Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TARIKH TASYRI’

“HUKUM ISLAM PERIODE IMAM MAZHAB”

DOSEN PENGAMPU;

Dr. H. ZULKIFLI, MA

MAULIDDIN, M.AG.

OLEH

KELOMPOK 6;

AHMAD FAUZAN ( 2330201002)

AILUL HASNAH (2330201004)

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

2023/1445
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada kita semua, sehingga pada saat ini penulis diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah Tarikh Tasyri’, yang berjudul "HUKUM ISLAM PERIODE IMAM
MAZHAB".Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri’
khususnya kepada Bapak Dr. H. Zulkifli, MA dan Bapak Mauliddin, M.Ag. .sebagai dosen
pengampu mata kuliah Tarikh Tasyri’. Selain itu,makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis jauh
dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami juga berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik dari segi tenaga maupun materi dalam membuat
makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Batusangkar, 16 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Dinamika Tasyri' pada Masa Ulama' Pembangun Mazhab ..................................................... 2
B. IMAM MAZHAB ................................................................................................................... 3
C. SEJARAH SINGKAT TENTANG IMAM MAZHAB .......................................................... 4
D. PENGARUH IMAM MAZHAB DALAM DALAM PENGEMBANGAN ISLAM ............ 5
BAB III ................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
A.KESIMPULAN ............................................................................................................................... 9
B. SARAN .......................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan kronologi dalam konteks sejarah perkembangannya, syari'at
Islam telah banyak mengalami evolusi dan berbagai dinamika. Selama periode
kenabian, fondasi fondasi hukum Islam barada dibawah ijtihad-ijtihad Rasulullah
SAW dan para sahabat-sahabatnya. Selama periode tersebut, wahyu Allah dan Sunnah
Rasulullahditetapkan sebagai satu-satunya sumber hukum Islam.
Dalam tahap berikutnya, pada masa Khulafaur Rasyidin,prinsip-prinsip ijma'
dalam fiqih mulai dikembangkan, dan ijtihad menjadi prinsip independen dari fiqih
yang bernama qiyas. Madzhab pada periode tersebut pada dasarnya merupakan
madzhab masing- masing khalifah, sebab keputusan akhir dalam permasalahan hukum
berada ditangan mereka. Selanjutnya pada periode awal dari Dinasti Umayyah
memperlihatkan adanya pembagian ulama fiqih kedalam dua madzhab utama dalam
hal kaitannya dengan ijtihad yaitu; ahlul- ra'yu dan ahlul-hadits. Dua madzhab
tersebut berkembang menjadi sejumlah madzhab baru selama peralihan dari sistem
ke-khalifahan menuju sistem monarkhi, ketika khalifah tidak lagi menjadi sesepuh
madzhab.
Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendati pemerintahan Islam selanjutnya
dipegang oleh Dinasti Abbasyiah. Berbeda dengan periode sebelumnya yang ditandai
dengan perluasan wilayah, periode ini ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pengaruhnya masih dapat dibuktikan sampai saat ini. Periode ini,
dalam sejarah hukum Islam dikenal sebagai fase atau zaman keemasan. Adapun
beberapa faktor yang mendorong perkembangan hukum Islam pada periode ini
beberapa diantaranya: pendirian dan perkembangan madzhab fiqih, pengaruh
pembukuan hadits terhadap perkembangan hukum Islam, serta pengaruh pembukuan
fiqih dan pembukuan ushul fiqih terhadap perkembangan hukum Islam. Berikut kami
akan menjelaskannya dalam pembahasan makalah kami yang berjudul "Dinamika
tasyri' pada masa Ulama' pembangun mazhab serta berbagai factor social yang
melatarbelakangi terjadinya kemajuan tasyri yang sangat pesat".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika tasyri pada masa ulama pembangunan Madzhab?
2. Siapa saja Imam mazhab
3. Sebutkan Sejarah singkat tentang imam mazhab?
4. Apa Pengaruh imam mazhab dalam pengembangan islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui dinamika tasyri pada masa ulama pembangunan Madzhab.
2. Mengetahui Siapa saja Imam mazhab.
3. Mengetahui Sejarah singkat tentang imam mazhab.
4. Mengetahui Apa Pengaruh imam mazhab dalam pengembangan islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinamika Tasyri' pada Masa Ulama' Pembangun Mazhab

1. Kondisi Hukum
Periode ini dimulai sejak berdirinya Dinasti Abbasiyyah (750- 1258
M) pada awal abad ke-2 Hijriyyah dan berakhir pada pertengahan abad ke-
4 Hijriyyah, sehingga kurang lebih berkisar 250 tahun. Periode ini disebut
sebagai periode pembukuan dan imam imam mujtahidin, karena pada
periode ini usaha penulisan dan pembukuan terhadap hukum Islam
mengalami perkembangan kemajuan yang pesat. Periode ini adalah
periode keemasan bagi perundang-undangan Islam. Hukum Islam
berkembang dan menjadi matang serta membuahkan perbendaharaan
hukum.
Zaman ini dianggap sebagai zaman yang paling gemilang dalam
sejarah figh Islam, dimana ia sudah mencapai tahap sempurna dalam
keluasan kajian, sempurna dan terinci sehingga menjadi ilmu yang berdiri
sendiri sebelumnya hanya sebatas fatwa dan qadha', selain muncul para
ulama yang membahas setiap bab, memiliki mazhab ijtihad sendiri yang
kemudian yang diberi nama sesui dengan para imamnya. Kemajuan ilmu
pengetahuan pada zaman ini tidak hanya terjadi pada bidang fiqh, namun
juga terjadi pada bidang ilmu lain seperti tafsir, hadis, tauhid, bahasa dan
adab. Sehingga periode ini pantas disebut masa yang cerdas, yaitu kuat dan
matang dalam pemikiran, kehidupan ilmiah yang meluas pembahasan,
ijtihad mutlak, kebebasan yang berani dalam nalar dan istinbath.
Pada periode ini tradisi ilmiah tidak terbatas pada masalah Fiqh saja
tapi meliputi berbagai disiplin ilmu dan pemikiran yang tidak terbatas pada
soal tertentu tapi telah ditemukan berbagai cara dan sistem. Keadaan ini
membuat kaum muslimin mencapai puncak kejayaan hingga mereka
terbagi ke berbagai kelompok ilmiah sehingga lahirlah para pakar ilmu
pengetahuan di berbagai ilmu pengetahuan.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Fiqih
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang sempat membawa
kejayaan umat Islam pada masanya. Zaman keemasan Islam dicapai pada
masa dinasti-dinasti ini berkuasa. Pada masa ini pula umat Islam banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan. Akibatnya pada masa
ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan sehingga membuat
ilmu pengetahuan menjadi maju pesat.
Dinasti Abbasyiyah adalah pelanjut kekuasaan dinasti Bani Umayyah,
namun ada perbedaan orientasi diantara kedua dinasti ini, dinasti Bani

2
Umayyah lebih banyak menekankan pada kekuatan militer, sedangkan
Dinasti Abbasyiyah lebih menekanakan pada pelayanan sosial, rumah
sakit, lembaga pendidikan, dokter, farmasi, pada masa ini sudah terdapat
800 orang dokter, ilmu pengetahuan, kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi
terwujud pada masa kekhalifahan Harun al-Rasyid (786-809 M) dan
puteranya al- Makmun (813-833 M).
Ketika masa khalifah Al-Mamun, di kenal sebagai seorang khalifah
yang cinta ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku
asing di galakkan. Untuk menerjemah buku-buku Yunani, la menggaji
penerjemah golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga
banyak mendirian sekolah. salah satu karya besarnya adalah pembangunan
Bait al-Hikmah yaitu pusat penerjemahan yang berguna sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Ma'mun inilah
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Pada
masa ini lahirlah para ilmuan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan,
diantara ilmu yang sampai puncak keemasannya adalah Fiqh. Apresiasi
khalifah, Kebebasan berfikir dan berpendapat, maraknya diskusi-diskusi
dan debat ilmiyah antara fuqaha' telah mendorong lahirnya fuqaha mazhab
yang kompeten dalam bidangnya yang hasil karya mereka masih
digunakan sampai sekarang.
B. IMAM MAZHAB
Mazhab Hanafi: Didirikan oleh Imam Pada periode imam mazhab
dalam Islam, empat mazhab utama berkembang: Mazhab Hanafi, Mazhab
Maliki, Mazhab Syafi'i, dan Mazhab Hanbali. Setiap mazhab memiliki
pemahaman hukum Islam yang khas. Berikut adalah gambaran umum
tentang hukum Islam pada periode ini:
1. Abu Hanifa, mazhab ini dikenal dengan fleksibilitasnya dalam ijtihad
(penafsiran hukum). Mazhab Hanafi lebih memprioritaskan akal dan
istidlal (analogi) dalam menetapkan hukum.
2. Mazhab Maliki: Didirikan oleh Imam Malik, mazhab ini sangat
dipengaruhi oleh budaya Madinah. Ia menggunakan Hadis (tradisi)
sebagai sumber hukum utama dan mencoba mempertahankan praktik
awal komunitas Muslim.
3. Mazhab Syafi'i: Imam Syafi'i mendirikan mazhab ini dengan
menekankan pentingnya Hadis sebagai sumber utama hukum Islam. Ia
mengembangkan metode usul al-fiqh (prinsip-prinsip penalaran
hukum) yang telah menjadi dasar bagi banyak mazhab lain.
4. Mazhab Hanbali: Didirikan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, mazhab ini
paling ketat dalam menjalankan ijtihad. Mazhab Hanbali sangat
mengandalkan teks-teks Hadis dan menolak perubahan dalam
penafsiran hukum Islam.
Penting untuk diingat bahwa masing-masing mazhab ini mengikuti
prinsip-prinsip tertentu dalam menetapkan hukum, dan mereka memiliki

3
perbedaan pendapat dalam hal tertentu. Selain empat mazhab utama ini,
ada pula mazhab lainnya seperti Zaidi, Ibadi, dan Ja'fari (dianut oleh
Syiah). Praktik hukum Islam pada periode ini sangat dipengaruhi oleh
mazhab yang dianut oleh individu atau komunitas Muslim.
C. SEJARAH SINGKAT TENTANG IMAM MAZHAB
Empat imam mazhab utama, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Al-Shafi'i, dan Imam Ahmad ibn Hanbal, merupakan figur penting dalam
sejarah pemikiran hukum Islam. Berikut adalah sejarah singkat tentang
masing-masing dari mereka:
1. Imam Abu Hanifah (699-767 M):
Nama lengkapnya adalah Abu Hanifah, Nu'man ibn Thabit.
Lahir di Kufah, Irak, dan mendirikan Mazhab Hanafi.
Dia adalah seorang ahli hukum yang terkenal karena pendekatannya yang
rasional dan berfokus pada qiyas (analogi) dalam menentukan hukum.
Mempelajari hukum dari Imam Ja'far al-Sadiq dan mengajar banyak
mahasiswa.Karyanya, seperti "Al-Fiqh al-Akbar" dan "Al-Fiqh al-Abṣat,"
sangat berpengaruh dalam Mazhab Hanafi.
2. Imam Malik (711-795 M):
Nama lengkapnya adalah Malik ibn Anas.
Lahir di Madinah, Arab Saudi, dan mendirikan Mazhab Maliki.
Dia sangat memperhatikan pendapat para ulama dan praktik hukum yang
berlaku di Madinah pada masa itu.
Kitabnya yang terkenal adalah "Al-Muwatta," sebuah kumpulan hadis dan
hukum.Imam Malik menekankan tradisi tempat tinggalnya sebagai sumber
hukum yang penting.
3. Imam Al-Shafi'i (767-820 M):
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Idris al-Shafi'i.
Lahir di Gaza, Palestina, dan mendirikan Mazhab Syafi'i.
Dia dikenal karena memadukan hadis dan prinsip-prinsip hukum Islam
dalam metodologi hukumnya.Karyanya yang terkenal adalah "Al-Risalah"
dan "Al-Umm." Imam Al-Shafi'i membentuk dasar-dasar hukum Islam
yang lebih terstruktur dan terorganisir.
4. Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M):
Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal.
Lahir di Baghdad, Irak, dan mendirikan Mazhab Hanbali.
Dia sangat mempertahankan hadis dan menolak spekulasi dalam
menentukan hukum. Kitab utamanya adalah "Al-Musnad," sebuah
kumpulan hadis yang luas. Imam Ahmad menekankan otoritas hadis
sebagai sumber utama hukum Islam.
Keempat imam mazhab ini memiliki peran penting dalam membentuk
beragam tradisi hukum Islam, dan masing-masing mazhab memiliki
pendekatan dan metode tersendiri dalam menafsirkan hukum Islam.
Penafsiran mereka berdampak besar pada praktik hukum di berbagai
wilayah dunia Islam.

4
D. PENGARUH IMAM MAZHAB DALAM DALAM PENGEMBANGAN
ISLAM
1. IMAM ABU HANIFAH
pendiri Mazhab Hanafi, memiliki pengaruh yang signifikan
dalam pengembangan hukum Islam. Beberapa pengaruh utamany
adalah:
a. Pendekatan Rasional dan Qiyas (Analogi): Imam Abu Hanifah
dikenal karena pendekatan rasionalnya terhadap hukum Islam.
Dia sering menggunakan qiyas, yaitu metode analogi, untuk
menafsirkan hukum dalam situasi-situasi baru yang tidak diatur
secara langsung oleh Al-Quran atau Hadis. Pendekatan ini
membantu dalam mengatasi permasalahan hukum yang
berkaitan dengan perkembangan zaman.
b. Pentingnya Ijtihad (Penafsiran Pribadi): Imam Abu Hanifah
mendorong konsep ijtihad, yaitu penafsiran pribadi oleh
cendekiawan hukum Islam. Ini berarti bahwa, menurutnya, para
cendekiawan berhak untuk berpendapat dan memutuskan
masalah hukum dengan berlandaskan pada pengetahuan dan
pemahaman mereka. Hal ini mendukung fleksibilitas dalam
hukum Islam.
c. Penerimaan Hukum Adat (Urf): Imam Abu Hanifah juga
memperhitungkan adat dan praktik setempat dalam menentukan
hukum. Dia memahami bahwa budaya dan kebiasaan lokal
dapat memengaruhi implementasi hukum Islam, dan oleh
karena itu, dia mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam
keputusan hukumnya.
d. Pengaruh pada Hukum Negara: Pemikiran hukum Imam Abu
Hanifah memiliki dampak signifikan pada sistem hukum di
wilayah yang mengikuti Mazhab Hanafi. Misalnya, hukum
negara dalam beberapa negara dengan mayoritas penduduk
Muslim di Asia Selatan, seperti Pakistan dan India, sangat
dipengaruhi oleh ajaran Mazhab Hanafi.
e. Warisan Teks Hukum: Imam Abu Hanifah dan para muridnya
menghasilkan banyak karya teks hukum yang menjadi panduan
bagi pengikut Mazhab Hanafi. Karya-karya ini termasuk "Al-
Fiqh al-Akbar" dan "Kitab al-Athar." Warisan tulisannya
menjadi rujukan penting dalam pemahaman hukum Islam.
Pengaruh Imam Abu Hanifah ini membantu menciptakan kerangka
hukum Islam yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap berbagai situasi
sosial dan budaya. Mazhab Hanafi tetap menjadi salah satu mazhab
yang paling umum diikuti di dunia Islam dan memiliki pengikut yang
luas, terutama di wilayah Asia Selatan, Asia Tengah, dan Eropa Timur.
2. IMAM MALIK

5
a. Pentingnya Hadis: Imam Malik sangat memperhatikan
pentingnya hadis (tradisi atau perkataan Nabi Muhammad)
dalam menentukan hukum Islam. Dia memahami bahwa hadis
adalah sumber utama hukum Islam setelah Al-Quran. Oleh
karena itu, dia merinci dan mengumpulkan banyak hadis dalam
karyanya, "Al-Muwatta," yang menjadi salah satu sumber
penting dalam hukum Islam.
b. Fokus pada Amal Ahli Madinah: Imam Malik memfokuskan
perhatiannya pada praktik hukum dan adat yang berlaku di
Madinah, kota tempat dia tinggal dan mengajar. Pendekatan ini
menciptakan Mazhab Maliki yang sangat memperhatikan
tradisi tempat tinggal dalam penafsiran hukum Islam.
c. Penolakan Ijtihad Pribadi yang Berlebihan: Imam Malik
berpendapat bahwa ijtihad (penafsiran pribadi) seharusnya
dibatasi pada pengetahuan yang telah disepakati. Dia lebih
memilih berpegang teguh pada tradisi Madinah daripada
memberikan kebebasan yang berlebihan kepada cendekiawan
untuk melakukan ijtihad. Hal ini menciptakan kesatuan dalam
penafsiran hukum Islam.
d. Pengaruh pada Praktik Hukum di Maghrib dan Afrika: Mazhab
Maliki sangat populer di wilayah Maghrib (Afrika Utara) dan
Sub-Sahara, seperti Maroko, Aljazair, Tunisia, dan banyak
negara di Afrika Barat. Ini adalah wilayah yang telah lama
mempertahankan tradisi hukum Maliki yang menjadi ciri khas
dalam praktik hukum Islam mereka.
e. Kepentingan pada Kemaslahatan Publik: Imam Malik
menganggap maslahah (kemaslahatan umum) sebagai faktor
penting dalam menentukan hukum. Ini berarti bahwa hukum
Islam harus sesuai dengan kemaslahatan dan kebutuhan
masyarakat. Pemikiran ini mempengaruhi Mazhab Maliki
untuk menjadi lebih fleksibel dalam beberapa aspek hukum.
Imam Malik, melalui pemahaman mendalamnya tentang hadis dan
fokusnya pada tradisi tempat tinggal, menciptakan Mazhab Maliki
yang telah menjadi pilihan utama dalam praktik hukum di beberapa
wilayah Islam. Pendekatan ini mengakui pentingnya konteks dan
budaya dalam penerapan hukum Islam, yang menjadikan Mazhab
Maliki relevan dan berakar kuat di berbagai komunitas Muslim di
seluruh dunia.
3. IMAM AL-SHAFI’I
a. Metodologi Penafsiran Hukum yang Sistematis: Imam Al-
Shafi'i dikenal karena pendekatan sistematisnya dalam
menafsirkan hukum Islam. Dia membentuk dasar-dasar
metodologi penafsiran hukum yang mencakup Al-Quran, hadis,

6
ijtihad, qiyas, dan istihsan. Pendekatan ini memungkinkan
hukum Islam untuk lebih terstruktur dan terorganisir.
b. Pentingnya Hadis: Imam Al-Shafi'i memandang hadis sebagai
sumber utama hukum Islam setelah Al-Quran. Dia
mempromosikan ketatnya standar dalam menerima hadis dan
mengembangkan metodologi yang lebih ketat dalam penentuan
keabsahan hadis. Kontribusi ini membantu mengamankan
akurasi dalam hukum Islam.
c. Pentingnya Ijma (Kesepakatan Umat): Imam Al-Shafi'i
mengakui kepentingan ijma, yaitu kesepakatan para
cendekiawan hukum dan umat Islam dalam penentuan hukum.
Ini membantu menjaga konsistensi dalam praktik hukum Islam
di berbagai masyarakat.
d. Pengaruh pada Pemahaman Ilmu Usul al-Fiqh (Ilmu Hukum):
Imam Al-Shafi'i memainkan peran penting dalam
pengembangan ilmu usul al-fiqh, yaitu ilmu yang membahas
metodologi penafsiran hukum Islam. Kontribusinya dalam hal
ini berdampak besar pada perkembangan ilmu hukum Islam
secara umum.
e. Fleksibilitas dalam Pendekatan Hukum: Meskipun memiliki
prinsip-prinsip yang ketat dalam penafsiran hukum, Imam Al-
Shafi'i juga memungkinkan ruang bagi ijtihad (penafsiran
pribadi) dan istihsan (analogi personal) dalam batas yang
ditentukan. Ini memberikan sedikit fleksibilitas dalam
menerapkan hukum Islam dalam situasi yang tidak tercakup
oleh teks-teks hukum.
f. Pengaruh pada Mazhab Syafi'i: Mazhab Syafi'i yang didirikan
oleh Imam Al-Shafi'i tetap menjadi salah satu dari empat
mazhab utama dalam Islam dan memiliki pengikut yang luas,
terutama di wilayah Timur Tengah dan Afrika. Pengikut
Mazhab Syafi'i mengikuti metodologi penafsiran hukum yang
dibentuk oleh Imam Al-Shafi'i.
Imam Al-Shafi'i mengukuhkan fondasi penting dalam pemahaman
hukum Islam yang sangat dihormati hingga saat ini. Pendekatannya
yang terstruktur dan metodologis membantu mengatur dan merinci
hukum Islam dengan lebih baik, sehingga memengaruhi banyak aspek
praktik hukum dalam dunia Islam.
4. AHMAD IBN HANBAL
a. Ketegasan dalam Memegang Hadis: Imam Ahmad ibn Hanbal
sangat tegas dalam memegang hadis sebagai sumber utama
hukum Islam. Dia dikenal karena kritiknya terhadap metode-
metode penafsiran hukum yang lebih spekulatif dan lebih suka
mengikuti hadis yang sahih (terpercaya) sebagai pedoman
utama dalam menentukan hukum.

7
b. Penolakan terhadap Ijtihad yang Luas: Imam Ahmad menolak
ijtihad yang berlebihan dan lebih memilih berpegang teguh
pada hadis yang telah diterima dan dipahami secara luas oleh
generasi salaf (generasi awal Muslim). Pendekatan ini
menciptakan konservatisme dalam penafsiran hukum Islam.
c. Ketegasan dalam Mempertahankan Aqidah (Kepercayaan):
Selain hukum, Imam Ahmad juga dikenal karena
perjuangannya dalam mempertahankan aqidah yang benar. Dia
menolak pandangan-pandangan yang dianggap menyimpang
dari keyakinan utama Islam, khususnya dalam kontroversi yang
dikenal sebagai "Mihna" yang berhubungan dengan konsep
penciptaan Al-Quran.
d. Pengaruh pada Perkembangan Hadis: Imam Ahmad berperan
penting dalam mengembangkan metode kritik terhadap hadis
dan menciptakan dasar-dasar ilmu hadis modern. Karyanya
"Musnad Ahmad ibn Hanbal" adalah salah satu koleksi hadis
terpenting dalam Islam dan digunakan oleh para cendekiawan
hadis.
e. Keharmonisan antara Hukum dan Aqidah: Imam Ahmad
menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hukum
Islam dan aqidah. Pendekatannya membantu memastikan
konsistensi dalam pemahaman dan praktik Islam.
f. Pengaruh pada Mazhab Hanbali: Mazhab Hanbali yang
didirikan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal terus memiliki
pengikut dan pengaruh, terutama di wilayah-wilayah tertentu,
seperti Arab Saudi. Mazhab Hanbali dikenal dengan
pendekatan konservatifnya terhadap hukum Islam.
Imam Ahmad ibn Hanbal memainkan peran penting dalam
mempertahankan dan mengamankan hukum Islam dan aqidah dalam
masa ketidakstabilan dan kontroversi pada masa itu. Pengaruhnya
dalam pemahaman hukum Islam dan hadis tetap kuat hingga saat ini,
terutama di komunitas-komunitas yang mengikuti Mazhab Hanbali.

8
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
1. Kondisi Hukum
Periode ini dimulai sejak berdirinya Dinasti Abbasiyyah (750- 1258
M) pada awal abad ke-2 Hijriyyah dan berakhir pada pertengahan abad ke-
4 Hijriyyah, sehingga kurang lebih berkisar 250 tahun. Periode ini disebut
sebagai periode pembukuan dan imam imam mujtahidin, karena pada
periode ini usaha penulisan dan pembukuan terhadap hukum Islam
mengalami perkembangan kemajuan yang pesat. Periode ini adalah
periode keemasan bagi perundang-undangan Islam. Hukum Islam
berkembang dan menjadi matang serta membuahkan perbendaharaan
hukum.
2. Pada periode imam mazhab dalam Islam, empat mazhab utama
berkembang: Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, dan
Mazhab Hanbali. Setiap mazhab memiliki pemahaman hukum Islam
yang khas. Berikut adalah gambaran umum tentang hukum Islam pada
periode ini:
B. SARAN
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan,untuk itu kami meminta kritik dan masukan yang membangun
guna memperbaiki makalah ini kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Wahab, Tarikh Tasyri’ Islam, Serang, CV. Samudara
Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Palu: Sinar Grafika
Al-Jurjawi, Syeikh Ahmad, 1992, Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, Semarang, Terjemah
Hadi Mulyo, As Syifa
Aprilia, Dina, Metode Penyelesaian Wanprestasi Terhadap Pembiyaan Mudharabah, Skripsi
tidak diterbitkan, Fakultas Syariah, IAIN Surakarta

10

Anda mungkin juga menyukai