Anda di halaman 1dari 3

Ihsan Dan Bentuk-Bentuknya

Mukaddimah

Subhanallah, demikian agung agama ini yang memerintahkan agar


penganutnya berbuat kebaikan (Ihsân) dalam segala hal dan terhadap
segala sesuatu; manusia, binatang, dan hal-hal lainnya.
Apa makna Ihsân yang sebenarnya? Apa sajakah bentuk-bentuknya? Termasuk
Ihsan kah bila kita memperlakukan binatang dengan baik?

Dari Syaddâd bin Aws, dia berkata, "Dua hal yang telah aku ingat-ingat
berasal dari Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam, beliau bersabda,
'Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mewajibkan agar berbuat ihsan (baik)
terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh, maka bunuhlah secara baik
dan bila kamu menyembelih, maka sembelihlah secara baik dan hendaklah
salah seorang diantara kamu menajamkan mata pisaunya, lantas menenangkan
binatang sembelihannya.'" (HR.Muslim)

Penjelasan

 Islam sangat antusias untuk mengajak manusia agar melakukan semua


jenis kebaikan dan melarang mereka untuk melakukan semua jenis
kejahatan.

 Allah Ta'ala telah mewajibkan agar berbuat Ihsân (kebaikan) dalam


setiap hal dan menjadikannya sebagai suatu prinsip dari beberapa
prinsip yang diserukan-Nya sebagaimana firman Allah (artinya),
"Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berlaku adil dan berbuat ihsan
(kebaikan)." (Q.s.,an-Nahl:90)

 Tingkatan Ihsân yang paling tinggi adalah Ihsân di dalam beribadah


kepada Allah Ta'ala. Inilah tingkatan dien yang paling tinggi. Dalam
hal ini, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam telah
menafsirkannya -sebagaimana terdapat di dalam hadits Jibril yang amat
masyhur- yaitu "Bahwa engkau (beribadah) menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya; jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu."

Bila seseorang menghimpun hati dan perasaannya ketika sedang


melakukan peribadatan dan merasakan bahwa Allah melihatnya, maka akan
tercapailah tingkatan yang paling tinggi dalam agama tersebut.

o Berbuat Ihsân bisa berlaku terhadap manusia, binatang dan


hal-hal lainnya, di antara bentuk-bentuknya adalah sebagai
berikut:
Tingkatan Ihsân paling tinggi terhadap manusia adalah Birrul
Walidain (berbakti kepada kedua orangtua) dan menjalankan hak-
hak keduanya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, harta maupun
hal lainnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala berfirman (artinya),
"Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali
kepada-Nya, dan agar berbuat baik (Ihsân) kepada kedua
orangtua." (Q.s.,al-Isrâ`:23)

o Berbuat Ihsân kepada seluruh manusia, mulai dari terhadap


orang-orang yang memiliki hubungan terdekat, yang memiliki
ikatan rahim ataupun para tetangga. Yaitu dengan cara
memberikan hak-hak mereka, mengunjungi, bertanya tentang
kondisi mereka, memberikan hadiah, mengasihi anak-anak kecil
mereka, bersedekah kepada para kaum faqir mereka, memberikan
bantuan kepada orang-orang yang berhajat di kalangan mereka dan
sebagainya, kemudian juga terhadap semua kaum Muslimin.

o Berbuat Ihsân kepada orang-orang Kafir dengan cara


mendakwahi mereka agar memeluk Islam, berinteraksi dengan cara
yang paling baik serta berbudi pekerti dengan budi pekerti yang
baik terhadap mereka. Hal ini sebagaiman firman-Nya (artinya),
"Dan katakanlah kepada manusia dengan perkataan yang baik."
(Q.s.,al-Baqarah:83)

o Berbuat Ihsân kepada binatang dengan cara tidak


menyakitinya, menghilangkan rasa lapar dan dahaganya serta hal
yang semisal itu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam (artinya), "Dan pada setiap hati,
terdapat basahan (tetesan) pahala." (HR.Bukhari).
Dalam hadits yang lain, "Seorang wanita masuk neraka hanya
gara-gara seekor kucing betina yang tidak dia beri makan dan
tidak pula dia lepas agar makan sendiri dari serangga-serangga
bumi." (HR.Bukhari)

o Berbuat Ihsân terhadap hal-hal lainnya seperti menekuni


pekerjaan yang dilimpahkan untuk kepentingan orang banyak. Hal
ini sebagaimana bunyi sebuah Atsar, "Sesungguhnya Allah
mencintai apabila salah seorang diantara kamu melakukan suatu
pekerjaan lantas menekuninya." (Dikeluarkan oleh Abu Ya'la di
dalam Musnad-nya. Al-Bûshiry berkata di dalam buku al-Ithâf:
Sanadnya lemah.)

 Hadits di atas menunjukkan bahwa diantara bentuk-bentuk berbuat
Ihsân kepada binatang adalah berbuat Ihsân terhadapnya kala
menyembelihnya dengan cara menajamkan mata pisau dan membuat
sembelihan itu tenang serta tidak menampakkan pisau ke arahnya
kecuali ketika akan menyembelih.

 Diantara bentuk-bentuk berbuat Ihsân lainnya adalah berbuat Ihsân


ketika membunuh di dalam suatu peperangan. Oleh karena itu, para
ulama menyimpulkan tidak bolehnya melakukan tindakan sadis seperti
menyayat-nyayat dan memotong-motong jasad korban, baik sebelum
dibunuh ataupun setelah dibunuh.

 Betapa agung dan besarnya ganjaran pahala berbuat Ihsân di sisi


Allah Ta'ala. Hal ini sebagaimana firman-Nya (artinya), "Tidak ada
balasan berbuat Ihsân (kebaikan) selain Ihsân itu sendiri?."
(Q.s.,ar-Rahmân:60)
Demikian juga di dalam firman-Nya yang lain (artinya), "Sesungguhnya
rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat Ihsân
(kebaikan)." (Q.s.,al-A'râf:56)

Imbauan

Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim berbuat Ihsân di dalam ibadah
dan mu'malatnya dengan orang-orang yang memiliki hubungan dekat
dengannya ataupun hubungan jauh agar meraih Mahabbah (kecintaan) Allah,
rahmat dan keridlaan-Nya.

Diposkan oleh Asep Hidayat§ di 21.42§ §


Kirimkan Ini lewat Email§BlogThis!§Berbagi ke Twitter§Berbagi ke Facebook§Bagikan
ke Pinterest§

Anda mungkin juga menyukai