Anda di halaman 1dari 34

DILEMA IZIN PERTAMBANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penambangan liar seperti yang pernah terjadi di Sekotong dan
akhir-akhir ini sedang menjadi sorotan publik terjadi di gunung Prabu,
desa Prabu, kecamatan Pujut kabupaten Lombok Tengah. Di kabupaten
lombok Timur sperti puncak Desa Jeringo, kecamatan Suela, kelurahan
Dasan Geres dan kelurahan Ijo balit, kecamatan Labuhanhaji, pun
demikian halnya di desa Anggaraksa, kecamatan Pringgabaya. Tim
terpardu Distamben dan Satpol PP Pemkab Lombok Barat menutup
tambang galian C di Dusun teluk Gedang Desa Giri Tembesi Gerung,
dan Dusun Batu kuta, Desa lembar Kecamatan lembar. Penutupan
tambang

juga

dilakukan

aparat

di

desa

Bilabante,

kecamatan

Pringgarata Lombok tengah. Bahkan polisi memenjarakan pengelola


ttambang dengan sangkaan pidananya yakni pasal 158 Undangundang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambvanagn Mineral dan Btu
Bara. Ratusan bahkan ribuan kasus serupa mungkin terjadi di republik
ini, namun tak terendus media tanpa melupakan kasus tewasnya Salim
Kancil di sebuah desa di wilayah Jawa Timur. Ini

merupakan contoh

dari sisi lain kehidupan pada masayarakat pedesaan kita. Beberapa elit
politik di parlemen telah angkat bicara guna mendorong pemerintah
daerah turun tangan membatasi meluasnya galian butiran logam emas
di

daerah

tersebut.

pengembangan

Tentu

deistinasi

keselamatan
pariwisata

lingkungan

yang

sedang

hidup

dan

digalakkan

pemerintah di daerah itu, menjadi alasan keresahan para elit politik.

Jika ditelisik dari hukum formal, tidak ada yang membenarkan


perilaku

sosial

penambangan

illegal

itu.

Pemerintah

daerah

menyebutnya illegal karena penambangan itu tidak mengantongi izin.


Seandainya

mengantongi

izin,

meskipun

sama-sama

merusak

lingkungan dengan penambangan legal, tentu pemerintah tidak akan


mempersoalkannya. Masyarakat yang melakukan tindakan tersebut
jelas melanggar hukum, sehingga mereka (masyarakat) juga dapat
dipersoalkan ke ranah hukum jika mereka tidak menutup aktifitasnya.
Namun tentu membawa rakyat ke meja hijau, apalagi yang
melakukannya adalah pemerintah, bukanlah tindakan yang elok.
Bahkan jika tidak dilakukan secara hati-hati, penertiban tambang bisa
menjadi barang politik paling laris diperdagangkan. Agar kita terus
berhati-hati dalam merespon isu ini, perlu diingatkan bahwa tugas
pemerintah yang utama adalah melakukan pelayanan publik guna
kesejahteraan sosial, bukan justru memenjarakan mereka. Penulis
berkeyakinan bahwa pemerintah tidak memiliki niat ke arah itu,
semangat pemerintah tidak lebih dari menyelamatkan lingkungan dan
distinasi wisata.
Persoalan

ini

memang

dilematis

karena

dua

hal.

Pertama,

pemerintah daerah tidak menghentikan dari awal penambangan illegal


tersebut, sehingga masyarakat yang menambang terlampau memiliki
ketergantungan ekonomi dari aktivitas penambangan itu. Ketika
ketergantungan ekonomi masyarakat sudah terlanjur tinggi terhadap
lokasi

penambangan

dapat

dipersamakan

dengan menghentikan

aktivitas ekonomi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari berbagai uraian dan paparan tersebut diatas penulis mencoba
memetakan

rumusan

masalah

yang

terkai

dengan

perizinan,

bagaimana mengatasi persoalan penambangan illegal yang terus

menghantui keberlanjutan lingkungan dan pembangunan di daerah,


dengan

kata

lain

bagaimana

tata

cara

mendapatkan

izin

pertambangan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perizinan
Karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diingikan
oleh masyarkat untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mendapat
persetujuan

atau

legalitas

dari

pejabat

negara

sebagai

alat

administrasi didalam pemerintahan suatu negara. Sebagai suatu


bentuk kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan serta norma norma kehidupan yang
ada dimasyarakat baik secara vertikal maupun horizontal. Kebijakan
yang berbentuk izin harus mencerminkan suatu kebjakan yang sesuai
dengan prikehidupan dan kenyamanan seluruh masyarakat, sehingga
tujaun negara dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) yang
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 alinea ke-empat , dapat terwujud. Dalam pembukaan
UUD 1945 untuk mewujudkan negara kesejahteraan telah diamanatkan
bahwa:
1. Negara berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap
bangsa Indonesia dan seluruh wilayah teritorial Indonesia
2. Negara berkewajiban memajukan kesejahteraan umum
3. Negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.
Konsep negara kesejahteraan erat kaitannya dengan peranan
hukum administrasi negara.

Dalam konsep negara kesejahteraan,

peran negara dan pemerintah semakin dominan. Negara kesejahteraan


mengacu pada peran negara yang aktif mengelola dan mengorganisasi
perekonomian. Empat pilar utama negara kesejahteraan:
1.
2.
3.
4.

Social citizenship
Full democracy
Modern industrial relation system
Right to education and the expansion of modern mass education
system.
Dalam negara kesejahteraan adanya sistem kesejahteraan sebagai

hak sosial warga harus diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi dan


kesempatan kerja.
Dari berbagai

literatur mengenai perizinan dan pelaksanaan

mengenai perizinan secara riil dilapangan, seharusnya para calon


pejabat, dan PNS dan CPNS dalam pemerintahan terlebih dahulu
ditatar

mengenai

esensi,

moralitas,

filosofi

dan

tata

cara

mengeluarkan kebijakan yang berupa perizinan, agar kelak menjadi


pejabat atau alat administrasi negara, tidak berbuat sewenangwenang yang hanya mengakibatkan keuntungan untuk segolongan
orang saja.
Dan tentu

saja,

mereka

sebagai

alat

administrasi

negara,

diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara baik dan sungguhsungguh untuk memberikan pelayanan pubik yang excelent kepada
masyarakat, sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) serta Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 yang mengatur
tentang Administrasi Pemerintahan. Inilah sekelumit teori tentang
perizinan dan hukum, walaupun banyak yang pesimis mengatakan
bahwa untuk apa teori, apabila ternyata pelaksanaannya jauh api dari
panggang, tetapi penulis tetap optomis, bahwasanya teori memang
harus kita ketahui dan mantapkan terlebih dahulu, agar bisa kita
implementasikan, karena jika toerinyapun kita belum atau tidak tahu,
maka apa yang akan kita bisa implementasikan.
B. Pengertian Perizinan

1. Dispensasi

adalah

keputusan

administrasi

negara

yang

membebaskan sutau perbuatan dari kekuasaan peraturan yang


menolak perbuatan tersebut, WF prince mengatakan bahwa
dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu
peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu
hal yang istimewa.
2. Lisensi adalah suatu

izin

yang

memberikan

hak

untuk

menyelenggarkan suatu perusahaan, lisensi digunakan untuk


menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang untuk
menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.
3. Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan
yang

besar

sehingga

dimana

kepentingan

sebenarnya

pemerintah,tetapi

pekerjaan

oleh

umum
itu

terlibat

menjadi

pemerintah

erat
tugas

diberikan

sekali
dari
hak

penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang


bukan pejabat pemerintah.
4. Izin menurut Syahran Basah adalah perbuatan hukum administrasi
Negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal
konkrit

berdasarkan

persyaratan

dan

prosedur

sebagaimana

ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.


Sedangkan menurut ketentuan umum Undang- Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan yang dimaksud
dengan;
1. Izin adalah keputusam pejabat pemerintah yang berwenang
sebagai wujud persetujuan atas permohonan warga masyarakat
sesuai dengan perundang-undangan.
2. Konsesi adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwnang
sebagai wujud persetujuan dari kesepakatan Badan
pejabat

pemerintahan

dalam

penegelolaan

dan/atau

fasilitas

umum

dan/atau sumber daya alam dan penegelolaan lainnya sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Dispensasi adalah keputusan Pejabat pemerintahan

yang

berwenang sebagai wujud persetujuan atas permohonan warga

masyarakat

yang

merupakan

pengecualian

terhadap

suatu

larangan atau perintah sesuai ketentuan perundang-undangan.


Oleh karena itu,

merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi,

izin-izin, serta lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam


wewenang pemerintah terbatas pada konsensionaris. Konsesi tidak
mudah

diberikan

oleh

karena

banyak

bahaya

penyelundupan,

kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang


merugikan masyarakat yang bersangkutan. Wewenang pemerintah
diberikan kepada konsensionaris walupun terbatas dapat menimbulkan
masalah politik dan social yang cukup rumit, oleh karena perusahaan
pemegang konsesi tersebut dapat memindahkan kampung, dapat
membuat jaringan jalan, listrik dan telepon, membentuk barisan
keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana lainnya.
C. Unsur-unsur Perizinan
1. Instrumen Yuridis
Izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk ketetapan
yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah
untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret, sebagai
ketetapan izin itu dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang
berlaku pada ketetapan pada umumnya. Perizinan terkait dalam
hukum publik oleh karena berkaitan dengan perundang-undangan
pengecualiannya

apabila

ada

aspek

perdata

yang

berupa

persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin


merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu
yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan.
Pemerintah
dalam
melakukan
berbagai
kegiatannya
menggunakan instrumen yuridis seperti peraturan, keputusan,
peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam negara sekarang
ini khususnya yang mengaut type welfare state, pemberian
kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi
logis, termasuk memberikan kewenangan kepada pemerintah

untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana


untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan. Pembuatan
instrumen

yuridis

oleh

pemerintah

harus

didasarkan

pada

ketentuan hukum yang berlaku atau didasarkan pada kewenangan


yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
Hukum Administrasi Negara memberikan beberapa ketentuan
tentang pembuatan instrumen yuridis, sebagai contoh mengenai
pembuatan keputusan.
Di dalam pembuatan keputusan, HAN menentukan syarat
material dan syarat formal, yaitu sebagai berikut :
Syarat-syarat material :
a. Alat pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang.
b. Keputusan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan
yuridis seperti

penipuan, paksaan, sogokan, kesesatan, dan

kekeliruan.
c. Keputusan harus diberi bentuk sesuai dengan peraturan
dasarnya dan

pembuatnya juga harus memperhatikan

prosedur membuat keputusan.


d. Isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan
peraturan dasarnya.
Syarat-syarat formal :
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan
dibuatnya keputusan

dan berhubung dengan cara dibuatnya

keputusan harus dipenuhi.


b. Harus diberi dibentuk yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan keputusan itu
dipenuhi.
d. Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu dan
tidak boleh dilupakan.
Berdasarkan

persyaratan

yang

ditentukan

HAN,

maka

peyelenggarakan pemerintahan akan berjalan sesuai dengan


aturan hukum yang berlaku dan sejalan dengan tuntutan negara
berdasarkan atas hukum, terutama memberikan perlindungan bagi
warga masyarakat.

2. Peraturan Perundang-undangan
Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan
hukum permerintahan,sebagai tindakan hukum maka harus ada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
atau

harus

berdasarkan

pada

asas

legalitas,

tanpa

dasar

wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh karena itu
dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan
pada

wewenang

undangan

yang

diberikan

oleh

peraturan

perundang-

yang berlaku, karena tanpa adanya dasar wewenang

tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah.


3. Organ Pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan
pemerintah

baik

di

tingkat

pusat

maupun

di

tingkat

daerah.menurut sjahran basah,dari badan tertinggi sampai dengan


badan terendah berwenang memberikan izin.
4. Peristiwa Kongkret
Izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan
yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa
kongkret dan individual,peristiwa kongkret artinya peristiwa yang
terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu ,tempat tertentu dan
fakta hukum tertentu.
5. Prosedur dan Persyaratan
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur
tertentu yang ditentukan oleh pemerintah,selaku pemberi izin.
Selain itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atatu
pemberi izin.prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda
tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin.
Menurut soehino,syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif
dan kondisional,konstitutif,karena ditentuakn suatu perbuatan atau
tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi,
kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat

serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang


disyaratkan itu terjadi.
D. Fungsi dan Tujuan Perizinan
Selaku instrument pemerintah izin berfugsi selaku ujung tombak
instrument hokum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makur itu dijelmakan.
Tujuan Perizinan dalam arti luas tujuan

izin

yaitu

untuk

mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti keinginan pemerintah.


1.
2.
3.
4.
5.

Mengarahkan aktifitas tertentu (Sturen).


Mencegah bahaya bagi lingkungan.
Keinginan melindungi objek tertentu.
Hendak membagi benda-benda yang sedikit.
Mengarahkan dengan meyeleksi orang-orang

dan

aktivitas-

aktivitas.
Mengenai tujuan perizinan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen) aktivitas-aktivitas
terentu
(misalnya izin bangunan).
b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang,izin
membongkar pada monument-monumen).
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di
daerah padat
penduduk).
e. Izin memberikan pengarahan,dengan menyeleksi orang-orang dan
aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan drank en horecawet dimana
pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu).
E. Bentuk dan Isi Izin
Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan,
izin

selalu

dibuat

dalam

bentuk

tertulis,sebagai

ketetapan

tertulis,secara umum izin memuat hal-hal sebagai tersebut:


a.

Organ yang berwenang


Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya,biasanya dari
kepala surat dan penandantangan izin akan nyata organ mana

b.

yang memberikan izin.


Yang dialamatkan
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan,biasanya izin lahir
setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk
itu,oleh karena itu keputusan yang memuat izin akan dialamatkan
pula kepada pihak yang memohon izin.

c.

Dictum Keputusan yang memuat izin,demi alas an kepastian


hokum,harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu
diberikan.bagian keputusan ini,dimana akibat-akibat hukum yang
ditimbulkan oleh keputusan dinamakan dictum,yang merupakan
inti dari keputusan, memuat hak-hak dan kewajiban yang dituju

d.

oleh keputusan itu.


Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatsan dan syarat-syarat
Ketentuan ialah

kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada

keputusan yang menguntungkan. Pembatasan-pembatsan dalam


izin member, memungkinan untuk secara praktis melingkari lebih
lanjut tindakan yang dibolehkan, pembatasan ini merujuk batsabatas

dalam

waktu,

tempat

dan

cara

lain.

Juga terdapat syarat,dengan menetapkan syarat akibat-akibat


hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa
dikemudian
e.

yang

belum

pasti,dapat

dimuat

syarat

penghapusan dan syarat penangguhan.


Pemberi alasan
Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan
ketentuan

f.

hari

UU,

pertimbangan-pertimbangan

penetapan fakta.
Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan
Pemberitahuan tambahan dapat berisi

bahwa

hukum,

kepada

dan

yang

dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan


dalam izin,seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada
ketidakpatuhan.mungkin saja juga merupakan petunjuk-petunjuk
bagaimna sebaiknya bertidak dalam mengajukan permohonanpermohonan

berikutnya

pemerintahan

yang

atau

informasi

berhubungan

umum

dengan

dari

organ

kebijaksanaannya

sekarang atau dikemudian hari.


F. Hukum Perizinan
Hukum

adalah

suatu

rangkaian

peraturan,

yang

mengikat,

memaksa dan mempunyai sanksi. Hukum adalah salah satu bentuk


norma/kaidah

dalam

kehidupan.

Norma

yang

mengatur

dalam

kehidupan diantaranya adalah norma agama, kesusilaan, kesopanan,

adat istiadat, kebiasaan dan hukum. Hubungan antara kaidah hukum


dan kaidah-kiadah sosial lainnya saling mengisi, artinya kaidah sosial
mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat walaupun hukum
tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling memperkuat.
Bahkan sebelum kaidah hukum dikodifikasikan, kaidah-kaidah yang
lain sudah mempunyai aturan sendiri yang jelas bahkan mempunyai
sanksi. Sumber norma agama, kesusilaan , kesopanan, dan hukum
berlainan. Norma agama sumbernya kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha

Esa,

norma

kesusilaann

sumbernya

hati

nurani,

norma

kesopanan sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan


norma hukum sumbernya peraturan perundang-undangan.
Perizinan dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang. Perizinan dalam arti sempit adalah
pembebasan, dispensasi dan konsesi. Pengertian izin menurut definisi
yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Sedangkan istilah
mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan,
tidak melarang. Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum
yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal
adanya masyarakat yang memohon izin. Izin merupakan perbuatan
Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam
peraturan

berdasarkan

persyaratan

dan

prosedur

sebagaimana

ketentuan perundang-undangan.
G. Menurut Para Ahli Tentang Hukum Perizinan
1. Izin menurut Prof. Bagir Manan
Yaitu merupakan persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan

untuk

memperuraikan

tindakan

atau

perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.


2. Izin khusus
Yaitu persetujuan dimana disini terlihat adanya kombinasi antara
hukum publik dengan hukum privat, dengan kata lain izin khusus
adalah penyimpamgan dari sesuatu yang dilarang.
3. W.F Prins yang diterjemaahkan oleh Kosim Adi Saputra.

Bahwa

istilah

izin

dapat

diartikan

tampaknya

dalam

arti

memberikan dispensasi dari sebuah larangan dan pemakaiannya


dalam arti itu pula.
4. Uthrecht.
Bilamana pembuatan peraturan tidak umumnya melarang suatu
perbuatan tetapi masih juga memperkenankannya asal saja
diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit
maka perbuatan administrasi Negara memperkenankan perbuatan
tersebut bersifat suatu izin (vergunning).
5. Prajyudi Atmosoedirdjo
Suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan
oleh undang-undang yang kemudian larangan tersebut diikuti
dengan perincian dari pada syarat-syarat , kriteria dan lainnya
yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi
dari larangan tersebut disertai dengan penetapan prosedur dan
juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi
negara yang bersangkutan.
6. Sjachran Basah.
Perbuatan hukum Negara yang bersegi satu yang mengaplikasikan
peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaimana diteapakan oleh ketentuan perundangundangan yang berlaku.
7. Ateng Syafruddin.
Mengenai perizinan, ranah Hukum administrasi Negara yang
mengaturnya, karena hukum ini mengatur cara-cara menjalankan
tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat-alat perlengkapan
negara. Hukum Administrasi Negara belajar tentang perizinan
karena izin merupakan suatu hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Izin harus dimohonkan terlebih dahulu dari orang
yang bersangkutan kepada pemerintah melalui prosedur yang
telah ditentukan melalui peraturan perundang-undangan. Arti kata
orang disini, adalah orang dalam arti sebenarnya ataupun orang
dalam arti atrificial person yang berbentuk badan hukum.
Hubungan dalam bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah
kepada rakyatnya, dapat menjadi tolak ukur dalam menilai baik

buruknya suatu bentuk pelayanan. Apabila masyarakat merasa


dilayani dengan baik, maka terdapat nilai kepuasan tersendiri yang
bisa menciptakan hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan
rakyatnya. Tetapi sebaliknya, apabila masyarakat merasa didzolimi
dalam mendapatkan pelayanan yang baik, maka masyarakat akan
merasa tidak nyaman dan hilang kepercayaan terhadap kinerja
aparat/alat adminstrasi negara, sehingga bisa membuat hubungan
antara masyarakat dan pemerintah buruk.
Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah
pejabat administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah
dalam hal memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Dalam
hal pelayanan publik, izin merupakan bentuk pelayanan yang harus
diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan administratif,
yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi
yang dibutuhkan oleh publik. Izin dapat berbentuk tertulis dan atau
tidak tertulis, namun dalam Hukum Administrasi Negara izin harus
tertulis, kaitannya apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diingikan,
maka izin yang berbentuk suatu keputusan adminstrasi negara
(beschicking) dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam pengadilan. Izin
yang berbentuk beschiking, sudah tentu mempunyai sifat konkrit
(objeknya

tidak

abstrak,

melainkan

berwujud,

tertentu

dan

ditentukan), individual (siapa yang diberikan izin), final (seseorang


yang telah mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum
sesuai dengan isinya yang secara definitif dapat menimbulkan akibat
hukum tertentu).
Unsur-unsur dalam izin adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Para pihak
Objek pengaturan
Pengesahan
Pihak yang mengeluarkan
Jangka waktu (tidak ada izin yang berlaku seumur hidup)
Untuk apa izin digunakan
Alasan penerbitan izin; atribusi, delegasi dan mandate
Susunan suatu bentuk keputusan izin adalah:

1.

Nama dari organ yang berwenang

2.

Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu objek tertentu

3.

yang dilengkapi alamat


Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan. Izin-izin pada

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

umumnya merupakan permohonan.


Suatu ikhtisar peraturan perundang-undangan yang cocok
Penetapan fakta-fakta yang relevan
Pertimbangan-pertimbangan hukum
Keputusan/dictum
Motivasi dalam arti sempit
Pemberitahuan-pemberitahuan lebih lanjut
Penandatangan oleh organ yang berwenang.
Izin

merupakan

instrumen

pemerintah

dalam

melakukan

pengendalian untuk mencapai tujuannya. Menurut Ahmad Sobana,


mekanisme perizinan & izin yang diterbitkan untuk pengendalian &
pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai
mengevaluasi
dicapai,

keadaan

disamping

dan

untuk

tahapan

perkembangan

mengendalikan

arah

alat untuk
yang

perubahan

ingin
dan

mengevaluasi keadaan, potensi serta kendala yang disentuh untuk


berubah .
Tujuan sistem perizinan adalah:
a.
b.
c.
d.

Adanya suatu kepastian hukum


Perlindungan kepentingan umum
Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan
Pemerataan distribusi barang tertentu
Syarat Sah Perizinan
Syarat sahnya suatu perizinan adalah harus sesuai rencana tata
ruang, pendapat masyarakat serta pertimbangan dan rekomendasi
pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau
kegiatan tersebut, kewenangan yang dikeluarkan bisa berbentuk
atribusi, delegasi, mandat.

H. Jenis dan Macam Izin


1. Izin lokasi, izin trayek, izin penggunaan trotoar
2. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
3. Izin gangguan, izin pemakaian tanah dan

bangunan

milik

pemerintah
4. Surat Izin Usaha Kepariwisataan, izin pembuatan jalan masuk
pekarangan

5. Izin reklame, izin penggalian daerah milik jalan


6. Izin pematangan tanah
7. Izin pembuatan jalan di dalam kompleks perumahan, pertokoan
dan sejenisnya
8. Izin pemanfaatan

titik

tiang

pancang

reklame,

jembatan

penyebrangan orang dan sejenisnya.


9. Tanda Daftar Perusahaan
10.
Izin Usaha Perdagangan, izin usaha industri, tanda daftar
gudang.
11.
Izin pertambangan
Pemerintahan

daerah

dalam

mengurus

kewenangannya

mengeluarkan kebijakan berbentuk Perda, keputusan kepala daerah,


dan peraturan lainnya. Salah satu bentuk perwujudan kewenangan
tersebut

adalah

perizinan.

Perizinan

sebagai

bentuk

ketetapan

merupakan tindakan sepihak dari administrasi negara. Contoh atribusi


yang memberikan kewenangan kepada administrasi negara adalah
pasal 157 UU No.12/2008, yang menentukan sumber pendapatan
daerah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil pajak daerah


Hasil retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain dan PAD yang sah
Dana perimbangan
Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Sanksi hukum administrasi yang khas antara lain:


a.
b.

Bestuurdwang (paksaan pemerintah)


Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan

c.
d.

(izin, pembayaran,)
Pengenaan denda adminstrasi
Dwangsom
Sanksi atas pelanggaran izin dapat berbentuk:

a.
b.
c.

Sanksi administratif
Sanksi perdata
Penjara dan pidana denda

I. Hambatan dalam perizinan


a.
Belum adanya sistem perizinan
b.

yang

baku,

integratif

komprehensif.
Banyaknya berbagai instansi yang mengeluarkan izin.

dan

c.

Tersebarnya peraturan tentang perizinan dalam berbagai peraturan

d.

perundang- undangan.
Diadakannya izin hanya semata-mata dengan tujuan pemasukan
bagi pendapatan daerah.

J. Instrumen Hukum Keperdataan


1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan
Ketika membahas kedudukan hukum

pemerintah,

telah

disebutkan bahwa pemerintah dalam melakukan kegiatan seharihari tampil dengan dua kedudukan, sebagai wakil dan badan
hukum dan wakil dari jabatan pemerintahan. Sebagai wakil dari
badan hukum, kedudukan hukum pemerintah tidak berbeda
dengan seorang atau badan hukum perdata pada umumnya, yaitu
diatur dan tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum keperdataan,
seta dapat melakukan tindakan hukum keperdataan.
W.F Prins mengatakan, badan pemerintah memang gemar
memakai bentuk hukum perdata. Jalan menurut hukum public
acapkali sukar untuk ditempuh, sebab didalam ini administrasi
Negara harus tunduk kepada berbagai perturan, yang dalam
praktiknya terasa mengikat sekali, tetapi pada dasarnya baik, oleh
karena yang dibelautamakan bukan kepentingan administrasi
Negara sendiri, melainkan kepentingan publik. Keinginan untuk
melepaskan diri dari pembatasan yang diletakan oleh hukum public
perdata.
Penggunaan instrument hukum public merupakan fungsi dasar
dari

organ

pemerintah

dalam

menjalankan

tugas-tugas

pemerintah, sedangkan penggunaan instrument hukum prifat


merupakan
menurut

konsekuensi
pemerintah

paham
untuk

Negara

kesejahteraan,

mengusahakan

yang

kesejahteraan

masyarakat. Dalam memenuhi tuntutan ini, organ pemerintah


tidak cukup jika hanya menggunakan instrument hukum public,
tetapi juga menggunakan instrumen keperdataan terutama guna
mencapai efektifitas dan efisien pelayanan terhadap masyarakat.
Menurut Indroharto, penggunaan instrumen keperdataan ini
ada beberapa keuntungan, yaitu:

1. Warga masyarakat sendiri sejak dulu sudah bisa dikecimpungi


dalam suasana kehidupan hukum perdata.
2. Lembaga-lembaga keperdataann itu ternyata juga sudah
terbukti kemanfaatanya dan sudah bisa merupakan bentukbentuk

yang

digunakan

dalam

pengaturan

perundang-

undangan yang luas maupun yurisprudensi.


3. Lembaga-lembaga keperdataan demikian itu hamper selalu
dapat diterapkan untuk segala keperluan dan kebutuhan
karena sifatnya yang sangat fleksibel dan jelas sebagai
instrumen.
4. Lembaga-lembaga keperdataan yang demikian itu juga selalu
dapat diterapkan karena bagi pihak-pihak yang bersangkutan
memiliki

kebebasan

untuk

menentukan

sendiri

isi

dari

perjanjian yang hendak mereka buat.


5. Sering kali terjadi dimana jalur hukum public menemui jalan
buntu, tetapi jalur yudiris menurut hukum perdata malah
dapat memberi jalan keluarnya.
6. Keteganggan yang disebabkan oleh tindakan yang selalu
bersifat sepihak dari pemerintah dapat dikurangi.
7. Berbeda dengan tindakan-tindakan yang bersifat sepihak dari
pemerintah, maka tindakan-tindakan menurut hukum perdata
ini

hampir

selalu

dapat

memberikan

jaminan-jaminan

kebendaan, misalnya untuk ganti rugi.


2. Instrumen Hukum Keperdataan yang Dapat Digunakan Pemerintah
Meskipun

pemerintah

wakil

dari

badan

hukum

dapat

melakukan tindakan-tindakan hukum keperdataan, namun tindakan


hukum pemerintah berbeda dengan tindakan hukum manusia pada
umumnya.

Perlu

ditegaskan

pula

bahwa

ketika

pemerintah

menggunakan instrumen hukum keperdataan, tidak serta merta


terjadi hubungan hukum antara pemerintah dengan seseorang
atau badan hukum perdata berdasarkan prinsip kesetaraan dan
kemandirian

masing-masing

pihak,

sebagaimana

lazimnya

hubungan hukum dua pihak atau lebih dalam bidang perdata.


Bentuk-bentuk instrumen hukum perdata
yang dapat
dipergunakan oleh pemerintah pada perjanjian dalam rangka

menjalankan

kegiatan

pemerintahnya,

pemerintah

dapat

menggunakan perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai


berikut.
a.

Perjanjian Perdata Biasa


Pemerintah sering menggunakan perjanjian dalam memenuhi
berbagai keperluan pemerintahnya, dan menjadi salah satu
pihak dalam perjanjian ini. Pemerintah banyak melakukan
perjanjian keperdataan yang mencakup semua hubungan
hukum seperti jual beli, sewa menyewa, pemborongan, dan

b.

lain-lain.
Perjanjian Perdata dengan Syarat-syarat Standar
Pemerintah

dapat

pula

menggunakan

instrumen

hukum

keperdataan untuk membuat perjanjian dengan pihak swasta


dalam rangka melakukan tugas-tugas tertentu, misalnya
tugas-tugas atau pekerjaan yang tidak sepenuhnya dapat
diselenggarakan sendiri oleh pihak pemerintah.
Pada umumnya, perjanjian dengan syarat-syarat standar ini
berbentuk konsesi, sebagaimana telah dijelaskan diatas.
Indroharto menyebutnya dengan kontrak adhesia, yaitu suatu
perjanjian yang seluruhnya telah disiapkan secara sepihak
sehingga pihak lawan berkontraknya tidak ada pilihan lain
kecuali menerima atau menolaknya, seperti yang terjadi pada
perjanjian distribusi aliran tenaga listrik, gas dan air minum.
c.

Perjanjian Mengenai Kewenangan public


Menurut Idroharto, yang dimaksud perjanjian

mengenai

kewenangan pemerintah adalah perjanjian antara badan atau


pejabat tata usaha Negara dengan warga masyarakat dan
yang diperjanjikan adalah mengenai cara badan atau pejabat
tata usaha Negara menggunakan wewenang pemerintahanya.
Bila pemerintah telah menggunakan instrumen perjanjian
untuk

menjalankan

wewenang

pemerintahnya,

maka

pemerintah disampiang terikat dengan isi perjanjian tersebut


juga terikat dengan azas kepercayaan dan asaz kejujuran atau

asaz permainan yang layak, sebagaimana yanvg terdapat


d.

dalam asaz-asaz umum pemerintahan yang baik.


Perjanjian Mengenai Kebijakan Pemerintah
Kewenangan luas yang disebutkan pemerintah atas dasar
freies

ermessen,

dimungkinkan

yang

pula

kemudian

dijalankan

melahirkan
dengan

kebijakan

menggunakan

perjanjian. Indroharto menyebutkan bahwa yang dijadikan


objek

persoalan

dalam

hal

ini

adalah

mengenai

hak

kebendaan pemerintah sebagai sarana untuk mencapai tujuntujuan

dari

kebijakan

yang

ditempuhnya.

Lebih

lanjut

disebutkan bahwa dalam perjanjian ini dimasukan klausula


mengenai:
1. Kemungkinan-kemungkinan

penggunaan

maupun

pendirian bangunan-bangunan (peraturan tata ruang)


2. Ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk pemindah
tanganan harta kekayaan Negara
3. Syarat-syarat untuk kelestarian lingkungsn hidup
4. Ketentuan yang harus selalu dilaksanakan oleh mereka
yang diberi izin melakukan usaha-usaha social.
5. Persyaratan untuk pengelolaan usaha parkir kendaraan
diseluruk

kota,

perusahaan

pompa

bensin,

dan

sebagainya.
6. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh
para developer dari suatu real estate sebelum maupun
selama pekerjaan pembangunan dilapangan dikerjakan.

Izin Usaha Pertambangan


1. Pengertian Izin Usaha pertambangan
Izin usaha Pertambangan adalah pemberian izin untuk melakukan usaha
pertambangan kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Izin Usaha Pertambangan diberikan dalam bentuk
surat keputusan Izin Usaha Pertambangan.

Izin Usaha Pertambangan terdiri atas dua tahap:

Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan


umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan


konstruksi,

penambangan,

pengolahan

dan

pemurnian,

serta

pengangkutan dan penjualan.


Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dan pemegang Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau
seluruhnya.
Izin Usaha Pertambangan diberikan oleh:
Bupati / Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada di
dalam satu wilayah kabupaten / kota;
1. Gubernur apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada
lintas

wilayah

kabupaten

kota

dalam

provinsi

setelah

mendapatkan rekomendasi dari Bupati / Walikota setempat sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
2. Menteri apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada
lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari
Gubernur dan Bupati / Walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
Izin Usaha Pertambangan diberikan kepada:

Badan usaha.

Koperasi.

Perseorangan.

Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan


umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan wajib memuat ketentuan
sekurang kurangnya:

Nama perusahaan.

Lokasi dan luas wilayah.

Rencana umum tata ruang.

Jaminan kesungguhan.

Modal investasi.

Perpanjangan waktu tahap kegiatan.

Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan.

Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan.

Jenis usaha yang diberikan.

Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar


wilayah pertambangan.

Perpajakan.

Penyelesaian perselisihan.

Iuran tetap dan iuran eksplorasi.

Amdal.

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,


Penambangan, Pengolahan dan Pemurnian wajib memuat ketentuan
sekurang kurangnya.

1. Nama perusahaan.
2. Luas wilayah.
3. Lokasi penambangan.
4. Lokasi pengolahan dan pemurnian.
5. Pengangkutan dan penjualan.
6. Modal investasi.
7. Jangka waktu berlakunya Izin Usaha Pertambangan.
8. Jangka waktu tahap kegiatan.
9. Penyelesaian masalah pertanahan.
10.

Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang.

11.

Dana jaminan reklamasi dan pasca tambang.

12.

Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan.

13.

Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan.

14.

Rencana pengembangan dan pernberdayaan masyarakat di

sekitar wilayah pertambangan.


15.

Perpajakan.

16.

Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap

dan iuran produksi.


17.

Penyelesaian perselisihan.

18.

Keselamatan dan kesehatan kerja.

19.

Konservasi mineral atau batubara.

20.

Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri.

21.

Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan

pertambangan yang baik.


22.

Pengembangan tenaga kerja Indonesia.

23.

Pengelolaan data mineral atau batubara.

24.

Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi

pertambangan mineral atau batubara.


Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan
umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan Izin Usaha Pertambangan
diberikan untuk satu jenis mineral atau batubara.
Pemegang
Penyelidikan

Izin

Usaha

umum,

Pertambangan

Eksplorasi,

dan

Eksplorasi
Study

meliputi

kelayakan

kegiatan

Izin

Usaha

Pertambangan.
menemukan mineral lain di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang
dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan mengusahakan mineral adalah Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,
Penambangan, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan
baru kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan
Konstruksi, Penambangan, dapat menyatakan tidak berminat untuk
mengusahakan mineral lain yang ditemukan tersebut.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan yang tidak berminat untuk
mengusahakan mineral lain yang ditemukan wajib menjaga mineral lain
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lain.
Izin Usaha Pertambangan untuk mineral lain dapat diberikan kepada pihak
lain oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

2. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi.


Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral
logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama delapan tahun.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan
logam dapat diberikan paling lama dalam jangka waktu tiga tahun dan
mineral bukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu
paling lama tujuh tahun.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama tiga tahun.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batubara
dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama tujuh tahun.
Dalam hal kegiatan Eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau
batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi Izin Usaha
Pertambangan.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang ingin menjual
mineral atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan
pengangkutan dan penjualan Izin sementara yang diberikan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Mineral atau batubara yang tergali dalam hal kegiatan ekpolorasi dan
kegiatan study kelayakan, pemegang Izin Usaha Pertambangan Ekplorasi
yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan
kepeda pemberi Izin Usaha Pertambangan dikenai iuran produksi.
3. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi.
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang
diberikan setelah selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh

Izin

Usaha

Pertambangan

kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.

Operasi

Produksi

sebagai

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan


usaha, koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan.
Pertambangan Tanpa Izin adalah usaha pertambangan yang dilakukan
oleh

perseorangan,

sekelompok

orang,

atau

perusahaan

yayasan

berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dari instansi
pemerintah sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku.
Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau surat berbentuk apapun yang
diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang, perusahaan atau
yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai Pertambangan
Tanpa Izin.
Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat
dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
4. Dasar Hukum
Dasar hukum perizinan usaha Pertambangan bahan galian Batuan adalah
sebagai berikut :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal


33 ayat 3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan


Mineral dan Batubara (LN Tahun 1999 Nomor 4, TLN 4959).

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 Tentang perubahan ke


tiga atas PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Mineral dan Batu bara.

5. Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pertambangan


5.1. Persyaratan Permohonan Izin.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam permohonan Izin Usaha


Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
. Administratif;

Teknis;

Lingkungan; dan

Finansial.

A. Persyaratan administratif
1. Untuk badan usaha untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Susunan Direksi dan daftar pemegang saham;
c. Surat keterangan domisili
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Profil badan usaha;
c.

Akte

pendirian

badan

usaha

yang

bergerak

di

bidang

usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;


d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
f. Surat keterangan domisili.
2. Untuk koperasi untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Surat susunan pengurus;
c. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan meliputi:
a. Surat permohonan;

b. Profil koperasi;
c. Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan pengurus; dan
f. Surat keterangan domisili.
3. Untuk perseorangan untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Kartu tanda penduduk;
c. Nomor pokok wajib pajak; dan
d. Surat keterangan domisili.
4. Untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer untuk IUP
Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham;
c. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Profil perusahaan;
c.

Akte

pendirian

perusahaan

yang

bergerak

di

pertambangan;
d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
f. Surat keterangan domisili.

bidang

usaha

B. Persyaratan teknis meliputi:


1. IUP eksplorasi ;
a. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
b. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang
dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang
berlaku secara nasional.
2. IUP operasi produksi ;
a. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
secara nasional;
b. Laporan lengkap eksplorasi;
c. Laporan studi kelayakan;
d. Rencana reklamasi dan pascatambang;
e. Rencana kerja dan anggaran biaya;
f. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
operasi produksi; dan
g.

Tersedianya

tenaga

ahli

pertambangan

dan/atau

geologi

yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.


C. Persyaratan lingkungan meliputi:
1. Untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan
peraturan

perundang-undangan

di

bidang

perlindungan

dan

pengelolaan lingkungan hidup.


2. IUP Operasi Produksi ;
a.

Pernyataan

kesanggupan

untuk

mematuhi

ketentuan

peraturan

perundang undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup; dan
b. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
D. Persyaratan finansial meliputi:
1. IUP Eksplorasi ;
a.

Bukti

penempatan

eksplorasi; dan

jaminan

kesungguhan

pelaksanaan

kegiatan

b. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang


WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran
lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan
pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan
atas permohonan wilayah.
2. IUP Operasi Produksi ;
a. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan
publik;
b. Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan
c. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran
lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir.
Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh

Izin

Usaha

Pertambangan

Operasi

Produksi

sebagai

kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.


Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada
badan usaha, koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan.
Pertambangan Tanpa Izin adalah usaha pertambangan yang
dilakukan

oleh

perseorangan,

sekelompok

orang,

atau

perusahaan

yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dari
instansi pemerintah sesuai peraturan perundang undangan yang
berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau surat berbentuk
apapun

yang

diberikan

kepada

perseorangan,

sekelompok

orang,

perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan


peraturan perundang undangan yang berlaku, dapat dikategorikan
sebagai Pertambangan Tanpa Izin.
Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah
izin

untuk

melaksanakan

usaha

pertambangan

dalam

pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

wilayah

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam kondisi ketahanan ekonomi masyarakat yang rapuh, tentu
tidak mudah bagi mereka untuk mendapatkan sumber ekonomi alternatif.
Bukankah

ilmuan

sosial

beraliran

strukturalis,

sejak

awal

sudah

mengingatkan bahwa kemiskinan disebabkan ketiadaan akses masyarakat


terhadap sumber-sumber ekonomi. Dengan demikian, menghentikan
penambangan sama dengan menghilangkan akses ekonomi masyarakat
yang tentu dapat melahirkan tambahan angka-angka kemiskinan. Pada
sisi yang lain, kemiskinan dapat menimbulkan berbagai efek sosial
lainnya,seperti pencurian hingga konflik horizontal.
Kedua

dari

sisi

administrasi

pemerintah,

perijinan

tambang

merupakan urusan atau kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Bagian


lampiran dari undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah
Daerah, menyebutkan urusan bidang energi dan sumber daya mineral
merupakan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

Pemerintah pusat menetapkan kawasan lindung, sementara pemerintah


provinsi

memiliki

kewenangan

penerbitan

izin

penggalian.

Dengan

demikian, penambangan emas baik oleh perseorangan maupun korporasi


harus memiliki izin penggalian dari pemerintah provinsi. Sedangkan
pemerintah kabupaten/kota hanya memiliki

kewenangan pada urusan

energy baru dan terbarukan. Pun kewenangan yang diberikan dibatasi


hanya pada penerbitan izin pemanfaatan langsung panasa bumi dalam
daerah kabupaten/kota.
Ketika penambangan berlokasi di Desa, maka tentu ada jalur
birokrasi yang panjang dalam menyelesaikan persoalan itu. Struktur
birokrasi yang panjang merupakan salah satu faktor penghambat
implementasi suatu kebijakan publik. Maka ditinjau dari kacamata
kebijakan

publik,

berhadapan

pengendalian

dengan

kesulitan

pertambangan
birokratis.

di

daerah

Melarang

saat

ini

masyarakat

menambang, tentu kewenangan pemerintah provinsi, oleh karenanya


sangat membutuhkan responsivitas yang cepat dari pemerintah provinsi,
sebelum tambang itu digali dan lingkungan itu rusak.
Dalam konteks ini, diperlukan komunikasi antar tingkatan birokrasi.
Dalam kasus ini tentu komunikasi antar pemerintah provinsi dengan
pemerintah kabupaten/kota hinga pemerintah desa. Komunikasi dalam
pengendalian dan implementasi kebijakan diperlukan agar pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota hingga pemerintah desa sebagai
implementasi kebijakan memiliki pemahaman yang sama terhadap objek
kebijakan

(tambang).

Tentu

pemerintah

desa

dan

pemerintah

kabupaten/kota harus memberikan penjelasan yang rasional dan data


yang

validitasnya

dapat

dipertanggung

jawabkan

terhadap

kasus

penambangan illegal tersebut.


Apabila kajian berdasarkan data-data kuantitatif maupun kualitatif
telah disusun, dan menurut pemerintah provinsi penambangan itu harus
ditutup,

maka

persoalan

yang

harus

dipikirkan

berikutnya

adalah

bagaimana dengan pekerjaan masyarakat penambang. Kewajiban moril

dari pemerintah memikirkan tempat kerja yang lain dari masyarakat yang
telah

terlanjur

memiliki

ketergantungan

ekonomi

tinggi

terhadap

tambang. Tentu kebijakan ini dilematis. Pemerintah harus membiarkan


penambangan ilegal terus terjadi dengan ancaman kerusakan lingkungan
menganga di depan. Atau menutup tambang ilegal meskipun tidak
populer dihadapan masyarakat penambang.
Tentu saja jika aktor yang berhadapan hanya pemerintah dan
masyarakat penambang, pilihan kebijakana ini sangat sedrhana. Tetapi
akan menjadi tidak mudah apabila aktor yang memiliki kepentingan
terhadap tambang illegal ini kompleks. Adanya penumpang gratis dibalik
kebijakan ini patut diwaspadai. Trmasuk jika ada pemodal besar yang ikut
menari diatas punggung politik tambang illegal tersebut. Biasanya
kemampuan pemodal dan penumpang gratis jauh lebih maju dibanding
pemerintah. Dalam kondisi demikian diperlkan kehadiran konsep negara
kuat, yakni negara yang pemerintahannya efektif, responsif, sekaligus
tegas dan berani.

Daftar Pustaka

Hadjon, Philipus M, 1997, Pengantar Hukum Adminstrasi Indonesia,


cet. Ke-5, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ridwan H.R. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Rajawali
Press
Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat, 2010, Hukum Adminstrasi
Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, cet.ke-1, Bandung:
Nuansa.

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan


Mineral dan Batubara (LN Tahun 1999 Nomor 4, TLN 4959).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 Tentang perubahan ke


tiga atas PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Mineral dan Batu bara.

MATA KULIAH :
Hukum Perizinan
Dosen : Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo, SH., M.Hum
IZIN PERTAMBANNGAN

OLEH:
TAHARUDIN
NIM : I2B015091
Jurusan : Pemerintahan

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MATARAM
2016

Anda mungkin juga menyukai