Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM DAN TOLERANSI


Definisi Toleransi dan Toleransi Dalam Islam
Dosen Pengampu: Bpk. Yadi Fahmi Arifudin

DI SUSUN OLEH:
1. RIANA HANDAYANI HASAN (2210631120170)
2. SALWA SYIFA SALSABILA (2210631120171)
3. ZAHRA AULIA SYAHZABILLA (2210631120156)

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji serta rasa sykur kita kehadirat Allah
SWT. Yang telah memberikan kami rahmat dan hidayah-Nya. Juga tak lupa kami
sampaikan terima kasih terhadap bantuan dari beberapa pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sembangan pikiran dan materinya, sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “ISLAM DAN TOLERANSI :
Definisi Toleransi dan Toleransi Dalam Islam”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pengantar Studi Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yahdi
Fahmi Arifudin selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi kami.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan, baik dalam
hal teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Karawang, 13 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Mazhab.........................................................................................3
2.2 Sejarah Munculnya Mazhab...........................................................................4
2.3 Mazhab-mazhab dalam Fikih.........................................................................7
BAB III .................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai


makhluk sosial kita dihadapkan dengan individu lain yang berbeda dengan kita,
baik berbeda dari segi agama, sikap, maupun yang lain

1.2 Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah ini terarah, maka kami membuat beberapa


rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apa pengertian mazhab?


2. Bagaimana sejarah munculnya mazhab?
3. Apa saja mazhab dalam islam?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah yang berjudul “Sejarah Munculnya Mazhab


Fikih” sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu mazhab


2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya mazhab
3. Untuk mengetahui mazhab-mazhab Islam
4. Agar munculnya beberapa mazhab tidak membuat umat islam terpecah
belah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mazhab

Mazhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata benda


keterangan tempat) dari akar kata dzahaba (pergi). Jadi, mazhab itu secara
bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-tharξq). Sementara menurut
Huzaemah Tahido Yanggo bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya
“pendapat”.

Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah


Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam.
Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya
menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti cara istinbath Imam Mujtahid
tertentu atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum
Islam.

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua


pengertian:

a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada
al-Qur’an dan hadis.
b. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.

Karena mazhab merupakan sebuah hasil dari pemikiran dan penelitian,


sudah tentu hasilnya akan berbeda-beda antara satu mazhab dengan mazhab
yang lainnya. Orang yang melahirkan sebuah hukum dari hasil sebuah
pemikiran dan penelitian yang kemudian dijadikan mazhab, disebut Mujtahid.
Ali Syari’ati menegaskan bahwa seorang mujtahid adalahseorang yang
tercerahkan dan peneliti bebas yang mencari jawaban-jawaban baru
berdasarkan semangat serta orientasi agama, logika ilmiah, dan empat sumber
syariat, yakni Al-Qur’an, hadis, ijma (kesepakatan), dan akal.

Untuk menjadi seorang mujtahid, ada beberapa persyaratan yang harus


dan wajib dipenuhi. Yaitu sebagai berikut:

2
1. Menguasai Al-Qur’an. Tidak hanya mebaca dan menghafal, tetapi benar-
benar menguasai Al-Qur’an beserta maknanya dan ilmu-ilmu yang
terkait dengannya.
2. Menguasai hadis. Seorang mujtahid wajib menguasai hadis-hadis shahih,
terutama hadis shahih yang berhubungan dengan hukum dalam islam.
3. Menguasai bahasa Arab beserta dengan ilmu-ilmunya yang berkitan
dengan bahasa arab.
4. Menguasai ilmu ushul fiqh beserta kaidahnya.
5. Memahami tujuan poko syariat Islam
6. Bertakwa kepada Allah SWT.

Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih telah muncul banyak mazhab


fiqih. Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah berbeda
pendapat sekitar bilangan mazhab- mazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli
sejarah fiqh mengenai berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang
pernah ada.
Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada, maka hanya
beberapa mazhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Menurut M.
Mustofa Imbabi, mazhab-mazhab yang masih bertahan sampai sekarang hanya
tujuh mazhab saja yaitu : mazhab hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Zaidiyah,
Imamiyah dan Ibadiyah.
Dilihat dari banyaknya mazhab yang disebutkan di atas, dan mengingat
kurangnya pengetahuan yang penulis miliki. Maka pada kesempatan kali ini
penulis akan memfokuskan pada 4mpat mazhab saja, yaitu mazham Hanafi,
mazhab Maliki, mazhab Hambali, dan yang paling khusus yaitu mazhab Syafii.

2.2 Sejarah Munculnya Mazhab

Lahirnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih dilatarbelakangi


oleh beberapa faktor antara lain disebabkan oleh:
1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash
2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah
Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan (ta’rudl
aladillah)
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman ‘illat Hukum

3
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh

a. Mazhab Periode Rasulullah SAW

Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rasulullah adalah sebatas Ijtihad
(pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman itu
sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika para
sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing, maka mereka
langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rasulullah.
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau ijtihad para
sahabat dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rasul
akan kasus tersebut, sehingga Rasulullah SAW langsung memutuskan kasus
tersebut apakah salah satu yang benar atau keduanya benar.9 Madzhab secara
sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk pendapatpendapat para sahabat
dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian disampaikan kepada Rasulullah.

b. Mazhab Periode Sahabat


Periode kedua ini berkembang pada masa wafatya Nabi Muhammad saw.
dan berakhir sejak Muawiyah bin Abi Sufyan menjabat sebagai kholifah pada
tahun 41 H. Pada periode ini hidup sahabat-sahabat Nabi terkemuka yang
mengibarkan bendera Dakwah Islam.13 Pada masa ini, Islam sudah meluas,
yang mengakibatkan adanya masalah yang mengakibatkan adanya masalah-
masalah baru yang timbul. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada
periode sahabat ini pada bidang hukum ditandai dengan penafsiran pada
sahabat dan ijtihadnya dalam kasus-kasus yang tidak ada nashnya, di samping
itu juga terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan yaitu perpecahan masyarakat
islam yang bertentangan sacara tajam.
Diperiode sahabat ini, kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum
syari’at yang sempurna berupa Al-Quran dan hadis Rasul. Kemudian dengan
ijma’ dan qiyās, diperkaya dengan adat istiadat dan peraturan peraturan
berbagai daerah yang bernaungan di bawah Islam. Dapat ditegaskan bahwa
zaman khulafa’ al-Rasyidin, dalil-dalil tasyri’ Islam telah lengkap. Sahabat-
sahabat besar dalam periode ini menafsirkan nash-nash hukum dari alQur’am
maupun hadist, uang kemudian menjadi pegangan untuk menafsirkan dan
menjelaskan nash-nash selain itu para sahabat memberi fatwa- fatwa dalam
berbagai masalah terhadap kejadian-kejadian yang tidak ada nash yang jelas
mengenai masalah itu, yang kemudian menjadi dasar ijtihad.

c. Mazhab Periode Tabi’in

4
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh
orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad,
Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk
juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada
AlQamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-Imam Abu Hanifah.
Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan Imam Sufyan asl-Sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula Ibn
Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin,
Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by,
Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul al-Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani. Dalam
kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di kalangan Tabiin
berbeda pendapat:
a. Imam Sufyan al-Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak ada
iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk menjaga
nasab, sedangkan pezina tidak menjaga nasab.
b. Imam Hasan basri, Ibrahim Al-Nakha’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya,
karena iddah itu karena Istibra’ (membersihkan Rahim).

d. Periode Tadwin
Pemerintah Islam pasca keruntuhan Daulah Umayyah segera digantikan
oleh Daulah Abbasiah. Masa Abbasiah ini disebut juga masa Mujahidin dan
masa pembukuan fikih, karena pada masa ini terjadi pembekuan dan
penyempurnaan fikih. Pada masa Abbasiyyah, yang dimulai dari pertengahan
adab ke-2 H sampai peretngahan abad ke-4 ini, muncul usaha-usaha
pembukuan al-Sunnah, fatwa-fatwa sahabat, dan tabi’in dalam bidang fikih,
tafsir, ushul al-fiqh. Pada masa ini pada lahir para tokok dalam istinbat dan
perundangan-undangan Islam.
Masa ini disebut Masa Keemasan Islam yang ditandai dengan
berkembangannya ilmu pengetahuan yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga
sekarang. Pada masa ini muncul pula mazhab-mazhab fikih yang banyak
mempengaruhi perkembangan hokum Islam diantaranya, mazhab Hambali,
Mazhab Syafii, Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi.
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah
berkembanganya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berkembangnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh hal-hal berikut. Pertama, adanya
penterjemahan buku-buku Yunani, persia, Romawi, dan sebagainya, ke dalam
bahasa Arab. Faktor lain yang mempengaruhi berkembanganya pemikiran
adalah luasnya ilmu pengetahuan. Faktor lainnya adalah adanya upaya umat
Islam untuk melestarikan al-Qur’an, baik yang dicatat, termasuk yang
dikumpulkan dalam satu mushaf, maupun yang dihafal.

5
e. Periode Taqlid
Sejak akhir pemerintahan Abbasiah, tampaknya kemunduran berijtihad
sehingga sikap taklid berangsur-angsur tumbuh merata di kalangan umat Islam.
Yang di maksud dengan masa taklid adalah masa ketika semangat (himmah)
para ulama untuk melakukan ijtihad mutlak mulai melemah dan mereka
kembali kepada dasar tasyri’ yang asasi dalam peng-istinbath-an hukum dari
nash al-Qur’an dan al-Sunnah.

2.3 Mazhab-mazhab dalam Fikih

Madzhab adalah kumpulan pandangan (al-Arā’) dan penelaahan


(nazhariyāt) yang dilakukan oleh para imam mujtahid dengan ikatan metodologi
dan nalar berpikir yang sama dan membentuk satu kesehubungan yang terstruktur
dan terorganisir. Ia juga disebut pandangan imam mujtahid yang diikuti dalam
berbagai masalah ataupun ikhtilaf dengan tujuan menyatukan pandangan-
pandangan tersebut. Wahbah alZuhaily mendefinisikannya lebih terperinci dengan
sebutan pendapat seorang tokoh fiqh tentang hukum dalam masalah ijtihadiyah.
Mazhab utamanya ada empat, yaitu yang merujuk kepada Imam Abu
Hanifah Nu’man bin Tsabit (80 H-150 H), Imam Malik bin Anas (93 H-179 H),
Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150 H-204 H) dan Imam Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal (164 H-241 H). Empat tokoh tersebut yang dapat disebut
sebagai pelopor mazhab. Perkenalan atasnya adalah sebagai berikut:
1) Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi,
mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha AlKufi.
lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani
Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah
yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil beliau dikenal dengan
kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-
perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya dinamakan Mazhab Hanafi.14
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah: (Hammad bin Abu
Sulaiman Al-Asy’ari (W.: [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’ bin Abi
Rabah (W.: (114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W104 H/ 723 M)
maula serta pewaris ilmu Abdullah bin Abbas, Nafi’ (W.: [117 H/ 735 M]) maula
dan pewaris ilmu Abdullah bin Umar serta yang lain-lain. Beliau juga pernah
belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal: Zaid bin Ali Zainal ‘Abidin
(79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-114 H/ 676-732 M]), Ja’far bin
Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta Abdullah bin AlHasan.
Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal: Anas bin
Malik (10 SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704 M]) di
kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota Madinah

6
serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M) di
kota Makkah. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-
Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya
itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam,
bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.
2) Madzhab Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik, Imam Maliki di lahirkan di Madinah Al-
Munawwarah. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat
perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqaha meriwayatkan
bahwa Imam Malik dilahirkan pada 94 H.
Ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahwa Imam Malik dilahirkan
pada 95 H. Sedangkan Imam Al-Dzahabi meriwayatkan Imam Malik dilahirkan
90 H. Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia
menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli
fiqh Madinah.
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az
Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir
adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada
yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya
seperti al-Auza’i, Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij
dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu
Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq. Di antara guru beliau adalah Nafi’
bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah
bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara murid
beliau adalah Ibnul Mubarak, Al-Qaththan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahab, Ibnu
Qasim, AlQa’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al
Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats
Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, AlAubairi,
dan lain-lain.
3) Mazhab Imam Syafii
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris
asSyafi’i. Ia wafat pada 767 masehi 158 H. Selama hidup Beliau pernah tinggal di
Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah
konvergensi atau pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis.

7
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang
pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. 17 Di Makkah, Imam Syafi’i
berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia
mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia
merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai
senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya.
Remaja yatim ini belajar fiqih dari para ulama fiqih yang ada di Makkah, seperti
Muslim bin khalid al-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman al-Atthar, juga
belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga
menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang lainnya dalam fiqih ialah
Abdurrahman bin Abi Bakr alMulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin al-Ayyadl dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa
tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para ulama fiqih sebagaimana tersebut
di atas. Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam.
Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan
pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau yang paling
terkenal antara lain adalah Imam Ahmad Bin Hanbal
4) Mazhab Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi
pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing
berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu.
Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar,
lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam
Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar
untuk menjadi seorang yang besar pula. Beberapa gurunya yang terkenal, di
antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin
Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’
bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim
bin Ma’qil. Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin Ishaq.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah ilmu fikih
membentang dari periode Rasul, sahabat, tadwīn, dan taqlīd. Periode Rasul yaitu
ketika terjadi perselisihan dan ijtihad dikalangan sahabat, maka para sahabat
langsug melapor pada Rasulullah SAW. Periode sahabat adalah periode
lengkapnya sumber hukum dengan keberadaan ijmā’ dan qiyās. Periode tadwīn,
ilmu fikih dikumpulkan dan disistematisasi hingga dihafal. Periode taqlīd menjadi
periode akhir perkembangan ilmu fikih. Tokoh dan mazhab utamanya,
sebagaimana populer adalah, Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (80 H-150
H), Imam Malik bin Anas (93 H-179 H), Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i
(150 H-204 H) dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (164 H-241 H).
Empat tokoh tersebut yang menjadi imam dari Mazhab-Mazhab utama yaitu
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
3.2 Saran
Setelah menelaah dan mengkaji tentag sejarah munculnya mazhab dalam
Islam ini penulis berharap kita semua bisa jauh lebih baik dan perbedaan dalam
mazhab yang kita pegang jangan sampai memecah belah ukhuwah Islamiyah di
antara kaum muslimin.

9
DAFTAR PUSTAKA
A.Hassan, Risalah Al-Madzhab, (Bangil: Pustaka Abdul Muis, 1980)
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka
Bintang Pelajar: 2013)
Chalil, Munawar. 1990. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab: Hanafi,
Maliki, Syafi’I, Hanbali, (Jakarta: Bulan Bintang)
https://journal.stiba.ac.id/index.php/nukhbah/article/view/39
https://jurnal.stit-rh.ac.id/index.php/bahsunilmy/article/download/32/32

10

Anda mungkin juga menyukai