Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAGIAN, RUANG LINGKUP DAN


KARAKTERISTIK MAZHAB FIQIH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Fiqih
Dosen Pengampu: Belina, M.S.I.

Oleh:
1. Ana Nurul Fadhilah 12010022
2. Kusnul Wulandari 12010025

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


WALI SEMBILAN SEMARANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga saya bisa menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dan
pertolongan berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah terlibat.
Saya menyadari seutuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Grobogan, 12 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II ISI
A. Pengertian Mazhab.......................................................................................3
B. Pembagian Mazhab Fiqih.............................................................................4
C. Ruang Lingkup Mazhab Fiqih.....................................................................8
D. Karakteristik Mazhab Fiqih..........................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam pada masa Rasulullah SAW masih hidup, apabila terdapat
kekurangan paham terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan
kepada Rasulullah SAW, sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian
sepeninggalan Rasulullah SAW, para sahabat menggunakan pengalaman
yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika masih
hidup. Ketika sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada Al-
Qur’an, As Sunnah. Seiring perkembangan jaman persoalan semakin
bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi
permasalahan ditemukan dalam Al-Quran, maupun As Sunnah. Sehingga
dilakukan jalan ijtihad sendiri, termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai
syara’ (hukum Islam). Sehingga seiring perkembangan waktu pun banyak
terjadi perbedaan madzhab.
Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embrio
dari perbedaan madzhab ini terjadi karena adanya perbedaan cara pandang
dan analisis terhadap nash (teks) Al-Qur’an, walaupun semua mempunyai
dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun perbedaan tersebut
dianggap wajar oleh para ulama fiqih. Mazhab menurut ulama fiqih, adalah
sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqih
mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya
memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. Ini adalah pengertian
mazhab secara umum, bukan secara khusus.

Madzhab (bahasa Arab: ‫ذهب‬CCC‫ ;م‬mażhab) adalah penggolongan suatu


hukum atau aturan setingkat dibawah firkah, yang dimana firkah merupakan
istilah yang sering dipakai untuk mengganti kata "denominasi" pada Islam.
Kata "mazhab" berasal dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan
dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun
abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan

1
tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam,
yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah
melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya
menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-
bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Istilah mazhab bisa dimasukkan ke dalam ruang lingkup dan disiplin
ilmu apa pun, terkait segala sesuatu yang didapati adanya perbedaan.
Setidaknya ada tiga ruang lingkup yang sering digunakan istilah mazhab di
dalamnya, yaitu mazhab akidah atau teologi (madzahib i'tiqadiyyah), mazhab
politik (madzahib siyasiyah), dan mazhab fikih atau mazhab yuridis atau
mazhab hukum (madzahib fiqhiyyah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mazhab?
2. Bagaimana pembagian mazhab fiqih?
3. Bagaimana ruang lingkup mazhab fiqih?
4. Bagaimana karakteristik mazhab fiqih?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mazhab.
2. Untuk mengetahui pembagian mazhab fiqih.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup mazhab fiqih.
4. Untuk mengetahui karakteristik mazhab fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mazhab
Mazhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata benda
keterangan tempat) dari akar kata dzahaba (pergi). Jadi, mazhab itu secara
bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-tharξq). Sementara menurut
Huzaemah Tahido Yanggo bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya
“pendapat”.
Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah
Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam.
Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya
menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti cara istinbath Imam Mujtahid
tertentu atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum
Islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua
pengertian:
1. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada
al-Qur’an dan hadis.
2. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.
Sedangkan menurut Muhammad Husain Abdullah, istilah mazhab
mencakup dua hal: (1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang
imam mujtahid; (2) ushul fikih yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh
mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang
rinci.
Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa
hukum-hukum syariat (fikih), harus dipahami bahwa mazhab itu
sesungguhnya juga mencakup ushul fikih yang menjadi metode penggalian

3
(thariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika
kita mengatakan mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fikih dan ushul fikih
menurut Imam Syafi’i.

B. Pembagian Mazhab Fiqih


1. Madzhab Hanafi (80-150 H/ 699-769 M)
Al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi berusia 70 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya al-Nu’man ibn Tsabit
ibn Zuthi (80-150 H). Ia dilahirkan di kufah, ia lahir pada zaman dinasti
Umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul malik ibn Marwan.
Pada awalnya Abu hanifah adalah seorang pedagang, atas anjuran al-
Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Abu Hanifah belajar fiqih
kepada ulama aliran irak (ra’yu). Imam Abu Hanifah mengajak kepada
kebebasan berfikir dalam memecahkan masalah-masalah baru yang belum
terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia banyak mengandalkan qiyas
(analogi) dalam menentukan hukum.
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa contoh ijtihad Abu Hanifah, di
antaranya :
 Bahwa perempuan boleh jadi hakim di pengadilan yang tugas
khususnya menangani perkara perdata, bukan perkara pidana.
Alasannya karena perempuan tidak boleh menjadi saksi pidana. Dengan
demikian, metode ijtihad yang digunakan adalah qiyas dengan
menjadikan kesaksian sebagai al-ashl dan menjadikan hukum
perempuan sebagai far’.
 Abu hanifah dan ulama kufah berpendapat bahwa sholat gerhana
dilakukan dua rakaat sebagaimana sholat ’id tidak dilakukan dua kali
ruku’ dalam satu rakaat.
Madzhab hanafi berkembang karena kegigihan murid-muridnya
menyebarkan ke masyarakat luas, namun kadang-kadang ada pendapat
murid yang bertentangan dengan pendapat gurunya, maka itulah salah satu

4
ciri khas fiqih Hanafiyah yang terkadang memuat bantahan gurunya
terhadap ulama fiqih yang hidup di masanya.
Karya besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar,
Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar. Adapun ulama Hanafiyah
menyusun kitab-kitab fiqih, diantaranya Jami’ al-Fushulai, Dlarar al-
Hukkam, kitab al-Fiqh dan qawaid al-Fiqh, dan lain-lain.
Murid imam Abu Hanifah yang terkenal dan yang meneruskan
pemikiran-pemikirannya adalah : Imam Abu Yusuf al-An Sharg, Imam
Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani, dll.
Adapun yang dijadikan pokok pegangan dalil madzhab hanafi
adalah: Al-Qur'an, as-Sunah, Aqwalus Sahabat, Ijma', Qiyas, Istisan dan
'Urf.
Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar ke
negara-negara Islam bagian Timur. Dan sekarang ini mazhab Hanafi
merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Mazhab ini
dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, Muslimin
India dan Tiongkok.
2. Madzhab Maliki (93-179 H/ 712-798 M)
Maliki bin Annas bin Malik bin Abu Amr al-Asbahi berusia 86
tahun. Madzhab ini dibangun oleh Maliki bin Annas. Ia dilahirkan di
madinah pada tahun 93 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’ bin
Abi Ha’im. Ia belajar hadis kepada ulama madinah seperti Ibn Syihab al-
Zuhri. Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta’, sebuah kitab
hadis bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadis dan fiqh tertua yang masih kita
jumpai.
Dia seorang Imam dalam ilmu hadis dan fiqh sekaligus. Orang sudah
setuju atas keutamaan dan kepemimpinannya dalam dua ilmu ini. Dalam
fatwa hukumnya ia bersandar pada kitab Allah kemudian pada as-Sunnah.
Tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk madinah dari pada hadis
ahad, dalam ini disebabkan karena beliau berpendirian pada penduduk
madinah itu mewarisi dari sahabat.

5
Setelah as-Sunnah, Malik kembali ke qiyas. Satu hal yang tidak
diragukan lagi bahwa persoalan-persoalan dibina atas dasar maslahah
mursalah.
As-Syafi’i menerima hadis darinya dan belajar ilmu fiqih kepadanya.
Penduduk mesir, maghribi dan andalas banyak mendatangi kuliah-
kuliahnya dan memperoleh manfaat besar darinya, serta menyebar luaskan
di negeri mereka.
Kitab al-Mudawwanah sebagai dasar fiqih madzhab Maliki dan
sudah dicetak dua kali di mesir dan tersebar luas disana, demikian pula
kitab al-Muwatta’. Pembuatan undang-undang di mesir sudah memetik
sebagian hukum dari madzhab Maliki untuk menjadi standar mahkamah
sejarah mesir.
Adapun dapat dismpulkan bahwa yang dijadikan pokok pegangan
dalil madzhab hanafi adalah: Al-Qur'an, as-Sunah, Ijma' Imam Ulama,
Ijma' ulama Madinah, Qiyas, Fatwa sahabat, Maslahah Mursalah, 'Urf,
Sadudz dzari'ah, Istishab dan Istihsan.
Daerah-daerah yang Menganut Mazhab Maliki awal mulanya
tersebar di daerah Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di
Marokko, Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.
3. Madzhab Syafi’i (150-204 H/769-823 M)
Imam Muhammad bin Idris al-Abbas berusia 54 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris al-Abbas. Madzhab fiqih as-
Syafi’i merupakan perpaduan antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.
Ia terdiri dari dua pendapat, yaitu qaul qadim (pendapat lama) di irak dan
qaul jadid di mesir. Madzhab Syafi’i terkenal sebagai madzhab yang
paling hati-hati dalam menentukan hukum.
Syafi’i pernah belajar Ilmu Fiqh beserta kaidah-kaidah hukumnya di
mesjid al-Haram dari dua orang mufti besar, yaitu Muslim bin Khalid dan
Sufyan bin Uyainah sampai matang dalam ilmu fiqih. Imam Syafi’i mulai
melakukan kajian hukum dan mengeluarkan fatwa-fatwa fiqh bahkan
menyusun metodelogi kajian hukum yang cenderung memperkuat posisi

6
tradisional serta mengkritik rasional, baik aliran madinah maupun kufah.
Dalam kontek fiqihnya Syafi’i mengemukakan pemikiran bahwa hukum
Islam bersumber pada Al-Quran dan Sunah serta Ijma’ dan apabila
ketiganya belum memaparkan ketentuan hukum yang jelas, beliau
mempelajari perkataan-perkataan sahabat dan baru yang terakhir
melakukan qiyas dan istishab. Di antara karya-karya Imam Syafi’i, yaitu :
• Ar-Risalah: merupakan kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun.
• Al-Umm: isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam kitab ushul fiqih.
Mazhab Syafi’i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di: Libia,
Mesir, Indonesia, Pilipina, Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina,
Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Cina, Rusia dan
Yaman.
4. Madzhab Hambali (164-241 H/ 783-860 M).
Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani berusia 77 tahun.
Madzhab ini didirikan oleh Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani.
Lahir di Baghdad 164 H dan wafat di kota yang sama th 241 H. Dikenal
dengan nama imam almuhadditsin karena banyaknya hadis yang
dikumpulkan dan dihafalnya, kumpulan hadisnya ini dikenal dengan
musnad Imam Ahmad.
Adapun prinsip madzhabnya adalah al-Qur’an, as-Sunnah, fatwa
sahabat yang tdk diperselisihkan, dan qiyas. Ia tidak mengakui adanya
ijma, karena menurutnya tidak mungkin ada ijma, karena demikian
banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah furu.
Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad,
Irak dan Mesir dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab
Hambali berkembang terutama pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz
As Su’udi. Pada masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan
Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab,
Palestina, Siria dan Irak.

7
C. Ruang Lingkup Mazhab Fiqih
Mazhab-mazhab yang telah tumbuh dan berkembang yang menjadi
pegangan masyarakat, ternyata memiliki metode atau cara-cara yang berbeda
satu sama lain dalam melakukan istimbat hukum.
Perbedaan tersebut berkisar pada perbedaan pola piker para imam
mazhab, serta sistematika sumber hyang digunakan, juga latar belakang imam
tersebut yang kemudian berimplikasi pada berbedanya produk hukum yang
dihasilkan. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan pemahaman terhadap
nash dan karakteristiknya.
Daerah atau tempat imam itu tinggal juga menjadi sebab mendasar
terjadinya ikhtilaf pada dalil-dalil dan masalah yang sama, sehingga itu juga
menjadi bahasan yang menarik dalam perbandingan mazhab ini.
Bidang kajian perbandingan mazhab ialah seluruh masalah fiqh yang
didalamnya terdapat dua pendapat atau lebih. Sedangkan masalah-masalah
fiqh yang terjadi ijma’ atau ittifa, maka masalah tersebut tidak termasuk
dalam kajjian perbandingan mazhab.
Secara eksplisit dapat kami kemukakan bahwa ruang lingkup
pembahasan perbandingan mazhab meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh para mujtahid, baik dari al-qur’an,
alhadits atau dalil-dalil syara’ lainnya.
2. Metode atau cara mereka berijtihad dan cara beristimbat dari sumber-
sumber hukum yang mereka jadikan dasar dalam menetapkan hukum.
3. Latar belakang para mujtahid itu sendiri, latar belakang timbulnya suatu
mazhab dan perbedaan-perbedaan yang kemudian muncul di tengah-
tengah mazhab yang ada.
4. Pola pemikiran para imam mazhab, hal-hal yang mempengaruhinya seperti
sisitematika sumber hukum, sistem istidlal masing-masing mazhab.
5. Kondis sosiologis serta hukum-huum yang berlaku di tempat dimana para
muqarin hidup.1

1 http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/11/makalah-perbandingan-mazhab.html,
diakses pada tanggal 12 Juni 2021 pukul 15:06.

8
D. Karakteristik Mazhab Fiqih
 Imam Abu hanifah lebih mengedepankan rasionalitas atau logika/ Ro’yun.
Sehingga apabila terdapat seseorang yang sering meminta rasionalitas
dalam memcahkan suatu persoalan, maka kembalilah kepada Imam Abu
Hanifah.
 Imam Malik Bin Anas lebih sering kepada hadist, apabila sebuah hadist
mengatakan dan atau menjelaskan sebuah perkara A, maka pelaksanaanya
pun seperti A. Beliau pernah ditanya tentang logika, “Wahai Imam Malik,
apa pendapatmu dari segi akal? kata Imam Malik: Kalau ingin bertanya
tentang logika/ Ro’yun, maka tanyakanlah kepada Imam Abu Hanifah
jangan tanya kepada saya”. Karena beliau lebih cenderung memahami
persoalan dari tekstual hadsitnya. Sehingga apabila para pembaca hendak
mengambil persoalan yang sumbernya langsung dari hadist, maka kembali
lah kepada Imam Malik bin Anas.
 Imam Asy Syafi’i memiliki ke khasan, diamana beliau menghafal hadist
dan mendalami bahasa Arab, beliau tidak hanya sekedar mendalami
bahasa Arab, akan tetapi beliau langsung masuk ke dalam kampung Arab
atau ke Badui, dimana daerah ini adalah daerah yang paling fasih bahasa
Arabnya, sampai beliau merupakan satu-satunya di antara imam 4
Madzhab yang memiliki diwan, yang di dalamnya terdapat puisi-puisi
berbahasa Arab yang berisi nasehat-nasehat, diwan ini bernama Diwan al
Imam Asy Syafi’i. Beliau juga dikenal sebagai ahli qias atau analogi,
sehingga hadist dapat dipahami, fiqih beliau juga faham, bahasanya kuat
dan termasuk analogi beliau sangat kuat. Adapun dalam penetapan hukum
sebuah perkara, beliau lebih memilih perkara yang lebih banyak
pahalanya. Sebagaimana pendapat beliau dalam membaca basmalah
sewaktu sholat, apakah di jahrkan atau dibaca secara sirri, beliau
berpendapat bahwa bacaan basmalah dijahrkan ketika sholat jahr (Subuh,
Madhrib, Isya’) dan disirkan ketika sholat sir (Dzhuhur, Ashar).

9
 Adapun Imam Ahmad bin Hambal sering mengambil pertengahan, apabila
Imam Malik berpendapat dan Imam Syafi’i berpendapat, maka Imam
Ahmad mengambil pertengahannya. Seperti halnya dalam bacaan
Bismillah ketika sholat, Imam yang satu membaca Jahr dan Imam yang
satu membaca Sir, sedangkan Imam Ahmad membaca dengan
tidak Jahr dan tidak Sir. Begitu juga halnya ketika Qunut, Imama Abu
Hanifah Tidak melakukan Qunut, dan Imam Syafi’i Qunut, diambil yang
pertengahan yaitu ketika ada kejadian, dan apabila tidak ada kejadian dia
tidak Qunut lagi, yaitu Qunut Nazilah, itulah Imam Ahmad bin Hambal.2

2 http://pm.unida.gontor.ac.id/ciri-khas-4-madzhab-dalam-memecahkan-hukum-perkara-
yang-harus-diketahui/, diakses pada tanggal 12 Juni 2021 pukul 15:12.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-
Qur’an dan hadis. Diantara mazhab fiqih adalah Madzhab Hanafi (80-150 H/
699-769 M), Madzhab Maliki (93-179 H/ 712-798 M), Madzhab Syafi’i (150-
204 H/769-823 M), serta Madzhab Hambali (164-241 H/ 783-860 M).
Bidang kajian perbandingan mazhab ialah seluruh masalah fiqh yang
didalamnya terdapat dua pendapat atau lebih. Sedangkan masalah-masalah
fiqh yang terjadi ijma’ atau ittifa, maka masalah tersebut tidak termasuk
dalam kajjian perbandingan mazhab.
Secara eksplisit dapat kami kemukakan bahwa ruang lingkup
pembahasan perbandingan mazhab meliputi hal-hal sebagai berikut: dalil-
dalil yang dijadikan dasar oleh para mujtahid, baik dari al-qur’an, alhadits
atau dalil-dalil syara’ lainnya. Serta metode atau cara mereka berijtihad dan
cara beristimbat dari sumber-sumber hukum yang mereka jadikan dasar
dalam menetapkan hukum.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dan tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/11/makalah-perbandingan-
mazhab.html. Diakses pada tanggal 12 Juni 2021 pukul 15:06.
http://pm.unida.gontor.ac.id/ciri-khas-4-madzhab-dalam-memecahkan-
hukum-perkara-yang-harus-diketahui/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2021 pukul
15:12.

Anda mungkin juga menyukai