Anda di halaman 1dari 17

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar


Dosen Pengampu: Wan Zulkarnain, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:
Guido Nainggolan (200308039)
Iin Yolanda Cibro (200308040)
Josephus Pius Datubara (200308041)
Khairunnisa Mahirah (200308042)
Paskalis Fautesionil Dakhi (200308046)
Priya Mohanisyah Putri (200308047)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manusia dan Pandangan Hidup tepat waktu.
Makalah Manusia dan Pandangan Hidup disusun guna memenuhi tugas Bapak Wan
Zulkarnain ,S.sos, M.SI pada matakuliah Ilmu Budaya Dasar di Universitas Sumatra Utara.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang manusia dan segala aspek yang membedakan keberagaman serta keterkaitan
pandangan hidup dalam siklus kehidupan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya Bapak Wan Zulkarnain S.Sos,
M.Si selaku dosen matakuliah ilmu budaya dasar. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 22 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
I.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PERMASALAHAN.....................................................................................................3
II.1 Ringkasan Materi...........................................................................................................3
II.1.1. Manusia..................................................................................................................3
II.1.2. Pandangan Hidup....................................................................................................5
II.1.3. Cita-Cita.................................................................................................................5
II.1.4. Kebajikan................................................................................................................6
II.1.5. Usaha/ Perjuangan..................................................................................................7
II.1.6. Keyakinan/Kepercayaan.........................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................9
III.1 Hubungan Pandangan Hidup dengan Kehidupan Manusia..........................................9
III.2 Hal Apa yang Harus Dilakukan Manusia untuk Meraih Cita-Cita...............................9
III.3 Berpandang Hidup yang Baik.....................................................................................10
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
IV.1 Kesimpulan..................................................................................................................12
IV.2 Saran............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu hasil pemikiran
manusia yang didasarkan sesuai pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda beda dan tidak terlepas dari masalah
nilai dalam kehidupan manusia. Pandangan terhadap hidup ini dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh
pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan
gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya.
Pandangan hidup juga tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan
hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup
manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang
atau masyarakat.
Manusia juga adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Tuntutan hidup manusia lebih daripada
tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir lebih maju untuk
memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun
rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap
hidup. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat
pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu
Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai
proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya.Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia?
2. Apa yang harus dilakukan manusia untuk meraih cita-cita?
3. Apa saja langkah - langkah berpandangan hidup yang baik?

1
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia.
2. Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan manusia untuk meraih cita-cita.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah berpandangan hidup yang baik.

2
BAB II PERMASALAHAN

II.1 Ringkasan Materi


II.1.1. Manusia
Terdapat banyak definisi menurut para ahli ternama tentang manusia namun
pengertiannya definisi manusia itu sendiri bisa pahami secara bahasa bahwa manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok
(genus) atau seorang individu. Manusia juga dapat diartikan berbeda-beda baik menurut sudut
pandang biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, sebagai makhluk sosial.

1. Menurut Pandang Biologis


Manusia bila dilihat dari sisi biologis ialah manusia dalam klasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Menurut pola pemikiran ini,
manusia dan kemampuan kreatifnya dikaji dari struktur fisiologisnya. Salah satu tokoh dalam
pola ini adalah Portmann yang berpendapat bahwa kehidupan manusia merupakan sesuatu
yang bersifat sui generis meskipun terdapat kesamaan-kesamaan tertentu dengan kehidupan
hewan atau binatang. Dia menekankan aktivitas manusia yang khas, yakni bahasanya, posisi
vertikal tubuhnya, dan ritme pertumbuhannya. Semua sifat ini timbul dari kerja sama antara
proses keturunan dan proses sosial-budaya. Aspek individualitas manusia bersama sifat
sosialnya membentuk keterbukaan manusia yang berbeda dengan ketertutupan dan
pembatasan deterministis binatang oleh lingkungannya. Manusia tidak membiarkan dirinya
ditentukan oleh alam lingkungannya. Menurut pola ini, manusia dipahami dari sisi
internalitas, yaitu manusia sebagai pusat kegiatan intern yang menggunakan bentuk lahiriah
tubuhnya untuk mengekspresikan diri dalam komunikasi dengan sesamanya.

2. Menurut Pandang Religius


Sering dalam konteks ini, manusia dianggap sebagai "orang manusia" terdiri dari sebuah
tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh
itu sendiri, dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak
ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak
memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan

3
ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang, dan ditolak oleh lainnya.
Juga, yang menjadi perdebatan di antara organisasi agama adalah mengenai benar/tidaknya
hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya
bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa
kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani, dan bukanlah individu. Bagian ini akan
merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara
bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.
Menurut Eliade, homo religiosus adalah tipe manusia yang hidup dalam suatu alam yang
sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak
pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan manusia. Pengalaman dan
penghayatan akan Yang Suci ini selanjutnya mempengaruhi, membentuk, dan ikut
menentukan corak serta cara hidupnya. Eliade mempertentangkan homo religiosus dengan
alam homo nonreligiosus, yaitu manusia yang tidak beragama, manusia modern yang hidup di
alam yang sudah didesakralisasikan, bulat-bulat alamiah, apa adanya, yang dirasa atau yang
dialami tanpa sakralitas. Bagi manusia yang nonreligiosus, kehidupan ini tidak sakral lagi,
melainkan profane saja.

3. Menurut Istilah Kebudayaan


Manusia menurut pola pemikiran ini tampil dalam dimensi sosial dan kebudayaannya,
dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk membentuk sejarah. Menurut pola ini,
kodrat manusia tidak hanya mengenal satu bentuk yang uniform melainkan berbagai bentuk.
Dalam sisi kebudayaan mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi
mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama
berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu
sama lain serta pertolongan.

4. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa
bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya
sendirian ia tidak “menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi
yangbermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah
pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia
adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid,
kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil,mantu dan mertua dan seterusnya. .

4
Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan
dihormati.

II.1.2. Pandangan Hidup


Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil
pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal,
sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai
pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup
berdasarkan asalnya terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya
2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma
yang terdapat pada suatu negara
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan didalam
masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan
menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak
ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda.
Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu
mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.

II.1.3. Cita-Cita
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Tidak ada orang hidup. tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa
sikap hidup. Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati.
Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu
sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita
apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.

5
Terdapat 3 Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita –
citanya antara lain: 1. Manusia itu sendiri,
2. Kondisi yang dihadapi dalam rangka mencapai cita – cita tersebut,
3. Seberapa tinggi cita – cita yang ingin dicapai.

II.1.4. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama
atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya
pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat
apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu:
1. Manusia sebagai pribadi, yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati
itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara
hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang
baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
2. Manusia sebagai anggota masyarakat, ytang menentukan baik-buruknya adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat
menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri
dari kemasyarakatan.
3. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan.
Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan
yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula
suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau
Hukum agama.

II.1.5. Usaha/ Perjuangan


Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita – cita. Setiap manusia
harus kerja keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan dengan
otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja keras manusia

6
dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat kemakmuran manusia berbeda-
beda.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga
keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya daripada
otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat dan martabat
manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan
martabat. Karena itu tidak boleh bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini.
Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia yang mengaturnya.

II.1.6. Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia
merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.Karena
keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau
keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah
meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu
keliru.Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu
premis benar atau nyata. Berikut beberapa perbedaan dan persamaannya sebagai berikut.
1. Ruang lingkup Kepercayaan dan Keyakinan.
Wilayah Kepercayaan hanya ada dalam hati dan ucapan, namun ketika berubah menjadi
keyakinan setelah ada dihati, mengucapkan percaya dan membuktikan dalam berbuat
yaitu makan langsung di tempat makan tersebut.
2. Proses Pembentukan Kepercayaan dan Keyakinan.
Kita dapat percaya terhadap sesuatu setelah ada beberapa keterangan yang tidak
diragukan yang diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam contoh
cerita ini kita percaya setelah ada informasi yang cukup jelas dari teman yang memberi
keterangan tentang rumah makan tersebut. Kepercayaan menjadi bertambah ketika
keterangan yang diperoleh semakin bertambah dan lengkap. Keterangan bentuknya
menjadi berubah menjadi keyakinan ketika membuktikan langsung dengan makan di
rumah makan tersebut.
3. Jangka waktu Kepercayaan dan Keyakinan
Untuk dapat percaya cukup memerlukan waktu yang singkat asal yang menjelaskan
obyek tersebut dengan keterangan yang cukup. Dan untuk mendapatkan keyakinan butuh
waktu yang lama, karena sekali bukti tidak dapat menjamin orang menjadi yakin.

7
Menjadi yakin butuh waktu kama karena harus membuktikan berkali-kali dalam waktu
yang lebih lama.
4. Sifat Kepercayaan dan Keyakinan
Kepercayaan biasanya sifatnya hanya sementara, merupakan rangkaian proses yang apa
bila proses tersebut dapat dibuktikan maka Kepercayaan akan burubah menjadi
Keyakinan. Sehingga sesuatu yang sudah menyakinkan cenderung bersifat abadi, dan
bisanya sudah mencintai.

8
BAB III PEMBAHASAN

III.1 Hubungan Pandangan Hidup dengan Kehidupan Manusia


Manusia tidak akan lepas dari pandangan hidup, karena manusia adalah makhluk yang
diciptakan dengan akal, dengan memiliki kemampuan bernalar, sehingga manusia diberikan
hak untuk menjalankan kehidupan dengan pandangan hidup. Hubungan ini adalah hubungan
yang bersifat hakiki, tidak dapat dilepaskan dengan teori apapun.
Manusia sebagai makhluk sosial, memang saling membutuhkan satu sama lain dalam
kehidupan, namun tidak semua hal bergantung kepada orang lain. Dalam hal pandangan
hidup, manusia harus bisa berpikir secara individu untuk masa depan yang terbaik.
Pandangan hidup seseorang bergantung kepada pola pikir manusia itu sendiri. Apakah
manusia itu memilih untuk kehidupan yang terjamin, atau dengan pola pikir yang tidak
memperdulikan masa depan kehidupannya. Bagaimana hidup yang dijalankan oleh manusia
itu tidak bersifat merugikan diri sendiri, dan manusia harus bisa mengatur pola pikirnya untuk
prospek kehidupan yang lebih bermutu.
Kehidupan yang lebih baik, bergantung pada niat dan usaha seseorang. Tanpa niat dan usaha,
hal untuk merubah masa depan akan sia-sia. Kehidupan juga tidak bisa terjamin, dan hanya
ada penyesalan di akhir peristiwa. Pentingnya memiliki pandangan hidup yang tertata,
merupakan bagian dari pola pikir manusia yang ingin bahagia,memiliki kehidupan yang
terjamin, dan keinginan untuk meraih cita-cita yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa
pandangan hidup bergantung pada diri manusia itu sendiri.

III.2 Hal Apa yang Harus Dilakukan Manusia untuk Meraih Cita-Cita
Setiap orang pastinya memiliki cita-cita, cita-cita tidak selalunya berkaitan dengan profesi,
cita-cita juga bisa disebutkan sebagai keinginan atau impian seseorang dalam semua hal yang
diinginkan orang tersebut. Lalu hal apa yang harus dilakukan seseorang itu untuk meraih cita-
cita nya?
1. Niat dan usaha.
Dimulai dari niat dan usaha, adalah hal pertama dan hal yang paling penting dalam
meraih cita-cita. Niat dan usaha adalah bukti dari kesungguhan unuk mencapai cita-cita.

2. Membuang hal yang bersifat negatif.

9
Untuk meraih cita-cita, pastinya harus menghilangkan sifat negatif dari diri kita. Seperti
masih bermalas – malasan, membuang-buang waktu, melakukan hal yang tidak memiliki
manfaat seperti bermain game, dan banyak hal negatif lainnya.
3. Belajar dan bekerja keras
Belajar dan bekerja keras adalah hal yang bernilai besar dalam proses mencapai cita-cita,
cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan. Maka dari itu, belajar dan bekerja
keras menjadi hal yang penting.
4. Selalu bersabar dan berdoa, adalah poin tambahan yang penting, cita-cita akan tercapai
melalui proses yang panjang, sabar adalah kunci untuk meraihnya, kemudian didampingi
dengan doa, pastinya manusia harus melibatkan tuhan untuk ikut campur dalam
kehidupannya, sebab tuhanlah yang memiliki takdir dari setiap makhluk hidup.

III.3 Berpandang Hidup yang Baik


Pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun
langkah-langkah itu sebagai berikut :
1. Mengenal.
Sebelum seseorang meyakini sesuatu pastilah ia harus mengenal apa yang ia lihat
tersebut. Mengenal merupakan langkah awal dari berpandangan hidup yang baik di
karenakan dengan mengenal, kita pun akan dapat membedakan suatu hal yang baik dan
buruk menurut cara pandang kita sehingga kita tidak akan mengambil langkah yang salah.
2. Mengerti
Tidak cukup hanya dengan mengenal, kita harus mengerti tentang apa yang sedang kita
hadapi. Mengerti sebagai langkah lanjut dari mengenal. Mengenal di ibaratkan hanya
sebagai lapisan luar sedangkan jika kita ingin mengetahui lapisan dalamnya, kita harus
mengerti.
3. Menghayati
Setelah kita mengenal dan mengerti suatu hal tersebut, maka langkah selanjutnya adalah
menghayati. Dengan menghayati kita dapat lebih jauh mengerti.

4. Meyakini
Langkah selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat kita lakukan dengan
memperdalam rasa mengenal, mengerti, serta menghayati. Dengan meyakini kita dapat
dengan kuat berpegang teguh pada cara pandang yang kita yakini.
5. Mengabdi

10
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah dengan megabdi.
Mengabdi merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap keyakinan kita untuk
suatu hal yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan kita lebih dekat atau bahkan
menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.

11
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap
orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud
pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat
dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai
perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang
memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari
pembawaan, lingkungan, dan pengalaman.

IV.2 Saran
Sebaiknya manusia dapat lebih memahami tentang pentingnya untuk memperbaiki
pandangan hidup agar mencapai kehidupan yang cerah, terwujudnya cita-cita, serta
mementingkan untuk berbuat kebajikan antar sesama manusia. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam
bermasyarakat menjadi tenang dan tentram.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andasiallagan92. (2012, 11 14). Diambil kembali dari wordpress:


https://andasiallagan92.wordpress.com/2012/11/14/manusia-dan-pandangan-hidup/
[ diakses 22 Oktober 2020]
babahboim. (2015, 07 24). Diambil kembali dari babahboim.wordpress.com:
https://babahboim.wordpress.com/2015/07/24/4empat-persamaan-dan-
perbedaanantara-keyakinan-dan-kepercayaan [ diakses 22 Oktober 2020] hutomo, E. (2012,
07 22).Diambil kembali dari blogspot: http://ewirahutomo.blogspot.com/2012/07/pengertian-
cita-cita.html [ diakses 22 Oktober 2020]
Ommakplus. (2015, 12 22). Defenisi dan Pengertian. Diambil kembali dari Ommakplus web
site: http://www.definisi-pengertian.com/2015/12/pengertian-manusia-definisimenurut-
ahli.html [ diakses 22 Oktober 2020] wikipedia. (2020, September 26). Diambil kembali dari
wikipedia.com: https://id.wikipedia.org/wiki/Keyakinan_dan_kepercayaan [ diakses 22
Oktober 2020] wikipedia. (2020, Oktober 8). Diambil kembali dari wikipedia.com:
https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia [ diakses 22 Oktober 2020]

13

Anda mungkin juga menyukai