Disusun Oleh:
Guido Nainggolan (200308039)
Iin Yolanda Cibro (200308040)
Josephus Pius Datubara (200308041)
Khairunnisa Mahirah (200308042)
Paskalis Fautesionil Dakhi (200308046)
Priya Mohanisyah Putri (200308047)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manusia dan Pandangan Hidup tepat waktu.
Makalah Manusia dan Pandangan Hidup disusun guna memenuhi tugas Bapak Wan
Zulkarnain ,S.sos, M.SI pada matakuliah Ilmu Budaya Dasar di Universitas Sumatra Utara.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang manusia dan segala aspek yang membedakan keberagaman serta keterkaitan
pandangan hidup dalam siklus kehidupan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya Bapak Wan Zulkarnain S.Sos,
M.Si selaku dosen matakuliah ilmu budaya dasar. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
I.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PERMASALAHAN.....................................................................................................3
II.1 Ringkasan Materi...........................................................................................................3
II.1.1. Manusia..................................................................................................................3
II.1.2. Pandangan Hidup....................................................................................................5
II.1.3. Cita-Cita.................................................................................................................5
II.1.4. Kebajikan................................................................................................................6
II.1.5. Usaha/ Perjuangan..................................................................................................7
II.1.6. Keyakinan/Kepercayaan.........................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................9
III.1 Hubungan Pandangan Hidup dengan Kehidupan Manusia..........................................9
III.2 Hal Apa yang Harus Dilakukan Manusia untuk Meraih Cita-Cita...............................9
III.3 Berpandang Hidup yang Baik.....................................................................................10
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
IV.1 Kesimpulan..................................................................................................................12
IV.2 Saran............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu hasil pemikiran
manusia yang didasarkan sesuai pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda beda dan tidak terlepas dari masalah
nilai dalam kehidupan manusia. Pandangan terhadap hidup ini dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh
pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan
gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya.
Pandangan hidup juga tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan
hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup
manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang
atau masyarakat.
Manusia juga adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Tuntutan hidup manusia lebih daripada
tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir lebih maju untuk
memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun
rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap
hidup. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat
pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu
Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai
proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya.Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
1
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia.
2. Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan manusia untuk meraih cita-cita.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah berpandangan hidup yang baik.
2
BAB II PERMASALAHAN
3
ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang, dan ditolak oleh lainnya.
Juga, yang menjadi perdebatan di antara organisasi agama adalah mengenai benar/tidaknya
hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya
bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa
kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani, dan bukanlah individu. Bagian ini akan
merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara
bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.
Menurut Eliade, homo religiosus adalah tipe manusia yang hidup dalam suatu alam yang
sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak
pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan manusia. Pengalaman dan
penghayatan akan Yang Suci ini selanjutnya mempengaruhi, membentuk, dan ikut
menentukan corak serta cara hidupnya. Eliade mempertentangkan homo religiosus dengan
alam homo nonreligiosus, yaitu manusia yang tidak beragama, manusia modern yang hidup di
alam yang sudah didesakralisasikan, bulat-bulat alamiah, apa adanya, yang dirasa atau yang
dialami tanpa sakralitas. Bagi manusia yang nonreligiosus, kehidupan ini tidak sakral lagi,
melainkan profane saja.
4
Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan
dihormati.
II.1.3. Cita-Cita
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Tidak ada orang hidup. tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa
sikap hidup. Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati.
Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu
sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita
apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.
5
Terdapat 3 Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita –
citanya antara lain: 1. Manusia itu sendiri,
2. Kondisi yang dihadapi dalam rangka mencapai cita – cita tersebut,
3. Seberapa tinggi cita – cita yang ingin dicapai.
II.1.4. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama
atau etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya
pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat
apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu:
1. Manusia sebagai pribadi, yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati
itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara
hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang
baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
2. Manusia sebagai anggota masyarakat, ytang menentukan baik-buruknya adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat
menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri
dari kemasyarakatan.
3. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan.
Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan
yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula
suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau
Hukum agama.
6
dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat kemakmuran manusia berbeda-
beda.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga
keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya daripada
otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat dan martabat
manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan
martabat. Karena itu tidak boleh bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini.
Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia yang mengaturnya.
II.1.6. Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia
merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.Karena
keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau
keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah
meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu
keliru.Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu
premis benar atau nyata. Berikut beberapa perbedaan dan persamaannya sebagai berikut.
1. Ruang lingkup Kepercayaan dan Keyakinan.
Wilayah Kepercayaan hanya ada dalam hati dan ucapan, namun ketika berubah menjadi
keyakinan setelah ada dihati, mengucapkan percaya dan membuktikan dalam berbuat
yaitu makan langsung di tempat makan tersebut.
2. Proses Pembentukan Kepercayaan dan Keyakinan.
Kita dapat percaya terhadap sesuatu setelah ada beberapa keterangan yang tidak
diragukan yang diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam contoh
cerita ini kita percaya setelah ada informasi yang cukup jelas dari teman yang memberi
keterangan tentang rumah makan tersebut. Kepercayaan menjadi bertambah ketika
keterangan yang diperoleh semakin bertambah dan lengkap. Keterangan bentuknya
menjadi berubah menjadi keyakinan ketika membuktikan langsung dengan makan di
rumah makan tersebut.
3. Jangka waktu Kepercayaan dan Keyakinan
Untuk dapat percaya cukup memerlukan waktu yang singkat asal yang menjelaskan
obyek tersebut dengan keterangan yang cukup. Dan untuk mendapatkan keyakinan butuh
waktu yang lama, karena sekali bukti tidak dapat menjamin orang menjadi yakin.
7
Menjadi yakin butuh waktu kama karena harus membuktikan berkali-kali dalam waktu
yang lebih lama.
4. Sifat Kepercayaan dan Keyakinan
Kepercayaan biasanya sifatnya hanya sementara, merupakan rangkaian proses yang apa
bila proses tersebut dapat dibuktikan maka Kepercayaan akan burubah menjadi
Keyakinan. Sehingga sesuatu yang sudah menyakinkan cenderung bersifat abadi, dan
bisanya sudah mencintai.
8
BAB III PEMBAHASAN
III.2 Hal Apa yang Harus Dilakukan Manusia untuk Meraih Cita-Cita
Setiap orang pastinya memiliki cita-cita, cita-cita tidak selalunya berkaitan dengan profesi,
cita-cita juga bisa disebutkan sebagai keinginan atau impian seseorang dalam semua hal yang
diinginkan orang tersebut. Lalu hal apa yang harus dilakukan seseorang itu untuk meraih cita-
cita nya?
1. Niat dan usaha.
Dimulai dari niat dan usaha, adalah hal pertama dan hal yang paling penting dalam
meraih cita-cita. Niat dan usaha adalah bukti dari kesungguhan unuk mencapai cita-cita.
9
Untuk meraih cita-cita, pastinya harus menghilangkan sifat negatif dari diri kita. Seperti
masih bermalas – malasan, membuang-buang waktu, melakukan hal yang tidak memiliki
manfaat seperti bermain game, dan banyak hal negatif lainnya.
3. Belajar dan bekerja keras
Belajar dan bekerja keras adalah hal yang bernilai besar dalam proses mencapai cita-cita,
cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan. Maka dari itu, belajar dan bekerja
keras menjadi hal yang penting.
4. Selalu bersabar dan berdoa, adalah poin tambahan yang penting, cita-cita akan tercapai
melalui proses yang panjang, sabar adalah kunci untuk meraihnya, kemudian didampingi
dengan doa, pastinya manusia harus melibatkan tuhan untuk ikut campur dalam
kehidupannya, sebab tuhanlah yang memiliki takdir dari setiap makhluk hidup.
4. Meyakini
Langkah selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat kita lakukan dengan
memperdalam rasa mengenal, mengerti, serta menghayati. Dengan meyakini kita dapat
dengan kuat berpegang teguh pada cara pandang yang kita yakini.
5. Mengabdi
10
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah dengan megabdi.
Mengabdi merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap keyakinan kita untuk
suatu hal yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan kita lebih dekat atau bahkan
menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.
11
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap
orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud
pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat
dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai
perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang
memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari
pembawaan, lingkungan, dan pengalaman.
IV.2 Saran
Sebaiknya manusia dapat lebih memahami tentang pentingnya untuk memperbaiki
pandangan hidup agar mencapai kehidupan yang cerah, terwujudnya cita-cita, serta
mementingkan untuk berbuat kebajikan antar sesama manusia. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam
bermasyarakat menjadi tenang dan tentram.
12
DAFTAR PUSTAKA
13