Kelas : B2TMR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Fiqh yang berjudul “ Sejarah Perkembangan mazhab" ini dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW semoga kita menjadi umat yang kelak mendapatkan syafa‟atnya
sehingga kita termasuk umat yang bersama-sama masuk surga bersama Beliau.
Aamiin
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih pula kepada Bapak Mohammad
Zubaidi Sujiman,, Lc., M. Ag. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi
Studi Fiqh yang telah membimbing dan meluangkan waktu untuk membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
seluruh pihak yang terkait dalam pembuatan makalah yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting.
Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu
dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang
tidak pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat
agama yang sedang mengalami modernisasi. Perkembangan fiqih secara sungguh-
sungguh telah melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu
sendiri.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Mazhab.
a. Pengertian Mazhab
3
Dalam Islam, istilah mazhab secara umumnya digunakan untuk dua tujuan:
dari sudut akidah dan dari sudut fiqh. Mazhab akidah ialah apa yang
bersangkut-paut dengan soal keimanan, tauhid, qadar dan qada‟, hal ghaib,
kerasulan dan sebagainya. Contoh mazhab-mazhab akidah Islam ialah
Mazhab Syi„ah, Mazhab Khawarij, Mazhab Mu‟tazilah dan Mazhab Ahl al-
Sunnah wa al-Jama„ah. Setiap dari kumpulan mazhab akidah itu mempunyai
mazhab-mazhab fiqhnya sendiri-sendiri . Mazhab fiqh ialah apa yang
berkaitan dengan soal hukum-hakam, halal-haram dan sebagainya. Contoh
Mazhab fiqh untuk Ahl al-Sunnah wa al-Jama„ah ialah Mazhab Hanafi,
Mazhab Maliki, Mazhab al-Syafi„i dan Mazhab Hanbali.
4
c. Sejarah Singkat Munculnya Madzhab dalam Islam
5
mengintegrasikan fiqh Islam dan meninggalkan khazanah luar biasa yang
menjadi landasan kokoh bagi setiap ulama fiqh sampai sekarang.
6
para ahli sejarah fiqh mengenai berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab
yang pernah ada.
Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada, maka hanya
beberapa mazhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Menurut M.
Mustofa Imbabi, mazhab-mazhab yang masih bertahan sampai sekarang
hanya tujuh mazhab saja yaitu : mazhab hanafi, Maliki, Syafii, Hambali,
Zaidiyah, Imamiyah dan Ibadiyah. Adapun mazhab-mazhab lainnya telah
tiada. Sementara Huzaemah Tahido Yanggo mengelompokkan mazhab-
mazhab fiqih sebagai berikut :
Nama lengkap Abu Hanifah ialah Abu Hanifah al-Nu‟man bin Tsabit Ibn
Zutha al-Taimy. Lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah. Ia berasal dari
keturunan Parsi, lahir di Kufah tahun 80 H / 699 M dan wafat di Baghdad tahun
150 H / 767 M. Ia menjalani hidup di dua lingkungan sosio-politik, yakni di masa
akhir dinasti Umaiyyah dan masa awal dinasti Abbasiyah. Abu Hanafiyah adalah
pendiri Mazhab Hanafi yang terkenal dengan “al- Imam al-„Azham” yang berarti
Imam Terbesar.1
Beliau diberi gelar Abu Hanifah, karena di antara putranya ada yang
bernama Hanifah. Ada lagi menurut riwayat lain beliau bergelar Abu Hanifah,
karena begitu taatnya beliau beribadah kepada Allah, yaitu berasal dari bahasa
Arab Hanif yang berarti condong atau cenderung kepada yang benar. Menurut
1
Huzaemah Kotorando Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta : Logs,1997),cet. Ke-1,h.95.
7
riwayat lain pula, beliau beteman dengan tinta. Hanifah menurut bahasa Irak
adalah tinta.2 Abu hanifah dikenal sangat rajin, taat ibadah dan sungguh-sungguh
dalam mengerjakan kawajiban agama.
Di dalam satu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari Abu Jafar alManshur
memanggil Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan ats-Sauri, dan Imam Syarik an-
Nahai‟y untuk datang dan menghadap kepadanya.
Imam Syarik menerima jabatan itu dan segera menempati kota tempat ia
harus melaksanakan tugas sebagai qadhi, Imam Abu Sufyan menolak jabatan
tersebut dan melarikan diri ke Yaman, sementara Imam Abu Hanifah menolak
jabatan tersebut dan tidak pula melarikan diri kemanapun. Oleh sebab itu, lalu
Imam Abu Hanifah dipenjarakan dan diberi hukuman seratus kali cambukan serta
dikalungkan di lehernya besi yang sangat berat.
2
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1996), et.
ke-2, h. 184
3
Huzaemah Kotorando Yanggo, op.cit, h. 96.
4
Moenawar Chalil, op-cit, h. 178.
8
Imam Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H (767 M) pada usia 70 tahun
dan jenazahnya di makamkan di al-Khaizaran, sebuah tempat perkuburan yang
terletak di kota Baghdad, dan dikatakan dalam riwayat yang lain bahwa pada
waktu itu pula lahirlah Imam Syafi‟i.
Abu Hanifah tinggal di Kota Kufah di Irak. Kota ini terkenal sebagai kota
yang dapat menerima perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ia seorang
yang bijak dan gemar ilmu pengetahuan. Ketika ia menambah ilmu pengetahuan,
mula-mula ia belajar sastra bahasa Arab. Karena ilmu bahasa, tidak banyak dapat
digunakan akal pikiran ia meninggalkan pelajaran ini dan beralih mempelajari
fiqih. Ia berminat pada pelajaran yang banyak menggunakan pikiran. Di antara
ilmu-ilmu yang di minatinya ialah teoligi, sehingga ia menjadi salah seorang
tokoh terpandang dalam ilmu tersebut. Karena ketajaman pemikirannya, ia
sanggup menangkis serangan golongan Khawarij yang doktrin ajaranya sangat
ekstrim.
Menurut sebagian dari para ahli sejarah bahwa beliau mempelajari ilmu
fiqih dari Ibrahim, Umar, Ali ibni Abi Talib, Abdullah bin Mas‟ud dan Abdullah
bin Abbas. Diantara para gurunya ialah Hamad bin Abu Sulaiman al-Asya‟ari.
Beliau banyak sekali memberi pelajaran kepadanya. Abu Hanifah telah mendapat
kelebihan dalam ilmu fiqih dan juga tauhid dari gurunya. Setelah Hamad
meninggal dunia beliau menggantikan gurunya untuk mengajar ilmu fiqih. Nama
beliau terkenal ke seluruh negeri pada masa itu5.
5
Ahmad asy-Syurbasi, op-cit, h. 17
6
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006),
cet. ke-5, h. 180.
9
c. Murid-murid dan Karya-Karya Imam Abu Hanifah
Di antara beberapa murid Abu Hanifah yang terkenal ialah Abu Yusuf
Ya‟akub al-Ansari, dengan pengarahnya dan pimbingan dari gurunya ia terkenal
sebagai seorang alim dalam ilmu fiqih dan diangkat menjadi kadli semasa
Khalifah al-Mahdi dan al-Hadi. Dan juga alRasyid pada masa pemerintahan
Abasiyyah. Di antara karyanya (Kitabnya) antara lain: al-Kharaj, al-Athar dan
juga kitab Arras „ala Siari al-Auzali.
Madzhab ini didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya alNu‟man
ibn Tsabit ibn Zuthi (80-150 H). Ia dilahirkan di kufah, ia lahir pada zaman dinasti
Umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul malik ibn Marwan.
10
Sepanjang riwayat, bahwa para sahabat Imam Hanafi yangmembukukan
Mazhab beliau ada 40 orang, di antara mereka adalah ImamAbu Yusuf dan Imam
Zafar. Dan permulaan yang menulis kitab-kitabnya ialah Asad bin Amar7.
Kemudian dikala Harun Ar-Rasyid menjabat selaku kepala negara bagi dunia
Islam, beliau menyerahkan urusan kehakiman kepemerintahannya kepada Imam Abu
Yusuf, muridnya Imam Hanafi yang terkenal sesudah tahun 170 H. Dengan demikian
urusan kehakiman dalam kerajaan Ar-Rasyid ada ditangan kekuasaannya.
Oleh sebab itu, beliau bertindak tidak menyerahkan urusan kehakiman ke tiap-
tiap kota melainkan kepada orang yang ditunjuk.Selanjutnya, Mazhab Imam Hanafi
baru dikenal orang Mesir sesudah tahun 164 H, karena pada waktu itu telah diangkat
oleh kepala negara Al-Mahdyseorang Qadhi yang bermazhab Hanafi mula-mula
menyiarkan Mazhab Hanafi di Mesir, terutama selama pemerintahan Islam ada di
tangan kekuasaan kepala negara keturunan Abbasiyah, makin berkembangnya
Mazhab ini di Mesir, sampai tahun 358 H. Tatkala negeri Mesir di tangan kekuasaan
para raja keturunanFathimiyah, dibawa pula kesana aliran Mazhab mereka, yaitu
Mazhab Syi‟ah Ismailiyah, tidak saja Mazhab ini tersebar disana karenanya, akan
tetapi kedudukan Qadhi juga dipengaruhi oleh Mazhab itu, bahkan Mazhab Syi‟ah
pernah menjadi Mazhab pemerintah dengan resmi. Yakni hukum yang dilakukan oleh
pihak pemerintahan di Mesir menurut Mazhab Syi‟ah, kecuali dalam masalah yang
mengenai ibadat, orang masihdiberikan kemerdekaan melakukan menurut aliran
mazhabnya masingmasing, melainkan Mazhab Hanafi yang dilarang8.
7
Munawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan
Hambali, (Jakarta: Bulan Bintang,1994) cet ke-9, h 180
8
Ahmad asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2001), cet. ke-4, h. 25
9
Munawar Chalil, op.cit., h. 183
11
D. Metode Istinbath Imam Abu Hanifah.
Imam Abu Hanifah telah diakui sebagai ulama besar dengan keluasan ilmu
pengetahuan dalam segala bidang studi keislaman yang ia miliki, sehingga ia
termasuk Imam mujahid besar (al-imam al-a‟zham), seorang Imam yang menjadi
panutan bagi kaum Muslimin sepanjang masa. Dasar ijtihad Imam Abu Hanifah yang
pokok dapat dipahami dari ucapan beliau sendiri, yaitu:
a. Al-Quran
b. As-Sunnah
As-Sunnah adalah berfungsi sebagai penjelasan al-Kitab,
merinci yang masuh bersifat umum (global). Siapa yang tidak maau
berpegang kepasa as-Sunnah tersebut berarti orang tersebut tidak
mengakui kebenaran risalah Allah yang beliau sampaikan kepada
ummatnya10.
10
Munawar Chalil, op.cit., h. 183
12
pada kebenaran tersebut. Oleh sebab itu pernyataan hukum mereka
lebih dekat pada kebenaran tersebut. Oleh sebab itu pernyataan hukum
mereka dapat dikutip untuk diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.Ketetapan sahabat ada dua bentuk, yaitu ketentuan hukum
yang ditetapkan dalam bentuk Ijmak dan ketentuan hukum dalam
bentukfatwa. Ketentuan-ketentuan hukum yang ditentukan lewat ijmak
mengikat, sedang yang ditetapkan lewat fatwa tidak mengikat.
d. Qiyas
e. Al-Istihsan
f. 'Urf
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syurbasi Ahmad, “Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab”, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2001)
Chalil Munawar, “Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab”: Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan
Farid Syaikh Ahmad, “Biografi 60 Ulama Salaf”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006),
Hasan ,M. Ali, “Perbandingan Mazhab”, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1996),
15