Oleh
MOH. YUDA SUDAWAN
B 111 08 442
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
BAGIAN HUKUM PERDATA
MAKASSAR
2013
PENGESAHAN SKRIPSI
(SKRIPSI)
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA VIRTUAL OFFICE
Disusun dan diajukan oleh:
MOH. YUDA SUDAWAN
NIM B 111 08 442
Telah dipertahankan di hadapan panitia ujian skripsi yang dibentuk dalam
rangka penyelesaian Studi Sarjana Program Studi Ilmu Hukum
Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Pada HarikAMIS, 13 Juni 2013
Dan Dinyatakan Lulus
Panitia Ujian
Ketua
Sekretaris
A.n. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
Nomor Pokok
: B111 08 442
Bagian
: Hukum Perdata
Judul Skripsi
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian skripsi proposal.
Pembimbing I,
Pembimbing II,
iii
Nama
Nomor Pokok
: B111 08 442
Bagian
: Hukum Perdata
Judul Skripsi
Memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian akhir
program studi.
iv
ABSTRAK
Moh. Yuda Sudawan (B11108442), Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Virtual Office, dibimbing oleh Anwar Borahima (selaku Pembimbing I)
dan Marwah (selaku Pembimbing II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan keabsahan
perjanjian sewa menyewa online kantor perusahaan pada Virtual Office.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
tanggung jawab hukum penyedia jasa Virtual Office.
Penelitian ini dilaksanakan di kantor Penyedia Jasa Virtual Office di
Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji kepustakaan yang
berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini. Serta
pengkajian data-data yang berupa dokumen-dokumen yang akan
dianalisis, serta wawancara dari beberapa pihak dan data lainnya yang
dapat dijadikan sebagai data sekunder untuk menunjang penelitian yang
selanjutnya dapat digunakan untuk mendukung dalam penulisan skripsi
ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perjanjian sewa-menyewa
secara online melalui jasa Virtual Office adalah sah karena memenuhi
keempat syarat sahnya perjanjian yaitu kesepakatan, kecakapan, suatu
hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Meskipun dalam hal kecakapan
tidak terpenuhi, tidak membuat perjanjian itu sendiri batal melainkan dapat
dibatalkan apabila salah satu pihak mengajukan untuk melakukan
pembatalan. Akan tetapi kemungkinan dalam syarat ketiga juga masih
memungkinkan untuk terjadi, dimana perjanjian akan dianggap tidak
pernah ada, atau batal demi hukum jika ternyata pelaksanaan yang
dilakukan oleh penyewa hanya berupa pemanfaatan alamat nya saja.
Perlindungan hukum bagi konsumen (e-commerce) yang paling kuat untuk
melawan tindakan pelaku usaha yang merugikan konsumen adalah UUPK
dan UU ITE. Salah satu wujud yaitu dari penyelenggaraan perlindungan
konsumen, yaitu keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK).
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya hasil penelitian ini, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, Sang Pemberi Wujud dari segala wujud yang secara
manifestasi segala sesuatu tidak terpisah dari-Nya. Dialah cahaya
dari segala cahaya yang dari cahaya-Nya memancar segala
keindahan-Nya. Tidak ada yang sanggup mensyukuri-Mu, kecuali
dengan kebaikan-Mu yang menuntutnya untuk bersyukur.
2. Nabi Muhammad SAW, Manusia Suci yang merupakan manifestasi
makhluk ilahi yang sempurna dan pemimpin alam semesta.
Manusia Suci yang telah membawa kita sekalian dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan naungan
Ilahi dan kesucian ilmu pengetahuan. Manusia suci yang kerinduan
manusia selalu tertuju padanya dan keluarganya yang suci.
3. Kepada Orang Tua Penulis, Yumran Yunus, S.H. dan Dra. Ramlah
Abidin, yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang,
semangat dan pelajaran hidup yang berharga bagi penulis.
4. Kepada Rektor Universitas Hasanuddin Prof. DR. Dr. Idrus
Patturusi, SpBO., dan Kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Prof. Dr. Aswanto, S.H.,M.H.,DFM beserta jajarannya.
5. Kepada Pembimbing I Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H.,M.H., dan
Pembimbing II Marwah, S.H.,M.H. yang senantiasa meluangkan
vi
sebagai
penguji.
6. Kepada Adinda tercinta Susi Dwi Ayudia dan keluarga Besar Baji
Ati yang selalu memberikan motifasi dan arahan dalam kehidupan
penulis
7. Kepada
Maha
Guru,
Arianto
Achmad.
Terima
kasih
atas
Wiryawan
Muhammad
Batara
Kencana,S.H.,
Firmansyah,S.H.
dan
Sayid
Muh.
Muhammad
vii
Azrina
Darwis,S.H.,
Mariani
Tamma,S.H.,
A.
Muhammad
Natsir
Bachtiar,S.H.,
Abdillah
viii
16. Kepada Azrijal, S.H., Irwan Kurniawan, S.H., Syamsi Makatita, R.E.
Roedini, Raju Aphandi, S.H., Imran Eka Saputra, S.H.,M.H., Resha
Agriansyah, S.H.,M.H., Indra Sakti, S.H., Kanda-kanda senior HMI
Komisariat Hukum UNHAS yang senantiasa membimbing dan tidak
henti-hentinya memberikan wejangan-wejangan hidup kepada
penulis. Terima kasih kakanda.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .. .... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ..................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................... .... v
KATA PENGANTAR ...... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
xi
Perjanjian
Sewa-Menyewa
Online
Kantor
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengguna Jasa Virtual Office yang Menempati Kantornya ....... 61
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi di dunia usaha sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini adalah sesuatu
yang tidak bisa dihindari dalam era gobalisasi karena perkembangan
dunia usaha dan teknologi informasi serta komunikasi akan berjalan
sesuai
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan.
Perkembangan
teknologi
informasi
dan
telekomunikasi
pun
memiliki
kemampuan
untuk
mengumpulkan
dan
Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika
Aditama, , Jakarta, hlm. 1.
2
Dikdik M. Arief Mansyur & Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law (Aspek Hukum Teknologi
Informasi), Refika Aditama, Bandung, hlm.144
perdagangan
melalui
internet
berbeda
dengan
penyedia
yang
menyewakan
akan
menentukan
mekanisme
pembayaran.
Pelaksanaan sewa-menyewa sacara online dalam praktiknya akan
bisa menimbulkan beberapa permasalahan yang bisa merugikan pihak
penyewa dan juga bisa merugikan bagi pihak penyedia jasa itu sendiri.
Misalnya pihak yang menyewakan seharusnya langsung menyediakan
fasilitas
yang
telah
disepakati
dalam
perjanjian
namun
tidak
di
dunia
Virtual
Officesaat
ini,
yaitu
penyewa
yang
bagaimana
bentuk
pertanggungjawabannya
atas
bentuk
dan
Transaksi
Elektronik
(UU
ITE)
mengatur
bahwa
jawab
terhadap
beroperasinya
sistem
elektronik
sebagaimana mestinya.
Permasalahan lain yang dapat timbul yaitu dalam Pasal 1320
KUHPerdata mengatur bahwa setiap perjanjian harus memenuhi syarat
sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, suatu hal tertentu dan
suatu sebab yang halal. Apabila dipenuhi empat syarat sahnya perjanjian
tersebut, maka perjanjian tersebut sah dan mengikat bagi para pihak.
Jika melihat salah satu syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu suatu hal tertentu, maka akan menjadi permasalahan
dalam sistem penyewaan pada jasa Virtual Office, dimana dalam klausul
perjanjian, penyedia jasa Virtual Office atau pihak yang menyewakan
menyatakan
akan
menyediakan
sebuah
kantor
untuk
disewakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lainnya. Pasal ini menerangkan secara sederhana
tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang adanya dua
pihak yang saling mengikatkan diri.4
Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada
seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu
hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang
membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis.5
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian
adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah
sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian
juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan
4
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2011, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233
Sampai 1456 BW), Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 63.
5
Subekti, 2001, Hukum Perjanjian, cetakan 19, Intermasa, Jakarta, hlm. 1.
sesuatu.
Dapat
dikatakan bahwa
Ibid.
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberti, Yogyakarta,
hlm. 97-98.
7
kehendak.
Para pihak
tidak
mendapat
sesuatu tekanan
yang
2.
Teori
pengiriman
(verzendtheorie)
mengajarkan
bahwa
10
4.
Teori
kepercayaan
(vertrouwenstheorie)
mengajarkan
bahwa
hukum
perjanjian
ada
(tiga)
sebab
yang
membuat
2.
3.
keempat.
Penyalahgunaan
keadaan
ini
terdiri
dari
10
11
b. Kecakapan
Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan
tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang
adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang
menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap.
Orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah
sebagai berikut :11
1.
2.
3.
Orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh undangundang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undangundang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Perempuan yang sudah menikah dan tidak didampingi oleh
suaminya.
Walaupun
demikian,
ketentuan
ini
sudah
tidak
11
Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 29-30.
12
orang
yang
tidak
berwenang
untuk
melakukan
perbuatan hukum.
c. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu berkaitan dengan objek perjanjian (Pasal 1332
sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata). Objek perjanjian yang dapat
dikategorikan dalam Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 adalah : 12
1.
Objek yang akan ada, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat
dihitung.
2.
Objek
yang
dapat
diperdagangkan
(barang-barang
yang
Mariam Darus Badrulzaman, 2006, KUHPERDATA Buku III , Alumni, Bandung, hlm.
104.
13
14
Pasal 1667 ayat 2 mengatur, bahwa hibah dari benda yang baru akan
ada di kemudian hari adalah batal.
Perjanjian yang objeknya tidak jelas karena tidak dapat ditentukan
jenisnya, atau tidak dapat diperdagangkan, atau tidak dapat dinilai
dengan uang, atau yang tidak mungkin dilakukan, menjadi batal demi
hukum.
d. Suatu sebab yang halal
Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah adanya suatu
sebab yang halal. Dengan sebab (bahasa Belanda oorzaak, bahasa
Latin causa) ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian, bukan
sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat suatu perjanjian yang
termaksud. Sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat suatu
perjanjian pada asasnya tidak diperdulikan oleh undang-undang.
dari
salah
satu
pihak
yang
merasa
dirugikan
untuk
15
demi hukum (sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga
tidak perlu pembatalan). 13
3. Unsur-unsur Perjanjian
Suatu perjanjian lahir jika disepakati tentang hal yang pokok atau
unsur esensial dalam suatu perjanjian. Penekanan tentang unsur yang
esensial tersebut karena selain unsur yang esensial masih dikenal unsur
lain dalam suatu perjanjian.
Dalam suatu perjanjian dikenal tiga unsur, yaitu: 14
a. Unsur Esensialia, yaitu unsur yang harus ada dalam suatu
kontrak karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur
esensialia ini maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam
kontrak jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan
harga karena tanpa kesepakatan mengenai barang dan harga
dalam kontrak jual beli, kontrak tersebut batal demi hukum
karena tidak ada hal yang diperjanjikan.
b. Unsur Naturalia, yaitu unsur yang telah diatur dalam undangundang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam
perjanjian,
undang-undang
yang
mengaturnya.
Dengan
13
14
16
17
18
praperjanjian,
yaitu
dengan
memperhatikan
16
19
Pengetahuan,
mengajarkan
bahwa
pihak
yang
20
21
22
22
terpaksa itu
berhenti.
e. hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan keadaan
memaksa adalah :
1. Debitor dapat mengemukakan adanya keadaan memaksa itu
dengan jalan penangkisan (eksepsi).
2. Berdasarkan Jabatan Hakim tidak dapat menolak gugat
berdasarkan keadaan terpaksa, yang berutang memikul
beban untuk membuktikan adanya keadaan terpaksa.
24
23
musnah
di
perjalanan
karena
perahu
yang
24
kata lain berpokok pangkal pada kejadian yang dalam Hukum Perjanjian
dinamakan keadaan memaksa. Persoalan risiko adalah buntut dari suatu
keadaan
memaksa,
sebagaimana
ganti
rugi
adalah
buntut
dari
wanprestasi.26
Risiko pada perjanjian sepihak telah diatur dalam Pasal 1237
KUHPerdata.
Pasal 1237 KUHPerdata:
Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang
itu menjadi tanggungan kreditor sejak perikatan lahir. Jika debitor
lalai untuk menyerahkan barang yang bersangkutan, maka barang
itu, semenjak perikatan dilakukan, menjadi tanggungannya.
Perkataan
risiko.Risiko
tanggungan
dalam
perjanjian
dalam
sepihak
Pasal
1237sama
seperti
perjanjian
dengan
untuk
27
25
Pasal 1545KUHPerdata:
Jika barang tertentu, yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah di
luar kesalahan pemiliknya, maka persetujuan dianggap gugur, dan
pihak yang telah memenuhi persetujuan dapat menuntut kembali
barang yang telah ia berikan dalam tukar-menukar.
Memang kedua pasal di atas, berlainan sekali. Pasal 1460 (jualbeli) meletakkan risiko pada pundaknya si pembeli. Pasal 1545 (tukar
menukar) meletakkan risiko pada pundak masing-masing pemilik barang
yang dipertukarkan. Pemilik adalah debitor terhadap barang yang
dipertukarkan dan musnah sebelum diserahkan.28
Seorang pembeli yang baru saja menyetujui menurut Pasal 1460
KUHPerdata, ia sudah dibebani dengan risiko mengenai barang itu. Pasal
1460 KUHPerdata penuh dengan keganjilan. Hal tersebut bisa dipahami
karena dikutip dari Code Civil Perancis. Menurut sistem Code Civil, dalam
suatu jual beli barang tertentu, hak milik sudah berpindah kalau barangnya
sudah diserahkan, sedangkan menurut sistem BW, dalam segala macam
jual beli, hak milik baru berpindah kalau barangnya diserahkan.29
9. Ganti Rugi
Ada
dua
sebab
karenawanprestasi
dan
karenawanprestasi
diatur
timbulnya
perbuatan
dimulai
ganti
rugi,
melanggar
dari
Pasal
yaitu
ganti
rugi
hukum.
Ganti
rugi
1243
KUHPerdata
29
26
lain untuk
melaksanakan atau
rangkaian
perkataan
yang
mengandung
janji-janji
atau
jenis
perjanjian
yang
dilakukan
bergantung
pada
Salim HS, 2003, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontak), SinarGrafika,
Jakarta, hlm. 100.
27
dimana pihak
yang satu
sah dan
mengikat
pada saat
terjadi
31
32
28
3. Berakhirnya Sewa-Menyewa
Secara umum undang-undang memberi beberapa ketentuan
tentang berakhirnya sewa-menyewa. Pada dasarnya sewa-menyewa akan
berakhir :35
1. Berakhir sesuai dengan batas waktu yang ditentukan secara
tertulis. Dalam perjanjian sewa-menyewa yang masa berakhirnya
telah ditentukan secara tertulis dengan sendirinya berakhir sesuai
batas waktu yang telah ditentukan para pihak. Jadi, jika lama sewa
33
29
menguasai
barang
yang
disewa,
dan
pihak
yang
persewaan
baru
secara
diam-diam.
Akibatnya,
yang
berakhir
dalam
waktu
tertentu
yang
30
yang
(manufactures),
menyangkut
service
konsumen
providers,
(consumers),
dan
pedagang
manufaktur
perantara
31
32
transaksi jual
39
33
atau
pihak
yang
menyewakan(merchant),
yaitu
Dikdik M. Arief Mansyur & Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem
Hukum Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, hlm.152-154
34
holder,
yaitu
orangorang
yang
ingin
merupakan
perorangan,
maka
yang
perlu
35
ada
beberapa
lembaga
yang
diijinkan
untuk
hak
untuk
mengeluarkan
sertifikasi
kepada
36
elektronik
harus
menggunakan
sistem
elektronik
yang
Ibid.,hlm 154.
37
Inc",
di
38
yang
salah
satunya
adalah
pengurangan
penggunaan
39
Diakses dari situs http://fsd.isi-dps.ac.id/artikel/virtual-office-kantor-maya-dan-ruang-yangmenghilang. Pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 13.25
40
dari
pekerjaan
manual
yang
dirubah
menjadi
digital.
telah
muncul
perusahaan-perusahaan
penyedia
layanan
41
baik, profesional dan nyata bagi calon kliennya. Ini juga merupakan
sebuah sebuah dampak nyata eliminasi dari ruang-ruang kantor yang
sekiranya bila dimiliki oleh beberapa orang dari bentuk perusahaan yang
berbeda, tentu akan semakin menambah padatnya penampilan fisik dan
fungsi kota sebagai sebuah pusat kegiatan dan hunian.
Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki karyawan
yang cukup banyak dengan kondisi fisik gedung tidak memadai, mereka
biasanya memiliki ruang virtual di dunia maya untuk bisa bertemu dengan
menggunakan
avatar
masing-masing,
dan
membicarakan
hal-hal
42
kehati-hatian
dalam
menganalisis
siapa
yang
harus
45
adanya perbuatan;
44
Celina tri siwi kristiyanti. 2011. Hukum perlindungan konsumen. Jakarta : sinar grafika.
Hlm. 92
45
Ibid.
44
b.
c.
Ahmadi Miru & Sakka Pati. 2011. Hukum Perikatan (penjelasan Makna 1233-1456 Bw
). Jakarta : Rajawali Pers. Hlm. 97
45
adalah
penting,
karena
ada
kemungkinan
tergugat
47
46
ditegaskan pada Pasal 19, 22, dan 23. Jika digunakan teori ini, maka
yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak
pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti
bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidak dapat
sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai
penggugat selalu terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia
gagal menunjukkan kesalahan tergugat. 50
3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga
untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption nonliability
principle)
sangat terbatas. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum
pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin atau
bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang
(konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini
pengangkut
(pelaku
usaha)
tidak
dapat
dimintakan
47
diterapkan
karena
(1)
konsumen
tidak
dalam
posisi
kesalahannya
misalnya
dengan
asuransi
atau
dengan
seharusnya
pelaku
usaha
tidak
boleh
secara
sepihak
Ibid. Hlm 96
Ibid. Hlm 97
53
48
54
49
7. Hak
untuk
mendapat
kompensasi,
ganti
rugi,
dan/atau
56
Ibid.,hlm. 47
Ibid, hlm 50
57
50
1. Hak
untuk menerima
58
Ibid, hlm 51
51
3. Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa konsumen terdapat tiga cara, yaitu:
a. Penyelesaian sengketa konsumen melalui peradilan yang berada di
lingkungan peradilan umum, dalam hal ini Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.
b. Penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK)
c. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan berupa arbitrasi, mediasi,
dan konsiliasi.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta di Kantor tempat penyedia
jasa Virtual Office dengan pertimbangan untuk memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan dalam rangka penulisan ini.
Primer,
yaitu
data
yang
diperoleh
langsung
melalui
53
jasa dan pihak penyewa Virtual Office berupa dokumen dan kontrak
kerja perjanjian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, terdapat dua teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu:
1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang
dilakukan
di
lapangan
dengan
melakukan
wawancara
wawancara
untuk
memperoleh
data
yang
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keabsahan Perjanjian Sewa-Menyewa Online Kantor Perusahaan
Virtual Office
Virtual Office adalah salah satu bentuk kemajuan tekhnologi yang
dirasakan dan tersedia saat ini. Virtual Office merupakan suatu jawaban
bagi para pengusaha yang menginginkan suatu kantor strategis, di mana
saat ini sangat sukar untuk bisa memilikinya. Melalui Virtual Office,
pengusaha dapat menyewa kantor dengan mudah dan memiliki letak
yang strategis. Sewa-menyewa ini dilakukan di dunia maya atau melalui
internet. Bentuk ini merupakan sebuah pengembangan terbaru atas
kemajuan dunia khususnya melalui internet.
Sewa-menyewa secara online (e-commerce) pada dasarnya sama
dengan sewa-menyewa pada umumnya, dimana suatu sewa menyewa
terjadi ketika ada kesepakatan mengenai kenikmatan atas barang atau
jasa yang diperdagangkan serta harga atas barang atau jasa tersebut.
Sewa menyewa secara online dan sewa menyewa pada umumnya
(konvensional) yang membedakan hanya pada media yang digunakan,
jika pada sewa menyewa konvensional para pihak harus bertemu
langsung di suatu tempat guna menyepakati mengenai apa yang akan
disewakan serta berapa harga atas barang atau jasa tersebut. Sedangkan
dalam e-commerce, proses transaksi yang terjadi memerlukan suatu
55
untuk
memanfaatkannya
sebagai
lahan
bisnis
yang
Managing Director dari PT. X yang merupakan salah satu penyedia jasa Virtual Office di Jakarta
56
disebabkan oleh usaha bisnis ini berasal dari satu sebab, yaitu bisnis
Virtual Office yang pertama kali dibuat di Amerika. Perbedaan antar
penyedia jasa hanyalah dari lokasi, biaya sewa, dan beberapa fasilitas
tambahan lainnya.
Sewa-menyewa pada Virtual Office juga harus memenuhi syaratsyarat
dalam
perjanjian
sebagaimana
diatur
pada
Pasal
1320
kesepakatan.
Kesepakatan
dalam
perjanjian,
pada
untuk
dilaksanakan,
mengenai
cara-cara
60
Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Cetakan keduapuluh satu, Intermasa. Jakarta. Hal. 26
57
secara
online
pada
Virtual
Office,
pihak
yang
website-website
yang
menjadi
tempatnya
dalam
61
Ibid
58
62
Wawancara dengan Adjie Purnama (managing director PT. Y dari penyedia jasa Virtual Office)
Munir Fuady, 1999. Hukum Kontrak Dari Sudut Hukum Bisnis. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Hal.45
63
59
yang
digunakan
telah
menyetujui
transaksi
60
61
2. Kecakapan
Kecapakan adalah suatu kemampuan untuk membuat suatu
perjanjian. Orang-orang yang akan melakukan suatu perjanjian
haruslah memenuhi batasan kecapakan sehingga berwenang untuk
melakukan perbuatan hukum, yaitu orang yang sudah berumur 21
tahun atau sudah kawin dan orang yang tidak berada dalam
pengampuan.
Mengenai syarat sahnya perjanjian yang kedua ini, dalam keadaan
transaksi konvensional, menurut penulis, orang yang tidak cakap
pun dapat melakukan transaksi sewa-menyewa. Seperti anak-anak
SMP yang berumur 13 tahun ketika ingin menyewa sepatu
dilapangan futsal, hal tersebut tentu tidak dilarang oleh pemilik
usaha futsal tersebut. Selama transaksi tersebut tidak merugikan
kedua belah pihak terutama pembeli (seorang anak SMP), maka
transaksi tersebut sah. Keadaan di atas hampir sama dengan
transaksi dalam sewa-menyewa online. Semakin sulit untuk
menentukan apakah para pihak yang melakukan perjanjian telah
memenuhi ketentuan cakap. Hal ini karena para pihak tidak
bertemu secara langsung melainkan melalui internet sehingga para
pihak tidak dapat mengetahui bagaimana kondisi fisik pihak yang
lain.
Berdasarkan Pasal 1330 KUHPerdata tentang kedewasaan,
ketentuan ini menyebabkan unsur kecakapan dalam transaksi e-
62
tidak
64
Ahmad Ramli, 2004. Cyber Law & HaKI dalam Sistem Hukum Indonesia. Penerbit Rafika
Aditama, Bandung. Hal.36
63
Wawancara penulis dengan Managing Director salah satu penyedia jasa Virtual Office.
64
berdasarkan
uraian
tersebut
maka
dapat
ditarik
kesimpulkan bahwa kontrak dalam transaksi melalui internet (ecommerce) tetap sah sehingga mengikat dan menjadi undangundang bagi para pihak yang membuatnya sepanjang para pihak
tersebut tidak mempermasalahkan mengenai tidak terpenuhinya
salah
satu
syarat
sahnya
perjanjian
menurut
Pasal
1320
65
pekerjaan
manual
yang
dirubah
menjadi
digital.
66
Jakarta
dan
mudah
untuk
dijangkau
sebagai
objek
66
Diakses dari situs http://fsd.isi-dps.ac.id/artikel/virtual-office-kantor-maya-dan-ruang-yangmenghilang. Pada tanggal 23 Mei 2013 pukul 14.00
67
www.estubizi.com/virtual-offices diakses pada tanggal 8 mei 2013 pukul 19.35
67
pihak
penyedia
Virtual
Office
terus
berusaha
para
pihak
yang
tidak
ingin
direpotkan
untuk
68
Diakses dari situs www.estubizi.com/biaya-virtual-office pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 10.00
68
69
Pihak penyewa jasa Virtual Office yang perusahaannya bergerak di bidang perdagangan yang
penulis wawancara pada tanggal 3 Mei 2013
69
Biaya sewa dalam Virtual Office sangat beragam, mulai dari harga
Rp. 400.000/bulan hingga Rp. 2.000.000/bulan. Harga sewa kantor
tersebut sangat bergantung dari jenis fasilitas yang disediakan,
maka semakin mahal juga biaya sewanya. Fasilitas jumlah waktu
penggunaan ruang meeting yang mempengaruhi harga sewa
kantor.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 pengusaha pengguna
jasa Virtual Office yang menempati kantor yang disewa melalui jasa
Virtual Office.
Tabel 1. Pengguna jasa Virtual Office yang Menempati Kantornya
No.
Kategori
Jawaban Pengguna
Persentase
Jasa
(%)
Menempati
0%
Tidak
100 %
100%
Jumlah
Sumber : data primer, diolah 2013
70
71
dimana
pada
saat
itu
bukan
merupakan
waktu
yang
dilakukan
secara
virtual
atau
maya.
72
73
Penjelasan dari suatu perbuatan yang dilarang oleh undangundang dalam hukum positif adalah jika dalam undang-undang
tidak memperbolehkan adanya perbuatan itu dan apabila dilanggar
maka perbuatan itu akan mendapatkan sanksi yang tegas, sebagai
contoh adalah tindak kejahatan seperti jual-beli narkoba, jual-beli
barang curian, dan lain sebagainya. Sehingga dari hasil penelitian,
perjanjian sewa-menyewa online melalui Virtual Office ini tidaklah
melanggar syarat yang keempat.
Berdasarkan pembahasan di atas, jika keempat syarat sahnya
perjanjian dipenuhi dalam perjanjian sewa-menyewa secara online melalui
jasa Virtual Office maka telah terjadi perikatan diantara mereka yang
menimbulkan hubungan hukum yang berakibat timbulnya hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak.
Akibat hukum yang timbul jika tidak terpenuhi keempat syarat
tersebut ada dua. Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif
karena mengenai para pihak dalam suatu perjanjian. Akibat hukum yang
timbul apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian
dapat dibatalkan (untuk membatalkan perjanjian itu harus ada inisiatif
minimal dari salah satu pihak merasa dirugikan untuk membatalkannya.
Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena
menyangkut perjanjiannya sendiri atau objek perjanjian yang dilakukan.
Akibat hukum yang timbul apabila syarat ketiga dan keempat tidak
74
dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum (sejak semula dianggap tidak
pernah ada perjanjian sehingga tidak perlu pembatalan).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, perjanjian sewamenyewa secara online melalui jasa Virtual Office adalah sah karena
memenuhi
keempat
syarat
sahnya
perjanjian
yaitu
kesepakatan,
kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Meskipun
dalam hal kecakapan tidak terpenuhi, tidak membuat perjanjian itu sendiri
batal melainkan dapat dibatalkan apabila salah satu pihak mengajukan
untuk melakukan pembatalan. Akan tetapi kemungkinan dalam syarat
ketiga juga masih memungkinkan untuk terjadi, dimana perjanjian akan
dianggap tidak pernah ada, atau batal demi hukum jika ternyata
pelaksanaan yang dilakukan oleh penyewa hanya berupa pemanfaatan
alamat nya saja.
B. Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha Virtual Office
Undang-undang
Perlindungan
Konsumen
(UUPK)
adalah
Perlindungan
Konsumen
menentukan
(sembilan)
hak
konsumen. Ini memberi kesan bahwa hak mereka sebagai warga negara
dilindungi oleh hukum. Dengan tujuan memperkuat hak-hak itu, maka
pelaku usaha harus pula menghormati hak konsumen agar mereka dapat
memperoleh
kenyamanan,
keamanan
dan
keselamatan
dalam
75
76
upaya
penyelesaian
hukum
sengketa
77
78
79
80
dengan
benar.
Pihak
penyewa
kemudian
melakukan
transaksi
81
tanggung
gugat
berdasarkan
adanya
wanprestasi,
oleh
kedua
perjanjiannnya.
pihak
Dengan
secara
demikian,
sukarela
bukan
tunduk
berdasarkan
undang-undang
yang
menentukan apakah harus dibayar ganti kerugian atau berapa besar ganti
kerugian yang harus dibayar, melainkan kedua belah pihak yang
menentukan syarat-syaratnya serta besarnya ganti kerugian yang harus
dibayar, dan apa yang telah diperjanjikan tersebut, mengikat sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 73
Di samping ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang dibuat
oleh para pihak, ketentuan tentang ganti kerugian yang bersumber dari
72
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan (perikatan yang lahir dari perjanjian
82
satu
penyedia
jasa
yang
pernah
mengalami
kejadian
74
Ibid
83
pemilik rekening bank yang pihak penyedia jasa Virtual Office tidak dapat
menelesuri lebih lanjut karena akan berhadapan dengan kerahasian bank.
Salah satu senjata ampuh bagi konsumen (e-commerce) yang
paling kuat untuk melawan tindakan pelaku usaha yang merugikan
konsumen adalah UUPK dan UU ITE. Salah satu wujud yaitu dari
penyelenggaraan perlindungan konsumen, yaitu keberadaan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Pasal 39 ayat (1) UU ITE
mengatur bahwa gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya ayat (2) mengatur bahwa
Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, atau
lembaga
penyelesaian
sengketa
alternatif
lainnya
sesuai
dengan
75
Iman Sjahputra, 2010. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik. PT. Alumni,
Bandung. Hal.186
84
ini secara eksplisit diatur bahwa BPSK memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut :76
a. Melaksanakan
penanganan
dan
penyelesaian
sengketa
76
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis
terhadap perjanjian sewa-menyewa online pada Virtual Office, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perjanjian sewa-menyewa secara online melalui jasa Virtual Office
adalah sah karena memenuhi keempat syarat sahnya perjanjian
yaitu kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab
yang halal. Meskipun dalam hal kecakapantidak terpenuhi, tidak
membuat perjanjian itu sendiri batal melainkan dapat dibatalkan
apabila salah satu pihak mengajukan untuk melakukan pembatalan.
Akan
tetapi
kemungkinan
dalam
syarat
ketiga
juga
masih
86
87
digunakan
dengan
memperhatikan
tingkat
keamanan
dan
dilakukan
sosialisasi
oleh
pemerintah
terkait
cara
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
A.Qirom Syamsudin Meliala. 1985. Pokok-pokok Hukum Perjanjian.
Liberty: Yogyakarta,.
Ahmad M. Ramli.2004. Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum
Indonesia.Refika Aditama:Jakarta.
Ahmadi Miru. 2007. Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak. RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
dan Sakka Pati. 2011. Hukum Perikatan (Penjelasan Makna
Pasal 1233 Sampai 1456 BW). Rajagrafindo Persada: Jakarta.
dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom. 2005. Cyber Law (Aspek
Hukum
Teknologi Informasi). Refika Aditama:Bandung.
Edmon Makarim. 2004. Kompilasi Hukum Telematika.Raja Gravindo
Persada: Jakarta.
Iman
Dalam
Transaksi
89
Virtual
Office.http://www.estubizi.com/vote_virtualoffice
Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UUITE)
90