Oleh
HARI HARSONO
NIM: 104032201021
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hari Harsono
Abstraksi
Alhamdulillah segala Puja dan Puji Syukur kepada Allah SWT, pemilik
alam semesta yang telah memberikan hambaNya begitu banyak nikmat dan ridho,
petunjuk dan rahmat, selalu menuntun umat manusia kepada jalan kebaikan, serta
manusia yang paling sempurna akhlaknya, semoga kita semua dapat mentauladani
terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
Filsafat.
memberikan kritik, saran serta tidak kenal lelah dan letih mendampingi
telah memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan do’a, serta tiada
8. Sepupu saya, mba Anggi yang selalu bersama saya dan menemani saya
9. Sahabat Sosiologi Agama, Aya, Roni, Bayu, Wahid, Iik, Zumi, Uus,
Nia, Tuti, Siqqil, Soleh, Ilham, Angga, Lina, Neng, Amir, Hamami,
Joy, semuanya angkatan 2004 dan 2003 yang tidak mungkin saya
10. Sahabat dari kecil, Ijal, Anggia, Pidi, mba Anissa, Dewi Mellia, Fani,
pak Ariawan, Maya, pak Jaenudin, Yuli, kang Tatang, Aul, Irwan,
Willy, pak Ustad Nizar, bu Ati, teh Dede, pak Mul, bu Mul, yang tidak
mungkin juga saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu saya
kepenatan melalui lantunan lagu kalian. Tanpa musik dan lagu kalian,
Hari Harsono
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………... i
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………. iv
ABSTRAKSI
………………………………………………………………………. vi
BAB I. PENDAHULUAN
10
10
11
14
16
16
20
22
26
26
31
(P2KP)
A. Sejarah ………………………………………………………………...
38
42
56
61
1. Program ............................................................................................
61
2. Restrukturisasi ……………………………………………………..
66
69
74
78
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
…………………………………………………………….. 82
B. Saran–saran
…………………………………………………………...... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
dalam Undang–Undang dasar 1945, dimana tujuan negara Indonesia adalah untuk
orang ada yang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
1
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas : Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta:Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 39.
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Kemiskinan dapat
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah–masalah politik dan moral, dan
Oleh karena itu, kemiskinan terutama yang diderita oleh fakir miskin
sosial. Pemberdayaan fakir miskin merupakan salah satu upaya strategi nasional
manusia.2
baik secara ekonomi daripada suku lain di Indonesia, karena orang Cina lebih
dianggap pekerja yang memiliki etos kerja yang tinggi di samping mereka dikenal
sebagai suku bangsa yang amat hemat dalam kehidupan sehari–hari mereka.
2
Harry Hikmat, dkk, Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan Program
Pemberdayaan Fakir Miskin tahun 2006-2010 (Jakarta:Departemen Sosial RI, 2005), h. 10.
Sebaliknya orang melihat bahwasanya penduduk asli Indonesia kebanyakan
keterampilan teknis, etos kerja yang tumpul, kesempatan kerja yang rendah
masyarakat kita ini kadang kala merupakan sebuah paradigma dan tradisi, ada
ungkapan apabila, orangtuanya sudah miskin. Maka, anak dan cucunya akan ikut
selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan
penanggulangan kemiskinan.
3
Loekman Soetrisna, Kemiskinan,Perempuan, dan Pemberdayaan (Yogyakarta:Kanisius,
1997), h. 16.
Bila, kemiskinan dikaitkan dengan ketidakberdayaan, pengentasan
taraf hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan dalam rangka
dan implikasinya, merupakan salah satu bentuk masalah sosial yang menuntut
sebagai salah satu alternatif untuk melakukan upaya pemecahan masalah dan
hidup rata-rata, yang digunakan sebagai indikator pada suatu periode sebelum dan
ternyata tidak sesederhana itu. Apabila dalam perbandingan dilakukan antar dua
kondisi yang mempunyai rentang waktu yang cukup panjang dan tuntutan
kebutuhan hidup juga yang semakin meningkat sebagai akibat sosial ekonomi
yang telah terjadi, maka standar yang dipakai dianggap sudah tidak memadai lagi.
Walau menggunakan standar yang lama dapat diketahui semakin banyak warga
masyarakat yang sudah keluar dari kondisi kemiskinan, akan tetapi dilihat dari
4
Heru Nugroho, Menumbuhkan ide – ide kritis, cet ke-2. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2001), h. 44-45.
tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang, kondisi tersebut tetap dirasakan
sebagai masih berada dalam keadaan miskin. Permasalahan yang sama akan
lapisan bawah telah meningkatkan taraf hidupnya, akan tetapi apabila peningkatan
itu dibandingkan dengan yang dialami oleh lapisan lain atau setingkat lebih tinggi
maka, masih jauh lebih rendah, dan secara relatif masih merasakan kondisinya
proses kemiskinan itu. Dari sudut ekonomi misalnya, dapat dikatakan bahwa
karena kondisi kemiskinan, maka pendapatan hanya cukup, bahkan tidak jarang
tetap bertahannya dari kondisi kemiskinan tersebut. Dari sisi lain, lingkaran
kemiskinan dapat terbentuk dari rendahnya gizi dan nutrisi. Dalam hal ini, kondisi
kemiskinan dapat membentuk mata rantai : rendahnya nilai gizi dan nutrisi dalam
pendapatan rendah–kemiskinan.5
Kemiskinan juga sesuatu yang nyata dalam masyarakat bagi mereka yang
tergolong tidak miskin, dari hasil pengamatan baik secara sadar maupun tidak
5
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan ,(Jakarta:PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), h.
116-120.
Kesadaran akan adanya kemiskinan bagi mereka yang tidak miskin biasanya
yang tingkat kehidupan sosialnya lebih tinggi dari kehidupan yang mereka miliki.
diliputi aspek–aspek moral dan kemanusiaan, atau juga bersifat partisan karena
hidup yang rendah : yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini
kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang
miskin.6
dan seringkali tidak merupakan lapisan yang terpilih dalam hidup bertetangga dan
berteman. Kondisi ini disadari oleh masyarakat miskin itu sendiri dan mereka
6
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1984), h.
12.
apatis. Dan menganggap bahwa dirinya lemah, tidak mempunyai kekuatan dalam
melakukan hal–hal yang akibatnya sampai pada kesadaran bahwa mereka tidak
Miskin bukanlah keinginan setiap insan manusia, tetapi karena nasib dan
mungkin karena usaha yang belum maksimal, yang menjadikan mereka seperti
itu. Tetapi semua itu kembali pada diri sendiri, apakah setiap manusia dapat
menerimanya dengan tulus nasib yang telah digariskan kepada mereka dan
memperbaiki keadaannya dengan berusaha lebih giat lagi serta mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan meningkatkan kadar iman atau melakukan
miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara” (ayat 1), dan “negara
fakir miskin dituangkan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 124 tahun 2001 jo.
tujuan meningkatkan kerja sama, dukungan dan sinergi semua pihak baik sektor,
masalah kemiskinan.
7
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, h. 122.
pentingnya gotong royong serta peningkatan spiritual keagamaan didalam
sudah ada.
kesejahteraan umat manusia, baik untuk generasi saat ini maupun generasi
pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan
melekat pula kewenangan dan sekaligus tanggung jawab untuk secara pro–aktif
8
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Laporan Perkembangan Pencapaian
Millennium Development Goals Indonesia 2007. November 2007, h. 3.
mengupayakan kebijakan penanggulangan kemiskinan, baik langsung maupun
tidak langsung.
kalangan karena menyimpan berbagai peristiwa dan masalah yang dashyat, yang
menaklukkan kota. Kota seperti satu wilayah tak bertuan, tetapi penuh dengan
janji–janji kebahagiaan dan kesejahteraan”. Ada kesan kuat bahwa realitas kota
1. Pembatasan Masalah
pembahasan yang sistematis, terarah dan jelas, maka penulis membuat batasan
2. Perumusan Masalah
Tujuan peneliti dalam hal ini adalah mengetahui sampai sejauh mana
9
P2KP : Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan. Untuk selanjutnya didalam
tulisan skripsi ini akan menggunakan istilah tersebut.
kendala–kendala yang terjadi di lapangan dan bagaimana cara mengatasinya lebih
lanjut. Selain itu, peneliti ingin memberikan saran agar terjadi perubahan setelah
diharapkan bersama.
memperbaiki kinerja yang sudah ada dan berjalan. Selain itu, program–program
yang telah berjalan dan sudah ada, agar dapat lebih bersinergi antara pemerintah
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang sedang diteliti. 10
Sedangkan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah, studi kasus
10
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung : PT. Rosdakarya, 2004), h. 35.
2. Subjek Penelitian
dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.11 Dalam penelitian ini, subjek
daerah yang mendapatkan P2KP. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan seluruh
komponen masyarakat akan tetapi contoh yang diambil hanya 5 orang saja untuk
tersebut adalah mengambil secara acak dari 11 kelurahan yang berbeda. Dimana 5
A. Observasi (pengamatan)
yang diamati. Dengan teknik ini, peneliti akan dapat melihat sendiri
11
Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 109.
12
Imam Suprayogo, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya. 2001), h. 13.
B. Wawancara
jawab secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah satu tujuan
E. Kepustakaan
13
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet IV. (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 76.
14
M. Hariwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, untuk
ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Yogyakarta:Elmatera Publishing, 2007), h. 72.
4. Instrumen Pengumpulan Data
wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran
penelitian, dan buku catatan digunakan untuk mencatat hal–hal yang tidak
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, dan
observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari
bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku–buku, jurnal ilmiah, artikel, dan
Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli 2008 sampai bulan Februari
kepada para penerima manfaat bantuan P2KP. Adapun tempat penelitian yaitu di
daerah kecamatan Bogor tengah, kota Bogor, dengan cara penulis terlibat
D. SISTEMATIKA PENULISAN
penelitian ini ditulis secara sistematis dalam lima bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Yang terdiri dari, sejarah, visi, misi dan struktur organisasi, serta program-
BAB V PENUTUP
KAJIAN TEORI
A. PERAN
1. Pengertian Peran
definisi dikemukakan Rolph Linton mengenai peran yaitu “the dynamic aspect of
a status“. Menurut Linton seseorang menjalankan peran sesuai dengan hak dan
sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi
status atau kedudukan (kadang–kadang dinamakan juga peran) dan peranan. Jika,
suatu status merupakan posisi di dalam suatu sistem sosial, sedangkan peranan
biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu
lainnya. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai
suatu status. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan
mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan
peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan
15
Anton M. Moeliono (et. al), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka,
1990), h. 667.
16
Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi (Jakarta:CV. Rajawali, 1982), h. 29.
kewajiban: peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak–hak
tersebut.17
Teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai
teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal
dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dalam ke tiga
bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya
posisi seseorang dalam masyarakat, sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu
selalu berada dalam kaitannya dengan adanya orang–orang lain yang berhubungan
dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori–teori
peran. Dalam teori Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran
17
Paul B.Haton dan Chester L. Hunt, Sosiologi, jilid I, edisi ke 6 (Jakarta:PT Erlangga,
1999), h. 118.
18
N. Gross, W.S. Mason, and A.W. McEachern, “Exploration in Role Analsis,” in David
Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta:CV. Rajawali, 1983), h. 99.
19
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 214-215.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
antara lain terletak pada pandangannya bahwa diri (self) seseorang berkembang
melalui tahap play, the game, dan generalizad other, dan bahwa dalam proses
perkembangan diri ini, seseorang belajar mengambil peran orang lain (taking the
Blumer pokok pikiran interaksionalisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah
bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna
seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor sapi akan berbeda dengan
mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu menimbulkan
20
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta:LP FEUI, 2004), h. 234.
21
Sunarto, Pengantar Sosiologi, h. 38.
harapan–harapan (expectations) tertentu dari orang–orang disekitarnya. Dalam
Oleh karena itu, Gross, Mason dan McEachern mendefinisikan peranan sebagai
norma–norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan–peranan
bertindak tidak sesuai atau keluar dari norma-norma yang terdapat di masyarakat,
Apa yang dapat saya tarik dari arti “peranan” adalah merupakan suatu
hak dan kewajiban terhadap seseorang sehingga harus sejalan dengan peranan
tersebut.
22
Berry, Pokok Pokok Pikiran dalam Sosiologi, h. 99.
2. Peran dalam Perspektif Sosiologi
maka dia menjalankan suatu peran. Gambaran peran merupakan suatu gambaran
perannya. Konsep peran menurut Stogdill adalah perkiraan tentang perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu, yang lebih dikaitkan dengan
peran dari posisi memang sulit. Akan tetapi Stogdill mengemukakan bahwa ada 2
hal yang jelas termasuk dalam peran dan bukannya posisi, yaitu: Tanggung jawab
fungsi disatu pihak dengan tanggungjawab dan otoritas dilain pihak, menciptakan:
Makin tinggi status seseorang, makin besar otoritasnya, dan terlepas dari
ditekankan unsur kewajiban dan tanggungjawab, peran sosial itu disebut dengan
istilah lain, yakni jabatan atau tugas. Jadi jabatan atau tugas sosial itu ialah suatu
23
Sarwono, Teori – teori Psikologi Sosial, h. 203.
peranan sosial yang diserahkan kepada seseorang atau institusi sosial oleh instansi
Karena perhatian utamanya pada sistem sosial, yang terpenting dalam intergrasi
ini adalah proses internalisasi dan sosialisasi. Jadi, Parson tertarik pada cara
norma dan nilai suatu sistem di transfer kepada aktor dalam sistem tersebut.
Dalam sosialisasi yang berjalan sukses, norma dan nilai tersebut terinternalisasi;
yaitu, mereka menjadi bagian dari “nurani” aktor. Akibatnya, dalam mengejar
diperoleh (oleh aktor dalam sosialisasi) pada derajat yang sangat penting harus
menjadi fungsi sturktur peran fundamental dan nilai-nilai dominan sistem sosial.
kewajiban dan tanggung jawab, peran sosial itu disebut dengan istilah lain, yakni
jabatan atau tugas. Jadi jabatan atau tugas sosial ialah suatu peranan sosial yang
diserahkan kepada seseorang atau institusi sosial oleh instansi yang berwenang
seorang guru dari murid–muridnya, dimana salah satu dari muridnya ada anak dari
seorang guru tersebut. Maka guru dalam memainkan perannya, dapat sebagai guru
24
D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematika (Yogyakarta:Kanisisus, 1989), h. 179.
Bila seseorang yang memainkan peran tidak dapat memfungsikan dirinya
sebagaimana mestinya dengan baik. Maka orang akan dapat membunuh peran
tersebut bagi dirinya sendiri. Dan itu akan menyebabkan tidak akan berfungsi dan
pemberantasan kemiskinan masih merupakan salah satu agenda yang perlu segera
dituntaskan. Kesempatan kerja dengan tingkat penghasilan yang layak masih jauh
melihat bahwa masyarakat atau orang miskin itu dilihat dari rendahnya
pendapatan perbulan dibawah upah minimum regular yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Akan tetapi, ukuran tersebut, belum bisa dikatakan tepat untuk
menilai suatu ukuran kemiskinan. Biasa saja dalam satu daerah ukuran orang
miskin itu dilihat dari tidak sanggupnya dia memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, baik untuk dirinya, maupun untuk keluarga. Ini disebabkan banyaknya
mengadu nasib untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Selain kota, yang
dibanjiri oleh para penduduk urban, terdapat juga penduduk asli kota tersebut.
kota-kota lainnya, kota Bogor merupakan salah satu dari empat kota penunjang
alternatif pilihan bagi masyarakat yang bekerja di Jakarta. Kota Bogor, sama
Banyak pendatang dari luar Bogor yang mengadukan nasibnya di kota tersebut.
persaingan sangatlah terlihat jelas. Orang yang datang kekota tetapi tidak
memiliki kemampuan yang cukup dan pintar, maka akan dapat tersingkirkan dari
persaingan tersebut.
Kemiskinan dan orang miskin sudah dikenal oleh manusia sejak masa
lampau. Oleh karena itu sangatlah logis bila kebudayaan manusia dalam kurun
kebudayaan itu memperhatikan nilai manusiawi dasar, yaitu merasa tersentuh bila
melihat penderitaan orang lain dan berusaha melepaskan mereka dari kemiskinan,
budaya yang antara lain berbentuk sikap menyerah kepada keadaan. Tata nilai dan
sistem/struktur sosial ekonomi serta perilaku dan kecenderungan aktual yang telah
terbiasa dengan kemiskinan ini juga bukan saja menyebabkan mereka yang miskin
untuk tetap miskin. Keadaan ini membuat keluarga masyarakat tersebut juga
bukan hanya masalah yang dihadapi pada kota–kota di Indonesia, tetapi juga
masalah dunia. Hampir disetiap negara terdapat penduduk miskin, baik dalam
melihat ukuran kemiskinan seseorang atau masyarakat yang dianggap miskin itu
dianggapnya sebagai orang miskin. Bisa juga melihatnya dari keadaan tempat
25
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi-Sosial Seorang Cendekiawan Muslim, cet.
ke IV.(Bandung:Mizan, 1994), h. 38.
26
Muhammad Soekarni dan Jusmaliani, “Kemiskinan dan Pengangguran Solusi Islami,”
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan XIII (1) 2005, h. 135.
tinggalnya yang notabene, meskipun tinggal ditengah-tengah kota tetapi masih
ada saja rumah yang bertembokan bilik, beralas tanah, dan atapnya belum
sudut kota.
kelompok yang berbeda tajam satu dari yang lain. Ada satu kelompok yang stabil,
kuat ekonominya, terjamin masa depannya. Ada satu kelompok lain yang tidak
stabil, mudah bergeser dari satu sektor lain, cepat berpindah pekerjaan. Kelompok
inilah yang disebut massa apung.27 Mereka adalah kelompok yang paling besar.
dan belum maju. Orang kota “modern” dan kaum tani “tradisional”, yang buta
berita dan melek berita, karena pemilikan media sumberdaya insani dan
yang tidak produktif versus produksi padat modal untuk pasar, adalah serangkaian
perbedaan yang diakui ada antara dearah perkotaan dan daerah pedesaan.28
Pesatnya pertumbuhan kota umumnya disebabkan oleh migrasi, dan hal ini
27
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1995), h.
75.
28
Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, h. 76.
melahirkan suatu masyarakat kota yang sangat kompleks menurut ukuran
1. Pengertian Miskin
yang sedang berkembang. Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak
dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena
kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi.
Bila dilihat dari kehidupan modern pada saat ini, kemiskinan bisa di lihat dari
secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya
sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita.
Kemiskinan yang dimaksud disini adalah kemiskianan ditinjau dari segi material
(ekonomi).
29
Ragnar Nurkse, “Pembangunan daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,” artikel diakses
tanggal 19 Desember 2008, dari http://www.google.com
oleh kondisi struktur perekonomian yang timpang dalam masyarakat, baik karena
orang, monopoli, kolusi antara pengusaha dan pejabat dan lain-lainnya. Yang pada
Adapun kemiskinan kultural muncul karena faktor budaya atau mental masyarakat
itu sendiri, yang mendorong orang hidup miskin, seperti perilaku malas bekerja,
rendahnya kreativitas dan tidak ada keinginan hidup lebih maju. Sedangkan
kemiskinan natural adalah kemiskinan yang terjadi secara alami, antara lain yang
kemiskinan yang bertolak dari keadaan struktural sosial yang eksploratif dalam
keluarga, budaya, dan sebagainya.30 Maka kemiskinan yang timbul dalam suatu
masyarakat bukan semata-mata akibat dari faktor-faktor yang ada pada dirinya
(misalnya: ia malas, suka main judi) atau orang kaya (misalnya: ia pribadi rakus),
30
A. Suryawasita, SJ., Analisa Sosial, dalam J.B. Bonawiratman, SJ., (cd), Kemiskinan
dan pembebasan, h. 12-13.
keputusan mengenai kehidupan masyarakat), sosial (misalnya hak-hak tradisional
objektif jelek.”31
bukan karena takdir, bukan karena kemalasan, atau bukan karena nasab.
Kemiskinan jenis ini, menurut beberapa pakar adalah kemiskinan yang muncul
dari suatu usaha pemiskinan. Pemiskinan, suatu usaha untuk menciptakan jurang
semakin lebar saja antara yang kaya dengan yang miskin, yang kaya semakin
kaya, yang miskin semakin miskin. Lebih jauh kemiskinan struktural, adalah
kemiskinan yang timbul dari adanya korelasi struktur yang timpang, yang timbul
dari tiadanya suatu hubungan yang simetris dan sebangun yang menempatkan
dan justru karena adanya kebijakan negara dan pemerintah atau orang-orang yang
diartikan sebagai orang yang sangat berkekurangan atau sangat miskin. Ada yang
sebagian berpendapat bahwa fakir adalah orang yang berpenghasilan kurang dari
atas itu, namun tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pokoknya. Dan ada juga
31
F. Magnes Suseno, SJ., Keadilan dan Analisa Sosial : Segi-segi Etis dalam J.B.
Bonawiratman, SJ., Kemiskinan dan Pembebasan, h. 38, Ahmad Sanusi, Agama ditengah
kemiskinan, h. 28.
yang mendefinisikan sebaliknya, sehingga menurut mereka keadaan si fakir relatif
Menurut Prof. Dr. Emil Salim yang dimaksud dengan kemiskinan adalah
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dengan istilah lain kemiskinan itu
hidupnya.34
dalam kehidupannya.
b. Malas Bekerja
kepribadian seseorang.
32
M. Quraish Shihab, “Wawasan Al-qur’an, Tafsir Mauhdu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat,” artikel diakses tanggal 20 Desember 2008, dari http://www.google.com
33
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 320.
34
Hartomo dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta:Bumi Aksara, 2004 ), h. 329.
c. Keterbatasan sumber alam
e. Keterbatasan modal
f. Beban keluarga
penduduk yang relatif tinggi dengan tingkat pendapatan perkapita rendah, maka
35
Hartomo dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar , h. 329-331.
kesejahteraan hidupnya, maka pembangunan di bidang perekonomian merupakan
salah satu alternatif jawaban yang perlu dipertimbangkan dalam skala prioritas
atau penggunaan sumber daya alam yang diistilahkan dari gambaran mengenai
interaksi yang melibatkan kemampuan semua aspek yang dipunyai manusia dalam
seseorang atau sebagian penduduk yang hidup dalam keadaan serba kekurangan
kemampuan secara ekonomi. Oleh karena itu bukan hal mudah untuk
mengenal adanya si Kaya dan si Miskin. Kedua macam golongan ini merupakan
berputar terus antara dua kutubnya, yakni kutub kekayaan dan kutub kemiskinan.
Dan itulah kenyataan hidup di sepanjang sejarah dunia kita ini. Ajaran Islam tidak
36
Suparlan, Kemiskinan diPerkotaan, h. 13.
dapat berbuat lain kecuali menghadapi kenyataan yang sudah membudaya
sebelumnya. Pada jaman dulu, si Kaya tidak saja memiliki harta benda yang
banyak tetapi juga memiliki budak rampasan atau budak belia yang banyak serta
tidak mudah karena pada tiap lingkungan tertentu dan pada tiap kurun waktu
lain ia masih digolongkan miskin. Demikian pula suatu masyarakat yang dianggap
Kaya, tetap saja ada. Maka berdasarkan gambaran diatas, kaya dan miskin itu
relatif adanya. Ajaran Islam yang dijabarkan dalam fiqih melihat tiga faktor yang
dimiliki secara sah berada ditempat (mal mamluk hadhir), kedua, mata
dari hasil telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin adalah
menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir
37
Ali Yusuf, Menggagas fiqih sosial : dari soal lingkungan hidup, asuransi hingga
ukhuwah, cet. ke III. (Bandung:Mizan, 1995), h. 165.
ialah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata
pencaharian tetap atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata “miskin” terambil dari kata sakana
yang berarti diam atau tenang, sedangkan faqir dari kata faqr yang pada mulanya
berarti tulang punggung. Faqir adalah orang yang patah tulang punggungnya,
yang dikemukakan Al-qur’an untuk kedua istilah tersebut, para pakar Islam
berbeda pendapat dalam menetapkan tolak ukur kemiskinan dan kefakiran. Al-
qur’an dan hadits tidak menetapkan angka tertentu lagi sebagai ukuran
Artinya : “Dan pada harta–harta mereka ada hak untuk orang fakir–miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (maksudnya : orang
miskin yang tidak meminta)”.(QS. Al-Dzurriyat: 19)
38
Ali Yafie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren (Jakarta:P3LM, 1986), h. 6.
39
M. Quraish Shihab, “Wawasan Al-qur’an, Tafsir Mauhdu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat.”
muslim), menderita lapar, tidak berpakaian, menggelendang (tidak bertempat
tinggal) dan membujang.”40
Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 menyatakan pula, bahwa :
Artinya : …Kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat –
malaikat, kitab-kitab, nabi - nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang – orang miskin, musafir ( yang memperlukan
pertolongan ) dan orang – orang yang meminta – minta, dan ( memerdekakan )
hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat…(QS. Al-Baqarah: 177)
Disebutkan juga dalam Al-qur’an surat Hud ayat 6, Allah s.w.t bersabda :
“Tidak suatu binatang pun di bumi ini, melainkan atas Allah sajalah rezekinya”.
Allah telah menyediakan rezeki untuk makhluk, untuk manusia. Manusia bekerja
untuk mendapatkan itu. Manusia tidak boleh berpangku tangan. Sudah nasib saya
tidak mendapat rezeki, sudah nasib saya menjadi orang miskin. Maka, Allah
berfirman lagi dalam hal ini. “Allah itulah yang membuat bumi untukmu guna
ditundukkan. Maka berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi itu dan makanlah
dari rezeki Allah.”41 Surat ini menjelaskan, bahwa setiap manusia diberikan rezeki
40
M. Quraish Shihab, “Wawasan Al-qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat.”
41
Ibrahim Lubis, Agama Islam Suatu Pengantar (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1984), h. 577.
pada jalannya sendiri. Dan itu tergantung bagaimana manusia bisa mencari jalan
Lain pendapat para ulama Imam Mazhab yaitu Hanafi dan Maliki
keadaannya (ekonominya) lebih buruk dari orang fakir. Sedangkan Hambali dan
Syafi’i orang fakir adalah orang yang keadaan ekonominya lebih buruk dari orang
miskin, karena yang dinamakan fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai
sesuatu, atau orang yang tidak mempunyai separuh dari kebutuhannya.42 Dan para
ulama Mazhab juga berpendapat bahwa golongan yang berhak menerima zakat itu
sebanyak delapan. Semuanya itu sudah disebutkan dalam surat Al-Taubah ayat
Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang yang fakir, miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang kuat hatinya, orang yang
memerdekakan hamba, orang-orang yang mempunyai hutang, orang-orang yang
berjuang di jalan Allah, dan orang-orang yang sedang berada dalam
perjalanan.(QS.Al-Taubah:60)
42
Muhammad Jalad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (Jakarta:Basrie Press, 1991), h. 239.
43
Djamaluddin Ahmad al-Bury, Problematika Harta dan Zakat (Jakarta:PT Bina Ilmu,
1975), h. 177.
Budayawan Mangunwijaya menyatakan bahwa kemiskinan timbul karena
struktur. “Mereka itu sebenarnya bukan orang miskin, tetapi dibuat miskin oleh
suatu struktur”. Kemiskinan boleh jadi sudah disepakati sebagai masalah sosial,
bekerja keras, boros, tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta,
fatalitas, tidak ada hasrat berprestasi dan sebagainya. Orang–orang miskin adalah
miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan dan penghasilan hanya bisa
yang panjang, memastikan bahwa gejala–gejala yang ada tidak cukup diterangkan
kesehatan masyarakat. Ini sudah menjadi realitas sistem/struktur dan tata nilai
44
Sri-Edi Swasono, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan : Dari Cendikiawan kita tentang
Islam (Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia, 1988), h. 23-24.
45
Nabi Subhi Ath-Thawil, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim,
cet I. Terjemahan Muhammad Bagir (Bandung:Mizan, 1985), h. 36.
46
Muhammad Abdul Qodir abu Faris, Kajian Pemberdayaan Zakat (Semarang:Penerbit
Dina Utama, 1983), h. 1.
masyarakat, suatu realitas budaya. Tata nilai dan sistem/struktur sosial ekonomi
serta perilaku dan kecenderungan aktual yang telah terbiasa dengan kemiskinan
ini, bukan saja menyebabkan mereka yang miskin untuk tetap miskin. Keadaan ini
kepada fakir miskin guna memenuhi kebutuhan hidup, memberi makan, serta
fakir miskin untuk tetap komitmen dan sabar dengan petunjuk Allah, tetap
47
Adi Sasono, “Islam di Indonesia”, dalam M. Amien Rais, ed., Suatu Ikhtiar Mengaca
Diri, cet ke-4. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1994), h. 99-100.
BAB III
A. SEJARAH
mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum
dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses prasarana dan
permukiman yang jauh dibawah Standart kelayakan dan mata pencaharian yang
tidak menentu.
sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Upaya itu telah menghasilkan
perkembangan yang positif namun demikian, krisis moneter dan ekonomi yang
melanda indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian
pembangunan tersebut.
dan dengan cepat meningkatkan kemiskinan dipedesaan dan perkotaan karena itu,
krisis juga telah menyadarkan kita bahwa pendekatan yang dipilih dalam
kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan untuk dapat hidup dan
yang dilaksanakan sejak tahun 1999. Pada awalnya dilaksanakan dalam rangka
strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat
bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk
pembangunan berkelanjutan.
menjangkau lembaga formal. Untuk itu diperlukan partisipasi serta peran aktif
48
Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Umum Manual Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), cet ke 2. (Jakarta:Sekretariat P2KP Pusat, 1999), h. 24.
di komunitasnya. Membangun kelembagaan masyarakat yang mengakar perlu
kritis yang dilakukan secara intensif serta masukan–masukan dari berbagai pihak
selama ini, disadari bahwa masih terdapat berbagai hal yang belum diakomodasi
dalam konsep dan strategi pelaksanaan P2KP yang ada saat ini, sehingga
sendiri yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat. Sehingga cukup jelas bahwa faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat
dan pemerintah daerah menempati posisi yang sangat strategis dalam penyiapan
society).
Terwujudnya tatanan masyarakat madani inilah yang menjadi pondasi
permukiaman di wilayahnya yang lebih baik, pro poor, sehat, dan lestari.49
rumusan visi dan misi yang jelas sehingga dapat dipakai sebagai acuan perilaku
dan arahan bagi semua pelaku P2KP maupun bagi pihak (stakeholders) dalam
Visi adalah suatu gambaran kondisi masa depan yang lebih dan ideal,
tetapi dapat dicapai oleh suatu organisasi atau program. Visi harus dapat
dimaknai sebagai suatu keinginan mencapai kondisi masyarakat kota yang tertib
bantuan dana bergulir dan fasilitas pendampingan. Visi P2KP adalah mewujudkan
49
Bulu Pedoman P2KP-3. Oktober 2005. h. 1.
untuk mengatasi persoalan kemiskinan secara berkelanjutan dalam lingkungan
diwujudkan dalam produk atau pelayanan, misalnya memberi robot pada suatu
organisasi atau program, apakah tujuan itu sudah mencakup hal yang luhur dan
program dengan kondisi dari depan yang diupayakan untuk diproyeksikan. Misi
dan berkelanjutan.
50
Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) P2KP Satuan Wilayah Kerja (SWK) III,
Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan (UPK), (Bandung :
LPPM UNINUS, 2001), h. 1.
P2KP bertujuan mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui
kelompok,
Azas P2KP
a. Keadilan
b. Kejujuran
d. Kemitraan
51
Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Manual Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP), cet ke-2., hal 2.
e. Kesederhanaan.52
Prinsip P2KP
Setiap pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan P2KP harus pula
a. Demokrasi
b. Partisipasi
c. Transparansi
d. Akuntabilitas
e. Desentralisasi. 53
secara menyeluruh dari pusat sampai dengan daerah yang akan dijelaskan berikut
ini :
menetapkan Surat Keputusan Tentang Tim Pengarah dan Tim Pelaksana inter
52
Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) P2KP Satuan Wilayah Kerja (SWK) III,
Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan (UPK), h. 2.
53
Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) P2KP Satuan Wilayah Kerja (SWK) III,
Konsep untuk UPK Diktat Pelatihan Pengembangan Unit Pengelola Keuangan (UPK), h. 2.
Tim Pengarah P2KP diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi
wakilnya adalah Deputi VI Menko Kesra dan Direktur Jenderal Cipta Karya
Departemen PU selaku wakil ketua. Secara operasional, tim pengarah dan tim
pelaksana inter Departemen akan dibantu oleh Kelompok Kerja P2KP Nasional
penyelenggara Program (Executing agency) P2KP ini. Oleh sebab itu, Departemen
dipimpin oleh seorang Kepala yang membawahi beberapa staf. Kepala SKS
Manajemen Pusat (KMP) yang bertindak atas nama SKS P2KP sesuai dan
(KMW) yang akan bertugas di setiap satuan wilayah kerja (SWK). Di tiap SWK,
akan ditangani oleh satu KMW yang berkantor di wilayah bersangkutan dan
dipimpin oleh seorang Team Leader, yang bertindak sebagai Koordinator SWK
dengan dibantu oleh beberapa tenaga ahli. Team leader KMW juga dibantu oleh
didampingi oleh Tim Fasilitator yang sekurangnya terdiri dari seorang Fasilitator
Senior dan 4 Fasilitator. Jumlah anggota tim fasilitator akan disesuaikan untuk
lokasi yang jumlah kelurahannya lebih banyak dan lokasi yang dianggap cukup
terpencil, sesuai ketetapan Kepala SKS P2KP. Tim Fasilitator ini akan
relawan, yang nantinya melalui pendampingan dan penguatan kapasitas oleh tim
dan kegiatan P2KP secara benar sesuai dengan pedoman P2KP. Relawan–relawan
ini adalah orang–orang yang peduli, komitmen dan ingin memberikan konstribusi
nyata bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin dan warga rentan atau
tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang dialami, namun juga
bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi
Bantuan kepada masyarakat miskin ini diberikan dalam bentuk dana yang
itu. Dana bantuan P2KP merupakan dana hibah dan pinjaman yang disalurkan
daya masnusia.
ditunjuk BKM.
Indonesia membuka Rekening Khusus (RK) dalam mata uang Dollar amerika
serta warga.
prasarana dan sarana yang dimaksud disni dapat berupa pembangunan yang baru
54
Tim Persiapan P2KP Pusat, Pedoman Umum Manual Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), cet ke-2., h. 2.
(KBP), dan menumbuh-kembangkan kemitraan sinergis dengan masyarakat, agar
juga dengan tujuan membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang
penanggulangan kemiskinan.
Pada dasarnya dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes dengan
disinilah muncul kebersamaan dan kesepakatan atas dasar kepentingan yang sama.
Selain itu, pada satuan - satuan pemukiman terkonsentrasi pula berbagai kegiatan
sosial, ekonomi, dan fisik dengan kepranataan sosialnya sendiri. Oleh karenanya,
sektoral.
bagian dari sistem struktur yang lebih besar. Oleh karena itu satuan
P2KP. Namun untuk tahap pertama, lokasi sasaran P2KP dibatasi dan
55
Buku Pedoman P2KP-3. hal 40.
jembatan, jalan, perbaikan sekolah, fasilitas kesehatan, sanitasi dan lainnya yang
rumah tangga yang berkaitan dengan lingkungan permukiman dan kegiatan sosial
yang bersifat individual, misalnya beasiswa dan pelatihan untuk warga miskin.
dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif dari anggota–angotanya, dengan
batas maksimal pinjaman pertama kali bagi setiap anggota KSM adalah Rp
oleh koperasi atau UPE (Unit Pengelola Ekonomi) yang difasilitasi BKM dan
keinginan secara riil sesuai dengan kondisi obyektif yang ada dan potensi yang
56
Buku Pedoman P2KP-3. hal 41.
dan representative, belajar membuat program kemiskinan dan pembangunan
2. Pengorganisasian Masyarakat
supervisi.
orang jompo, anak yatim piatu dan lain–lainnya, yang bertujuan untuk
kelompok masyarakat miskin adalah sasaran utama P2KP, maka sebagian dana
BLM. Baik dari Pemerintah pusat, daerah, atau dari chanelling/pihak swasta yang
MISKIN KOTA
dikeluarkan Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) per maret 2006. tercatat, jumlah
penduduk miskin di Indonesia sebesar 39,05 juta jiwa atau 17,75 % dari jumlah
penduduk. Angka pengangguran terbuka sebesar 10,9 juta jiwa atau 10,3 % dari
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Dr. Ir. Sujana
sebelumnya sudah ada pada setiap Departemen dan dikerucutkan dalam payung
PNPM Mandiri untuk dapat mengorganisirkan agar lebih mudah. Sekarang, P2KP
57
Diambil dari data BPS tahun 2006
58
“Peluncuran PNPM Mandiri,” Koran Seputar Indonesia, 12 Desember 2008, h. 14.
dilaksanakan tahun 2007 dengan anggaran Rp 3,15 triliun dengan lokasi sasaran
baik berupa rupiah murni maupun pinjaman dan hibah luar negeri yang
Pinjaman Bank Dunia melalui Third Urban Poverty Project IDA-Credit, APBD
Sejak dicanangkan oleh Presiden RI, PNPM Mandiri Perkotaan atau P2KP
tahun 1999–2004, yang tersebar di wilayah Pantura Pulau Jawa, Kabupaten dan
(kecuali Kalimantan timur), Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Jawa
kecamatan dan 1726 kelurahan. Yang dilaksanakan dari tahun 2005-2011, tersebar
Barat dan Papua. Dengan jumlah PAGU dana BLM yang dimanfaatkan pada
P2KP-1 sebesar 758.250 juta dan P2KP-2 sebesar 451.000 juta.59 Sedangkan
untuk P2KP-3 total jumlah PAGU untuk dana BLM yang diserap sebesar 492.800
juta.60
Terpadu) yang merupakan salah satu komponen Program P2KP sebagai suatu
setempat (LSM, perguruan tinggi, pihak swasta, perbankan dan lain–lainya) dalam
59
Buku Info P2KP, edisi februari 2007 h. 10-12.
60
Buku Info P2KP, h. 1.
61
Pedoman Umum P2KP-3. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan
Umum. Oktober 2005 h. 44.
mengoptimalkan kemandirian dan keberlanjutan upaya penanggulangan
kemiskinan62.
berbagai pihak. Hal ini menunjukkan bahwa hanya BKM yang berdaya, yang
memiliki peluang lebih besar untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses
demikian, pelaksanaan dan capaian PAKET dapat dilihat pada kebutuhan rasa
62
Pedoman Umum P2KP-3, h. 44.
63
Pedoman Umum P2KP-3, h. 45.
sehingga dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat secara transparan.
dimanfaatkan. Dana PAKET bersifat “stimulan” sebesar 30% sampai 50% dari
berkisar antara 6 milyar rupiah. Dari jumlah tersebut, dibagi dalam 3 tahapan.
Untuk tahun pertama 1,5 milyar rupiah, tahun kedua 2 milyar rupiah, dan tahun
ketiga 2,5 milyar rupiah. Jumlah tersebut, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
semaksimal mungkin.
masyarakat berupa bantuan modal usaha berupa dana pinjaman bergulir yang
dapat diakses oleh masyarakat melalui KSM–KSM yang telah terbentuk. Dana–
dana tersebut merupakan dana hibah untuk masyarakat yang dapat terus
64
Pedoman Umum P2KP-3, h. 46-47.
Dikatakan bergulir karena dana untuk pinjaman ini terbatas. Karenanya,
dana. Jika dana belum mencukupi, KSM yang layak memperoleh pinjaman masuk
dalam daftar tunggu. Selain itu, untuk dapat menggeliatkan perekonomian BKM.
Maka dari dana yang dipinjam oleh masyarakat, dikenakan bunga sebesar 1-2%.
Kegunaan bunga tersebut, selain untuk membantu biaya operasional BKM dapat
juga untuk menambahkan modal usaha pinjaman bergulir pada masyarakat yang
memerlukan.
DI BOGOR
1. Program
yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat yang berorientasi pada kemandirian dan
berkelanjutan.
Pada dasarnya, tidak ada seorangpun didunia ini yang dilahirkan miskin
atau kaya, kedua hal itu baru timbul kemudian melalui serentetan sebab akibat.
Tidak jarang seseorang yang tinggal ditengah keluarga dilingkungan yang miskin
masalah yang sangat kompleks. Karena tidak hanya berkenaan dengan tingkat
pendapatan yang rendah tetapi juga berkenaan dengan tingkat pendidikan dan
kesehatan fisik yang rendah serta kurang mampu memberdayakan potensi sumber
daya manusia dan alam yang terdapat disekelilingnya. Oleh karena itulah, upaya
sosial dan politik, pertumbuhan penduduk yang terkendali dan lingkungan hidup
penanggulangan kemiskinan hanya dapat berjalan dengan baik dan efektif apabila
kesadaran kritis. Untuk itu, kelompok masyarakat miskin tidak boleh dipandang
65
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk rakyat Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan (Jakarta:CIDES, 1996), h. 242.
ditempatkan sebagai salah satu potensi yang sangat penting untuk diberdayakan
Salah satu wujud pembelajaran luar biasa yang dapat diambil dari kegiatan
lainnya. Semua orang bisa ikut serta dalam penanggulangan kemiskinan tanpa
membedakan jenis kelamin dan usia. Bentuk bantuan pun tidak terbatas materi,
dana. Jika dana belum mencukupi, KSM yang layak memperoleh pinjaman masuk
tinggi pembayaran kembali atau repayment rate UPK, maka semakin banyak
KSM yang terlayani dan semakin besar jumlah pinjaman yang bisa diterima.
Dari sumber–sumber pendanaan yang didapatkan, komponen–komponen
dasarnya didanai dari sumber dana Bank Dunia, yaitu berupa pendampingan tim
lokakarya yang diperuntukkan bagi pengembang kapasitas para pihak yang ada di
masuk ke rekening bersama yang dimiliki oleh BKM, yang diwakilkan oleh tiga
yang berhak melalui KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang dibentuk oleh
pinjaman dari Bank Dunia, sementara Pemerintah Indonesia (Pusat, Propinsi dan
66
Pedoman Umum P2KP-3, Hal 98
Kota/Kabupaten) mengalokasikan dana untuk Biaya Operasional Program,
melalui alokasi dana dari pemerintah pusat. Dan yang diberikan pemerintah pusat
dikembalikan lagi kepada pemerintah. Dana ini menjadi dana abadi yang harus
tetap bergulir didaerah perkotaan yang dijadikan sasaran proyek dan tidak
dialihkan untuk kepentingan lain diluar wilayah sasaran proyek dan diluar
digunakan bagi kegiatan sosial ekonomi yang produktif yang diharapkan dapat
untuk modal usaha. Dana tersebut disalurkan dari BKM melalui KSM–KSM
berupa uang sebesar Rp. 500.000,- minimal dan bisa lebih banyak untuk per orang
per kepala keluarga. Dari dana tersebut, KSM penerima manfaat/pinjaman dapat
KSM tersebut diberikan jangka waktu untuk dapat mengembalikan dana tersebut,
untuk dapat digulirkan atau dipinjamkan kembali kepada penerima manfaat yang
67
Pedoman Umum P2KP-3, Hal. 98
selama 10 bulan. Dan dengan bunga sebesar 1–2 %. Bunga ini gunanya untuk
Bunga yang didapat dari hasil pinjaman bergulir tersebut, selain untuk
dana intensif dapat juga merupakan modal bagi BKM untuk dapat menggerakan
2. Restrukturisasi
P2KP merupakan satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari PNPM
Mandiri Nasional, oleh sebab itu perngelolaan program ini juga merupakan bagian
dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri yang telah diatur sebagaimana
mestinya.
bagi keberhasilan suatu program perlu lebih disederhanakan dan atau perlu
diperbaharui, agar pola berjalannya kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai.
swasta, dan warga masyarakat luas. Semua pihak diharapkan dapat menjalankan
bila diamati kembali perlu adanya restrukturisasi untuk dapat lebih memperlancar
organisasi agar perencanaan dan kordinasi dapat berjalan lebih efektif, lancar, dan
Seperti apabila dapat kita lihat pada bagan. Pada tingkatan propinsi, satker
pada bagian tersebut. Maka dapat mengurangi beban pengendalian dan dapat
menghemat yang ada. Sebaiknya, satker non vertical PBL tersebut disatukan atau
membuang energi dan waktu. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan dilapangannya
kabupaten atau kota. Sebaiknya tetap diadakan, karena pada tingkatan tersebut
merupakan koordinasi dan difasilitasi secara langsung pada tingkatan yang paling
bawah.
pada tingkatan Kabupaten atau Kota. Hal ini agar lebih dapat menyederhanakan
birokrasi serta pengendalian dan memfasilitasi agar tidak berbelit–belit dan lebih
efisien. Serta untuk dapat lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam
dewasa minimal 30% dari jumlah penduduk. Maka sebaiknya jumlah tersebut
wanita dapat lebih peka dalam menyikapi keadaan lingkungan disekitarnya. Selain
daripada itu, perempuan bisa dapat lebih aktif ketimbang laki – laki karena wanita
lebih banyak memiliki waktu luang dan perempuan dapat menjadi lebih cerdas,
sehingga bisa dapat mandiri, lebih berdaya dalam mengelola rumah tangganya.
3. Kekurangan, Kelebihan, dan Tantangan
bersama untuk mensukseskan secara mutlak program ini baik dari masyarakat
level penerima bantuan maupun dari seluruh perangkat, institusi terkait adalah
tantangan dari kedua belah pihak untuk lebih meningkatkan manfaat dan hasil
cerdas.
memberikan bantuan berupa perbaikan rumah warga yang rusak atau jalan
masyarakat. Memang tidak ada yang sempurna didunia ini, namun sebagai
manusia yang tercipta sempurna, mempunyai akal budi maka kita wajib
menggunakan serta memanfaatkan anugrah Tuhan tersebut. Dalam hal ini sebagai
manusia berakal kita harus mencari titik lemah dan menemukan solusinya.
Seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Suherlan, dia mengatakan
penggunaan dana melalui BKM dan KSM. Yang sebenarnya telah diberikan
memberikan gambaran dalam sebuah kuitansi kosong yang diberikan kepada para
penerima manfaat. Walaupun tidak dapat dipungkiri lagi, dia sebagai penerima
manfaat mengatakan, :
berupa renovasi rumah. Dia juga mendapatkan pinjaman untuk modal usaha untuk
Rp. 550.000,- itu juga masih dikurangi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
68
Wawancara dengan Bapak Suherlan, penerima manfaat/bantuan P2KP, Bogor, tanggal 7
Februari 2009.
hari. Tetapi, setelah mendapat bantuan dari P2KP. Dia mendapatkan penghasilan
“Waktu saya menerima bantuan dari P2KP ini, saya hanya tau terima beres
saja. Saya dikasih tahu bantuan yang saya terima dengan anggaran dana Rp
3.800.000,- saya hanya menerima berupa bahan–bahan bangunan saja. Dan tidak
diberitahukan secara terperinci berapa jumlah barang yang telah saya dapatkan.”69
masyarakat oleh BKM dan KSM. Ini merupakan masalah yang tidak dapat
yang seharusnya dapat berpihak dan tidak mengurangi jatah terhadap hak setiap
masyarakat miskin.
Tidak hanya terdapat kekurangan saja, tetapi ada segi positif dan kelebihan
yang dilontarkan oleh masyarakat untuk program ini. Seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Sulaiman (53 tahun), dia merasa bersyukur telah mendapatkan
“Saya sangat bersyukur, selama saya tinggal disini, baru kali ini rumah
yang telah saya tinggali selama ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dulu
hanyalah berupa bilik, sekarang sudah batako/ditembok. Saya juga, sekarang
sudah tidak kuatir lagi apabila ada angin kencang dan hujan.”70
69
Wawancara dengan Bapak Surya, penerima manfaat/bantuan P2KP, Bogor, tanggal 7
Februari 2009.
70
Wawancara dengan Bapak Sulaiman, penerima manfaat/bantuan P2KP, Bogor, tanggal
7 Februari 2009.
Dalam bidang peningkatan ekonomi juga diungkapkan oleh warga
usaha untuk mengembangkan usaha. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ari (32
tahun), dia sangat terbantu sekali dalam membesarkan usaha warung dirumahnya.
“Sejak tahu bahwa ada bantuan dana untuk modal usaha, kemudian saya
mencari tahu bagaimana mendapatkan modal tersebut. Lalu setelah tahu, bahwa
P2KP juga ada kegiatan ekonomi. Maka ketika ada rembug masyarakat untuk
mendapatkan pinjaman, saya beserta beberapa ibu diajak untuk membuat KSM.
Dan alhamdulillah, dengan terbentuknya KSM itu. Saya bisa mendapatkan
bantuan modal.”71
sehari-hari. Ini bisa dilihat pada tabel diatas dari penghasilan dia sebelum
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masih kurang mencukupi, maka pada saat
untuk membuka usaha warung. Ia sendiri memiliki 1 anak yang masih berumur 4
71
Wawancara dengan Ibu Ari, penerima manfaat/bantuan P2KP, Bogor, tanggal 7
Februari 2009.
tahun. Selain itu, untuk pembiayaan pendidikan maupun kesehatan. Setelah
masuknya program P2KP ini, dia merasakan relatif lebih mudah dari sebelumnya.
disalurkan melalui desa atau kelurahan hanya bisa bertahan seumur jagung (tidak
kemiskinan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, baik uang datang dari
Petani Kecil (P4K), Program dalam Mengatasi Dampak krisis Ekonomi (PDM-
DKE), dan sebagainya, yang dinilai belum memberikan hasil yang optimal.
Situasi masyarakat kita bukan untuk diratapi, melainkan untuk dicari jalan
keluarnya. Untuk keluar dari himpitan masalah ini diperlukan perjuangan yang
gigih dan besar dari setiap komponen masyarakat. Setiap masyarakat dituntut
72
Media Partifasif, “Media Informasi Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan,”
Direktorat Perumahan, No. 06-Th. 11, Edisi Juli 2001
untuk bekerja keras agar keluar dari himpitan ekonomi yang mencukupi
kebutuhan hidup sehari–hari. Karena itulah salah satu konsep strategi dalam P2KP
vis..
Salah satu responden bernama Ibu Ari (32 tahun) yang bekerja sebagai
pedagang warung, dia mengetahui tentang P2KP dari Ketua RT, bahwasanya dia
mendapatkan modal usaha. Dia juga mengucapkan rasa terima kasih sekali kepada
P2KP yang telah membantu dalam merenovasi rumahnya. Karena selama dia
tinggal dirumah itu selama 40 tahun, baru kali ini mendapatkan bantuan dalam
“Ya saya tau, itu bantuan dari pemerintah yang juga saya lihat di TV. Dan
saya sangat terbantu dengan adanya program ini, tadinya rumah saya genteng dan
langit - langitnya bocor, dinding retak. Setelah mendapatkan bantuan, rumah saya
menjadi lebih baik dan tidak bocor lagi. Sedangkan bantuannya, saya hanya
terima beres saja. Karena semua itu dikerjakan oleh P2KP.73
73
Wawancara dengan Ibu Ari.
Bantuan P2KP tidak hanya renovasi rumah tinggal, tetapi ada juga bantuan
dan SMP, dan sebagainya. Serta bantuan modal usaha untuk pembangunan
ekonomi masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Surya (43 tahun) yang pekerjaannya
sehari–hari sebagai buruh. Tetapi disamping itu dia membuka usaha kecil–kecilan
berupa warung jajanan didepan rumahnya. Itupun dia menyewa tempat tersebut
kemungkinan dia ingin sekali mendapatkan bantuan modal usaha dari P2KP untuk
“Saya mengetahui adanya bantuan modal dari P2KP dari tetangga dan
pengurus. Tetapi saya belum pernah mendapatkan bantuan untuk modal ekonomi
tersebut. Saya berharap apabila bantuan untuk modal usaha ada, saya ingin
meminjamnya untuk menambah modal usaha saya.”74
mendapatkan bantuan berupa kredit modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan
tetap abadi dimasyarakat dengan syarat harus terus digulirkan oleh masyarakat
sendiri didalam prinsip dasar P2KP. Maka, masyarakat dapat membangun suatu
mereka tinggal. Masyarakat dapat mengetahui seluk beluk latar belakang masalah
74
Wawancara dengan Bapak Surya.
kemiskinan yang terdapat disekitarnya untuk dapat mereka atasi dengan
sendirinya.
P2KP ini kurang dirasakan manfaatnya. seperti yang diungkapkan oleh ibu
Nurhati (41 tahun) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dia menginginkan
bantuan yang didapat berupa bantuan sekolah untuk anaknya, BLT, dan juga
“Saya ya...yang merasa, merasa. Tapi yang gak ya gak. Soalnya saya
belum pernah dapet, dan bantuan kesejahteraan juga belum dapet. Kalo
manfaatnya si…ada, tapi saya belum pernah dapet. Bagaimana yah.. Soalnya
belum pernah dapet bantuan BOS, Program Keluarga Harapan..”75
yang mudah. Dimana, masyarakat yang telah terbiasa menerima bantuan akan
selalu dan terus tergantung oleh pemberi bantuan. Maka, didalam P2KP ini.
Oleh sebab itu, masalah kemiskinan yang disebabkan baik oleh ekonomi
maupun lainnya, masyarakat miskin diajak ikut untuk berperan aktif dalam
75
Wawancara dengan Ibu Nurhati, penerima manfaat/bantuan P2KP, Bogor, tanggal 7
Februari 2009.
D. TINJAUAN TENTANG P2KP DARI PERSPEKTIF ISLAM
struktur. “Mereka itu sebenarnya bukan orang miskin, tetapi dibuat miskin oleh
dari statu usa pemiskinan. Pemiskinan suatu usaha untuk menciptakan jurang
yang lebar antara yang kaya dengan yang miskin. Yang kaya semakin kaya, yang
miskin semakin miskin. Lebih jauh lagi, kemiskinan struktural adalah kemiskinan
yang timbul dari adanya korelasi struktur yang timpang, yang timbul dari tiadanya
suatu hubungan yang simetris dan sebangun yang menempatkan manusia sebagai
obyek. Kemiskinan struktural timbul karena adanya hegemoni dan justru karena
Kemiskinan boleh jadi sudah disepakati sebagai masalah sosial, tetapi apa
yang dipergunakannya. Orang menjadi miskin, karena ia tidak mau bekerja keras,
boros, tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta, fatalitas, tidak
76
Sri-Edi Swasono, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan : Dari Cendikiawan kita tentang
Islam, h. 23-24.
melaksanakan P2KP adalah ; jujur, dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, adil,
P2KP sudah sangatlah baik. Dimana menganut kebutuhan hak dasar didalam
kontemporer, berpendapat :
Dapat kita lihat dari kalimat diatas, bahwasanya Islam itu tidaklah
begitu saja menderita atau miskin. Maka, kita sebagai sesama saudara muslim,
77
M. Quraish Shihab, “Wawasan Al-qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat.”
harus dan wajib membantu untuk dapat meringankan beban kehidupan saudara
Artinya : ...Kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat–
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang–orang miskin, musafir (yang memperlukan
pertolongan) dan orang–orang yang meminta–minta, dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat .(QS.Al-Baqarah: 177)
diberi kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Menganut
dukungan dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Tidaklah mudah
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Malas bekerja,
setempat.
serta upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan maka peran P2KP dalam
mendapatkan respon yang cukup baik. Selain tidak sulitnya untuk menerima
tepat sasaran. Hanya saja dalam memberikan bantuan, sebaiknya pihak BKM
lebih transparan kepada KSM atau penerima manfaat dan diketahui oleh
masyarakat banyak. Agar tidak terdapat penilaian buruk di masyarakat dan juga
untuk menjegah terjadinya KKN. Selain itu, agar masyarakat mengetahui bahwa
bantuan yang mereka dapat itu datangnya darimana dan jumlah yang disalurkan
B. SARAN – SARAN
Dalam penelitian ini, banyak hal yang telah peneliti temukan, Namun kita
sebagai manusia biasa yang tidak pernah merasa puas dan memiliki keterbatasan
serta jauh dari kesempurnaan, maka saya ingin memberikan sedikit masukkan
serta saran untuk P2KP ini, khususnya di kota bogor. Hal ini bertujuan untuk
ini, adalah merupakan hasil sharing dan pembelajaran di masyarakat dengan para
penyelewengan.
2. Pada tingkatan manajemen dan pemerintah, baik dari konsultan maupun dari
Karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk solidaritas dan kepedulian
Yusuf, Ali. Menggagas fiqih sosial : dari soal lingkungan hidup, asuransi
hingga ukhuwah, cet ke-III. Bandung:Mizan, 1995.
1. Identitas Informan
a. Nama : Ibu Ari
b. Usia : 32 Tahun
c. Pekerjaan : Dagang
d. Pendidikan : SLTP
2. Pertanyaan Wawancara
Jawab : Pernah denger, yang di TV itu yang untuk ngebantu rakyat miskin
ya. Dari TV, ada dari pak RT.
Jawab : Sangat terbantu ya. Soalnya bangunan saya ini, sudah 40 tahun.
Baru bisa dibenerin, soalnya kalo mau benerin sendiri ya. Kayanya sampe
sekarang juga belum mampu. Suami saya kerjanya serabutan, saya juga
cuma dagang gini. Soalnya waktu kita beli, ini rumah sudah bangunan tua.
Banyak yang dirombaklah. Jadi ini yang dirombak, atasnya aja. Balok–
baloknya uda keropos, terus itunya juga kalo kita mau benerin genteng.
Kita naik juga paur, jadinya teh kalo ujan ya kita biarin aja, kita tadahin
aja. Soalnya kalo mau keinjek, takut entar jadi nambah ini. Jadi, kaya
dikasih ini, bener–bener ya alhamdulillah. Bersyukur gitu. Sangat
membantu saya dan keluarga. Selain itu, saya juga mendapatkan bantuan
modal usaha sebelum bantuan yang ini. Alhamdulillah, modalnya untuk
membuka warung ini.
3. Apakah Ibu merasakan manfaat dari kegiatan ini ?
Jawab : Pokoknya dibangun aja, jadi kita itu terima beres aja. Palingan kita
cuma nyuguhin aja buat pekerjanya itu. Pokoknya, tahu beres aja.
bantuan ini?
6. Menurut Ibu, ada apa tidak, kekurangan dan kelebihannya dalam program
ini?
Jawab : Kalo menurut saya ya, ya enggak ya. Kayanya ga semuanya itu
kan ini kan bantuan dari pemerinah yang berupa barang. Soalnya kalo ini
menerima bantuan semua, kan malu kalo dibantu terus. Anak saya tiga ini
juga dapet bantuan dari pemerintah.
Jawab : Yah kalo harapan saya mah mudah-mudahan program ini jadi
lebih baik lagi. Kalo bisa mah, kan banyak yang kaya saya tapi saya masih
mending keadaan ekonominya, kalo bisa diteruskan aja kan masih banyak
yang membutuhkan.
Wassalam
Ari
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Informan
a. Nama : Bapak Sulaiman
b. Usia : 53 Tahun
c. Pekerjaan : Buruh Listrik
d. Pendidikan : SLTP
2. Pertanyaan Wawancara
Jawab : Tau dari pengurus RW aja sini. Kurang tau juga sih saya
singkatannya, program itu kan bantuannya, di TV pernah liat.
Jawab : Hanya bentuk barang–barang bangunan dan itu juga dikerjakan oleh
pekerjanya.
Wassalam
Sulaiman
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Informan
a. Nama : Bapak Suherlan
b. Usia : 35 Tahun
c. Pekerjaan : Pengangguran
d. Pendidikan : SLTP
2. Pertanyaan Wawancara
Jawab : Sebelumnya tahu, ada, denger–denger dapet dari P2KP pada waktu
periode 2007, gelombang kedua, saya ikut kerja membantu membangun
rumah, jadi tau gitu lah.
Jawab : Ya gimana ya... Merasa terbantu juga sih... sebelumnya saya juga uda
menerima bantuan berupa modal usaha. tapi sampe saat ini, saya masih ada
tunggakan. kalo untuk renovasi rumah, alhamdulillah sudah beres. meskipun
tidak semuanya.
Jawab : Kalo jumlahnya, kalo untuk renovasi rumah?? kalo tidak salah Rp.
4.000.000,- tapi, katanya ada potongan buat administrasi Rp. 200.000,- Kalo
bentuknya ya... berupa barang-barang buat bangunan seperti, semen batako,
pasir, triplek, kaso.
5. Apa hambatan yang Bapak rasakan dalam memperoleh bantuan ini?
Jawab : Ada si kesulitannya, cuma ini aja belum beres, masih kurang ajah.
6. Apa kekurangannya?
Jawab : Kurang transparannya dana. Dari terima barang, kita ga ada yang tahu
kurang dari bon belanjaannya. Ini bantuankan dari kelurahan terus ke BKM ke
faskel dari faskel ke penerima manfaat, yah kekurangannya itu aja lah. Kurang
terbuka soal dana.
Wassalam
Suherlan
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Informan
a. Nama : Bapak Surya
b. Usia : 43 Tahun
c. Pekerjaan : Buruh
d. Pendidikan : SD
2. Pertanyaan Wawancara
Jawab : Sebelumnya gag tau sih, iya, ada bedah rumah itu. Ini ajah tahunya
dari pengurus, juga dari pengurus RT.
Jawab : Ya merasa.
Jawab : Ya merasakan.
Jawab : kalo jumlahnya, kalo tidak salah Rp. 3.800.000,- Berupa barang
bangunan rumah, barang seperti triplek, senk, kayu.
Jawab : Ya tidak juga sih. Soalnya hanya seperti ini saja bantuannya. tidak
semuanya dibenerin. hanya atasnya aja rumah saya.
Wassalam
Surya
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Informan
a. Nama : Ibu Nurhati
b. Usia : 40 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SD
2. Pertanyaan Wawancara
Jawab : Tahu sering aja liat yang apa teh namanya rapat-rapat di madrasah.
Jawab : Ya... yang merasa, merasa. Tapi yang gak ya gak. Saya belum pernah
dapet, dan bantuan kesejahteraan juga belum dapet.
Jawab : Gak ada, P2KP ini dari pemerintah kan. Nah saya dapet dana
pembetulan rumah ini juga dari P2KP.
Jawab : Gak ada kesulitan sih, cuma lama aja pengajuannya dari agustus 2007
baru terima tahun 2008.
6. Apa kekurangannya?
Jawab : Gak ada sih, kalo kekurangan si ada, gak sempurna, gitu aja,
maksudnya gak dapet semua cuman ini ajah. Udah ajah sebelahnya juga ke
rehab tapi yang sebelah lagi itu belum di rehab. Pas-pasan ajah.
Jawab : bagaimana yah.. kalo saya sih ga juga. Soalnya belum pernah dapet
bantuan BOS, Program Keluarga Harapan, beasiswa buat anak saya..
Wassalam
Nurhati