berwenang ketika
dengan hati nuraninya, ada keluhan dan pelanggaran pribadi. Ketiga, adanya
karakter dalam ekstrakurikuler siswa, program sholat dzuhur berjamaah, dan nilai-
nilai ketuhanan, serta adanya sinergi antara sekolah dan orang tua siswa dalam
32
faktor internal, saling mengejek dari kelas senior ke kelas junior, menjunjung
tinggi rasa kebersamaan, adanya egoisme, dan saling menunjukkan status sosial
yang tidak diinginkan, orang tua yang sibuk cenderung kurang memperhatikan
anaknya.
tawuran peserta didik merupakan salah satu penyimpangan sosial yang dilakukan
oleh para siswa yang tidak sesuai dengan norma ataupun aturan yang ada.
ekternal .
yang saat ini marak terjadi. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang ada dan
dipraktikkan oleh sejumlah besar individu. Hal tersebut diyakini sebagai beberapa
antar sekolah. Perkelahian antar pelajar yang semakin sering terjadi di kalangan
anak muda, terutama anak-anak yang masih duduk di kedua bangku sekolah, bisa
jadi disebabkan oleh keadaan tersebut. Menurut Rais (Shiddiq, 2021:8) terdapat
Faktor Internal
Faktor Eksternal
1. Reaksi frustasi
negatif 1. Keluarga
2. Gangguan Penyimpangan Sosial 2. Sekolah
emosional 3. Lingkungan
3. Kontrol diri 4. Kelompok
4. Konsep diri bermain
METODE PENELITIAN
Jambi yang memiliki tingkat kenakalan peserta didik cukup tinggi pada tahun
pelajaran 2022/2023 dan peneliti melakukan pada 1 Maret sampai Agustus 2023.
ini adalah studi kasus deskriptif kualitatif berdasarkan bentuk penelitian deskriptif
3.3.1 Data
valid dan konsisten kebenaran objektifnya. Data yang digunakan pada penelitian
ini adalah:
34
35
a. Data Primer
data primer menurut Sugiyono (2016:235), adalah sebuah data yang langsung
didapatkan dari sumber dan diberikan kepada peneliti. Adapun data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan informan terkait
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang didapatkan dari sumber yang sudah ada
sebelumnya, dimana data ini diperoleh secara tidak langsung ,data sekunder
berupa dokumen, gambar yang sesuai terhadap masalah yang diambil. Penelitian
ini menggunakan data sekunder berupa informasi dari media sosial jaringan
internet, catatan tingkat kenakalan dari guru dan juga informasi dari guru
Sumber data ialah asal data diperoleh dan digunakan dalam penelitian,
a. Dokumentasi
Dokumentasi ialah barang atau bahan yang menjadi bukti pendukung data
yang digunakan pada penelitian, dokumen yang digunakan untuk penelitian ini
bisa berupa foto, gambar, dan sejenisnya. Dokumentasi nantinya akan menjadi
b. Informan
orang yang memiliki pengetahuan ataupun bagian dari populasi yang dijadikan
1) Informan utama
yang relevan dengan topik penelitian disebut dengan informan utama. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan utama yaitu, peserta didik di SMKN 1
Kota Jambi.
2) Informan kunci
dalam penelitian ini adalah Guru PPKn dan Guru BK di SMKN 1 Kota
Jambi.
37
3) Informan Tambahan
No Informan Jumlah
Total 23
pengambilan data dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tolak ukur
Yang memiliki tujuan utama untuk menghasilkan sampel yang logis yang bisa
untuk mengumpulkan data dari lapangan. Berikut adalah alat yang digunakan
1. Wawancara
dan bebas dengan tetap berpegang pada standar wawancara yang telah ditentukan
guna mendapatkan data yang akurat dari informan. Siswa yang pernah terlibat
Dalam hal ini, peneliti menyiapkan buku catatan sebagai catatan semua
interaksi dengan informasi atau sumber data. Setelah peneliti memiliki bukti
bahwa ia telah melakukan wawancara dengan informan atau sumber data, peneliti
2. Dokumentasi
buku, surat kabar, situs web, surat wasiat, dan sumber lainnya. Dalam gaya
Kota Jambi.
atas kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: derajat
dan validitas data dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono, triangulasi adalah
a) Triangulasi teknik
Wawancara
Sumber sama
40
Dokumentasi
b) Triangulasi sumber
Wawancara
cTri mendalam Sumber B
Sumber C
di pagi hari, ketika informan masih terjaga dan isu-isu yang kurang, akan
menghasilkan data yang lebih akurat dan dengan demikian lebih dapat diandalkan.
Alhasil, dengan melakukan wawancara pada beberapa periode, data bisa dipercaya
akurat.
Wawancara mendalam
41
Metode studi analisis data, yang melibatkan bekerja dengan data, adalah
kepada orang lain. Sebelum memasuki lapangan, selama kerja lapangan, dan
setelah selesainya kerja lapangan, analisis data ini selesai. Namun demikian, ia
prosedur kerja lapangan. Menurut Miles dan Huberman, analisis data dalam
1. Reduksi Data
yang cermat dan akurat. Ketika peneliti menghabiskan lebih banyak waktu di
penyelesaian analisis data melalui reduksi data sangat jauh. Meringkas, memilih
komponen kunci, memfokuskan pada apa yang krusial, dan mencari tema dan pola
42
tidak relevan.
c. Peneliti menetapkan data utama dengan fokus pada faktor-faktor penyebab dan
2. Penyajian Data
Proses penyajian atau penyajian data agar lebih terlihat terjadi setelah
direduksi. Tabel, grafik, bagan, dan representasi data lainnya yang menarik secara
visual dapat menyembunyikan penyajian data yang dibahas di sini. Data diurutkan
dan ditempatkan dalam pola relasional melalui penyajian sehingga lebih mudah
dipahami.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data dalam bentuk narasi.
masih bersifat sementara, dan dapat direvisi jika data yang cukup tidak
dikumpulkan untuk mendukungnya di lain waktu. Dalam hal ini, analisis data
43
dilakukan di tempat, dan informasi yang dikumpulkan dari guru dan siswa disusun
penelitian. Data yang berasal dari informasi tambahan disusun secara sistematis.
tahapan yaitu :
Penelitian mencakup tujuan atau konteks penelitian, landasan teori, dan teknik
penelitian.
data-data penting, baik data primer maupun data sekunder, yang biasanya
data dari hasil penelitian. Temuan penelitian disusun dan ditulis dalam langkah ini
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan sehingga orang lain dapat mempelajari
temuantersebut
DAFTAR RUJUKAN
Among, Vike, Veve. 2014.”Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja Di
kelurahan Pondang Minahasa”. Jurnal Psikologi 3(1):1-3
Arnawan, Gede. 2016. “Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM.”
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM 3 (2): 80–84.
http://ojs.unm.ac.id/sosialisasi/article/view/2376.
Basri, Hasan. 2015. Pendidikan, 1–25.
Diananda, Amita. 2019. “Psikologi Remaja Dan Permasalahannya.” Journal
ISTIGHNA 1 (1): 116–33. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20.
Fahrani, Nela Ade. 2013. “Penyelesaian Perkelahian Antar Pelajar SMA Jakarta
Oleh Kepolisisan Resort Jakarta Selatan.” Jurnal Hukum 7 (2): 212–21.
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).
Bandung: Pustaka Setia.
Firma, Bekti. 2017. “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI
KOTA SEMARANG”.Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Hadi Utomo. n.d. “Panduan Pencegahan Dan Penanganan Anak Perilaku Sosial
Menyimpang.”
Hisyam, Julyati. 2014."Perilaku Menyimpang Remaja".Jurnal Pendidikan
Sosiologi Pendidikan Semarang :1-12
Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Muhammad, Sukarni. 2018. "Metodologi Penleitian Ilmu Pengetahuan Sosial".
Jakarta : Lipi Press
Muhammad, Syahril. 2019. “Perilaku Menyimpang Pada Kenaklalan Remaja Di
Kelurahan Akehuda Kota Ternate Utara” 2: 206–10.
Primawati, Dr. Anggraeni. 2012. “Penyimpangan Sosial,” no. 1: 1–38.
Rizqi Eko Putra, Muhammad Daffa, and Nurliana Cipta Apsari. 2021. “Hubungan
Proses Perkembangan Psikologis Remaja Dengan Tawuran Antar Remaja.”
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik 3 (1): 14–24.
https://doi.org/10.24198/jkrk.v3i1.31969.
Sarwirini. 2011. “PERSPEKTIF KENAKALAN ANAK ( JUVENILE
DELIQUENCY ):” Jurnal Pendidikan XVI (4): 244–51.
Setiawan, Eko. 2015. “PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM”
12: 23–28.
44
Shiddiq, A. F. 2021. “Maraknya Tawuran Antar Pelajar Yang Dapat Merusak
Persatuan Dan Kesatuan NKRI.,” 1–13. https://osf.io/xauhc.
Subadi, Tjipto. 2011. Sosiologi. BP-FKipUMS.
Sugiyono. 2016. “METLIT SUGIYONO.Pdf.”
Sumara, Dadan, Sahadi, Humaidi. 2017. “Kenakalan Remaja Dan
Penanganannya.” Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat
4 (2). https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393.
Umar, Sulaimani. 2019. Perilaku Menyimpang Remaja.
Yulius,Wahyu, 2021. “Faktor Penyebab Pelajar SMA Daerah Istimewa
Yogyakarta Melakukan Tawuran”.Skripsi Universitas Sanata Dharma.
45
Lampiran Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Pedoman Penelitian
Penyebab
Kepala Sekolah.
terjadinya tawuran.
46