DI SUSUN OLEH:
1. RIANA HANDAYANI HASAN (2210631120170)
2. SALWA SYIFA SALSABILA (2210631120171)
3. ZAHRA AULIA SYAHZABILLA (2210631120156)
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji serta rasa sykur kita kehadirat Allah
SWT. Yang telah memberikan kami rahmat dan hidayah-Nya. Juga tak lupa kami
sampaikan terima kasih terhadap bantuan dari beberapa pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sembangan pikiran dan materinya, sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “ISLAM DAN TOLERANSI :
Definisi Toleransi dan Toleransi Dalam Islam”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pengantar Studi Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yahdi
Fahmi Arifudin selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi kami.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan, baik dalam
hal teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Mazhab.........................................................................................3
2.2 Sejarah Munculnya Mazhab...........................................................................4
2.3 Mazhab-mazhab dalam Fikih.........................................................................7
BAB III .................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada
al-Qur’an dan hadis.
b. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.
2
1. Menguasai Al-Qur’an. Tidak hanya mebaca dan menghafal, tetapi benar-
benar menguasai Al-Qur’an beserta maknanya dan ilmu-ilmu yang
terkait dengannya.
2. Menguasai hadis. Seorang mujtahid wajib menguasai hadis-hadis shahih,
terutama hadis shahih yang berhubungan dengan hukum dalam islam.
3. Menguasai bahasa Arab beserta dengan ilmu-ilmunya yang berkitan
dengan bahasa arab.
4. Menguasai ilmu ushul fiqh beserta kaidahnya.
5. Memahami tujuan poko syariat Islam
6. Bertakwa kepada Allah SWT.
3
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rasulullah adalah sebatas Ijtihad
(pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman itu
sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika para
sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing, maka mereka
langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rasulullah.
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau ijtihad para
sahabat dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rasul
akan kasus tersebut, sehingga Rasulullah SAW langsung memutuskan kasus
tersebut apakah salah satu yang benar atau keduanya benar.9 Madzhab secara
sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk pendapatpendapat para sahabat
dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian disampaikan kepada Rasulullah.
4
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh
orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad,
Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk
juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada
AlQamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-Imam Abu Hanifah.
Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan Imam Sufyan asl-Sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula Ibn
Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin,
Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by,
Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul al-Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani. Dalam
kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di kalangan Tabiin
berbeda pendapat:
a. Imam Sufyan al-Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak ada
iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk menjaga
nasab, sedangkan pezina tidak menjaga nasab.
b. Imam Hasan basri, Ibrahim Al-Nakha’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya,
karena iddah itu karena Istibra’ (membersihkan Rahim).
d. Periode Tadwin
Pemerintah Islam pasca keruntuhan Daulah Umayyah segera digantikan
oleh Daulah Abbasiah. Masa Abbasiah ini disebut juga masa Mujahidin dan
masa pembukuan fikih, karena pada masa ini terjadi pembekuan dan
penyempurnaan fikih. Pada masa Abbasiyyah, yang dimulai dari pertengahan
adab ke-2 H sampai peretngahan abad ke-4 ini, muncul usaha-usaha
pembukuan al-Sunnah, fatwa-fatwa sahabat, dan tabi’in dalam bidang fikih,
tafsir, ushul al-fiqh. Pada masa ini pada lahir para tokok dalam istinbat dan
perundangan-undangan Islam.
Masa ini disebut Masa Keemasan Islam yang ditandai dengan
berkembangannya ilmu pengetahuan yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga
sekarang. Pada masa ini muncul pula mazhab-mazhab fikih yang banyak
mempengaruhi perkembangan hokum Islam diantaranya, mazhab Hambali,
Mazhab Syafii, Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi.
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah
berkembanganya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berkembangnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh hal-hal berikut. Pertama, adanya
penterjemahan buku-buku Yunani, persia, Romawi, dan sebagainya, ke dalam
bahasa Arab. Faktor lain yang mempengaruhi berkembanganya pemikiran
adalah luasnya ilmu pengetahuan. Faktor lainnya adalah adanya upaya umat
Islam untuk melestarikan al-Qur’an, baik yang dicatat, termasuk yang
dikumpulkan dalam satu mushaf, maupun yang dihafal.
5
e. Periode Taqlid
Sejak akhir pemerintahan Abbasiah, tampaknya kemunduran berijtihad
sehingga sikap taklid berangsur-angsur tumbuh merata di kalangan umat Islam.
Yang di maksud dengan masa taklid adalah masa ketika semangat (himmah)
para ulama untuk melakukan ijtihad mutlak mulai melemah dan mereka
kembali kepada dasar tasyri’ yang asasi dalam peng-istinbath-an hukum dari
nash al-Qur’an dan al-Sunnah.
6
serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M) di
kota Makkah. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-
Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya
itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam,
bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.
2) Madzhab Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik, Imam Maliki di lahirkan di Madinah Al-
Munawwarah. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat
perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqaha meriwayatkan
bahwa Imam Malik dilahirkan pada 94 H.
Ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahwa Imam Malik dilahirkan
pada 95 H. Sedangkan Imam Al-Dzahabi meriwayatkan Imam Malik dilahirkan
90 H. Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia
menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli
fiqh Madinah.
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az
Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir
adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada
yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya
seperti al-Auza’i, Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij
dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu
Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq. Di antara guru beliau adalah Nafi’
bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah
bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara murid
beliau adalah Ibnul Mubarak, Al-Qaththan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahab, Ibnu
Qasim, AlQa’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al
Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats
Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, AlAubairi,
dan lain-lain.
3) Mazhab Imam Syafii
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris
asSyafi’i. Ia wafat pada 767 masehi 158 H. Selama hidup Beliau pernah tinggal di
Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah
konvergensi atau pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis.
7
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang
pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. 17 Di Makkah, Imam Syafi’i
berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia
mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia
merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai
senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya.
Remaja yatim ini belajar fiqih dari para ulama fiqih yang ada di Makkah, seperti
Muslim bin khalid al-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman al-Atthar, juga
belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga
menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang lainnya dalam fiqih ialah
Abdurrahman bin Abi Bakr alMulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin al-Ayyadl dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa
tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para ulama fiqih sebagaimana tersebut
di atas. Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam.
Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan
pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau yang paling
terkenal antara lain adalah Imam Ahmad Bin Hanbal
4) Mazhab Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi
pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing
berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu.
Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar,
lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam
Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar
untuk menjadi seorang yang besar pula. Beberapa gurunya yang terkenal, di
antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin
Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’
bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim
bin Ma’qil. Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin Ishaq.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah ilmu fikih
membentang dari periode Rasul, sahabat, tadwīn, dan taqlīd. Periode Rasul yaitu
ketika terjadi perselisihan dan ijtihad dikalangan sahabat, maka para sahabat
langsug melapor pada Rasulullah SAW. Periode sahabat adalah periode
lengkapnya sumber hukum dengan keberadaan ijmā’ dan qiyās. Periode tadwīn,
ilmu fikih dikumpulkan dan disistematisasi hingga dihafal. Periode taqlīd menjadi
periode akhir perkembangan ilmu fikih. Tokoh dan mazhab utamanya,
sebagaimana populer adalah, Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (80 H-150
H), Imam Malik bin Anas (93 H-179 H), Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i
(150 H-204 H) dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (164 H-241 H).
Empat tokoh tersebut yang menjadi imam dari Mazhab-Mazhab utama yaitu
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
3.2 Saran
Setelah menelaah dan mengkaji tentag sejarah munculnya mazhab dalam
Islam ini penulis berharap kita semua bisa jauh lebih baik dan perbedaan dalam
mazhab yang kita pegang jangan sampai memecah belah ukhuwah Islamiyah di
antara kaum muslimin.
9
DAFTAR PUSTAKA
A.Hassan, Risalah Al-Madzhab, (Bangil: Pustaka Abdul Muis, 1980)
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka
Bintang Pelajar: 2013)
Chalil, Munawar. 1990. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab: Hanafi,
Maliki, Syafi’I, Hanbali, (Jakarta: Bulan Bintang)
https://journal.stiba.ac.id/index.php/nukhbah/article/view/39
https://jurnal.stit-rh.ac.id/index.php/bahsunilmy/article/download/32/32
10