Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AYAT AYAT DAN HADIST TENTANG DISTRIBUSI DAN

KONSEP DISTRIBUSI DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi

Dosen Pengampu: Muchlis Anshori, S. TH.I., M.Pd.I.

Disusun oleh:

1. Apri Sela Ainur Isnaini (195221254)


2. Diyah Pratiwi (195221266)
3. Dinda Ayu Puspitasari (195221274)
4. Tarissa Eka Yulianti (195221275)

JURUSAN AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Distribusi merupakan bagian yang penting dalam membentuk


kesejahteraan. Dampak dari distribusi pendapatan bukan saja pada aspek ekonomi
tetapi juga aspek sosial dan politik. Oleh karena itu Islam memberi perhatian lebih
terhadap distribusi pendapatan dalam masyarakat. Maka Islam memperhatikan
berbagai sisi dari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya, misalnya
dalam jual beli, utang piutang, dan sebagainya. Kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat tergantung bukan pada sektor produksi saja tetapi juga pada pembagiannya
yang sesuai (distribusi). Kekayaan dapat diproduksi di suatu negara dalam jumlah
yang besar tetapi jika pendistribusiannya tidak didasarkan atas prinsip-prinsip nya
yang benar dan adil, maka negara tersebut tidak akan dapat mencapai
kemakmuran. Islam mengambil jalan tengah yang mampu membantu dalam
menegakkan suatu sistem yang wajar dan adil. Islam tidak memberikan kebebasan
mutlak maupun hak yang tidak terbatas dalam pemilikan kekayaan pribadi bagi
individu dalam lapangan produksi, dan tidak pula mengikat individu pada sebuah
sistem pemerataan ekonomi yang di bawah sistem ini ia tidak dapat memperoleh
dan memiliki kekayaan secara bebas. Prinsip yang menjadi pedoman dari sistem
ini adalah bahwa harus ada lebih banyak produksi dan distribusi kekayaan agar
sirkulasi kekayaan meningkat yang mungkin dapat membawa pada pembagian
yang adil di antara berbagai kelompok komunitas, serta tidak memusatkannya
pada sebagian kecil orang saja.

B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian distribusi dalam Islam?

2) Apa sajakah ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang distribusi?

3) Apa sajakah hadits yang menjelaskan tentang distribusi?

4) Bagaimana konsep distribusi menurut ekonomi Islam?

5) Bagaimana tafsir dari ayat al-Qur’an tentang distribusi tersebut?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai. Saluran distribusi adalah suatu
jalur perantara pemasaran dalam berbagai aspek barang atau jasa dari
tangan produsen ke konsumen. Antara pihak produsen dan konsumen
terdapat perantara pemasaran, yaitu wholesaler (distributor atau agen)
yang melayani pembeli.
Secara umum Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral
dalam pemeliharaan keadilan sosial dalam bidang ekonomi, sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam bidang distribusi, sebagaimana telah
diketahui bahwasanya Nabi Muhamad SAW terlahir dari keluarga
pedagang dan beristrikan seorang pedangan (siti khatijah) dan beliau
berdagang sampai negeri syiria, saat beliau belum menikah dengan
khatijah beliau merupakan salah satu bawahan siti khatijah yang paling
dikagumi oleh siti khatijah pada masa itu karena teknik pemasaran beliau.
Pada saat itu Nabi Muhamad SAW telah mengajarkan dasar-dasar nilai
pendistribusian yang benar yaitu dengan kejujuran dan ketekunan.
Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam islam antara
lain sebagai berikut:
 Tauhid
Tauhid Yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada
yang wajib di sembah kecuali Allah dan tidak ada pula yang
menyekutukannya, konsep ini menjadi dasar segala sesuatu karena dari
konsep inilah manusia menjalankan fungsinya sebagai hamba yang
melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi larangannya. Hal ini
ditegaskan dalam firman Allah SWT (QS Al-Zumar): ayat 38 yang
artinya:“dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka: “siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?”” niscaya mereka akan menjawab,
“Allah”. Katakanlah :”maka terangkan padaku tentang apa yang kamu seru
selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemadharatankepadaku,
apakah berhala-berhala itu akan menghilangkan kemadharatan itu, atau
jika Allah akan memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat
menahan rahmatnya?”, katakanlah: “cukuplah Allah bagiku.”
 Adil
Menurut bahasa adalah “wadh’u syaiin ‘ala mahaliha” yaitu meletakan
sesuatu pada tempatnya, konsep keadilan haruslah diterapkan dalam
mekanisme pasar untuk menghindari kecurangan yang dapat
mengakibatkan kedzaliman bagi satu pihak. Fiman Allah dalam surat al-
Muthafifin ayat 1-3 yang artinya:“kecelakaan besarlah bagi orang -orang
curang, yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta
dipenuhi, apabila mereka menakar untuk orang lain mereka kurangi”.

 Kejujuran dalam bertransaksi


Syariat islam sangat konsen terhadap anjuran dalam berpegang teguh
terhadap nilai-nilai kejujuran dalam bertransaksi. Firman Allah dalam
surah al-Ahzab ayat 70 dan 71: Maksudnya:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
katakanlah benar (dalam segala perkara). Supaya Ia memberi taufik
dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa
kamu".

B. TUJUAN DISTRIBUSI
Tujuan Distribusi dalam Islam Ekonomi Islam datang dengan
system distribusi yang merealisasikan beragam tujuan yang mencakup
berbagai bidang kehidupan, dan mengikuti politik terbaik dalam
merealisasikan tujuan – tujuan tersebut. Secara umum dapat kami katakana
bahwa system distribusi ekonomi dalam ekonomi islam mempunyai andil
bersama system dan politik syariah lainnya-dalam merealisasikan beberapa
tujuan umum syariat islam. Dimana tujuan distribusi dalam ekonomi islam
di kelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi.
Berikut ini hal yang terpenting kedalam tujuan tersebut adalah :

1.Tujuan Dakwah
Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada islam dan
menyatukan hati kepadanya. Diantaranaya contoh yang paling jelas adalah
bagian muallaf di dalam zakat, dimana muallaf itu adakalnya orang kafir
yang diharapkan keislamannya atau dicegah keburukannya, atau orang
islam yang di harapkan kuat keislamannya. Sebagaimana system distribusi
dalam ghanimah dan fa’i juga memiliki tujuan dakwah yang jelas. Pada
sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak
dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri. Sebab Allah
berfirman pada Firman Allah QS Ali Imran: 140
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya
kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan
masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-
orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada' dan Allah tidak menyukai orang-
orang yang zalim,”

2. Tujuan Pendidikan
Di antara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti yang di
sebutkan dalam firman Allah QS At-Taubah : 103

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan (Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari
kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda)dan
mensucikan(Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam
hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka) mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui.

Secara umum, bahwa distribusi dalam perspektif ekonomi islam


dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, dimana yang terpenting
adalah sebagai berikut : a. Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti suka
memberi, berderma dan mengutamakan orang lain. b. Mensucikan dari
akhlak tercela, seperti kikir, loba dan mementingkan diri sendiri (egois).

3. Tujuan Sosial
Tujuan sosial terpenting dalam distribusi adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan
menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim.
Dapat di lihat pada Firman Allah QS Al Baqarah:273
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad)
di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri
dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-
sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.
dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.”

b. Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang diantara individu dan


kelompok di dalam masyarakat
c. Mengikis sebab – sebab kebencian dalam masyarakat, dimana
akan berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman
masyarakat, sebagai contoh bahwa distribusi yang tidak adil dalam
pemasukan dan kekayaan akan berdampak adanya kelompok dan
daerah miskin, dan bertambahnya tingkat kriminalitas yang
berdampak pada ketidak tentraman.
d. Keadilan dalam distribusi mencakup : Pendistribusian sumber –
sumber kekayaan, Pendistribusian pemasukan diantara unsur –
unsur produksi, Pendistribusian diantara kelompok masyarakat
yang ada, dan keadialan dalam pendistribusian diantara generasi
yang sekarang dan generasi yang akan datang.

4. Tujuan Ekonomi
Distribusi dalam ekonomi islam mempunyai tujuan – tujuan
ekonomi yang penting, dimana yang terpenting diantaranya dapat kami
sebutkan seperti berikut ini:
a. Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta
ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik
infak wajib maupun sunnah, maka demikian itu akan
mendorongnya untuk menginvestasikan hartanya sehingga tidak
akan habis karena zakat.
b. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan
terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim
untuk melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi.
Pada sisi lain, bahwa system distribusi dalam ekonomi islam
dapat menghilangkan faktor–faktor yang menghambat seseorang
dari andil dalam kegiatan ekonomi ; seperti utang yang
membebani pundak orang – orang yang berhutang atau hamba
sahaya yang terikat untuk merdeka. Karena itu Allah menjadikan
dalam zakat bagian bagi orang-orang yang berhutang dan bagian
bagi hamba sahaya.
c. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana
tingkat kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi.
Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan bentuk
pemasukan saja, namun juga berkaitan dengan cara
pendistribusiannya di antara individu masyarakat. Karena itu
kajian tentang cara distribusi yang dapat merealisasikan tingkat
kesejahteraan ekonomi terbaik bagi umat adalah suatu keharusan
dan keniscayaan.

Dapat kita lihat pada QS Al-Baqarah : 265

Yang artinya” dapat dimaknakan bahwasanya orang – orang yang


membelanjakan hartanya karena keridhoaan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka kepada iman dan ibadah – ibadah yang lain,
sebagai bentuk pelatihan kepadanya, sehingga setiap manusia terus
tetap bertakwa kepada Allah SWT.”

Distribusi Dalam Islam


a. Zakat
Salah satu perhatian pokok ilmu ekonomi islam adalah
mewujudkan keadilan distributife.Karena itu,semua keadaan ekonomi
yang didasarkan pada ketidakseimbangan (zulm) harus diganti dengan
keadaan-keadaan yang memenuhi tuntutan keseimbangan. Dengan
kata lain,ekonomi Islam akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan
total. Tindakan social harus digerakkan secara langsung untuk
perbaikan kesejahteraan kalangan yang kurang beruntung dalam
masyarakat melalui zakat,infaq serta sodaqoh.

b. Warisan
Ketika orang meninggal tidak lagi memiliki hak apa-apa atas badan
dan hartanya. Sekalipun harta tersebut milik si mayit, tetapi ketika
mati ia tidak berhak memberikan kepada siapa saja sesuka dia. Wasiat
menyangkut harta kepada selain ahli waris hanya diperbolehkan paling
banyak sepertiga bagian saja. Dengan cara ini akan berlangsung
peredaran harta milik mayit kepada ahli warisnya. Dan ahli waris bisa
mendapatkan harta tanpa melalui ekonomi biasa. Pribadi ahli waris
dapat memperoleh harta dengan mendapatkan warisan. Dalil yang
menunjukkan hal ini adalah nash al-quran yang penunjukannya secara
qathiy.
Waris mempunyai hukum-hukum tertentu yang sifatnya tauqify
yakni suatu ketentuan hukum yang bersifat dari Allah Swt. Hukum
waris juga tidak disertai illat (sebab ditetapkan hukum) apapun. Nash-
nash Alquran telah menjelaskan hukum-hukum waris dalam bentuk
rinci: Allah Swt telah menyatakan dalam firmannya: Allah
mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak
anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua.
Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika
anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta.
dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh
ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi
wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.(Q.S An-Nisa’ ayat: 11)

Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan


efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan dikalangan tertentu
dan pengembangannya dalam kelompok-kelompok besar dalam
masyarakat. Tokoh-tokoh ekonomi seperti Keynes,Taussig dan irfing
fisher menyetujui bahwa pembagian warisan yang tidak merata
merupakan penyebab utama dari ketidak adilan masyarakat. Menurut
Taussig,warisan mempunyai dampak yang sangat besar dalm
masyarakat. Menurut hukum waris Islam, harta milik orang lain yang
telah meninggal dibagi pada keluarga terdekat, yaitu anak
lakilaki/perempuan,saudara,ibu/bapak,suami/istri dan lain-lain. Jika
seseorang tidak mempunyai keluarga dekat sama sekali,maka harta
bendanya diambil alih oleh Negara. Dengan demikian waris bertujuan
untuk menyebarkanluaskan pembagian kekayaan dan mencegah
penimbunan harta dalam bentuk apapun.

C. AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG DISTRIBUSI

QS. Al-Isra’ ayat 29-30:

Artinya: Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada


lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. 30. Sungguh,
Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan
membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.

QS. Al-Hasyr ayat 7:


Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.

Hadist 1:

Artinya:
“saya lebih utama dengan mukmin,barang siapa yang mati dan ia punya
hutang,tidak meninggalkan apapun maka saya membayarnya,barang siapa
meninggalkan harta maka ahli warisnya (H.R Imam Bukhori).

Hadist 2:

Artinya:” “siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan


harga yang paling tinggi,dengan tujuan mengecoh orang islam maka
termasuk perbuatan yang salah”(H.R Ahmad).

D. Konsep Distribusi Menurut Ekonomi Islam

Adanya hukum yang mengatur tentang ekonomi dan adanya


instrumen sistem berekonomi dalam hukum Islam tidak lain agar
tercapainya kemaslahatan umat dalam kehidupan dunianya yang juga
menjadi bekal hidup di akhiratnya. Selain kemaslahatan tujuan instrumen
ekonomi dalam Islam juga untuk mewujudkan keadilan. Keadilan
ekonomi tidak dapat dicapai tanpa adanya keadilan distribusi atau
penyaluran.
Keadilan distribusi adalah prinsip utama dalam ekonomi Islam,
sistem ekonomi Islam menghendaki bahwa dalam pendistribusian harus
didasarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan. Kebebasan di
sini adalah kebebasan yang dibingkai oleh nilai-nilai tauhid dan keadilan,
tidak seperti pemahaman kaum kapitalis, yang mengatakan sebagai
tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa ada
campur tangan pihak manapun, tetapi sebagai keseimbangan antar individu
dengan unsur materi dan spritual yang dimilikinya, keseimbangan antara
individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Sedangkan keadilan dalam pendistribusian tercermin dari
larangan dalam Qur’an (QS. Al Hasyr [59];7), agar supaya harta kakayaan
tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja. Tetapi diharapkan
memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai sesuatu
keseluhuhan, Oleh karena itu dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan
kekayaan oleh sekelompok orang harus dihindarkan dan langkah-langkah
dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran kekayaan kepada
masyarakat yang lemah.

Hukum dan instrumen tersebut yang pada gilarannya menjadi


konsep yang sangat prinsipil dalam berekonomi menurut hukum Islam.
Ruslan Adul Ghafur Noor[4] dalam bukunya memaparkan, Bahwa konsep
distribusi dalam sistem ekonomi Islam yaitu meliputi dua hal :

1. Prisnsip distribusi dalam sistem ekonomi Islam, yang meliputi:

a. Larangan riba dan gharar. Di mana Ruslan menganggap


bahwa pelarangan riba dan gharar adalah sesutu yang penting dalam
ekonomi Islam, karena prinsip dari ekonomi pada dasarnya saling
menguntungkan, namun dalam hal riba dan gharar hanya satu pihak saja
yang diuntungkan sementara pihak lain terdzolimi.

b. Keadilan dalam distribusi. Di mana menurutnya, maksud


dalil adalah suatu kondisi yang tidak memihak pada salah satu pihak atau
golongan tertentu dalam ekonomi. Keadilan distribusi biasa juga diartikan
sebagai suatu distribusi pendapataan dan kekayaan secara adil sesuai
dengan norma-norma fairness yang diterima secara universal.

c. Konsep kepemilikan dalam ekonomi Islam. Di mana Islam


mengakui adanya hak milik terhadap benda dan menganggap sebuah
kepemilikan yang diperoleh dengan cara yang halal, dan dengan
kepemilikan tersebut manusia memperjuangkan kesejahteraannya di muka
bumi.
2. Kebijakan distribusi dalam ekonomi Islam.

Kebijakan-kebijakan ekonomi haruslah kepada kebijakan-


kebijakan yang berpihak pada kemaslahatan dan menciptakan keadilan
dalam ekonomi umat. Dan terlebih, konsep keadilan bertujuan agar harta
tidak terkumpul pada satu kelompok.

Melihat pemaparan ini, baik prinsip distribusi ataupun kebijakan


distribusi keduanya bertitik pada instrumen yang mengatur bagaimana
agar pendistribusian barang dapat memiliki nilai-nilai kemaslahatan yang
menyeluruh dan keadilan yang merata, sehingga pembangunan dan
kesejahteraan bukan dapat dimilki oleh beberapa orang saja, melainkan
pembangunan juga dapat dinikmati dan dilakukan oleh semua orang
pelaku ekonomi, sehingga fungsi produksi benar-benar terwujud bukan
hanya sekedar teori ataupun harapan saja.

E. TAFSIR AYAT DISTRIBUSI

Tafsir Jalalain QS. Al-Hasyr ayat 7 : 007. (Apa saja harta rampasan
atau fai yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota) seperti tanah Shafra, lembah Al-Qura dan tanah
Yanbu' (maka adalah untuk Allah) Dia memerintahkannya sesuai dengan
apa yang dikehendaki-Nya (untuk Rasul, orang-orang yang mempunyai)
atau memiliki (hubungan kekerabatan) yaitu kaum kerabat Nabi dari
kalangan Bani Hasyim dan Bani Mutthalib (anak-anak yatim) yaitu anak-
anak kaum muslimin yang bapak-bapak mereka telah meninggal dunia
sedangkan mereka dalam keadaan fakir (orang-orang miskin) yaitu orang-
orang muslim yang serba kekurangan (dan orang-orang yang dalam
perjalanan) yakni orang-orang muslim yang mengadakan perjalanan lalu
terhenti di tengah jalan karena kehabisan bekal.

Yakni harta fai itu adalah hak Nabi saw. beserta empat golongan
orang-orang tadi, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah swt.
dalam pembagiannya, yaitu bagi masing-masing golongan yang empat tadi
seperlimanya dan sisanya untuk Nabi saw. (supaya janganlah) lafal kay di
sini bermakna lam, dan sesudah kay diperkirakan adanya lafal an (harta fai
itu) yakni harta rampasan itu, dengan adanya pembagian ini (hanya
beredar) atau berpindah-pindah (di antara orang-orang kaya saja di antara
kalian. Apa yang telah diberikan kepada kalian) yakni bagian yang telah
diberikan kepada kalian (oleh Rasul) berupa bagian harta fa-i dan harta-
harta lainnya (maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian
maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nyahukuman-Nya) .
Kesimpulan

Distribusi merupakan upaya yang dilakukan untuk menyalurkan barang


yang diproduksi oleh produsen sehingga sampai pada konsumen yang
membutuhkan. Adanya distribusi merupakan kelanjutan dari upaya produksi oleh
produsen.

Dalam hal distribusi, Islam mememiliki konsep kemaslahatan dan keadilan


yang berbeda dengan sistem kapitalis yang hanya mendahulukan orang-orang
kaya dalam pendistribusian. Dalam ekonomi kapitalis orang kaya dianggap orang
yang mampu membayar harga barang yang didistribusikan, sementara orang yang
tidak punya ditinggalkan karena tidak mampu membayar mahal. Jelas dalam hal
ini tidak ada keadilan distribusi dan kemaslahatan bagi banyak orang.

Kebijakan pembagian harta/ distribusi yang salah satunya terangkum


dalam penjelasn QS. Al-Hasyr : 7 menunjukkan pentingnya distribusi kekayaan.
Besarnya alokasi pembagian yang sekarang disebut subsidi ditentukan oleh
pemimpin atau pemerintah. Sudah semestinya pemerintah mengalokasikan
distribusi kekayaan dalam bentuk subsidi itu berdasarkan mendesaknya kebutuhan
penggunanya yaitu fakir miskin dan anak yatim yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Dengan demikian, upaya untuk menurunkan angka kemiskinan bukan
sekedar impian saja.
Daftar Pustaka

A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taymiyah, Surabaya: Bina


Ilmu, 2002.

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jld 1. Yogyakarta: Dana


Bhakti Wakaf. 1995.

Al Jazri, Mubarak Ibnu al Atsir, Jami al Ushul, no. 3645 (Kuwait:


Maktbah al Mallah, 1392.

Noor. Ruslan Adul Ghafur, Konsep Distribusi Dalam Ekonomi


Islam Dan Format Keadilan Ekonomi Di Indonesia, (Yogyakarta, Pusrtaka
Pelajar, Tahun 2013), Cet I.

Suwiknyo, Dwi.2010. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam.


Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai