Anda di halaman 1dari 3

‴ SYIRKAH ‴

A.Pengertian Syirkah

Secara bahasa, kata syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih hingga tidak dapat
dibedakan lagi antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. . Sedangkan pengertian syirkah secara
istilah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang telah bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan bersama.

B.Hukum Syirkah

Syirkah hukumnya diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadits dan ijma’. Dan berikut
ini dalil-dalilnya, di antaranya:

 Al-Qur’an:

Firman Allah Ta’ala: “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad: 24)

Dan firman-Nya pula: “Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’: 12)

 Hadits:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman: “Aku pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati pihak lainnya. Kalau
salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim
no.2322).

 Ijma’:

Ibnu Qudamah berkata: “Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi syirkah secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.” (Al-Mughni V/109).

C. Rukun dan Syarat Syirkah

 Dua belah pihak yang berakad (aqidani). Persyaratan orang yang melakukan akad adalah
harus memiliki kecakapan melakukan tasharruf.
 Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun
persyaratan pekerjaan atau modal yang boleh dikelola dalam syirkah harus halal dan
diperbolehkan dalam agama.
 Akad atau yang disebut juga dengan istilah shigat. Adapun syarat sah akad harus berupa
tasharruf, yaitu harus adanya aktivitas pengelolaan

D.Macam-Macam Syirkah

1. Syirkah inan

Syirkah inân adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi
konstribusi kerja dan modal. Contoh syirkah inan dapat kita cermati sebagai berikut :
chika dan chiki adalah sarjana-sarjana Teknik Informatika. chika dan chiki bersepakat menjalankan
bisnis jasa perancangan dan pembangunan sistem informasi untuk organisasi-organisasi pemerintahan
atau swasta. Masing-masing memberikan kontribusi modal sebesar Rp20 juta dan keduanya sama-
sama bekerja dalam syirkah tersebut. Dalam syirkah jenis ini, modalnya disyaratkan harus berupa
uang. Sementara barang seperti rumah atau kendaraan yang menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan
modal, kecuali jika barang tersebut dihitung nilainya pada saat akad.Keuntungan didasarkan pada
kesepakatan yang dilakukan sebelumnya dan kerugian ditanggung oleh masing-masing syarik (mitra
usaha) berdasarkan porsi modal. Jika masing-masing modalnya 50%, masing-masing menanggung
kerugian sebesar 50%.

2. Syirkah Abdan

Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja, tanpa memberikan kontribusi modal. Konstribusi kerja itu dapat berupa
kerja pikiran (seperti penulis naskah) maupun kerja fisik (seperti tukang batu). Contoh Syirkah
abdan : Udin dan Imam sama-sama nelayan dan bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan.
Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan dibagi dengan ketentuan:
Udin mendapatkan sebesar 60% dan Imam sebesar 40%. Dalam syirkah ini tidak disyaratkan
kesamaan profesi atau keahlian antara keduanya, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah
‘abdan terdiri atas beberapa tukang kayu dan tukang batu. Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang
dilakukan merupakan pekerjaan yang halal dan tidak boleh berupa pekerjaan haram.Keuntungan yang
diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah diatur sebelumnya, porsinya boleh sama atau
tidak sama di antara syarik (mitra usaha).

3. Syirkah Wujuuh

Syirkah wujuh merupakan kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak
yang sama-sama memberikan kontribusi kerja dengan adanya pihak ketiga yang memberikan
konstribusi modal.Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian seseorang di tengah masyarakat. Tak seorang pun memiliki modal, namun mereka memiliki
nama baik, sehingga mereka membeli barang secara hutang dengan jaminan nama baik
tersebut.Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujûh,
dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan B bersepakat,
masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan
keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).

4.Syirkah Mudharabah

Syirkah mudhârabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak
memberikan konstribusi kerja , sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal (An-Nabhani,
1990: 152). Istilah mudhârabah dipakai oleh ulama Irak, sedangkan ulama Hijaz menyebutnya qirâdh
(Al-Jaziri, 1996: 42; Az-Zuhaili, 1984: 836). Contoh: A sebagai pemodal (shâhib al-mâl/rabb al-mâl)
memberikan modalnya sebesar Rp 10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal
(‘âmil/mudhârib) dalam usaha perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong)

5.Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufâwadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua
jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan wujûh) (An-Nabhani, 1990: 156; Al-
Khayyath, 1982: 25). Syirkah mufâwadhah dalam pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh.
Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan
dengan jenis syirkah lainnya (An-Nabhani, 1990: 156).

Contoh Syirkah mufawadhah :

Adha adalah pemodal, berkontribusi modal kepada Fahmi dan Syahmi. Kemudian, Fahmi dan
Syahmi juga sepakat untuk berkontribusi modal untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada Fahmi dan Syahmi. Dalam hal ini, pada awalnya yang terjadi adalah
syirkah ‘abdan, yaitu ketika Fahmi dan Syahmi sepakat masing-masing bersyirkah dengan
memberikan kontribusi kerja saja. Namun, ketika Adha memberikan modal kepada Fahmi dan
Syahmi, berarti di antara mereka bertiga terwujud mudharabah. Di sini Adha sebagai pemodal,
sedangkan Fahmi dan Syahmi sebagai pengelola. Ketika Fahmi dan Syahmi sepakat bahwa masing-
masing memberikan kontribusi modal, di samping kontribusi kerja, berarti terwujud syirkah ‘inan di
antara Fahmi dan Syahmi. Ketika Fahmi dan Syahmi membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujuh antara Fahmi dan Syahmi.
Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis syirkah dan disebut
syirkah mufawadhah.

Anda mungkin juga menyukai