Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FIQIH LIMA MAZHAB

Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas pada Mata Kuliah

Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu : Anggia Firmansyah,S.Pd.I,M.Pd.I.

DisusunOleh :

Eneng paridah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ASSA'IDIYAH

CIPANAS-CIANJUR

2021/202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah
ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam dengan
judul “FIQIH LIMA MAZHAB”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun  menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi lebih baik laginya
makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mazhab ...........................................................................2
B. Latar Belakang Timbulnya Mazhab ....................................................3
C. Sejarah Singkat Munculnya Mazhab dalam Islam ................................3
D. Perkembangan Mazhab – Mazhab Fiqih ..............................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................14
B. Penutup .......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting.
Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu
dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang
tidak pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat
agama yang sedang mengalami modernisasi. Perkembangan fiqih secara sungguh-
sungguh telah melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu
sendiri.
            Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan secara amat
dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari
masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah kesejahteraan
fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan
kemungkinan baru bagi perkembangan Islam berikutnya.
.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Madzhab ?
2.      Bagaimana Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Madzhab ?
3.      Bagaimana Perkembangan Mazhab-mazhab Fiqih ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Madzhab
Secara bahasa, mazhab memiliki dua pengertian, pertama kata mazhab berasal
dari kata zahaba-yazhabu yang memiliki arti telah berjalan, telah berlalu, telah mati.
Pengertian kedua yakni, mempunyai arti suatu yang diikuti dalam berbagai masalah
disebabkan adanya pemikiran, oleh karena itu mazhab berarti yang diikuti atau
dijadikan pedoman atau metode.
Kata madzhab adalah isim makan ( kata yang menunjukkan tempat) yang
diambil dari fi’il madhi ( kata dasar) dzahaba yang berarti “pergi”. Dan dapat juga 
berarti al-ra’yu, yang artinya “pendapat”.
Secara istilah, Madzhab adalah jalan yang di lalui dan lewati.Menurut para
ulama dan ahli agama yang di namakan mazhab adalah metode yang di bentuk setelah
melelui pemikiran dan penelitian,kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya
sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya,bagian-bagiannya,di bangun di atas
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Mazhab artinya aliran,golongan,paham,pokok pikiran dari seseorang.Mazhab
fiqih berarti aliran atau paham dalam fiqih yang berhubungan dengan penafsiran dan
pelaksanaan hukum Islam.Fiqih yang di maksud adalah produk Ijtihad ulama dalam
masalah-masalah hukum Islam yang di dasarkan pada sumber-sumber ajaran islam,yaitu
Alquran dan Hadits.
Dengan demikian bermazhab adalah mengikuti hasil pemikiran seseorang atau
sekelompok orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan hukum Islam. Contoh
ketika bermazhab Syafi’i berarti mengikuti pendapat-pendapat imam Syafi’i dalam
menjalankan hukum Islam(Fiqih). 
Pengertian madzhab dalam istilah fiqih atau ilmu fiqih setidaknya meliputi dua
pengertian, yaitu :
a.       Jalan pikiran atu metode (manhaj) yang digunakan seorang mujtahid dalam menetapkan
hukum suatu kejadian.
b.      Pendapat atau fatwa seorang mujtahid atau mufti tentang hukum suatu kejadian.
Pembahasan tentang madzhab merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang
taqlid. Orang awam yang muqallid setelah memperoleh jawaban hukum dari seseorang
mufti harus beramal dengan pendapat atau fatwa dari mufti itu. Fatwa atau pendapat
yang dirumuskan oleh seorang mujtahid itulah yang pada mulanya disebut dengan
madzhab
2
Dalam Islam, istilah mazhab secara umumnya digunakan untuk dua tujuan: dari
sudut akidah dan dari sudut fiqh.  Mazhab akidah ialah apa yang bersangkut-paut
dengan soal keimanan, tauhid, qadar dan qada’, hal ghaib, kerasulan dan sebagainya. 
Contoh mazhab-mazhab akidah Islam ialah Mazhab Syi‘ah, Mazhab Khawarij, Mazhab
Mu’tazilah dan Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah. Setiap dari kumpulan mazhab
akidah itu mempunyai mazhab-mazhab fiqhnya sendiri-sendiri . Mazhab fiqh ialah apa
yang berkaitan dengan soal hukum-hakam, halal-haram dan sebagainya. Contoh
Mazhab fiqh untuk Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah ialah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,
Mazhab al-Syafi‘i dan Mazhab Hanbali.

B.     Latar Belakang Timbulnya Madzhab


            Lahirnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor.Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Syaltout dan Muhammad Ali
as-Sayis, bahwa perbedaan pendapat dikalangan madzhab disebabkan oleh :
1.      Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash
Hal ini merupakan bagian yang banyak menimbulkan perbedaan, karena boleh jadi
suatu lafadz memiliki makna lebih dari satu. Adanya pengertian hakiki dan kiasan atau
perbedaan ‘uruf mengenai arti sesuatu lafadz yang dipergunakan.
2.      Perbedaan Dalam Masalah Hadis
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaltout dan Muhammad Ali as-Sayis, bahwa perbedaan
dalam masalah hadits ini bisa saja terjadi karena ada hadits yang sampai kepada
sebagian kelompok saja. Atau bisa jadi, berbeda dalam menilai keberadaan hadits dan
peawinya.
3.      Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash
4.      Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan ( ta’rudl al-adillah)
5.      Perbedaan Tentang Qiyas
6.      Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7.      Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8.      Perbedaan dalam Masalah Nasakh
C.    Sejarah Singkat Munculnya Madzhab dalam Islam
Sebagaimana diketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai
penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan berpencar-pencar ke nagara
yang baru
3
tersebut. Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah
memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan. Sejalan dengan pendapat di atas,
Qasim Abdul Aziz Khomis menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
ikhtilaf di kalangan sahabat ada tiga yakni :
1. Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur’an
2. Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat
3. Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu.
 Sementara Jalaluddin Rahmat melihat penyebab ikhtilaf dari sudut pandang
yang berbeda, Ia berpendapat bahwa salah satu sebab utama ikhtilaf di antara para
sahabat prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah baru yang tidak terjadi pada
zaman Rasulullah SAW.
Setelah berakhirnya masa sahabat yang dilanjutkan dengan masa Tabi’in,
muncullah generasi Tabi’it Tabi’in. Ijtihad para Sahabat dan Tabi’in dijadikan suri
tauladan oleh generasi penerusnya yang tersebar di berbagai daerah wilayah dan
kekuasaan Islam pada waktu itu. Generasi ketiga ini dikenal dengan Tabi’it Tabi’in. Di
dalam sejarah dijelaskan bahwa masa ini dimulai ketika memasuki abad kedua hijriah,
di mana pemerintahan Islam dipegang oleh Daulah Abbasiyyah. 
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak
kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah
berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian
yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi
baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani
Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena
landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Periode ini
dalam sejarah hukum Islam juga dianggap sebagai periode kegemilangan fiqh Islam, di
mana lahir beberapa mazhab fiqih yang panji-panjinya dibawa oleh tokoh-tokoh fiqh
agung yang berjasa mengintegrasikan fiqh Islam dan meninggalkan khazanah luar biasa
yang menjadi landasan kokoh bagi setiap ulama fiqh sampai sekarang.
Sebenarnya periode ini adalah kelanjutan periode sebelumnya, karena pemikiran-
pemikiran di bidang fiqh yang diwakili mazhab ahli hadis dan ahli ra’yu merupakan
penyebab
4
timbulnya mazhab-mazhab fiqh, dan mazhab-mazhab inilah yang mengaplikasikan
pemikiran-pemikiran operasional.Ketika memasuki abad kedua Hijriah inilah
merupakan era kelahiran mazhab-mazhab hukum dan dua abad kemudian mazhab-
mazhab hukum ini telah melembaga dalam masyarakat Islam dengan pola dan
karakteristik tersendiri dalam melakukan istinbat hukum
       Kelahiran mazhab-mazhab hukum dengan pola dan karakteristik tersendiri ini, tak
pelak lagi menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dan beragamnya produk hukum
yang dihasilkan. Para tokoh atau imam mazhab seperti Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan lainnya, masing-masing menawarkan kerangka
metodologi, teori dan kaidah-kaidah ijtihad yang menjadi pijakan mereka dalam
menetapkan hukum. Metodologi, teori dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para
tokoh dan para Imam Mazhab ini, pada awalnya hanya bertujuan untuk memberikan
jalan dan merupakan langkah-langkah atau upaya dalam memecahkan berbagai
persoalan hukum yang dihadapi baik dalam memahami nash al-Quran dan al-Hadis
maupun kasus-kasus hukum yang tidak ditemukan jawabannya dalam nash. 
Metodologi, teori dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para imam mazhab
tersebut terus berkembang dan diikuti oleh generasi selanjutnya dan ia -tanpa disadari-
menjelma menjadi doktrin (anutan) untuk menggali hukum dari sumbernya. Dengan
semakin mengakarnya dan melembaganya doktrin pemikiran hukum di mana antara satu
dengan lainnya terdapat perbedaan yang khas, maka kemudian ia muncul sebagai aliran
atau mazhab yang akhirnya menjadi pijakan oleh masing-masing pengikut mazhab
dalam melakukan istinbat hukum.
Teori-teori pemikiran yang telah dirumuskan oleh masing-masing mazhab
tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting artinya, karena ia menyangkut
penciptaan pola kerja dan kerangka metodologi yang sistematis dalam usaha melakukan
istinbat hukum. Penciptaan pola kerja dan kerangka metodologi tersebut inilah dalam
pemikiran hukum Islam disebut dengan ushul fiqh.
Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih telah muncul banyak mazhab fiqih.
Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah berbeda pendapat sekitar
bilangan mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah fiqh mengenai
berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang pernah ada.  
5
Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada,  maka hanya beberapa
mazhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Menurut M. Mustofa Imbabi,
mazhab-mazhab yang masih bertahan sampai sekarang  hanya tujuh mazhab saja yaitu :
mazhab hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Zaidiyah, Imamiyah dan Ibadiyah. Adapun
mazhab-mazhab lainnya telah tiada. Sementara Huzaemah Tahido Yanggo
mengelompokkan mazhab-mazhab fiqih sebagai berikut :
1. Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
a. ahl al-Ra’yi, kelompok ini dikenal pula dengan Mazhab Hanafi
b. ahl al-Hadis terdiri atas :
1. Mazhab Maliki
2. Mazhab Syafi’I
3. Mazhab Hambali
2. Syi’ah
a. Syi’ah Imamiyah Ja’far As-Shadiq
3. Khawarij
4. Mazhab-mazhab yang telah musnah
a. Mazhab al-Auza’i
b. Mazhab al-Zhahiry
c. Mazhab al-Thabary
d. Mazhab al-Laitsi
Pendapat lainnya juga diungkapkan oleh Thaha Jabir Fayald al-‘Ulwani beliau
menjelaskan bahwa mazhab fiqh yang muncul setelah sahabat dan kibar al-Tabi’in
berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran ini berafiliasi dengan aliran ahlu Sunnah.
Namun, tidak semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbat
hukumnya.Adapun di antara pendiri tiga belas aliran itu adalah sebagai berikut :
1. Abu Sa’id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H.)
2. Abu Hanifah al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H.)
3. Al-Auza’i Abu ‘Amr ‘Abd Rahman ibn ‘Amr ibn Muhammad ( w. 157 H.)
4. Sufyan ibn Sa’id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H.)
5. Al-Laits ibn Sa’ad (w. 175 H.)
6. Malik ibn Anas al-Bahi (w. 179 H.)
6
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H.)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (w. 204 H.)
9. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H.)
10. Daud ibn ‘Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H.)
11. Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H.)
12. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H.)
13. Ibnu Jarir at-Thabari

D.    Perkembangan Mazhab-mazhab Fiqih

1.      Madzhab Hanafi
            Madzhab ini dibangun atas dasar pemikiran Imam Abu Hanifah (w.150 H/767
M). Nama kecil beliau adalah al-Nu’man ibn sabit ibn Zauta, yang kemudian lebih
populer dengan sebutan Abu Hanifah. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun 80H/699
M, dan meninggal pada tahun 150 H/767 M.
            Pemikiran Imam Abu Hanifah banyak pengaruhnya dan berkembang di berbagai
kawasan negeri Islam seperti Irak, Syam dan sekitarnya serta tersebar di Mesir dan
daerah lainya. Salah satu kota tempat pertama Abu Hanifah memulai perkembangan
ilmunya yaitu di Kuffah, dimana tempat tersebut menjadi salah satu kota yang sedang
berkembang dan sekaligus menjadi pusat ilmu dan kebudayaan. Disamping itu ulama –
ulama serimg melakukan diskusi dan banyak menimbulkan perdebatan menyangkut
aqidah, hadits dan fiqh.Abu Hanifah belajar dengan seorang guru Zaid ibn Ali Ja’far
Ash – Shadiq, Abdullah ibn Hasan dan para tabi’in di bidang ahli fiqh.
            Sepeninggal gurunya ketika beliau berumur 40 tahun Abu Hanifah mulai
mengajar ilmu agama yang telah ia dapat. Mulai darisinilah beliau mulai mengluarkan
pandangan – pandangan yang tidak jarang menimbulkan kontroversi dengan pandangan
yang sudah ada. Beliau tidak segan – segan mengkritik tajam terhadap fatwa atau
putusan hakim pada pemerintahan. Akibatnya beliau dipenjarakan sampai wafat
            Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan dan ilmu yang beliau miliki sangatlah
luas. Oleh sebab itu para murid yang menjadi pengikutnya juga mengembangkan dan
menjadi pihak yang sangat berjasa dalam meneruskan serta menyebar luaskan
perjuangan gurunya. Pola pemikiran pada bidang fiqh yang menjadi fokus kajian Abu
Hanifah sehingga
7
melahirkan mazhab tersendiri yang disebut dengan Ushul al – Mazhab al –
Hanfiyah. Diantara murid – muridnya yang terkenal ialah Abu Yusuf dan Muhammad
ibn al – Hasan al – Syaibani. Keduanya dalam menetapkan hukum dan memberi fatwa
berpijak pada cara – cara yang ditempuh oleh Abu Hanifah. Mereka juga yang pertama
menulis beberapa buku berdasarkan mazhab Hanafi. Karya – karya murid Abu Hanifah
tertuang pada kitab yang mereka ciptakan antara lain, al – Zakah, al – Siyam, al –
Faraidl, al – Hudud, al – Kharaj, dan al – Jami.
            Dalam hal istinbat, mazhab Hanafi menempuh langkah – langkah sebagai
berikut, pertama berpeganf pada al – Kitab, kedua, as – Sunah, ketiga, Qaul
Sahabi,  keempat al – Ijma’, kelima, al – Qiyas, keenam, al – istihsan, dan ketujuh, al –
‘Urf.  Dalam penggunaan Qiyas dan al – Istihsan kadang – kadang Abu Hanifah
mendahulukan penggunaan al – Istihsan dan mengenyampingkan Qiyas karena
persoalan yang lebih penting. Begitu pula halnya dengan as – Sunah beliau sangat
selektif dalam penggunaannya sebagai hujjah, beliau hanya berpegang pada Sunah yang
memang betul – betul kuat dan dapat dipercaya. Ini pula yang menyebabkan mazhab
Hanaafi dikenal dengan mazhab yang cenderung berpegang pada ra’yu. Bahkan Abu
Yusuf melakuakan ijtihad telah melampaui masanya, dengan memperkiraan hal – hal
yang belum terjadi.     
           
2.      Madzhab Malik
            Mazhab ini dinisbatkan pada pendirinya Imam Malik. Nama lengkapnya Malik
bin Anas ibn Abi Amr. Beliau dilahirkan di Madinah pad tahun 93 H dan wafat pada
tahun 179 H. Imam Malik selama hidupnya hanya berada di Madinah berkat hal tersebut
beliau juga mendapat julukan Imam Dar al – Hijrah. Dengan demikian watak dan corak
yang dimiliki sangat dipengaruhi oleh lingkungannay pada saat itu. Malik menuntut
ilmu kepada ulama’ – ulama’ kota Madinah, diantara guru – gurunya adalah
Abdurahman bin Harmuz, Nafi’ seorang Maula Ibn Umar dan Ibn Syihab Al – Zuhri.
Malik belajar fiqh kepada gurunya bernama Rabi’ah ibn Abdirrahman yang dikenal
sebagai ahli ra’yu dan setelah tujuh belas tahun Malik mulai belajar menekuni Hadits di
samping ilmu fiqh. Malik adalah orang yang sangat cerdas dan genius serta memilki
hafalan yang kuat dari kecerdasan beliau dalam usia yang realtif muda beliau sudah
mendapatkan izin oleh gurunya untuk mengajar di masjid Madinah saat itu.
8
Dari sini Malik mulai menunjukan sikap dan pendapatnya tentang berbagai hal
tentang fiqh dan manhajnya maupun yang berkaitan dengan hadits sendiri. Setelah
tampil dengan pemahaman mengenai ajaran Islam, orang – orang mulai berbondong
bondong untuk belajar dengannya di Madinah. Hampir sebagian besar kehidupannya
kurang lebih tujuh puluh tahun digunakan untuk mengajar dan menelaah ilmu yang
disebarkan kepada murid – muridnya.
            Pemikiran Imam Malik dan dasar – dasar istinbatnya berkemban luas di
masyrakatt Islam yang dijadikan pegangan dan dasar pijakan mazhab ushul Maliki.
Perkembangan ajaran – ajarannya tersebaar diantaranya di daerah – daerah Madinah,
Hijaz, Bahrain, Kuwait, Andalusia, Maroko, Afrika Timur, dan Afrika Barat.[8] Dasar –
dasar istinbat yang digariskan oleh Imam Malik, sebagai diungkapkan oleh Muhammad
Ali al – Sayis adalah pertama, al – Kitab, kedua, al – Sunah, ketiga al –
Jima’,  keempat, al – Qiyas, kelima amal ahli Madinah, keenam, Maslahat Mursalah
atau al - Istilah, ketujuh, Qaul Sahabi, kedelapan, al – Istihsan,  kesembilan, al –
Zara’i atau al – Zari’ah kesepuluh, al – Urf dan  kesebelas, al – Istihsab. Adapun
mengenai hadits Malik menggunakan Hadits Mursal. Berkaitan dengan karya beliau ada
sejumlah buku akan tetapi yang hingga saat ini masih ada hanyalah al – Muwata’.
            Diantara murid – murid beliau yang terkenal dan besar jasanya dalam
mengembangkan Mazhab Maliki ialah Muhammad ibn al – Hasan da Abdullah Ibn
Wahab. Dari karya murid – muridnya yang terkenal tersebut munculnya kitab yang
paling populer, al – Mudawanah. Kemudian murid Malik yang nantinya juga menjadi
tokoh tersendiri pula adalah Imam Syafi’i.
   
3.      Madzhab Syafi’i
            Mazhab ini dinisbatkan kepada tokohnya yang bernama Imam Syafi’i. Nama
lengkapnya Abu Abdillah Muhammad Ibn Idris ibn Abbas Ibn Usman Ibn As – Syafi’i
dan dikenal dengan As – Syafi’i. Beliau dilahirkan di Gazah di daerah Palestina pada
tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 di Mesir. Sejak kecil beliau telah menjadi Yatim
kemudian ibunya membawanya ke Mekah guna menimba ilmu disana. Di Mekah beliau
mulai belajar menimba ilmu serta menghafal Al – Qur’an berkat dorongan dari ibunya,
dengan ketekunan serta kecerdasan yang dimiliki Syafi’i telah mengkhatamkan hafalan
Qur’annya sejak umur tujuh tahun.
9
Setelah selesai menghafal Al – Qur’an beliau  mulai menekuni ilmu lain di bidang fiqh
dan hadits. Di samping itu ia juga belajar bahasa arab dan sastra, serta syair – syair
bangsa   arab kala itu. Atas dasar kemampuan yang dimiliki luar biasa itu, maka salah
seorang gurunya, Muslim ibn Khalid al – Zanji mengizinkan dan menganjurkannya
untuk menjadi mufti di kota Makkah di umur beliau dua puluh tahun. Sejak itu Syafi’i
mulai mengluarkan pandangan – pandangan tentang hukum Islam. Perkembangan
pemikiran hukum ini dilatar belakangi oleh suasana kebebasan berpikir dan ijtihad di
kalangan ulama’ dan fuqaha’.
            Kedua corak pemikiran hukum ini didasarkan pada sebelumnya yang seolah –
olah sulit untuk dipertemukan, yaitu ahlu ra’yu yang diwakili oleh Mazhab Hanafi dan
kedua diwakili oleh Mazhab Maliki. Hal ini membuat Syafi’i lebih memiliki semangat
dalam mendalami ilmu – ilmu tersebut. Semangatnya tersebut diwujudkan dengan
berangkatnya beliau ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik. Disana ia
mendalami bidang fiqh disamping mempelajari kitab al – Muwatha’. Tidak berhenti
sampai disitu sepeninggal wafatnya Imam Malik ia juga berkunjung ke barbagai daerah
diantaranya Yaman dan Irak.
            Dalam kondisi seperti ini, Syafi’i berhadapan dengan dua corak pemikiran fiqh,
yaitu Irak yang bercorak rasional dan Madinah serta Hjaz yang bercorak tekstual.
Pencampuran dua pola pemikiran tersebut yang nantinya melahirkan pemikiran baru
dalam bidang fiqh. Ketika setelah kembali dari dua kota tersebut dan kemudian menetap
di Makkah selama kurang lebih sembilan tahun beliau mulai melakukan perbandingan
dan berusaha membuat metode baru dalam istinbat disamping menelaah dua corak
pemikiran dan menerapkannya pada ijtihad yang dilakukan.
            Corak pemikiran fiqh yang dikembangkan oleh Syafi’i hasil dari telaahnya itu
menghasilkan hal baru pada fiqh dan teori ushul dengan karakteristik mengambil jalan
tengah antara ahlu ra’yi dan ahlu hadits, dengan kata lain memakai prinsip pemikiran
yang bersifat moderat (tawasuth). Ahmad Hasan mengungkapkan konsep pemikiran
yang diciptakan oleh Imam Syafi’i memang berbeda dengan yang sudah ada.Imam
Syafi’i telah berhasil mengkolaborasikan pemikiran – pemikiran yang telah ada
sebelumnya dengan pemikiran barunya, akan tetapi ia juga tidak menyalahkan apa yang
telah dirumuskan oleh Imam Mazhab sebelumnya.
            Langkah – langkah yang dipakai Imam Syafi’i dalam penetapan hukum sebagai
dijelaskan Hasan Abu Thalib[9] yaitu pertama, al – Kitab, kedua, al –
Sunah,  ketiga, al
10
– Ijma’, keempat, al – Qiyas,  kelima, al – istihsab. Dalam hal Sunah Imam Syafi’i
menggunakan khabar ahad apabila rawinya tsiqat. Dan tidak mensyaratkan harus
mansyur sebagaimana Halnya Imam Malik dan Imam Syafi’i tidak menggunakan al –
istihsan sebagaimana Abu Hanifah. Kepiawaian Imam Syafi’i dalam bidang pemikiran
hukum Islam memang sudah diakui dan luar biasa. Disamping ia mengajar dan
menyebarkan ilmunya ia juga aktif menulis, salah satu karyanya dalam bidang ushul
fiqh yaitu kitab ar – risalah.. Ahmad Hasan mengemukakan bahwa Syafi’i adalah
seorang penulis di bidang hukum yang sangat hebat dipandingkan para pendahulunya,
karena tidak ada karya – karya pendahulunya yang sampai kepada kita, kecuali Syafi’i.
Selain kitab ar – risalah  di bidang ushul fiqh beliau juga berhasil mengarang kitab di
bidang fiqh yaitu, al – Umm.
                Disisi lain sebagai ulama’ yang mempunyai kedalaman dan keluasan ilmu
pada masanya, Syafi’i banyak pengikut dan murid – murid yang sangat besar jasa
mereka dalam mengembangkan mazhab Syafi’i baik di Makkah, Irak, maupun Mesir.
Salah satu murid Syafi’i yang fenomenal yaitu Ahmad ibn Hambal  yang nantinya dapat
mengembangkan ajarannya dan menciptakan mazhab sendiri.

4.      Madzhab Hambali
            Mazhab ini dipelopori oleh Ahmad ibn Hambal. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Ahmad ibn Hambal ibn Hilal ibn Assad al – Syaibani yang lebih populer
dengan nama Ahmad ibn Hambal. Ia dilahirkan di Kota Baghdad  pada tahun 164 H/780
M dan wafat pada kota ini pula pada tahun 241 H/855 M. Beliau sejak kecil sudah
belajar serta menghafal Al – Qur’an disamping itu ia juga belajar fiqh kepada sejumlah
ulama’ di Baghdad, Imam Abu Yusuf murid dari Imam Abu Hanifah.
            Kecerdasan dan kesungguhannya sangat luar biasa, hal ini ditunjukan ketika ia
menginjak umur tujuh tahun mulai berkelana ke berbagai daerah antara lain Kufah,
Basrah, Makkah, Madinah, Syam dana Yaman. Beliau lebihh banyak menekuni hadits
meskipun iepun juga seorang ahli fiqh iapun juga menjadi seorang mujtahid mustaqil
( mujtahid yang tidak terkait dengan mazhab pendahulunya ). Akan tetapi meskipun ia
mengembangkan mazhab tersendiri, jalan istinbat yang ditempuhnya lebih dekat dengan
gurunya yaitu Imam Syafi’i.
            Kedalaman dan keluasan ilmu Ahmad ibn Hambal terutama dalam bidang hadits
sangat luar biasa dan diakui oleh berbagai kalangan. Beliau telah berhasil menghimpun
11
sejumlah hadits selama masa belajarnya kuranng lebih sebanyak empat puluh ribu
hadits, yang terkumpul dalam kitab yang terkenal dengan Musnad Ahmad Ibn
Hambal. Mengenai karya – karya nya di bidang fiqh tidak didapatkan penjelasan secara
pasti, karena ia sendiri tidak mendiktikan kepada murid – muridnya sehingga tidak bisa
menemukan pandangan fiqhnya secara orisinil. Dalam hal ini Abu Hasan At – Thalib
dasar – dasar hukum yang dipakai oleh Ibn Hambal yaitu, pertama al –
Qur’an,  kedua, as – Sunah, ketiga al – Ijam’, keempat, al – Qiyas, kelima al –
istihsab, keenam, al – Masalih al Mursalah dan ketujuh Saduz Zariah.  Berkenaan
dengan hadits beliau menggunakan Hadits Mursal dan Hadits Dhaif daripada Qiyas.
Darisinilah menunjukan karakteristik corak pemikiran beliau yang lebih mengutamakan
nash formalistik dan pendekatan tekstual dalam istinbat hukum, dan jarang
menggunakan ra’yu.

5 . Mazhab imamiyah ja’far As-shadiq

Mazhab ini di pelopori oleh Ja’far bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainalabidin
bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.Beliau di lahirkan pada tahun 80 H(699
M).Ibunya bernama Ummu Farwah binti AlQasim bin Muhammad bin Abu Bakar
Assidiq,pada beliaulah perpaduan darah Nabi SAW dengan Abu Bakar Assiddiq ra
Beliau berguru langsung kepada ayahnya di sekolah ayahnya ,yang banyak
melahirkan tokoh-tokoh ulama besar Islam.Beliau adalah seorang ulama besar
dalam banyak bidang ilmu seperti ilmu filsafat,tasawuf, fiqih,kimia,dan ilmu
kedokteran.Beliau adalah imam ke enam dari dua belas imam dalam mazhab syi’ah
Imamiyah.Dikalangan imam sufi beliau adalah guru besar dan di kalangan ilmu
kimia beliau adlah guru jabirbin hayyan{ahlil kimia dan kedokteran}.Dalam mazhab
Syi’ah fiqih Ja’fari lah sebagai fiqih mereka,karena sebulum Ja’far Assodiq dan
pada masanya tidak ada perelisihan,perselisihan dan perbedaan pendapat baru
muncul setelah msa beliau.
Ahlussunnah berpendapat bahwa Ja’far Assodiq adalah seorang mujtahid dalam
ilmu fiqih,dan di anggap sudah tingkat ladunni.Dikalangan Syaikh terkemuka
beliau juga di anggap sebagai seorang sufi,karena pada dirinya terdapat puncak
pengetahuan dan darah Nabi SAW yang suci.Beliau adalah seorang yang
berpengetahuan luas dalam agama,mempunya budi pekerti yang sempurna serta
sangat bijaksana,zahid dari keduniaan,jauh dari segala hawa nafsu.
12
Imam Abu Hanifah berkata:”Saya tidak dapati orang yang lebih faqih dari Ja’far
bin Muhammad”. George Zidan berkata:”Diantara muridnya adalah Abu
Hanifah,Malik bin Annas,Abu Wasil bin Ata’.’Abu Nuaim mengatakan bahwa
diantara murid beliau juga ialah Muslim bin Alhajjaj{perawi hadis
shahih}bahkan riwayat lain mengatakan di Kuffah sedikitnya ada 900 orang
syaikh belajar kepada belliau di masjid Kuffah.
Abu Zuhrah berkata:”dasar-dasar hukum Imam Ja’far berpandukan kitab
Allah[Alquran],pengetahuan dan pandangan beliau sangat jelas,beliau
mengeluarkan hukum-hukum fiqih dari nash-nashnya,dan juga berpandukan
kepada sunnah,sesungguhnya beliau tidak mengambil melainkan hadis riwayat
Ahli Bait[keluarga Nabi],dan menolak penggunaan qiyas,dan istihasan,
Mazhab ini menolak hadis yang di riwayatkan oleh sahabat yang memusuhi
ahlulbait,sedangkan qiyas hanya di pergunakan apabila terdapat dalam nash,jika
tidak ada dalam nash nya maka menggunakan akal dengan kaidah kaidah
tertentu
13
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid
dalam memecahkan masalah atau mengistinbatkan hukum Islam.Menurut ulama fiqih
mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang di jalankan oleh seorang ahli fiqih
mujtahid yang mengantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.
Adapun lahirnya mazhab di karenakan adanya perbedaan pendapat para ulama
dalam menetapkan hukum yang belum ada nash nya di dalam Alquran dan Hadist.
Dalam perkembangan nya ada mazhab yang punah dan yang eksis sampai
sekarang.Mazhab yang telah punah diantaranya: mazhab Al auza’i,mazhab imam
Laits,mazhab Daud bin Ali al ashbahani,dan mazhab Imam At tabari.Dan mazhab yang
masih eksis sampai sekarang antara lain: mazhab Hananfi,mazhab Maliki,mazhab
Syafi’i,mazhab Hambali,mazhab imamiyah Ja’far Asshodik (mazhab Syiah).
B.    Penutup
Demi kesempurnaan penulisan dalam makalah ini penulis sangat membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Atas segala kekurangan saya
mohon maaf yang sebesar – besarnya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Yanggo,Huzaemah tahido.1997.Pengantar perbandingan mazhab.ciputat:Logos wacana


Ilmu

Muhakbarilyas.blogspot.com/201212/mengenal perkembangan mazhab fiqih dalam


islam.html
Mughniyah,Muhammad Jawad.2010. Fiqih Lima Mazhab.Jakarta:Penerbit Lentera.
http://khazanah –keislaman.blogspot.co.id/2015/08/

Anda mungkin juga menyukai