“IMAM MAZHAB ”
DISUSUN OLEH:
Ahiruddin sae
(50200122072)
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah kami
ini berjudul “Imam Mazhab”
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhu tugas perkuliahan dari dosen
pembimbing. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan
bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan
bimbingan kelompok sebagai upaya menigkatkan motovasi belajar mahasiswa.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Dr. H.
Misbahuddin, M.Ag.selaku dosen pembimbing. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa
membangun kemampuan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.
Ahiruddin sae
Nim:50200122072
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................iii
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
A. Pengertian mazhab....................................................................................................................1
B. Lahirnya mazhab........................................................................................................................1
1. Periode pertama....................................................................................................................1
2. Periode kedua........................................................................................................................2
3. Periode ketiga........................................................................................................................2
1. Mazhab Hanafi.......................................................................................................................3
2. Mazhab Maliki.......................................................................................................................4
3. Mazhab Syafi’i........................................................................................................................4
4. Mazhab Hambali....................................................................................................................5
1. Mazhab Hanafi.......................................................................................................................5
2. Mazhab Maliki.......................................................................................................................6
3. Mazhab Syafi’i........................................................................................................................6
4. Mazhab Hambali....................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................8
ii
PENDAHULUAN
Islam pada masa Rasulullah SAW apabila terdapat kekurangan paham terhadap suatu
hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada Rasulullah SAW, sehingga bisa cepat
terselesaikan. Kemudian sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat menggunakan
pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika masih
hidup. Ketika sampai pada masa tahap ini mereka berpegang kepada Al-Qur’an, As Sunnah
dan kepada perkataan sahabat. Seiring perkembangan zaman persoalan semakin bertambah
jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi permasalahan ditemukan
dalam Al-Quran, As Sunnah maupun perkataan sahabat. Sehingga dilakukan jalan ijtihad
sendiri, termasuk melakukan qiyas sebagai syara’ (hukum Islam). Sehingga seiring
perkembangan waktu pun banyak terjadi perbedaan madzhab. Perbedaan mazhab ini terjadi
karena cara pandang yang berbeda dan juga ilmu yang berbeda dari para mujtahid, meskipun
rujukannya tetap pada Al-Qur’an dan As-sunnah.
iii
PEMBAHASAN
1. Pengertian mazhab
Mazhab menurut bahasa merupakan bentuk isim makan dari kata َ َ” َذه, artinya
“ب
jalan atau tempat yang dilalui, sedangkan menurut istilah ulama ahli fiqih, mazhab
adalah mengikuti sesuatu yang dipercayai. Pengertian mazhab menurut fiqih adalah
hasil ijtihad seorang imam (mujtahid) tentang hukum sesuatu masalah yang belum
ditegaskan oleh nash. Jadi, masalah yang bisa menggunakan metode ijtihad ini adalah
yang termasuk kategori dzonni atau prasangka, bukan hal yang qoth’i atau pasti
2. Lahirnya mazhab
3. Periode pertama
Periode pertama yang termasuk periode ini ada dua masa,Masa Rasulullah dan
masa para Sahabat.
Masa Rasulullah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi.
Masa ini dibagi menjadi dua fase yakni fase Makkah ialah semenjak turun wahyu
pertama sampai beliau hijrah ke Madinah, selama rentang waktu 13 tahun,Dan
fase kedua ialah fase Madinah ialah semenjak beliau tiba di Madinah sampai
beliau wafat yang lamanya 10 tahun
Al-Qur’an sebagai sumber syariat dan fiqih Islam yang pertama diturunkan
pada fase makkah kebanyakan menyinggung persoalan aqidah, jadi dalam fase ini
sedikit sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah hukum,Hanya dalam bidang
tertentu seperti shalat,Puasa,Dan Zakat.
Kemudian setelah tiba fase Madinah, Islam telah meluas, banyak bangsa-bangsa
yang bukan arab mulai memeluk agama Islam, masyarakat dan Negara Islam
mulai terbentuk, hajat pada peraturan-peraturan yang akan digunakan mengatur
4
masyarakat dan Negara yang baru lahir itu. Barulah turun ayat-ayat al-Qur’an
yang bertalian dengan hukum. Dasar hukum pada masa itu semuanya kembali
pada wahyu, baik wahyu yang berupa al-Qur’an maupun Sunnah, sedangkan
perinciannya diterangkan oleh Rasul.
4. Periode kedua
5. Periode ketiga
Periode ketiga ini terjadi pada masa berkembangnya taklid dan masa
berkembangnya fiqih Islam di abad modern ini. Periode ini dimulai pada
pertengahan abad ke-4 hijriah dikala Negara Islam terpecah belah.Di Andalusia
berdiri Negara Umayah, di Afrika berdiri Negara Fathimiyyah, di Mesir berdiri
Negara Ikhsyidiyah dan periode ini berakhir sampai tibanya serangan bangsa
Tartar ke kota Baghdad.
Perpindahan dari periode II ke periode III tidak dnegan sekaligus tetapi secara
berangsur-angsur. Pada fase pertama adalah fase transisi karena masih dekat
5
dengan periode yang dahulunya sedang adat-istiadat belum banyak berubah.Maka
fukaha dalam fase ini hanya mengikuti jejak fukaha pada periode lampau. Hanya
ada satu yang menonjol dalam fase ini, suatu hal yang belum pernah terjadi pada
masa lampau ialah pengangkatan qadi-qadi hanya terbatas dalam satu mazhab
saja. Misalkan di Timur Tengah hanya terbatas pada orang-orang yang bermazhab
hanafi,Sedang di Andalusia dan Afrika Utara terbatas kepada orang-orang yang
bermazhab Maliki.
Senada dengan perkembangan politik yang makin memburuk, kekuasaan Negara
kian melemah,Sehingga pemerintahan hampir tidak terkontrol.Karena itu tidak
jarang jabatan-jabatan baik qadhi maupun lainna dapat diperjual belikan,Fatwa-
fatwa keluar dari mulut orang yang bukan ahlinyaDalam kancah perpecahan dan
kekacauan ini,Timbullah inisiatif para ulama untuk menjaga agar jangan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan di dalam agama dan untuk menjaga agar agama
Islam tetap murni,sehingga keluarlah kesepakatan ulama bahwa semenjak itu tidak
mungkin lagi orang berijtihad dan mereka nyatakan pintu ijtihad tertutup.
1. Mazhab Hanafi
Pendiri mazhab Hanafi Bernama Nu’man bin Tsabit bin Zautha.Dilahirkan pada
tahun 80 H/699 M.Imam malik jatuh sakit pada hari ahad dan menderita sakit
selama 22 hari kemudian 10 hari setelah itu ia wafat pada tahun 150 H bertepatan
dengan lahirnya Imam Syafi’i R.A.Beliau lebih dikenal dengan sebutan Abu
Hanifah An Nu’man.
Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah.Dalam bidang fiqh
beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman dan banyak belajar pada ulama-
ulama Tabi’in,Seperti Atha bin Abi Rabah dan Nafi’ Maula Ibnu Umar Mazhab
Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu Hanifah.Jadi mazhab
Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapat-pendapat yang berasal
dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang
berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran
yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara
6
dan metode ijtihad ulama-ulama Irak .Maka disebut juga mazhab Ahlur Ra’yi
masa Tabi’it Tabi’in. Abu Hanifah dalam menetapkan hukum fiqh terdiri dari
beberapa sumber, yaitu Al-Qur’an, As Sunnah, Qiyas, Istihsan, Ijma’ dan Urf.
2. Mazhab Maliki
Pendiri dari mazhab Maliki Bernama Malik bin Anas bin Abu Amir.Lahir pada
tahun 93 M/712 M di Madinah.Selanjutnya dalam kalangan umat Islam beliau
lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik.Imam Malik terkenal dengan imam
dalam bidang hadis Rasulullah SAW.
3. Mazhab Syafi’i
Mazhab ini dibangun oleh Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i seorang
keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib.Beliau lahir di Gaza tahun 150 H
bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang menjadi Mazhab
yang pertama. Guru Imam Syafi’i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang
Mufti di Mekah. Imam Syafi’i sanggup hafal Al Qur-an pada usia tujuh
tahun.Setelah beliau hafal Al Qur-an barulah mempelajari bahasa dan syi’ir,
kemudian beliau mempelajari hadits dan fiqh.
Mazhab Syafi’i terdiri dari dua macam ; berdasarkan atas masa dan tempat
beliau mukim. Yang pertama ialah Qaul Qadim; yaitu mazhab yang dibentuk
sewaktu hidupdi Irak. Dan yang kedua ialah Qaul Jadid; yaitu mazhab yang
dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.
7
Dasar-dasar mazhab Syafi’I adalah Qiyas,Istishab, Al Qur’an, Sunnah
Mutawatir, Ijma’, Khabar Ahad.
7. Mazhab Hambali
Pendiri Mazhab Hambali ialah Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal
Azzdahili Assyaibani.Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H dan wafat tahun
241 H.Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang banyak berkunjung ke
berbagai negara untuk mencari ilmu pengetahuan, antara lain Siria,
Hijaz,Yaman,Kufah,Dan Basrah.Dan beliau dapat menghimpun sejumlah 40.000
hadis dalam kitab Musnadnya.
Tidak ditemukan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa Imam Abu Hanifah
menulis sebuah buku fiqih. Akan tetapi pendapatnya masih bisa dilacak secara
utuh, sebab muridnya berupaya untuk menyebarluaskan prinsipnya, baik secara
lisan maupun tulisan. Berbagai pendapat Abu Hanifah telah dibukukan oleh
muridnya, antara lain Muhammad bin Hasan asy-Syaibani dengan judul Zahir ar-
Riwayah dan an-Nawadir. Buku Zahir ar-Riwayah ini terdiri atas 6 (enam) bagian,
yaitu:
Bagian pertama diberi nama al-Mabsut;
Bagian kedua al-Jami’ al-Kabir;
Bagian ketiga al-Jami’ as-Sagir;
Bagian keempat as-Siyar al-Kabir;
Bagian kelima as-Siyar as-Sagir; dan
Bagian keenam az-Ziyadah.
8
Keenam bagian ini ditemukan secara utuh dalam kitab al-Kafi yang disusun oleh
Abi al-Fadi Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Maruzi (W. 344 H.).
Kemudian pada abad ke-5 H. muncul Imam as-Sarakhsi yang mensyarah al-Kafi
tersebut dan diberi judul al-Mabsut. Kitab Al-Mabsut inilah yang dianggap
sebagai kitab induk dalam Mazhab Hanafi.
2. Mazhab Maliki
Pemikiran fiqh dan usul fiqh Imam Malik dapat dilihat dalam kitabnya al-
Muwaththa’ yang disusunnya atas permintaan Khalifah Harun ar-Rasyid dan baru
selesai di zaman Khalifah al-Ma’mun. Kitab ini sebenarnya merupakan kitab
hadits, tetapi karena disusun dengan sistematika fiqh dan uraian di dalamnya juga
mengandung pemikiran fiqh Imam Malik dan metode istinbat-nya, maka buku ini
juga disebut oleh ulama hadits dan fiqh belakangan sebagai kitab fiqh. Berkat
buku ini, Mazhab Maliki dapat lestari di tangan murid-muridnya sampai sekarang.
3. Mazhab Syafi’i
Penyebarluasan pemikiran Mazhab Syafi’i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Maliki.
Diawali melalui kitab usul fiqhnya ar-Risalah dan kitab fiqhnya al-Umm, pokok pikiran
dan prinsip dasar Mazhab Syafi ’i ini kemudian disebarluaskan dan dikembangkan oleh
para muridnya. Tiga orang murid Imam asy-Syafi ’i yang terkemuka sebagai penyebar
9
luas dan pengembang Mazhab Syafi’i adalah Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 231 H./846
M.), ulama besar Mesir; Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H./878 M.),
yang diakui oleh Imam asy-Syafi ’i sebagai pendukung kuat mazhabnya; dan ar-Rabi bin
Sulaiman al-Marawi (w. 270 H.) yang besar jasanya dalam penyebarluasan kedua kitab
Imam asy-Syafi ’i tersebut.
4. Mazhab Hambali
10
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan bahwa mazhab adalah
mengikuti sesuatu yang dipercayai. Sedangkan taqlid adalah menerima perkataan orang
lain yang berkata, dan kamu tidak mengetahui alasan perkataannya itu.
Orang yang pertama kali mengambil inisiatif dalam bidang ini adalah Malik bin Anas
yang mengumpulkan sunnah, pendapat para sahabat dan tabi’in, yang dikumpulkan di
dalam sebuah kitab yang dinamakan “muwatha”, yang menjadi pegangan orang hijaz
(Makkah dan Madinah). Di masa ini dimulai gerakan pembukuan sunnah, fiqih dan
berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya. Di samping mencatat pendapat juga ditambah
dengan dalil pendapat baik Al-Quran maupun Sunnah atau dari sumber lainnya.
Sebenarnya ada banyak mazhab yang tersebar di seluruh dunia, tapi yang terkenal dan
yang masih bertahan hingga saat ini adalah:
Mazhab Hanafi
Mazhab Maliki
Mazhab Syafi’i
Mazhab Hambali
Para imam tersebut menulis kitab-kitab agar bisa digunakan sebagai pedoman untuk
umat Islam setalahnya. Seperti Imam Hanafi menulis kitab Al-Mabsut, Imam Maliki
menulis kitab al- muwatha’, Imam Syafi’I menulis kitab Al-Um, dan Imam Hambali
menulis kitab Al-Musnad.
Banyak persoalan dalam fiqih, para mujtahid mencoba untuk menistinbatkan hukum
Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Banyak terjadi
perbedaan pendapat, namun hal tersebut wajar terjadi karena perbedaan cara pandang dan
perbedaan ukuran ilmu. Cara menyikapinya adalah dengan mengikuti pendapat yang
paling banyak disetujui oleh para mujtahid.
11
12