Dosen Pembimbing :
Karsidik, SE.,MM
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”Manusia Dan Pandangan
Hidup” dan dilanjutkan dengan “Kesetaraan Gender” . Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar .
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya
pribadi, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................1&18
B. Rumusan Masalah........................................................................1&18
C. Tujuan..........................................................................................1&18
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembahasan 1.................................................................................3-12
Manusia dan Pandangan Hidup......................................................3-12
B. Pembahasan II...............................................................................16-28
Kesetaraan Gender.......................................................................16-28
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................32-33
B. Saran...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34
BAB 1
PENDAHULUAN I
Dalam hidip ini, pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk
kehidupan sekarang maupun akan datang. Pandangan hidup merupakan bagian hidup
manusia, karena tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup merkipun
tingkahnya berbeda-beda.
Menurut Koendjaraningrat, pandangan hidup adalah nilai-nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para individu dan
golongan di dalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan
sikap hidup, semuanya itu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan.
Dalam hidup ini kita sangat membutuhkan pandangan hidup, karena
pandangan hidup akan mengacu kita pada kehidupan yang lebih baik dan
memotifikasi kita untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
(ISBD)
2. Memberi pengetahuan dasar kepada para mahasiswa mengenai masalah
manusia dan pandangan hidup
3. Mahasiwa dapat mengetahui pentingnya pandangan hidup
4. Mahasiswa dapat menyebutkan manfaat pandangan hidup
BAB II
PEMBAHASAN I
A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
c. Ideologi
Menurut William J. Goode, dalam bukunya Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi
mengandung dua hal. Yaitu:
1) Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan.
2) Pembenaran intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan
petunjuk hidup sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu:
a) Pandangan hidup (world view)
b) Nilai-nilai (value)
c) Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari
ideologi. Kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan
mengapa (why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat
mengepresikan hasil kebudayaan untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan
ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawap pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi
sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan pada awal ke-20 banyak orang berfikir bahwa ilmu
pengetahuandapat menggantikan semua kedudukan ideologi (termasuk pandangan hidup) dan
merupakan pelengkap terakhir dari keterbatasab pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa
sains modern telah memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap
mengambil sejumlah kemudahan dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun
sains tidak dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal yang
berdasar tentang realitas.
Dalam ideologi tindak hanya ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai.
Hanya yang penting ialah nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup. Pandangan
hidup merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk
nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup memberi semangat
kepada nilai-nilai.
Dari uraian diatas, nampak pada kita bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan
hidup. Ideologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi digunakan dalam
konteks yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi masyarakat atau ideologi kelompok
tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi dapat disusun secara sadar oleh tokoh-tokoh pemikir
suatu masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat, yang diperuntukan bagi
masyarakat.
B. MAKNA CITA-CITA
Cita-cita adalah suatu keiginan yang terkandung didalam hati, karena itu cita-cita juga
berarti angan-angan, keiginan, harapan, atau tujuan.
Cita-cita tidak dapat dipaksakan dari kehidupan manusia, karena tanpa cita-cita berarti
manusia tanpa dinamika. Tidak ada dinamika berarti tidak ada kemajuan dan hidup asal
hidup saja. Itu sebabnya sikap hidup hanya menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak
hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan dan sikap hidup seseorang. Cita-cita sering
lkali berupa perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang tidak ada dalam hati. Cita-
cita diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan, keinginan ada
yang baik dan ada yang buruk, keinginan yang baik adalah keinginan yang dicapai dengan
tidak merugikan orang lain. Keinginan buruk adalah keinginan yang dapat merugikan orang
lain.
Cita-cita berarti harapan, keinginan, dan tujuan. Contoh cata-cita yang berarti harapan.
Misalnya, Adi mendapat nilai C bukan main kecewanya, ia mengharapkan nilai A, sebab
pesiapan untuk final yang dilaksanakannya cukup lama dan ia merasa telah menguasai benar-
benar materi yang diujikan.
Cita-cita yang berarti keinginan. Maya ingin sekali melanjutkan studinya UGM. Ia
mendaftar dan mengikuti testing masuk perguruan tinggi. Ternyata tidak lulus sehingga ia
tidak dapat melanjutkan studinya di UGM.
Contoh cita-cita tang berarti tujuan, Nana bertujuan setamat SMA akan melanjutkan
sekolahnya di Jakarta, ikut pamannya. Ternyata tamat SMA, pamannya dipindah tugaskan
keluar jawa. Hal itu menyebabkan Nana tidak jadi melanjutkan sekolahnya di Jakarta.
Ada tiga katagori keadaan hati seseorang.
a. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak
menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang
berarti keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
b. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-cita menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu, karena itu biarpun lambat ia
akan berhasil juga mencapai cita-cita.
c. Orang yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi bila menghadapi kesulitan
cepat-cepat ia berganti haluan atau berganti keinginan.
C. MAKNA KEBAJIKAN
Kebajikan dapat diartikan kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan. Manusia berbuat kebaikan karena
menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dengan kesucian
jiwanya itu mendorong hati nuraninya untuk berbuat kebaikan. “sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”. (Q. S AN-Nahl = 90).
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua
unsur itu terpisah bila manusia meninggal. Karena pribadi merupakan, manusia mempunyai
pendapai sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling tolong menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membanci, saling merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk tuhan, diciptakan manusia dapat berkembang karena Tuhan. Untuk
itu manusia di lengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam sekitarnya seperti
tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi yaitu:
a. Manusia sebagai pribadi; dapat menentukan baik buruk. Yang menentukan baik buruk itu
adalah suara hati. Suara hati bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak.
Jadi, suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah
memilih yang baik, namun manusia sering kali tidak mau mendengarkannya.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat; yang menentukan baik buruk adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat
menganggap baik.
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Kebajikan berasal dari dua sumber yaitu:
a. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini (Q. S AL-Baqarah: 30)
b. Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada
Tuhan, mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya, tetapi bagi
orang yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga,
manusia hanya sebagai perantaraannya saja.
Kebajikan dapat dikelompokkan dalam tiga, yaiu:
a. Kebajikan yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW
merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b. Kebajikan yang berupa benda-benda, misalnya harta kekayaan, bila tidak diamalkan maka
harta tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila diamalkan harta demikian berfungsi
untuk sosial.
c. Kebajikan yang berupa benda yang tak berwujud, misalnya ilmu pengetahuan, kemampuan
dan keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah mengatakan bahwa. “Ilmu yang tidak di amalkan ibarat pohon yang tidak
berbuah”. Tetapi ilmu yang diamalkan memiliki makna kebajikan dan keutamaan yang dalam
sekali. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa yang di kehendaki baik oleh Allah
maka ia di pintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal
itu”. (H. R Bukhari, Muslim, Tabrani).
Hadits diatas menjelaskan bahwa betapa tinggi nilai ilmu pengetahuan itu sehingga
dipersamakan seiring dengan derajat kenabian, betapa pula rendahnya suatu amalan yang
sunyi dari ilmu pengetahuan, sekalipun yang beramal ibadat itu tentunya tidak terlepas dari
pengetahuan cara ibadat yang senantiasa di kekalkan mengerjakannya, maka jika tanpa
pengetahuan cara peribadatannya pastilah bukan ibadat namanya.
Contoh seperli wasiat Luqman kepada anaknya: “Hai anak ku, pergaulilah para alim
ulama dan rapatilah mereka itu dengan kedua lutut mu, sebab sesungguhnya Allah SWT
menghidupkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan
hujan lebat dari langit”.
Hidup adalah kegelapan
Jika tanpa hasrat dan keinginan
Hasrat adalah butang
Jika tanpa pengetahuan
Dan pengetahuan adalah hampa
Jika tidak diikuti pelajaran
Semua pelajaran akan sia-sia
Jika tidak disertai cinta
(KAHLIL GIBRAN)
D. KEPERCAYAAN/ KEYAKINAN
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan ceramah pada perantaran pengajar Ilmu
Budaya Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut beliau ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada
Tuhan, natur itulah yang tinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-
hukumnya, secara mutlak di kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu
menguasai alam ini karena manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana
tapi yang menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama.
Ajaran agama ada dua yaitu:
Ajaran agama yang dogmatis yaitu yang di sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap
dan tidak berubah
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya
relatif (terbatas) dan berubah sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan
manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup yang dilandasi oleh ajaran-ajaran
agama, manusia yakin bahwa kebajikan itu di ridhai oleh Tuhan. Pandangan hidup yang
dilandasi bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut
pandangan hidup keagamaan (religius), sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya
Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan pandangan
hidup yang dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu kebajikan natur dan
pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan hidup komunisme.
b. Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia mengutamakan akal, dengan akal
manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun mungkin
bertentangan dengan hati nurani . akal berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang
berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan hidup, maka keyahinan manusia itu
bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu dilandasi oleh keyakinan, kebenaran yang
diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya
dapat diperoleh dengan akal.
c. Aliran Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan
yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal
adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai
dengan akal, baik sebagai logika berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar
menurut logika berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir tidak ditekankan
pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir kolektef (masyarakat) pandangan
hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam arti baik sebagai logika berfikir maupun
sebagai daya rasa, logika berfikir secara individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini
disebut sosialisme religius. Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan
hidup sosialisme menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menekan pada logika berfikir kolektif dan individual. Pandangan hidup
sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius
mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan hati nurani.
BAB I
PENDAHULUAN II
A. Latar Belakang
Gender, merupakan istilah yang baru dalam islam, karena sesungguhnya gender
sendiri merupakan suatu istilah yang muncul di barat pada sekitar ± tahun 1980. Digunakan
pertama kali pada sekelompok ilmuan wanita yang juga membahas tentang peran wanita saat
itu. Islam sendiri tidak mengenal istilah gender, karena dalam islam tidak membedakan
kedudukan seseorang berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias gender dalam islam. Islam
mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama dan kemuliaan yang sama.
Hal itu sesuai dengan mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang kami dapat, yang
kemudian kami diskusikan sekelompok dengan menggali beberapa pengetahuan dari berbagai
referensi yang mendukung dan berkaitan hal tersebut, “Gender Dalam Islam”, dari tema
tersebut kemudian muncul judul makalah yang berjudulkan “Tantangan Keadilan Gender
Dalam Islam”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dijadikan ukuran dalam makalah ini antar lain sebagai berikut
:
1. Apa pengertian gender?
2. Apa konsep-konsep gender?
3. Meliputi apa saja permasalahan gender?
4. Seperti apa ketidakadilan gender itu?
5. Apakah gender dalam islam itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian gender dalam berbagai aspek.
2. Untuk mengetahui konsep- konsep gender.
3. Mengetahui segala permasalahan yang bekaitan dengan gender.
4. Mencari kebenaran tentang keadilan dalam gender.
5. Memperluas pengetahuan gender dalam pandangan islam
BAB II
PEMBAHASAN II
A. Pengertian Gender
Secara etimologis, gender itu berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis
atau tipe (androsexo, Google.com). Sedang dalam Kamus Bahasa Inggris dan Indonesia
mempunyai arti “jenis kelamin” (kamus kontemporer, 2001:186), Sedang dalam kamus
Bahasa Arab kata yang di artikan sebagai gender sendiri mengalami banyak
perdebatan/penolakan dikalangan cendekiawan ataupun ulama’ islam sendiri, karena
sesungguhnya kata tersebut bukanlah berasal dari akar kata bahasa Arab, melainkan berasal
dari bahasa Yunani (Androsexo, Google.com).
Sedangakan secara terminologis gender artinya suatu konsep, rancangan atau nilai
yang mengacu pada sistem hubungan sosial yang membedakan fungsi serta peran perempuan
dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat, yang oleh masyarakat kemudian
dibakukan menjadi budaya dan seakan tidak lagi bisa ditawar, ini yang tepat bagi laki-laki
dan itu yang tepat bagi perempuan. Dan kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, gender adalah nilai yang
dikonstruksi oleh masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan
mutlak dan tidak bisa lagi diganti. Menurut Women’s Studies Encyclopedia dalam buku Din
Al-Islam, gender berarti suatu konsep kultur yang berupaya membuat perbedaan dalam hal
pesan, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyararakat (Vita Fitria, 2008:160).
Gender diartikan pula sebagai perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara
laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan jaman (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
Dalam pandangan lain, gender diartikan sebagai himpunan luas karakteristik yang
terlihat untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan, membentang dari seks biologis,
pada manusia, peran sosial seseorang atau identitas gender.
Gender itu sendiri merupakan kajian perilaku atau pembagian peran antara laki-laki
dan perempuan yang sudah dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu.
Tidak hanya itu, bahkan lembaga pendidikan yang ada dengan sengaja atau tanpa sengaja
memberikan peran (perilaku) yang sehingga membuat kita berpikir bahwa memang
demikianlah adanya peran-peran yang harus kita jalankan, dan seakan-akan kita
menganggapnya sebagai kodrat.
Contohnya di sekolah dasar, yang mana dalam buku bacaan pelajaran juga
digambarkan peran-peran jenis kelamin, seperti “Bapak membaca koran, sementara Ibu
memasak di dapur”. Peran-peran hasil bentukan sosial-budaya inilah yang disebut dengan
peran jender. Peran yang menghubungkan pekerjaan dengan jenis kelamin. Apa yang
“pantas” dan “tidak pantas” dilakukan sebagai seorang laki-laki atau perempuan.
Dari beberapa difinisi tersebut, perlu dipahami bahwa untuk memahami konsep
gender harus di bedakan kata gender dengan kata sex. Meskipun secara etimologis
mempunyai arti yang sama yaitu jenis kelamin, namun secara konseptual, dua hal tersebut
sangatlah berbeda. Secara umun sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki
dan perempuan secara biologis, yang meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam
tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya (Vita Fitria, 2008:161).
Seks merupakan jenis kelamin biologis ciptaan Tuhan, seperti perempuan memiliki
vagina, payudara, rahim, bisa melahirkan dan menyusui sementara laki-laki memiliki jakun,
penis, dan sperma, yang sudah ada sejak dahulu kala. Sedangkan gender menyangkut
perbedaan fungsi, dan peran (Nasaruddin Umar, 2002:15).
B. Konsep-Konsep Gender
Agama mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,
keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan
alamnya. Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender
dalam masyrakat, tetapi secara teologis dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos
(manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan demikian manusia dapat
menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya khalifah sukses yang dapat mencapai
derajat abid sesungguhnya.
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
menjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam masyarakat tidak ditemukan
ayat Al-Qur’an atau hadits yang melarang kaum perempuan aktif di dalamnya. Sebaliknya
Al-Qur’an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai
profesi.
Dalam buku karangan Mansur Fakih dijelaskan, bahwa Semua hal yang dapat
dipertukarkan antara sifat atau aktifitas perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari
waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kelas ke kelas lain, itulah yang
kemudian di kenal dengan konsep gender (Vita Fitria, 2008:162).
Sebenarnya kondisi ini tidak ada salahnya. tetapi akan menjadi bermasalah ketika
peran-peran yang telah diajarkan kemudian menempatkan salah satu jenis kelamin (baik laki-
laki maupun perempuan) pada posisi yang tidak menguntungkan. Karena tidak semua laki-
laki mampu bersikap tegas dan bisa ngatur, maka laki-laki yang lembut akan dicap banci.
Sedangkan jika perempuan lebih berani dan tegas akan dicap tomboi. Tentu saja hal ini tidak
cocok dan memberikan tekanan.
Dengan demikian, keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan dan
laki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi pembangunan bangsa
dan negara. Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsip yang
memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Tuhan (kapasitasnya
sebagai hamba laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari
Tuhan sesuai dengan pengabdiannya). Dalam surat An-Nahl (16): 97;
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Dan dalam surat al-qur’an yang lain pun juga di jelaskan, diantaranya yaitu surat Al-A’raf (7):
22, 165, dan 172.
Ayat-ayat tersebut diatas mengisyaratkan tentang konsep kesetaraan dan keadilan
gender serta memberikan ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual
maupun urusan karir profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja.
Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yan sama meraih prestasi yang optimal.
Dalam Al-Qur’an sendiri sudah dijelaskan dengan tujuannya, yaitu mengharapkan
terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur’an mencakup segala segi
kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Al-
Qur’an tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna
kulit, suku bangsa, kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin.
C. Permasalahan Gender
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi persoalan sepanjang tidak memunculkan
ketidakadilan, namun perlu diperhatikan juga mengenai terjadinya ketidakadilan gender (Vita
Fitria, 2008:162).
Ketidakadilan gender atau diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya sistem
(struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi
korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak,
walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Ketidakadilan atau diskriminasi gender sering terjadi dalam keluarga dan masyarakat
serta di tempat kerja dalam berbagai bentuk, diantaranya yaitu:
1. Stereotip/Citra Baku
Yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang seringkali bersifat negatif dan
pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Misalnya, karena perempuan
dianggap ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai sekretaris, guru Taman
Kanak-kanak; kaum perempuan ramah dianggap genit; kaum laki-laki ramah dianggap
perayu (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
Sementara itu dalam buku lain diumpamakan stereotipe yang berawal dari asumsi
bahwa perempuan bersolek adalah untuk memancing perhatian laki-laki. Dalam buku
karangan Mansur Fakih dikatakan bahwa setiap ada kasus pelecehan seksual atau
pemerkosaan selalu di kaitkan dengan stereotipe ini, yang berakbat, perempuanlah yang
disalahkan oleh masyarakat (Vita Fitria, 2008:163).
2. Subordinasi/Penomorduaan
Yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau
dinomorduakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Contoh: Sejak dulu,
perempuan mengurus pekerjaan domestik sehingga perempuan dianggap sebagai “orang
rumah” atau “teman yang ada di belakang” (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
3. Marginalisasi/Peminggiran
Adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari
arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, perkembangan teknologi
menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh
mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh lakilaki (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
4. Beban Ganda/Double Burden
Yaitu suatu perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan
bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Mengapa Beban
Ganda bisa terjadi? Berbagai observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan
hampir 90 persen dari pekerjaan dalam rumah tangga. Karena itu, bagi perempuan yang
bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus
mengerjakan pekerjaan domestic (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
Dalam buku karangan Mansur Fakih dikatakan bahwa kaitanya ini belum terfikirkan
bagaimana bila perempuan bekerja, otomatis beban kerja akan semakin berat, dan ahirnya ada
pelimpahan kerja domestic worker (pekerja rumah tangga) yang mayoritas adalah kaum
perempuan juga (Vita Fitria, 2008:164).
5. Kekerasan/Violence
Yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang, sehingga kekerasan
tersebut tidak hanya menyangkut fisik (perkosaan, pemukulan), tetapi juga nonfisik
(pelecehan seksual, ancaman, paksaan, yang bisa terjadi di rumah tangga, tempat kerja,
tempat-tempat umum (Sri Sundari Sasongko, 2009:7).
Yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
3) Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, dijelaskan dalam surat Al-
A’raf, (7):23;
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi.
4) Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling
membutuhkan, dijelaskan dalam surat Al-Baqarah, (2):187;
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa
yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.
Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
e. Perempuan dan Laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi, peluang untuk meraih
prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara
khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: QS. Ali Imran, (3):195, QS. An-Nisa, (4):124, QS. An-
Nahl, (16):97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun karier
profesional, tidak mesti didominasi oleh satu jenis kelamin saja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN DARI PEMBAHASAN I
1. Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para indifidu dan golongan dalam masyarakat.
2. Pandangan hidup merupakan pandangan hidup manusia, tidak ada seorang pun yang hidup
tanpa pandangan hidup walaupun tingkatnya berbeda-beda.
3. Pandanga hidup dapat dikelompokkan kedalam tiga, yaitu:
a. Pandangan hidup yang bersumber dari agama(pandangan hidup muslim)
b. Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi
c. Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang
4. Menurut William ideologimengandung dua hal, yaitu:
a. Unsur-unsur filsafah yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar
untuk kegiatan
b. Pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma
5. Suatu ideologi masyarakat terdiri dari tiga unsur, yaitu:
a. Pandangan hidup
b. Nilai-nilai
c. Norma-norma
6. Menurut Prof. Dr. Harun Nasition ada tiga aliran filsafat, yaitu:
a. Aliran naturalisme
b. Alitan intelektualisme
c. Aliran gabungan
7. Sikap hidup adalah keadaan hati seseorang dalam menghadapi hidup, sikap itu bisa positif
jan juga bisa negatif, apatis atau sikap optimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga
lingkungannya.
B. SARAN
Pada kehidupan masyarakat sekarang ini kerap terjadi tindak bias gender, sehingga
kelompok kami berharap tindak ketidakadilan gender atau yang lebih tepat disebut dengan
bias gender itu di hilangkan, karena secara langsung maupun tidak langsung itu akan
berdampak pada lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan juga lingkungan
pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://alifializanawarti.blogspot.com/2012/06/makalah-gender-dalam-islam.html