Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN MELALUI


KEBIJAKAN NON PENAL

Oleh :
1. Muhammad Erfan 16/ 393595/ HK/ 20783
2. Septia Hasanul Irsyad 16/ 397732/ HK/ 21054
3. Joshua Aditya S 16/ 393587/ HK/ 20775

Yogyakarta
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum dimana hal tersebut sudah
secara jelas dan tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Hukum
pada hakekatnya adalah suatu perlindungan bagi kepentingan manusia1
yang dapat berupa aturan - aturan yang sengaja dibuat untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap warga
negara harus taat terhadap setiap aturan - aturan yang ada. Salah satu prinsip
negara hukum menurut Van Wijk adalah adanya jaminan hak asasi manusia
fundamental yang harus dihormati oleh pemerintah2. Dalam hal ini sudah
seyogyanya negara untuk menjamin segala hak warganegara untuk
mencapai tujuan negara yaitu menjamin kemakmuran warganegara.
Wujud nyata adanya jaminan hak hak warganegara telah tertuang
dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu dalam Pasal 27 dan Pasal
28 A - J Undang Undang Dasar Republik Indonesia. Salah satu yang
menjadi hak warga negara tersebut adalah hak untuk memperoleh pekerjaan
sesuai yang telah termaktub dalam Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.” Dalam pasal lain juga dijelaskan adanya
jaminan warganegara untuk bekerja yaitu Pasal 28E ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”** Berdasarkan kedua
pasal tersebut terlihat bahwa negara memang benar benar ingin

1
Sudikno Mertokusumo,2015, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Penerbit Liberty,
Yogyakarta,hlm.1.
2
Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manisia dalam Negara Hukum Demokrsi, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 31.
memberikan jaminan yang akan menjamin hak warganegara dalam
memperoleh pekerjaan maupun melakukan pekerjaan.
Perkembangan sektor ketenagakerjaan sebagai wadah implementasi
hak warganegara atas pekerjaan yang layak dari tahun ke tahun semakin
mengalami dinamika yang pesat. Seiring perkembangan sektor
ketenagakerjaan tersebut juga tidak terlepas dari permasalah
ketenagakerjaan Indonesia dari tahun ke tahun yang semakin besar pula
seperti halanya dalam permasalahan : pertumbuhan angkatan kerja yang
tinggi di satu sisi, sementara tingkat pendidikan dan keahlian yang masih
belum memadai dan lapangan kerja yang terbatas. Disisi lain pemerintah
berusaha untuk mengurangi angka pengangguran dan juga meningkatkan
kualitas hidup tenaga kerja di Indonesia. Oleh karena itu penempatan tenaga
kerja ke luar negeri merupakan salah satu alternatif/ pilihan dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Migrasi tenaga kerja intemasional
menjadi fenomena global dan terjadi hampir di sebagian besar negara di
dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini terus berkembang seiring dengan
pola hubungan yang terjalin antarnegara dalam berbagai dimensi.
Meningkatnya hubungan antar negara pada gilirannya berpengaruh
pada intensitas arus tenaga kerja dari berbagai negara. 3 Berdasarkan Pasal
1 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, yang dimaksud Pekerja Migran
Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau
telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik
Indonesia. Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat dipahami bawah
yang dapat disebut sebagai pekerja migran adalah warga negara laki laki dan
perempuan dengan minimum berusia 18 sesuai dengan pasal Pasal 5 UU 18
tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

3
Any Suryani, “ Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Wanita Beserta
Keluarganya Berdasarkan Uu No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional
Perlindungan Buruh Migran Beserta Keluarganya,Jurnal Hukum & Pembangunan 46 No. 2 (2016):
256-277
Di era modern ini bisa dikatakan bahwa sudah tidak ada lagi
perbedaan antara karir seorang laki-laki dan perempuan sehingga tidaklah
melulu laki laki harus mencari pekerja demi memenuhi kebutuhan sehari
hari akan tetapi perempuan juga berhak untuk memiliki dan melakukan
pekerjaan. Mengacu pada survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
No. 42/05/Th. XXI, 07 Mei 2018 bahwa berdasarkan jens kelamin terdapat
perbedaan TPAK antara laki - laki dan perempuan. Pasa Februari 2018,
TPAK laki laki sebesar 83, 01 persen sedangkan TPAK perempuan hanya
sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi
setahun yang lalu, TPAK permpuan menigkat 0,40 persen point sedangkan
TPAK laki laki menurun 0,04 persen. Hal tersebut memiliki potensi tenaga
kerja perempuan smakin naik untuh taun taun berikutnya. Disis lain
menuruut survei oleh "World Bank menyebutkan jumlah PMI mencapai
sembilan juta orang, sedangkan BNP2TKI menyebutkan hanya 4,6 juta
orang, sekitar 72 persen di antaranya merupakan pekerja migran perempuan.
Mereka lebih beresiko mendapat masalah, karena menurut Kementerian
Luar Negeri dilaporkan sebanyak 5.481 kasus dialami PMI perempuan
selama 2018, dan hanya 1.628 kasus diantaranya yang masih berjalan.4
Peran serta perempuan dalam bidang perekonomian ditandai dengan
partisipasinya dalam dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri.
Kebijakan pemerintah untuk memfasilitasi penempatan tenaga kerja
perempuan, khususnya di luar negeri didorong oleh keinginan kuat para
Pekerja Migran Indonesia (PMI) perempuan dengan alasan keterbatasan
lapangan pekerjaan di dalam negeri, gaji yang lebih besar, dan permintaan
PMI perempuan cukup terbuka tanpa mensyaratkan ijazah dan keterampilan
yang menyulitkan. Dalam faktanya semakin banyaknya wanita yang bekerja
di luar negri seringkali pula kita mendengar persoalan persoalan yang
menyangkut tenaga kerja perempuan indonesia. Berdasarkan data Balai
Pelayanan Kepulangan TKI Selapajang Tangerang menyebut terdapat 11.343 kasus

4
Pikiran Rakyat, “Tak Terdata di Luar Negeri, Lima Juta Buruh Migran Asal Indonesia
Bermasalah” https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/11/08/tak-terdata-di-luar-
negeri-lima-juta-buruh-migran-asal-indonesia-bermasalah Diakses tanggal 29 September
2019 pukul 10.17
pelecehan seksual sepanjang 2008-2014. Pada 2017, laporan yang masuk ke Komnas
Perempuan mencatat sebanyak 10 kasus kekerasan terharap PRT maupun pekerja
migran. 5 Sebagai contoh konkrit kekerasan yang dialami oleh TKW Indonesia adalah
Anisa (25), TKW asal Gampong Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara
menjadi korban penyiksaan majikannya di Malaysia.6 Melihat beberapa permasalahan
yang terjadi diperlukan suatu langkah serius oleh pemerintah untuk memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja migran perempuan sehingga permasalahan yang sudah
terjadi seperti dalam kasus kasus yang telah terjadi tidak terulang kembali.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang dituangkan dalam penulisan makalah ini dengan judul :
Perlindungan Pekerja Perempuan Migran Melalui Kebijakan Non
Penal

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis tersebut, maka
dapat ditentukan rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan pekerja migran perempuan melalui


kebijakan non penal?
2. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan perlindungan pekerja migran
perempuan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif
a. untuk mengetahui bagaimana perlindungan pekerja migran
perempuan melalui kebijakan non penal
b. untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi dalam hal
perlindungan pekerja migran perempuan

5
CNN Indonesia, “Menguak Data Jumlah Kekerasan Perempuan Tahun ke Tahun”
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181126110630-284-349231/menguak-data-
jumlah-kekerasan-perempuan-tahun-ke-tahun Diaksaes pada tanggal 29 September
2019 pukul 11.46
6
Kompas.com, "Upaya Menyelamatkan Anisa, TKW yang Disiksa Majikan Malaysia
hingga Gigi Rontok",https://regional.kompas.com/read/2019/07/23/07030021/upaya-
menyelamatkan-anisa-tkw-yang-disiksa-majikan-malaysia-hingga-gigi?page=all. Diakses
pada tanggal 29 September 2019 pukul 12.01
2. Tujuan Subjektif

Secara subjektif, penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data dan


indormasi dalam rangka penyusunan makalah hukum yang menjadi syarat
penugasan mata kuliah Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Kerangka Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum bertujuan mengintegrasikan dan


mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam
suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu
dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain
pihak.7 Adanya suatu perlindungan hukum akan memberkan suatu rasa
aman kepada setiap manusia dariadanya kesewenang wenangan dari
manusia lainya. Menurut Satijipto Raharjo, Perlindungan hukum adalah
memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang
dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan.8

B. Konsep Perlindungan Tenaga Migran Wanita Indonesia

Pemerintah mengatur perlindungan hukum terhadap Tenaga Kerja


Indonesia melalui Undang- Undang No. 18 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Tenaga Migran Indonesia. Tetapi, kenyataannya masih
banyak kasus-kasus yang terjadi di luar negeri dalam hal penyiksaan yang
dialami oleh buruh migran. Serta masih adanya Tenaga Migran yang
tersangkut masalah hukum dan belum dibebaskan oleh Pemerintah
Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 ayat ( 5 ) bahwa yang dimaksud
pelindungan Pekerja Migran Indonesia adalah “segala upaya untuk
melindungi kepentingan Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja
Migran Indonesia dan keluarganya dalam mewujudkan terjaminnya
pemenuhan haknya dalam keseluruhan kegiatan sebelum bekerja, selama
bekerja, dan setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi, dan sosial.”
Segala upaya yang dimaksud dapat di intepretasikan sebagai suatu upaya
pencegahan ( non penal ) maupun penindakan ( penal ) terhadap suatu
kejahatan yang terjadi. Secara konseptual bahwa pemahaman pasal tersebut

7
Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 53.
8
Ibid, hlm 54
juga memberikan penjelasan terkat perlindungan bagi tenaga kerja migran
terutama guna memperjuangkan hak hak yang berhak didapatkan oleh
tenaga migran indonesia ketika telah selesai akan kewajibanya. Terkait
dengan hak hak apa saja yang dimiliki tenaga migran indonesia dijelaskan
dalam Pasal 6 UU 18 Tahun 2017 bahwa

(1) Setiap Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia
memiliki hak:

a. mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan sesuai


dengan kompetensinya;

b. memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan dan


pelatihan kerja;

c. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara


penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri;

d. memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi serta perlakuan


tanpa diskriminasi pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah
bekerja;

e. menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut;

f. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara


tujuan penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau Perjanjian
Kerja;

g. memperoleh pelindungan dan bantuan hukum atas tindakan yang dapat


merendahkan hat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di Indonesia dan di negara tujuan penempatan;

h. memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban sebagaimana


tertuang dalam Perjanjian Kerja; i. memperoleh akses berkomunikasi;

j. menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;


k. berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tujuan
penempatan;

l. memperoleh jaminan pelindungan keselamatan dan keamanan kepulangan


Pekerja Migran Indonesia ke daerah asal; dan/atau m. memperoleh
dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau
Pekerja Migran Indonesia

C. Konsep Penanggulangan Kejahata dengan sarana Non Penal

Penanggulangan tindak pidana tidak semata mata hanya


menggunakan hukum pidana saja. Penggunaan hukum pidana sebagai
sarana penagulangan tindak pidana hendaknya digunakan harus merupakan
bagian integral dari rencana pembangunan sosial. Selain penggunaan sarana
hukum pidana sebagai upaya yang represif terdapat juga suatu kebijakan
yang lebih strategis dibandingkan dengan penggunaan pidana, yaitu
kebijakan non penal yang lebih bersifat preventif.

Menurut G. Peter Hoefnagels sebagaimana dikutip oleh Barda


Nawawi, upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :

1. Penerapan hukum pidana ( criminal law aplicarion );


2. Pencegahan tanpa pidana ( prevention without punisment );
3. Mempengaruhi padangan masyarakat mengenai kejahatan
dan pemidanaan lewat media massa ( influencing views of
society on crime and punishment/ mass media ).9

Penanggulangan kejahatan yang diutarakan oleh G. Peter


Hoefnagels pada point yang pertama merupakan penaggulangan kejahatan
dengan sarana penal, sedangkan pada poin yang kedua dan ketiga
merupakan penaggulangan kejahatan dengan sarana non - penal.

9
Barda Nawawi Arief, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung hlm. 42
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

A. Upaya Non-Penal Dalam Perlindungan Pekerja Migran Perempuan

Dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinyatakan bahwa


“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri.” Pasal ini cukup menjelaskan bahwa setiap orang
memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Kemudian terhadap
seseorang yang berkeinginan bekerja diluar negeri tersebut tentunya perlu
dilakukan persiapan-persiapan agar dikemudian hari saat sedang maupun setelah
bekerja ia mengetahui hak dan kewajibannya sebagai Pekerja Migran.

Meskipun mengenai perlindungan hak dan kewajiban Pekerja Migran


Indonesia sudah diatur secara jelas dan lengkap dalam beberapa peraturan
perundang-undangan di Indonesia, sebagai contoh dalam Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017
tentang Pekerja Migran Indonesia, dan juga masih banyak Ratifikasi yang sudah
dilakukan oleh pemerintah Indonesia seperti Konvensi Anti Diskriminasi terhadap
Perempuan dan lainnya tetap masih saja sering terjadi permasalahan permasalahan
yang menimpa tenaga migran Indonesia terlebih yang dialami oleh tenaga migran
perempuan .

Dalam perlindungan Pekerja Migran Indonesia khusunya perempuan dalam


Undang-Undang No 18 tahun 2017 tentang Pekerja Migran Indonesia, mewajibkan
negara melakukan pelindungan sosial bagi Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau
Pekerja Migran Indonesia melalui kebijakan pelindungan kepada perempuan dan anak
sebagaimana tercantum dalam pasal 34 huruf e. Kemudian mengenai hak-hak dan
kewajiban Pekerja Migran Indonesia lainnya juga cukup lengkap diatur melalui aturan
pelaksan dari Undang-Undang ini. Ada melalui Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri dan lainnya.
Sedangkan melalui Konvensi internasional yang terkait dengan
perlindungan tenaga kerja migran yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
antara lain Konvensi Anti Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW), Konvensi
Perlindungan Hak Anak, Konvensi Anti Penyiksaan, Konvensi Anti Racial
Discrimination serta dua Kovenan Pokok PBB: Konvensi Hak Ekonomi, Sosial
Budaya dan Konvensi Hak-hak Sipil dan Politik. Selain itu di tingkat regional Asia
Tenggara, telah ada ASEAN Declaration on Promotian and Protection the Rights
of Migrant Workers.

Akan tetapi hal-hal mengenai perlindungan Pekerja Migran Indonesia


khususnya perempuan ini dirasa belum cukup, sehingga diperlukan lagi langkah-
langkah yang belum diatur dalam Peraturan perundang-undangan yang telah ada,
sehingga sifatnya kebijakan ini sebagai sarana pelengkap dan juga untuk mencegah
agar tidak terjadinya suatu masalah saat dilakukannya penempatan Pekerja tersebut.

Dalam melakukan perlindungan terhadap Pekerja Migran Indonesia yang


ada di luar negeri Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Ketenagakerjaan
dapat melakukan pendekatan-pendekatan dalam pelayanan dan perlindungan bagi
setiap Pekerja Migran Indonesia meliputi hal berikut ini :

1. Pendekatan Pencegahan (prevention)

Dalam hal pencegahan ini dilakukan beberapa langkah, yaitu :

a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di


Perwakilan Republik Indonesia untuk menjalankan
tugas-tugas pelayanan dan perlindungan, baik melalui
penugasan yang bersifat ad-hoc (tim pengumandahan)
ataupun penugasan penuh (penempatan pejabat dinas
luar negeri) dengan memberikan prioritas khusus bagi
Perwakilan RI yang telah memiliki citizen service;10

b) Pembentukan sistem database perlindungan Warga


Negara Indonesia di luar negeri yang memuat informasi
mengenai yang memuat informasi mengenai Warga
Negara Indonesia I luar negeri dan kasus-kasus yang
tengah ditangani oleh Perwakilan Republik Indonesia;11

c) Menyelenggarakan public awarnes campaign di dalam


negeri melalui media cetak dan media elektronik untuk
membangun pemahaman public yang komprehensif
mengenai isu-isu perlindungan Warga Negara Indonesia
khususnya pekerja migran perempuan terkait tentang
prosedur migrasi yang aman dan bahaya tindak pidana
perdagangan orang;

d) Mendorong pembentukan kerangkan hukum di tingkat


bilateral, regional dan multilateral terkait dengan
perlindungan bagi pekerja migran perempuan;

e) Merekomendasikan kebijakan moratorium penempatan


Pekerja Migran Indonesia pekerja lepas rumah tangga ke
negara-negara yang belum memiliki perjanjian bilateral
atau tidak memiliki perangkat hukum nasional yang
mengatur mengenai perlindungan bagi pekerja asing.

2. Pendekatan Deteksi dini (early detection)12

a) Memberdayakan masyarakat/komunitas Indonesia


sebagai jejering kerja Perwakilan Republik Indonesia

10
Dhuma Melinda Harahap, 2015, Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesa Di
Luar Negri Oleh Pemerintah Dan Organisasi Buruh Migran, Tesis, hlm.51
11
Ibid ., hlm 1
12
Ibid., hlm 61
dalam upaya pemberian pelayanan dan perlindungan
Warga Negara Indonesia di luar negeri;

b) Membangun sistem hotline service. Sehingga apabila


terdapat masalah terhadap Pekerja Migran Perempuan
bisa diatasi langsung secara dini;

c) Membentuk standart operating procedure (SOP) di


perwakilan Republik Indonesia dan Kementerian terkait,
khususnya untuk penanganan kasus-kasus Pekerja
Migran Perempuan;

d) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala oleh


Kementerian Luar Negeri guna memastikan kualitas
pelayanan public diberikan oleh Perwakilan Republik
Indonesia telah sesuai dengan standarisasi Undang-
Undang yang berlaku.

3. Peendekatan perlindungan secara cepat dan tepat (immediate


response) yang berujuan untuk menekan terjadinya peningkatan
jumlah kasus-kasus yang menimpaa Pekerja Migran Indonesia
diluar negeri terkhusus kepada Perempuan. Hal ini dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Penyediaan fasilitas bantuan hukum dan penerjemah


bagi Warga Negara Indonesia yang mengalami kasus
hukum berat dengan ancaman hukuman mati di luar
negeri;

b) Peningkatan kapasitas untuk memfasilitasi evakuasi dan


repatriasi Warga Negara Indonesia khusunya Pekerja
Migran Perempuan di wilayah-wilayah rawan konflik
dan wilayah lainnya dimana terdapat ancaman nyata
terhadap keselamatan;
c) Peningkatan komunikasi di berbagai tingkatan dengan
negara terkait.

2. Hambatan hambatan perlindungan perkerja migran perempuan melalui


kebijakan penal

Perlindungan terhadap tenaga migran Indonesia terkhusus tenaga migran


perempuan memang menjadi kewajiban negara sebagai bentuk penegakan hak
sasasi manusi tehadap warga negaranya. Perlindungan tenaga kerja migran
indoensia menjadi sangat penting ketika pada kenyataanya banyak kasus kasus
kekerasan yang dialami warganegara indonesai yang bekerja di luar negri terutama
yang dialami oleh kaum wanita. Dalam upaya perlindungan terhadap pekerja
migran perempuan tidak terlepas dari hambatan hambatan yang dihadapi.
Hambatan hambatan dalam perlindungan pekerja migran perempuan menggunakan
upaya non - penal antara lain sebagai berikut :

1. Rendahnya pendidikan yang dimiliki tenaga keraja wanita di


Indonesia.

Di era saat ini memang sudah sangat berbeda dengan era


perjuangan kartini dimana hanya laki laki yang berak mengenyam
pendidikan sedangngkan saat ini siapa saja berhak mengenyam
pendidikan baik laki laki, perempuan maupun orang kaya atau yang
kurang berada. Namun dalam kenyataannya, pendidikan untuk
wanita belum merata di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kuatnya
tradisi, banyak perempuan yang tidak dapat mengenyam pendidikan
tinggi. Faktor ekonomi dan patriarki seolah menjadi hal yang tidak
dapat dielakkan oleh kaum perempuan. Hal itu biasanya karena
kurangnya fasilitas sekolah dan kebutuhan keluarga yang
mewajibkan mereka menjadi tulang punggung.13 Rendahnya tingkat
penddikan ini menyebabkan banyak wanita yang memilih bekerja di

13
CNN Indonesia, “Perempuan Indonesia Maih Tertinggal Dalam
Pendidikan”https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170308130607-277-
198669/perempuan-indonesia-masih-tertinggal-dalam-pendidikanDiakses pada tanggal
30 September 2019 pukul 22.20
luar negri misalny menjadi pekerja rumah tangga maupun dalam
pekerjaan sektor informal lainya yang tidak pelu memiliki kahlian
khusus. Disisi lain rendahnya pendidika juga berdampak kepada
kurang dipahaminy ahak hak yang seharusnya diperoleh oleh
pekerja akan tetapi dikarenakan tidak tahuan maka sering terjadi
pelanggaran hak yang dialami oleh tenaga kerja wanita indonesia.

2. Komunikasi yang kurang berjalan dengan baik

Masih memiliki keterkaitan dengan kurangnya pendidikan


yang berakibat rendahnya kemampuan berbicara menyebabkan
kurangnya keahlian dalam berkomunikasi.14 komunikasi menajdi
salah satu komponen yang sangat penting dalam upaya perlindungan
terhadap pekerja migran perempuan dikarenakan melalui
komunikasi yang baik terutama dengan pihak pemerintah melalui
kedutaan di masing masing negara akan mempermudah porses
penyelidikan. Dalam faktanya diri korban memilih untuk diam dan
enggak melaporkan ke pihak yang berwenang dkarenakan
keterbatasan berkomunikasi

3. Kurangnya siapnya tenaga kerja wanta untuk bekerja di Luar negri

Beberapa kasus penganiayaan dan pelangaran hak Tenaga Kerja


Indonesia di luar negeri menunjukkan kekurangsiapan TKI untuk
bekerja di luar negeri.Diantaranya kendala bahasa untuk
berkomunikasi.Selain itu juga karena faktor pengguna jasa TKI yang
bersikap berlebihan saat menemukan kesalahan kerja TKI itu.Dari
kasus TKI 80 persen diantaranya karena ketidaksiapan mereka
bekerja di luar negeri. Sehingga para TKI belum tahu tentang kerja
dan kondisi negara tujuan akan mereka bekerja, hal ini banyak
menyebabkan perselisihan antara pekerja dan majikan.

14
Zulfikar,2002, Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesa di Luar Negri,Lex
Jurnalica Volume 9 Nomor 3,
BP3TKI Nunukan selaku sebagai tempat pelayan penempatan
perlindungan bagi TKI dan penemgah antara TKI dan majikan
apabila TKI dan majikan terjadi persengketaan atau permasalahan.
Apabila ada permasalahan TKW dan majikan maka BP3TKI
berusaha menyelesaikan permasalahan itu dengan jalan damai yaitu
melaui musyawarah. Apabila musyawarah yang telah di lakukan
tidak dapat penyelesaian, maka permasalahan yang sedang terjadi
akan dimintakan bantuan penyelesaian pada pemerintah Indonesia
yang ada di Negara tempat dimana TKI tersebut bekerja (Kedutaan
Indonesia).15

4. Beban yang berat bagi pemerintah untuk mengontrol jumlah tenaga


kerja yang berada di luar negri

menjadi persoalan yang serus ketika ternyata jumlah tenaga kerja


migran indonesia terutama wanita yang bekerja diluar negri.Hal
tersebut terjadi dikarenakan daam faktanya banyak tnag kerja yang
bekerja diluar negri tanpa melalui prosedur yang legal. Para pekerja
dapat dikatakan hanya bermodal pasport menjudu negara yang tidak
mewajibkan visa dengan alasan yang beraneka ragam mulai dari
yang ingin bertemu keluarga, berlibur dan sebagainya. Hal ini secara
tidak langsung berdampak pada perlindungan terkait kesehatan para
pekerja. Pemerksaan kesehatan pekerja menjadi suatu tahapan
krusial dalam hal pra penempatan tenaga kerja. Kepala Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, mengatakan pemeriksaan
kesehatan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan syarat
utama sebelum berangkat ke luar negeri. Menginggat Banyaknya
kasus TKI meninggal di luar negeri akibat masalah kesehatan atau
menderita penyakit bawaan dan banyaknya TKI yang dipulangkan
begitu sampai di negara tujuan karena dinyatakan unfit (tidak sehat).

15
Karmillah, 2018, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 6 (2) 805-820 ISSN 2477-2623
(online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id
Pemerintah Malaysia langsung memulangkan TKI yang baru tiba di
negara itu karena TKI yang bersangkutan tidak sehat.keadaan sakit
yang membuat TKI meninggal dunia atau dinyatakan tidak sehat
(unfit).Angka kematian TKI di Malaysia cukup tinggi, mayoritas
yang meninggal tersebut adalah pekerja yang datang secara
ilegal.Penyebab kematian yang dialami TKI kebanyakan karena
sakit.Sebagian besar pekerja yang meninggal tersebut sudah sakit
sejak dari Indonesia. Karena masuk secara ilegal, tidak ada
pemeriksaan kesehatan dan dalam keadaan sakit TKI harus tetap
bekerja.16

16
ibid hlm 809
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hukum pada hakekatnya adalah suatu perlindungan bagi kepentingan


manusia yang dapat berupa aturan - aturan yang sengaja dibuat untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap warga negara
harus taat terhadap setiap aturan - aturan yang ada. Wujud nyata adanya jaminan
hak hak warganegara telah tertuang dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia
yaitu dalam Pasal 27 dan Pasal 28 A - J Undang Undang Dasar Republik Indonesia.
Salah satu yang menjadi hak warga negara tersebut adalah hak untuk memperoleh
pekerjaan sesuai yang telah termaktub dalam Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.”

Globalisasi dan perkembangan jaman menuntut setiap orang untuk bekerja


dengan penghidupan yang layak. Dari sektor ketenagakerajaan, migrasi pekerja
keluar negeri menjadi tinggi dan memiliki masalah yang kompleks. Pekerja migran
bukan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki namun juga perempuan, sehingga
diperlukan suatu perlindungan yang intensif dari para pemangku kepentingan agar
tidak terjadi permasalahan pada pekerja, contohnya kekerasan dan kejahatan
dengan modus operandi yang bermacam-macam. Aturan dan konvensi pun bila
tidak dilakukan penegakkan maka akan sama saja nihil. Untuk itu diperlukan suatu
treatment melalui tidak hanya pemidanaan, atau sarana penal namun juga sarana
non-penal, melalui Pendekatan Pencegahan (prevention), Pendekatan Deteksi dini
(early detection) dan Pendekatan perlindungan secara cepat dan tepat (immediate
response).
B. SARAN

Sebelum tenaga kerja bekerja di luar negeri, perlu dipertimbangkan


kesiapan kesiapan dalam beberapa aspek, diantaranya fisik, psikis mental, serta
kapabilitas diri. Tenaga kerja yang sudah siap secara fisik dan psikis mental namun
kurang memperlengkapi diri dengan kapabilitas diri yang cukup akan menghasilkan
output yang kurang baik, begitu juga sebaliknya. Penting untuk kemudian pekerja
migran perempuan juga mengerti akan hak-hak pekerja migran khususnya juga
perempuan, pelindungan hukum dan bagaimana ketika jika sampai ia harus
berhadapan dengan hukum. Lalu selanjutnya dari sektor pemerintah, karena
susahnya mengontrol banyaknya pekerja migran maka diperlukan penambahan
volume aparat sehingga diharapkan dapat menangani permasalahan pekerja migran
secara optimal. Selain itu juga perlu usaha preventif, selain penegakkan hukum juga
yang harus dioptimalkan, berupa Pendekatan Pencegahan (prevention), Pendekatan
Deteksi dini (early detection) dan Pendekatan perlindungan secara cepat dan tepat
(immediate response) yang diharapkan dapat mengatasi sebelum masalah terjadi
dan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Mertokusumo, Sudikno,2015, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Penerbit Liberty,


Yogyakarta
Qamar Nurul, 2013, Hak Asasi Manisia dalam Negara Hukum Demokrsi, Sinar
Grafika, Jakarta
Raharjo Satijipto, 2000, Ilmu Hukum,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 53.
Barda Nawawi Arief, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung

JURNAL

Suryani Any, “ Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Wanita

Beserta Keluarganya Berdasarkan Uu No. 6 Tahun 2012 Tentang


Pengesahan Konvensi Internasional Perlindungan Buruh Migran Beserta
Keluarganya,Jurnal Hukum & Pembangunan 46 No. 2 (2016): 256-277

Zulfikar,2002, Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesa di Luar


Negri,Lex Jurnalica Volume 9 Nomor 3,
Karmillah, 2018, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 6 (2) 805-820 ISSN
2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id]\

BERITA

Pikiran Rakyat, “Tak Terdata di Luar Negeri, Lima Juta Buruh Migran Asal
Indonesia Bermasalah” https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/11/08/tak-
terdata-di-luar-negeri-lima-juta-buruh-migran-asal-indonesia-bermasalah Diakses
tanggal 29 September 2019 pukul 10.17
CNN Indonesia, “Menguak Data Jumlah Kekerasan Perempuan Tahun ke Tahun”
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181126110630-284-
349231/menguak-data-jumlah-kekerasan-perempuan-tahun-ke-tahun Diaksaes
pada tanggal 29 September 2019 pukul 11.46
Kompas.com, "Upaya Menyelamatkan Anisa, TKW yang Disiksa Majikan
Malaysia hingga Gigi
Rontok",https://regional.kompas.com/read/2019/07/23/07030021/upaya-
menyelamatkan-anisa-tkw-yang-disiksa-majikan-malaysia-hingga-gigi?page=all.
Diakses pada tanggal 29 September 2019 pukul 12.01
CNN Indonesia, “Perempuan Indonesia Maih Tertinggal Dalam
Pendidikan”https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170308130607-277-
198669/perempuan-indonesia-masih-tertinggal-dalam-pendidikanDiakses pada
tanggal 30 September 2019 pukul 22.20

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


Undang – Undang Dasar 1945 Republik Indonesia

Undang – Udnang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( LNRI Tahun


2003 Nomor 39, TLNR Nomor 4279 )

Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pekerja Migran Indonesia

Anda mungkin juga menyukai