DI
S
OLEH :
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia
yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan
baik, shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw.
pembawa risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat
manusia didunia dan diakhirat.
Penulis
DAFTAR ISI
2
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................2
A. Definisi Ariyah.........................................................................2
B. Landasan Hukum Syara’...........................................................3
C. Rukun dan Syarat Araiyah .......................................................7
D. Ketentuan Hukum Akad ariyah................................................8
E. Ihwal Ariyah, Tanggung dan Amanat......................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
kebutuhan sekunder ataupun primer dalam hidupnya. Dalam rantai untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup, terjadilah suatu hubungan yang horizontal antar
manusia yakni Muamalah, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang
sempurna, dan saling membutuhkan, karena menusia juga memiliki hasrat untuk
mencukupi kebutuhan, yang tidak ada habisnya, kecuali dengan tumbuhnya rasa
syukur dan ikhlas yang luar biasa kepada Tuhan, secara pasti hal ini pula perlu
mengenalkan adanya Tuhan yang memberi nikmat dan rizki kepada manusia
sehingga dapat merasakan kebahagiaan dalam dirinya.
Manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, dengan dibutuhkannya orang lain untuk mencukupinya
maka dalam dunia bisnis Islam biasa dikenal dengan kegiatan Muamalah, salah
satunya yakni yang membahas tentang harta dalam konteksnya harta hadir sebagai
obyek transaksi , sehingga harta pun dapat dijadikan sebagai obyek transaksi jual
beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam (ariyah),dan sebagainya. Jika diihat pula
dalam katakteristik dasarnya harta juga dijadikan sebagai obyek kepemilikan,
kecuali terdapat factor yang menghalanginya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ariyah?
2. Apa Landasan Hukum Ariyah?
3. Apasaja Rukun dan Syarat Ariyah?
4. Bagaimana Hukum Ketetapan Ariyah?
5. Ihwal Ariyah, Tanggungan atau Amanat?
6. Apa Saja Yang Bisa Menggugurkan Ariyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ariyah
Ariyah menurut bahasa, yang berasal dari bahasa Arab ( َُارية
ِ ) ْال َعdiambil
dari kata ( )عارyang berarti datang atau pergi. Menurut sebagian pendapat ariyah
berasal dari kata ( )التعاورyang artinya sama dengan ( )التناول ا ُوالتناوبartinya saling
tukar menukar,yakni dalam tradisi pinjam-meminjam. Sedangkan menurut istilah
dapat dikatakan suatu kegiatan muamalah yang memberikan manfaat sesuatu yang
halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya, dengan tidak merusak zatnya
4
agar zatnyatetap bisa dikembalikan kepada pemiliknya, sedangkan dalam definisi
oleh para Ulama’ sebagai berikut :1
1. Menurut Syarkhasy dan ulama Malikiyah
“pemilikan atas manfaat suatu benda tanpa pengganti”
2. Menurut ulama syafi’iyah dan Hanbaliah
“pembolehan untuk mengambil manfaat tanpa mengganti”
1
Sri Soedewi Masychoen Sofwan, HukumPerdata : Hukum Kebendaan,(Yogyakarta:
Liberty,2004)
2
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia,2001)
5
Dasar hukum ariyah adalah anjuran agama supaya manusia hidup
tolongmenolong serta saling bantu membantu dalam lapangan kebajikan. Pada
surat almaidah ayat kedua allah berfirman :
Yang artinya 3
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksa-Nya."
Dalam surat an – nisa’ ayat 58 Allah SWT berfirman :
ال َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا َ ََو َع ْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ رضي هللا عنه ق
َ َ ق:ال
ك ) َر َواهُ أَبُوَ َ َواَل تَ ُخ ْن َم ْن َخان,ك َ َعليه وسلم ( أَ ِّد اَأْل َ َمانَةَ إِلَى َم ْن اِ ْئتَ َمن
ِ َوا ْستَ ْن َك َرهُ أَبُو َحاتِ ٍم اَلر,َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم
َُّّازي َ صح َ َو,ُ َواَلتِّرْ ِم ِذيُّ َو َح َّسنَه,َدا ُو َد
Hadits
Ya'la Ibnu Umayyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: "Apabila utusanku datang
kepadamu, berikanlah kepada mereka tiga puluh baju besi." Aku berkata: Wahai
Rasulullah, apakah pinjaman yang ditanggung atau pinjaman yang
dikembalikan? Beliau bersabda: "Pinjaman yang dikembalikan." Riwayat
Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
7
ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه
ُ ال َر ُس َ ََو َع ْن َي ْعلَى بْ ِن أ َُميَّةَ رضي اهلل عنه ق
َ َ ق:ال
5
H. Hendi Suhendi ( 2008 ) , fiqih muamalah halaman 93 – 98
8
Artinya: “Pinjaman wajib dikembalikan, dan orang yang menjamin sesuatu
harus membayar dan hutang itu wajib dibayar.”
Dalam hadist Rasulullah:
“Dari Sofwan bin Ummayah berkata, sesungguhnya Nabi SAW. Telah
meminjam beberapa baju perang pada Sofwan pada waktu perang di Hunain.
Sofwan bertanya kepada Rasulullah, Sofwan bertanya, “paksaankah ya
Muhammad?”, jawab Rasulullah, “ bukan tapi pinjaman yang dijamin”.
Kemudian baju itu hilang sebagian , maka Rasulullah mengemukakan akan
digantinya, Sofwan berkata, “saya sekarang telah mendapat kepuasan dalam
Islam”. (HR. Ahmad dan An Nasai)
8
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,(Jakarta : Gaya Media Pratama,2000)
10
Sedangkan Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa ariyah
adalah suatu kebolehan untuk mengambil manfaat dari benda. Dari penjelasan
kedua berbeda maksud dan tujuan dari keduanya. Utnuk pendapat yang
pertama, dalam ariyah boleh hukumnya memaksimalkan manfaat dari
musta’ar (barang yang dipinjam, dan juga dapat dipinjamkan kepada orang
lain, akan tetapi untuk pendapat yang kedua hanya dapat menggunakan
manfaat dari musta’ar tanpa dipinjamkan kepada orang lain.
Allah Berfirman
Tafsir
11
haram) dengan melakukan peperangan padanya (dan jangan mengganggu
binatang-binatang hadya) yakni hewan yang dihadiahkan buat tanah suci (serta
binatang-binatang berkalung) jamak dari qilaadatun; artinya binatang yang
diberi kalung dengan kayu-kayuan yang terdapat di tanah suci sebagai tanda
agar ia aman, maka janganlah ada yang mengganggu baik hewan-hewan itu
sendiri maupun para pemiliknya (jangan pula) kamu halalkan atau kamu
ganggu (orang-orang yang berkunjung) atau menuju (Baitulharam) dengan
memerangi mereka (sedangkan mereka mencari karunia) artinya rezeki (dari
Tuhan mereka) dengan berniaga (dan keridaan) daripada-Nya di samping
berkunjung ke Baitullah tidak seperti pengertian mereka yang salah itu. Ayat
ini dimansukh oleh ayat Bara`ah. (Dan apabila kamu telah selesai) dari ihram
(maka perintahlah berburu) perintah di sini berarti ibahah atau
memperbolehkan (dan sekali-kali janganlah kamu terdorong oleh kebencian)
dibaca syana-aanu atau syan-aanu berarti kebencian atau kemarahan (kepada
suatu kaum disebabkan mereka telah menghalangi kamu dari Masjidilharam
untuk berbuat aniaya) kepada mereka dengan pembunuhan dan sebagainya.
(Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan) dalam mengerjakan yang
dititahkan (dan ketakwaan) dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang (dan
janganlah kamu bertolong-tolongan) pada ta`aawanu dibuang salah satu di
antara dua ta pada asalnya (dalam berbuat dosa) atau maksiat (dan
pelanggaran) artinya melampaui batas-batas ajaran Allah. (Dan bertakwalah
kamu kepada Allah) takutlah kamu kepada azab siksa-Nya dengan menaati-
Nya (sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya) bagi orang yang menentang-
Nya.9
Dalam hadist Rasulullah:
9
https://tafsirq.com/5-Al-Ma'idah/ayat-2
12
Islam”. (HR. Ahmad dan An Nasai)
Yang arti penjelasan dari hadist ini adanya unsur kerelaan antara
Mustair dan Muir atas musta’ar, sehingga ada keridhaan jika barang yang di
pinjam mengalami suatu kecacatan.
Dari golongan pertama dan kedua sepakat bahwa peminjam tidak
memiliki hak kepemilikan sebagaimana dengan gadai barang. Menurut
golongan kedua, peminjam hanya berhak memanfaatkannya saja, dan tidak
bisa untuk memiliki bendanya. Adapun menurut golongan pertama gadai
adalah akad yang lazim atau resmi akan tetapi ariyah adalah akad tabarru’
( tolong menolong).
b. Secara Majazi
10
https//ejournal.stebisigm.ac.id
13
satunya. Hukumnya, mustair harus sebisa mungkin untuk menjaga
batasan
tersebut.batasan tersebut melingkupi,
11
Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Bandung : Pustaka Setia, 2008)
14
Sedangkan ulama hanabilahberpendapat bahwa peminjam menanggung
kerusakan barang pinjamannya secara mutlak, baik sengaja maupun tidak.
Golongan ini mendasarkan pendapat mereka pada hadis dari Shafwan bin
umayyah.
SAW:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
kami juga butuh kritik dan saran agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
16
Djuwaini. Dimyauddin (2008), Pengantar Fiqh Muamalah, bandung: Pustaka
setia
17