Disusun oleh:
Stevanus Azwar (155010101111125)
Dwi Lestari Indah Sari (165010101111007)
Sandra Puspita Sari (165010101111028)
Anis Maftu Haturrizqi (165010101111172)
Andira Aviyanti (165010101111179)
Qoirul Khitam Bastomi (165010101111181)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena telah memberihkan rahmat,
ridho, dan hidayahya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai sejarah
hukum islam ini dan juga kami tak luput mengucap syukur dan terima kasih kepada dosen
hukum Islam kami yaitu Ibu Shinta Puspita, S.H., M.H. karena telah memberikan kami
kesempatan untuk membuat makalah ini.
Makalah ini telah kami buat dengan suka cita dan bersungguh sungguh agar hasilnya dapat
kami berikan semaksimal mungkin sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah hukum Islam
serta diharapkan dapat berguna bagi pembaca mengenai perkemangan hukum islam.
Akhir kata kami berharap yang terbaik dari tulisan ini bagi pembaca maupun ilmu yang lebih
bermanfaat bagi kami dari pembuatan makalah ini. Terima kasih
Kata Pengantar……………………………………………………………………... ii
Pendahuluan………………………………………………………………………... 1
1.3. Tujuan…………………………………………………………………….. 1
Pembahasan
Penutup
3.1. Simpulan………………………………………………………….……… 5
3.2. Saran...…………………………………………………………….……… 5
Daftar Pustaka……………………………………………………………………… 6
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum merupakan seperangkat norma dan aturan yang dijadikan dasar sebagai tingkah
laku manusia dalam kehidupan. Berkembangnya hukum ini, didominasi oleh konsepsi hukum
barat. Sehingga perspektif hukum yang ada di Indonesia juga didominasi oleh pemahaman
hukum yang berkembang di dunia barat.
Di samping itu, Islam juga tumbuh dan berkembang menjadi unsur yang paling minoritas
di Indonesia. Bahkan komunitas islam di Indonesia dikatakan sebagai komunitas terbesar yang
terkumpul dalam satu batas territorial kenegaraan. Karena itu, menjadi sangat menarik untuk
memahami alur perjalanan sejarah hukum Islam di tengah-tengah komunitas islam terbesar
dalam pemahaman hukum dunia barat.
Selaras dengan perkembangan hukum yang berkembang dengan peradaban, hukum islam
juga berkembang menurut peradaban umat. Proses sejarah hukum Islam berbagai
diwarnai benturan dengan tradisi yang sebelumnya berlaku. Di samping itu, kajian tentang
sejarah hukum Islam di Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam
secara khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan
mengakrabkan bangsa ini dengan hukum Islam. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas
tentang sejarah perkembangan hukum islam pada masa pembinaan, pengembangan, dan
pembukuan..
PEMBAHASAN
Periode masa pembinaan, pengembangan, dan pembukuan berlangsung kurang lebih 250
tahun lamanya. Dimulai pada abad VII Romawi sampai abad X. dilihat dari kurun waktu ini,
pembinaan dan pengmebangn hukum islam dimasa pemerintahan khlaifah Umayyah (662-750)
dan Khalifah Abbasiyah (750-1258). Dalam masa ini, hukum fikih islam, berkembang di masa
Umayyah dan berbuah di masa Abbasiyah
Hukum fikih islam merupakan salah satu aspek kebudayaan islam mencapai puncak
perkembangannya di zaman khalifah Abbasiyah. Di masa inilah, lahir para ahli hukum islam
yang merumuskan garis-garis hukum fikih serta muncul berbagai teori hukum yang masih
digunakan hingga saat ini. Ijtihad adalah mempergunakan seluruh kemampuan pikiran dalaam
memahami ketentuan hukum islam yang tercanum didalam Al Qur’an dan As Sunnah. Orang
yang melakukan demikian disebut sebaagai Mujtahid. Menurut kualitasnya, Mujtahid
diklasifikasikan sebagai berikut
a) Mujtahid Mutlak, yang para ulama (orang yang berilmu) yang pertama kali mengusahakan
terbentuknya hukum fikih islam berdasarkan ijtihad mereka tentang Al Qur’an dan Sunnah.
Contoh, Abu Hanifah, Malik bin Annas, As Syafi’I, Ahmad bin Hambal.
b) Mujtahid Madzab, adalah orang-orang yang meneruskan dasar ajaran yang diberikan
mujtahid mutlak. Mujtahid madzab dapat menentukan hukum yang belum ditetapkan
mujtahid mutlak, contoh Al Ghazali dalam kitab Basith
c) Mujtahid Fatwa, yaitu orang yang melanjutkan pekerjaan mujtahid madzab untuk
menemukan hukum suatu masalah melalui fatwa atau nasehatnya.
d) Ahli Tarjih, yaitu orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan membandingkan pendapat
yang ada dan memberikan penjelasan atas pendapat mereka.
Dalam periode ini, timbul para mujtahid (orang yang melakukan ijtihad).
Selain perkembangan pemikiran hukum diatas, dalam periode ini lahir teori penilaian
mengenai baik buruk suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dikenal dengan Al
Ahkam Al Khamsah (Hukum Taklifi), yang terdiri atas:
Pada periode ini juga muncul beberapa ahli yang khusus mempelajari, meneliti, dan mencatat
sunnah Nabi, tersusunlah kitab-kitab Hadist yang terkenal (Al-Kuttub As Sittah):
1) Mazhab Hanafi
Nama Imam Hanafi adalah Abu Hanifah (Nu’man bin Tsabit bin Zauthi) ,ia adalah
pendiri mazhab Hanafi yang bersal dari kufah,Irak. Keadaan di Irak sungguh jauh berbeda
dengan Madinah,disini tidak setiap orang mengetahui benar tentang sunnah Nabi
Muhammad. Selain itu,keadaan masyarakat Madinah sangat berbeda jauh dengan keadaan
masyarakat Irak. Hal seperti inilah yang menimbulkan perbedaan dalam pemecahan
masalah hukum yang ada.
Abu Hanifah dan murid-muridnya banyak menggunakan pikiran atau ra’yu dalam
memecahkan masalah hukum. Dalam memperoleh suatu hukum yang tidak terdapat di
nash,ulama ini meninggalkan qiyas dan menggunakan kaidah istihsan. Sumber hukum yang
mereka pergunakan adalah Al-Qur’an,Sunnah dan Ra’yu dengan ijma,qiyas dan istihsan
serta urf untuk menemukan hukum dalam masyarakat
Tidak ditemukan catatan sejarah yang menunjukan bahwa Imam Abu Hanifah menulis
sebuah buku fiqh, Akan tetapi,pendapatnya masih dapat dilacak secara utuh melalui murid-
muridnya yang berupaya menyebarluaskan prinsip baik melalui tulisan atau lisan.
Mazhab ini sekarang dianut di Turki,Syria,Irak, Afganistan,Pakistan,India. Di berbagai
negeri islam,mazhab ini menjadi mazhab hukum resmi.
2) Mazhab Maliki
Namanya adalah Malik bin anas bin Abi amir Al-Ashbahi. Ia dilahirkan pada masa
Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dan meninggal di Madinah pada masa khalifah Ar-
Rasyid.
Malik bin Anas mengembangkan pahamnya di Madinah dimana banyak orang
menggunakan sunnah nabi oleh karena itu ia banyak menggunakan sunnah nabi dalam
penyelesaian masalah. Buku fiqh mazhab malik yang terkenal adalah kitab Al-
Mudawwamah yang diriwayatkan oleh AL-Shanun dan Al-Qasim. Ia juga menyusun kitab
Al-Muwaththa’ dan dalam penyusunannya menghabiskan waktu empat puluh tahun.
Mazhab maliki pada saat ini dianut di Maroko, Aljazair, Libya, Mesir Selatan, Sudan,
Bahrain, Kuwait. Dasar fatwa Imam Malik adalah Al-Qur’an, Sunnah, qiyas, dan mashalih
mursalah atau ishtishlah sebagai metode atau alat menemukan hukum untuk diterapkan pada
suatu kasus yang konkret.
3) Mazhab Syafi’I
Namanya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin
Syafi’I Al-Syafi’I. Ia dilahirkan di Gaza Asqalan pada tahun 150 dan wafat di Mesir pada
tahun 204 Hijriah
Ia belajar hukum fiqh islam dari para mujtahid mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki.
Karena itu ia mengenal baik tentang kedua aliran itu baik mengenai metode dan sumber
hukum yang digunakan. Oleh karena itu ia dapat menyatukan kedua aliran itu dan
merumuskan sumber-sumber hukum(fiqh) islam baru. Ia adalaah ulama yang
mengumpulkan kaidah-kaidah fiqh secara teratur ke dalam bukunya yang bernama Al
Risalah. Karena buku inilah, yang dikenal sebagai pencipta ilmu ushul fiqh. Selain itu, iia
juga terkenal sebagai pembela sunnah (nashir al sunnah).
Sumber hukum yang digunakan Al Syafi’I adalah Al Qur’an, Sunnah, ijma’, pendapat
para sahabat, qiyas, Istishab, yaitu penerusan berlakunya ketentuan hukum yang telah adaa,
karena tidak terlihat adanya dalil yang mengubah ketentuan hukum tersebut. Ia menolak
istihsan yang digunakan penduduk Irak dan istihlah yang digunakan oleh Imam Malik atau
amaliah ahli Madinah. Akan tetapi ia menerima istidlal.
Madzab Syafi’I sekarang diikuti di Mesir, Palestina, (juga di beberapa tempat di Syiria,
Lebanon, Irak, India), Muangthai, Filippina, Malaysia, dan Indonesia.
4) Madzab Hanbali
Pendiri Madzab ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal bin Hilal Al-Dzuhali Al-Syaibani
Al-Marwazi Al-Baghdadi.Ia dilahirkan pada tahun 164 dan wafat pada 241 Hijriah. Ia
banyak mengambil hadist dan menghafalnya sehingga terkenal sebagai pakar hadist dan fiqh
pada masanya.
Ahmad bin Hanbal belajar fiqh dari Al-Syafi’I ketika ia datang ke Baghdad. Imam
Ahmad adalah murid Asy-Syafi’I yang paling cerdas dan mampu berijtihad sendiri. Ia
mengamalkan hadist ahad tanpa syarat asalkan shahih sanadnya dan mendahulukan pendapat
sahabat daripada qiyas.
Dasar madzab Hanbali adalah Al Qur’an, sunnah, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, istishab,
maslahah mursalah, dan Sadd al-dzara’I (menutup kemungkinan bahaya). Imam Ahmad
mengarang kitab Al-Musnad yang memuat lebih dari empat puluh ribu hadist. Pendapat
Ahmad bin Hanbal ini menjadi pendapat resmi (negara) di Saudi Arabia (sekarang).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kemudian, ada banyak mahzab atau aliran yang lahir pada zaman itu. Namun, seiring
berkembangnya zaman mahzab atau aliran itu tidak cukup mengikuti perkembangan yang ada di
masyarakat. Hal inilah mengapa kemudian banyaknya mahzab itu tadi tersisa ada empat mahzab
yang eksistensi keberadaanya diakui hingga sekarang. Keempat mahzab itu tadi dapat
memecahkan berbagai masalah hukum yang ada khususnya pada hukum islam dan diyakini
dapat mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat hingga saat ini.
3.2 Saran
Seperti yang telah kita ketahui berbagai segi alasan mengapa hukum islam wajib
dipelajari dan dimasukkan kedalam kurikulum fakultas hukum di seluruh Indonesia adalah
karena penduduk Indonesia mayoritas beragama islam. Hukum islam juga memuat banyak aspek
yang mengatur kehidupan manusia di dunia. Hukum islam memuat kaidah-kaidah yang dapat
diijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan umat beragama. Telah pula dijelaskan dalam
manfaat mempelajari sejarah hukum islam utamanya yaitu agar kita semua terhindar dari
kesalahpahaman dalam memaknai hukum islam juga dapat mentolerir adanya perbedaan
berijtidah yang kemudian melahirkan mahzab atau aliran-aliran. Untuk itu, sudah seharusnyalah
kita apalagi sebagai mahasiswa di fakultas hukum memahami dengan baik sejarah hukum islam.
Memaknai sejarah ini akan menuntun kita untuk berfikir lebih jauh terlebih bagaimana ketika
sutau mahzab yang bertentangan. Disinilah kita dapat mengambil apa yang bermanfaat dan
menolak kemudharatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. 1990. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Khon, Abdul Majid. 2013. Ikhtisar Tarikh Tasyri’. Jakarta: Amzah