KETENAGAKERJAAN
Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Sintang
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
DEWINTA MONALISA HARDIANA D1101131035
HERLAMBANG RESCO S D1101131041
CHARLES ERVIN D1101141002
IGO RISNIARDI D1101141012
HANDI AKBAR D1101141022
ISTANYIA YANSELIA S D1101141025
YOPI CAHYADI D1101141037
ARDYA PRAMESTI PUTRI ARINDRY D1101151002
PRIMANS ESA LUCKY SITOMPUL D1101151007
SULAIMAN DULU D1101151010
ALVI AKBAR D1101151013
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali serta salawat dan salam
kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, karena atas
hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini saya ajukan kepada
dosen pembimbing saya Bapak Yoga Herlambang sebagai salah satu tugas mata
kuliah Hukum Petambangan dan Ketenagakerjaan. Tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada Bapak yang telah memberi saya kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusaan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian PETI................................................................................................................6
2.2 Faktor Pendorong PETI....................................................................................................7
2.3 Dampak Negatif dari kegiatan PETI................................................................................8
2.4 Kebijakan Penanggulangan Masalah PETI....................................................................12
2.5 Dasar Penegakan Hukum...............................................................................................13
2.6 Macam-Macam Tindak Pidana di Bidang Pertambangan..............................................15
2.7 Program Pemberantasan PETI........................................................................................21
BAB III PENUTUP..................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23
3.2 Saran...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
.Tidak semua daerah mempunyai potensi tambang emas. Salah satu yang
mempunyai tambang emas adalah Provinsi Kalimantan Barat tepatnya di daerah
Kabupaten Sintang. Tambang emas yang terdapat di kabupaten ini tidak saja
terdapat di daerah daratan tetapi juga di Daerah Aliran Sungai (DAS).
1
semakin terbukanya isolasi di daerah-daerah pendalaman Kalimantan Barat,
pertambangan emas mulai dikelola secara modern dengan menggunakan mesin-
mesin berkekuatan besar yang dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang.
Penetapan wilayah pertambangan rakyat oleh pemerintah dituangkan dalam
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 0687/21 023/M.PE/1994
Tentang Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat untuk bahan galian emas di
daerah Kabupaten. Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan
Kabupaten Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat.
2
Dampak lingkungan yang terjadi akibat penambangan emas di sungai
adalah terjadinya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan
pencemaran suara. Pencemaran air dan tanah terjadi karena dalam kegiatan
penambangan yang dilakukan digunakan merkuri sebagai bahan yang
dipergunakan untuk memisahkan bijih emas dengan pasir. Menurut Wiro Indra
Pranata ST anggota Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) yang
merupakan karyawan Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Sintang,
merkuri atau sering disebut dengan air raksa adalah sejenis logam cair. Jika logam
cair ini masuk ke tubuh manusia, maka akan menimbulkan dampak yang sangat
serius bagi kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
merkuri dapat menyerang organ tubuh vital seperti ginjal, hati, jantung bahkan
otak (www.pontianakpost.com).
3
penambangan. Oleh karena itulah kasus penambangan emas di sekitar aliran
sungai Kapuas dan Sungai Melawi di Kabupaten Sintang dikatakan sebagai
Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian PETI.
2.Mengetahui faktor-faktor pendorong PETI.
3.Mengetahui dampak negative dari PETI.
4.Mengetahui penanggulangan masalah PETI.
5. Mengetahui bagaimana penegakan hukum terhadap PETI.
6. Mengetahui macam-macam tindak pidana PETI.
4
7. Mengetahui program pemberantasan PETI.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
perundang-undangan yang berlaku. Meski memberikan dampak yang berbeda,
keduanya membawa resiko bagi Pemerintah.
7
masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan
resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur).
- Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.
3. Faktor Ekonomi, yaitu :
- Keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan
tingkat keahlian/ ketrampilan masyarakat bawah.
- Kemiskinan dalam berbagai hal, miskin secara ekonomi, pengetahuan, dan
ketrampilan.
- Keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinanuntuk tujuan
tertentu, yaitu penyandang dana (cukong), backing (oknum aparat) dan
LSM.
8
sehingga lahan suburpun berubah menjadi hamparan padang pasir yang tidak
dapat ditanami akibat tertimbun limbah penambangan dan pengolahan.
Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Liar
Logam berat lain As dan Cd, logam logam ini berasal dari batuan-
batuan yang mengandung biji emas,
logam-logam ini berasosiasi dengan emas, karena sifat sifat kimia
dari logam
tersebut. Dampak terhadap manusia dan lingkungan yang paling
parah adalah adanya sifat Bio magnifikasi dimana logam-logam
tersebut akan ikut berpindah dari tubuh predator awal hingga
terakumulasi dan terus bertambah didalam tubuh predator akhir
(ikan ke manusia).
Akibat Negatif , terdiri dari
Akibat secara fisik ;
- pencemaran terhadap air, baik berupa erosi maupun larutnya unsur-
unsur logam berat (leaching) karena sistim penirisan yang tidak baik,
- pencemaran udara berupa debu dan kebisingan oleh kendaraan
pengangkut,
- perubahan kontur,
- perubahan alur sungai, akibat penambangan pasir sungai,
- longsor dikarenakan pembuatan jenjang yang terlalu curam, dan
- subcidence, terjadi pada penambangan yang dilakukan secara bawah
tanah.
Akibat non fisik :
- pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan berkurang
9
- Meningkatnya pendapatan masyarakat,
3. Kecelakaan Tambang
Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kegiatan PETI telah
menimbulkan kecelakaan tambang yang memakan korban luka-luka dan
meninggal dunia, serta berbagai penyakit. Memang tidak ada laporan resmi
tentang jumlah korban, baik yang luka, cacat, maupun meninggal dunia, namun
diperkirakan cukup banyak. Hai ini dapat diprediksi dari berita di berbagai media
cetak, baik lokal maupun nasional, yang memberitakan kecelakaan tambang.
10
Disamping itu, karena PETI hanya menambang cadangan berkadar tinggi, maka
cadangan berkadar rendah menjadi tidak ekonomis untuk ditambang. Padahal jika
penambangan dilakukan secara benar (good mining practice), cadangan berkadar
rendah sebenarnya ekonomis untuk ditambang apabila dicampur (mixing) dengan
cadangan berkadar tinggi sepanjang sesuai cut off grade yang telah ditentukan.
6. Pelecehan Hukum
Kegiatan PETI telah menimbulkan preseden buruk bagi upaya penegakan
dan supremasi hukum di Indonesia. Hukum memang sulit atau mustahil
diberlakukan di wilayah-wilayah PETI, sebab aparat penegak hukum sendiri
seringkali harus berhadapan dengan kelompok masyarakat yang tidak mengerti
hukum, karena berbagai alasan. Dampak negatif lebih buruk yang muncul
kemudian adalah keengganan pengusaha untuk berusaha sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sehingga menutup peluang bagi Pemerintah
untuk menumbuhkan sektor perekonomian secara menyeluruh.
7. Kerawanan Sosial
Di hampir semua lokasi kegiatan PETI, gejolak sosial merupakan penstiwa
yang kerap terjadi, baik antara perusahaan resmi dengan pelaku PETI, antara
masyarakat setempat dengan pelaku PETI (pendatang), maupun diantara sesama
pelaku PETI sendiri dalam upaya mempertahankan/melindungi kepentingan
masing-masing. Masyarakat bawah, yang seringkali menjadi korban dari
penyandang dana (penadah) dan oknum aparat, mengakibatkan kehidupan mereka
sangat rawan terhadap rnuncuinya gejolak sosial.
11
jenis bahan galian golongan C (terbesar adalah bahan galian agregat, seperti batu,
pasir, dan kapur
12
2. Bagi masyarakat yang ingin menekuni usaha di sektor pertambangan,
diakomodasikan melalui pola Pertambangan Rakyat/ Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR) dan Pertambangan Skala Kecil (PSK) yang mengalokasikan
wilayahnya dikaitkan dengan kebijakan penciutan wilayah, dan mendapat
bimbingan serta subsidi dari pemerintah. Disamping itu, pemerintah akan
rnengalokasikan cadangan mineral dangkal dan atau sekunder (alluvial) yang
terdapat di sungai-sungai atau bekas sungai untuk diusahakan oleh rakyat melalui
pertambangan berskala kecil. Dalam kaitan ini diperlukan pembinaan dan
pengawasan secara intensif, serta dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
bekerjasama dengan perusahaan tambang swasta dan BUMN.
3. Apabila kedua Cara diatas belum mampu mengurangi atau meniadakan
aktivitas PETI secara keseluruhan, masih dimungkinkan melalui program
kemitraan usaha, sehingga (eks) pelaku PETI yang aktivitasnya berada pada
konsesi perusahaan pemegang pertambangan (KP/KK/PKP2B) menjadi
subordinat dari kegiatan usaha pertambangan tersebut dengan kondisi tertentu
yang saling menguntungkan (win-win solution).
4. Penerapan strategi dengan mengupayakan adanya penegakan
hukum. Mendorong perusahaan pertambangan melaksanakan pengembangan
masyarakat (community development) yang sesuai setempat. Mengupayakan usaha
pertambangan yang berpihak dapat masyarakat dan ramah lingkungan.
Mengupayakan adanya keterpaduan usaha kegiatan pertambangan tradisional,
skala kecil, menengah, dan skala besar melalui kemitraan yang saling
menguntungkan. Akhirnya, bahwa masalah penanggulangan PETI adalah kunci
bagi pembenahan sektor pertambangan guna mendorong terlaksananya good
mining practice yang berwawasan lingkungan dan terciptanya iklim yang
kondusif.
13
(1) Dihukum dengan Hukuman penjara selama-lamanya enam tahun dan/atau
dengandenda setinggi-tingginya lima ratus ribu rupiah, barangsiapa yang tidak
mempunyaikuasa pertambangan melakukan usaha pertambangan seperti dimaksud
dalam pasal 14 dan 15.
(2) Dihukum dengan hukuman kurungan selama lamanya satu tahun dan/atau
dengandenda setinggi tingginya lima puluh ribu rupiah, barang siapa yang
melakukan usahapertambangan sebelum memenuhi kewajiban-kewajiban
terhadap yang berhak atastanah menurut Undang-undang ini.Selain itu terdapat
juga Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2000 Tentang KoordinasiPenanggulangan
Masalah Pertambangan Tanpa Izin. Pada Instruksi tersebut, daerah
diberikanwewenang untuk membuat tim yang dikoordinasi oleh Kepala Dearah
untuk menindak dengantegas terhadap kegiatan pertambangan tanpa ijinPeraturan
tersebut ditindak lanjuti dengan keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 25
Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa
Izin,Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak Serta Perusakan Instalasi
Ketenagalistrikan DanPencurian Aliran Listrik diputuskan untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan secaralintas sektoral/instansi serta dengan
melibatkan peran serta masyarakat untuk mendukungkelancaran pelaksanaan
program penanggulangan pertambangan tanpa izin, penyalahgunaanbahan bakar
minyak, serta perusakan instalasiketenagalistrikan dan pencurian aliran
listrik,serta didukung oleh Perda di bidang pertambangan.
14
Pengertian Pertambangan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 2009 Pasal
1 Ayat 1 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara memiliki arti
“Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang. Pengertian izin disini adalah izin untuk melakukan usaha pertambangan
sebagaimana diatur dalam UU No. 4 tahun 2009, yang dikeluarkan oleh pejabat
berwenang yaitu Bupati/Gurbernur/Menteri sesuai Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) yang menjadi kewenangannya masing-masing”.
Sebagaimana telah diketahui di atas bahwa Negara mempunyai hak
menguasai atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
termasuk tambang. Berdasarkan hal tersebut setiap orang yang akan melakukan
pertambangan aturan mainnya wajib meminta izin terlebih dahulu dari
Negara/Pemerintah. Apabila terjadi kegiatan penambangan pelakunya tidak
memiliki izin, maka perbuatannya merupakan tindak pidana yang diatur dalam
Pasal 158 UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan[4] yang berbunyi “Setiap
orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat
(1), Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
15
kegiatan pertambangan aturan mainnya wajib meminta izin lebih dahulu dari
negara/pemerintah.
Apabila terjadi kegiatan penambangan pelakunya tidak memiliki izin,
maka perbuatannya merupakan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 158 UU No
4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berbunyi “Setiap
orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat
(1), Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”
16
Oleh karena melakukan kegiatan eksplorasi pertambangan didasarkan atas
izin yang dikeluarkan pemerintah yaitu IUP atau IUPK, maka eksplorasi yang
dilakukan tanpa izin tersebut merupakan perbuatan pidana yang diancam
hukuman berdasarkan Pasal 160 Ayat 1 UU No. 4 Tahun 2009 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00”.
17
pertambangan juga dapat terjadi pencucian hasil tambang, penambang-penambang
gelap dapat berhubungan dengan para penambang yang memiliki izin untuk
mengadakan transaksi hasil tambangnya sehingga sampai kemasyarakat
merupakan barang tambang yang sah.
18
7. Tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang pejabat
pemberi izin
Badan hukum adalah sekelompok orang yang terkait suatu organisasi yang
dipandang sebagai manusia pada umumnya. Suatu organisasi disebut badan
hukum apabila akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah. Untuk perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas, pengesahan akta pendiriannya dilakukan oleh
Menteri Hukum dan Ham dan diumumkan dalam berita Negara RI.
19
Sehubungan dengan itu dalam UU No. 4 Tahun 2009 pelaku usaha di
bidang pertambangan dalam Pasal 38 dan Pasal 65 terdiri atas badan usaha,
koperasi, dan perseorangan. Kemudian dalam PP No. 23 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, badan usaha
dapat berupa badan usaha, swasta, BUMN, atau BUMD, sedangkan perorangan
dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.
Kekurangan yang ada dalam UU No. 4 Tahun 2009 adalah tidak mengatur
tentang korporasi yang dapat sebagai pelaku pidana seperti dalam undang-undang
yang lain yaitu UU Penerbangan, UU Perikanan, UU Narkotika. Ole karena
korporasi pengertiannya mencakup sekumpulan orang baik yang berbadan hukum
atau yang tidak berbadan hukum maka apabila hal itu diatur dalam UU No. 4
Tahun 2009 semua perusahaan yang didirikan minimal dua orang dapat menjadi
pelaku tindak pidana dibidang perbankan apabila melanggar undang-undang yang
bersangkutan.
20
menjatuhkan hukuman tambahan terhadap badan hukum berupa pencabutan izin
usaha dan/atau pencabutan status badan hukum.
9. Pidana tambahan
Selain jenis hukuman tersebut terhadap pelakunya dapat dijatuhi dikenai pidana
tambahan berupa :
21
- Memberikan penyuluhan pada masyarakat dan pengusaha pertambangan
tentang kesadaran lingkungan.
- Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap pengusaha
pertambangan.
- Membuat zonasi wilayah pertambangan sehingga tidak terjadi tumpang
tindih dengan sektor lain dan penyebaran kerusakan lingkungan dapat
dicegah.
- Memberikan alternatif usaha lain terhadap pengusaha dan buruh tambang
dengan cara memberikan tambahan keterampilan bagi pengusaha dan
buruh tambang.
2. Masyarakat dan LSM
- Bekerjasama dengan pemerintah memberikan penyuluhan terhadap buruh
dan pengusaha tentang kesadaran lingkungan.
- Mendorong dibentuknya kelompok-kelompok baik buruh maupun
pengusaha tambang yang difasilitai oleh pemerintah.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan,
sekelompok orang, atau perusahaan/yayasan berbadan hukum yang dalam
operasinya tidak memilki izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Namun pada saat ini kegiatan tersebut telah
banyak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan disekitar tambang tersebut
seperti pencemaran air.hal ini tejadi akibat adanya penggunaan senyawa merkuri
untuk memisahkan biji emas dengan logam lainnya. Akibat aktifitas
pertambangan emas lainnya tersebut menimbulkan pencemaran, kerusakan
lingkungan hidup akibat limbah yang dihasilkan dari aktifitas pertambangan
tersebut, sehingga menyebabkan kerugian bagi masyarakat setempat. Hal ini telah
bertentangan dengan pengaturan fungsi sungai sebagaimana yang termuat dalam
Pasal 7 ayat (1) dan (2) PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Apabila hal ini
tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah maka masyarakat yang berada di sekitar
tambang tersebut akan mengalami berbagai macam penyakit salah satunya
penyakit Minamata. Penanggulangan masalah PETI selau saja dihadapkan kepada
persoalan dilematis. Hal ini disebabkan PETI identik dengan kehidupan
masyarakat bawah yang tidak memiliki akses kepada sumber daya ekonomi lain
karena keterbatasan pendidikan, keahlian, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka perlu pendekatan baru dalam
menanggulangi masalah PETI, yaitu bersifat manusiawi, arif, adil dan
mengedepankan pendekatan sosial kemasyarakatan dengan tetap memberikan
kesempatan kepada rakyat untuk berperan langsung secara proporsional pada
kegiatan usaha pertambangan, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip pertambangan
yang baik dan benar.
23
3.2 Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat memberikan suatu tidakan tegas
terhadap PETI sesuai peraturan yang berlaku.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://ariagusti.wordpress.com/2010/10/19/penambangan-emas-tanpa-izin/
http://e-journal.uajy.ac.id/5382/6/5BL01105.pdf
25