Anda di halaman 1dari 33

KETENAGAKERJAAN

Tugas Untuk Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Penganmpu :
Drs. Edy Yusuf Agung Gunanto, M.Sc., Ph. D.
Dr. Hastarini Dwi Atmanti, S.E., M.Si.
Disusun oleh : Kelompok 4

1. Mitha Cornela (12030118130237 )


2. Mitha Rizky Nur R (12030118120097)
3. Serafika Prakasita (12030118120069)
4. Tri Sukma Wiranti (12030118120027)
5. Aulia Febria Istyowati (12030118120079)
6. Marita Sekar Febriandani (12030118130137)
7. Tan, Novita Angelina (12030118130111)
8. Shafera Altiara (12030118120021)
9. Eni Lutfiatun (12030118120091)
10. Ramadhani Awwalia (12030118120007)
11. Galih Alfian Pratama (12030118130147)
12. Himarani Hidayatulloh (12030118120072)
13. Amilatuz Zulfa (12030118120055)
14. Farah Fadhilah (12030118130167)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi virus Covid – 19 atau yang lebih dikenal dengan corona yang menimpa
Indonesia mulai dari Maret 2020 lalu, mengakibatkan banyak dampak negatif bagi
seluruh sektor yang ada, termasuk sektor ketenagakerjaan. Salah satu dampak negatif
yang ditimbulkan adalah meningkatnya jumlah penggangguran yang diakibatkan oleh
terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar – besaran. Gelombang
PHK ini terjadi hampir di semua sektor industri yang ada.

Berdasarkan data yang berasal dari Kementerian Ketenagakerjaan per 27 Mei 2020,
pekerja sektor formal yang dirumahkan adalah sebesar 1.058.284 pekerja dan pekerja
sektor formal yang terkena PHK sebesar 380.221 pekerja. Di sisi lain, pekerja sektor
informal yang terkena PHK sebesar 318.959 pekerja. Selain itu, terdapat 34.179 calon
pekerja migran yang gagal diberangkatkan dan 465 pemagang yang dipulangkan. Total
pekerja yang terdampak pandemi ini Covid-19 sebanyak 1.792.108 pekerja.

Perusahaan terpaksa melakukan PHK karena berbagai alasan, yaitu lemahnya


permintaan pasar yang diakibatkan oleh penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Selain itu, karena adanya PSBB, banyak perusahaan yang dilarang untuk
beroperasi sehingga pendapatan perusahaan menjadi berkurang. Alasan lainnya adalah
keterbatasan modal yang ada yang akan digunakan perusahaan untuk menjalankan
aktivitasnya dan keterbatasan aliran kas yang ada untuk membiayai pengeluaran yang
dilakukan perusahaan, termasuk membayar gaji karyawan.

1.2 Urgensi Permasalahan

PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Nasional Skala Besar (PSBB) yang
diberlakukan dalam rangka percepatan penanganan penyebaran virus Corona telah
menyerang perekonomian, berimbas peningkatan jumlah pengangguran, yang pada
akhirnya akan berbalik melemahkan perekonomian itu sendiri.

Kementrian ketenagakerjaan mencatat, hingga 27 Mei 2020 sebanyak 1,79 juta


buruh terdampak pandemi covid-19. Menteri ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut
angka tersebut merupakan hasil pendataan kemenaker bersama BPJS ketenagakerjaan.
Rinciannya adalah sebanyak 1.058.284 pekerja formal dirumahkan, 380.221 pekerja
formal di PHK, dan 318.959 pekerja informal terdampak pandemi covid-19.

1200000
Column1
1000000

800000

600000
Column1

400000

200000

0
Pekerja Formal Pekerja formal di Pekerja informal
dirumahkan PHK terdampak

Dan angka tersebut diproyeksikan meningkat. Dikutip katadata.co.id menurut Badan


Kebijakan Fiskal, telah dirancang tiga proyeksi kenaikan. Pada perhitungan dasar
(normal), tingkat pengangguran terbuka (TPT) diperkirakan sebesar 5,18%. Sedangkan
tingkat kemiskinan sebesar 9,18%.

Pada perhitungan berat, TPT diprediksi sebesar 7,33% dan kemiskinan 9,88%.
Adapun pada perhitungan sangat berat, TPT mencapai 9,02% dan kemiskinan bisa
tembus dua digit menjadi 10,98%. 
Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan sejalan dengan peningkatan
tingkat pengangguran. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam suatu
usaha. Peningkatan pengangguran menujukkan penurunan produksi dari sebelumnya jika
faktor lain tidak berubah dan menunjukkan terjadinya perlambatan dalam perekonomian.
Lebih lanjut, apabila tidak segera ditangani tingkat pengangguran yang tinggi berdampak
buruk bagi perekonomian dan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap sektor apa saja yang paling terdampak oleh
pandemi dan melakukan pemutusan hubungan kerja, dampak peningkatan pengangguran
terhadap perekonomian, dan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menanganinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tenaga Kerja


1. Pengertian Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1
ayat 2 menyebutkan bahwa :

“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.”

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa pengunaan


istilah pekerja selalu diikuti dengan istilah buruh yang menandakan bahwa Undang-
undang ini mengartikan dengan istilah maknanya sama. Dalam Pasal 1 angka 3
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan
pengertian.
“Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.”

Dari pengertian tersebut, dapat dilihat beberapa unsur-unsur yang melekat dari
istilah pekerja atau buruh, yaitu sebagai berikut :
1. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja tetapi
harus bekerja)
2. Menerima imbalan/upah sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut.

2. Klasifikasi Tenaga Kerja


 Berdasarkan penduduknya
a. Tenaga Kerja
Menurut Undang-undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara
15 tahun sampai dengan 64 tahun.
b. Bukan Tenaga Kerja
Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka
adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para
pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

 Berdasarkan Batas Kerja


a. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja,
maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
b. Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas
yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan
sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa,
para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.

 Berdasarkan kualitasnya
a. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau
pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru,
dan lain-lain.
b. Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja
terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu
menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah,
mekanik, dan lain-lain.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh
angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
2.2 Dinamika Ketenagakerjaan di Indonesia

Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi perhatian
utama disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang sedang berkembang, khususnya
Indonesia. Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya
menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan antar satu dengan yang
lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak mampu dalam memanfaatkan
dan meminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua permasalahan tersebut dengan
baik. Berdasarkan data yang dirilis (World Bank, 2013), disebutkan bahwa jumlah
angkatan kerja atau tenaga kerja di Indonesia merupakan yang terbesar keempat didunia.
Artinya jumlah angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Berdasarkan data dari BPS (2014) angkatan kerja Indonesia berjumlah 122.742.601
jiwa, dan mengalami peningkatan menjadi 125.316.991 jiwa pada tahun 2014. Dalam hal
ini pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal wajib dilakukan oleh pemerintah, jika
pemerintah ingin survive dalam pembangunan, jika tidak perlahan tapi pasti
bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap (pengangguran) akan menjadi
beban dan penghambat dalam perekonomian dan pada akhirnya menjadi masalah
(Faedlulloh, 2015). Selain menjadi beban dan penghambat dalam pertumbuhan
perekonomian suatu negara, pengangguran juga digunakan menjadi salah satu indikator
dari pasar tenaga kerja yang ada.

Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi suatu prestasi dalam suatu


negara demikian juga sebaliknya. Namun pada kenyataannya belum mencerminkan
masalah ketenagakerjaan yang sebenarnya. Konsep pengangguran disini diartikan
sebagai penduduk yang memasuki usia kerja (15–65 tahun) yang sedang mencari kerja,
mempersiapkan usaha, putus asa dan sudah punya pekerjaan tapi belum memulai
bekerja. Secara umum upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran yang terjadi di
negeri ini cukup berhasil, khususnya dalam menyediakan lapangan kerja meskipun tidak
semua mampu terserap.

Berdasarkan data dari BPS RI dalam 10 tahun terakhir trend penurunan tingkat
pengangguran di Indonesia cukup tinggi, yang mana pada tahun 2005 pengangguran di
Indonesia sebesar 10,3 persen (dari total jumlah usia kerja) dan mengalami penurunan
menjadi 7,0 persen (dari total jumlah usia kerja) pada tahun 2015. Namun dalam
perjalanannya ada beberapa permasalahan yang menyebabkan belum maksimalnya
penyerapan tenaga kerja yang terjadi kurang tersedianya lapangan pekerjaan tersebut.
Dikutip dari laporan bisnis di Indonesia, World Bank dan IFC (2012) menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor utama yang menjadi hambatan penyerapan tenaga kerja di
Indonesia, yaitu kurangnya tenaga kerja terdidik, infrastruktur yang buruk dan kerangka
kebijakan yang berbelit-belit. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Purna dkk (2010) rendahnya penyerapan tenaga kerja terjadi karena Link and Match
(keterkaitan dan kecocokan) antara dunia pendidikan dan dunia usaha belum berjalan
dengan baik dan masih banyak permasalahan-permasalahan yang lainnya.

Dengan mengacu pada permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran tersebut,


maka perlu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang menjadi penghambat
dalam menciptakan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan pengangguran dalam
upaya meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

2.3 Permasalahan Dinamika Ketenagakerjaan di Indonesia


a. Daya saing tenaga kerja
Dari berbagai survey yang dilakukan oleh BPS dapat disimpulkan bahwa daya
saing tenaga kerja Indonesia relatif masih rendah dibandingkan dengan daya saing
negara tetangga. Rendahnya daya saing di sebabkan rendahnya mutu SDM sebagai
akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kompetensi kerja dan
kecocokan skill dengan kecocokan pekerjaan.
b. Pasar Kerja Tenaga Kerja
Masih rendahnya peningkatan pasar kerja di bandingkan peningkatan jumlah
tenaga kerja, meski pertambahan lapangan kerja selama 5 tahun terakhir cukup
banyak dibandingkan pertambahan angkatan kerja. Kondisi ini menyebabkan
kelebihan tenaga kerja (labour surplus economy). Disamping kondisi pasar kerja,
juga pada pasar yang kurang berkualitas sehingga produktivitas dari tenaga kerja
juga masih rendah
c. Hubungan Industrial
Masih belum terjalinnya hubungan Industrial antara pemerintah, pekerja dan
perusahaan dengan baik. Mengakibatkan rendahnya daya saing tenaga kerja dan
salah satu penyebab pengangguran. Sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku
dalam proses produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja
buruh dan pemerintah. Permasalahannya, hubungan industrial saat ini masih belum
harmonis. Seperti : peraturan perusahaan (PP), perjanjian kerja bersama (PKB),
lembaga kerja sama (LKS) bipartit, lembaga kerja sama (LKS) tripartit, peran SP/SB
dan asosiasi pengusaha.
d. Pengawasan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Pelaksanaan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan juga masih sangat
rendah di Indonesia. Ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran dalam
hubungan kerja, jam kerja, kerja lembur dan upah antara tenaga kerja dan
perusahaan.
e. Link and Match
Ketidaksesuaian antara perusahaan dan tenaga kerja dalam mendapatkan pekerja
dan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian juga merupakan permasalahan dalam
menciptakan pengangguran di Indonesia. Link and Match merupakan konsep
keterkaitan dan kesepadanan antara skill yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan
kebutuhan kerja yang dibutuhkan. Link and Match masih menjadi masalah utama
yang harus diselesaikan dalam mengurangi pengangguran di Indonesia.

2.4 Pengangguran
 Pengertian
1. Menurut Yanuar (2009) pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja
yang ingin memperoleh pekerjaan tapi belum mendapatkannya.
2. Nanga (2005: 249) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.

 Jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibedakan menjadi :
1. Pengangguran Friksional
Jenis pengangguran ini biasanya disebabkan karena transisi sementara
dalam kehidupan seseorang. Misalnya, kondisi ketika seseorang meninggalkan
pekerjaan lama namun belum menemukan pekerjaan baru atau ketika lulusan
baru yang sedang mencari pekerjaan. Selain itu istilah ini juga dapat ditujukan
kepada pekerja yang dipecat atau dalam beberapa kasus diberhentikan karena
alasan spesifik bisnis seperti penutupan pabrik.
2. Pengangguran Siklis
Jenis pengangguran ini disebabkan karena pengurangan tenaga kerja
sebagai akibat dari siklus bisnis atau fluktuasi ekonomi seperti resesi. Ketika
kondisi ekonomi memburuk karena pengaruh penurunan permintaan konsumen
untuk barang dan jasa maka semakin menurun produksi dan semakin sedikit
pula pekerja yang dibutuhkan.
3. Pengangguran Struktural
Jenis pengangguran ini terjadi ketika ada ketidakcocokan antara
keterampilan yang dimiliki pekerja dengan yang dibutuhkan perusahaan.
Biasanya ini terjadi karena ada perubahan pada ekonomi seperti yang
disebabkan oleh industrialisasi atau globalisasi.
4. Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini menggambarkan situasi ketika pekerja menjadi
pengangguran pada waktu-waktu tertentu dalam setahun ketika permintaan
menurun. Biasanya ini terjadi pada industri musiman seperti pertanian,
pariwisata atau kontruksi.
5. Pengangguran Jangka Panjang
Istilah pengangguran jangka panjang ditujukan pada orang yang tidak
memiliki pekerjaan selama 27 minggu atau lebih. Pengangguran jangka panjang
bisa disebabkan karena jenis pengangguran siklis atau struktural. Dengan kata
lain pengangguran jangka panjang bisa disebabkan karena resesi atau karena
skill pekerja tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pasar.
6. Pengangguran Klasik
Pengangguran ini biasanya terjadi karena situasi dimana upah lebih tinggi
daripada yang dapat didukung oleh hukum penawaran dan permintaan.
Biasanya terjadi karena perusahaan harus membayar lebih per karyawan,
akibatnya mereka hanya mampu menggaji beberapa karyawan dan memaksa
mereka memberhentikan yang lainnya.
7. Pengangguran Terselubung
Jenis pengangguran ini disebut terselubung karena meski tidak dihitung
dalam kategori pengangguran, namun pekerjaan mereka terbilang sangat sedikit
dalam hal produktivitas. Sehingga walaupun posisi mereka dihilangkan, output
perusahaan tidak terpengaruh.
8. Pengangguran Kasual
Jenis pengangguran ini terjadi ketika pekerja tidak memiliki pekerjaan
karena kontrak kerja yang berakhir. Biasanya ini terjadi pada pekerja yang
dipekerjakan secara harian atau kontrak di mana mereka harus meninggalkan
pekerjaan begitu kontrak berakhir.

 Dampak Pengangguran
Pengangguran memberikan dampak negatif pada berbagai bidang kehidupan,
antara lain:
1. Menurunkan PDB suatu negara
2. Daya beli dan konsumsi masyarakat menurun
3. Angka ketergantungan meningkat
4. Timbulnya tindakan kriminalistas
5. Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun
6. Keterampilan masyarakat menurun

 Cara Mengatasi Pengangguran


Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi pengangguran guna mencegah
dampak buruk yang ditimbulkannya, cara tersebut antara lain:
1. Perluasan kesempatan kerja melalui perluasan produksi, peningkatan investasi,
penyediaan prasarana, peningkatan ekspor, dan penggalakkan program padat
karya (melibatkan banyak tenaga kerja dalam melakukan suatu proses
produksi).
2. Mengurangi urbanisasi guna mencegah pengangguran di kota besar.
3. Penggunaan teknologi yang tepat yang disesuaikan dengan teknologi yang
sifatnya padat karya.
4. Memperbaiki mutu pendidikan yang menciptakan keseimbangan antara dunia
kerja dan dunia pendidikan.
5. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga
Berencana (KB).
6. Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja melalui kerja sama
dengan perusahaan dan kampus dalam melaksanakan kegiatan job fair dan
magang.
 Covid-19
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit
flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya. Namun,
beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius,
seperti :
1. Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).
2. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
3. Pneumonia.

SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa


negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia,
Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS yang
berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara.
Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran
pernapasan berat tersebut. Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang
telah diidentifikasi, yaitu :

1. HCoV-229E.
2. HCoV-OC43.
3. HCoV-NL63.
4. HCoV-HKU1.
5. SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
6. MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
7. COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah
pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan menyebar ke
negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri mengumumkan adanya
kasus covid 19 dari Maret 2020.

Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus
corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti :

1. Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).


2. Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
3. Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena
percikan air liur pengidap virus corona.
4. Tinja atau feses (jarang terjadi)
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti. Namun,
rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam
tubuh. Di samping itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan
pasti. Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus
corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk
unta, kucing, dan kelelawar.

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang
muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius
infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan :

1. Hidung beringus.
2. Sakit kepala.
3. Batuk.
4. Sakit tenggorokan.
5. Demam.
6. Merasa tidak enak badan.
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala
yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan
oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti :
1. Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.
2. Batuk dengan lendir.
3. Sesak napas.
4. Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu.


Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem
kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia. Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi
infeksi virus corona. Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada
beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona.
Contohnya :

1. Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk.
Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat
batuk pada anak di bawah empat tahun.
2. Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan
sakit tenggorokan dan batuk.
3. Perbanyak istirahat.
4. Perbanyak asupan cairan tubuh.
5. Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia
layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit
yang diidap dan kondisi pasien.

Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS


Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak
bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan melakukan :

1. Isolasi
2. Serial foto toraks sesuai indikasi.
3. Terapi simptomatik.
4. Terapi cairan.
5. Ventilator mekanik (bila gagal napas)
6. Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun,
setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit
virus ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan:

1. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga
bersih.
2. Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor
atau belum dicuci.
3. Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
4. Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
5. Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan.
6. Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian,
buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih.
7. Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
8. Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami
gejala penyakit saluran napas.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sektor Terdampak Covid 19

Lockdown memang saat ini seringkali muncul sebagai opsi dalam menangani


pandemi virus Corona. Namun, lockdown memang banyak mengundang pro dan kontra.
Beberapa mayoritas warga di berbagai belahan dunia meminta bahwa lockdown
merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam memutus penyebaran Covid-19.

Indonesia sendiri, tidak menerapkan lockdown, tetapi menerapkan social distancing


atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Indonesia sebagai negara yang
geografisnya dianggap besar dan terdiri dari ribuan pulau ini, memiliki pintu perbatasan
negara sangat banyak, terlebih pintu perbatasan yang ilegal. Beberapa kota masih
menjadi pintu lalu lintas logistik ke luar negeri dan dari satu pulau ke pulau lainnya,
maka tidak memungkinkan apabila diberlakukan lockdown sebab akan sulit dalam hal
mobilitas. Selain itu, anggaran pengeluaran untuk lockdown juga sangat besar, karena
harus mencukupi seluruh kebutuhan hidup masyarakat baik di kota maupun daerah
terpencil, dan itu dirasa sangat sulit mengingat wilayah Indonesia begitu luas. Serta,
secara praktiknya pemerintah sudah melakukan berbagai langkah-langkah dalam UU
Karantina Kesehatan seperti physical distancing, kebijakan work from home, pembatalan
UN, dan pembatasan kerumunan. Tidak menetapkan lockdown dan lebih berfokus pada
karantina wilayah, sebab hal itu bukanlah tanpa melihat beragam faktor lain di Indonesia
selain menjaga kestabilan ekonomi masyarakat menengah ke bawah saja.

Di sisi lain menyatakan bahwa banyak juga yang menolak lockdown karena dapat
menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Dengan adanya lockdown yang
diberlakukan di suatu negara, maka secara langsung akan mempengaruhi sektor-sektor
yang berhubungan dengan mobilitas masyarakat sehari-hari, maka Indonesia merasa
lebih tepat untuk menerapkan PSBB di wilayah negaranya. Berkaca pada penerapan
PSBB yang ada di Indonesia, terdapat beberapa sektor paling dipengaruhi dan terkena
imbas dari adanya kebijakan tersebut.

Berikut ini adalah sektor-sektor yang paling terdampak akibat terjadinya PSBB
Covid-19 :
1. Sektor Wisata
Sektor yang terdampak akibat corona yang pertama adalah sektor wisata. Ketika
telah melakukan PSBB, maka turis akan dilarang untuk memasuki wilayah atau
negara Indonesia. Tidak hanya turis mancanegara, namun juga berlaku untuk turis
domestik akan dilarang untuk bepergian ke tempat tempat dan acara wisata. PSBB
telah berdampak pada penutupan tempat wisata, pembatalan konser, dan penundaan
acara olahraga.

Contohnya adalah beberapa penutupan sementara bagi tempat rekreasi di Bali


yang sebagian besar pendapatan penduduknya berasal dari sektor pariwisata. Selain
itu, pembatalan konser internasional ataupun jadwal pertandingan olahraga
internasional juga telah dilaporkan ikut terdampak dengan adanya pandemi Corona
tersebut.

2. Sektor Manufaktur
Sektor yang terdampak Corona berikutnya adalah sektor manufaktur, Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, ada dua masalah
utama yang dihadapi sektor manufaktur akibat pandemi Covid-19. Pertama, kendala
cash flow. Kedua, kebutuhan akan modal kerja. Selain itu, sejumlah industri
pengolahan nonmigas di tanah air sedang mengalami tekanan cukup berat akibat
dampak pandemi Covid-19.
Terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur ini dipengaruhi utamanya oleh
penurunan permintaan domestik, yang selama ini mampu menyerap hingga 70
persen dari total produksi industri manufaktur dalam negeri. Kondisi tersebut,
tercermin melalui Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang
turun pada bulan April 2020 hingga menyentuh angka 27,5. Menurut Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, turunnya utilitas industri hingga 50
persen menyebabkan merosotnya indeks PMI manufaktur Indonesia.

3. Sektor Ekonomi
Sektor yang terdampak Corona yang berikutnya adalah sektor ekonomi. Imbas
pada sektor ekonomi akan terjadi akibat efek domino dari melemahnya sektor-sektor
lain. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi Virus Corona
membuat seluruh sektor ekonomi terpukul. Saat ini, hanya aktivitas ekonomi yang
beralih ke online digital bisa bertahan menghadapi tantangan.
Pandemi Virus Corona setidaknya memberi tiga dampak besar bagi
perekonomian Indonesia. Pertama, membuat konsumsi rumah tangga atau daya beli
jatuh sangat dalam. Padahal konsumsi 60 persen menopang ekonomi. Kedua, tidak
berkembangnya UMKM. Ketiga seluruh dunia, kata Sri Mulyani mengalami,
pelemahan ekonomi sehingga membuat ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan
terhenti. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan antara lain minyak, batu
bara dan CPO.

4. Sektor Transportasi
Sektor yang terdampak berikutnya adalah sektor transportasi. Sektor-sektor
transportasi seperti ojek motor hingga maskapai penerbangan akan mendapat imbas
apabila diberlakukan PSBB. Ojek, taksi, bus, angkot, kereta akan kehilangan
penumpang mengingat mobilitas masyarakat akan terhenti. Penumpang yang biasa
menggunakan transportasi publik sehari-hari akan menurun drastis karena mereka
takut untuk berada di ruang publik. Mudahnya penularan virus Corona di tempat-
tempat umum seperti bandara, pelabuhan, stasiun ataupun ruang publik yang lain
dapat menjadi permasalahan serius apabila akan diterapkannya PSBB.

5. Sektor Sosial
Sektor yang terdampak Corona yang selanjutnya adalah sektor sosial. PSBB
jelas akan menghalangi dan mengurangi aktivitas sosial masyarakat. Mereka akan
dilarang berkerumun dan menghadiri acara-acara termasuk beribadah. Contohnya
adalah untuk dilakukan Shalat Jum’at di rumah bukannya berjamaah di Masjid,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan fatwa berupa larangan bagi umat
Islam untuk menyelenggarakan Salat Jumat berjamaah di wilayah tertentu selama
pandemi virus corona. Larangan dituangkan dalam Fatwa MUI Nomor 14 Tahun
2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19.
Dalam fatwa yang diterbitkan tersebut telah disebutkan bahwa MUI menyebut Salat
Jumat bisa diganti dengan Salat Zuhur di rumah masing-masing.

Tidak hanya Shalat Jum’at yang dilakukan dirumah, Shalat Idul Fitri dan Idul
Adha juga masih tetap dilakukan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, tingkat
kriminalitas umum di beberapa daerah mengalami peningkatan signifikan, yang
disebabkan oleh situasi pandemi yang melumpuhkan ekonomi. Hal itu terlihat dari
laporan aparat daerah, kriminalitas yang terjadi kebanyakan dengan motif pencurian.

6. Sektor Pangan
Meskipun menurut data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik Kementrian
Pertanian stok pangan nasional diprediksi akan mengalami surplus hingga bulan Juni
2020, namun hal ini bukan berarti bahwa Indonesia serta merta terbebas dari
ancaman krisis pangan yang bisa terjadi dimasa mendatang. Ditambah lagi, masa
pandemi COVID-19 yang belum pasti akan berakhir kapan memiliki dampak yang
sangat terasa di bidang pertanian.

Dalam masa pandemi ini pemerintah telah memberlakukan kebijakan PSBB


(Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah, masyarakat juga diminta
untuk mengurangi kontak fisik dan melakukan pekerjaan dari rumah. Hal ini dapat
berpengaruh pada produksi, distribusi, dan juga konsumsi pangan. Sarana untuk
melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga terjadi kurangnya
produktifitas pangan. Selain itu, dengan pola hidup masyarakat yang berubah,
otomatis permintaan masyarakat sebagai konsumen pangan juga berubah. Hal ini
dapat mengakibatkan perubahan harga-harga pada produk pangan.

Senada dengan Susanawati, Ir. Gatot Supangkat, M.S, Kepala Majelis


Lingkungan Hidup Muhammadiyah, mengungkapkan bahwa meskipun jumlah
produksi pangan saat ini tidak mengalami banyak perubahan dan masih dapat
dikatakan aman, permasalahan krisis pangan tetap dapat terjadi kedepannya.
Permasalahan yang paling besar terjadi pada distribusi pangan. Dengan adanya
pembatasan-pembatasan, distribusi pangan menjadi lemah. Akibatnya, stok pangan
tidak merata di semua daerah. Ada daerah yang mengalami defisit dan ada pula yang
mengalami produksi berlebih. Petani selaku kunci dari pangan Indonesia selama
masa pandemi ini diharapkan dapat tetap sehat dan bekerja dengan maksimal.

Permasalahannya adalah sekarang ini jumlah petani di Indonesia banyak yang


tergolong masuk ke usia tua, minim sekali jumlah petani yang berasal dari kalangan
milenial. Hal ini dapat berpengaruh pada produktivitas pangan. Mirisnya,
penggusuran dan kriminalisasi terhadap petani juga kerap terjadi, bahkan pada masa-
masa pandemi seperti ini yang diharapkan masyarakat dapat saling berempati satu
sama lain.
Permasalahan lain yang berkaitan dengan pangan adalah ketersediaan lahan.
Lahan pertanian kerap kali dialihfungsikan untuk keperluan tambang dan yang
lainnya. Akibatnya, lahan untuk bertani menjadi semakin sempit bahkan lahan
pertanian menjadi rusak tercemar oleh limbah-limbah dari tambang maupun pabrik.

7. Sektor Kesehatan
Pengetahuan tentang dampak positif dan negatif virus corona menjadi bekal
dalam menghadapi penyakit ini. Dikutip dari situs BMJ atau British Medical
Journal, pandemi memberikan dampak positif pada perubahan perilaku manusia.
Publik menjadi lebih serius menanggapi pesan kesehatan masyarakat. Dampak
positif virus corona juga tercantum dalam jurnal Positive Effects of COVID-19
Control Measures on Influenza Prevention yang ditulis Di Wu, dkk.

Jurnal yang dipublikasikan di International Journal of Infectious Diseases


mengatakan, pencegahan COVID-19 mengakibatkan turunnya angka penularan
penyakit yang mirip influenza. Tes nucleic acid yang dilakukan pada seluruh suspect
menyebabkan pasien terdeteksi sedini mungkin. Pasien segera mendapat pengobatan
sebelum penyakit menjadi makin parah. Usaha pencegahan yang meliputi karantina,
social lockdown, dan menggunakan masker menurunkan risiko penularan serta
meningkatkan perlindungan diri.

8. Sektor Pendidikan
Hingga saat ini kasus positif Covid-19 terus bertambah mencapai angka lebih
dari 70.000. Artinya, keadan ini masih membutuhkan kesadaran kolektif untuk tetap
waspada dan meminimalisir kegiatan di luar rumah dan membiasakan diri
melakukan kegiatan-kegiatan di rumah (work from home). Selain itu, kegiatan
belajar mengajar harus tetap berjalan meskipun harus dilaksanakan secara daring
(online) demi mencerdaskan anak bangsa. Hal tersebut tentunya membutuhkan
perhatian lebih dari orang tua untuk terlibat dalam memantau setiap anak ketika
belajar di rumah. Tentunya perubahan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemik
Covid-19 ini menimbulkan dampak positif dan dampak negatif terhadap pendidikan
di Indonesia.

Dampak positifnya adalah yang pertama banyak sekali situs belajar online yang
dapat diakses oleh setiap pelajar seperti Ruang Guru, Rumah Belajar Kemendikbud,
Meja kita serta beberapa situs yang bekerja sama dengan Kemendikbud. Yang kedua
maraknya webminar via Zoom dan Youtube yang dapat diikuti oleh seluruh pelajar
di Indonesia. Yang ketiga setiap pelajar dapat dipantau oleh kedua orang tua secara
langsung.

Adapun dampak negatif yang dirasakan oleh para pelajar di tengah pandemik
Covid-19 ini adalah yang pertama tidak semua pelajar memiliki smartphone untuk
melakukan belajar online. Yang kedua wilayah yang jauh dari pusat kota sangat
terganggu oleh jaringan yang tidak stabil, sehingga sangat sulit untuk mengikuti
belajar online secara bersamaan. Yang ketiga tidak semua pelajar dapat belajar
dengan efektif seperti di sekolah karena beberapa faktor seperti tidak konsentrasi,
kurang memahami materi dan kurangnya kerjasama orangtua dalam memantau
setiap anak untuk belajar di rumah.

9. Sektor Teknologi, Informasi dan Komunikasi


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan
usaha informasi dan komunikasi mencapai 10,88 persen dibandingkan dengan
kuartal II/2019. Tahun lalu, pertumbuhan sektor ini sebesar 9,60 persen. “Dari 17
lapangan usaha, ada tujuh yang tetap tumbuh. Namun hanya informasi dan
komunikasi yang tidak tumbuh melambat, secara tahunan tumbuh siginifikan 10,88
persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual. Pertumbuhan
ini banyak dipicu oleh meningkatnya belanja iklan televisi dan media digital selama
pandemi. Peningkatan trafik data internet dan peningkatan jumlah pelanggan jasa
internet serta televisi interaktif juga turut andil dalam pertumbuhan ini.

10. Dunia atau Sektor Ketenagakerjaan


Dalam penjelasan Ngadi dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Dampak
pandemi Covid 19 terhadap dunia ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari sisi
pekerja, pengusaha dan usaha mandiri. Dari sisi pekerja, terjadinya gelombang PHK
tenaga kerja dan penurunan pendapatan sebagai akibat terganggunya kegiatan usaha
pada sebagian besar sektor. Sebanyak 15,6% pekerja mengalami PHK dan 40%
pekerja mengalami penurunan pendapatan, diantaranya sebanyak 7% pendapatan
buruh turun sampai 50%. Kondisi ini berpengaruh pada kelangsungan hidup pekerja
serta keluarganya
Dari sisi pengusaha, pandemi Covid 19 menyebabkan terhentinya kegiatan
usaha dan rendahnya kemampuan bertahan pengusaha. “Hasil survei mencatat 39,4
persen usaha terhenti, dan 57,1 persen usaha mengalami penurunan produksi. Hanya
3,5 persen yang tidak terdampak,” jelas Ngadi. Kemampuan bertahan oleh di
kalangan dunia usaha juga mengalami keterbatasan. Sebanyak 41% pengusaha
hanya dapat bertahan kurang dari tiga bulan. Artinya pada bulan Agustus usaha
mereka akan terhenti. Sebanyak 24% pengusaha mampu bertahan selama 3-6 bulan,
11% mampu bertahan selama 6-12 bulan ke depan, dan 24% mampu bertahan lebih
dari 12 bulan.

Sementara dampak Covid 19 pada usaha mandiri membuat usaha menjadi


terhenti dan sebagian mengalami penurunan produksi. Sebanyak 40% usaha mandiri
terhenti kegiatan usahanya, dan 52% mengalami penurunan kegiatan produksi. “Hal
ini berdampak 35 persen usaha mandiri tanpa pendapatan dan 28 persen pendapatan
menurun hingga 50 persen,” paparnya.

Dampak Covid 19 juga berdampak pada pekerja bebas sektor pertanian dan
non-pertanian atau pekerja “serabutan” yang bekerja jika ada permintaan bekerja.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 55% pekerja bebas pertanian dan non-pertanian
tidak ada pekerjaan, dan 38% order berkurang. Dilihat dari pendapatan, sebanyak
58% pekerja bebas tidak memiliki pendapatan selama masa pandemi Covid 19 dan
28% pendapatan berkurang sampai 30%.

Dari hasil survei tersebut dapat diprediksi 10 juta pengusaha mandiri akan
berhenti bekerja dan 10 juta lainnya pendapatan menurun lebih dari 40 persen.
Sebanyak 15 juta pekerja bebas atau pekerja keluarga akan menganggur. Dalam dua
hingga tiga bulan ke depan, pengangguran bertambah 25 juta orang, terdiri dari 10
juta pekerja mandiri dan 15 juta pekerja bebas. Angka kemiskinan akibat adanya
penurunan upah dan tanpa pendapatan diperkirakan akan mencapai 17,5 juta rumah
tangga dengan asumsi Garis Kemiskinan adalah 440 ribu per kapita per bulan.

Dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh Indonesia saja tetapi berbagai negara
di belahan dunia juga mengalami kesulitan untuk bertahan, bangkit, dan
mengembangkan negara mereka sendiri. Di beberapa negara menerapkan Lockdown
untuk mengurangi angka persebaran Covid-19, sedangkan Indonesia sendiri memilih
untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan berbagai
pertimbangan salah satunya untuk menjaga kondisi ekonomi agar tetap kondusif.
Karena PSBB Covid-19 ini berbagai sektor terkena imbas positif maupun negative.
Di Indonesia sektor yang terdampak PSBB Covid-19 sangat banyak, beberapa sudah
disebutkan di atas, seperti informasi dan komunikasi, kedua adalah jasa kesehatan dan
kegiatan sosial dan ketiga adalah jasa keuangan dan asuransi, sektor pertanian, dan sektor
industri manufaktur . Namun, sektor yang paling terpengaruh ada sektor ketenagakerjaan
dimana banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sebab dengan adanya PHK
akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang memproduksi produk dan jasa di sektor
lainnya. Karena dengan adanya PHK berlaku hukum sebab-akibat, dimana suatu sektor
lesu akibat menurunkan permintaan pasar yang mengakibatkan penawaran menurun, laba
usaha menurun, dan berakibat ke PHK karyawan karena perusahaan tidak mampu lagi
menggaji para karyawannya. Dengan, maraknya PHK di Indonesia menyebabkan
ekonomi yang sudah lesu bertambah lesu.

3.2 Dampak Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Perekonomian Secara Luas


Pada masa pandemi seperti sekarang ini keadaan menjadi sangat sulit terutama
dalam bidang ekonomi. Adanya pembatasan dalam aktivitas masyarakat juga berimbas
pada aktivitas bisnis dan juga perekonomian secara luas. Pada masa ini memang sulit
bagi kebanyakan perusahaan untuk bertahan agar tidak mengalami kerugian. Ekonomi
yang tidak stabil pada masa pandemi ini membuat banyak perusahaan kesulitan dalam
mendapatkan konsumen atau bahkan untuk sekedar memasarkan produknya.

Hal tersebut berakibat pada menurunnya pendapatan perusahaan di setiap bulannya


yang selanjutnya berakibat pada kesulitan perusahaan untuk membiayai bisnisnya
termasuk dalam hal ini yaitu membayar tenaga kerja. Seakan sudah menjadi keputusan
akhir, banyak perusahaan akhirnya memilih untuk merumahkan atau bahkan melakukan
PHK terhadap beberapa karyawannya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
pengeluaran perusahaan di masa pandemi ini. Namun, hal tersebut justru berdampak
pada perekonomian Indonesia secara luas.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya pemutusan hubungan kerja ini memiliki
pengaruh jangka panjang terhadap perekonomian Indonesia kedepannya. Karena bisa
dibilang sebelum adanya pemutusan hubungan kerja, tingkat pengangguran di Indonesia
memang sudah berada pada angka yang bisa dibilang cukup tinggi dan harus ditambah
lagi dengan keadaan seperti sekarang ini yang tentu saja akan membuat perekonomian
Indonesia semakin anjlok.

Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian


berimbas pada perekonomian. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini
menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32
persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02
persen pada periode yang sama 2019 lalu.

Dampak nyata yang ditimbulkan dari PHK tersebut ialah semakin meningkatnya
angka pengangguran di Indonesia, hal tersebut didukung dengan tidak banyaknya
perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan di era pandemi ini. Berdasarkan data
Kementerian Ketenagakerjaan per 7 April 2020 tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di
sektor formal memilih untuk merumahkan dan melakukan PHK terhadap pekerja mereka
dikarenakan adanya Covid-19. Sementara itu jumlah tenaga kerja terdampak pada sektor
informal adalah 34.453 perusahaan dan 189.452 orang pekerja. Angka tersebut menurut
Tim riset SMERU belum menggambarkan tingkat pengangguran secara keseluruhan
dimana masih terdapat angkatan kerja baru yang masih menganggur.

Angka tersebut bisa jadi akan terus bertambah setiap bulannya apabila pemerintah
belum juga mengambil solusi tegas terkait pemutusan hubungan kerja ini selain itu tidak
menutup kemungkinan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi juga akan dialami oleh
beberapa daerah lain seiring dengan meluasnya penyebaran virus Covid-19 ini.

Dilansir dari Bisnis.com, Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ada


lima provinsi yang paling terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi
Covid-19 ini. Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Kemenaker Halyani Rumondang mengatakan kelima provinsi yang dimaksud adalah
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau, dan Jawa Timur. Beliau mengatakan
bahwa sampai saat ini terdapat 3 juta pekerja yang di PHK, dirumahkan, dan juga migran
yang dipulangkan atau gagal berangkat.

Dampak lainnya dari adanya pemutusan hubungan kerja ini adalah penurunan
tingkat konsumsi masyarakat. Hal tersebut tentu tidak menutup kemungkinan akan
terjadi karena jika seseorang tidak memiliki pendapatan, tentu mereka akan kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya daya beli masyarakat akan
berkurang. Dengan adanya penurunan daya beli masyarakat tentu hal ini juga sangat
berpengaruh terhadap keputusan investor untuk melakukan perluasan atau pendirian
industri baru. Dengan demikian tingkat investasi juga kan menurun sehingga
pertumbuhan ekonomi tidak akan terpacu.

Seperti halnya masyarakat, apabila kita melihat dari sudut pandang nasional, dengan
adanya pemutusan hubungan kerja ini juga berdampak pada menurunnya pendapatan
nasional. Banyaknya tingkat pengangguran membuat banyak orang tidak memiliki
penghasilan. Lantas hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajak yang dipungut oleh
pemerintah. Jadi semakin tinggi tingkat pengangguran di suatu daerah, maka penerimaan
pajak pun juga akan menurun, yang akibatnya berpengaruh pada penurunan pendapatan
nasional. Adanya penurunan penerimaan inilah yang juga berimbas pada menurunya
tingkat pengeluaran pemerintah. Apabila hal ini terjadi maka Gross Domestic Product
(GDP) juga ikut menurun dan yang terakhir ialah perekonomian Indonesia yang tidak
menutup kemungkinan akan merasakan hal yang sama.

3.3 Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Tingkat Pengangguran

Adanya pandemi Covid-19 ini sangat berdampak terhadap penurunan perekonomian


dan juga peningkatan pengangguran di Indonesia. Jumlah pengangguran meningkat
akibat adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga banyak
karyawan yang bekerja dari rumah (Work From Home), dan tidak sedikit pula yang di
PHK.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia sedang


mengalami tren positif yang ditunjukkan dengan tingkat pengangguran yang kian
menurun, mencapai 4,9 persen pada Februari 2020, yang semula 7.050.000 menjadi
6.800.000. Tren positif itu tidak lepas dari kerja keras pemerintah bersama dengan
stakeholders ketenagakerjaan, baik dalam hal peningkatan kompetensi dan produktivitas,
manjaga kondusivitas hubungan industrial, serta berbagai program perluasan kesempatan
kerja di masyarakat. Namun, pandemic Covid-19 memberikan dampak di seluruh sektor
perekonomian yang muaranya pada sektor ketenagakerjaan. Berdasarkan data di
Kementrian Ketenagakerjaan (Menaker), total pekerja kena PHK maupun dirumahkan
sebanyak 3,5 juta orang. Kemudian jika ditambah dengan 6,8 juta, tingkat pengangguran
terbuka hingga mencapai 10,3 juta orang.
Dengan adanya hal ini, Kementrian Ketenagakerjaan (Menaker) pun akhirnya
melakukan beberapa strategi untuk menekan angka pengangguran yang semakin
meningkat di masa pandemi ini. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, pada Rapat
Kerja bersama Komite III DPD RI melalui video conference mengatakan bahwa langkah
strategis itu mulai dari refocusing anggaran hingga perubahan kebijakan untuk
mempertimbangkan kelangsungan usaha dan perlindungan bagi pekerja.

Diantara beberapa langkah strategis tersebut, yang pertama adalah pengadaan


pelatihan berbasis kompetensi dalam produktivitas melalui program Balai Latihan Kerja
(BLK) Tanggap Covid-19. Keberadaan BLK ini terbukti telah mampu memberi peluang
kerja dan juga skill bagi para pencari kerja. Dalam program ini, peserta pelatihan tidak
ganya mendapatkan keterampilan, namun juga mendapatkan insentif pascapelatihan.

Langkah yang kedua adalah program pengembangan perluasan kesempatan kerja


bagi pekerja atau buruh terdampak Covid-19 berupa program padat karya dan
kewirausahaan. Selain untuk menyerap tenaga kerja penganggur dan setengah
penganggur (provide job creation), pengadaan program padat karya ini diharapkan
mampu meningkatkan akses bagi kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan juga
interaksi sosial masyarakat.

Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan pembangunan infrastruktur berbasis


komunitas melalui kegiatan padat karya infrastruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Selain itu, kegiatan ini juga diarahkan pada upaya peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan material lokal dan pembentukan regu
pemelihara untuk merawat hasil pekerjaan padat karya.

Langkah selanjutnya adalah dengan membuka layanan informasi, konsultasi, dan


pengaduan bagi pekerja atau buruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu faktor penting
yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut data dari BPJAMSOSTEK,
angka klain kecelakaan kerja pada semester I 2020 yakni dari Januari sampai dengan Juni
2020 meningkat hingga 128 persen. Angka ini naik dari yang sebelumnya hanya 85.109
kasus menjadi 108.573 kasus. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan K3 yang baik
dapat menjamin terwujudnya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Dengan adanya
peningkatan produktivitas tenaga kerja ini, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya
untuk mengatasi bertambahnya pengangguran.
Selain tiga langkah strategis yang telah dilakukan Kementrian Ketenagakerjaan tadi,
ada juga beberapa langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah
pengangguran. Salah satunya adalah dengan meningkatkan jumlah anggaran untuk kartu
prakerja dari 10 triliun rupiah menjadi 20 triliun rupiah. Peningkatan anggaran ini diikuti
dengan penambahan penerima kartu prakerja, dari 2 juta orang menjadi 5,6 juta orang
sepanjang tahun ini.

Program kartu prakerja di masa pandemi seperti ini diharapkan mampu


meningkatkan skill para pencari kerja, buruh, maupun karyawan yang terkena PHK
memalui pelatihan skilling (kemampuan), upskilling (peningkatan kemampuan), dan re-
skilling (penggantian kemampuan). Pemerintah menggandeng delapan mitra yang
mayoritas start up sebagai platform penyedia jasa pelatihan, diantaranya adalah
Ruangguru, Maubelajarapa, Sekolah.mu, Tokopedia, dan Bukalapak. Selain itu juga
adala Pintaria, Kemenaker, dan Pijar Mahir. Namun, program ini dinilai kurang efisien,
dikarenakan anggaran tidak sesuai dengan kualitas pelatihan yang diberikan secara
online. Seanyak 5,6 triliun dana bantuan yang diberikan pemerintah untuk 5,6 juta
peserta penerima manfaat program kartu prakerja akan mengalir ke kantong-kantong
lembaga pelatihan. Selain itu, tidak ada jaminan peserta yang turut serta dalam pelatihan
melalui program kartu prakerja mendapatkan rekognisi dari pasar.

Selain meningkatkan anggaran untuk program kartu prakerja, pemerintah juga


memperluas pemberian insentif pajak pada sebelas sektor usaha yang terkena dampak
pandemi Covid-19, yang mana sebelumnya hanya diberikan pada sektor manufaktur.
Pajak dari sebelas sektor tersebut akan dikurangi sebesar 30 persen secara berkala demi
menguatkan daya tahan perusahaan di tengah pandemi ini agar tetap berjalan dan
mengoptimalkan alternatif-alternatif untuk mempertahankan tenaga kerja mereka
dibandingkan dengan melakukan PHK.

Sebagai bagian dari kebijakan tersebut, pemerintah juga memberikan insentif pajak
karyawan dan relaksasi terhadap percepatan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
penurunan tarif listrik untuk bisnis dan industri, penurunan tarif gas industri dan
penundaan pembayaran cicilan pajak. Dengan pemberian ini, pemerintah berharap
kemampuan sektor usaha untuk bertahan bisa ditingkatkan di tengah tekanan pandemi
Covid-19.
BAB IV
KESIMPULAN

Lockdown memang banyak mengundang pro dan kontra. Lockdown merupakan salah
satu cara yang paling efektif dalam memutus penyebaran Covid-19. Indonesia tidak
menerapkan lockdown, tetapi menerapkan social distancing atau Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB).

Berkaca pada penerapan PSBB yang ada di Indonesia sektor yang terdampak akibat
Covid-19 yang terdiri dari :

 Sektor wisata. Contohnya adalah beberapa penutupan sementara bagi tempat rekreasi di
Bali yang sebagian besar pendapatan penduduknya berasal dari sektor pariwisata.
 Sektor manufaktur, yaitu terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur yang utamanya
dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik, yang selama ini mampu menyerap
hingga 70 persen dari total produksi industri manufaktur dalam negeri.
 Sektor ekonomi.
 Sektor transportasi.
 Sektor sosial. Tidak hanya Shalat Jum’at yang dilakukan dirumah, Shalat Idul Fitri dan
Idul Adha juga masih tetap dilakukan sesuai protokol kesehatan.

Selain itu, tingkat kriminalitas umum mengalami peningkatan signifikan, yang


disebabkan oleh situasi pandemi yang melumpuhkan ekonomi. Ditambah lagi, masa pandemi
Covid-19 yang belum pasti akan berakhir kapan memiliki dampak yang sangat terasa di
bidang pertanian. Hal ini dapat berpengaruh pada produksi, distribusi, dan juga konsumsi
pangan.

Pengetahuan tentang dampak positif dan negatif virus corona menjadi bekal dalam
menghadapi penyakit ini. Dampak positif virus corona tercantum dalam jurnal Positive
Effects of COVID-19 Control Measures on Influenza Prevention yang ditulis Di Wu, dkk
yang dipublikasikan di International Journal of Infectious Diseases mengatakan, pencegahan
COVID-19 mengakibatkan turunnya angka penularan penyakit yang mirip influenza. Tes
nucleic acid yang dilakukan pada seluruh suspect menyebabkan pasien terdeteksi sedini
mungkin. Dampak positif dalam bidang pendidikan yaitu, yang pertama banyak sekali situs
belajar online yang dapat diakses oleh setiap pelajar seperti Ruang Guru, Rumah Belajar
Kemendikbud, Meja Kita serta beberapa situs yang bekerja sama dengan Kemendikbud.
Yang kedua maraknya webminar via Zoom dan Youtube yang dapat diikuti oleh seluruh
pelajar di Indonesia.

Adapun dampak negatif yang dirasakan oleh para pelajar di tengah pandemik Covid-19
ini yaitu, tidak semua pelajar memiliki smartphone untuk melakukan belajar online, wilayah
yang jauh dari pusat kota sangat terganggu oleh jaringan yang tidak stabil, sehingga sangat
sulit untuk mengikuti belajar online secara bersamaan. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan usaha informasi dan komunikasi mencapai 10,88
persen dibandingkan dengan kuartal II/2019.

Dalam penjelasan oleh Ngadi dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, dampak pandemi
Covid 19 terhadap dunia ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari sisi pekerja, pengusaha dan
usaha mandiri. Dari hasil survei dapat diprediksi 10 juta pengusaha mandiri akan berhenti
bekerja dan 10 juta lainnya pendapatan menurun lebih dari 40 persen. Sebanyak 15 juta
pekerja bebas atau pekerja keluarga akan menganggur.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia sedang


mengalami tren positif yang ditunjukkan dengan tingkat pengangguran yang kian menurun,
mencapai 4,9 persen pada Februari 2020, yang semula 7.050.000 menjadi 6.800.000. Namun,
pandemi Covid-19 memberikan dampak di seluruh sektor perekonomian yang muaranya pada
sektor ketenagakerjaan dimana banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dampak
nyata yang ditimbulkan dari PHK tersebut ialah semakin meningkatnya angka pengangguran
di Indonesia.

Pada masa ini sulit bagi perusahaan untuk bertahan agar tidak mengalami kerugian.
Ekonomi yang tidak stabil pada masa pandemi membuat banyak perusahaan kesulitan dalam
mendapatkan konsumen atau untuk sekedar memasarkan produknya. Hal tersebut berakibat
pada menurunnya pendapatan perusahaan di setiap bulannya yang mengakibatkan kesulitan
bagi perusahaan untuk membiayai bisnisnya termasuk membayar tenaga kerja. Dampak yang
ditimbulkan dari adanya PHK memiliki pengaruh jangka panjang terhadap perekonomian
Indonesia kedepannya. PHK menjadikan seseorang tidak memiliki pendapatan, tentu mereka
akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mengakibatkan penurunan daya
beli masyarakat yang juga sangat berpengaruh terhadap keputusan investor untuk melakukan
perluasan atau pendirian industri baru. Hal itu juga berpengaruh pada penerimaan pajak yang
dipungut oleh pemerintah.

Untuk mengurangi dampak pengangguran akibat Covid-19 dapat dilakukan beberapa


langkah strategis antara lain, pengadaan pelatihan berbasis kompetensi dalam produktivitas
melalui program Balai Latihan Kerja (BLK) Tanggap Covid-19, program pengembangan
perluasan kesempatan kerja bagi pekerja atau buruh terdampak Covid-19 berupa program
padat karya dan kewirausahaan.

Selain tiga langkah strategis yang telah dilakukan Kementrian Ketenagakerjaan, ada juga
beberapa langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah pengangguran.
Namun, program ini dinilai kurang efisien, dikarenakan anggaran tidak sesuai dengan
kualitas pelatihan yang diberikan secara online. Selain itu, tidak ada jaminan peserta yang
turut serta dalam pelatihan melalui program kartu prakerja mendapatkan rekognisi dari pasar.

Pemerintah juga meningkatkan anggaran untuk program kartu prakerja, memperluas


pemberian insentif pajak pada sebelas sektor usaha yang terkena dampak pandemi Covid-19,
yang mana sebelumnya hanya diberikan pada sektor manufaktur, insentif pajak karyawan dan
relaksasi terhadap percepatan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), penurunan tarif listrik
untuk bisnis dan industri, penurunan tarif gas industri dan penundaan pembayaran cicilan
pajak. Dengan hal ini, pemerintah berharap kemampuan sektor usaha untuk bertahan bisa
ditingkatkan di tengah tekanan pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Kencana, Maulana Rizky Bayu. 2020. Alasan Pengusaha Terpaksa PHK Karyawan di Tengah
Pandemi Corona. Diakses 18 September 2020, dari https://www.merdeka.com/uang/alasan-
pengusaha-terpaksa-phk-karyawan-di-tengah-pandemi-corona.html?page=2

Biro Humas Kemnaker.2020.Memasuki New Normal, Ibu Ida Minta Perusahaan Rekrut Lagi
Pekerja yang Ter - PHK. Diakses 19 September 2020, dari
https://kemnaker.go.id/news/detail/memasuki-new-normal-ibu-ida-minta-perusahaan-rekrut-
lagi-pekerja-yang-ter-phk

Jayani, Dwi H.(2020).Proyeksi Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia 2020. Diakses 20


September 2020, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/06/17/proyeksi-
pengangguran-dan-kemiskinan-indonesia-2020#
Gusman, Hanif.(2020).Bagaimana Pandemi Covid-19 Mempengaruhi Angka Pengangguran
RI. Diakses 20 September 2020, dari https://tirto.id/bagaimana-pandemi-covid-19-
memengaruhi-angka-pengangguran-ri-fK3

Alisjahbana, Armida.2008.Educations and skill mismatch, World bank Office Jakarta.Mimeo


Faedlulloh, Dodi. 2015. Homo Coo

Agus Midah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, Bogor :
Ghalia Indonesia, hal.7.

Dwiyono Agus, 2006, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. Hal.45.

Widyananda, Rakha Fahreza. 2020. Dampak Corona, Ini 6 Sektor yang Paling Terpengaruh
Jika Terjadi Lockdown. Merdeka.com. Diakses dari
https://www.merdeka.com/jatim/dampak-corona-ini-6-sektor-yang-paling-terdampak-jika-
terjadi-lockdown-kln.html?page=all

Pranita, Ellyvon. 2020. Indonesia Tak Pilih Lockdown sebagai Solusi, Ini Alasannya…
.Kompas.com. Diakses dari
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/02/110000123/indonesia-tak-pilih-lockdown-
sebagai-solusi-ini-alasannya-?page=all
Fajriah, Wilda. 2020. Industri Manufaktur Kena Covid-19, Ini Dampaknya. Okezone TV
(OkeFinance). Diakses dari
https://economy.okezone.com/read/2020/05/25/320/2219173/industri-manufaktur-kena-
covid-19-ini-dampaknya?page=1

Akbar, Caesar dan Dewi Rina Cahyani. 2020. Pandemi Corona, Untilitas Manufaktur Anjlok
50 Persen. Tempo.co. Diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/1339817/pandemi-corona-
utilitas-industri-manufaktur-anjlok-50-persen

Tallo, Johan. 2020. Sri Mulyani: Corona beri 3 Dampak besar ke Ekonomi Indonesia.
Liputan6.com. Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/4292763/sri-mulyani-
corona-beri-3-dampak-besar-ke-ekonomi-indonesia

Universitas Islam Indonesia. 2020. Pandemi Covid—19 di Bidang Sosial dan Hukum.
Universitas Islam Indonesia. Diakses dari https://www.uii.ac.id/dampak-pandemi-covid-19-
di-bidang-sosial-dan-hukum/

BHP UMY. 2020. Ketahangan Pangan Indonesia di Masa Pandemi. UMY. Diakses dari
https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-indonesia-di-masa-pandemi.html

Widiyani, Rosmha. 2020. Dampak Positif dan Negatif Virus Corona Bisa Jadi Pelajaran.
Diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5106402/dampak-positif-dan-
negatif-virus-corona-yang-bisa-jadi-pelajaran

Rahmah, Nabila. 2020. Dampak Pamdemik Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan di


Indonesia. Diakses dari https://www.bantennews.co.id/dampak-pandemik-covid-19-terhadap-
dunia-pendidikan-di-indonesia/

Timorria, Iim Fathimah. 2020. BPS: Sektor Informasi dan Komunikasi Tetap perkasa, Ini
Alasannya. Diakses dari https://teknologi.bisnis.com/read/20200805/101/1275329/bps-
sektor-informasi-dan-komunikasi-tetap-perkasa-ini-alasannya

Hartomo, Giri. 2020. 3 Sektor yang Paling Terdamak Virus Corona. Diakses dari
https://economy.okezone.com/read/2020/06/01/320/2222923/3-sektor-yang-paling-
terdampak-virus-corona
Ngadi. 2020. Survei Dampak Darurat Virus Corona terhadap Tenaga Kerja Indonesia.
Diakses dari http://lipi.go.id/siaranpress/survei-dampak-darurat-virus-corona-terhadap--
tenaga-kerja-indonesia/22030

Anda mungkin juga menyukai