PENDAHULUAN
tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Konsep Pasal 1 ayat (3)
negara harus taat terhadap setiap aturan - aturan yang ada. Akibatnya setiap
terhadap pelaku.
merupakan aturan hukum dari suatu negara yang berdaulat, berisi perbuatan
pidana bagi yang melanggar atau yang tidak mematuhi, kapan dan dalam hal
apa sanksi pidana itu dijatuhkan dan bagaimana pelaksaan pidana tersebut
1
Eddy O.S Hiariej, 2009, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Penerbit Earlangga, Yogyakarta,
hlm.4.
2
keadaan masyarakat ( het recht hink achter de feiten aan )2. Perkembangan
Penegakan Hukum Lalu Lintas di Indonesia diatur dalam aturan lalu lintas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan Undang Undang Nomor
14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan karena dinilai sudah
kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini. Dengan
dikatakan sebagai salah satu negara yang masih lemah kesadaran dalam
(ITW) bahwa kesadaran berlalu lintas masyarakat Indoensia belum ada. Hal
2
Sudikno Mertokusumo, Beberapa Azas Pembuktian Perdata dan Penerapanya Dalam Praktek,
Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm 3.
3
tersebut dapat di contohkan di hampir setiap ruas jalan ibu kota yang tidak
lepas dari pelanggaran terutama ketika tidak terdapat poisi yang berjaga."3
Antar Sensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6
juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta jiwa laki-laki dan
memantau ketertiban dalam berlalu lintas. Hal tersebut juga terjadi di Kota
Yogyakarta sebagai salah satu kota dengan kepadatan yang sangat padat. Rata-
rata tingkat kepadatan lalu lintas dibanding kapasitas jalan di Kota Yogyakarta
atau nilai volume capacity ratio hampir mendekati titik jenuh yaitu 0,8 dari
nilai maksimal 15. Berkaca dari hal tersebut untuk penegakan pelangaran lama
3
Gridoto.com, “Pemahaman Tertib Berlalu Lintas Masyarakat Indonesia Masih Lemah”
https://www.gridoto.com/read/221040525/pemahaman-tertib-berlalu-lintas-masyarakat-
indonesia-masih-lemah#!%2F, Diakses pada 3 November 2019
4
Databoks, “Jumlah Penduduk Indonesia Diproyeksikan Mencapai 270 Juta pada 2020”
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/13/jumlah-penduduk-indonesia-
diproyeksikan-mencapai-270-juta-pada-2020, Diakses pada 3 November 2019
5
Okenews, “Gawat Kepadatan Lalu Lintas Yogyakarta Dekati Titik Jenuh”,
https://news.okezone.com/read/2017/09/30/510/1786214/gawat-kepadatan-lalu-lintas-
yogyakarta-dekati-titik-jenuh, Diakses pada 3 November 2019
4
lintas.6 E -TLE berbeda halnya dengan E – tilang dimana dalam e-tilang ini
anggota polisi. Petugas tidak lagi mencatat pelanggaran pada kertas, tapi di
aplikasi tersebut. Dengan kata lain bahwa dalam e – tilang masih ada tatap
muka antara petugas dan pelanggar untuk penerapan sistem e-tilang. E-TLE
pertama kali tenerapan E-TLE akan mulai dilakukan pada 1 Oktober 2018
pelanggaran aturan lalu lintas ini akan menurunkan angka kecelakaan lalu
lintas itu sendiri. Seperti kita ketahui bahwa setiap kecelakaan lalu lintas
selalu diawali oleh pelanggaran aturan lalu lintas. Direktur Lalu Lintas Polda
dilakukan secara sistematis dari CCTV yang bisa menangkap gambar dari
"Gambar pelanggar akan masuk ke dalam server dan akan digunakan sebagai
6
Media Indonesia, “Electronic Traffic Law Enforcement (E-TLE)”,
https://mediaindonesia.com/read/detail/245491-electronic-traffic-law-enforcement-e-tle,
diakses pada tanggal 1 November 2019
7
No. Reg Rilis 049/RLS/IX/2018. Catatan Singkat tentang Penegakan Hukum Lalu Lintas secara
Elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (E-TLE) http://www.fakta.or.id/no-reg-rilis-
049rlsix2018-catatan-singkat-tentang-penegakan-hukum-lalu-lintas-secara-elektronik-atau-
electronic-traffic-law-enforcement-e-tle/
5
bukti. Kita analisa dan bila benar, dikirim surat konfirmasi pelanggaran lalu
lintas sesuai data di TMC polda Metro Jaya langsung disertakan dengan foto
B. Rumusan Masalah
Yogyakarta
C. Tujuan Penelitian
D. Keaslian Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
yang sedang dikaji. Sehingga hasil penulisan tersebut dapat memiliki daya
guna bagi pembaca. Adapun kegunaan dari penulisan hukum ini adalah
sebagai berikut :
praktis peradilan..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Pidana
diartikan sebagai sanksi pidana. Untuk pengertian yang sama juga digunakan
Istilah hukum pidana bermakna jamak. Dalam arti obyektif, yang juga
8
Listakeri Syafriliana Anugerah, 2018, “Eksistensi Pidana Mati Menurut Perspektif Masyarakat”,
Penulisan Hukum, Perpustakaan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, hlm.16.
9
tertentu.
Disamping itu, hukum pidana dipakai juga dalam arti subyektif yang lazim
pula disebut jus pueniendi, yaitu peraturan hukum yang menetapkan tentang
istilah – istilah yang konvensional. Beliau tidak setuju dengan istilah – istilah
perdata. “Hukuman” adalah hasil atau akibat dari penerapan hukum yang
maknanya lebih luas daripada pidana sebab juga keputusan hakim dalam
hukum perdata.10
bahwa salah satu karakteristik hukum pidana yang membedakan dengan bidang
9
Zinal Abidin Farid, 1995, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika , Jakarta, hlm. 1.
10
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
hlm.1.
10
oleh negara. Dengan demikian hukum pidana adalah hukum publik karena
pengertian hukum pidana dalam arti sempit hanya mencakup hukum pidana
tinggi hukum, istilah ‘hukum pidana’ yang dimaksud adalah hukum pidana
2. Definis Pelanggaran
Menurut sistem KUHP, dibedakan antara Kejahatan terdapat dalam Buku II dan
undang-undang adalah perbuatan yang oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak
M.v.T (Memorie van Toelichting) yang dikutib oleh Moeljatno, bahwa kejahatan
11
Eddy O.S Hiariej, 2014, Prinsip – Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hlm.
13.
12
Ibid., hlm.13.
11
Sanksi pelanggaran
Tilang
13
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta,1983, hlm 71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
fakta menurut metode objektif yang jelas, untuk menemukan hubungan fakta
ilmiah yang disasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang
tertentu.16
merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
14
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 6.
15
Moh. Nazir, 1998. Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta, hlm.14.
16
Listakeri Syafriliana Anugerah., Op.Cit,. hlm. 52.
13
sebagai perilaku nyata ( actual behaviour ) sebagai gejala sosial yang sifatnya
tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup masyarakat17
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan bahan hukum yang mengikat. Sebagai
contoh dari bahan hukum primer adalah UUD 1945, Undang - undang,
terhadap bahan hukum primer, misalnya : hasil hasil penelitian, hasil karya
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
17
Ibid, hlm. 52.
18
Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Garafika, Jakarta, hlm.23.
14
data sekunder dan data primer yang berasal dari buku – buku, atau literatur
B. Sifat Penelitian
1. Penelitian eksploratoris
untuk medapatkan keterangan, informasi, dan data mengenai hal hal yang
belum diketahui.
2. Penelitian deskriptif
3. Penelitian Ekplanatoris
19
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm.
54.
20
Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Garafika, Jakarta, hlm.21
15
C. Sumber Data
1. Data primer
2. Data sekunder
meliputi :
Tahun 1945;
16
Nomor 3480)
Nomor 484)
Lintas
hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku – buku hukum
termasuk skripsi, tesis, disertasi hukum, dan jurnal jurnal hukum. Bahan
lain :
atau penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
antara lain :
a. Kamus Hukum
D. Lokasi Penelitian
E. Subjek Penelitian
1. Narasumber
1. Bapak Polisi
3. Bapak Hakim
G. Analisis Data
kebenaran dari suatu teori dalam data sekunder yang penulis peroleh dari
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Earlangga, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Aditya Bakti.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana,
Alumni, Bandung.
Jakarta.
22
Bandung.
Sholehuddin, M, 2007, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double
UGM, Yogyakarta.
Undang – undang 2/ Pnps/ 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang
Artikel Internet
Gabrillin, Abba dan Ambaranie Nadia Kemala Movanita "Setya Novanto Divonis
15 Tahun Penjara",https://nasional.kompas.com/read/2018/04/24/14032151/setya-