Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Perkembangan dari Masa Islam masa Ke Emasan Islam

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Filsafat Hukum Islam”

Dosen Pengampu :

Nur Musthofa,S.Ag.,M.H.

Disusun oleh :

1. May Yaqutun Nafis (22301019)


2. Auriza Awalya Fauziah (22301022)
3. Naurotul Abidah (22301029)

KELAS A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN KEDIRI

2024

0
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat serta hidayah-
Nya,sehingga penulis biasa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah
keselamatan dan teladan umat dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT . Penyusunan
makalah yang berjudul “Sejarah perkembangan dari Hukum Islam masa ke Emasan Islam”
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Hukum Islam” serta untuk
menambah wawasan, sebagaimana mata kuliah ini ditujukan untuk menjadi pengantar bagi
mahasiswa Hukum Keluarga islam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik maupun tanggapan akan diterima dengan senang hati. Upaya perbaikan akan
selalu kami lakukan dalam rangka pembelajaran untuk kedepannya.

Akhirnya, segala kesalahan dan kekurangan adalah datang dari penulis pribadi,
sedangkan segala kebenaran tidak datang kecuali karena hidayah dari Allah SWT semata.
Semoga makalah ini bermanfaat, dan semoga Allah SWT meridhai setiap kerja dan ibadah
kita, serta menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses di dunia dan di akhirat,
Aamiin.

Kediri,18 April 2024

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
Latar Belakang....................................................................................................................3
Rumusan Masalah...............................................................................................................3
Tujuan Penulisan................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabi’in.......................................................4
Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Tabiut Tabi’in..........................................5
Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Imam Madzhab...............................7
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A,Kesimpulan...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

"Hukum Islam atau Syariah telah mengalami perkembangan yang signifikan


sejak awal penyebarannya. Masa keemasan Islam, yang berlangsung sekitar abad ke-8
hingga ke-13, merupakan periode penting dalam sejarah perkembangan hukum Islam.
Selama periode ini, hukum Islam mengalami perkembangan dan penyebaran yang
luar biasa, mencapai puncaknya dalam hal penafsiran, kodifikasi, dan implementasi
hukum.

Masa keemasan Islam ditandai dengan kemajuan besar dalam berbagai


bidang, termasuk ilmu pengetahuan, seni, dan hukum. Dalam konteks hukum, para
ulama dan ahli hukum Islam berusaha keras untuk mengembangkan dan memperluas
hukum Islam, yang telah menjadi fondasi bagi masyarakat Muslim di seluruh dunia.

Makalah ini akan membahas perkembangan Hukum Islam selama masa


keemasan Islam, dengan fokus pada sejarah perkembangan hukum Islam pada masa
tabi’in, sejarah perkembangan hukum Islam pada masa tabiut tabi’in, sejarah
perkembangan hukum Islam pada Imam Madzhab.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabi’in?


2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabiut tabi’in?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Imam Madzhab?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabi’in


2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabiut
tabi’in
3. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Imam
Madzhab

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa tabi’in

Setelah masa khulafaurrasyidin berakhir, masa selanjutnya adalah zaman


tabi‟in. Perkembangan hukum Islam pada masa tabi'in ditandai dengan adanya aliran-
aliran politik secara eksplisit mendorong terbentuknya aliran baru,dengan adanya
beberapa faktor diantaranya :

1. Perluasan wilayah, meluasnya wilayah jazirah arab bahkan sampai ke Afrika,dan


Asia.Dengan adanya perluasan wilayah dapat mendorong perkembangan hukum
Islam,karena semakin luas wilayah yang dikuasai berarti semakin banyak juga
penduduk di negeri muslim dan semakin banyak penduduk, semakin banyak pula
persoalan hukum yang harus diselesaikan.
2. Perbedaan penggunaan Ra'yu,pada fase tabi'in corak pemikiran fuqoha dibagi
menjadi dua yaitu madzhab atau aliran hadits (madrasah al-hadits) dan aliran
Aliran hadits ini merupakan golongan al-ra’yu (madrasah al-ra’yu). Aliran hadis
menggunakan lebih banyak menggunakan riwayat sedangkan aliran ra’yulebih
banyak menggunakan ra’yu dibanding dengan aliran hadits.

Pada masa tabi'in terdapat beberapa cara dalam menetapkan dan menerapkan
hukum Islam yang telah dilakukan oleh para sahabat dalam istinbath al-
ahkam.Langkah-langkah mereka yang dilakukan sebagai berikut:

1. Mencari ketentuannya didalam Al-qur‟an,


2. Apabila ketentuannya tidak didalam Al-qur‟an maka dicari didalam Sunnah,
3. Apabila tidak didapatkan dalam Al-qur‟an dan Sunnah, mereka kembali pada
pendapat sahabat,
4. Apabila pendapat sahabat tidak diperoleh maka berijtihad.Dengan demikian,
dasar-dasar hukum Islam pada periode ini adalah; Al-qur‟an, Sunnah, Ijma‟, dan
pendapat sahabat (Ijtihad).

Pada fase ini disebut sebagai fase keemasan dalam sejarah perkembangan hukum
Islam Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah karena

4
berkembangannya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dalam Islam disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pertama banyaknya
mawali yang masuk Islam. Dimana Islam telah menguasai pusat-pusat peradaban Yunani:
Antioch dan Bactra. Kedua berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu
pengetahuan.Ketiga adanya upaya umat Islam untuk melestarikan Al-qur‟an Dengan dua
cara yaitu dicatat (mushaf) dan dihafal.

Menurut Thaha Jabir Fayadl Al‟ulwani bahwa madzhab fiqih Islam yang muncul
setelah masa sahabat dan kibrar al-tabi‟in berjumlah tiga belas aliran.Ketiga belas aliran
ini berafiliasi dengan aliran Ahl al-sunnah. Namun, tidak semua aliran itu dapat diketahui
dasar-dasar dan metode istinbath hukumnya. Adapun diantara pendiri ketiga belas aliran
itu antara lain:

1. Abu Sa‟id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w.110 H)


2. Abu Hanifah al-Nu‟man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-Auza‟i Abu Amr Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad (w. 157 H)
4. Sufyan ibn Sa‟id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits ibn Sa‟d (w. 175 H)
6. Malik ibn Annas al-Bahi (w. 179 H)
7. Sufyan ibn Uyainah (w.198 H)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi‟i (w. 204 H)
9. Ishaq ibn Rahawaih (w. 238 H)
10. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H
11. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H)
12. Daud ibn Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
13. bn Jarir At Thabary (w. 310 H)

B. Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Tabiut Tabi’in

Pengertian Tabi’ut Tabi’in Tabi’ut tabi’in (pengikut Tabi’in) adalah generasi


ke-3 muslim sesudah generasi Tabi’in dan generasi Sahabat Rasulullah saw. Diantara
mereka ada yang merupakan anak dari Tabi’in atau cucu dari Sahabat Rasulullah saw.
Menurut definisi sunni, Tabi’in adalah seorang ulama yang pernah berjumpa dengan
minimal seorang tabi’in.Tabi'ut tabi'in atau Atbaut Tabi'in adalah generasi setelah
Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi.

5
Tabi'ut tabi'in adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam,
setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut
banyak literatur Hadis Tab'ut Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu
atau berguru pada Tabi'in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang
menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya.
Karena Tabi'in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah. Tabi'in sendiri serupa
seperti definisi di atas hanya saja mereka bertemu dengan Sahabat. Sahabat yang
terakhir wafat sekitar 80-90 Hijriah.

Era Tabi'it Tabi'in juga biasa dikenal sebagai masa Imam madzhab.Pemikiran
hukum Islam dalam masa Imam madzhab mengalami dinamika yang sangat kaya dan
disertai dengan perumusan ushul fiqh secara metodologis.Artinya terdapat kesadaran
mengenai cara pemecahan hukum tertentu sebagai metode yang khas.Berbagai
perdebatan mengenai sumber hukum dan kaidah hukum melahirkan berbagai macam
konsep ushul fiqh.Dimulai pada peralihan abad ke-7 ke abad ke-8 hijriah.sejumlah
pakar memberikan sumbangan luar biasa kepada disiplin ilmu fiqih.schingga
merangsang kemunculan berbagai tradisi atau madzhab.Pakar-pakar terpenting
terpenting dalam tradisi-tradisi Sunni ini seperti Abu Hanifah.Malik ibn
Anas.Muhammad ibn Idris al-Syafi'l.dan Ahmad ibn Hanbal,yang dinisbahkan kepada
madzhab Hanafi.Maliki,Syafi'l.dan Hanbali.

Hukum Islam bermula dari pendapat perseorangan terhadap pemahaman nash


atau pendapat perseorangan tentang upaya penemuan hukum terhadap sesuatu
kejadian yang ada.Kemudian pendapat terschut akan diikuti oleh orang lain atau yang
memiliki murid dengan jumlah banyak.setelah itu menjadi sebuah metode dalam
pendapat yang dianggap baku dan disebutlah sebagai madzhab,Seluruh madzhab
tersebut tersebar ke seluruh pelosok Negara yang berpenduduk Muslim.

Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah karena


berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Sehingga muncullah madzhab-
madzhab fiqh Islam setelah masa sahabat dan kibrar al-tabi'in berjumlah tiga belas
aliran. Muncul tiga belas mujtahid yang madzhabnya dibukukan dan diikuti
pendapatnya, kesemuanya berafiliasi dengan aliran Ahl al-sunnah . Namun, madzhab-
madzhab yang terkenal hanya empat yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i
dan Imam Hanbali.

6
Tokoh tokoh ulama tabi'ut Tabi'in,antara lain:

1. Abdullah bin Al-Mubarak


2. Abdurrahman bin Mahdi
3. Ali bin Al-Madini
4. Al-Auza'i (w. 158 H)
5. Al-Laits bin Saad
6. Al-Qassim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)
7. Ja'far ash-Shadiq
8. Sufyan ats-Tsauri
9. Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)
10. Syu’bah ibn A-Hajjaj
11. Waki' bin al-jarrah.

C. Sejarah Perkembangan Hukum Islam pada masa Imam Madzhab

Seiring dengan perkembangan zaman, fiqh juga berkembang, dan banyak


ahli fiqh terkenal muncul di seluruh dunia. Jadi, salah satu diskusi yang menarik dan
harus kita pelajari adalah bagaimana mazhab-mazhab dalam hukum Islam
berkembang.

Menurut bahasa, Mazhab berasal dari shighah mashdar mimy (kata sifat) dan
isim makan (kata tempat), yang diambil dari fi'il madhi, yang berarti "dzahaba", yang
berarti "pergi", dan juga bisa berarti al-ra'yu, yang berarti "pendapat." Menurut Syaid
Ramadhan Al-Buthy, mazhab adalah jalan fikiran (paham atau pendapat) yang
ditempuh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan hukum Islam dari Al-Qur'an dan
Hadist.

Kemunculan madzhab dalam hukum islam dikarenakan adanya perbedaan


pendapat yang marak pada masa itu di kalangan tabi’in. Menurut Taha Jabir Fayadl
Al-‘Ulwani, ada tiga belas aliran mazhab fiqh yang berasal dari sahabat dan kibar al-
tabi'in. Ahlul assunnah terdiri dari 13 aliran. Namun, kecuali sembilan atau sepuluh
dari ketiga belas imam tersebut, dasar-dasar dari metode istinbath hukum tidak
diketahui dari semua aliran tersebut.

Mazhab-mazhab tersebut berkembang sesuai dengan tempat tinggal tokoh dan


murid yang menyebarkannya, misalnya: 1) Sufyan bin Uyainah di Makkah; 2) Malik

7
bin Annas di Madinah; 3) AlHasan Al-Bashri di Bashrah; 4) Abu Hanifah di Kuffah;
5) Sufyan Atsauri di Kuffah; 6) Al-Auza’I di Syam; 7) Al-Syafi’I di Mesir; 8) Al-
Laits bin Sa’ad diMesir;9).Ishaq binRuhawaih diNai
sabur; 10) Abu Tsaur di Baghdad; 11) Ahmad bin Hanbal di Baghdad; 12) Dawud Al-
Zhahiriy di Baghdad; dan 13) Ibnu Jarir Al-Thabari di Baghdad. Mereka kemudian
dikenal sebagai imam madzhab yang dikenal di kalangan sunni.

Berikut adalah 4 (empat) madzhab yang terkenal dalam perkembangan hukum


islam sampai pada masa sekarang:

1. Madzhab Hanafi

Nu'man bin Tsabit bin Zauthi (80-150 H), pendiri Mazhab Hanafi, berasal dari
Kufah, Persia. Ia berada di bawah pemerintahan Bani Umayyah dan Abbasiyah.
Menurut beberapa orang, beliau termasuk tabi'in, tetapi yang lain mengatakan tabi'
tabi'in. "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim", adalah hadist yang terkenal yang
ia ucapkan saat bertemu dengan sahabatnya, Annas bin Malik (Khon, 2015).

Abu Hanifah, faqih dan ahli ra'yu dari Iraq yang banyak dikunjungi oleh
banyak ulama pada masanya, adalah orang yang memulai mazhab ini. Menggunakan
ra'yu, qiyas, dan istihsan adalah ciri khas dari mazhab Hanafi. Ulama mazhab ini
kadang-kadang menggunakan kaidah istihsan daripada qiyas untuk memperoleh
hukum yang tidak ada dalam nash. Itu karena prinsip qiyas tidak dapat diterapkan
pada situasi tertentu. Namun, apabila menemui hadist ahad, ia mendahulukan qiyas.
Imam Abu Hanifah mengajar dengan cara ialog, artinya dia tidak hanya
berbicara tetapi juga bertanya kepada murid-muridnya tentang fiqh, memberi mereka
dasar untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan setelah itu mereka berbicara satu
sama lain. Setiap orang menyampaikan pendapatnya; mereka terkadang setuju,
terkadang tidak, dan terkadang mereka bersuara keras. Jika mereka sudah setuju
tentang masalah tertentu, sang imam akan mendiktekannya kepada para muridnya,
atau salah satu murid akan menuliskan untuk sang imam.
Ketika mereka tidak setuju satu sama lain, pendapat mereka ditulis, dan mazhab imam
Abu Hanifah berdiri atas dasar musyawarah, tukar pendapat, dan diskusi. Dengan
demikian, murid-murid sang imam menjadi ahli dalam penelitian dan ijtihad,
meskipun mereka masih dalam tahap pendidikan dan penelitian (Khalil, 2020).
Menurut mazhab Abu Hanifah, fiqh terdiri dari Al-Qur'an, Sunnah, Fatwa

8
Sahabat, Qiyas, Istihsan, dan Ijma'. Al-Qur'an dan Sunnah adalah sumber utama fiqh
mereka. sementara yang lain berfungsi sebagai dasar dan metode untuk
mengistinbatkan hukum Islam dari kedua sumber tersebut.

2. Madzhab Maliki

Imam Malik bin Anas bin Amir Al-Ashbahi, yang lahir di Madinah pada tahun
93 H dari kedua orang tuanya yang berasal dari Arab, adalah pendiri dari Mazhab
Maliki. Ulama Madinah mengajar Imam Malik. Adur Rahman bin Hurmuz adalah
orang pertama yang pergi ke tempat belajar dan belajar dari Nafi' maula Ibn Umar dan
Ibnu Syihab Azzuhri. Dalam hal fiqih, gurunya adalah Rabi’ah bin Abdurrahman,
juga dikenal sebagai Rabi’ah Ar-Ra’yu. Imam Malik berkata, "Saya tidak duduk
(untuk berfatwa) sehingga tujuh puluh orang guru dari ahli ilmu telah mengakui saya
bahwa saya telah berhak menempati kedudukan itu." (Bik, tahun 1980).

Imam Malik membangun mazhabnya dengan belajar riwayat hadits dan fatwa
para sahabat. Dia menyelidiki semua bidang yang berkaitan dengan syari'at. Dia
pandai menilai orang dan mengukur kekuatan ilmu fiqh mereka. Imam Malik tidak
melayani masalah yang belum terjadi saat memberi fatwa; dia hanya memberi
jawaban pada masalah yang sudah terjadi. Imam Malik sangat berhati-hati saat
memberikan fatwa, dan dia tidak mau menjawab pertanyaan yang tidak ia ketahui.
Kitab Allah, sunnah yang shahih, amliah ahli Madinah, qiyas, dan istishlah adalah
dasar fatwa imam Malik.
Dilahirkan dan berkembang di Hijaz, mazhab imam Malik tersebar di Mesir,
sezaman dengan sang imam yang masih hidup, di Tunisia, Al-Jazair dan Maroko,
Torablus dan Sudan, dan kadang-kadang mendominasi Bashrah dan Baghdad. Kitab
Al-Muwattha berperan penting dalam menyebarkan mazhab Maliki ke negara-negara
Islam. Karya imam ini telah menjadikan mazhabnya terkenal secara luas di seluruh
negeri Islam. Ini terutama benar karena ia ditulis pada zaman yang sulit karena
kekurangan dukungan.
3. Madzhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i didirikan oleh imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin
Alabbas bin Syafi’i dari suku Quraisy bertemu nasabnya dengan Rasulullah saw pada
Abd Manaf. Imam Syafi’i adalah ulama yang mengumpulkan kaidah-kaidah fiqih
dalam bukunya secara runtut yang bernama Arrisalah.

9
Sumber hukum yang di gunakan dalam Madzhab Syafi’i adalah Al-qur’an, As
Sunah, Ijma’, dan pendapat para sahabat serta qiyas. Ia membantah istihsan yang
digunakan oleh penduduk Irak dan tidak jelas yang digunakan oleh imam Malik atau
ahli amaliah Madinah, namun ia menerima Istidlal. Kitab Al-Umm adalah buku fiqh
yang ditulis oleh Al-Syafi'i untuk murid-muridnya di Mesir.

4. Madzhab Hambali
Mazhab Hanbali didirikan oleh imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asy-Syaibani. Beliau adalah ahli fiqh dan hadist.
Ketika Ahmad bin Hanbal datang ke Baghdad, dia belajar fiqh dari imam Al-Syafi'i.
Imam Ahmad adalah murid Al-Syafi'i yang paling cerdas dan mampu berijtihad
sendiri.
Ia mendahulukan pendapat sahabat daripada qiyas dan menerima hadist ahad tanpa
syarat asalkan sanadnya shahih. Alqur'an, Sunnah, fatwa sahabat, ijma', qiyas,
istishab, maslahah mursalah, dan sadd alzara'i adalah dasar mazhab Hanbali.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah masa khulafaurrasyidin berakhir, masa selanjutnya adalah zaman tabi‟in.


Perkembangan hukum Islam pada masa tabi'in ditandai dengan adanya aliran-aliran politik
secara eksplisit mendorong terbentuknya aliran baru. Sunnah, Ijma‟, dan pendapat sahabat
(Ijtihad). Pada fase ini disebut sebagai fase keemasan dalam sejarah perkembangan hukum
Islam Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah karena
berkembangannya ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Tabi’ut tabi’in (pengikut Tabi’in) adalah generasi ke-3 muslim sesudah generasi Tabi’in dan
generasi Sahabat Rasulullah saw. Diantara mereka ada yang merupakan anak dari Tabi’in
atau cucu dari Sahabat Rasulullah. Era Tabi'it Tabi'in juga biasa dikenal sebagai masa Imam
madzhab.Pemikiran hukum Islam dalam masa Imam madzhab mengalami dinamika yang
sangat kaya dan disertai dengan perumusan ushul fiqh secara metodologis.Artinya terdapat
kesadaran mengenai cara pemecahan hukum tertentu sebagai metode yang khas.

Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah karena


berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Sehingga muncullah madzhab-madzhab
fiqh Islam setelah masa sahabat dan kibrar al-tabi'in. Pada masa Imam madzhab terdapat 4
tokoh imam madzhab yang masyhur, yaitu diantaranya:

1. Imam Hanafi

2. Imam Maliki

3. Imam Syafi'i

4. Imam Hambali

11
DAFTAR PUSTAKA

Rafli MR,Tinjauan Historis: Pemikiran hikum Islam Pda Masa Tabi’in(Imam Hanafi,Imam
Malik, Imam Syafi’I,Imam Hambali)Dalam Istimbat Al-Ahkam,Tamaddun:Jurnal
Sejarah dan Kebudayaan Islam,Vol.8,2020

Rifki Syahputra dkk, KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, PARA SAHABAT, DAN


TABI’IN-TABI’UN, Jurnal Cakrawala Ilmiah, Yogyakarta Vol.1, No.5, Januari 2022.

Zulhamdi, Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqh.Jumal At-Tfkir Vol. XI No.2,2018

Lubab Nafiul dkk. Mazhab:Keterkungkungan Intelektual Atau Kerangka Metodologis


(Dinamika Hukum Islam).Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam Vol. 6
No.2,2015

Mawardi. Perkembangan Empat Madzhab Dalam Hukum Islam. Jurnal An-Nahl, Vol. 9, No.
2, 2022.

12

Anda mungkin juga menyukai