Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS PERJANJIAN KERJA ANTARA PENGEMUDI TRANSPORTASI

ONLINE DENGAN PERUSAHAAN PELAYANAN APLIKASI GRAB (PT. GRAB


INDONESIA)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur 2


Mata Kuliah Perburuhan

Disusun oleh :
Moh. Haris Lesmana 155010101111060

Amanda Juliana Clarisa 155010100111045


M.Rizky Andika P. 155010100111019

Abraham Irdyantara Mangiwa 155010100111077

Piria Aditya 155010100111073

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
2017

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …….............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................... 6
14 Manfaat................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8


BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitin…………………………………………. 19
3.2 Lokasi Penelitian………………………………………………………… 19
3.3 Populasi dan Sampel…………………………………………………….. 19
3.4 Jenis Data………………………………………………………………… 19
3.5 Teknik Pengambilan Data……………………………………………….. 19
3.6 Teknik Analisis Data……………………………………………………. 20

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perjanjian Antara Pengemudi transportasi online dengan Perusahaan Grab
4.2 Landasan Perjanjian antara Pengemudi Transportasi Online Grab dengan PT. Grab
Indonesia
4.3 Penerapan Perjanjian Antara Pengusaha Pt. Grab Indonesia Dan Pengemudi
transportasi online Grab Di Daerah Sekitar Malang Raya
4.4 Penerapan Perlindungan Kerja Yang Didapatkan Oleh Pengemudi Transportasi
Online Grab Dikota Malang
4.5 Cara Penyelesaian Perselisihan Kerja Antara Pengemudi Transportasi Online Grab
Dikota Malang Dengan Perusahaan Grab

3
4.6 Cara Pemutusan Hubungan Kerja Antara Pengemudi Transportasi Online Grab
Dikota Malang Dengan Perusahaan Grab

BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan……..................................................................................... 39
5.2 Saran....................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian,
karena berkaitan dengan distribusi barang, jasa, dan tenaga kerja, serta merupakan inti dari
pergerakan ekonomi di kota. Salah satu angkutan umum yang paling efektif dan efisien
adalah ojek. Ojek adalah transportasi umum di Indonesia yang berupa sepeda motor.
Penumpang biasanya hanya satu orang. Ojek banyak digunakan oleh penduduk di kota-kota
besar karena kelebihannya dengan angkutan lain, yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-
sela kemacetan di kota. Biasanya ojek mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di
jalan masuk kawasan pemukiman.
Semakin pesatnya teknologi di zaman ini yang dinamakan internet, memungkinkan
kita mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat. Salah satunya adalah ojek tersebut.
Kini, di Indonesia, terdapat sebuah layanan ojek online yang memungkinkan penumpang
tidak perlu datang ke sebuah pangkalan ojek. Calon penumpang cukup dengan memesan
ojek dari sebuah aplikasi di smartphone,dan ojek akan datang menjemput.
Kehadiran transportasi berbasis online saat ini memudahkan masyarakat ketika
ingin memesan transportasi, hanya dengan install aplikasi sudah bisa langsung memesan
transportasi online yang kita inginkan.  Grabcar atau yang sebelumnya dikenal sebagai
GrabTaxi adalah sebuah perusahaan  yang berasal Singapura yang melayani aplikasi
penyedia transportasi dan tersedia di enam negara di Asia Tenggara, yakni Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina.
Grab memiliki visi untuk merevolusi industri pertaksian di Asia Tenggara, sehingga
dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna kendaraan seantero Asia
Tenggara. Grab merupakan platform pemesanan kendaraan terkemuka di Asia Tenggara.
Kami menjawab sejumlah tantangan transportasi yang krusial dan mewujudkan kebebasan
transportasi bagi 620 juta orang di Asia Tenggara. Grab bermula dari aplikasi pemesanan
taksi pada 2012, yang kemudian mengembangkan platform produknya termasuk layanan
pemesanan mobil sewaan dan ojek. Layanan Grab ditujukan untuk memberikan alternatif

5
berkendara bagi para pengemudi dan penumpang yang menekankan pada kecepatan,
keselamatan dan kepastian. Sebagai bagian dari budaya inovatifnya, Grab saat ini tengah
melakukan ujicoba beberapa layanan baru seperti carpooling serta layanan pesan-antar
makanan. Dan pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian riset sdm,
peran grab sebagai angkutan online bagi warga malang, kelebihan grab car, dll.
Namun selain banyaknya manfaat dari Grab disisi lain penerapan Grab masih
menimbulkan berberapa polemik dan permasalahan, khususnya dalam perjanjian kerja
antara PT. Grab Indonesia dengan pengemudi transportasi online Grab itu sendiri, sehingga
berberapakali terjadi tuntutan hak-hak pengemudi Grab kepada perusahaan penyedia
layanan aplikasi tersebut, baik itu segi jaminan kesehatan maupun perlindungan kerja
lainya. Selain itu lemahnya regulasi dan dasar hukum mengenai perjanjian tersebut juga
menimbulkan permasalahan lainya dimasyarakat. Berdasarkan gambaran latar belakang
diatas penulis menysusun makalah yang berjudul “Analisis Perjanjian Kerja Antara
Pengemudi Transportasi Online Grab dengan Perusahaan Pelayanan Aplikasi
Grab”. (Studi Kasus Kota Malang)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah bentuk perjanjian antara Pengemudi transportasi online dengan PT. Grab
Indonesia merupakan hubungan kerja?
2. Apakah landasan hukum yang tepat untuk mengakomodir unsur-unsur perjanjian
antara Pengemudi Transportasi Online dengan PT. Grab Indonesia?
3. bagaimanakah penerapan perjanjian antara Pengusaha PT. Grab Indonesia dan
pengemudi Pengemudi transportasi online Grab di daerah sekitar Malang raya ?
4. bagaimana perlindungan kerja yang didapatkan oleh pengemudi transportasi online
grab dikota malang?
5. Bagaimana cara penyelesaian perselisihan kerja antara pengemudi transportasi online
grab dikota malang dengan perusahaan Grab ?
6. Bagaimana cara pemutusan hubungan kerja antara pengemudi transportasi online grab
dikota malang dengan perusahaan Grab?

6
1.3 Tujuan Penulisan`
1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian antara Pengemudi transportasi online dengan PT.
Grab Indonesia merupakan hubungan kerja.
2. Untuk mengetahui landasan hukum yang tepat untuk mengakomodir unsur-unsur
perjanjian kerja antara Pengemudi transportasi online dengan PT. Grab Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan perjanjian kerja antara Pengusaha PT.
Grab Indonesia dan Pengemudi transportasi online Grab di daerah sekitar Malang
raya.
4. Untuk mengetahui perlindungan kerja yang didapatkan oleh pengemudi transportasi
online grab dikota malang.
5. Untuk mengetahui cara penyelesaian perselisihan kerja antara pengemudi transportasi
online grab dikota malang dengan perusahaan Grab.
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara pemutusan hubungan kerja antara pengemudi
transportasi online grab dikota malang dengan perusahaan Grab.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik bagi dunia ilmu
pengetahuan hukum. Pembahasan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak civitas
akademika sebagai bahan untuk merumuskan penelitian lebih lanjut tentang
perjanjian kerja grab di Indonesia.
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan maupun masukan
dalam pelaksanaan pengambilan kebijakan mengenai perjanjian kerja grab di
Indonesia.
c.Bagi Masyarakat

7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat
untuk semakin memahami konsep berlakunya perjanjian kerja grab di Indonesia.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Negara Hukum
Konsep negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada hakikatnya
berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara adalah berdasarkan atas
hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar dari kontrak sosial setiap negara
hukum.1 Dalam kontrak tersebut tercantum kewajiban-kewajiban terhadap hukum (negara)
untuk memelihara, mematuhi dan mengembangkannya dalam konteks pembangunan
hukum.
Pemikiran mengenai negara hukum sebenarnya sudah sangat tua, jauh lebih tua dari
usia ilmu negara itu sendiri, gagasan itu merupakan gagasan modern yang multi perspektif
dan selalu aktual. Apabila melihat sejarah perkembangan pemikiran filsafat mengenai
negara hukum dimulai sejak tahun 1800 S.M.2 Perkembangannya terjadi sekitar abad XIX
sampai dengan abad XX. Menurut Jimly Ashiddiqie, gagasan pemikiran mengenai negara
hukum berkembang dari tradisi Yunani Kuno.3
Arti negara hukum itu sendiri pada hakikatnya berakar dari konsep dan teori
kedaulatan hukum yang pada prinsipnya menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi di dalam
suatu negara adalah hukum, oleh sebab itu seluruh alat perlengkapan negara apapun
namanya termasuk warga negara harus tunduk dan patuh serta menjung tinggi hukum tanpa
terkecuali.4
Menurut Krabe,5 negara sebagai pencipta dan penegak hukum di dalam segala
kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini hukum membawahi
negara. Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber dari kesadaran hukum rakyat, maka
hukum mempunyai wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang.

1
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, 2009, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, Malang, Alumni,
hal. 9
S.F. Marbun, 1997, Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No.
2

9 Vol. 4, hal. 9
3
` Jimly Ashiddiqie, 1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, hal. 11
4
B. Hestu Cipto Handoyo, 2009, Hukum Tata Negara Indonesia “Menuju Konsolidasi Sistem
Demokrasi”, Universitas Atma Jaya, Jakarta, hal. 17
5
Usep Ranawijaya, 1983, Hukum Tata Negara Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 181

9
Konsep negara hukum menurut Aristoteles6 adalah negara yang berdiri diatas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan menurutnya merupakan
syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga bagi suatu negara. Bagi Aristoteles,
yang memerintah dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil,
sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja.

2.2 Negara Kesejhateraan


Negara modern adalah personifikasi dari tata hukum.7 Artinya, negara dalam segala
akifitasnya senantiasa didasarkan pada hukum. Negara dalam konteks ini lazim disebut
sebagai negara hukum. Dalam perkembangan pemikiran mengenai negara hukum, dikenal
dua kelompok negara hukum, yakni negara hukum formal dan negara hukum materiil.
Negara hukum materiil ini dikenal juga dalam istilah Welfarestate atau negara
kesejahteraan. Menurut Jimly Asshiddiqie Ide negara kesejahteraan ini merupakan
pengaruh dari faham sosialis yang berkembang pada abad ke-19, yang populer pada saat itu
sebagai simbol perlawanan terhadap kaum penjajah yang Kapitalis-Liberalis.
Dalam perspektif hukum, Wilhelm Lunstedt berpendapat :
Law is nothing but the very life of mindkind in organized groups and the condition
which make possible peaceful co-existence of masses of individuals and social
groups and the coorporation for other ends than more existence and propagation.8
Dalam pemahaman ini, Wilhelm Lunstedt nampak menggambarkan bahwa untuk
mencapai Social Welfare, yang pertama harus diketahui adalah apa yang mendorong
masyarakat yang hidup dalam satu tingkatan peradaban tertentu untuk mencapai tujuan
mereka. Pendapat Lunsteds mengenai social welfare ini hampir sama dengan pendapat
Roscou Pound, namun demikian ia ingin menegaskan bahwa secara faktual keinginan
sebagian besar manusia yaitu ingin hidup dan mengembangkannya secara layak.

6
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1998, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, PS HTN FH
UI dan Sinar Bakti, hal. 153
7
Soemardi, Teori Umum Hukum dan Negara : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif-Empirik, Bee Media Indonesia, Bandung, 2010, hlm 225.
8
Ibid, hlm 9.

10
Melihat pandangan mengenai social welfare tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa bidang social welfare mencakup semangat umum untuk berusaha dengan dalil-
dalilnya dan adanya jaminan keamanan, sehingga dapat dibuktikan bahwa ketertiban
hukum harus didasarkan pada suatu skala nilai-nilai tertentu, yang tidak dirumuskan dengan
rumus-rumus yang mutlak akan tetapi dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan
masyarakat yang berubah-ubah mengikuti perubahan zaman, keadaan, dan perubahan
keyakinan bangsa.
Kunci pokok dalam negara kesejahteraan adalah isu mengenai jaminan
kesejahteraan rakyat oleh negara. Mengenai hal ini, Jurgen Habermas berpendapat bahwa
jaminan kesejahteraan seluruh rakyat merupakan hal pokok bagi negara modern.
Selanjutnya menurut Habermas, jaminan kesejahteraan seluruh rakyat yang dimaksud
diwujudkan dalam perlindungan atas The risk of unemployment, accident, ilness, old age,
and death of the breadwinner must be covered largely through welfare provisions of the
state.9 Selanjutnya C.A. Kulp dan John W, resiko-resiko tersebut dikategorikan menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok yang berisiko fundamental dan kelompok berisiko khusus.10

2.3 Pengertian Hubungan Kerja


Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah. Dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, disebutkan bahwa
hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.
Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Jadi, hubungan kerja adalah hubungan
(hukum) antara pengusaha dengan buruh/pekerja berdasarkan perjanjian kerja. Dengan
demikian, hubungan kerja tersebut adalah sesuatu yang abstrack, sedangkan perjanjian
kerja adalah sesuatu yang konkret atau nyata. Dengan adanya perjajian kerja, akan ada

9
Gianfranco Poggi, The Development of the Modern State “Sosiological Introduction, California:
Standford University Press, 1992, hlm. 126.
10
Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia. Cet, II . Mutiara Sumber
Widya, Jakarta, 1987, hlm 7.

11
ikatan antara pengusaha dan pekerja. Dengan perkataan lain, ikatan karena adanya
perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja.11

2.3 Pengertian Perjanjian Kerja


Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut Arbeidsoverenkoms,
mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian sebagai
berikut : ”Perjanjian kerja ialah suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu buruh,
mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan, dengan
upah selama waktu yang tertentu”. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian yakni : “Perjanjian kerja adalah
perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”. Selain pengertian normatif seperti di atas,
Imam Soepomo ( 53 : 1983 ) sebagaimana dikutip oleh Lalu Husni; berpendapat bahwa
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengingatkan diri
untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan
mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.12

2.4 Konsep Kemitraan


Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership, dan
berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh, sekutu, atau
kampanyon”. Makna partnership yang diterjemahkan menjadi persekutuan atau
perkongsian.13 Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai sebagai bentuk
persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar
kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh
hasil yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman,
kawan kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama
11
Adrian Sutedi, 2009. Hukum Perburuhan, Sinar Grafika , Jakarta. hlm 45
12
Lalu Husni, 2012. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
. hlm 64
13
Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media. Yogyakarta.
2004. hal. 129.

12
sebagai mitra. Hafsah menjelaskan pengertian kemitraan dalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. 14 Karena
merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan diantara yang bermitra dalma menjalanan etika bisnis. Hal demikian sesuai
dengan pendapat Ian Linton yang mengatakan bahwa Kemitraan adalah sebuah cara
melakukan bisnis di mana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai
tujuan bisnis bersama.15
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah Pasal 1 ayat 13 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kemitraan adalah
kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar
prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang
melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.16
2.5 Pengertian dan Jenis-jenis Transportasi Online
Pengertian Transportasi online adalah wahana yang digunakan sebagai pemindah
dari suatu tempat ke tempat lain dengan agensi-agensi tertentu yang bertanggung jawab
dalam hal kepemilikan maupun pengoperasian transportasi yang terkait,yang paling utama
dari transportasi ini yaitu transportasi yang berbasis mesin canggih dilengkapi dengan fitur
pelacak posisi. 
Fenomena jasa transportasi berbasis aplikasionline sebenarnya merupakan jawaban
atas kebutuhan masyarakat akan transportasi yang mudah di dapatkan, nyaman, cepat, dan
murah. Banyak faktor yang membuat aplikasi berbasis online ini dibutuhkan oleh banyak
masyarakat khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Di Jakarta dari sisi kebutuhan
masyarakat, transportasi online sudah menjadi sebuah moda alternatif yang diinginkan
masyarakat setelah sebelumnya masyarakat harus menggunakan moda transportasi
konvensional yang menuai beberapa masalah seperti minimnya keamanan dan kenyamanan
ketika menggunakan bis umum yang seringkali sudah tidak layak beroperasi maupun
faktor-faktor lainnya. Selain itu, saat ini teknologi merupakan kebutuhan yang sangat
14
Muhammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, hal. 43.
15
Ibid, hal. 10
16
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 1 ayat (3)

13
penting dalam aspek global karena dunia semakin cepat berubah kearah modernisasi
berbagai aspek, oleh karena itu setiap negara harus mampu bersaing dengan pemanfaatan
teknologi serta mengaplikasikannya di dalam aktivitas. Berkaitan dengan hal ini, jasa
transportasi berbasis aplikasionline merupakan tuntutan persaingan yang mengharuskan
peran teknologi di dalam mempermudah mobilitas masyarakat.17
Beberapa contoh perusahaan jasa transportasi berbasis aplikasionline di Indonesia
yaitu :18
a) Go-Jek Pada prinsipnya, aplikasi Go-Jek bekerja dengan mempertemukan
permintaan angkutan ojek dari penumpang dengan jasa tukang ojek yang beroperasi
di sekitar wilayah penumpang tersebut. Cukup dengan mengunduh aplikasinya dari
Google Play Store, maka kita bisa memesan jasa layanan tersebut. Tarif
angkutannya disesuaikan dengan jarak tempuh yang akan dicapai. Selain jasa
angkutan penumpang, ada juga layanan antar barang (kurir) dan belanja.
b) Grabbike Hampir mirip dengan Go Jek, hanya saja layanan Grabbike belum
memiliki layanan antar barang atau belanja. Saat ini, Grabbike telah beroperasi di 3
kota di kawasan Asia Tenggara yang mengalami persoalan kemacetan, seperti Ho
Chi Min City dan Hanoi di Vietnam, serta di Jakarta.
c) Grabtaxi Grabtaxi merupakan aplikasi pemesanan taksi dengan induk perusahaan
dari Malaysia. Dengan aplikasi ini, masyarakat bisa memesan taksi untuk keperluan
antar jemput dengan tariff standar yang ditetapkan sesuai argo. Layanan antar
jemput bisa lebih cepat karena pemesanan dilakukan melalui aplikasi yang sudah
diunduh di smartphone.
d) Uber Uber adalah perusahaan jaringan transportasi dari Amerika yang
menggunakan aplikasi di smartphone untuk pemesanan mobil. Bedanya, armada
mobil yang digunakan bukan transportasi public plat kuning, melainkan mobil
pribadi bernomor polisi hitam dengan logo khusus Uber. Jika menggunakan jasa ini
tidak bisa membayar tunai, tapi secara online atau kartu kredit. Tarif yang
17
Andika Wijaya, Aspek Hukum Bisnis Transportasi Jalan Online, (Jakarta: Sinar Grafika), 2016, hal.
27.
18
10 Jasa Transportasi Online yang ada di indonesia dari gojek hingga uber
taksi.http://economy.okezone.com/read/2015/09/23/320/1219859/10-jasa-transportasi-online-diindonesia-
dari-go-jek-hingga-uberdiakses pada tanggal 21 November 2017.

14
ditetapkan adalah Rp 30 ribu sebagai tarif minimal dan selanjutnya dikenakan tarif
perjalanan berdasar waktu dan jarak yang ditempuh. Jenis mobil yang digunakan
adalah Toyota Innova, Alphard dan Hyundai Sonata.
2.6 Pengertian Pekerja
Dalam Pasal 1 angka 3 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pekerja/buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Kemudian dalam Pasal 1 angka 11 UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional bahwa Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji,
upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Dan dalam Pasal 1 angka 8 UU Nomor 24 Tahun
2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dinyatakan bahwa Pekerja adalah
setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.
Sebagaimana ditulis oleh Payman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja atau man
power adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
kerja dan melakukan pekrjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. 19 Tenaga
kerja yang telah melakukan kerja baik bekerja membuka usaha untuk diri sendiri maupun
bekerja dalam suatu hubungan kerja atau dibawah perintah seseorang yang memberi kerja
(seperti perseroan, pengusaha maupun badan hukum) serta atas jasanya bekerja yang
bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain ini disebut pekerja (bagian
dari tenaga kerja). Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang dalam studi, golongan
yang mengurus rumah tangga, dan golongan penerima pendapatan yakni mereka yang tidak
melakukan aktivitas ekonomi tapi memperoleh pendapatan (contoh : pensiunan, penerima
bunga deposito dan sejenisnya). Kemudian angkatan kerja terdiri dari yang bekerja dan
yang masih mencari pekerjaan atau biasa di sebut pengangguran. Yang bekerja terdiri dari
yang bekerja penuh dan setengah menganggur.

2.7 Perlindungan Hukum


2.7.1 Pengertian Perlindungan Hukum

19
Lalu Husni, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan 1, Airlangga, Universitas
Press,Surabaya,hal. 17.

15
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”, mahkluk sosial
atau mahkluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan
anatara satu dengan yang lain. sebagai mahkluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia
selalu melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum
20
(rechtbetrekkingen). Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam
manifestasinya dapat berwujud konkrit.21 Satjipto Raharjo menyatakan bahwa “hukum
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.22
Menurut Philipus M. Hadjon, dimana dikemukakan bahwa perlindungan hukum di
dalam kepustakaan hukum bahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbescherming”.
Maka perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk memberikan hak – hak pihak yang
dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Menurut Hadjon, perlindungan
hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yaitu:
1. Perlindungan hukum preventif, merupakan bentuk perlindungan hukum dimana
kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive
2. Perlindungan hukum represif, merupakan bentuk perlindungan hukum dimana
lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.23
Menurut Roscoe Pound dalam teori mengenai kepentingan (theory of interest),
terdapat 3 penggolongan kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum, yaitu:
1. Menyangkut kepentingan pribadi (individual interest)
2. Menyangkut kepentingan masyarakat (sosial interest), terdiri dari keamanan
sosial, keamanan atas lembaga – lembaga sosial, kesusilaan umum, perlindungan
atas sumber – sumber sosial dari kepunahan, perkembangan sosial dan kehidupan
manusia

Soeroso, 2006, Penghantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, h.49
20

Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya,
21

Bandung, h. 79
22
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.5
23
hilipus M. Hadjon, op.cit, h. 52.

16
3. . Menyangkut kepentingan umum (public interest), berupa kepentingan Negara
dalam bertindak sebagai representasi dari kepentingan masyarakat24
2.7.1 Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja
Dalam Pasal 6 UU Ketenagakerjaan bahwa setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. Para pengusaha
diwajibkan untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, ras, agama, maupun aliran politik. Menurut H. Zainal Asikin Perlindungan
pekerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu: Perlindungan secara ekonomis,
yaitu perlindungan pekerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga
kerja tidak bekerja diluar kehendaknya. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga
kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan
hak untuk berorganisasi. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan.25
Menyadari akan pentingnya pekerja/buruh bagi perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatan
dalam menjalankan pekerjaan. Guna menjaga keselamatan dan menjalankan pekerjaan
pekerja/buruh wajib mendapatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, perlindungan
terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan
menjamin kesamaan, kesempatan, serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun
untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.26
Perlindungan terhadap pekerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan
tuntutan maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan teknis, serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam
linkungan kerja tersebut.27 Tujuan perlindungan pekerja adalah untuk menjamin
berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari

24
Marmi Emmy Mustafa, 2007, Prinsif-prinsif Beracara Dalam penegakan Hukum Paten di Indonesiia
Dikaitkan Dengan TRiPs-WTO, PT. Alumni, Bandung, h. 58
25
Zainal Asikin, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 76.
26
Rachmat Trijono, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, h. 53.
27
Ibid

17
pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, pengusaha wajib melaksanakan ketentuan
perlindungan tenaga kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.28
2.7 Pengertian BPJS
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-
anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh
mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan
medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa
tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak. 29 Secara singkat jaminan sosial
diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat
mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.
Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program jaminan
sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :
1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya
adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.
2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan
programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1
Juli 2015.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan
hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT
ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti
asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam
mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat
yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.

28
Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h.103
29
Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers,
Mataram. 2007. Hlm. 33.

18
a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu
PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh
pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir
miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah
b. Bukan PBI jaminan kesehatan.30

BAB III
METODE PENELITIAN

30
http://www.antaranews.com/berita/376166/tanya-jawab-bpjs-kesehatan di akses tanggal 24 maret
2017 pukul 14:53 wib

19
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris dan dilaksanakan dengan menggunakan


pendekatan yuridis sosiologis, karena hendak mengkaji tentang pelaksanaan hukum
atau sistem berjalannya hukum (Freidman, 1977). Penelitian ini menitikekankan terkait
hubungan kerja antara pengemudi transportasi online dengan perusahaan grab.
3.2 Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi dari penelitian ini adalah pengemudi transportasi online
wilayah Kota Malang, Jawa Timur. Penulis memilih Kota Malang sebagai lokasi
penelitian karena Kota Malang merupakan salah satu kota besar di Jawa Timur yang
sudah mulai ditemukan banyaknya transportasi online dikota Malang.
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para pengemudi transportasi online grab yang
beroperasi disekitar wilayah kota Malang.
3.4 Jenis Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber
asli yang dimaksudkan disini adalah sumber permata darimana data tersebut
diperoleh. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara
terhadap pengemudi transportasi online grab yang beroperasi disekitar
wilayah kota Malang.
b. Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia. Sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkan data-data atau masukan-masukan terkait
dengan objek yang sedang dikaji melalui penelitian yang bersumber pada
literatur, peraturan perundang-undangan dan lain-lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang hendak dibahas. Sumber Data

3.5 Teknik Pengambilan Data

20
a. Data Primer diambil melalui wawancara dengan wawancara terhadap pengemudi
transportasi online grab yang beroperasi disekitar wilayah kota Malang.
b. Data Sekunder diperoleh melalui jurnal atau laporan-laporan penelitian terdahulu,
buku-buku, internet, koran, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Data primer yang dihasilkan akan diproses dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama-tama data hasil wawancara bebas akan direduksi dahulu dengan membuang
informasi yang tidak berkaitan dengan masalah yang diteliti; selanjutnya data yang sudah
tereduksi akan dianalisis dengan ‘content analysis’ dengan teknik analisis ‘latent’. Teknik
analisis latent merupakan salah satu teknik analisis yang meninterpretasikan hasil
wawancara bebas berdasarkan rasionalisasi. Dalam artian pada satu topik hasil wawancara
akan disimpulkan hasilnya oleh peneliti. Data sekunder tentang peraturan perundangan
akan diinterpretasikan dengan teknik interpretasi gramatikal, formal dan ekstensif.

BAB IV
PEMBAHASAN

21
4.1 Perjanjian Antara Pengemudi transportasi online dengan Perusahaan Grab
Berdasarkan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, hubungan kerja diartikan sebagai suatu  hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah, dan perintah. Dari arti hubungan kerja tersebut kita bisa melihat ada 3 unsur utama
hubungan kerja, yaitu: pekerjaan, upah dan perintah. Namun, patut disayangkan dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh mengenai unsur-unsur
31
hubungan kerja tersebut, hal inilah yang menyebabkan para pihak menafsirkan sendiri
unsur-unsur hubungan kerja tersebut. Oleh karena peraturan di bidang ketenagakerjaan
tidak menjelaskan lebih lanjut unsur hubungan kerja, maka penting bagi kita untuk melihat
bagaimana pandangan pengadilan terhadap ketiga unsur tersebut.
Pada putusan Mahkamah Agung Nomor 841 K/Pdt.Sus/2009 dalam perkara antara
sopir taksi dan perusahaan taksi. Dalam perkara tersebut  Mahkamah Agung
menyatakan tidak ada unsur upah karena para sopir taksi hanya menerima
komisi/persentase. Selain itu, tidak ada unsur perintah karena sopir taksi diberi kebebasan
mencari penumpangnya sendiri. Sebaliknya, pada putusan Mahkamah Agung Nomor 276
K/Pdt.Sus/2013 dalam perkara antara perusahaan di bidang logistik dan sopir. Dalam
perkara itu MA mengamini putusan tingkat sebelumnya yang menyatakan ada hubungan
kerja antara perusahaan dan sopir tersebut. Alasannya adalah adanya unsur
pekerjaan karena sopir hanya mengangkut muatan yang disediakan perusahaan. Bukan
disediakan/dicari sendiri oleh sopir.
Dari kedua putusan Mahkamah Agung tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai
unsur-unsur hubungan kerja adalah sebagai berikut:
1.  Pekerjaan: unsur ini terpenuhi jika pekerja hanya melaksanakan pekerjaan yang
sudah diberikan perusahaan.  
2. Upah: unsur ini terpenuhi jika pekerja menerima kompensasi berupa uang tertentu
yang besar jumlahnya tetap dalam periode tertentu. Bukan berdasarkan
komisi/persentase.
31
Bab-Bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia, Editor: Guus Heerma van Voss & Surya Tjandra,
Penerbit Pustaka Larasan bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Universitas Leiden dan Universitas
Groningen, 2012

22
3. Perintah: unsur ini terpenuhi jika pemberi perintah kerja adalah perusahaan. Bukan
atas inisiatif pekerja.
Lalu bagaimana dengan hubungan kerja melalui perjanjian kerja antara perusahaan
Grab dengan pengemudi transportasi online Grab? para pengemudi transportasi online
Grab ini tidak mendapatkan gaji dari perusahaan Grab. Justru para pengojek harus
membagi 10 hingga 20 persen pendapatannya ke perusahaan. Berapa pendapatan pengojek
tergantung seberapa banyak penumpang yang bisa ia antar. Perintah mengantar penumpang
juga tidak datang dari perusahaan, melainkan dari penumpang dan tentu atas kesediaan
pengemudi transportasi online. Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur hubungan kerja
pada relasi pengemudi transportasi online dan perusahaan penyedia aplikasi Grab. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kerja antara pengojek dan
perusahaan aplikasi. Oleh karena tidak ada hubungan kerja, maka pengojek tidak berhak
menuntut hak-hak yang biasa diterima pekerja pada umumnya seperti upah lembur,
jamsostek maupun pesangon jika hubungan kerjasama mereka berakhir.32

4.2 Landasan Perjanjian antara Pengemudi Transportasi Online Grab dengan PT.
Grab Indonesia.
Perjanjian antara pengemudi transportasi online Grab dengan Pt. Grab Indonesia
merupakan perjanjian yang bersifat kemitraan, bukan perjanjian yang bersifat hubungan
kerja, kedua perjanjian tersebut sangatlah berbeda dan memiliki dampak hukum yang
berbeda pula. Sejatinya Undang-undang Ketenagakerjaan yang lama yaitu Undang-iundang
No. 14 Tahun 1969, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja
memiliki cangkupan yang lebih luas. Bahkan setidaknya terdapat berberapa hubungan
hukum dalam melakukan pekerjaan. Hubungan hukum melakukan pekerjaan ada
berdasarkan perjanjian jasa-jasa, ada berdasarkan letter op appointment, perjanjian kerja,
perjanjian pemborongan, ada sekitar tujuh macam huungan hukum dalam melakukukan
pekerjaan.

32
Anonim, Hukum Online, Status Hubungan Pegojek dengan perusahaan aplikasi penyedia layanan
ojek, diakses dari, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubungan-pengojek-
dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek, diakses pada 3 November 2017, Pukul 5.00 WIB.

23
Sedangkan menurut Undang-undang No.13 Tahun 2013 , pekerja dengan hubungan
hukum pekerjaan kemitraan tidak harus tunduk pada ketentuan waktu kerja, istrirahat,
ataupun tunduk pada berberapa hari kerja dalam seminggu dan tidak tunduk pada ketentuan
sakit berupah. Walaupun tidak tercakup dalam UU tersebut , perkerja berdasarkan
kemitraan tersebut masih bisa menuntut Jamsostek, BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan kepada perusahaan.
Definisi perjanjian kerja sendiri dijelaskan dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang
No.13 Tahun 2003, sebagai perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Jadi jika seandainya
antara pengemudi transportasi online dengan pihak PT. Grab Indonesia adalah perjanjian
kemitraan, Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tidak bisa dijadikan landasan hukum.
Selain itu kedua pihak yang terkait dengan perjanjian biasa, dalam hal ini kembali dan
tunduk pada aturan-aturan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada bagian Perjanjian.
Banyak seklai perbedaan hubungan hukum melakukan pekerjaan kemitraan dengan
perjanjian kerja. Misalnya, dari segi tanggungjawab diantara kedua hubungan tersebut. Jika
dalam hubungan hukum pekerjaan berdasarkan kemitraan menjadi tanggung jawab pribadi.
Contohnya sebagai berikut:
 Grab tidak mengganti ataupun menanggung biaya penggantian ban bocor;
 Grab tidak mengganti ataupun menanggung biaya Service dan biaya penggantian
spear part;
 Grab tidak mengganti ataupun menanggung biaya penggantian ban.\
Posisi pengemudi transportasi online Grab sebagai mitra kerja mengakibat mereka
harus menanggung segala biaya tersebut secara pribadi, bukan perusahaan PT. Grab
Indonesia, dikarenakan bukan menjadi alat produksi perusahaan, sebaliknya, jika hubungan
pekerjaan berdasarkan perjanjian kerja rusaknya motor berada pada tanggung jawab
perusahaan. Selain pada kendaraan pengemudi Grab masih banyak sekali hal-hal yang perlu
dipertanyakan, misalnya asuransi kesehatan. 33

33
Anonim, Hukum Online, Sebatas Mana Batas Perjanjian Kerja Grab, diakses dari,
http://www.patogbesi.com/2017/05/sebatas-mana-perjanjian-yang-dilakukan.html, diakses pada 3 November
2017, Pukul 5.55 WIB.

24
4.3 Penerapan Perjanjian Antara Pengusaha Pt. Grab Indonesia Dan Pengemudi
transportasi online Grab Di Daerah Sekitar Malang Raya

Penulis telah melakukan penelitian dan observasi terkait bagaimana penerapan


perjanjian kerja antara pengusaha PT. Grab Indonesia dan Pengemudi/ Pengemudi
transportasi online Grab di daerah sekitar Malang raya dengan menggunakan metode
wawancara untuk menggali informasi secara mendalam dan mengetahui bagaimana
penerapan sesungguhnya di lapangan. informasi yang kita peroleh sebagai berikut :

Keterangan : P : penulis dan G : pengemudi Grab.

 P : Assalamualaikum selamat malam apakah kita bisa mewancarai bapak untuk


tugas hukum perburuhan kami?
 G : Bisa pak.
 P : sebelumnya boleh kita tahu nama bapak siapa ?
 G : nama saya Mukidi mas.
 P : sudah berapa lama kah bapak bekerja sebagai pengemudi grab ?
 G: kurang lebih 2 bulan saya bekerja sebagai supir grab mas.
 P: kalau boleh tau pak bagaimana prosedur pendaftaran untuk bekerja sebagai
pengemudi grab ya pak?
 G : cukup mudah, hanya dengan daftar melalui daring atau online dengan cara
mengisi form secara online dan melakukan aktifasi akun lewat akun applikasi grab
mas.
 P : apakah dalam pendaftaran tersebut ada sebuah perjanjian yang harus disetujui
pak?
 G : ada mas.
 P : bisa di jelaskan lebih lanjut kah pak terkait bagaimana perjanjianya ?
 G : dimana kita melakukan perjanjian dnegan sistem bagi hasil mas, 80% untuk
Pengemudi transportasi online/Pengemudi dan 20% untuk perusahaan grab, dimana
penarikanya dilakukan langsung per orderan dengan cara membayar kepada pihak
grab yang dilakukan dengan saldo kredit yang terdapat pada applikasi grab.

25
 P : apakah saat mendaftar sebagai pengemudi grab terdapat syarat-syarat/kriteria
khusus pak?
 G: tidak ada mas kita hanya perlu mempunyai STNK, SIM, KK dan KTP dan dalam
pendaftaran grab tidak diberi limitasi terkait usia.
 P : bagaimana waktu kerja bapak sebagai pengemudi grab pak ?
 G : tidak ada batas waktunya mas, semampunya dan mau tidak mau apabila ada
orderan harus kita terima
 P : apakah pihak grab memberikan jaminan seperti asuransi atau kesehatan pak
untuk pengemudi transportasi online grab?
 G : ada mas, yaitu pihak grab menyediakan asuransi kecelakaan dengan syarat
pengemudi transportasi online masih memakai atribut Grab/ dimana asuransinya
sebesar 25 %. namun untuk jaminan seperti pembatalan orderan yang dilakukan
pelanggan atau penipuan terhadap pengemudi transportasi online grab masih sangat
kurang mas jaminanya.
 P : Saat daftar sebagai Pengemudi transportasi online apakah ada biaya yang
dikenakan oleh pihak grab pak ?
 G : Saat daftar ada biaya jaket dan helm sebesar 280k, dibayar dengan cicilan 4x
dipotong saat orderan.
 P : apakah dari pihak grab ada ketentuan khusus guna menjaga kepuasan pelanggan
pak ?
 G : ada mas yaitu dengan feedback dari pelanggan dnegan memberikan bintang
sebagai bentuk penghargaan. dimana bintang kurang dari 5 menunjukan customer
kurang puas dan bintang 5 sempurna menunjukan pelanggan puas dan saat kita
mendapat bintnag 5 kita akan mendapatkan bonus uang mas.
 P : selain bintang 5 apakah ada bonus lain mas dari pihak perusahaan grab?
 G : ada mas, kita akan mendapatkan bonus 80 ribu dipotong sebesar 20% apabila
kita bisa memenuhi target sehari minimal 10 pelanggan. dalam satu hari saya
biasanya mendapatkan lebih dari 10 pelanggan mas.

26
 P: terimakasih atas waktunya pak. dan maaf apabila kita ada salah-salah kata atau
perbuatan.
 G: iya mas sama-sama, jangan lupa kasih bintang 5 ya mas.
dari hasil wawancara tersebut kita dapat mengetahui berberapa fakta antara lain :
1. Untuk menjadi pengemudi transportasi online grab sangat mudah hanya perlu
daftar via online dengan cara mengisi formulir online dan membuat akun applikasi
grab;
2. Grab dengan pengemudi transportasi onlineterdapat hubungan kemitraan dengan
sistem bagi hasil 80% untuk Pengemudi transportasi online/Pengemudi dan 20%
untuk perusahaan grab dan penarikanya dilakukan langsung per orderan dengan cara
membayar kepada pihak grab yang dilakukan dengan saldo kredit yang terdapat
pada applikasi grab;
3. Untuk mendaftar sebagai pengemudi transportasi online grab tidak ada batasan
usia dan hanya perlu memiliki STNK, SIM, KK dan KTP;
4. waktu kerja pengemudi transportasi online grab tidak ada batas waktunya /
bebas;
5. terdapat jaminan asuransi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada
pengemudi transportasi online grab sebesar 25% dengan catatan masih
menggunakan attributy grab;
6. jaminan penipuan dan pembatalan order oleh pelanggan kepada pengemudi
transportasi online masih kurnag atau hampir tidak ada sama sekali;
7. Saat pendaftaran pengemudi transportasi online dikenakan biaya jaket dan helm
sebesar Rp. 280.000 dan dapat dicicil 4x melalui potongan langsung saat orderan;
8. Feedback pelanggan berupa bintang / rating menunjukan tingkat kepuasan
pelanggan dimana semakin tinggi bintangnya semakin tinggi pula tingkat kepuasan
pelanggan. selain itu jika mendapatkan 5 bintang pengemudi transportasi online
akan mendapatkan bonus uang;\
9. selain itu jika pengemudi transportasi online bisa mendapatkan minimal 10
pelanggan dalam waktu sehari pengemudi transportasi online akan mendapatkan
bonus.

27
4.4 Penerapan Perlindungan Kerja Yang Didapatkan Oleh Pengemudi Transportasi
Online Grab Dikota Malang

Alinea ke 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan jelas telah


menyatakan tujuan-tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Salah satu dari tujuan bangsa
Indonesia tersebut adalah memajukan kesejhateraan umum yang berimplikasi menjadikan
Indonesia sebagai negara welfare state atau negara kesejhateraan. Untuk mewujudkan
kesejhateraan tersebut segala aspek haruslah dipenuhi tidak terkecuali dalam aspek
perlindungan tenaga kerja.
Oleh karena itu Perusahaan pelayanan aplikasi jasa transportasi online yaitu Grab
memberikan berberapa perlindungan kerja untuk pengemudi transportasi online yang
menjadi mitranya. Dalam pemberian perlindungan kerja kepada pengemudi transportasi
online Grab menggunakan BPJS dengan manfaat sebagai berikut :
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jika terjadi kecelakaan dalam bekerja :34

 Biaya pengobatan dan perawatan sesuai kebutuhan.


 Santunan cacat.
 Santunan kematian akibat kecelakaan kerja.
Jaminan Kematian  (JK)
Santunan Kematian untuk keluarga atau ahli waris yang ditinggalkan dan beasiswa
untuk 1 orang anak senilai Rp.12.000.000.
Jaminan Hari Tua  (JHT)
Simpanan yang dapat di pergunakan oleh peserta, terutama bila penghasilan yang
bersangkutan berhenti kerja karena berbagai sebab.
Pengemudi Trasnportasi Online yang bermitra dengan PT. GRAB jika ingin pensiun
dapat melakukan pensiun secara langsung tanpa harus konfirmasi terlebih dahulu. Namun
salah satu kerugian menjadi mitra grab saat pensiun adalah Pengemudi Trasnportasi Online

34
Anonim, Driver Bpjs Mitra Grab Bandung, diakses dari
https://www.grab.com/id/blog/driver/bpjs-ketenagakerjaan-untuk-mitra-grab-bandung/, 28 Desember
2017.

28
tidak mendapatkan pesangon atau uang pensiun hal ttersebut dikarenakan hubungan
perjanjianya adalah hubungan kemitraan bukan perjanjian kerja.

4.5 Cara Penyelesaian Perselisihan Kerja Antara Pengemudi Transportasi Online


Grab Dikota Malang Dengan Perusahaan Grab

  Sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan


Hubungan Industrial menganut prinsip Musyawarah untuk mufakat (wajib dilakukan oleh
Para pihak yang berselisih) dan cepat, tepat serta adil. Prinsip ini akan terlihat jelas pada
saat penyelesaian dengan cara bipartit, tingkat pemerantaraan, Mediasi, Konsiliasi maupun
Arbitrase.  Apabila Para Pihak yang berselisih ataupun salah satu tidak dapat mencapai
kesepakatan dalam penyelesaian perselisihan dan atau tidak dapat menerima anjuran dari
Panitia Perantara (UU Penyelesaian Perselisihan Perburuhan), Konsiliator, Mediator atau
Arbitrase (UU Hubungan Industrial) maka Pihak tersebut dapat minta penyelesaian melalui
P4D/P ataupun Pengadilan Hubungan Industrial.l
Penyelesaian perselisihan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1.   Penanganan Perselisihan Hubungan Industrial menurut UU Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan
Secara garis besar, tekhnis penanganan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial telah diatur dalam UU Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, UU Nomor 12
Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dan Kepmenaker
Nomor Kep. 15A/MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja di Tingkat Perusahaan dan Pemerantaraan.

a.    Penyelesaian dengan cara Bipartit


Penyelesaian perselisihan dengan cara Bipartit adalah penyelesaian Perselisihan yang
dilakukan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat oleh Karyawan atau yang mewakili
dengan Pengusaha atau yang mewakili yang dilakukan antara Pengusaha dengan Karyawan
tanpa melibatkan Pihak lain.

29
Tujuan dilakukannya penyelesaian dengan cara Bipartit adalah agar penyelesaian  
perselisihan    terhadap   Karyawan   yang   telah   melakukan pelanggaran dapat di
selesaikan secara Kekeluargaan dan dapat menghasilkan penyelesaian yang saling
menguntungkan.
Upaya dan langkah yang dilakukan Perusahaan dalam melakukan upaya
penyelesaian Perselisihan secara Bipartit adalah sebagai berikut:
1)    Penyelesaian perselisihan dilakukan dengan upaya pemanggilan terhadap Karyawan
pada tingkat Perusahaan untuk mengadakan musyawarah untuk mufakat (bipartit);
2)    Dalam perundingan tersebut, harus dibuat risalah perundingan secara tertulis;
3)    Dalam musyawarah, Perusahaan dapat memberikan beberapa penawaran solusi kepada
Karyawan dengan catatan penawaran tersebaut tidak bertentangan dengan Ketentuan
Ketenagakerjaan yang berlaku;
4)    Hal yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh Pengusaha adalah   Penawaran
yang diberikan mempunyai nilai yang sepadan nilai kerugian Perusahaan serta tingkat
palanggaran yang dilakukan apalagi penyelesaian ini akan berpotensi berlanjut pada
penyelesaian yang harus dilakukan melalui institusi Ketenagakerjaan terkait (P4D/P atau
Lembaga PPHI);
5)    Dalam hal musyawarah membuahkan hasil yang disepakati, maka Para Pihak harus
menuangkan hasil kesepakatan tersebut dalam bentuk Kesepakatan Bersama yang insinya
memuat minimal :
–        Nama dan alamat karyawan;
–        Nama dan alamat Pengusaha atau yang mewakili;
–        Tanggal dan tempat perundingan dilakukan;
–        Efektif Karyawan berhenti dari perusahaan;
–        Jumlah kompensasi yang akan diberikan;
–        Batas waktu dilakukannya Pelaksanaan kewajiban Para Pihak;
–        Tanggal dan tanda tangan Para Pihak yang melakukan perundingan.
6)    Dalam hal musyawarah telah dilakukan minimal sebanyak 3 kali dalam waktu
maksimal 1 bulan akan tetapi Para Pihak belum menemukan kesepakatan, maka Para Pihak
harus menuangkan kesimpulan musyawarah yang berisikan minimal :

30
–        Nama dan alamat karyawan;
–        Nama dan alamat Pengusaha atau yang mewakili;
–        Tanggal dan tempat perundingan;
–        Alasan pokok timbulnya Perselisihan;
–        Pendirian Para Pihak;
–        Kesimpulan perundingan;
–        Tanggal dan tanda tangan Para Pihak yang melakukan perundingan
 
b.   Penyelesaian dengan cara Tripartit
Dalam hal penyelesaian ditingkat perusahaan tidak dapat dihasilkan kesepakatan,
maka penyelesaian  perselisihan dapat dilanjutkan dengan mengajukan permohonan  Ijin
PHK ke Suku Dinas Tenaga Kerja (“Disnaker”) Up. P4D/P atau Lembaga PPHI setempat.
 Langkah penyelesaian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)    Penyelesaian pada Tingkat Pemerantaraan
–        Pegawai Perantara yang ditunjuk oleh Disnaker tempat Perselisihan didaftarkan,
wajib melakukan pemerantaran perselisihan paling lama 7 hari setelah perselisihan
didaftarkan;
–        Pemerantaraan dilakukan dengan memanggil pihak pengusaha dan pihak Karyawan
untuk didengar duduk perkara yang menjadi dasar terjadinya perselisihan;
–        Dalam hal Pemerantaraan didapat kesepakatan penyelesaian maka Para Pihak wajib
membuat Kesepakatan Bersama yang disaksikan oleh Pegawai Perantara;
–        Bilamana pada tahap Pemerantaan ternyata belum dapat menghasilkan kesepakatan,
maka Pegawai Perantara harus membuat anjuran tertulis yang memuat usul penyelesaian
dengan menyebutkan dasar pertimbangan dan menyampaikannya kepada Para Pihak serta
mengupayakan tanggapannya paling lambat 7 hari setelah diterimanya anjuran dimaksud;
–        Apabila anjuran tersebut diterima, maka dibuat Persetujuan Bersama secara tertulis
yang disaksikan oleh Pegawai Perantara;
–        Apabila anjuran dimaksud tidak dapat diterima oleh Para Pihak, maka dalam waktu 7
hari setelah diterimanya tanggapan penolakan tersebut, Panitia Perantara harus meneruskan

31
perkara perselisihan tersebut ke P4D (Panitia Daerah) untuk Peselisihan perorangan atau
P4P apabila perselisihan tersebut berhubungan dengan PHK masal.
 
2)   Penyelesaian di tingkat P4D
Penyelesaian perselisihan  akan dilakukan melalui sidang Majelis P4D dengan
langkah sebagai berikut :
–        Majelis wajib memanggil Para Pihak paling lama 7 hari setelah anjuran yang
diberikan oleh Pegawai Perantara tidak dapat diterima oleh Para Pihak yang berselisih;
–        Selanjutnya maka Majelis Panitia Daerah akan mengadakan sidang untuk
memutuskan perkara perselisihan tersebut;
–        Dalam penyelesaian Perselisihan ditingkat P4D, Panitia Daerah berhak memberikan
putusan yang mengikat;
–        Putusan Panitia Daerah dapat berkekuatan hukum tetap (in kracht) apabila Panitia
Daerah tidak menerima tanggapan penolakan atas putusan tersebut paling lama 14 hari
sejak putusan tersebut diambil;
–        Putusan Panitia Daerah yang sudah mempunyai hukum tetap dapat dimintakan untuk
dijalankan melalui  Pengadilan Negeri setempat;
–        Apabila dalam sebelum waktu 14 hari Para Pihak yang berselisih tidak menerima
hasil putusan Panitia Daerah, maka salah satu atau Para Pihak dapat memintakan
pemeriksaan dilakukan di Panitia Perselisihan Tingkat Pusat (P4P);
 
3)   Penyelesaian Perselisihan di tingkat P4P
Penyelesaian pada P4P dilakukan apabila pada tingkat P4D Para Pihak atau salah
satu Pihak tidak menerima putusan majelis tersebut atau perkara perselisihan untuk kasus
PHK masal. Pada tahap ini Majelis atau Panitia Pusat akan melakukan pengkajian terhadap
duduk perkara dan asal muasal terjadinya perselisihan dan penyelesaian diupayakan dengan
cara musyawarah; Setelah Majelis atau Panitia Pusat selesai melakukan pengkajian maka
Majelis akan memutuskan untuk disampaikan pada Para Pihak dan selanjutnya:

32
–        Hasil putusan Panitia pusat akan mengikat (in kracht) apabila maksimal 14 hari
setelah putusan, Para Pihak tidak memberikan tanggapan yang menyatakan menolak atau
Menaker tidak membatalkan putusan tersebut;
–        Pelaksanaan putusan Panitia Pusat yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in
kracht) dapat dimintakan pelaksanaannya kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat  sesuai
Hukum Perdata.
–        Bilamana Para Pihak yang berselisih tidak dapat menerima putusan yang telah
ditetapkan oleh Panitia Pusat maka upaya berikutnya yang dapat dilakukan oleh salah satu
Pihak adalah upaya pembatalan putusan dengan mendaftarkan penolakan putusan tersebut
pada Pengadilan Tata Usaha Negara setempat.
 
4)   Penyelesaian melalui Pengadilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung Republik
Indonesia
Apabila Para pihak tidak dapat menerima keputusan Panitia Pusat ini maka para
Pihak dapat melakukan upaya pembatalan keputusan melalui Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara (“PTUN”) dan selanjutnya kalau Pihak yang berselisih belum juga dapat menerima
putusan tersebut maka Para Pihak ataupun  satu Pihak dapat mengajukan permohonan
pembatalan putusan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia (“MARI”).
Peraturan tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut di atas
akan   tetap   berlaku   sampai   dengan   diberlakukannya  UU  Hubungan Industrial, yang
telah diundangkan pada tanggal 14 Januari 2004 dan akan diberlakukan 1 tahun setelah UU 
Hubungan Industrial  ini diundangkan.
2.   Penanganan Perselisihan Hubungan Industrial menurut UU Hubungan Industrial
Dengan diberlakukannya UU Hubungan Industrial, maka fungsi Panitia Perantara
sebagai media Tripartit untuk melakukan musyawarah dan P4D/P sebagai lembaga yang
sah untuk memberikan penetapan terhadap PHK dihapuskan. Dengan dihapuskannya
lembaga tersebut di atas maka penyelesaian Perselisihan akan dilakukan dengan langkah-
langkah Penyelesaian di luar Pengadilan (Bipartit, Mediasi, Konsiliasi, Lembaga Arbitrase)
dan penyelesaian perselisihan melalui Pengadilan (Pengadilan Hubungan
Industrial/Lembaga PPHI).  Dalam UU Hubungan Industrial obyek perselisihan dibagi atas:

33
–        Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak Akibat
adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
–        Perselisihan Kepentingan, yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
Karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-
syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
–        Perselisihan pemutusan hubungan kerja, yaitu perselisihan yang timbul karena Tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh
salah satu pihak.
–        Perselisihan antar Serikat Pekerja yang dalam satu perusahaan.
Penyelesaian Perselisihan menurut UU Hubungan Industrial adalah sebagai berikut:
a.    Penyelesaian Di luar Pengadilan
Penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial di luar pengadilan dilakukan  melalui
lembaga ataupun mekanisme:

1)   Penyelesaian melalui Mekanisme Bipartit


Penyelesaian melalui perundingan bipartit, adalah perundingan/musyawarah untuk mufakat
antara pekerja/Buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan Hubungan
Industrial. Dalam hal Perundingan Para Pihak tersebut dicapai kesepakatan maka Para
Pihak wajib membuat Kesepakatan Bersama. Dalam pelaksanaan Kesepakatan tersebut
wajib didaftarkan pada pengadilan Hubungan Industrial yang ada di Pengadilan Negeri di
wilayah Para Pihak berdomisili. Pendaftaran tersebut untuk mendapatkan “Akta bukti
Pendaftaran perjanjian bersama“ dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian bersama. Melalui Akta Pendaftaran Perjanjian Bersama tersebut, pihak yang
dirugikan dapat mengajukan penetapan eksekusi pada Pengadilan tersebut.
Dalam hal perundingan tidak dicapai kesepakatan maka Para Pihak wajib untuk
melakukan pencatatan atas perundingan tersebut dengan mencantumkan sebagai berikut:
–        Nama dan alamat karyawan;
–        Nama dan alamat Pengusaha atau yang mewakili;

34
–        Tanggal dan tempat perundingan;
–        Alasan pokok timbulnya Perselisihan;
–        Pendirian Para Pihak;
–        Kesimpulan perundingan;
–        Tanggal dan tanda tangan Para Pihak yang melakukan perundingan
Hasil pencatatan tersebut didaftarkan ke Disnaker setempat untuk dimintakan upaya
penyelesaiannya.
 
2)   Penyelesaian melalui Mediasi
Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan Hubungan kerja dan
perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih Mediator yang netral.
Mediator disini adalah penganti institusi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai Mediator yang ditetapkan
oleh menteri untuk bertugas melalui mediasi. Pada dasarnya, penyelesaian perselisihan
Hubungan Industrial melalui mediasi adalah wajib, dalam hal ketika instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan menawarkan kepada para pihak yang
berselisih tidak memilih lembaga konsiliasi atau Arbitrase untuk menyelesaikan
perselisihan yang dihadapi para pihak. Penyelesaian melalui mediasi tetap menggunakan
mekanisme perundingan/musyawarah    untuk     mufakat    dan     Mediator     harus
diselesaikannya dalam waktu selambat-lambatnya 30  hari kerja terhitung sejak Yang
Bersangkutan menerima perlimpahan berkas perselisihan.
 
Proses penyelesaian melalui Mediasi adalah:
–        Mediator memanggil Para Pihak untuk didengar keterangannya yang berhubungan
dengan pokok masalah terjadinya perselisihan;
–        Mediator mengeluarkan anjuran secara tertulis sebagai pendapat atau saran yang
diusulkan oleh mediator kepada para pihak dalam upaya menyelesaikan perselisihan
mereka;

35
–        Anjuran tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang mediasi
putusan harus sudah disampaikan kepada para pihak;
–        Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada mediator yang
isinya menyetujui atau menolak dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah
menerima anjuran;
–        Pihak yang tidak memberikan jawaban dianggap menolak anjuran;
 
Dalam hal mana Para Pihak menerima anjuran yang ditulis oleh Mediator atau
dalam perundingan tersebut dicapai kesepakatan, maka dibuat perjanjian bersama yang
ditanda tanggani oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator selanjutnya didaftarkan di
Pengadilan Hubungan Industrial untuk mendapatkan “Akta Bukti Pendaftaran”.
  Pendaftaran tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian
bersama. Melalui Akta Pendaftaran Perjanjian Bersama tersebut, pihak yang dirugikan
dapat mengajukan penetapan eksekusi.
 
3)   Penyelesaian melalui Konsiliasi
Penyelesaian melalui konsiliasi, dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak
yang  berselisih yang  dibuat secara tertulis untuk diselesaikan oleh Konsiliator dari daftar
nama Konsiliator yang dipanggil dan diumumkan pada kantor Instansi Pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan setempat.
Konsiliator dalam menyelesaikan perselisihan Hubungan Industrial pada dasarnya
adalah melalui musyawarah untuk mufakat dalam perundingan mencapai kesepakatan,
maka dibuat perjanjian bersama yang ditanda tanggani oleh para pihak dan disaksikan oleh
Konsiliator, untuk didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial guna mendapat Akta
Bukti Pendaftaran.
Sebaliknya bila tidak dicapai kesepakatan, maka:
–        Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis;
–        dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang konsiliasi putus, anjuran
tertulis harus sudah disampaikan kepada para pihak;

36
–        para pihak harus sudah memberikan jawaban tertulis kepada konsiliator yang isinya
menyetujui atau melakukan anjuran dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari sejak
menerima anjuran;
–        pihak yang tidak memberikan jawaban atau pendapatnya dianggap sebagai menolak
anjuran;
–        Terhadap anjuran Konsiliator apabila para pihak menyetujui, maka dalam waktu
selambat-lambatnya 3 hari kerja sejak anjuran disetujui, Konsiliator harus sudah selesai
membantu para pihak membuat perjanjian bersama untuk kemudian didaftarkan di
Pengadilan Hubungan Industrial untuk mendapatkan Akta Bukti Pendaftaran.
 
Sehingga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial melalui lembaga konsiliasi
dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja terhitung sejak menerima
permintaan penyelesaian perselisihan.
4)   Proses penyelesaian melalui Arbitrase
Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut Arbitrase adalah Lembaga
Arbitrase yang digunakan oleh Para Pihak untuk penyelesaian suatu perselisihan
kepentingan di luar Pengadilan Hubungan Industrial. Pemilihan mekanisme Arbitrasi
dilakukan  melalui kesepakatan tertulis pihak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada Lembaga Arbitrase yang mana putusannya mengikat para
pihak dan bersifat final. Arbiter yang dimaksud disini adalah seorang atau lebih yang
dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar Arbiter yang ditetapkan oleh Menteri
untuk memberikan keputusan mengenai perselisihan kepentingan. Penyelesaian
perselisihan Hubungan Industrial melalui Arbitrase dilakukan atas dasar kesepakatan para
pihak yang berselisih. Kesepakatan tersebut dibuat dalam bentuk surat perjanjian Arbitrase
yang dibuat rangkap 3 dan masing-masing pihak mendapat 1 yang mempunyai kekuatan
hukum yang sama.
Mahkamah Agung, dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja terhitung sejak
menerima permohonan, memutuskan permohonan pembatalan dan menetapkan akibat dari
pembatalan baik seluruhnya atau sebagian putusan Arbitrase. Penyelesaian perselisihan
Hubungan Industrial melalui Arbitrase dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari

37
kerja sejak penandatanganan surat perjanjian penunjukan Arbiter dan atas kesepakatan para
pihak Arbiter berwenang untuk memperpanjang jangka waktu penyelesaian 1 kali
perpanjangan selambat-lambatnya 14 hari kerja. Suatu perselisihan yang sedang atau telah
diselesaikan melalui Arbitrase tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
 
b.   Penyelesaian Melalui Pengadilan
Pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan khusus yang dibentuk dilingkungan
Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberikan putusan
terhadap perselisihan Hubungan Industrial melalui Pengadilan   Hubungan   Industrial
Penggugat   harus  melampirkan  risalah penyelesaian melalui Mediasi atau Konsiliasi, oleh
karena apabila gugatan tidak dilampiri risalah tersebut, Hakim  wajib mengembalikan
gugatan kepada Penggugat.
Dalam khasus perselisihan antara pengemudi transportasi online denga perusahaan
penyedia aplikasi memiliki perbedaan mendasar dengan cara-cara penyelesaian dalam
hubungan industrial dikarenakan bentuk perjanjian mereka yang menyatakan sebagai
perjanjian kemitraan bukan perjanjian kerja. Namun untuk cara penyelesaian pereselisihan
dapat menggunakan berberapa cara penyelesaian sengketa hubungan industrial seperti
dalam cara penyelesaian diluar pengadilan dapat menggunakan mediasi atau musyawarah
agar perselisihan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Apabila cara diluar pengadilan
tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut maka dapat menggunaka cara
penyelesaian perselisihan melalui jalur pengadilan.

4.6 Cara Pemutusan Hubungan Kerja Antara Pengemudi Transportasi Online Grab
Dikota Malang Dengan Perusahaan Grab

Dalam sebuah hubungan kerja sangatlah lumrah terjadi permasalahan dan berujung
kepada pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam suatu perusahaan. Tidak terkecuali dalam
pemutusan hubungan kerja bagi pengemudi transportasi online dengan perusahaan
penyedia layanan aplikasinya. Grab Indonesia menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut alasan dan penyebab pemutusan hubungan kerjanya :

38
1. Dalam perusahaan Grab pemutusan hubungan kerja disini disebut dengan
suspend.
a. Suspend dapat berupa permanen apabila grab mengetahui bahwa
pengemudi mitra Grab tersebut melakukan perbuatan sebagai
berikut:
1) Membuat Orderan Fikti;
2) Terjadi konflik dengan customer;
3) Mendapat bintang 1/
b. Suspend dapat dilakukan complain atau banding.
2. Jika tidak bekerja atau mencari penumpang selama 1 bulan tanpa
keterangan;
3. Jika pensiun didalam perusahaan Grab ini tidak ada prosedur. Dapat
langsung keluar
Pengemudi Transportasi Online yang di Suspend tidak dapat menuntut pesangon
dikarenakan perjanjian mereka berisfat kemitraan.

BAB V
PENUTUP

39
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, hubungan kerja diartikan sebagai suatu  hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah, dan perintah. Dari arti hubungan kerja tersebut kita bisa melihat ada 3 unsur utama
hubungan kerja, yaitu: pekerjaan, upah dan perintah. Namun, patut disayangkan dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh mengenai unsur-unsur
hubungan kerja tersebuthal inilah yang menyebabkan para pihak menafsirkan sendiri unsur-
unsur hubungan kerja tersebut.
2. Perjanjian antara pengemudi transportasi online Grab dengan Pt. Grab Indonesia
merupakan perjanjian yang bersifat kemitraan, bukan perjanjian yang bersifat hubungan
kerja, kedua perjanjian tersebut sangatlah berbeda dan memiliki dampak hukum yang
berbeda pula. Sejatinya Undang-undang Ketenagakerjaan yang lama yaitu Undang-iundang
No. 14 Tahun 1969, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja
memiliki cangkupan yang lebih luas. Bahkan setidaknya terdapat berberapa hubungan
hukum dalam melakukan pekerjaan.
3. Penulis telah melakukan penelitian dan observasi terkait bagaimana penerapan
perjanjian kerja antara pengusaha PT. Grab Indonesia dan Pengemudi/ Pengemudi
transportasi online Grab di daerah sekitar Malang raya dengan menggunakan metode
wawancara untuk menggali informasi secara mendalam dan mengetahui bagaimana
penerapan sesungguhnya di lapangan.
4. PT. GRAB Indonesia telah memberikan BPJS kepada pengemudi transportasi
online yang bermitra denganya sebagai salah satu wujud perlindungan pekerjanya.
5. cara penyelesaian perselisihan antara PT. GRAB dengan pengemudi transportasi
online yang bermitra denganya dapat menggunakan jalur diluar pengadilan dan jalur
pengadilan.
6. Pemutusan hubungan kerja antara PT. GRAB dengan pengemudi transportasi
online yang bermitra denganya dikarenakan syarat-syarat tertentu. Dan tidak diberikan
pesangon dikarenakan perjanjian mereka bersifat kemitraan.

40
5.2 Saran
Seyogyanya dibuat sebuah peraturan yang jelas mengenai hubungan pekerjaan antara
pengemudi transportasi online Grab dengan Pt. Grab Indonesia, sehingga dapat menjamin
tanggungan-taggungan pribadi para pengemudi transportasi online Grab secara
menyeluruh

DAFTAR PUSTAKA
WAWANCARA
Mukidi, Ahmad interview. 2017. “Interview Grab”. Jl. MT Haryono, Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.

41
BUKU
Ashiddiqie, Jimly, 1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta
Cipto Handoyo, B. Hestu, 2009, Hukum Tata Negara Indonesia “Menuju
Konsolidasi Sistem Demokrasi”, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Harmaily, Ibrahim dan Moh. Kusnardi, 1998, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, PS HTN FH UI dan Sinar Bakti, hal. 153
Hamidi, Jazim, Mustafa Lutfi, 2009, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia,
Malang, Alumni,
S.F. Marbun, 1997, Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman, Jurnal Hukum Ius
Quia Iustum, No. 9 Vol. 4.
Ranawijaya, Usep, 1983, Hukum Tata Negara Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 181
Van Voss, Heerma & Surya Tjandra, 2012, Bab-Bab Tentang Hukum Perburuhan
Indonesia, Penerbit Pustaka Larasan bekerja sama dengan Universitas Indonesia,
Universitas Leiden dan Universitas Groningen.
Lalu Husni, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan 1,
Airlangga, Universitas Press,Surabaya,hal. 17.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 841 K/Pdt.Sus/2009.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 K/Pdt.Sus/2013.
Undang-iundang No. 14 Tahun 1969, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok.
Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Sakis dan Korban

INTERNET
Anonim, Hukum Online, Status Hubungan Pegojek dengan perusahaan aplikasi
penyedia layanan ojek, diakses dari,

42
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubungan-pengojek-
dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek, diakses pada 3 November 2017.
Anonim, Hukum Online, Sebatas Mana Batas Perjanjian Kerja Grab, diakses dari,
http://www.patogbesi.com/2017/05/sebatas-mana-perjanjian-yang-dilakukan.html, diakses
pada 3 November 2017.
10 Jasa Transportasi Online yang ada di indonesia dari gojek hingga uber
taksi.http://economy.okezone.com/read/2015/09/23/320/1219859/10-jasa-transportasi-
online-diindonesia-dari-go-jek-hingga-uberdiakses pada tanggal 21 November 2017.

Lampiran 1.
FOTO PERJANJIAN KERJA

43
Lampiran 2.
Foto Wawancara

44

Anda mungkin juga menyukai